• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Di Pulau Semau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Di Pulau Semau"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN 979 – 3598 – 08 - 5

Pengelolaan Sumberdaya Alam

Dan Lingkungan

Di Pulau Semau

YAYASAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI

INDONESIA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Memfoto copy dan / atau memperbanyak dengan cara apapun, sebagaian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit adalah tindakan tidak bermoral dan melanggar hukum

Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan

Di Pulau Semau

ISBN 979-3598-08-5

Penulis

IN Prijo Soetedjo, Utma Aspartia,

Made Tusan SurayasaIda Rachmawati

Editor

Febry L. Koten

Desain cover

Yacobus Suni

Penerbit

YAYASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Jl Bangka VIII No. 3B Pela Mampang Jakarta 12720 E-mail : Kehati@kehati.or.id

Website:www.kehati.or.id

(3)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau ii

KATA PENGANTAR KETUA TIM

Tim telah berusaha secara maksimal untuk melaksanakan Studi Pengelolaan Sumber

Daya Alam Dan Lingkungan di Pulau Semau dengan segala keterbatasan yang ada.

Dalam pelaksanaan di lapangan tim menghadapi beberapa kendala yang tidak dapat dielakan dan tentunya berpengaruh pada kualitas laporan yang dapat disajikan.

Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang didapat dari instansi terkait, hasil hasil penelitian yang pernah dilakukan dan digabungkan dengan pengamatan langsung di lapangan serta data primer yang diperoleh dari proses Diskusi kelompok Terarah (Focus Group Discussion/ FGD) dan wawancara semi terstruktur (Semi Structural Interview/ SSI). Pengumpulan data sekunder secara konseptual dirasakan mudah oleh pihak yang belum berpengalaman meneliti. Bagi pihak yang sudah berpengalaman dalam penelitian lapangan, penelitian macam ini justeru lebih sulit daripada penelitian yang mengandalkan data primer. Penelitian berbasis data sekunder akan mudah jika di instansi terkait tersedia data dengan format yang diperlukan. Dalam kenyataan di lapangan, data sering tidak tersedia dan kalau tersedia formatnya sering tidak sesuai dengan yang diperlukan untuk perencanaan. Selain itu, data peubah (variable) yang sama antar instansi yang berbeda seringkali tidak konsisten. Dalam keadaan demikian, reliabilitas dan validitas data merupakan permasalahan yang lebih rumit lagi dan menjadi faktor pembatas penting terhadap kualitas laporan yang dihasilkan.

Walaupun demikian Tim Undana beserta pihak yang terkait berusaha menjadikan kendala sebagai bahan masukan yang harus dapat diminimasikan sehingga dengan data yang ada dapat diperoleh informasi yang akurat, tepat, dan terbarukan..

Semoga hasil studi ini bermanfaat bagi orang yang menghargai arti penting dari partisipasi masyarakat secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari suatu pembangunan di perdesaan, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau. Hasil studi ini diharapkan menjadi salah satu acuan dalam mengembangkan Riset Terpadu di Tingkat Petani sehingga permasalahan yang ada dapat diperbaiki dengan memaksimumkan potensi yang ada dengan proses pembelajaran terpadu antara petani, masyarakat umum, peneliti, dan penyandang dana. Hal yang penting adalah semoga laporan ini bermanfaat sebagai acuan dasar bagi orang yang menghargai dan mengerti etika keilmiahan secara jujur, benar dan bertanggung jawab.

(4)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada akhirnya Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan di Pulau

Semau dapat diselesaikan dan dapat diwujudkan dalam laporan ini.

Dengan segala keterbatasan sebagai manusia, sebelummnya kami mohon maaf yang sebesar besar bila dalam pelaksanaan penelitian ini baik selama pelaksanaan di lapangan, penulisan, maupun selama pelaksanaan Workshop di tingkat kecamatan mungkin ada pihak yang kurang berkenan. Kami memandang semua sebagai hal yang positif bagi intropeksi dan menambah pengalaman dalam berwawasan secara ilmiah. Pada kesempatan ini pula kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada:

1. Pimpinan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) yang telah membantu memberikan dana dan saran sarannya dalam pelaksanaan kegiatan studi ini. 2. Bapak Dekan Fakultas Pertanian yang telah banyak memberikan dukungan,

motivasi dan bantuan yang tak terkirakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai penulisan laporan ini

3. Staf KEHATI khususnya pak Rio dan pak Dwi yang dengan kesabarannya membantu kelancaran dan kontribusinya yang besar pada studi sejak persiapan sampai pada penulisan laporan.

4. Bapak Camat Semau dan staf yang telah banyak membantu kelancaran studi sampai pada pelaksanaan Workshop di tingkat kecamatan.

5. Bapak Kepala Desa Akle, Uithiuhana, dan Uiboa serta semua staf sehingga pelaksanaan penelitian dapat terorganisir dengan baik.

6. Semua Tim peneliti (Ir. Utma Aspartia,MS; Ir Made Tusan Surayasa, Mhum, Ir. Ida Rachmawati, Febry L Kotten, SE, MM, Johanes Sogen, SP, Yacobus Suni, SP, Jianto) dan staf lapangan yang dengan dedikasinya tinggi selalu membantu pelaksanaan studi hingga tersusunnya laporan ini.

