• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH bermain kel 4 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH bermain kel 4 (1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGARUH TELEVISI DAN FILM TERHADAP ANAK USIA DINI

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Bermain dan Permainan Anak Usia Dini

Dosen pengampu Matsuri, M.Pd dan Warananingtyas Palupi, MA

DISUSUN OLEH

MUTIARA NURSINTA (K8110032) REFINA SITA (K8110044) RIRIN LISTYAWATI (K8110045) ROIHANAH HARDIANI (K8110048) YULINDA WAHYUNINGTYAS (K8110062)

PAUD 6B

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maraknya film dan sinetron yang menghiasi layar kaca di Indonesia ini memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Setiap hari stasiun-stasiun televisi swasta selalu menyuguhkan begitu banyak film dan sinetron yang notabene mempunyai alur cerita yang sama. Cerita-cerita mengenai percintaan, kehidupan glamour, hedonisme, dan kriminalitas merupakan tema wajib bagi semua film dan sinetron di Indonesia. Bahkan film-film dan sinetron-sinetron yang berlatar keagamaan juga tak luput dari tema-tema tersebut.

Bagi sebagian masyarakat film dan sinetron merupakan konsumsi wajib sehari-hari khususnya kaum ibu. Namun, yang memprihatinkan para kaum ibu membiarkan anak-anaknya yang masih berusia dini untuk ikut menikmati film dan sinetron tersebut. Banyak dari para kaum ibu tersebut yang tidak mengerti bahwa film dan sinetron dapat memberikan dampak yang sangat buruk bagi perilaku anak usia dini.

Tahap perkembangan anak usia dini adalah tahap pra operasional kongkrit. Di mana pada tahap ini anak-anak akan meniru dari apa yang dilihatnya. Menyerahkan anak pada televisi tentu akan memberikan kesempatan yang sangat besar bagi si anak untuk menirukan perilaku-perilaku tokoh dari sinetron yang dilihatnya. Jika si anak melihat tokoh yang baik si anak akan meniru kebaikannya, namun jika si anak melihat tokoh yang buruk ia juga akan menirukan perilaku yang buruk pula. Ironisnya, sinetron-sinetron di Indonesia lebih banyak menampilkan adegan-adegan kejahatan, dan justru adegan-adegan yang baik itu disampaikan dengan cara yang sangat membosankan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan televisi? 2. Apa saja tujuan dan fungsi dari televsi?

(3)

6. Apa saja pengaruh positif dan negatif televisi terhadap anak ? 7. Bagaimana cara mengatasi dampak negatif menonton televisi

pada anak serta peran orangtua dalam mengatasi dampak negatif acara televisi?

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang radio. (Kamus Internasional Populer: 196)1 Sedangkan menurut KBBI (2001:919)2 televisi adalah pesawat system penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan sebagainya. Televisi sangat menarik karena tersedia berbagai macam acara, dan televisi sekarang acaranya dapat dilihat 24 jam nonstop. Televisi juga merupakan salah satu hiburan yang paling populer selama masa kanak-kanak. Kenyataannya televisi disebut “electronoc pied Piper” atau sebuah label yang menyatakan bahwa secara harfah ia menyita perhatian anak terhadap bentuk bermain lainnya.

B. Tujuan dan Fungsi Televisi  Tujuan Televisi

Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 43, bahwa penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan makmur.

(5)

 Menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 3 UndangUndang Penyiaran No. 24 Tahun 1997, Sinar Gratika, Jakarta

 Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan

 Mengembangkan masyarakat adil dan makmur  Fungsi Televisi

a. Fungsi rekreatif

Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat kepada pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.

b. Fungsi edukatif

Selain untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan pengetahuan kepada pemirsanya lewat tayangan yang ditampilkan.

c. Fungsi informatif

Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan.

