• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Epidemiologi Penyakit Menular Sc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Epidemiologi Penyakit Menular Sc"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT MENULAR :

SCARLET FEVER

(DEMAM SCARLET)

DOSEN : Munaya Fauziah, SKM, M.Kes

Disusun Oleh:

Nama : Nadia Ellya Pramesti

NPM : 2015710014

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

(2)

2 KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin... Puji dan syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, nikmat iman, islam, dan ihsan serta panjang umur

kepada kita semua, terutama kepada saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Penyakit Menular: Scarlet Fever” . Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi standar kelulusan pada mata kuliah epidemiologi penyakit menular.

Saya mohon maaf atas kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini. Baik dari segi

penyampaian materi, maupun dari segi penulisan. Saya sadar akan keterbatasan ilmu

pengetahuan dalam pengkajian permasalahan yang di angkat menjadi latar belakang

pembahasan makalah ini. Namun, saya telah berusaha sesuai kemampuan dan pengetahuan

yang saya miliki.

Dengan kerendahan hati, saya menerima kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca agar lebih memudahkan saya dalam memahami dan mengkaji berbagai masalah

dalam konsep kesehatan masyarakat.

Dengan demikian, saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan

sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Jakarta, Maret 2017

Penulis

(3)

3 1.3.1 Bagi masyarakat ... 2

1.3.2 Bagi penulis ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Definisi ... 3

2.2Etiologi ... 3

2.3Manifestasi klinis ... 3

2.4Diagnosis ... 4

2.5Patofisiologi ... 4

2.6Program nasional ... 5

(4)

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media.

Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara

berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun

waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan

menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat

menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar.

Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.

(Widoyono, 2011: 3).

Penyebab (agent) penyakit menular adalah unsur biologis yang bervariasi mulai dari

partikel virus yang paling sederhana sampai organisme yang paling kompleks yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia (Noor, 1997: 39). Dimana proses agent penyakit

dalam menyebabkan penyakit pada manusia memerlukan berbagai cara penularan khusus

(mode of transmission) serta adanya “sumber penularan (reservoir) penyakit seperti

manusia, binatang … ” (Noor, 1997: 39).

Perkembangan ilmu kedokteran telah mulai merasuk kedalam penyakit tropic terutama

penyakit pada anak. Kemajuan ini telah menyebabkan berkembangnya bidang pediatri

tropic dengan topic utama infeksi, demam, anaemia, gizi dan gabungannya. Salah satu

topic penting adalah demam dan ruam Juga dibahas beberapa perubahan paradigma pada

infeksi kuman yang tidak selalu menjadi pathogen dan kemampuan mereka beralih rupa

sehingga menyebabkan variasi klinik yang sangat lebar. Dibahas beberapa penyakit yang

paling sering di jumpai di daerah tropik, beberapa penyakit yang sangat khusus dan hanya

beredar di suatu tempat tidak dibicarakan secara mendalam. Penyakit yang dibahas

hanyalah sebatas demam berdarah, campak, rubella, sindroma Kawasaki, infeksi herpes

hominis, infeksi enterovirus dan meningococcemia.Penyakit yang belum ditemukan

kasusnya di Indonesia seperti tidak domasukan kedalam bahasan.

Kemampuan bakteri dan virus untuk menjadi laten, menjadi komensal dan flora normal

terhadap tubuh manusia serta kemampuan untuk beralih (switching ) menjadi invasive dan

infective telah mendorong metode baru diagnosis, terapi dan pencegahan. Sebagai contoh

(5)

5 Streptococcus pyogenes atau GAS-Grup A Streptococcus adalah salah satu β-hemolitik Streptococcus penyebab terbanyak kasus infeksiStreptococcus. Jenis lain (grup C, D, dan

G) lebih jarang menyebabkan infeksi serius. Beberapa faktor virulensi berkontribusi pada

patogenesisnya, seperti protein M, hemolysin dan enzim ekstraseluler.Sebagian besar jenis

infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus A bersifat ringan, kecuali komplikasi supuratif

dan non supuratif. Hampir seluruh infeksi kuman ini masih rentan pada antibiotika.

Salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri tersebut adalah demam

scarlet. Salah satu jenis demam ini sudah jarang ditemukan di Indonesia. Namun, apabila

telat dalam hal pengobatan, akan fatal akibatnya. Yaitu dapat menimbulkan

komplikasi-komplikasi seperti Abses tonsil, otitis media, bronko pneumonia, dan jarang menjadi

mastoiditis, osteomielitis atau septikemia. Komplikasi lanjut adalah demam rematik dan

glomerulonefritis akut.

Dari hal-hal tersebut, maka perlu adanya pembahasan melalui penulisan makalah ini

mengenai demam scarlet.

1.2Tujuan

Melalui penulisan makalah ini, diharapkan memahami mengenai penyakit menular,

khususnya demam scarlet yang biasa terjadi pada anak-anak.

1.2.1 Tujuan umum

Memberikan informasi secara terperinci mengenai demam scarlet sekaligus

memenuhi syarat nilai mata kuliah epidemiologi penyakit menular.

1.2.2 Tujuan khusus

 Mengetahui pengertian demam scarlet atau skarlatina.  Mengetahui penyebab dan gejala yang ditimbulkan.  Mengetahui cara pencegahan penyakit demam scarlatina.

1.3Manfaat

1.3.1 Bagi masyarakat

Dari penulisan makalah ini, diharapkan agar masyarakat mengetahui salah satu

penyakit menular, yaitu scarlet fever. Sehingga, masyarakat dapat memahami

gejalanya dan dapat mengatasi secara mandiri penyakit tersebut.

1.3.2 Bagi penulis

Diharapkan agar penulis lebih memahami mata kuliah epidemiologi penyakit

menular yang salah satunya adalah mengupas mengenai scarlet fever. Selain itu,

(6)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Scarlet fever atau demam scarlet atau biasa disebut Scarlatina merupakan penyakit

bakteri yang sering muncul bersama-sama dengan radang tenggorokan atau infeksi kulit,

seperti impetigo, yang disebabkan oleh strain tertentu dari bakteri streptokokus.. Penyakit

yang banyak menyerang anak usia 5-15 tahun ini mudah untuk disembuhkan, namun

terkadang bisa memicu komplikasi serius pada hati dan ginjal, serta bisa memicu kematian.

Pada abad ke-19, penyakit yang ditemukan oleh Theador Billroth dan Louis Pasteur ini

pernah menjadi pemicu terbesar kematian di Amerika Serikat. Faktor kurang gizi pada

masa itu, baik selama dalam kandungan maupun dalam masa pertumbuhan menyebabkan

demam scarlet bisa berkembang sedemikian parah.

Namun, sejak penggunaan antibiotik mulai dikenal luas oleh masyarakat, demam

scarlet jarang berlanjut sampai parah. Selain faktor antibiotik, peningkatan status gizi pada

manusia modern dan pembentukan sistem kekebalan terhadap bakteri penyebabnya, turut

membuat demam scarlet semakin jarang ditemukan sejak abad ke-20. Itulah mengapa

demam scarlet mulai jarang ditemukan.

2.2 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus Grup A atau yang disebut

juga dengan Streptococcus pyogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang banyak

menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan superfisial

epidemis) dan membran mukosa, seperti epitel mukosa orofaring, epitel nasal, traktus

genital, dan daerah perianal. Berdasarkan buku The Health Care of Homeless Person,

2006, Pitaro mengatakan bahwa carrier Streptococcus β hemolyticus Grup A dapat ditemukan di saluran pernafasan, namun kadang tidak menimbulkan penyakit akan tetapi

dapat berisiko untuk menyebarkan penyakit.

Bedanya, pada demam scarlet yang memicu demam bukan bakterinya, melainkan racun

eksotoksin yang dikeluarkan bakteri tersebut.

