• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi dan Konsumsi Makanan Tradisional dan Fast Food pada Siswa SD Berstatus Gizi Normal dan Gemuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi dan Konsumsi Makanan Tradisional dan Fast Food pada Siswa SD Berstatus Gizi Normal dan Gemuk"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI DAN KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL DAN

FAST FOOD

PADA SISWA SD BERSTATUS GIZI

NORMAL DAN GEMUK

WILDA KARIMA KHUSNA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi dan Konsumsi Makanan Tradisional dan Fast Food pada Siswa SD Berstatus Gizi Gemuk dan Normal adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Wilda Karima Khusna

(4)

ABSTRAK

WILDA KARIMA KHUSNA. Preferensi dan Konsumsi Makanan Tradisional dan Fast Food pada Siswa SD Berstatus Gizi Normal dan Gemuk. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan preferensi, sikap, pengetahuan gizi, persepsi, konsumsi makanan, kebiasaan makan, perkembangan seksual, kebiasaan olahraga, pola aktivitas anak dalam kaitannya dengan kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 orang yang terdiri dari 34 contoh gemuk dan 34 contoh normal. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 dan 6 SD Insan Kamil, Bogor. Berdasarkan hasil analisis korelasi tidak terdapat hubungan antara status gizi sampel dengan sikap, pengetahuan gizi, preferensi, dan perkembangan seksual (p>0.05). Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan antara status gizi sampel dengan kebiasaan makan, konsumsi makan, kebiasaan olahraga, dan pola aktivitas (p<0.05).

Kata kunci:obesitas,fast food, makanan tradisional, anak sekolah dasar

ABSTRACT

WILDA KARIMA KHUSNA. Preference and Consumption of Traditional and

Fast Food in Normal and Overweight/ Obese Students. Supervised by ALI KHOMSAN.

The aim of this study was to analyze the relationship between preference, attitude, nutritional knowledge, perception, food consumption, eating habit, sexual development, exercise habit, and activity patternsin normal and overweight/ obese students. Design used in this study was a cross sectional study. Total sample of this study amount 68 children which was consist of 34 obese students and 34 from normal students from fifth and six grade inInsan Kamil Elementary School, Bogor.Based on correlation analysis, there was no significantly corelation between nutritional status with nutritional attitude, nutritional knowledge, and sexual development (p>0.05). The result of correlation analysis showed that there was a significantly correlation between nutritional status with eating habit, food consumption, exercise habit, and activity patterns (p<0.05)

(5)

3

WILDA KARIMA KHUSNA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PREFERENSI DAN KONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL DAN

FAST FOOD

PADA SISWA SD BERSTATUS GIZI

(6)
(7)

3 Judul Skripsi : Preferensi dan Konsumsi Makanan Tradisional dan Fast Food pada

Siswa SD Berstatus Gizi Normal dan Gemuk Nama : Wilda Karima Khusna

NIM : I14110062

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir Ali Khomsan, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Preferensi dan Konsumsi Makanan Tradisional dan Fast Food dalam Kaitannya dengan Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar” dengan lancar. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan arahan sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan ulasan dan saran untuk perbaikan skripsi ini 3. Dr. Ir. Anna Marliyati, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan sejak awal perkuliahan.

4. Kepala sekolah dan pengajar SD Insan Kamil, Bogor yang telah memberikan izin, sarana, dan waktu untuk penelitian ini.

5. Adik-adik kelas 5 dan 6 SD Insan Kamil yang sudah bersedia menjadi subjek penelitian.

6. Pembahas seminar (Yasmin Nafisah, Dian Irma Wahyuni, Fitriya Yuli Astanti, dan Nur Khoiriyah) atas saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Kedua orangtua tercinta (Ayahanda Alm. Syamsu Rijal dan Ibunda Sri Rahayu) yang telah mendidik dan membesarkan dengan lautan samudra kasih sayang. “rabbihfirli wa liwa lidaiya warhamhuma kama rabbayani saghira

8. Ridian Khasanah, S.Psi, kaka tercinta yang telah memberikan dukungan dan doanya selama ini. Thank you so much for everything given to me. I proud of you.

9. Keluarga besar Departemen Gizi Masyarakat, sahabat-sahabat GM 48, keluarga besar IMAPEKA (Ikatan Mahasiswa Pekalongan Batang).

10. Sahabat-sahabat Rafillah(Umi Khasanah, Ida Mafaza, Pipih Nurparida, Anna Janaty, dan Ulfah Syarifah). Do our best !!

11. Sahabat-sahabat As-Shohwah (Laili Mufidah, SE, Sukmandari Hersandini, S.Hut, Nafisatul, SKH, Rizki Amalia, Ayendha K.P).

12. Jalan petunjukku, kisahku. “Saat lautan kau seberangi, janganlah ragu

bersauh, kupercaya hati kecilku kau tak kan berpaling, walau ke ujung

dunia, pasti akan kunanti, meski ke tujuh samudera pasti ku ‘kan menunggu, karena kuyakin kau hanya untukku.”

13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam pembuatan skripsi ini. ”Terima kasih.

Jazakumullah khairan katsiiran”.

Bogor, Maret 2015

(9)

3

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE 5

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 6

Teknik Pemilihan dan Penerikan Contoh 7

Pengolahan dan Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum Sekolah 11

Karakteristik Contoh 19

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Gizi 13

Pengetahuan dan Sikap Gizi 16

Tingkat Preferensi Makanan Tradisional dan Fast food 18

Persepsi Kegemukan Orangtua 18

Konsumsi dan Frekuensi Makan 24

Kebiasaan Makan 25

Perkembangan Seksual 26

Kebiasaan Olahraga 27

Pola Aktivitas 28

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 36

(10)

DAFTAR TABEL

1 Data, indikator, dan variabel penelitian 15

2 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin 17 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi 18 4 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar dan

status gizi

19 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan kecenderungan terhadap

pernyataan yang terkait pengetahuan gizi

21 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan dan sikap gizi 22 7 Sebaran contoh berdasarkan preferensi terhadap fast food dan

makanan tradisional

24 8 Preferensi fast food dan makanan tradisional berdasarkan jenisnya 25 9 Sebaran contoh berdasarkan persepsi kegemukan orangtua 26 10 Frekuensi makan fast food dan makanan tradisional berdasarkan

status gizi

26 11 Frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya 28 12 Frekuensi konsumsi makanan tradisional berdasarkan jenisnya 29 13 Rata-rata konsumsi fast food dan makanan tradisional berdasarkan

jenisnya

30 14 Kandungan energi dan zat gizi berdasarkan tingkat kecukupan 31 15 Alasan mengonsumsi fast food dan makanan tradisional berdasarkan

status gizi

32

16 Frekuensi makan contoh dalam sehari 33

17 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan 33

18 Sebaran perkembangan seksual pada contoh 34

19 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga 35 20 Sebaran aktivitas sekolah. tidur siang, tidur malam, dan olahraga

contoh berdasarkan status gizi

(11)

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini, obesitas menjadi masalah besar yang perlu mendapatkan perhatian karena merupakan ancaman bagi kesehatan. Kejadiaan obesitas tidak hanya terjadi pada negara-negara maju saja dengan tingkat pendapatan tinggi, tetapi juga meningkat di negara-negara berkembang dengan tingkat pendapatan rendah dan menengah, khususnya di daerah perkotaan. Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO (2013), lebih dari 30 juta anak overweight hidup di negara-negara sedang berkembang dan 10 juta hidup di negara-negara-negara-negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang mengalami dua masalah gizi utama yakni tingginya masalah kurang gizi dan meningkatnya jumlah penduduk yang mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Berdasarkan data Riskesdas (2013), masalah gizi pada penduduk dewasa di atas 18 tahun sebesar 12.6% kurus, sedangkan 21.7% mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Prevalensi penduduk yang mengalami overweight dan obesitas di Indonesia saat ini mengalami peningkatan. Kejadian obesitas dan overweight pada masa dewasa merupakan kelanjutan dari kegemukan saat masa anak-anak. Hal ini menunjukan bahwa masalah kegemukan di masa anak-anak sangat penting untuk mendapatkan perhatian khusus sebab obesitas merupakan salah satu penyebab yang mendasari penurunan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang. Masalah kegemukan di Indonesia pada anak usia 5-12 tahun tergolong tinggi, yaitu sebesar 18.8% yang terdiri dari gemuk 10.8% dan sangat gemuk (obesitas) sebesar 8.8%. Hal tersebut banyak dialami oleh golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas dan tinggal di perkotaan (Riskesdas 2013).