C. Faktor yang Mempengaruhi Minat Anak pada Televisi a. Usia

Anak prasekolah menunjukkan minat yang lebih besar pada televisi ketimbang anak usia sekolah yang mempunyai perhatian bermain yang lebih luas dan teman bermain yang lebih banyak, serta lebih kritis mengenai segala sesuatu yang dilihatnya di televisi.

b. Jenis kelamin

(6)

laki-laki menganggap membaca lebih sulit ketimbang anak perempuan, juga siaran televisi yang berpusat pada adegan yang menegangkan lebih disukai anak laki-laki.

c. Inteligensi

Pada semua usia, anak yang pandai kurang memperoleh kepuasan dari telvisi ketimbang teman sebayanya yang kurang pandai dan mereka lebih cepat kehilangan minatnya. d. Status sosioekonomi

TV lebih populer bagi anak yang berasal dari kelompok sosioekonomi rendah daripada kelompok yang lebih tinggi. hal ini terutama benar dengan meningkatnya usia anak, yang sebagian karena anak dalam kelompok lebih rendah kurang memiliki kesempatan untuk dapat melakukan bentuk bermain yang lain.

e. Prestasi akademik

Pada setiap tingkatan usia, siwa yang pandai kurang tertarik pada televisi ketimbang siswa yang kurang pandai. Mereka sering menganggapnya pemborosan waktu untuk menonton acara yang disajikan.

f. Penerimaan sosial

Terdapat hubungan yang erat antara jumlah penerimaan sosial yang dinikmati anak dan perhatian mereka pada TV. Semakin mereka diterima semakin kurang perhatiannya pada televisi dan sebaliknya.

g. Kepribadian

Televisi lebih menaarik anak yang penyesuaiannya buruk secara pribadi dan sosial ketimbang mereka yang baik penyesuaiannya. Anak yang introvert lebih banyak menonton televisi daripada anak extrovert.

(7)

Timbulnya kebiasaan menonton televisi sebenarnya bisa saja datang dari dalam anak itu sendiri. Penyebab timbulnya kebiasaan yang terbesar adalah iseng dan rasa ingin tahu dari anak itu sendiri. Iseng dan rasa ingin tahu sebenarnya saling berkaitan erat dalam penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi pada anak. Rasa ingin tahu yang besar yang memang lazim terdapat pada anak-anak mendorong mereka untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam acara-acara televisi yang di siarkan. Mereka penasaran mengenai tokoh ataupun cerita yang ada di dalamnya.

Kemudian alasan iseng sebagai penyebab timbulnya kebiasaan juga sering digunakan. Anak-anak pada awalnya hanya ingin mencoba hal baru yang belum pernah mereka coba sebelumnya, dalam hal ini menonton televisi. Saat di waktu luang dimana tidak ada yang ingin mereka kerjakan, mereka iseng menyalakan televisi, mencari saluran televisi yang menurut mereka menarik dan kemudian menyaksikannya. Dari awal iseng tersebut kemudian berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa disadari sudah menjadi bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.

2. Faktor Eksternal

Selain faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, tentu saja faktor yang berasal dari luar atau eksternal juga berpengaruh dalam pembentukan kebiasaan, diantaranya adalah kebiasaan orang tua, teman, waktu luang dan acara televisi yang ditayangkan.

(8)

untuk tidak terlalu sering menonton televisi namun orang tua mereka tetap menjadikan menonton televisi sebagai kebiasaan.

Faktor teman juga membentuk kebiasaan tidak jauh berbeda dengan faktor sebelumnya yaitu orang tua. Teman seringkali mempengaruhi anak untuk menonton televisi dengan mensugestikan acara-acara yang menurut teman tersebut tergolong acara yang menarik. Untuk anak usia dini mereka juga masih sering saling mengajak satu sama lain untuk menonton televisi bersama-sama sepulang sekolah. Waktu luang dan acara televisi cukup menyumbang dalam pembantukan kebiasaan. Apabila ada waktu luang, anak cenderung mencari kegiatan yang bisa dia lakukan dan saat melihat ada acara televisi yang menarik maka ia langsung memilih menghabiskan waktu dengan menonton televisi.

E. Frekuensi Menonton Televisi

(9)

peraturan keluarga, tuntutan pekerjaan sekolah atau tugas di rumah, jumlah televisi yang dimiliki atau tidak ada televisi sama sekali, berapa banyak anggota keluarga yang berbagi waktu menonton, dan berbagai kondisi lainnya.