2.3 Manifestasi Klinis

 Gejala prodromal berupa demam panas, nyeri tenggorokan, muntah, nyeri kepala,

(7)

7  Tonsil membesar dan eritem, pada palatum dan uvula terdapat eksudat putih

keabu-abuan.

 Pada lidah didapatkan eritema dan edema sehingga memberikan gambaran strawberry

tongue (tanda patognomonik).

 Ruam berupa erupsi punctiform, berwarna merah yang menjadi pucat bila ditekan.

Timbul pertama kali di leher, dada dan daerah fleksor dan menyebar ke seluruh badan

dalam 24 jam. Erupsi tampak jelas dan menonjol di daerah leher, aksila, inguinal dan

lipatan poplitea.

 Pada dahi dan pipi tampak merah dan halus, tapi didaerah sekitar mulut sangat pucat

(circumoral pallor).

 Beberapa hari kemudian kemerahan di kulit menghilang dan kulit tampak sandpaper

yang kemudian menjadi deskwamasi setelah hari ketiga.

 Deskuamasi berbeda dengan campak karena lokasinya di lengan dan kaki. Deskuamasi kemudian akan mengelupas dalam minggu pertama sampai minggu ke enam.

2.4 Diagnosis

Mengingat demam scarlet yang biasa berkembang pada pengidap radang tenggorokan,

maka dokter akan mengecek keadaan tenggorokan, lidah, dan amandel pasien untuk gejala

penyakit ini sebagai salah satu bentuk pemeriksaan awal. Setelah itu, dokter akan

mengecek tekstur dari ruam kulit yang muncul (bila ada), dan apakah terdapat pembesaran

atau pembengkakan pada kelenjar getah bening.

Dokter dapat mengambil sampel dari amandel dan belakang tenggorokan pasien untuk

mengetahui dan memastikan apakah gejala tersebut disebabkan oleh bakteri yang memicu

demam scarlet.

2.5 Patofisiologi

Streptococcus β hemolyticus Grup A menyebar saat seseorang yang terinfeksi bakteri atau carrier tersebut batuk atau bersin ( droplet infection) dan masuk ke membran mukosa

orang lain. Lokasi yang ramai dan padat seperti sekolah, tempat penampungan anak, dan

perumahan kumuh akan meningkatkan kemungkinan penularan antar individu. (Pitaro,

2006).

Grup A bakteri strep dapat hidup di hidung dan tenggorokan seseorang. Bakteri

menyebar melalui kontak dengan tetesan dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi. Jika

menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah menyentuh sesuatu yang memiliki tetesan ini

(8)

8 Selain itu penularan dapat terjadi melalui penggunaan alat makan/minum

bersama-sama dengan orang yang sakit.

2.6 Program Nasional

Di Indonesia, angka kejadian demam scarlet masih sangatlah jarang. Bahkan,

masyarakat Indonesia masih asing dengan salah satu jenis penyakit menular ini.

Sehingga, untuk program nasional yang ada, masihlah sama dengan program-program

yang bergerak untuk memberantas penyakit dengan ruam-ruam sebagai gejalanya,

contohnya adalah campak. Kemudahan dalam menemukan dan membeli antibiotik,

adalah salah satu usaha pemerintah dalam mengatasinya.

Selain itu, berdasarkan program nasional RKP tahun 2010 di bidang kesehatan,

terdapat program yang mencakup provinsi sampai kabupaten/kota, yaitu program

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program lingkungan sehat, program

pencegahan dan pemberantasan penyakit, program obat dan perbekalan kesehatan, dll.

Dengan adanya program-program tersebut, diharapkan dapat mengurangi kejadian

permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat. Sehingga, tercapainya derajat

(9)

9

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Studi literatur

Otoritas Kesehatan Hongkong telah mengumumkan terjadi peningkatan kasus penyakit

scarlet fever (demam scarlet) di negaranya. Jumlah kasus mencapai 615 kasus dengan 2

kematian yaitu pada anak perempuan berumur 7 tahun dan anak laki-laki berumur 5 tahun.