Peningkatan kejadian obesitas disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Kemenkes (2012), faktor yang mendasari kejadian obesitas antara lain akibat perubahan pola makan, pola hidup, dan gaya hidup. Pola makan berlebih pada masa anak-anak harus diwaspadai untuk menghindari kejadiaan obesitas dan timbulnya penyakit degeneratif pada saat remaja maupun dewasa kelak.

Anak usia sekolah dasar adalah investasi bangsa yang harus dijaga. Sebab kualitas bangsa di masa mendatang sangat dipengaruhi oleh kualitas generasi muda saat ini. Upaya peningkatan sumberdaya manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh kembangnya anak secara optimal sangat dipengaruhi oleh pemberian makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Sumber zat gizi optimal diperoleh dari asupan makanan yang sehat dan bergizi tinggi. Namun, sayangnya sebagian anak usia sekolah dasar masih banyak mengalami masalah makan. Masa anak-anak tidak dapat terlepas dari kegemaran dalam mengonsumsi makanan baik itu jajanan ringan maupan makanan olahan.

(12)

internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Faktor-faktor internal meliputi faktor sosio-demografi (jumlah saudara, jumlah uang saku, jarak rumah-sekolah, dan sarana ke sekolah), motivasi, dan kepercayaan, sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh lingkungan keluarga dan sekolah, pengaruh teman sebaya, serta ketersediaan dan keterjangkauan mengonsumsi makanan (Siswanti 2004).

Saat ini, gaya hidup anak lebih senang dengan meniru model barat termasuk dalam konsumsi makanan. Kehadiran fast food sebagai pola makan model barat menjadi tren di kalangan anak muda Indonesia. Banyak sekali jenis makanan yang beredar di pasaran, mulai dari makanan tradisional hingga makanan modern, tetapi perhatian masyarakat, terutama masyarakat perkotaan terhadap makanan tradisional cenderung mengalami perubahan. Pengaruh globalisasi, industrialisasi, dan perubahan gaya hidup arus budaya makanan barat sangat mampu menarik perhatian masyarakat (Yasminia 2003). Menurut Pradnyawati (1997), sekitar 83.3% remaja di kota Bogor memilih makanan berupa

fast food khusunya western fast food. Salah satu perilaku anak dalam konsumsi pangan adalah kecenderungan untuk memilih makanan yang bergengsi dan paling disukai. Preferensi atau tingkat kesukaan anak menjadi salah satu alasan dalam pemilihan makanan yang juga akan berpengaruh pada konsumsinya.

Bukan hanya dalam hal konsumsi saja, masa anak-anak juga akan mengalami perubahan dari segi perkembangan seksual. Perkembangan seksual mulai terlihat pada anak usia 10-14 tahun. Perkembangan seksual mengalami puncaknya pada anak perempuan pada usia 10-12 tahun, seangkan pada anak laki-laki pada usia 12-14 tahun (Arisman 2002). Perkembangan seksual awal yang dialami anak perempuan terlihat pada kejadian menstruasi dan pertumbuhan buah dada. Meskipun demikian, tidak semua anak sudah mengalami perkembanagan seksual pada masa tersebut. Perkembangan seksual dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Sedioetama (2000), asupan makanan, status gizi, dan aktivitas olahraga akan berpengaruh pada kematangan seksual seseorang.

Sejumlah penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan konsumsi makanan dengan status gizi belum banyak yang membahas mengenai konsumsi makanan tradisional pada siswa sekolah dasar berstatus gizi normal dan gemuk dengan melihat kejadian atau faktor lain yang memengaruhinya, seperti perkembangan seksual dan pola aktivitas. Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin mengetahui lebih jauh terkait perbedaan pada anak berstatus gizi normal dan gemuk dalam hal konsumsi makanan tradisional dan fast food serta faktor internal anak lainnya yang mempunyai kecenderungan terhadap status gizi seperti prefernsi (tingkat kesukaan) dalam mengonsumsi makanan tradisional dan fast food, pola aktivitas, pengetahuan dan sikap gizi, kebiasaan olahraga, perkembangan seksual, dan persepsi bentuk tubuh orangtua.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, terdapat beberapa masalah yang ingin diketahui dan dianalisis melalui penelitian ini, yaitu;

(13)

3 2. Bagaimana sikap, preferensi, dan pengetahuan gizi siswa dengan status

gizi gemuk dan normal dalam mengonsumsi makanan tradisional dan fast food

3. Bagaimana hubungan kebiasaan makan, olahraga, dan perkembangan seksual pada siswa berstatus gizi normal dan gemuk

4. Bagaimana perbedaan karakteristik individu antara siswa dengan status gizi gemuk dan normal.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan preferensi, sikap, pengetahuan gizi, persepsi, kebiasaan makan, konsumsi makan, perkembangan seksual, kebiasaan olahraga, dan pola aktivitas pada siswa berstatus gizi normal dan gemuk di SD Insan Kamil, Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalahː

1. Mengidentifikasi karakteristik individu contoh berdasarkan status gizi. 2. Menganalisis hubungan preferensi dalam pemilihan makanan tradisional

dan fast food terhadap status gizi contoh.

3. Menganalisi hubungansikap dan pengetahuan gizi terhadap status gizi contoh.

4. Menganalisis hubungan kebiasaan makan, olahraga, perkembangan seksual, dan pola aktivitas tehrhadap status gizi contoh.

5. Menganalisisperbedaan konsumsi fast food dan makanan tradisional pada siswa berstatus gizi normal dan gemuk

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu terdapat hubungan antara preferensi, sikap, pengetahuan gizi, kebiasaan makan dan olahraga, perkembangan seksual, dan pola aktivitas contoh dalam pemilihan makanan, baik tradisional maupun fast food.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan sikap, preferensi, dan pengetahuan gizi dalam mengonsumsi makanan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar. 2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang dapat

dijadikan dasar untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian.

(14)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian bertujuan untuk merancang alur variabel yang akan diteliti serta mempunyai pengaruh besar pada hasil penelitian. Variabel dalam penelitian ini antara lain; sikap, preferensi, pengetahuan gizi, persepsi, perkembangan seksual (Sexual Development), kebiasaan olahraga (Habit Exercise), pola aktivitas (Activity Pattern),kebiasaan dan frekuensi makan.

Langkah awal yang akan dilakukan dalam melihat gambaran contoh yakni dengan memberikan kuesioner untuk mengetahui karakteristik contoh seperti usia, jenis kelamin, tanggal lahir, urutan kelahiran, berat badan dan tinggi badan. Saat melakukan penelitian, semua contoh diukur Berat Badan (BB), dan Tinggi Badan (TB), kemudian langsung dilakukan tahap wawancara dengan media kuesioner. Variabel sikap dan preferensi contoh terhadap makanan tradisional dan fast foodditanyakan melalui wawancara dengan kuesioner. Variabel tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap dan preferensi contoh dapat memengaruhi pemilihan makanan contoh. Selain itu, digunakan variabel lain yakni pengetahuan gizi contoh terhadap makanan tradisional dan fast food. Variabel tersebut diteliti untuk mengetahui adakah hubungan pemilihan makanan terhadap pengetahuan gizi contoh. Pengetahuan gizi diberikan dalam bentuk kuesioner. Pengetahuan gizi yang diberikan dalam penelitian ini mengandung empat macam pertanyaan, yaitu pertanyaan terkait gizi umum, pertanyaan terkait fast food, makanan tradisional, dan obesitas. Kemudian, diteliti variabel persepsi/ pendapat contoh terhadap kegemukan orang tua. Variabel persepsi diberikan melalui kuesioner dalam bentuk gambar sembilan tingkatan bentuk tubuh pria dan wanita. Selain itu, dilakukan penelitian terhadap kebiasaan olah raga dan pola aktivitas untuk melihat adakah hubungan antara aktivitas contoh terhadap kejadian obesitas/ overweight. Jenis aktivitas yang diteliti antara lain, durasi belajar di sekolah, aktivitas olahraga, tidur siang, dan tidur malam. Variabel lainnya yang dilihat yaitu perkembangan seksual contoh khususnya pada contoh perempuan dengan tujuan untuk melihat hubungan kegemukan dengan perubahan seksual contoh terhadap kejadian menstruasi. Selain itu, dilihat variabel kebiasaan dan frekuensi makan contoh. Kebiasaan makan contoh dilihat untuk mengetahui adakah hubungan konsumsi makan contoh dalam sehari terhadap kegemukan. Selain itu, untuk mengetahui kegemukan pada contoh, dilihat dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, sehingga dapat diketahui status gizi contoh tergolong gemuk atau normal.