F. Pengaruh Positif dan Negatif Televisi terhadap Anak Pengaruh Negatif :

a) Pengaruh fsik

Menonton televisi sering mengganggu jadwal makan dan tidur. Pencernaan akan terganggu dan kurang tidur.

b) Pengaruh pada bentuk bermain lainnya

Menonton televisi mengurangi waktu yang tersedia bagi kegiatan bermain lainnya, terutama bermain di luar dengan anak lain. Menonton televisi juga mengurangi waktu untuk bermain kreatif atau berbagai bentuk hiburan lain.

c) Pengaruh pada pekerjaan sekolah

Televisi menyajikan informasi dengan cara yang menggairahkan dan hidup sehingga buku pelajaran hampir tidak dapat menyainginya untuk menarik minat anak. Akibatnya, mereka sering menganggap buku dan pekerjaan sekolah membosankan.

d) Pengaruh pada hubungan keluarga

Menonton televisi sering membatasi interaksi sosial antar anggota keluarga dan membatasi percakapan.

e) Motivasi untuk memperoleh pengetahuan

Beberapa anak termotivasi untuk mengikuti apa yang dilihatnya di layar televisi dengan membaca untuk mengisi kesenjangan pengetahuan mengenai hal tersebut.

f) Pengaruh pada sikap

(10)

dengan orang di layar televisi, ini mempengaruhi sikap anak terhadap mereka.

g) Pengaruh pada nilai

Menu acara yang terus-menerus menunjukkan adegan pembunuhan, penyiksaan, dan kekejaman pada saatnya akan menumpulkan kepekaan dan mendorongpengembangan nilai anak yang tidak sejalan dengan nilai mayoritas kelompok sosial. Apabila anak terbiasa dan tidak peka terhadap kekerasan, mereka akan menerima perilaku itu sebagai pola hidup yang normal.

h) Pengaruh pada perilaku

Karena anak suka meniru, mereka merasa bahwa apa saja yang disajikan dalam acara televisi tentunya merupakan cara yang dapat diterima baginyadalam bersikap sehari-hari. Karena para pahlawan yang patuh kepada hukum kurang

Cara berbicara anak sangat dipengaruhi oleh apa yang didengarnya diucapkan orang di televisi dan bagaimana cara mengucapkannya. Ini akan meningkatkan pelafalan dan tata bahasa, namun belum tentu akan memberi pola yang baik dalam pengungkapan hal-hal yang dikatakan anak.

j) Model untuk peran dalam hidup

Tokoh televisi memberi model untuk berbagai peran dalam kehidupan, perilaku yang sesuai dengan jenis kelamin, dan karir. Hal ini memberi mereka wawasan mengenai apa yang diharapkan kelompok sosial dari mereka.

k) Pengaruh pada keyakinan

(11)

lebih mengetahui segala sesuatu ketimbang para orang tua, guru, dan dokter. Hal ini cenderung membuat anak mudah tertentu.

Pengaruh Positif :

Terlepas dari dampak buruknya, memang televisi tetap saja tidak bisa dilepaskan dari keseharian anak dan orangtuanya. Televisi pun tidak melulu memberikan efek buruk terhadap anak, asalakan orangtua bisa mendampingin dan bersikap bijak. Berikut manfaat dari menonton televisi:

1. Meningkatkan kosakata anak

2. Anak bisa belajar hal baru

3. Meningkatkan minat anak pada hal baru

4. Memiliki ikatan dengan tokoh atau acara yang ditonton.

5. Menciptakan momen kebersamaan keluarga

Baik anak-anak yang gemar menonton televisi dan orang tua sebagian besar menyadari bahwa pengaruh positif yang paling menonjol dari menonton televisi adalah sebagai salah satu media belajar anak dan sebagai sumber informasi yang dapat membantu anak untuk mengenal dunia luar lebih luas.

(12)

cocok untuk usia anak mereka. Beberapa dari mereka juga menggunakan fasilitas TV kabel yang memiliki paket khusus acara untuk anak-anak. Contoh acara yang bersifat mendidik tersebut antara lain Barney and friends, Sesame Street atau Jalan sesama, Dora the explorer, Laptop si Unyil, Upin dan Ipin, Surat Sahabat, Are You Smarter than a 5th grader dsb.

 Sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar 60% dari data angket menyatakan bahwa selain sebagai media pembelajaran, televisi juga berpengaruh positif sebagai sumber informasi bagi anak untuk mengenal dunia luar lebih luas. Sebenarnya fungsi ini tidak terlalu jauh berbeda dengan fungsi televisi sebagai media pembelajaran. Sumber informasi disini juga dapat diartikan dengan informasi informasi yang didapat dari menyaksikan tayangan televisi yang bersifat mendidik dan informative. Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan. 70% orang tua murid yang diwawancarai mengatakan bahwa anak mereka menjadi lebih tahu mengenai dunia luar dan saat ditanya, anak tersebut menjawab Aku tahu dari TV ma’. Hal tersebut membuktikan bahwa fungsi televisi sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar cukup berhasil. Namun hal ini perlu didukung dengan adanya pengawasan dari orang tua agar informasi yang diterima oleh anak sesuai dengan usia mereka.

G. Cara Mengatasi Dampak Negatif Menonton Televisi pada Anak

(13)

a. Perhatian penempatan televisi. Jangan berikan anak televisi khusus di kamarnya. Sebaiknya televisi ditaruh di tempat yang anak tetap bisa diawasi dan didampingi saat menonton.

b. Batasi waktu anak menonton televisi, cukup 1-2 jam sehari. c. Dampingi anak saat menonton televisi.

d. Seleksi acara yang ditontonnya.

e. Seleksi perannya. Jangan sampai Anda malah menjadikan televisi sebagai babysitter.

f. Pastikan selalu ada alternative kegiatan selain menonton televisi, misal bermain sepeda, puzzle, berkebun dan lain-lain. g. Orang tua harus memberi contoh pada anak, seperti ketika baru pulang kerja, jangan langsung duduk di depan televisi berjam-jam.

 Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi

Setiap orang tua memiliki tanggungjawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk mengantisipasinya.

Dari begitu banyak dampak yangdiakibatkan oleh tontonan televisi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu:

1) Pilih acara yang sesuai dengan usia anak

Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).

(14)

Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol dan orangtua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak untuk di tonton.

3) Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak.

Dengan meyimpan TV diruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, karena kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.

4) Tanyakan acara favorit mereka dan buntu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif

5) Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.

Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya, siraturahim tempat sanak keluarg dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.

6) Perbanyak membaca buku, letakkan buku ditempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko dan perpustakaan

7) Perbanyak mendengarkan radio, memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti menonton TV

Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mendenganrkan radio, anak akan terlatih kemampuan mendengarnya, jika kita bandingkan denga menonton televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur cerita tampa menganalisis lebih lanjut dari apa yang dialihat dan dengar. Begitu juga dengan mendengarkan musik lebih baik dilakukan bila dibandingkan dengan menonton televisi karena bisa melatih perkembangan imajinasi anak.

(15)

diingat, menulis sangat berbeda dengan berbicara. Tentunya komunikasi melalui tulisan cenderung lebih sulit. Meskipun demikian, bukan tidak mungkin bisikan dan teriakan, seperti ketika berbicara, diwujudkan dalam bentuk tulisan. Hanya saja, untuk mengungkapkannya dibutuhkan kecerdasan bahasa. Dan membaca menjadi solusinya. Dengan banyak membaca, rasa kebahasaan anak akan berkembang.

Ketika anak baru memulai menulis, tidak perlu mengajarkan tata bahasa pada anak. Sebagian besar pengetahuan ketatabahasaan ini sifatnya berkembang sehingga bisa dikuasai anak sedikit demi sedikit. Secara alami, anak akan belajar berbicara dari bahasa yang mereka dengar. Anak juga akan belajar menulis dalam bahasa yang mereka baca, tentunya bila mereka banyak membaca karena buku adalah masukan untuk tulisan yang baik.

Dari kegiatan menulis ini pula anak dapat memperoleh manfaat, di antaranya sebagai berikut: anak dapat menyatakan perasaannya tentang apa yang dialami dalam bentuk tulisan, anak dapat menyatukan pikiran ketika menuangkan ide dengan kata-kata, anak dapat menunjukkan kasih kepada sesama, misalnya dengan menulis surat ucapan terima kasih atau ulang tahun kepada orang tua, teman, atau bahkan guru, anak bisa meningkatkan daya ingat dengan cara membuat dan menulis informasi tentang sesuatu.

H. Pengertian Film

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, film diartikan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret), atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).

Sedangkan pengertian film secara luas adalah tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukkan di gedung atau bioskop. Pengertian film jenis ini juga disebut dengan istilah teatrikal. Film ini berbeda dengan Film Televisi atau sinetron yang dibuat khusus untuk siaran televisi.