7. Semua pihak yang telah membantu tetapi tidak dapat kami sebutkan satu persatu

(5)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR KETUA TIM ii

UCAPAN TERIMAKASIH iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

I PENDAHULUAN………...……… 1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2 Pengembangan Gagasan dan Konsep Umum Kegiatan... 2

1.3. Perumusan Masalah……….. 4

1.4 Maksud dan Tujuan……… 5

1.4.1 Maksud……… 5

1.4.2 Tujuan………. 5

1.5 Luaran……… 6

1.6 Metode……… 6

1.6.1 Waktu dan Tempat……….. 7

1.6.2 Metode Studi……… 7

1.6.3 Ruang Lingkup……… 8

1.6.4 Analisa Data………. 9

II INFORMASI LATAR BELAKANG……… 11

2.1 Profil Umum Kabupaten……… 12

2.1.1 Rona Geofisik………. 12

2.1.2 Rona Sosial Ekonomi……….. 12

2.1.3 Rona Sosial Budaya………. 14

2.2 Perkembangan Pembangunan……… 14

2.2.1 Kondisi Kependudukan……….. 14

2.2.2 Perubahan Penggunaan Lahan………. 14

2.2.3 Perkembangan Perindustrian……… 14

2.3 Pembangunan Daerah Kecamatan Semau Kabupaten Kupang... 15

III ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SERTA PROSES DAN PROSEDUR PERENCANAAN……… 16 3.1 Administrasi Pemerintahan... 16

3.1.1 Sistem Administrasi Pemerintahan... 16

3.1.2 Administrasi Pemerintahan Pusat... 16

3.1.3 Administrasi Pemerintahan Daerah... 16

3.2 Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan... 18

3.2.1 Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan Nasional... 18

3.2.2 Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan Daerah... 19

(6)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau v

IV LINGKUNGAN FISIK DAN SUMBERDAYA ALAM PULAU SEMAU... 22

4.1 Rona Lingkungan dan Sumberdaya Alam ... 22

4.1.1 Lingkungan Fisik... 22

4.1.2 Sumberdaya Alam……… 24

4.2 Masalah dan Potensi Pengelolaan Lingkungan dan Sumberdaya Alam... 31

4.2.1. Analisis Masalah... 31

4.2.2. Analisis Potensi... 33

V KEPENDUDUKAN DAN POLA PERMUKIMAN... 36

5.1 Karakteristik Penduduk dan Rumah Tangga... 36

5.1.1 Sebaran dan Kepadatan Penduduk... 36

5.1.2 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kalamin, dan Pendidikan... 36