(15)

3

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Pengaruh yang diteliti : Pengaruh yang tidak diteliti

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran penelitian

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan di SD Insan Kamil Bogor. Tempat penelitian ditentukan secara

purposive, dengan pertimbangan sekolah tersebut berada di wilayah strategis, Perkembangan

Seksual Pola Aktivitas

Herediter Kebiasaan Olahraga

Kejadian Overweight

dan obesitas

Kebiasaan Makan

Makanan Tradisional

Fast Food Preferensi (Tingkat

Kesukaan)

Sikap

Pengetahuan Gizi

Karakteristik keluarga : - Pekerjaan

orangtua - Besar

keluarga - Pendapatan

orangtua - Pendidikan

orangtua

-Karakteristik Individu :

- Nama

- Jenis kelamin - Umur

- Tinggi badan - Berat Badan

Faktor eksternal (lingkungan): keluarga,

(16)

kemudahan akses, dan siswanya dari keluarga golongan menengah ke atas. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 hingga Februari 2015 yang meliputi pengambilan data, pengolahan data, dan analisis data. Penyusunan laporan dilakukan pada bulan Maret 2015.

Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh

Populasi penelitian adalah siswa kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar Insan Kamil Bogor. Hal ini dengan pertimbangan bahwa siswa kelas 1 merupakan siswa-siswi yang baru masuk, siswa kelas 2, 3, dan 4 masih beradapsi dengan sekolah dan teman-temannya, sedangkan siswa kelas 5 dan 6 sudah memiliki kemampuan berpikir yang rasional. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara purposive sampling dengan kriteria: (a) anak perempuan dan laki-laki, (b) berusia 10-12 tahun dan bersedia mengisi kuesioner yang diberikan, (c) memiliki status gizi normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD) dan gemuk/ obes (+1 SD = z ≥ +2 SD) berdasarkan hasil pengukuran status gizi, (d) bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian dan mengikuti setiap tahapan penelitian.

Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas, yaitu kelas 5 dan 6 yang berjumlah 68 orang. Pemilihan contoh dilakukan berdasarkan

voluntery sampling dengan melihat ketersediaan sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian. Contoh yang diambil dalam penelitian ini yaitu contoh yang berstatus gizi gemuk dan normal. Jumlah contoh yang berstatus gizi gemuk sebanyak 34 orang, terdiri dari 21 siswa obes dan 13 siswa normal. Berdasarkan sebaran jenis kelamin, total kelompok overweight dan obes yang berjenis kelamin perempuan masing-masing sebanyak 3 dan 6 siswa, sedangkan total kelompok

overweight dan obes yang berjenis kelamin laki-laki masing-masing berjumlah 10 dan 15 siswa. Jumlah contoh yang berstatus gizi normal sebanyak 34 orang, terdiri dari 19 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 15 siswa berjenis kelamin perempuan. Penentuan jumlah contoh berdasarkan jumlah contoh minimal. Menurut Dick & Carey (2001), jumlah minimal untuk dapat mewakili target populasi adalah 30 orang. Jumlah contoh yang diambil saat penelitian lebih banyak dari jumlah contoh minimal. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan untuk mengantisipasi jika terjadi drop out pada msing-masing kelompok.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(17)

3 preferensi/ tingkat kesukaan contoh dibagi dalam dua jenis (makanan tradisional

dan fast food) dengan indikator tidak suka, biasa, dan suka, (g) data persepsi kegemukan orangtua melalui kuesioner bergambar yaitu 9 tingkatan bentuk tubuh pria dan wanita yang mengindikasikan bentuk tubuh pria sebagai ayah siswa, sedangkan wanita sebagai ibu siswa seperti pada Gambar 1 di bawah ini,

Gambar 1 Sembilan tingkatan bentuk tubuh pria dan wanita (Stunkard 2000)

(h) data perkembangan seksual yang khusus diberikan pada contoh berjenis kelamin perempuan untuk melihat kejadian menstruasi, (i) data frekuensi dan konsumsi makan (fast food dan makanan tradisional) diberikan melalui metode

Food Frequency Questionare (FFQ) semi kuantitatif.

Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari buku profil sekolah, meliputi: (a) data jumlah siswa kelas 5 dan 6, (b) lokasi sekolah (lokasi dekat dengan fasilitas umum dan alat transportasi yang melalui sekolah), (c) sejarah sekolah, (d) fasilitas sekolah (sarana dan prasarana sekolah).

Tabel 1 Data, indikator, dan kategori, dan nilai variabel penelitian

Data Indikator Kategori Cara

Pengumpulan Data

Karakteristik individu

Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan Wawancara Usia 10, 11, 12 tahun Wawancara Uang saku (Rp/ hari) Rendah (< 10 000)

Sedang (10 000-20 000) Tinggi (> 20 000)

Wawancara

Biaya transportasi (Rp/ hari)

Rendah (< 2 000) Sedang (2 000 – 4 000) Tinggi (> 4 000)

Wawancara

Status Gizi Normal Overweight Obes

(18)

Data Indikator Kategori Cara

Sikap Gizi Makanan tradisional dan fast food

(19)

3 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dinalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Statistical Program for Social Science (SPSS for Windows versi 16.0)dan dipaparkan secara deskriptif dan pengkategorian serta disajikan dalam bentuk tabel. Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, dan analyzing.Perbedaan antar variabel diperoleh dengan menggunakan Uji beda t (Independent Sampel t-Test) dan Uji Mann-Whitney, dan

Chi-Square. Hubungan antar variable dianalisis menggunakan uji korelasi

Spearman, dan Uji korelasi Pearson.

Definisi Operasional

Contoh adalah sampel yang akan diliti dalam penelitian yang dilakukan yakni siswa kelas 5 dan 6 SD Insan Kamil, kota Bogor.

Gemuk adalah keadaan sampel yang ditandai dengan status gizi overweight dan obes

Normal adalah keadaan tubuh yang ditandai dengan bentuk tubuh ideal yang diukur melalui tinggi dan berat badan.

Karakteristik individu adalah keadaan contoh yang meliputi jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, agama, dan tempat tanggal lahir.

Jenis kelamin adalahpengelompokan contoh perempuan dan laki-laki. Usia adalah kelompok umur sampel.

Sikap adalah merupakan suatu kecenderungan seseorang dalam menanggapi suatu pernyataan dengan respon setuju, tidak setuju, atau ragu-ragu.

Preferensi adalah tingkat kesukaan atau tingkat kegemaran contoh yang dapat diamati berdasarkan indikator tertentu.

Pengetahuan gizi adalah tingkat pemahaman contoh terhadap gizi dan kesehatan yang dilihat dari kemampuan menjawab dengan benar 20 pertanyaan.

Perkembangan seksual adalahtingkat perubahan seksual seseorang yang biasanya dialami pada masa pubertas dan ditandai dengan adanya kematangan seksual.

Persepsi adalahsuatu cara pandang seseorang dalam mengartikan suatu objek. Pola aktivitas adalahsusunan aktivitas seseorang yang dilakukan secara berkala

atau rutin sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan.

Status gizi adalah keadaan gizi contoh normal dan gemuk yang diukur melalui Indeks Masa Tubuh (IMT).

Kebiasaan olahraga adalah aktivitas olahraga yang dilakukan secara teratur dan berkala.

Kebiasaan dan frekuensi makan adalah intensitas waktu dalam mengonsumsi makanan sebagai suatu pola berkala atau rutin.

Makanan tradisional adalah makanan yang berasal dari suatu daerah tertentu/ asli makanan Indonesia.

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Sekolah

Sekolah Dasar Insan Kamil berada di jalan Raya Dramaga Km 6 Kota Bogor Barat. SD Insan Kamil merupakan salah satu sekolah swasta favorit di kota Bogor yang bernafaskan pendidikan Islam. Sekolah ini terletak di tempat strategis. mudah dilalui oleh beragam alat transportasi. SD Insan Kamil berdiri sejak tahun 1985 yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Insan Kamil Jumlah siswa kelas 5 sebanyak 110 siswa, sedangkan kelas 6 sebanayk 105 siswa. Waktu belajar dimulai dari pukul 07.00 – 13.30. Berbagai fasilitas penunjang pendidikan siswa dimiliki oleh SD Insan kamil berupa fasilitas fisik maupun non fisik. Fasilitas fisik yang dimiliki diantaranya seperti, perpustakaan, laboratorium komputer dan bahasa, UKS, kantin, tempat ibadah, ruang kelas, dan ruang guru, sedangkan fasilitas non fisik/ ekstrakurikuler yang dimiliki sekolah ini antara lain seperti, pramuka, Paskibra, Palang Merah Remaja, Patroli Keamanan Sekolah, Pecinta Alam, Olahraga dan kerohanian.

Karakteristik Contoh

Karakteristik individu yang diamati antara lain, jenis kelamin, usia, besar uang saku/ hari, dan biaya transportasi/ hari disajikan dalam tabel 1 berikut ini.

