• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MOTIF UTAMA PILIHAN JUNK FOOD DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU

Bab ini mencoba menghubungkan karakteristik individu dengan motif utama pilihan junk food yang dikonsumsi remaja. Setiap individu atau remaja memiliki karakteristik atau ciri khas yang berbeda satu dengan lainnya. Karakteristik individu yang dilihat dari setiap remaja dibagi atas beberapa variabel yaitu jenis kelamin, besar uang saku, serta pengetahuan gizi dan keamanan pangan. Masing-masing variabel dari karakteristik individu dihubungkan dengan variabel motif utama pilihan junk food. Masing-masing variabel dihubungkan menggunakan tabel tabulasi silang dan uji statistik yang didukung oleh program SPSS 16.00. Adapun uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Chi Square

untuk melihat hubungan antara variabel karakteristik individu (jenis kelamin, besar uang saku serta pengetahuan gizi dan keamanan pangan) dengan variabel motif utama pilihan junk food.

Hubungan Motif Utama Pilihan Pangan Junk Food dengan Jenis Kelamin Hasil uji statistik Chi-Square dalam Tabel 13 menujukkan variabel jenis kelamin dan variabel motif utama pilihan junk food pada remaja memiliki nilai signifikansi Chi-Square sebesar 0.04. Hal tersebut menujukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh dari pengolahan data kurang dari 0.05 maka H0 ditolak

dan H1 diterima. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan motif utama pilihan junk food.

Variabel jenis kelamin menggambarkan sosialisasi gender yang berbeda antara remaja berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Sosialisasi gender dapat terjadi dalam setiap tindakan individu, seperti halnya dalam tindakan mengonsumsi pangan. Perbedaan sosialisasi tersebut menyebabkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan motif utama pilihan junk food. Selain uji statistik Chi-Square, data tabulasi silang pada Tabel 13 menyajikan hubungan antara kedua variabel.

Tabel 13 Jumlah dan persentase remaja menurut jenis kelamin dan motif utama pilihan junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016

Motif Utama Pilihan Junk Food Jenis Kelamin Total α (Chi- Square ) Laki-laki Perempuan n % n % n % Rasional Instrumenta l  Ekonomi 13. 0 48.1 15. 0 45.5 28. 0 46.7 0.04*  Memenuhi rasa kenyang 4.0 14.8 0.0 0.0 4.0 6.7  Kemudaha n mendapat pangan 3.0 11.1 0.0 0.0 3.0 5.0  Menjaga Kesehatan 1.0 3.7 1.0 3.7 2.0 3.3 Tradisional  Familiarita s 0.0 0.0 1.0 3.0 1.0 1.7 Afektif  Suasana hati 3.0 11.1 5.0 15.2 8.0 13.3  Daya tarik sensorik 3.0 11.1 11. 0 33.3 14. 0 23.3 Total 27. 0 100. 0 33. 0 100. 0 60. 0 100. 0

Keterangan: * Hasil uji Chi-Square, terdapat hubungan yang signifikan tingkat kepercayaan 95 persen ( p<0.05) antara jenis kelamin dengan motif utama pilihan junk food

Berdasarkan Tabel 13 menujukkan remaja laki-laki maupun perempuan sebagian besar memiliki motif utama ekonomi dalam mengonsumsi junk food. Persamaan motif utama tersebut disebabkan rata-rata uang saku yang dimiliki remaja laki-laki dan perempuan sama besarnya. Hal tersebut menyebabkan remaja laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki dorongan untuk memilih pangan dengan harga terjangkau dan menghemat uang saku. Sementara motif utama memenuhi rasa pangan dan kemudahan mendapat pangan hanya dimiliki oleh remaja laki-laki.

Remaja laki-laki memiliki motif utama memenuhi rasa kenyang. Berdasarkan motif tersebut remaja tidak akan membatasi tindakan pilihan pangan. Tindakan pilihan pangan yang tidak terbatas, beresiko tidak terkendalinya berat badan. Remaja laki-laki cenderung kurang mempedulikan berat badan. Berbeda dengan remaja perempuan lebih memperhatikan penampilan atau berat badan. Hal tersebut, sama seperti yang dikemukakan Briawan dan Puspadewi (2014) remaja khususnya perempuan memiliki keinginan untuk mengendalian berat badan. Keinginan pengendalian berat badan pada perempuan didorong oleh sosialisasi gender yang menuntut perempuan lebih memperhatikan bentuk tubuh . Hal tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden:

... sebenernya aku disuruh diet sama mamah, katanya masa perempuan badannya gede, gendut, jadi sekarang aku di rumah dibatasin makannya terus kalo di luar rumah juga harusnya dibatasin. Tapi aku suka nakal, yang penting sih ga makan sampe kenyang-kenyang banget ... (IJT (18), Perempuan)