(16)

Minat terhadap film sebagai bentuk rekreasi berkembang lebih lambat ketimbang berbagai minat bermain lainnya. Kebanyakan anak prasekolah kurang mengerti apa yang diperlihatkan di layar film sehingga tidak dapat memuaskan perhatiannya sepanjang pertunjukkan. Akhirnya mereka merasa bosan dan gelisah. Tentu saja hal ini tidak berlaku bagi film yang diputar khusus bagi tingkat usia mereka.

Selanjutnya, karena banyak flm mempunyai unsur “menegangkan” yang menampakkan adegan tembakan dan keributan, banyak anak prasekolah menjadi takut. Tanpa menyadari bahwa adegan itu hanya sandiwara, mereka sering menutup mata dan menangis ketakutan. Hal ini menyusutkan minatnya untuk menonton flm anak-anak di bioskop atau bahkan menonton flm di televisi.

I. Pengaruh Film terhadap Anak

Menonton film animasi adalah hal lazim untuk para anak-anak,bahkan remaja dan dewasa memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap animasi,mulai dari tv sampai komik,semuanya tak lepas dari alur cerita yang imajinatif dan terkesan heroik,namun tau kah kalian beberapa fakta kini telah didapatkan seputar dampak positif dan negatif dari menonton film animasi,mempengaruhi imajinasi dan kreativitas, yah okelah pasti ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan ide anak,tapi tak jarang justru dampek negatif yang muncul mulai dari hal kecil sampai yang besar,simak ulasan kematian Revino Siahaya, anak berusia 10 tahun, yang disinyalir bunuh diri akibat meniru gaya dalam film kartu Naruto.

Berdasarkan hasil penyelidikan pihak yang berwajib, memang itdak ada indikasi adanya pengaruh film tersebut terhadap kematian Revino. Tetapi menurut KPI kasus ini menimbulkan keresahan dari masyarakat akan sinyalemen bahwa film kartun Naruto mempunyai pengaruh buruk terhadap perilaku anak.

(17)

Sinchan dalam beberapa serialnya menampilkan perilaku yang menjurus ke arah pornografi. Sementara film animasi kartun Doraemon banyak disoroti karena memanjakan tokoh Nobita dengan hal-hal yang bersifat instan. Ini menyebabkan tokoh Nobita menjadi sosok anak yang malas dan kurang mandiri, selalu mengandalkan Doraemon dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Perilaku kedua tokoh kartun tersebut, dikhawatirkan pihak orangtua bisa memberi pengaruh negatif bagi perkembangan anak.

Kembali pada Naruto, pada dasarnya film ini memang cukup menarik. Bercerita tentang petualangan seorang bocah dari perkampungan ninja bernama Konoha. Film animasi kartun ini menampilkan hal yang berbeda dari sosok ninja pada umumnya. Tokoh-tokoh ninja dalam kisah Naruto tampil lebih terbuka, fashionable, lepas dari mainstream figur ninja klasik yang cenderung berpenutup wajah dan misterius. Begitu pula dengan persenjataan. Kalau ninja klasik banyak mengandalkan kepiawaian dalam memainkan jurus samurai, tombak dan senjata rahasia, maka Naruto dan kawan-kawan digambarkan lebih hebat dari itu. Mereka tidak lagi tergantung pada senjata konfensional karena memiliki kesaktian luar biasa.

Dengan menggunakan teknis animasi modern, ilmu-ilmu yang ditampilkan menjadi tampak hebat, dramatik, dan heroik. Wajar apabila banyak disukai oleh anak-anak. Tapi, di lain sisi, harus diakui, sepanjang film ini selalu tak lepas dari adegan kekerasan. Pertempuran yang tak jarang berujung pada pembunuhan, selalu menjadi pilihan dalam menyelesaikan setiap masalah, yang diangkat sebagai inti cerita. Tidak berlebihan apabila orangtua menjadi khawatir.

Bila kita cermati, sebenarnya memang banyak film animasi kartun di televisi yang menampilkan adegan kekerasan. Ironisnya, animasi kartun di televisi bagi sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai film anak-anak. Padahal kita tidak tahu, film impor tersebut di negara asalnya apakah memang jelas-jelas untuk konsumsi anak-anak, atau tidak?