(21)

3 Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa jumlah contoh laki-laki yang

berstatus gizi gemuk lebih banyak dibandingkan jumlah contoh perempuan dengan status gizi gemuk (L= 25, P= 9). Sama halnya dengan jumlah contoh laki-laki yang berstatus gizi normal sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah contoh perempuan yang bersatatus gizi normal (L= 19, P= 15).

Contoh dalam penelitian ini berusia antara 10-12 tahun. Persentase terbesar kelompok umur 12 tahun yaitu contoh berstatus gizi gemuk sebesar (41.2%), sedangkan persentase terbesar pada kelompok umur 11 dan 10 tahun yaitu contoh bersatus gizi normal sebesar (55.9%) dan (11.76%). Secara keseluruhan, kedua contoh berstatus gizi normal maupun gemuk banyak terdapat pada kelompok umur 11 tahun (52.94%).

Uang saku pada contoh berstatus gizi gemuk dan normal terbanyak pada kisaran Rp 10 000,00 – Rp 20 000,00/ hari. Adapun contoh yang memiliki uang saku > Rp 20 000,00 hanya berjumlah 4 orang, yaitu (2 orang berstatus gizi gemuk) dan (2 orang berstatus gizi normal). Hasil uji statistik (Independent-sample T-test) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara besar uang saku pada kedua contoh (p=0.965). Hasil analisis korelasi spearman menunjukkan tidak ada hubungan nyata antara besar uang saku dengan status gizi contoh (P>0.05). Sebagian besar contoh mengeluarkan biaya transportasi sekitar Rp 2 000–Rp 4 000 (normal= 80.0%, gemuk= 66.7%). Berdasarkan uji statistik (Independent-sampel T-test) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara kedua kelompok. Menurut uji korelasi spearman tidak ada hubungan nyata antara biaya transportasi dengan status gizi contoh (p>0.05).

Preferensi Fast Food dan Makanan Tradisional

Tingkat kesukaan contoh antara fast food dan makanan tradisional dilihat dan dibandingkan antara contoh normal dan gemuk. Preferensi contoh terhadap

fast food dan makanan tradisional dibagi dalam 3 kategori, yaitu suka, biasa, dan tidak suka. Berikut ini tingkat kesukaan contoh terhadap fast food dan makanan tradisional dengan status gizi normal dan gemuk.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan preferensi terhadap fast food dan makanan tradisional

Preferensi/ Tingkat Kesukaan

Status Gizi

Normal Gemuk Total

n % n % n %

Fast food1)

Suka 12 35.3 20 58.8 32 47.1 Biasa 20 58.8 7 20.6 27 39.7 Tidak Suka 2 5.9 7 20.6 9 13.2 Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Makanan Tradisional2)

Suka 19 55.9 16 47.1 35 51.5 Biasa 11 32.3 12 35.3 23 33.8 Tidak Suka 4 11.8 6 17.6 10 14.7 Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

(22)

Berdasarkan Tabel 2, penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar contoh normal dan gemuk memiliki kategori preferensi suka terhadap fast food

(normal= 35.3%, gemuk= 58.8%). Hanya 9 orang dari 68 contoh yang tidak menyukai fast food (normal= 2, gemuk=7), sedangkan sebesar 39.7% tergolong kategori biasa, yaitu 58.8% contoh normal dan 20.6% contoh gemuk. Hasil uji korelasi spearman menunjukan bahwa tidak ada hubungan nyata antara preferensi

fast food dengan status gizi (p>0.05).Hasil uji statistik (Mann-Whitney) menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara preferensi fast food antara kelompok normal dan gemuk (p=0.467).

Tingkat kesukaan contoh terhadap makanan tradisional tergolong suka dengan presentase 51.5% (normal= 55.9%, gemuk= 47.1%). Adapaun contoh yang tidak menyukai makanan tradisional 10 orang (normal=4 orang, gemuk= 6 orang), sedangkan contoh yang memiliki tingkat preferensi biasa terhadap makanan tradisional sebesar 33.8%, yaitu 32.3% contoh normal dan 35.3% contoh gemuk. Hasil uji korelasi spearman menunjukan bahwa tidak ada hubungan nyata antara preferensi makanan tradisional dengan status gizi (p>0.05). Hasil uji statistik (Mann-Whitney) menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara preferensi makanan tradisional antara kelompok normal dan gemuk (p=0.836).Dari hasil wawancara sebagian besar contoh menjelaskan bahwa mereka menyukai kedua jenis makanan (tradisional dan fast food) yang secara umum sering dan pernah dikonsumsi dalam keluarga.

Tabel 3 Preferensi fast food dan makanan tradisional berdasarkan jenisnya Jenis Pangan Normal Gemuk Total

n % n % n %

Fast food

Burger 7 4.1 9 4.9 16 4.5

Fried chicken 15 8.8 21 11.4 36 10.1

Pizza 19 11.1 19 10.3 38 10.7

Fried Potatao 16 9.4 24 13.0 40 11.3

Spaghetti 16 9.4 19 10.3 35 9.9 Nugget 19 11.1 11 6.0 30 8.4 Kebab 18 10.5 20 10.9 38 10.7 Sosis 16 9.4 20 10.9 36 10.1 Sandwich 16 9.4 14 7.6 30 8.4 Total 171 100.0 184 100.0 355 100.0

Makanan Tradisional

Gado-gado 18 8.5 16 7.5 34 8.0 Karedok 12 5.7 10 4.7 22 5.2 Soto Mie 18 8.5 22 10.3 40 9.4 Siomay 25 11.8 31 14.5 56 13.2 Sate 30 14.1 27 12.7 57 13.4 Bakso 22 10.4 27 12.7 49 11.5 Kupat Tahu 16 7.6 11 5.2 27 6.4 Total 212 100.0 213 100.0 425 100.0

(23)

3 tradisional yang paling disukai kedua contoh, yaitu sate (13.4%), siomay (13.2%),

bakso (11.5%),soto mie (9.4%), dan gado-gado (8.0). Pengetahuan dan Sikap Gizi

Pengetahuan gizi merupakan tingkat pemahaman contoh mengenai gizi yang dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan dengan benar. Pertanyaan yang diberikan berjumlah 20 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan terkait pengetahuan gizi umum (5 soal), pengetahuan obesitas (5 soal), pengetahuan gizi terkait fast food (5 soal), dan makanan tradisional (5 soal). Pertanyaan terkait pengetahuan gizi umum diberikan dalam bentuk (correct-answer multiple choice) atau pertanyaan pilihan berganda, sedangkan pertanyaan terkait obesitas, fast food, dan makanan tradisional diberikan dalam bentuk pertanyaan benar salah (true false question).

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar dan status gizi

No Kategori Soal Normal Gemuk Total n % n % n %

Umum

1 Bahan makanan sumber karbohidrat 22 64.7 26 76.5 48 70.6 2 Bahan makanan sumber protein

hewani 29 85.3 30 88.2 59 86.8 3 Bahan makanan bukan sumber serat 25 73.5 28 82.4 53 77.9 4 Jenis zat gizi 19 55.9 20 58.8 39 57.4 5 Fungsi karbohidrat 18 52.9 16 47.1 34 50.0

Obesitas

6 Obesitas dapat terjadi pada semua

usia 32 94.1 30 88.2 62 91.2 7 Olahraga dapat mengatasi obesitas 34 100.0 34 100.0 68 100.0 8 Obesitas berbahaya bagi kesehatan 33 97.1 28 82.4 58 85.3 9 Dampak makan yang berlebihan

yaitu obesitas 28 82.4 33 97.1 61 89.7 10 Obesitas dapat diwariskan (genetik) 14 41.2 14 41.2 28 41.2

Fast food

11 Fast food makanan tinggi kalori 29 85.3 26 76.5 55 80.9 12 Asal fast food 32 94.1 30 88.2 62 91.2 13 Contoh fast food 33 97.1 33 97.1 66 97.1 14 Fast food tinggi lemak dan garam 31 91.2 31 91.2 62 91.2 15 Fast food kurang kandungan serat 32 94.1 28 82.4 60 88.2

Makanan Tradisional

16 Makanan tradisional mengandung

unsur budaya 33 97.1 33 97.1 66 97.1 17 Makanan tradisional khas dari suatu

daerah 34 100.0 32 94.1 66 97.1 18 Contoh makanan tradisional 34 100.0 34 100.0 68 100.0 19 Contoh makanan tradisional dan

asal daerahnya 33 97.1 32 94.1 65 95.6 20 Contoh makanan tradisional dan

(24)

Berdasarkan tabel 4, pertanyaan terkait pengetahuan gizi umum dari lima pertanyaan yang diberikan terdapat dua pertanyaan yang tidak dapat dijawab benar oleh sebagian besar contoh, yaitu pertanyaan terkait fungsi karbohidrat (50.0%) dan jenis zat gizi manusia (57.4%), sedangkan 3 pertanyaan lainnya relatif dapat dijawab benar oleh contoh, yaitu pertanyaan tentang contoh bahan makanan sumber karbohidrat (70.6%), contoh bahan makanan sumber protein hewani (86.8%). dan contoh bahan makanan yang bukan sumber serat (77.9%).