Selain motif utama memenuhi rasa kenyang, remaja laki-laki memiliki motif utama kemudahan mendapat pangan. Remaja laki-laki sangat senang mengonsumsi pangan yang sudah tersedia serta dapat didapatkan dengan mudah. Kondisi ini digambarkan dengan remaja laki-laki yang mengonsumsi pangan yang sudah tersedia di kantin sekolah. Berbeda dengan remaja perempuan, lebih senang mencari pangan yang mereka inginkan walaupun tidak tersedia di kantin sekolah. Remaja prempuan akan mengunjungi tempat-tempat yang menyediakan pangan yang mereka suka dan inginkan. Hal tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden:

”... mamah aku belum masak teh kalo pagi-pagi ... aku baru makan kalo pas lewat kantin udah ada makanan yang jadi. Aku mah pokoknya makan aja makanan yang udah ada (MIA (16) Laki-laki)

Hubungan Motif Utama Pilihan Pangan Junk food dengan Besar Uang Saku

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square pada Tabel 14 menujukkan variabel besar uang saku atau dengan variabel motif utama pilihan junk food pada remaja memiliki niai α sebesar 0.45. Hal tersebut menujukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh dari pengolahan data lebih dari 0.05 maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat hubungan antara besar uang saku dengan motif utama pilihan junk food. Selain diuji menggunakan uji statistik Chi-Square, kedua variabel disajikan dengan data tabulasi silang dalam Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase remaja menurut besar uang saku dan motif utama pilihan junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016

Motif Utama Pilihan Junk Food

Besar Uang Saku

Total

α

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n % Rasional Instrumental  Ekonomi 13.0 52.0 8.0 34.8 7.0 58.3 28 46.7 0.45  Memenuhi rasa kenyang 3.0 12.0 1.0 4.3 0.0 0.0 4 6.7  Kemudahan mendapat pangan 2.0 8.0 0.0 0.0 1.0 8.3 3 5  Menjaga Kesehatan 1.0 4.0 1.0 4.3 0.0 0.0 2 3.3

Tradisional  Familiaritas 1.0 4.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2 33.3 Afektif  Suasana hati 2.0 8.0 4.0 17.4 2.0 16.7 8 13.3

 Daya tarik sensorik

3.0 12.0 9.0 39.1 2.0 16.7

Total 25.0 100.0 23.0 100.0 12.0 100.0 60.0 100.0

Tabel 14 menujukkan tidak adanya hubungan antara besar uang saku dengan motif utama pilihan junk food. Hal tersebut terlihat ketika remaja yang memiliki uang saku rendah dan tinggi sama-sama memiliki motif utama ekonomi dalam memilih junk food. Remaja dengan uang saku tinggi, memiliki motif utama ekonomi. Kondisi ini terjadi karena ibu yang berperan sebagai penyedia pangan dalam keluarga bekerja di luar rumah, sehingga mengharuskan anak remajanya membeli pangan lengkap (full meal) setiap hari dengan uang saku. Orang tua memberi uang saku pada anak remajanya setiap satu minggu atau satu bulan sekali. Hal tersebut menuntut remaja untuk mengatur uang saku dengan baik. Remaja mengatur pemberian uang saku dari orang tua dengan cara memilih pangan yang memiliki harga terjangkau dan menghemat uang saku untuk disisihkan. Hasil uang saku yang disisihkan selain digunakan untuk membeli pangan lengkap (full meal), uang saku tersebut juga digunakan untuk beberapa kebutuhan seperti menabung atau pergi “bermain” bersama teman sebaya. Hal tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden:

“... mamah kerja di luar kota pulangnya kadang seminggu sekali, jadi dikasih uangnya seminggu sekali. Kalo makan beli ... uang yang dikasih seminggu sekali untuk jajan sama makan sehari-hari

juga ...”(RDP (18) uang saku kategori tinggi)

Sama seperti remaja dengan uang saku tinggi, remaja dengan uang saku rendah memiliki motif ekonomi. Rendahnya uang saku yang diperoleh remaja menjadi salah satu penyebab remaja memiliki motif utama ekonomi dalam memilih junk food. Keterbatasan uang saku yang dimiliki mengharuskan remaja menghemat uang saku yang mereka miliki dan memilih pangan dengan harga terjangkau. Sementara remaja dengan uang saku sedang sebagian besar memiliki motif daya tarik sensorik. Berbeda dengan remaja yang memiliki besar uang saku tinggi dan rendah, remaja yang memiliki besar uang saku sedang tidak terlalu memperhitungkan harga pangan yang tersedia di kantin sekolah. Bagi remaja dengan uang saku sedang semua pangan yang disediakan di kantin sekolah memiliki harga yang murah dan relatif terjangkau oleh uang saku mereka. Hal tersebut menyebabkan remaja dengan uang saku sedang mengutamakan alasan rasa dari junk food yang mereka konsumsi. Hal tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden:

“Yang penting mah rasanya enak teh, harga mah nomer dua lah

da hampir semua makan di sekolah harganya terjangkau.” (MRA

Hubungan Motif Utama Pilihan Junk food dengan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan

Hasil uji statistik Chi-Square dalam Tabel 15 menujukkan tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan motif utama pilihan junk food

pada remaja memiliki nilai α sebesar 0.54. Hal tersebut menujukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh dari pengolahan data lebih dari 0.05 maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dan pangan dengan motif utama pilihan junk food. Selain diuji menggunakan uji statistik Chi-Square, ketidak terhubungan antar variabel dapat dilihat dalam Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah dan Persentase remaja menurut pengetahuan gizi dan keamanan pangan dan motif utama pilihan junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016

Motif Utama Pilihan Junk Food

Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan

Total α

(Chi- Square)

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n % Rasional Instrumental  Ekonomi 0.0 0.0 9.0 40.9 19.0 50.0 28.0 46.7 0.54  Memenuhi rasa kenyang 0.0 0.0 3.0 13.6 1.0 2.6 4.0 6.7  Kemudahan mendapat pangan 0.0 0.0 1.0 4.5 2.0 5.3 3.0 5.0  Menjaga Kesehatan 0.0 0.0 1.0 4.5 1.0 2.6 2.0 3.3 Tradisional  Familiaritas 0.0 0.0 1.0 4.5 0.0 0.0 1.0 1.7 Afektif  Suasana hati 0.0 0.0 3.0 13.6 5.0 13.2 8.0 13.3  Daya tarik sensorik 0.0 0.0 4.0 18.2 10.0 26.3 14.0 23.3 Total 0.0 0.0 22.0 100.0 38.0 100.0 60.0 100.0

Remaja di SMAN 3 Cimahi memiliki tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan yang hampir sama, hal ini disebabkan tingkat pendidikan dan keterdedahan terhadap media sama. Remaja di SMAN 3 Cimahi sering mendapat sosialisasi kesehatan diantaranya mengenai pengetahuan gizi dan pangan. Selain mendapat pengetahuan gizi dan keamanan pangan di sekolah, remaja mendapat sosialisasi mengenai hal tersebut di rumah. Orang tua khususnya ibu merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam sosialisasi pengatahuan gizi dan keamanan pangan di rumah. Sebagian besar ibu dari remaja di SMAN 3 Cimahi berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sehingga memiliki waktu lebih untuk memberikan sosialisasi pengetahuan gizi dan keamanan pangan kepada anak remajanya. Sosialisasi diberikan ibu dengan cara menyediakan dan memperhatikan pangan yang dikonsumsi oleh anak remajanya.

Sosialisasi yang diberikan dengan baik oleh pihak sekolah dan orang tua membuat remaja memiliki tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan kategori sedang dan tinggi. Tabel 15 menujukkan remaja dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan kategori sedang dan baik memiliki motif utama yang sama dalam memilih junk food. Motif utama yang dimiliki adalah motif utama ekonomi. Kondisi tersebut menujukkan hasil yang sama dengan uji statistik Chi- Square yang mengatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan motif utama pilihan junk food. Remaja dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan kategori baik dan sedang memiliki motif utama ekonomi, mengindikasikan remaja kurang mempedulikan kandungan gizi dan keamanan pangan yang dikonsumsi. Remaja mengutamakan harga pangan yang terjangkau dan murah dalam memilih pangan. Remaja lebih memilih pangan dengan harga terjangkau dan murah walaupun sudah diketahui pangan tersebut kurang baik untuk kesehatan.

Selain motif utama ekonomi, sebanyak 23.3 persen remaja memiliki motif utama daya tarik sensorik. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan yang tinggi, tidak menjadi halangan remaja untuk mengonsumsi pangan yang kurang baik untuk kesehatan. Hal yang utama bagi remaja di SMAN 3 Cimahi adalah rasa pangan yang lezat. Kondisi ini digambarkan oleh remaja yang gemar mengonsumsi minuman kemasan dengan pemanis buatan, walaupun remaja sudah mengetahui pemanis buatan tidak baik untuk kesehatan. Selain memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman dengan pemanis buatan, remaja sering mengonsumsi pangan dengan tambahan saus yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak baik untuk kesehatan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan saus dan dinilai tidak baik untuk kesehatan diantaranya pewarna buatan dan cabai yang tidak layak konsumsi. Remaja beralasan tetap mengonsumsi saus tersebut karena dapat menambah kelezatan pangan yang mereka konsumsi. Hal tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden:

“... tau sih kak, saos yang ada di tukang jualan kaya emang- emang pinggir jalan itu ga sehat. Sering liat diberita-berita kan katanya dibuat dari cabe busuk kadang ada yang pake pewarna buatan, tapi ya gimanaa lagi kak enak. Kalo misalkan makan bakso ga pake saos asa gimana gitu kak rasanya kurang enak

...”(AFE (17) tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan kategori baik)

HUBUNGAN MOTIF TERHADAP TINDAKAN PILIHAN

Dokumen terkait