5.1.3 Komponen Perubahan Penduduk... 37

5.1.4 Keadaan Rumah Tangga... 37

5.1.5 Angkatan Kerja... 38

5.2 Pola Permukiman dan Analisis Fungsional... 39

5.2.1 Keterkaitan Permukiman... 39

5.2.2 Analisis Fungsional Permukiman... 40

5.2.3 Klasifikasi Permukiman... 41

5.3 Permasalahan dan Potensi Kependudukan dan Pola Permukiman... 41

5.3.1 Analisis Masalah... 41

5.3.2 Analisis Potensi... 42

VI SEKTOR PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN... 43

6.1 Penggunaan, Penguasaan, dan Pengusahaan Lahan... 43

6.1.1. Pola Penggunaan Lahan... 43

6.1.2. Penguasaan Lahan... 44

6.1.3. Pola Pengusahaan dan Produktivitas... 44

6.1.4. Pola Pengusahaan Perkebunan... 47

6.1.5. Pengusahaan dan Produksi Ternak... 49

6.1.6. Pengusahaan dan Produksi Perikanan... 50

6.1.7. Pola Pengusahaan dan Produksi Hutan Produksi... 51

6.1.8.Tehnologi Usahatani... 52

6.2 Kelembagaan dan Pelayanan Penyuluhan, Kredit dan Koperasi... 53

6.2.1. Kelembagaan dan Pelayanan Penyuluhan... 53

6.2.2. Kelembagaan, Pelayanan Kredit dan Pelayanan Koperasi... 53

6.3 Kebijakan Harga dan Rantai Pemasaran... 54

6.3.1. Kebijakan dan Faktor yang Menentukan Harga Komoditas Pertanian. 54 6.3.2. Rantai Pemasaran Komoditas Utama... 54

6.4 Analisis Variasi Pembanguan Pertanian antar kecamatan... 54

6.5 Permasalahan dan Potensi Pengembangan Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan……… 55

6.5.1. Analisis Masalah... 55

(7)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau vi

VII KEGIATAN DI LUAR SEKTOR PERTANIAN……… 58

7.1 Kegiatan Industri dan Kerajinan... 58

7.1.1. Perkembangan Industri………... 58

7.1.2. Analisis Sebaran Industri……….. 58

7.1.3. Hubungan Perindustrian dengan Pertanian dan Perikanan……….. 58

7.1.4. Rantai Pemasaran Produk Industri………. 59

7.1.5. Kelembagaan Promosi Industri………... 59

7.2 Kegiatan Pariwisata... 59

7.2.1. Perkembangan Kegiatan Kepariwisataan... 59

7.2.2. Sebaran Daerah Tujuan Wisata... 60

7.2.3. Hubungan Pariwisata dengan Pertanian... 60

7.2.4. Kelembagaan Promosi Pariwisata……….. 60

7.3 Kegiatan Perdagangan dan Investasi……… 61

7.3.1. Perkembangan Perdagangan dan Bisnis………. 61

7.3.2. Analisis Sebaran Perdagangan dan Bisnis………. 61

7.3.3. Kelembagaan Promosi Perdagangan dan Bisnis……… 61

7.3.4. Pengembangan Perdagangan dan Inverstasi……….. 61

7.5. Kegiatan Jasa………...……… 62

7.6. Permasalahan dan Potensi Pengembangan Kegiatan Non-Pertanian……… 62

7.6.1. Analisis Permasalahan……….. 62

7.6.2. Analisis Potensi………. 64

VIII INFRASTRUKTUR FISIK DAN SOSIAL……… 65

8.1 Irigasi ……….. 65

8.1.1. Sumber Air Irigasi……….………. 65

8.1.2. Jaringan Irigasi……….. 65

8.2 Perhubungan……….. 65

8.2.1. Analisis Fasilitas Perhubungan Darat……….. 65

8.2.2. Analisis Perhubungan Laut………. 65

8.3 Kelistrikan dan Energi……….……. 66

8.4 Pelayanan Pendidikan……… 66

8.4.1. Analisis Fasilitas Pendidikan yang ada………... 66

8.4.2. Aksesibilitas terhadap Sekolah Lanjutan……… 66

8.5 Pelayanan Kesehatan……… 66

8.5.1. Analisis Fasilitas Pelayanan Kesehatan……… 66

8.5.2. Program Layanan Kesehatan……… 67

8.5.3. Aksesibilitas Terhadap Rumah Sakit dan Pusat Pelayanan Kesehatan 67 8.6. Air Bersih dan Sanitasi……… 67

8.6.1. Fasilitas Air Bersih……….. 67

8.6.2. Sanitasi Lingkungan……… 67

8.7 Analisis Masalah dan Potensi Infrastruktur Fisik dan Sosial………. 67

8.7.1. Analisis Masalah………. 67

(8)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau vii

IX HASIL KEGIATAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DAN

WAWANCARA SEMI STRUCTURAL INTERVIEW (SSI)...

70

9.1 Kecamatan Semau... 70

9.1.1. Desa Akle... 70

9.1.2. Desa Uithiuhana ... 73

9.1.3. Desa Uiboa ... 75

X ANALISIS MASALAH, POTENSI, DAN KEPENTINGAN KELOMPOK MASYARAKAT... 78 10.1 Analisis Masalah... 78

10.1.1. Langkah-langkah Analisis Masalah... 78

10.1.2. Masalah dari Hasil Analisis Situasi... 78

10.1.3. Masalah dari Hasil FGD dan SSI... 79

10.1.4. Hubungan Sebab-Akibat Masalah... 81

10.1.5. Masalah Prioritas Penanganan... 81

10.2. Analisis Potensi... 85

10.2.1. Langkah-langkah Analisis Potensi... 85

10.2.2. Potensi Hasil Analisis Situasi... 85

10.2.3. Potensi Hasil FGD dan SSI... 86

10.2.4. Potensi Potensi Prioritas... 86

10.3 Analisis Kepentingan Kelompok Masyarakat... 88

10.3.1. Langkah-langkah Analisis Kepentingan Kelompok... 88

10.3.2. Kepentingan Kelompok Masyarakat Hasil Analisis Situasi, FGD, dan SSI………. 88 XI ARAHAN DAN PROGRAM RISET....……….. 89

11.1 Arahan Program Riset... 89

11.1.1. Strategi Alternatif Pengembangan Program Riset... 89

11.2 Perumusan Program Riset... 91

XII PENUTUP………. 93

(9)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau viii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1. Proses Pelaksanaan Studi Dan Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Alam

Dan Lingkungan Dengan Pendekatan Partisipatif... 8 3.1 Ringkasan Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan Daerah... 20 4.1 Keadaan Iklim Kabupaten Kupang 10 Tahun Terakhir (1996 – 2005)... 22 4.2 Keadaan Topografi Berdasarkan Ketinggian dan Kelerengan Di Pulau Semau.. 23 4.3 Sifat Fisik Tanah Di Pulau

Semau...

23 4.4 Sumber Air Menurut Jenisnya yang Ada Di Pulau Semau, dirinci Per Desa …. 24

4.5 Embung di Pulau Semau……….……… 25

4.6 Penggunaan Lahan di Pulau Semau... 26 4.7 Luasan lahan (ha) Yang Diperuntukan Untuk Budidaya, Perkebunan, Hutan di

Pulau Semau ... 27 4.8 Produksi (ton) Tanaman Budidaya, Perkebunan, Hutan di Pulau Semau ... 27 4.9 Produksi Hasil Hutan Dirinci Menurut Jenisnya Di Pulau Semau Tahun

2003... 28 4.10 Populasi dan Jenis Ternak di Pulau Semau Tahun 2003... 29 4.11` Banyaknya Nelayan Di Kecamatan Semau Dirinci Per Desa Tahun 2003 ... 30 4.12 Banyaknya Alat Penangkap Ikan Di Kecamatan Semau Dirinci Per Desa Tahun

2003 ... 30 4.13 Banyaknya Perahu Kapal Penangkap Ikan Di Kecamatan Semau Dirinci Per

Desa Tahun 2003 ... 30 4.14 Analisis Masalah Lingkungan dan Sumberdaya Alam di Kecamatan Semau

Kabupaten Kupang……….. 31

4.15 Analisis Interaksi Masalah Lingkungan dan Sumberdaya Alam di Kabupaten Kupang………

33 4.16 Analisis Potensi Lingkungan dan Sumberdaya Alam yang dimiliki Kecamatan

Semau, Kabupaten Kupang... 34 5.1 Sebaran dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semau ... 36 5.2 Struktur Penduduk Kecamatan Semau Menurut Jenis Kelamin Dirinci per