Pertanyaan terkait obesitas secara keseluruhan dapat dijawab benar oleh contoh, namun ada satu pertanyaan yang tidak dapat dijawab benar oleh contoh, yaitu pertanyaan mengenai obesitas dapat diturunkan dari orangtua ke anaknya (41.2%). Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar contoh belum memahami tentang faktor keturunan (genetik) dari obesitas. Sebagian besar contoh hanya mengetahui tentang bahaya obesitas bagi kesehatan (85.3%), cara mengatasi obesitas dengan olahraga (100%), dan obesitas dapat terjadi pada semua usia (91.2%).Pertanyaan mengenai fast fooddan makanan tradisional secara keseluruhan (> 80%) dapat dijawab benar oleh contoh.

Sikap gizi dalam penelitian ini disajikan dengan bentuk pernyataan terkait

fast food dan makanan tradisional. Terdapat 15 pernyataan terkait sikap gizi, yang terdiri dari sikap gizi terhadap fast food (10 pernyataan) dan sikap terhadap makanan tradisional (5 pernyataan).

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan kecenderungan terhadap pernyataan yang terkait sikap gizi

(25)

3 Berdasarkan tebel 5, pernyataan terkait sikap gizi terhadap fast food dapat

dijawab benar oleh sebagian besar contoh baik normal maupun gemuk dengan jawaban setuju, yaitu pernyataan mengenai “bahaya fast food bagi kesehatan”

(normal = 97.1%, gemuk = 82.4%), sedangkan pernyataan yang sebagian besar dijawab salah oleh contoh yaitu pernyataan mengenai “jika makan ayam goreng maka bagian kulitnya tidak ikut dimakan”, sebagian besar contoh menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut (normal = 61.8%, gemuk = 47.1%). Hal ini dikarenakan sebagian besar contoh, baik normal maupun gemuk suka dengan kulit ayam goreng sehingga sebagian besar jawaban contoh tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sebagian contoh juga menjawab ragu-ragu terhadap pernyataan mengenai “jika sudah makan fast foodtidak akan makan nasi” (normal = 11.8%, gemuk = 20.6%). Secara keseluruhan pernyataan yang benar dijawab oleh sebagian contoh gemuk yaitu “makanan jenis fast food tidak baik jika terlalu sering dikonsumsi” (jawaban setuju= 97.1%), sedangkan pernyataan yang sebagian besar dijawab salah oleh contoh gemuk, yaitu pernyataan mengenai “fast foodlebih baik daripada buah atau sayur” (jawaban setuju= 97.1%).

Pernyataan terkait makanan tradisional hampir semua dapat dijawab benar oleh contoh normal dan gemuk. Akan tetapi sebagaian besar contoh normal dan gemuk menjawab ragu-ragu mengenai pernyataan “makanan tradisional aman dikonsumsi” (normal = 52.9%, gemuk = 17.6%). Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan contoh normal dan gemuk masih ragu-ragu dengan kemananan makanan tradisional.

Tingkat pengetahuan dan sikap gizi diteliti dengan melihat perolehan skor dari daftar pertanyaan yang diajukan. Skor jawaban benar untuk pengetahuan gizi (1) dan jawaban salah (0), sedangkan untuk skor sikap gizi dengan pernyataan positif, jawaban setuju (2), tidak setuju (0), ragu-ragu (1), pernyataan negatif untuk jawaban setuju (0), tidak setuju (2), ragu-ragu (1). Perolehan skor tersebut kemudian diolah dan diubah dalam bentuk persen dan dikategorikan menjadi tigayaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut ini perbandingan antara tingkat pengetahuan dan sikap gizi pada contoh normal dan gemuk.

(26)

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa tingkat pengetahuan gizi contoh normal dan gemuk tergolong tinggi dan sedang. Tidak ada contoh yang berpengetahuan rendah. Tingkat pengetahuan gizi contoh normal sedikit lebih tinggi dibandingkan contoh gemuk (normal= 82.3%, gemuk= 70.6%). Hasil uji statistik (Mann-Whitney) menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara pengetahuan gizi dengan status gizi contoh (p=0.658). Hasil analisis korelasi

spearman menunjukkan tidak ada hubungan nyata antara tingkat pengetahuan gizi contoh dengan status gizi (p>0.05). Tidak adanya perbedaan signifikan antara tingkat pengetahuan gizi contoh normal dan gemuk disebabkan karena sebagian besar contoh masih mengingat pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang memuat tentang pengetahuan gizi dan makanan. Hal ini juga didukung dengan nilai ujian sekolah contoh tergolong baik dengan rata-rata di atas 85.

Penelitian ini juga menganalisis sikap gizi antara contoh normal dan gemuk. Penelitian ini menunjukan bahwa contoh berstatus gizi normal memiliki sikap gizi yang lebih baik dibandingkan dengan contoh berstatus gizi gemuk (normal= 55.9%, gemuk= 38.2%). Sebagian besar contoh gemuk tergolong memiliki sikap gizi sedang (55.9%). Hasil uji statistik (Mann-Whitney) menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara sikap gizi contoh normal dan gemuk (p=0.394). Hasil analisis korelasi spearman menunjukkan tidak ada hubungan nyata antara sikap gizi dengan status gizi contoh (p>0.05). Hasil penelitian ini sejalan dengan Deni (2009) yang menyatakan bahwa tingkat pemahaman sikap gizi tidak berhubungan dengan status gizi. Menurut Azwar (2003), sikap dikembangkan sepanjang waktu melalui proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu pengaruh keluarga, pengaruh informasi dan pengalaman pribadi, kepribadian, pengaruh kelompok teman sebaya, pengaruh kebudayaan, dan pengaruh media massa.Hal ini sejalan dengan teori Myers (1996) yang menyatakan bahwa sikap tidak selalu sesuai dengan perilaku.

Persepsi Kegemukan Orangtua

Persepsi merupakan suatu cara pandang seseorang dalam mengartikan suatu objek. Persepsi contoh terhadap kegemukan orangtua adalah cara pandang contoh dalam melihat bentuk tubuh orangtua (ayah dan ibu). Dalam penelitian ini menggunakan media gambar bentuk tubuh pria dan wanita untuk melihat persepsi contoh, sehingga contoh dapat menilai bentuk tubuh orangtuanya melalui gambar tersebut. Persepsi kegemukan orangtua disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan persepsi kegemukan orang tua Persepsi Kegemukan

Tubuh Orang Tua

Normal Gemuk Total

n % n % n %

Gemuk 16 47.1 34 100.0 50 73.5 Tidak Gemuk 18 52.9 0 0.0 18 26.5 Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Signifikan melalui uji X2 dengan p=0.000

(27)

3 (52.9%). Melalui uji korelasi spearman menunjukan adanya hubungan nyata

antara persepsi kegemukan orang tua dengan status gizi contoh dan diperoleh korelasi yang kuat antara keduanya (r= +0.600, p<0.05). Begitu halnya dengan uji

Chi-Square yang menunjukan adanya perbedaan nyata antara persepsi kegemukan orangtua pada siswa normal dan gemuk (p=0.000). Media gambar yang digunakan dalam kuesioner dinilai memberikan hasil yang baik sebab contoh yang merupakan anak usia sekolah dasar akan lebih memahami suatu objek melalui gambar (Sadiman 2005).Hal ini juga dapat mengindikasikan bahwa kegemukan dapat diturunkan dari orangtua ke anaknya (faktor genetik). Sejalan dengan jurnal yang ditulis oleh Wangsaseputra, Baharsena, dan Saanin (2012) dalam Mira (2013). Faktor genetik memberikan dampak terhadap pembentukan status gizi anak.

Perkembangan Seksual

Perkembangan seksual adalah tingkat perubahan seksual seseorang yang biasanya dialami pada masa pubertas dan ditandai dengan adanya kematangan seksual. Perkembangan seksual diteliti pada contoh berjenis kelamin perempuan dengan melihat kejadian menstruasi pada contoh dan membandingkannya antara contoh normal dengan gemuk. Sebaran perkembangan seksual contoh disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran perkembangan seksual pada contoh perempuan Perkembangan Seksual Normal Gemuk Total

n % n % n %

Sudah Menstruasi 6 42.9 2 22.2 8 34.8 Belum Menstruasi 8 57.1 7 77.9 15 65.2 Total 14 100.0 9 100.0 23 100.0 Uji X2 dengan p= 0.333

Berdasarkan table 8, diketahui sebanyak 6 dari 14 contoh normal putri sudah mengalami menstruasi (42.9%),sedangkan sisanya (57.1%) belum mengalami menstruasi. Pada contoh gemuk sebanyak 2 dari 9 contoh gemuk putri sudah mengalami menstruasi (22.2%) dan sisanya (77.9%) belum mengalami menstruasi.