Jumlah ini masih terus bertambah. Beberapa hari terakhir tercatat tambahan 40 kasus baru.

Dari data yang ada 93 % kasus adalah anak-anak usia dibawah 10 tahun.

Menurut Prof. Tjandra otoritas kesehatan setempat menyatakan pada tahun ini kasus

serupa ditemukan di Macau (49 kasus) dan di daratan China mencapai lebih dari 9.000

kasus. Sejauh ini penyakit ini hanya terlokalisir di Hongkong dan sekitarnya, belum ada

laporan peningkatan kasus serupa di negara lain. Kementerian Kesehatan terus memantau

situasi yang ada bekerjasama dengan WHO.

Negara Indonesia, sejauh ini belum ada penelitian mengenai demam scarlet. Sehingga,

kebanyakan peneliti lebih terfokus pada bakteri streptokokus yang mengakibatkan berbagai

macam penyakit menular. Salah satunya adalah demam scarlet.

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan di SDN 13 Padang, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A pada usapan

tenggorok dari 104 murid SD Negeri 13 Padang adalah sebanyak 2 orang (1,9%). SD Negeri

13 merupakan sekolah yang sebagian besar (>90%) muridnya bertempat tinggal di tepi

pantai dan perumahan padat penduduk dengan sanitasi lingkungan kurang baik. Hal ini

dapat menjadi faktor yang memudahkan terjadinya penularan bakteri Streptococcus β hemolyticus Grup A.

Penelitian Durmaz et al di Malatya Turki pada 909 orang anak sehat didapatkan 130

anak (14,3%) bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A pada usapan tenggorok nya.8 Lloyd et al mendapatkan 8,4% bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A pada usapan tenggorok anak umur 5-17 tahun di Chennai dan Viviane mendapatkan pada anak sehat

umur 5-15 tahun sebesar 9,46%.

Berdasarkan kelompok umur dari 104 murid SD yang diperiksa usapan tenggoroknya,

(10)

10 tahun. Pavanchand et al mendapatkan 5% dari 300 anak sehat carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A dan terbanyak di kelompok umur 8-10 tahun.10 Penelitian Martin et al pada 5658 anak usia 5-15 tahun di Pittsburgh Pennsylvania mendapatkan jumlah

terbanyak carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A adalah pada kelompok umur <10 tahun. Hal ini disebabkan karena anak usia tersebut pada tahap awal sekolah mulai

banyak teman untuk bermain bersama dan masih kurangnya pengetahuan mereka akan

kebersihan.

Berdasarkan jenis kelamin dari 104 murid SD yang terdiri dari 54 orang laki-laki dan

50 orang perempuan yang diperiksa usapan tenggoroknya, didapatkan 2 orang yang carrier

bakteri Streptococcus β hemolyticus Group Ayaitu hanya pada anak laki-laki. Tidak

dijumpai carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A pada anak perempuan. Pavanchand et al juga mendapatkan jumlah terbanyak carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A pada anak laki-laki (59,3%).

Menurut penelitian Dheepa et al, dari 207 anak umur 8 - 11 tahun ditemukan carrier

pada 3 anak laki-laki, sedangkan pada perempuan didapatkan 10 anak.6 Hal ini

kemungkinan disebabkan anak laki-laki lebih sering bermain di luar rumah dan terpapar

dengan berbagai macam bakteri patogen. Anak laki-laki biasanya juga kurang

memperhatikan kebersihan diri.

Umumnya hasil kultur bakteri yang tumbuh dari usapan tenggorok murid SD tersebut

adalah bakteri flora normal yang biasa terdapat di tenggorokan anak, seperti Streptococcusα hemolyticus, Neisseria sp dan Staphylococcus sp. Flora tersebut dapat ditemukan di

tenggorokan orang yang sehat, namun tidak membahayakan dan tidak menyebabkan

penyakit.