Kecamatan ... 37 5.3 Jumlah Penduduk yang Lahir, Mati, Datang dan Pindah Di Kecamatan Semau,

menurut Desa... 37 5.4 Keadaan Rumah Tangga Kecamatan Semau dirinci Per Desa... 38 5.5 Jarak dari Desa ke Ibu Kota Kecamatan Semau dan Ibu Kota Kabupaten.. 40 5.6 Distribusi Fasilitas Sekolah, Fasilitas Kesehatan yang ada Di Kecamatan

Semau... 40 5.7 Analisis Masalah Kependudukan dan Pola Permukiman Di Kecamatan Semau.. 41 5.8 Analisis Interaksi Masalah Kependudukan dan Pola Permukiman Di

Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang... 41 5.9 Analisis Potensi Kependudukan dan Pola Pemukiman di Kecamatan Semau,

(10)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau ix

6.1 Luas Areal Panen (LAP) Tanaman Pangan (ha) Di Pulau Semau... 43

6.2 Luas Areal Panen (LAP) Tanaman Perkebunan (ha) Di Pulau Semau... 43

6.3 Pola Pengusahaan Tanaman (Ha) Di Kecamatan Semau... 44

6.4 Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Di Kecamatan Semau... 45

6.5 Produksi Tanaman Hortikultura (t) Di Kecamatan Semau... 45

6.6 Produksi Tanaman Umur Panjang (t) Di Kecamatan Semau... 45

6.7 Produksi Tanaman Perkebunan (t) Di Kecamatan Semau... 45

6.8 Rincian Produksi Persatuan Luas Areal Penanaman Tanaman Pangan Di Kecamatan Semau... 46

6.9 Hasil Analisis Indeks Tanaman Pangan Di Kecamatan Semau... 46

6.10 Hasil Analisis Indeks Tanaman Perkebunan Di Kecamatan Semau... 48

6.11 Jenis dan Populasi Ternak Di Kecamatan Semau... 50

6.12 Jenis dan produksi komoditas Perikanan Di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang……….. 51

6.13 Analisis Masalah Pertanian Di Kabupaten Kupang... 55

6.14 Analisis Interaksi Masalah Sektor Pertanian Di Kabupaten Kupang... 56

6.15 Analisis Potensi Sektor Pertanian di Kecamatan Semau, Khususnya Di Desa Akle, Uihtiuhana, dan Desa Oiboa... 57

7.1 Analisis Masalah Non Pertanian Di Pulau Semau... 62

7.2 Analisis Interaksi Masalah Non Pertanian Di Pulau Semau... 63

7.3 Analisis Potensi Sektor Non-Pertanian Di Kecamatan Semau. khususnya di Desa Akle, Uithiuhana, dan Desa Oiboa ... 64 8.1 Analisis Masalah Non Pertanian Di Pulau Semau... 68

8.2 Analisis Interaksi Masalah Infrastruktur Fisik dan Sosial Di Pulau/ Kecamatan Semau ... 68

8.3 Analisis Interaksi Potensial Infrastruktur Fisik dan Sosial Di Pulau/ Kecamatan Semau ... 69

10.1 Hasil Analisis Masalah Secara Deduktif... 78

10.2 Hasil Identifikasi Masalah Melalui FGD Dan SSI Di Desa Wilayah Dataran, Pantai, Dan Pegunungan Di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang... 79

10.3 Hubungan Sebab Akibat dari Masalah Yang Telah Diidentifikasikan Di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang………... 84

10.4 Hasil Analisis Potensi Secara Deduktif... 85

10.5 Hasil Analisis Potensi Melalui FGD dan SSI... 86

10.6 Potensi Potensi Prioritas Yang Terdapat Di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang... 87

10.7 Masalah, Kebutuhan, Dan Potensi Kelompok Strategis Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Di Kecamatan Semau... 88

(11)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau x

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar

1.1. Rencana Studi Awal Dan Studi Lanjutan Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan

Lingkungan Di Pulau Semau... ... 4

1.2 Bagan Alir Perumusan Masalah Lingkungan Dan Sumberdaya Alam Dan Pengelolaannya di Pulau Semau... 6

3.1 Susunan Organisasi Pemerintahan Pusat... 17

3.2 Susunan Organisasi Pemerintahan Daerah... 18

4.1 Kondisi Fisik Lahan Di Desa Uiboa ... 24

4.2 Kondisi Fisik Lahan Di Desa Akle Dan Uithiuhana ... 24

4.3 Kondisi Lahan Di Kebun Petani ... 26

7.1 Transportasi Laut Dari Kupang Ke Semau ... 60

7.2 Transportasi Umum Di Semau ... 60

9.1 Proses SSI Dengan Kepala Desa Dan Tetua Adat Di Desa Akle ... 72

9.2 Proses FGD Dengan Masyarakat Di Desa Akle ... 72

9.3 Kondisi Perumahan Di Desa Akle ... 73

9.4 Tim Peneliti Memandu Proses FGD Di Desa Akle ... 73

9.5 Proses SSI Dengan Kepala Desa Dan Tetua Adat Di Desa Uithiuhana ... 74

9.6 Sebagian Masyarakat Peserta FGD Di Desa Uithiuhana ... 74

9.7 Aparat Pemerintah Desa Dan Tokoh Adat Peserta FGD Dan SSI Di Desa Uiboa ... 76

9.8 Masyarakat Dan Aparat Pemerintahan Desa Peserta FGD Dan SSI Di Desa Uiboa ... 76

9.9 Narasumber Workshop Di Tingkat Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang ... 76

9.10 Sebagian Peserta Workshop Di Tingkat Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang 76 9.11 Tanya Jawab Peserta Workshop Di Tingkat Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang ... 77

(12)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan perdesaan mempunyai nilai strategis dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Hal ini berkaitan dengan potensi yang saling terkait dengan komponen lingkungan yang lain yang memerlukan tingkat pengelolaan yang tepat sehingga kesinambungan daya dukung lingkungan dan keterkaitannya yang komplek penataan wilayah dan ruangan di tingkat lokal, regional, dan nasional.