(28)

Konsumsi Fast Food dan Makanan Tradisional

Jenis fast food yang dalam penelitian iniyaitu burger,fried chicken, pizza,fries potato,spahagetti, kebab,nugget, sosis,dan sandwich.Adapun jenis makanan tradisional yang diteliti adalah gado-gado, karedok, soto mie, siomay, sate, bakso, dan kupat tahu.

Tabel 9 Frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya

Jenis Konsumsi Frekuensi Normal Gemuk Total

(29)

3 Berdasarkan tabel 9, Fried chicken merupakan jenis fast food yang sering

dikonsumsi selama satu minggu oleh kedua contoh normal dan gemuk. Frekuensi konsumsi fried chicken terbanyak 1-2 kali/ minggu pada contoh normal sebanyak 64.7%. sedangkan pada contoh gemuk frekuensi terbanyak pada 3-4 kali/ minggu sebesar 58.8%. Jenis fast food kedua yang sering dikonsumsi contoh yaitu nugget.

Frekuensi konsumsi nugget terbanyak pada 1-2 kali/ minggu sebanyak 44.1%, sedangkan pada contoh gemuk frekuensi konsumsi nugget terbesar pada 3-4 kali/ minggu sebanyak 58.8%.

Tabel 10 Frekuensi konsumsi makanan tradisional berdasarkan jenisnya

Jenis Konsumsi Frekuensi Normal Gemuk Total

n % n % n %

(30)

yaitu siomay. Frekuensi konsumsi siomay pada contoh normal dan gemuk terbanyak pada 1-2 kali/ minggu dengan persentase masing-masing sebesar 61.8% dan 47.1%.

Frekuensi konsumsi bakso, fried chicken, dan nugget dilihat dan dilakuakan uji statistik untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi dengan status gizi pada contoh normal dan gemuk. Bakso sebagai makanan tradisional yang sering dikonsumsi kedua kelompok contoh, sedangkan fried chicken dan

nugget adalah jenis fast food yang sering dikonsumsi kedua kelompok contoh. Frekuensi konsumsi bakso, fried chicken, dan nugget pada contoh normal dan gemuk disajikan pada tabel 11 berikut ini.

Tabel 11Frekuensi konsumsi bakso, fried chicken, dan nugget pada contohnormal dan gemuk

Konsumsi Frekuensi Status Gizi

Normal (%) Gemuk (%)

Bakso (1) 1-2 kali/minggu 64.7 32.4

≥ 3 kali/ minggu 29.4 67.7

Fried Chicken (2) 1-2 kali/minggu 64.7 14.7 ≥ 3 kali/ minggu 29.5 76.5 Nugget (3) 1-2 kali/minggu 44.1 29.4

≥ 3 kali/ minggu 43.2 70.6

(1) Signifikan melalui uji X2, p= 0.002 (2) Signifikan melalui uji X2, p= 0.000 (3) Signifikan melalui uji X2, p= 0.000

Sebesar 64.7% contoh normal mengonsumsi bakso dengan frekuensi 1-2 kali/ minggu, sedangkan 67.7% contoh gemuk mengonsumsi bakso dengan frekuensi ≥ 3 kali/ minggu. Menurut uji statistikChi-Square terdapat perbedaan nyata antara frekuensi konsumsi bakso pada contoh normal dan gemuk (p<0.05). Kandungan energi dan lemak satu mangkok bakso yaitu masing-msing sebesar 141 kkal dan 0.7 gram (DKBM 2006).

Sebesar 64.7% contoh normal mengonsumsi fried chicken sebanyak 1-2 kali/ minggu, sedangkan 76.5% contoh gemuk mengonsumsi sebanyak ≥ 3 kali/ minggu. Hal ini sejalan dengan uji statistik Chi-Squareyang menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara frekuensi konsumsi fried chicken pada contoh normal dan gemuk. Satu potong fried chicken bagian dada memiliki berat sekitar 178 gram dengan kalori sebesar 320 kkal dan lemak 14 gram sedangkan bagian paha memiliki berat 110 gram dengan kalori sebesar 200 kkal dan lemak 21 gram (KFC 2001). Menurut uji statistikChi-Square terdapat perbedaan nyata antara frekuensi konsumsi fried chicken pada contoh normal dan gemuk (p<0.05). Hasil penelitian Yuli (2014), menyebutkan fried chickenmerupakan jenis fast food yang sering dikonsumsi oleh anak usia sekolah dasar berstatus gizi obes. Fried chicken

(31)

3 perbedaan nyata antara frekuensi konsumsi nugget pada contoh normal dan

gemuk (p<0.05). Hasil penelitian Yuli (2014), menyebutkan chicken nugget

merupakan jenis fast foodkedua yang sering dikonsumsi oleh anak usia sekolah dasar berstatus gizi obes. Secara keseluruhan, jenis fast food yang sering dikonsumsi kedua contoh, yaitu fried chicken dan nugget, sedangkan makanan tradisional yang sering dikonsumsi contoh yaitu bakso.

Konsumsi fast food pada contoh normal dan gemuk dilihat hubungannya dengan perkembangan seksual yaitu kejadian menstruasi pada siswi normal dan gemuk. Berikut ini sebaran contoh berdasarkan kejadian menstruasi terhadap konsumsi fast food.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kejadian menstruasi dengan konsumsi fast food pada contoh normal dan gemuk.

Frekuensi Konsumsi Fast food

Perkembangan Seksual

Sudah Menstruasi Belum Menstruasi Normal Gemuk Total Normal Gemuk Total n % n % n % n % n % n % ≥ 5 kali/ minggu 1 16.7 1 50.0 2 25.0 2 25.0 2 28.6 4 26.7 3 - 4 kali/ minggu 2 33.3 1 50.0 3 37.5 1 12.5 3 42.9 4 26.7 1 - 2 kali/ minggu 3 50.0 0 0.0 3 37.5 3 37.5 1 14.3 4 26.7 0 kali/ minggu 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 25.0 1 14.3 3 20.0 Total 6 100 2 100 8 100 8 100 7 100 15 100 Uji Mann-Whitney dengan p= 0.134

Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa sebagian besar siswi yang sudah mengalami menstruasi mengonsumsi fast food 1-2 kali minggu dan 3-4 kali/ minggu. Sebanyak 50% contoh gemuk yang sudah mengalami menstruasi mengonsumsi fast food 3-4 kali/ minggu, sedangkan 50% contoh normal mengonsumsi fast food 1-2 kali/ minggu. Sebanyak 37.5% contoh normal yang belum mengalami menstruasi mengonsumsi fast food 1-2 kali/ minggu, sedangkan 42.9% contoh gemuk yang belum mengalami menstruasi mengonsumsi fast food

3-4 kali/ minggu.

Berdasarkan hasil Uji Spearman tidak ditemukan adanya hubungan nyata antara perkembangan seksual pada kejadian menstruasi dengan frekuensi konsumsi fast food pada kedua contoh (p>0.05). Sama halnya dengan uji Mann-Whitneyi, t idak ditemukan adanya perbedaan antara kejadian menstruasi dengan frekuensi konsumsi fast food pada contoh normal dan gemuk (p= 0.134).

Rata-rata konsumsi fast food dan makanan tradisional berdasarkan jenisnya diperoleh melalui metode FFQ (Food Frequency Questionare) semi kuantitatif yang didapat dari Ukuran Rumah Tangga (URT) per bahan pangan. Ukuran rumah tangga yang diperoleh kemudian dikonversikan ke bentuk gram bahan pangan melalui perhitungan DKBM, sehingga diperoleh rata-rata konsumsi

(32)

Tabel 13 Rata-rata konsumsi fast food dan makanan tradisional berdasarkan Fried chicken 60.0 Fried chicken 82.0 Pizza 120.0 Pizza 171.4 Fries Potatao 94.0 Fries Potatao 98.5 Spaghetti 120.0 Spaghetti 190.0 Nugget 23.5 Nugget 44.5 tradisional dalam penelitian ini mencakup makanan yang dibeli sendiri maupun yang diolah oleh orang tua. Rata-rata konsumsi fast food pada kelompok gemuk lebih besar dibandingkan kelompok normal. Rata-rata konsumsi makanan tradisional pada kedua contoh normal dan gemuk tidak berbeda jauh.