Terdapat pertumbuhan koloni bakteri Klebsiella sp pada 15 orang anak dan

Pseudomonas sp pada 1 orang anak.Adanya kedua bakteri itu sebenarnya tidak lazim di

tenggorokan murid, karena mereka tidak termasuk kelompok flora normal residen di

tenggorokan anak. Hal ini menandakan pada murid-murid yang ditemukan Klebsiella sp dan

Pseudomonas sp dapat dikatakan sebagai carrier atau hanya merupakan flora normal

(11)

11

BAB 4

DISTRIBUSI PENYAKIT

4.1Insiden

Berdasarkan data bulan Maret tahun 2015, di negara Inggris pada tahun tersebut terjadi

peningkatan sejak minggu ke-1 sampai minggu ke-11 dengan kasus sebanyak 100 sampai

hampir 900 pengaduan kasus per 100.000 orang.

Namun, di minggu ke-37 yang sudah tidak ada kasus pengaduan mengenai demam

scarlet, akhirnya terjadi peningkatan yang tidak signifikan, yaitu menjadi sekitar 100 kasus

pengaduan dan terus menerus mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak merata

sampai di minggu terakhir, yaitu minggu ke-49.

4.2Prevalens

Streptokokus grup A menyebabkan 15-30% kasus radang tenggorokan akut pada pasien

pediatrik (pasien anak). Tetapi, bakteri tersebut hanya menyebabkan 5-10% kasus pada

dewasa.

Carrier bakteri Streptococcus β hemolyticus Grup A umumnya ditemukan pada anak-

anak. Menurut Dheepa, 2012, pada penelitiannya dengan 255 anak umur 8-11 tahun

ditemukan presentase carrier bakteri ini pada laki-laki 5%, sedangkan pada perempuan

didapatkan 3.09%. Pada penelitian Devi, 2011, dilakukan pembagian pada beberapa

kelompok umur, diantaranya umur 5 - 7 tahun ditemukan carrier pada 198 laki-laki dan

(12)

12 perempuan dari 260 anak. Kemudian pada kelompok umur 9 – 11 tahun, ditemukan carrier 134 pada laki-laki dan 118 pada perempuan dari 252 anak.

Angka yang diterbitkan oleh Public Health Inggris menunjukkan bahwa dari September

2013 hingga Maret 2014 ada 2.830 kasus demam scarlet. Untuk periode yang sama tahun

2014/15 total 5.746 kasus yang tercatat.

4.3Faktor risiko

Anak-anak usia 5-15 tahun, cenderung lebih mudah terpapar bakteri penyebab demam

scarlet. Penyakit tersebut mudah menyebar, salah satu faktornya adalah karena adanya

kontak yang dekat, seperti di lingkungan keluarga yang terkena demam scarlet, maupun

dengan teman-teman sekelasnya.

Selain itu, tidak melakukan langkah pencegahan adalah salah satu faktor risiko

terjangkitnya penyakit tersebut. Sehingga, perlu adanya intervensi dan kesadaran bagi

setiap orang tua/individu terhadap orang-orang disekitarnya, terutama kepada anak-anak

yang rentan terjangkit penyakit demam scarlet.

4.4Pencegahan

 Mencuci tangan menggunakan sabun dan air hangat. Sebaiknya orang tua mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar.

 Tidak berbagi peralatan makan atau makanan. Peran orang tua juga berpengaruh untuk

memberikan stigma agar tidak berbagi gelas minum atau peralatan makan dengan

teman-teman atau teman sekelas.

 Menutupi mulut dan hidung saat batuk dan bersin untuk mencegah potensi penyebaran

(13)

13

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Demam scarlatina atau scarlatina adalah salah satu penyakit akibat infeksi bakteri yang

disebabkan oleh grup A Streptococcus atau "kelompok A strep." Penyakit ini

mempengaruhi beberapa orang yang memiliki infeksi radang tenggorokan atau kulit yang

disebabkan oleh kelompok A streptokokus. Ini biasanya merupakan penyakit ringan, tetapi

orang-orang perlu pengobatan untuk mencegah masalah kesehatan yang jarang namun

serius.