Pembangunan perdesaan dapat dilakukan melalui dua macam pendekatan yaitu Pendekatan pertama adalah dengan penyediaan sarana dan prasarana serta pengembangan industri, agribisnis, kesenian tradisional dan kerajinan, pembangunan kelembagaan penguatan teknologi, dan pemanfaatan sumberdaya alam. Pendekatan kedua adalah percepatan perbaikan ekonomi perdesaan melalui perencanaan khusus, baik meliputi aspek fisik maupun sosial, dengan harapan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan. Mengacu pada keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang saling terkait, maka pembangunan perdesaan di daerah-daerah

terpencil pada satuan pulau tertentu merupakan bagian yang harus mendapatkan

prioritas pelaksanaannya. Konsep ini muncul karena dalam aras praktikal sering pembangunan yang dilakukan hanya mengacu pada pola penataan wilayah dan ruang tertentu sehingga sering pembangunan di daerah terpencil kurang mendapatkan perhatian.

Kedua pendekatan tersebut bertujuan untuk mempercepat pembangunan perdesaan tanpa melupakan partisipasi masyarakat dan keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Pada aras praktikal kedua penedekatan pembangunan perdesaan tersebut khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan terkait harus dilakukan secara terpadu dengan mengacu pada semua potensi yang ada, kendala-kendala pengembangannya, kemungkinan pengembangan, pengaruh negatif yang mungkin terjadi, dan pengaruh komponen lain yang teridentifikasi maupun tak teridentifikasi. Pada aras praktikal ternyata pembangunan perdesaan yang dilakukan lebih banyak menyentuh permukaan dari tujuan pembangunan perdesaan, seringkali pembangunan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kondisi lingkungan setempat dengan semua komponen lingkungan terkait (geofisik, biologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya). Kondisi ini diperburuk dengan pola pemanfaatan sumberdaya alam yang kurang memperhatikan kaidah konservasi yang tepat sehingga daya dukung sumberdaya alam terutama tanah, air, dan biologi (keanekaragaman hayati) cenderung terus menurun. Oleh karena itu konsep pembangunan buttom up yang telah lama dicanangkan perlu dimaknai secara lebih substantial dengan mentrapkan metode pendekatan masyarakat dan alam yang lebih dapat diterima

(13)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 2

menjadi kurang tersedia. Sebagian besar lahan merupakan lahan kering yang dijadikan kawasan budidaya dengan diversifikasi yang rendah. Kawasan budidaya terdiri atas perladangan, tegalan, perkebunan rakyat, sawah, pekarangan, kolam, dan perhutanan rakyat. Pola-pola budidaya tersebut sebenarnya tidak terpisah secara tegas, melainkan merupakan suatu perpaduan, kecuali sawah. Bahkan sawah sekalipun, pada musim kemarau juga dimanfaatkan sebagai tegalan untuk budidaya palawija. Namun karena praktek budidaya yang bersifat ekstensif dan explosif serta kurang memperhatikan kaidah konservasi lahan, mengakibatkan produktivitas lahan dan tanaman cenderung rendah. Daya dukung kawasan hutan cenderung terus menurun setiap tahun sehingga kemampuan sebagai penyangga ekosistem di lingkungan tanah, air, dan biologi cenderung mengalami degradasi. Hal ini terutama disebabkan praktek usahatani yang kurang memperhatikan konservasi lahan dan air, pembakaran tidak terkontrol, peternakan lepas, dan peningkatan jumlah penduduk yang terus meningkat. Pengelolaan sumberdaya perikanan cukup menjanjikan walaupun terbatas pada penangkapan ikan di perairan pantai. Nelayan di Pulau Semau umumnya masih mengunakan peralatan terbatas dan masih sedehana seperti pancing, seser, pukat pantai dll. Alat tangkap produktif pancing cakalang dan bagan perahu jumlahnya relatif sangat terbatas.

Mengacu pada bahasan tersebut di atas, ternyata terdapat kendala-kendala dalam pengelolaan sumberdaya alam yang harus dicermati dengan tepat sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, baik kondisi lingkungan geofisik, biologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya, sehingga minimasi kendala-kendala tersebut dapat dilakukan dengan tepat, mudah dipraktekkan, mampu memberikan manfaat lebih bagi pengelola dan lingkungan serta terjaganya keseimbangan komponen lingkungan terkait. Untuk mendukung hal tersebut maka perlu dilakukan identifikasi awal melalui dua tahap studi yaitu studi cepat (rapid study) perencanaan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di tingkat kabupaten dan kecamatan dan studi intensif (intensif study) di tingkat desa. Diharapkan melalui studi awal ini akan diperoleh data dasar yang akan dapat digunakan dalam menyusun rencana perbaikan dan peningkatan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dalam jangka menengah dan jangka panjang melalui suatu bentuk skema riset terpadu antara masyarakat, akademisi, dan pemerintahan.