Rata-rata konsumsi fast foodyang sudah dikonversi ke dalam gram, kemudian dilakukan perhitungan asupan zat gizi fast food dan makanan tradisional untuk mengetahui konsumsi dan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Setelah konsumsi didapatkan maka dapat dihitung tingkat kecukupannya dengan membandingkan konsumsi dengan angka kecukupan gizi (AKG 2013) untuk energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Tabel 14 Kandungan energi dan zat gizi menurut konsumsi dan tingkat kecukupan pada contoh normal dan gemuk

(33)

3 Rata-rata sumbangan energi dari fast food pada kelompok gemuk lebih

besar dibandingkan kelompok normal (gemuk = 543 g, normal = 418 g). Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah konsumsi fast food pada kelompok gemuk dari hasil wawancara. Sama halnya dengan fast food, rata-rata sumbangan energi dari makanan tradisional pada kelompok gemuk sedikit lebih besar dibandingkan kelompok normal (gemuk =346 g, normal = 330 g). Berdasarkan hasil uji hubungan spearmanantara sumbangan energi pada fast food dengan status gizi menunjukkan adanya hubungan nyata dengan korelasi positif (p<0.05, r = +0.995). Namun, hasil uji hubungan antara sumbangan energi makanan tradisional dengan status gizi diperoleh tidak adanya hubungan nyata (p> 0.05, r= +0.930).

Kelompok gemuk mempunyai rata-rata sumbangan protein pada konsumsi

fast food lebih besar dibandingkan kelompok normal (gemuk = 15.7 g; normal = 11.8 g). Rata-rata sumbangan protein dari makanan tradisional pada kelompok gemuk tidak berbeda jauh dengan kelompok normal (gemuk= 22.1 g; normal = 21.9 g). Berdasarkan hasil uji hubangan antara sumbangan protein padafast food

dengan status gizi menunjukkan adanya hubungan nyata dengan korelasi positif (r=+ 0.956, p<0.05). Semakin tinggi status gizi contoh, terdapat kecenderunga semakin tinggi sumbangan protein fast food yang dihasilkan. Hasil uji spearman

antara sumbangan protein makanan tradisional dengan status gizi menunjukkan tidak adanya hubungan nyata (p> 0.05). Hal ini dimungkinkan karena konsumsi makanan tradisional antara kelompok gemuk dan normal tidak jauh berbeda.

Kontribusi lemak fast food pada kelompok gemuk lebih besar dibandingkan kelompok normal (gemuk=17.8 g; normal= 13.7 g). Sama halnya dengan kontribusi protein dan energi, kontribusi lemak makanan tradisional pada kedua kelompok tidak jauh berbeda (gemuk= 12.9 g; normal= 12.5 g). Berdasarkan hasil uji hubungan antara sumbangan lemak fast food dengan status gizi diperoleh adanya hubungan nyata dengan arah korelasi positif (r= + 0.965, p<0.05). Hasil uji spearman antara sumbangan lemak makanan tradisional dengan status gizi menunjukkan tidak adanya hubungan nyata (p > 0.05).

Sama halnya dengan kontribusi energi, protein, dan lemak, kontribusi karbohidrat pada fast food kelompok gemuk lebih besar dibandingkan kelompok normal. Hal ini disebabkan konsumsi fast foodpada kelompok gemuk lebih besar sehingga menghasilkan sumbangan zat gizi dan tingkat kecukupan yang besar.Kontribusi karbohidratfast food pada kelompok gemuk lebih besar dibandingkan kelompok normal (gemuk=546.5 g; normal= 492.4 g). Kontribusi karbohidrat makanan tradisional pada kedua kelompok tidak jauh berbeda (gemuk=330.5 g; normal= 314.3 g). Hasil uji hubungan antara kontribusi karbohidrat fast food dengan status gizi menunjukkan adanya hubungan nyata (r= +0.972, p<0.05). Hasil uji hubungan antara kontribusi karbohidrat makanan tradisional dengan status gizi menunjukkan tidak adanya hubungan nyata (p>0.05).

(34)

Tabel 15 Alasan mengonsumsi fast food dan makanan tradisional berdasarkan status gizi

Alasan Mengonsumsi Normal Gemuk Total

n % n % n %

Fast food

Enak 13 38.2 21 61.8 34 50.0 Praktis 14 41.2 7 20.6 21 30.9 Mudah didapat 5 14.7 4 11.8 9 13.2

Murah 2 5.9 2 5.9 4 5.9

Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Makanan Tradisional

Enak 13 38.2 9 26.5 22 32.4

Praktis 9 26.5 2 5.9 11 16.2 Mudah didapat 10 29.4 8 23.5 18 26.5

Murah 2 5.9 15 44.1 17 25.0

Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Berdasarkan Tabel 15, alasan yang paling banyak dipilih contoh dalam mengonsumsi fast food yaitu enak (normal= 38.24%, gemuk= 61.76% ). Alasan kedua yang paling banyak dipilih contoh yaitu praktis (normal= 41.18%, gemuk= 20.59%). Alasan paling banyak dipilih contoh dalam mengonsumsi makanan tradisional yaitu enak (normal= 38.24%. gemuk= 26.47%). alasan kedua yang dipilih contoh yaitu mudah didapat (normal= 29.41%, gemuk= 23.53%). Namun alasan paling banyak yang dipilih contoh gemuk dalam mengonsumsi makanan tradisional yaitu murah (44.12%).

Kebiasaan Makan

Frekuensi Makan Contoh

Frekuensi makan contoh dalam penelitian ini dihubungkan dengan status gizi contoh dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan antara kebiasaan makan pada kedua contoh. Frekuensi makan contoh dalam sehari disajikan dalam tabel 10.

Tabel 16 Frekuensi makan contoh dalam sehari

Frekuensi Makan (kali/ hari) Normal Gemuk Total

n % n % n %

2 10 29.4 0 0.0 10 14.7

3 23 67.7 21 61.8 44 64.7

4 1 2.9 13 38.2 14 20.6

Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0 Signifikan melalui uji X2 dengan p= 0.001

(35)

3 hari. Sedangkan pada contoh gemuk sebanyak 61.8% memiliki frekuensi makan 3

kali/ hari dan 38.2% memiliki frekuensi makan 4 kali/ hari. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuli (2014) yang menyatakan bahwa sebagian besar anak gemuk laki-laki maupun perempuan biasa makan 3 kali/ hari. Hasil uji korelasi spearman

diperoleh adanya hubungan nyata antara frekuensi makan dengan status gizi pada contoh normal dan gemuk (r= +0.381, p<0.05). Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi status gizi contoh, maka ada kecenderungan memiliki frekuensi makan yang tinggi. Adapun hasil uji statistik (Chi Square) diperoleh adanya perbedaan nyata antara frekuensi makan pada kelompok normal dan gemuk (p= 0.02).

Kebiasaan Sarapan

Sarapan merupakan suatu aktivitas makan pada pagi hari yang biasanya dilakukan pada pukul 06.00-08.00. Dalam penelitian ini. dilihat kebiasaan sarapan antara contoh normal dan gemuk.

Tabel 17Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan Kebiasaan Sarapan Normal Gemuk Total

n % n % n %

Sarapan 32 94.1 34 100 66 97.1

Tidak sarapan 2 5.9 0 0 2 2.9

Total 34 100.0 34 100 68 100.0

Uji X2dengan p= 0.156

Berdasarkan Tabel 17, sebagian besar contoh dalam penelitian ini baik normal ataupun gemuk terbiasa sarapan. Dari semua total contoh terdapat 2 contoh normal yang tidak biasa sarapan. Sebanyak 94.1% contoh normal terbiasa sarapan sedangkan pada contoh gemuk 100% memiliki kebiasaan sarapan.

Menurut hasil analisis ujispearman, tidak terdapat hubungan nyata antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p>0.05). Sama halnya dengan hasil uji statistik Chi-Square, ditemukan tidak adanya perbedaan nyata antara kebiasaan sarapan dengan status gizi pada kelompok normal dan gemuk (p>0.05). Hal ini disebabkan karena sebagian besar contoh dengan status gizi normal maupun gemuk memiliki kebiasaan sarapan.

Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan olahraga contoh dilihat dan dianalisis serta dibandingkan antara contoh normal dan gemuk. Adapun sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga Kebiasaan Olahraga Normal Gemuk Total

n % n % n %

Biasa Olahraga 27 79.4 9 26.5 36 52.9 Tidak Biasa Olahraga 7 20.6 25 73.5 32 47.1 Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

(36)

Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa 27 dari 34 contoh normal memiliki kebiasaan olahraga (79.4%), sedangkan sisanya (20.6%) tidak terbiasa olahraga. Kebiasaan olahraga pada contoh gemuk sebanyak 9 contoh dari 34 contoh gemuk memiliki kebiasaan olahraga (26.5%), sedangkan sisanya (73.5%) tidak terbiasa melakukan olahraga. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa contoh normal lebih terbiasa melakukan olahraga dibandingkan contoh gemuk.