(18)

penayangannya tampil penuh kekerasan maupun keisengan yang cenderung ekstrem. Perseteruan abadi tokoh kucing dan tikus ini selalu diwarnai dengan upaya saling mengalahkan dengan melakukan pemukulan, penusukan, pembakaran, jebakan, peledakan, penyiksaan terhadap masing-masing tokoh maupun perusakan materi seperti melempar piring, membanting gelas dan lain sebagianya. Meski semua itu dikemas dalam balutan humor, sehingga tampak jenaka, namun bagi anak-anak yang belum bisa berpikir panjang bisa jadi apa yang diperagakan oleh tokoh Tom dan Jerry dianggap sebagai legalitas bagi mereka untuk melakukan hal serupa dalam pergaulan sehari-hari.

 Film menyenangkan anak dengan membawa mereka ke dunia manusia dan hewan yang baru yang melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya.

 Dalam flm, anak menemukan kegembiraan yang tidak diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, suatu kegembiraan yang lebih hidup ketimbang yang diperolehnya dari membaca, bahkan dari komik.

 Gagasan yang dapat digunakan dalam kegiatan bermain lainnya diperoleh dari flm tentang koboi, makhluk luar angkasa, orang Indian, dan sebagainya.

 Film menyediakan informasi tentang bagaimana bersikap dalam situasi sosial, dan anak menggunakan ini untuk

 Film menyediakan informasi tentang berbagai jenis orang yang tidak mempunyai hubungan pribadi yang dekat dengan mereka. Apakah hal ini akan mempertinggi toleransi, prasangka, atau rasa suka sebagian besar akan bergantung pada cara penggambaran orang di layar.

(19)

mengekspresikannya dengan impian buruk, atau sikap gelisah. Pada anak yang lebih besar pengaruhnya lebih sedikit dan jarang karena mereka menyadari yang mereka lihat di layar hanya adegan yang dibuat seolah-olah benar.  Menonton flm terlalu lama secara terus-menerus dapat

(20)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Televisi merupakan media audio visual yang digunakan manusia sebagai sarana menambah pengetahuan, hiburan dll. Dalam televisi terdapat berbagai tayangan yang menarik yang berisi tentang informasi serta pengetahuan baru. Selain bermanfaat baik televisi juga berdampak negatif, dampak negatif tersebut bisa datang dari melihat tayangan yang tidak sepantasnya dilihat. Misalnya untuk anak kita harus memilihkan acara tv yang berlabel kan tulisan anak anak, sebab acara yang bertuliskan label anak anak itu merupakan acara yang khusus ditayangkan untuk anak dan sesuai dengan porsi anak untuk melihat suatu tayangan dan memperoleh informasi. Orang tua disini harus berperan dalam membimbing anak melihat suatu tayangan televisi agar anak selalu terkontrol dan berada dalam pengawasan yang baik. B. Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama.

http://eyangkartoredjo.blogspot.com/2012/12/efek-buruk-nonton-tv-bagi-anak-anak.html

http://unexo-unexo.blogspot.com/2011/03/pengaruh-tayangan-televisi-terhadap.html

http://tashwirulafkar.com/pengaruh-televisi-terhadap-anak/

http://warrel04.blogspot.com/2012/11/dampak-positif-dan-negatif-menonton.html

(22)

Referensi

Dokumen terkait

PEKANBARU (RIAU POS.CO)-Setelah dua tahun terhenti masalah IMB dan Amdal, proyek Riau Town Square (Ritos) di dalam kompleks purna MTQ Pekanbaru, akhirnya mendapat lampu

[r]

Peran badan pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam pengimplementasian pemanfaatan biogas dari human feces sebagai upaya meminimalisir pencemaran air dan

Pola saluran pemasaran ikan Neon Tetra yang terdapat di Pokdakan Curug Jaya II terdiri dari pembudidaya pembenih sebagai produsen, pembudidaya pembesaran, broker ,

Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah aspek keindahan dan ini merupakan unsur yang paling penting dari suatu objek wisata untuk dapat menarik wisatawan. Aspek keindahan

Perekonomian sosialis adalah suatu perekonomian dimana alat-alat produk jadi milik bersama, dapat juga berbentuk suatu perekonomian pasar lambat menjadi matang. 1 Sistem ekonomi

29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, menyatakan:”Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan ( treatment ) dengan memberikan model cooperative