1.2. Pengembangan Gagasan dan Konsep Umum Kegiatan

Ada 2 tahap dalam gagasan dan konsep umum pengembangan program keanekaragaman hayati di Pulau Semau yang akan menjadi wilayah kerja Yayasan KEHATI di Bioregion Nusatenggara di waktu mendatang

Studi awal ini merupakan kegiatan pengumpulan informasi dasar di wilayah kerja Pulau Semau (Kecamatan Semau Kabupaten Kupang) untuk melihat potensi dan kemungkinan pengembangan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di wilayah itu. Studi awal ini akan menghasilkan laporan penelitian dasar yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan proposal kegiatan pengembangan Agenda Skema Riset Kompetetitif dan proposal Program Pelestarian dan Pemanfaatan sumberdaya hayati di Pulau Semau.

(14)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 3

pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) dan lembaga lokal agar dapat mengelola SDA secara berkelanjutan dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau tenaga Technical assistance yang kompeten dibidangnya.

(15)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 4

Gambar 1.1. Rencana Studi Awal Dan Studi Lanjutan Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Di Pulau Semau

1.3. Perumusan masalah

Perencanaan pembangunan perdesaan dalam hubungannya dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sering disoroti sebagai selalu tergantung pada pendekatan top down sehingga hasilnya sering kurang bahkan tidak bermanfaat bagi masyarakat yang menjadi subjek dan objek dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Banyak program-program pembangunan yang telah diimplementasikan namun belum menjawab permasalahan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara tepat. Hal ini disebabkan masalah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan lebih bersifat spesifik dengan komponen lingkungan terkait dan bersifat komplek. Kondisi ini diperburuk tingkat pengelolaan yang telah dilakukan lebih bersifat ekstensif dan eksplosif dengan praktek konservasi yang rendah, tingkat kemiringan lahan yang tinggi, curah hujan yang tinggi tapi singkat.

Kondisi ini berakibat penurunan daya dukung lahan, air, dan keanekaragaman biologi sehingga kualitas lingkungan menjadi turun yang berakibat pada penurunan produktivitas lahan dan tanaman yang diusahakan yang pada akhirnya akan memacu terjadinya penurunan kondisi sosial-ekonomi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan secara bertahap dan berkelanjutan dari perumusan masalah-masalah kunci yang terjadi di lapangan, analisis potensi, dan

Oktober - Desember 2005 (Rapid Research & Intensif Research)

TAHAP PENGAJUAN PROPOSAL kondisi studi di Rote dan Semau Lingkungan di P. Rote dan P Semau

Laporan Riset : Informasi Dasar Kondisi Lingkungan dan Komponen Terkait (Geofisik, biologi, sosek, sosial budaya)

Proposal Agenda Skema Riset di UNDANA yang akan diajukan sebagai program Conservation & Sustanable Use di P Rote & P. Semau

(16)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 5

kepentingan kelompok masyarakat, penyusunan tujuan, strategi alternatif, dan skenario pengelolaan, arahan dan program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan melalui suatu bentuk skema riset terpadu. Untuk menjembatani perencanaan tersebut, maka pada tahap awal perlu dilakukan studi melalui dua tahap yaitu studi cepat ditingkat kabupaten dan kecamatan sebagai tahap pertama dan studi intensif di tingkat desa pada tahap kedua.

Tahapan itu kemudian akan diikuti tahapan berikutnya secara berkesinambungan. Seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1, bahwa dalam kegiatan awal ini akan dilibatkan masyarakat, LSM setempat yang telah berpengalaman dalam pendampingan program program tertentu di wilayah studi, dan instansi terkait sehingga diharapkan akan diperoleh informasi lebih akurat tentang potensi dan kendala-kendala pengelolaan SDA dan SDM di wilayah studi. Pelibatan untuk menjaring informasi tersebut dilakukan dalam bentuk workshop kecil di tingkat kecamatan dalam penyusunan program dasar pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau secara berkelanjutan. Perumusan masalah melalui bagan alir tersaji pada Gambar 1.2.

1.4. Maksud dan Tujuan

1.4.1. Maksud

Maksud dilakukannya studi ini adalah untuk mendapatkan informasi dasar kondisi lingkungan dan komponennya yang terkait (geofisik, biologi, sosial-ekonomi, dan sosial budaya) sehingga dapat dianalisa secara tepat kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dalam mendukung pembangunan perdesaan yang berwawasan lingkungan

1.4.2. Tujuan

Tujuan akan dilakukannya studi ini adalah

1) Menganalisis keadaan lingkungan lokasi studi di pulau Semau (Kecamatan Semau). 2) Mengeksplorasi masalah dan potensi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. 3) Mengidentifikasi pusat-pusat pelayanan perdesaan berikut layanan dan fungsi yang

dilaksanakan

4) Menganalisa kekuatan dan kelemahan pendekatan, strategi, dan model pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.