Menurut uji statistik (Chi-Square), terdapat perbedaan nyata antara kebiasaan olahraga dengan status gizi pada kelompok contoh normal dan gemuk (p<0.05). Melalui uji korelasi spearman ditemukan adanya hubungan nyata antara kebiasaan olahraga dengan status gizi (r= -0.530, p<0.05).

Pola Aktivitas

Pola aktivitas merupakan susunan aktivitas seseorang yang dilakukan secara berkala atau rutin sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan. Pola aktivitas dalam penelitian ini antara lain; sekolah, tidur siang, tidur malam, dan olahraga. Sebaran pola aktivitas contoh disajikan dalam Tabel 19.

Tabel 19 Sebaran pola aktivitas contoh berdasarkan status gizi

Aktivitas Frekuensi Normal Gemuk Total

n % n % n %

Sekolah (Jam) 6 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Tidur Siang (Jam/ hari)1)

Tidak pernah 16 47.1 3 8.8 19 27.9

1 10 29.4 15 44.1 25 36.8

≥2 8 23.5 16 47.0 24 64.7

Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Rata-rata 0.9 ±0.8 1.5±1.0

Tidur Malam (Jam/ hari)2)

7 12 35.3 7 20.6 19 27.9

8 19 55.9 20 58.8 39 57.4

≥9 3 8.8 7 20.6 10 14.7

Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Rata-rata 7.4±0.9 7.9±0.8

Olahraga(menit/minggu)3)

Tidak pernah 1 2.9 25 73.5 26 38.2

30 4 11.8 7 20.6 11 16.2

60 14 41.2 2 5.9 16 23.5

90 15 44.1 0 0.0 15 22.1

Total 34 100.0 34 100.0 68 100.0

Rata-rata 68.7±25.9 16.6±17.5

1) Uji Mann-Whitmey dengan p= 0.049 2) Uji Mann-Whitmey dengan p= 0.010 3) Uji Mann-Whitmey dengan p= 0.000

(37)

3 baik normal maupun gemuk melakukan tidur siang selama 1 jam (normal= 29.4%,

gemuk= 44.1%). Pada aktivitas tidur malam, sebagian besar contoh melakukan tidur malam selama 8 jam (normal= 55.9%, gemuk= 58.8%). Melalui uji statistik (Mann-Whitney) ditemukan adanya perbedaan nyata antara kelompok normal dan gemuk terhadap durasi tidur siang dan malam (tidur siang p= 0.049, tidur malam p= 0.011). Hasil korelasi spearman menunjukan ada hubungan antara durasi tidur siang dan malam dengan status gizi (p< 0.05).

Aktivitas olahraga dalam penelitian ini diinput dalam waktu menit/minggu olahraga. Sebanyak 44.1% contoh normal melakukan olahraga dengan durasi 90 menit, sedangkan pada contoh gemuk sebanyak 73.5% tidak pernah melakukan olahraga. Hal ini sejalan dengan kebiasaan olahraga pada contoh, yaitu sebagian besar contoh gemuk dalam penelitian ini jarang melakukan olahraga.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar contoh normal memiliki tingkat kesukaan sedang terhadap

fast food, sedangkan tingkat kesukaan contoh gemuk terhadap fast food tergolong tinggi. Hasil uji korelasi spearman menunjukan bahwa tidak ada hubungan nyata antara preferensi fast food dengan status gizi (p>0.05). Sebagian besar contoh normal dan gemuk memiliki tingkat kesukaan tinggi terhadap makanan tradisional. Hasil uji korelasi spearman menunjukan bahwa tidak ada hubungan nyata antara preferensi makanan tradisional dengan status gizi (p>0.05).

Sebagian besar contoh tergolong memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik (Mann-Whitney) menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara pengetahuan gizi dengan status gizi contoh (p=0.658). Sebagian besar contoh normal memiliki sikap gizi tinggi, sedangkan sebagian besar contoh gemuk memiliki sikap gizi sedang. Hasil uji statistik (Mann-Whitney) menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara sikap gizi contoh normal dan gemuk (p= 0.394). Semua contoh gemuk dalam penelitian ini berpersepsi orangtuanya gemuk, sedangkan sebagian besar contoh normal berpersepsi orangtuanya tidak gemuk. Melalui uji korelasi spearman menunjukan adanya hubungan nyata antara persepsi kegemukan orang tua dengan status gizi contoh dan diperoleh korelasi yang kuat antara keduanya (p<0.05).

Fried chicken merupakan jenis fast food yang sering dikonsumsi selama satu minggu yang lalu oleh kedua contoh normal dan gemuk. Frekuensi konsumsi

fried chicken terbanyak 1-2 kali/ minggu pada contoh normal, sedangkan pada contoh gemuk frekuensi terbanyak pada 3-4 kali/ minggu. Makanan tradisional yang paling sering dikonsumsi kedua contoh selama seminggu yang lalu yaitu bakso. Frekuensi konsumsi bakso pada contoh normal terbanyak 1-2 kali/ minggu, sedangkan pada contoh gemuk frekuensi konsumsi terbesar 3-4 kali/ minggu.

(38)

korelasi spearman menunjukan tidak adanya hubungan nyata antara perkembangan seksual dengan status gizi (p<0.05, r= -0.211).

Sebagian besar contoh normal memiliki kebiasaan olahraga, sedangkan sebagian besar contoh gemuk tidak terbiasa olahraga. Hasil uji statistik ( Mann-Whitney), terdapat perbedaan nyata antara kedua kelompok (p< 0.05). Melalui uji korelasi spearman ditemukan adanya hubungan nyata antara kebiasaan olahraga dengan status gizi (p< 0.05, r= -0.530).Sebagian besar contoh, baik normal maupun gemuk melakukan tidur siang selama 1 jam. Sebagian besar contoh melakukan tidur malam selama 8 jam. Hasil uji statistik (Mann-Whitney) ditemukan adanya perbedaan nyata antara kelompok normal dan gemuk terhadap durasi tidur siang dan malam (Tidur siang p= 0.049, Tidur malam p= 0.011). Hasil korelasi spearman menunjukan ada hubungan positif antara durasi tidur siang dan malam dengan status gizi (p< 0.05).

Saran

Penelitian terkait obesitas pada anak usia sekolah dasar dapat dikembangkan lagi dengan melihat faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi obesitas, khususnya faktor eksternal, seperti pengaruh keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Bagi penelitian sejenis selanjutnya dapat ditinjau kembali terkait variabel pengetahuan gizi pada siswa khusunya terkait pengetahuan gizi umum, yaitu pertanyaan mengenai fungsi karbohidrat dan jenis zat gizi yang masih banyak dijawab salah oleh siswa serta pertanyaan terkait pengetahuan gizi tentang obesitas yaitu faktor genetik obesitas. Dalam meneliti kejadian menstruasi untuk melihat perkembangan seksual pada siswa perlu diperhatikan jumalh sempel agar hasilnya representastif dan sejalan dengan teori yang ada. Bagi pihak guru sebaiknya lebih memperhatiakan jenis makanan yang dijual di sekolah melalui peraturan terkait penjualan makanan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani N. 2010. Pengetahuan, sikap, dan konsumsi makanan jajanan siswa sekolah dasar negeri di kota dan kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

American Psychological Association. 2002. A Reference for Profesionals: Developing adolescents. Washington: US. Departement of Health and

Human Services,

http://www.apa.org/pi/families/resources/develop.pdf[diunduh pada tanggal 15 Desember 2014].

Aranceta J. 2003. Community nutrition. European Journal of Clinical Nutrition. Vol 1 (57): S79–S81

Gambar

Gambar 1.  Skema kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1 Data, indikator, dan kategori, dan nilai variabel penelitian
Tabel 1 Data, indikator, dan kategori, dan nilai variabel penelitian  (lanjutan)
Tabel 1  Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 7.. Sampel

Tujuan : Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi dan kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik di Universitas

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE DINI PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SURAKARTA.. Latar Belakang : Menarche merupakan

Tujuan : Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dan konsumsi western fast food (frekuensi dan sumbangan energi) dengan status gizi pada remaja di SMP Muhammadiyah

Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji Modern (Fast Food), Pola Aktivitas Fisik, dan Faktor Lainnya dengan Status Gizi Pada Remaja SMA Cakra Buana

akan berdampak negatif bagi status gizi remaja. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food dengan

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern ( Fast Food ), Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja SMA Islam PB.Soedirman di Jakarta TimurTahun

kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas pada siswa. kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan, dimana yang obesitas