Gejala awal biasanya termasuk sakit tenggorokan, sakit kepala dan suhu tinggi

(38.3C/101F atau di atas), pipi memerah dan lidah bengkak. Gejala demam scarlet

biasanya mengembangkan dua sampai lima hari setelah infeksi, meskipun masa inkubasi

(masa antara paparan infeksi dan gejala muncul) dapat sesingkat satu hari atau selama

tujuh hari. Ketika disentuh, ruam terasa seperti amplas dan mungkin gatal.

Demam Scarlet biasanya akan hilang setelah sekitar satu minggu. Tetapi, pengobatan

yang cepat, dapat mengurangi risiko komplikasi berkelanjutan yang disebabkan oleh

demam scarlet ini. Sehingga, dokter perlu memeriksa lebih lanjut.

5.2 Saran

Dari pembahasan diatas, penulis dapat menyarankan para pembaca agar:  Selalu menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan sekitar.

 Memahami dan menerapkan pencegahan yang telah disarankan.  Melakukan pengobatan sejak dini sebelum berlanjut lebih parah.  Tidak meremehkan demam.

 Jika sudah terpapar, segera menghubungi dokter supaya mendapatkan penanganan

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Anon, 2011. Aedes aegpty. , (1779), pp.1–8.

Halim, R.G., 2016. Campak pada Anak. Cdk-238, 43(3), pp.186189.

Ismoedijanto, 2011. DEMAM dan RUAM di DAERAH TROPIK ( VIRAL EXANTHEMAS IN THE

TROPIC ). , pp.162–164.

Rahayu, T. & Tumbelaka, A.R., 2002. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut Pada Anak. ,

4(6), pp.104–113.

Ratnasari, D.T. et al., Manifestasi Kulit dan Mukosa pada Penyakit Kawasaki ( Skin and

Mucosal Manifestation of Kawasaki Disease ). , pp.8–10.

Tong, S.F., Abdul Aziz, N. & Chin, G.L., 2006. Prevalence of Non-Dengue Thrombocytopaenia

among Adult Patients Presenting with Acute Febrile Illness in Primary Outpatient

Clinics. Medicine & Health, 1(November 2003), pp.2530. Available at:

http://www.researchgate.net/publication/257084112_Prevalence_of_Non-Dengue_Thrombocytopaenia_among_Adult_Patients_Presenting_with_Acute_Febrile_

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari distribusi usia anak laki-laki didapatkan bahwa paling banyak terinfeksi pada usia sekolah (5-12 tahun) sebanyak 15 orang anak disusul dengan usia bayi (0-1

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa domain masalah jantung dan terapi pada semua kelompok usia asianosis dan sianosis berdasarkan laporan anak dan orang tua

Berdasarkan diagram 4 diatas menunjukkan bahwa dari 26 responden didapatkan hasil bahwa gambaran pengetahuan orang tua tentang penyakit influenza pada anak usia

Tidak ada hubungan yang signifikan dengan hasil P&gt;0,05 antara pola asuh orang tua denga perilaku agresif anak usia sekolah di SD Muhammadiyah Wirobrajan

Tabel 4 dan Gambar 1 menunjukkan risiko relatif pada kelompok anak gizi buruk dengan penyakit infeksi dan kelompok gizi buruk dengan penyakit non infeksi didapatkan

Tidak adanya perbedaan status atopi antara kedua kelompok anak ini lebih jelas dapat dilihat pada grafik Boxplot gambar 1 yang menunjukkan bahwa sebaran anak yang atopi

Tidak ada hubungan yang signifikan dengan hasil P&gt;0,05 antara pola asuh orang tua denga perilaku agresif anak usia sekolah di SD Muhammadiyah Wirobrajan

Berdasa rkan data yang diperole h, dapat dilihat bahwa dari 9 laki-laki dari kelompok pasangan usia subur yang infertil didapatkan data bahwa 1 orang laki-laki