(17)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 6

Gambar 1.2. Bagan Alir Perumusan Masalah Lingkungan Dan Sumberdaya Alam Dan Pengelolaannya di Pulau Semau

1.5. Luaran

Luaran yang diharapkan dari hasil studi ini adalah

1) Didapatkannya informasi dasar yang akurat dari kondisi di lapangan dan data sekunder keadaan lingkungan di wilayah studi

Pembangunan perdesaan(pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan) tidak sesuai dengan kondisi lingkungan setempat

Penurunan daya dukung lahan, air, dan biologi

Daya tampung turun

Kualitas Lingkungan Turun

Produktivitas lahan dan tanaman turun

Kondisi sosial ekonomi turun

Harus diperbaiki

Studi awal dan intensif

penyusunan tujuan, strategi alternatif, dan skenario pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

Konsep dasar pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

Penyusunan logframe

Conservation & sustainable use Curah hujan yang

tinggi tapi singkat

Kemiringan lahan

Perladangan , peternakan lepas, dan pembalakan hutan

(18)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 7

2) Tersusunnya rekomendasi garis garis besar rencana pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dengan merefleksikan pada kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan pendukungnya

3) Tersusunnya informasi dasar dalam mendukung penyusunan Conservation and Sustainable Use di Pulau Semau.

1.6 Metode

1.6.1 Waktu dan Tempat

Studi akan dilakukan di pulau Semau (kecamatan Semau) pada bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006

1.6.2 Methode Studi

Rapid study dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembangunan wilayah (Spatial Planing in Regions for Growing Economics, SPRING) yang dimulai dengan pembentukan tim lintas disiplin ilmu yang melakukan diskusi intensif untuk membahas proses perencanaan yang selama ini dilaksanakan. Idealnya tim melakukan survai pendahuluan sebelum melakukan survai pengumpulan data di lapangan. Akan tetapi mengingat terbatasnya waktu dan letak lokasi studi yang berbeda pulau maka survai pendahuluan tersebut diganti dengan kegiatan mengumpulkan informasi dasar yang tersedia di ibukota propinsi. Setelah diperoleh informasi pendahuluan yang memadai, tim kemudian melakukan pengumpulan data lapangan yang mencakup terutama data sekunder dan bilamana diperlukan data primer dalam batas-batas waktu dan biaya yang tersedia.

Data sekunder dikumpulkan terutama dari Kantor BPS Kabupaten dan lainnya dari instansi teknis terkait. Bila terjadi perbedaan antara data BPS dan data dari instansi teknis maka yang digunakan adalah data dari BPS. Data sekunder juga diperoleh dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah pernah melakukan penelitian di wilayah studi. Pada saat ini pula dilakukan identifikasi sumberdaya di Universitas Nusa Cendana dan LSM yang mungkin pernah melakukan studi tertentu di wilayah kecamatan Semau. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA), terutama dengan menggunakan teknik wawancara semi-structural (Semi-Structural Interview, SSI) dan teknik diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion, FGD) pada tingkat desa dan kecamatan. Dari satu kecamatan akan dipilih desa yang mewakili daerah pegunungan dan pesisir. SSI dan FGD dilakukan terutama untuk mengidentifikasi permasalahan dan potensi ada pada desa atau kecamatan lokasi studi.

(19)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 8

Tabel.1.1. Proses Pelaksanaan Studi dan Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Dengan Pendekatan Partisipatif

Tahap Kegiatan Studi dan Perencanaan

Metode/Teknik Pengumpulan data sekunder di

ibukota propinsi dan kabupaten

Data sekunder dan informasi dari instansi teknis propinsi dan kabupaten

Penelaahan data sekunder dan sumber-sumber kepustakaan

Diskusi tim peneliti Perumusan masalah dan potensi

sementara

Matriks masalah dan potensi Identifikasi kebutuhan data

tambahan dan sumber data

Diskusi tim peneliti

Survai lapangan  Data sekunder dan informasi dari instansi teknis

 SSI dan FGD Analisis situasi  Teknik pemetaan

 Teknis statistik

Analisis masalah dan potensi  Matriks interaksi masalah

 Matriks interaksi potensi dasar dan potensi turunan

Analisis kepentingan kelompok Matriks masalah, potensi, dan kebutuhan kelompok

Perumusan tujuan perencanaan melalui workshop kecil

 Reformulasi masalah dan potensi menjadi tujuan

 Pengelompokan tujuan Identifikasi dan formulasi program

pembangunan perdesaan alternatif

Matriks program dasar pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan di P.Semau

1.6.3 Ruang Lingkup

Rapid study akan mencakup ruang lingkup sebagai berikut: 1) Informasi pendahuluan yang meliputi:

a) Profil Kabupaten/kecamatan/desa

 Rona Geo-fisik

 Rona Sosial-ekonomi

 Rona Sosial-budaya

b) Perkembangan Pembangunan Perdesaan

 Kondisi kependudukan

 Perubahan tataguna lahan

 Perkembangan sektor pertanian dalam arti luas dan non-pertanian 2) Proses dan Prosedur Perencanaan

(20)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 9

3) Analisis Sektoral

a) Sumberdaya Alam dan Lingkungan

 Rona Fisik (topografi, iklim, tanah, sumberdaya perairan, sumberdaya mineral, lahan)

 Masalah dan Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan b) Penduduk dan Pola Permukiman

 Penduduk (jumlah penduduk, karakteristik penduduk dan rumah tangga, proyeksi penduduk, angkatan kerja)

 Pola Permukiman dan Analisis Fungsional (ukuran permukiman, keterkaitan permukiman, analisis fungsional permukiman, klasifikasi permukiman)

 Masalah dan Potensi Kependudukan dan Pola Permukiman c) Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, dan Kehutanan

 Tataguna Lahan dan Sistem-sistem Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, dan Kehutanan

 Variasi Ruang dalam Pembangunan Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, dan Kehutanan

 Kredit dan Penyuluhan

 Kebijakan Harga dan Rantai Pemasaran

 Masalah dan Potensi dalam Pembangunan Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, dan Kehutanan

d) Sektor Pengairan e) Sektor Non-Pertanian

 Pertambangan dan Energi

 Industri dan Kerajinan

 Perdagangan dan Jasa

f) Sarana dan Prasarana Sosial dan Fisik

 Pendidikan

 Pelayanan Kesehatan

 Sistem Perhubungan

 Jaringan Listrik

 Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

 Jasa Pos dan Telekomunikasi

 Permasalahan dan Potensi Sarana dan Prasarana Sosial dan Fisik 4) Perencanaan Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang mencakup:

a) Analisis Masalah, Potensi, dan Kepentingan Pengelolaan

b) Rencana program dasar Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang menjadi payung penelitian

1.6.4 Analisa Data

a) Indeks Komposit

Untuk mendapatkan klasifikasi permukiman berdasarkan kelas yang telah ditetapkan maka dilakukan analisis Indeks Komposit dengan rumus:

IK =

=

k

i

WiXij

(21)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 10

Keterangan:

Xij = jumlah satuan ke-i pada permukiman ke-j K = jumlah fungsi total

Wi = bobot fungsi ke-i yang didefinisikan sebagai Cwi=(1/Fi)x100 Fi = jumlah permukiman yang memiliki fungsi ke-i

IK dihitung berdasarkan data fasilitas fisik dan sosial yang dimiliki setiap desa di wilayah studi.

b) Indeks Konsentrasi Tanaman (IKT)

Indek Konsentrasi Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan pada setiap desa studi dan kecamatan dianalisa dengan rumus sebagai berikut:

IKT = (Lit / Lid) / (Lt / Ld)

Lit = luas lahan yang diolah untuk penanaman tanaman pangan/perkebunan

tertentu di desa

Lid = luas lahan yang diolah untuk penanaman tanaman pangan/perkebunan

tertentu di kecamatan

Lt = jumlah lahan seluruhnya yang diolah untuk tanaman pangan/perkebunan di

desa

Ld = jumlah lahan seluruhnya yang diolah untuk tanaman pangan/perkebunan di

kecamatan

c) Indeks Intensitas Pertanaman (IIP)

Indek Intensitas Pertanaman Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan pada setiap desa studi dan kecamatan dianalisa dengan rumus sebagai berikut:

IIP =(Total areal yang diolah untuk semua tanaman) / (Luas areal bersih yang tersedia untuk diolah)

d) Indeks Diversifikasi Tanaman (IDT)

Indek Diversifikasi Tanaman adalah suatu indek yang sangat penting untuk mengetahui tingkat daya dukung lahan dan keragaman tanaman untuk keperluan keluarga petani. Indek ini dianalisa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IDT = ( 1 – X2) / X2

(22)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 11

e) Indeks Produktivitas Lahan (IPL)

Produktivitas tanah untuk jenis tanaman pangan atau perkebunan tertentu misalnya padi, jagung, kacang-kacangan, kelapa, asam dll dianalisa pada desa studi dan kecamatan dianalisa dengan rumus sebagai berikut:

IPL = (yij / Yi) x (aij / Aj)

yij = Hasil dari tanaman/pohon ke i di desa j Yi = Hasil dari tanaman/pohon i di kecamatan

(23)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 12

BAB II

INFORMASI LATAR BELAKANG

2.1. Profil Latar Belakang

2.1.1. Rona biofisik

Pulau Semau sebagai salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kupang, secara astronomis terletak antara 100 57’LS dan antara 121030 BT - 124011 BT. Batas- batas wilayah administrasi adalah sebelah selatan dengan Laut Sawu dan Samudra Hindia, sebelah utara dengan Laut Sawu, sebelah barat dengan Laut Sawu serta sebelah timur dengan kabupaten Timor Tengah Selatan. Iklim di pulau Semau termasuk daerah dengan iklim tropis dengan jumlah bulan kering lebih panjang dibandingkan bulan basah. Litologinya didominasi oleh batuan gamping dan lempung sehingga mempengaruhi tingkat penguapan yang tinggi di areal permukaan lahan. Kondisi kering ini akan semakin nyata pada saat musim kemarau yang panjang.

Pulau Semau mempunyai luas wilayah 248,66 km2 yang terdiri dari 11 desa. Secara umum topografi di pulau Semau relatif datar dan bergelombang, dimana ketinggian dominan berkisar antara 0 - 50 m dan kelerengan dominan berkisar antara 2-15 % (16.700 ha).

Jenis tanah yang dijumpai di Pulau Semau, yaitu: tanah Mediteran, Latosol, Aluvial. Tingkat kejenuhan basa sedang sampai tinggi, kandungan liatnya terbatas terutama liat kaolinit, kemampuan ikat unsur hara cukup tinggi sehingga unsur hara menjadi kurang tersedia. Terdapat 3 jenis batuan utama di pulau Semau, yaitu batu lempung Bobonaro dan batu endapan Alluvium serta batu gamping coral. Batu lempung Bobonaro bersifat kedap air sehingga dapat menampung air permukaan tetapi sulit meresapkan air hujan sehingga air hujan yang ada masuk ke dalam aliran sungai, sedangkan batu endapan Alluvium dan batu gamping coral merupakan jenis batuan porous, potensial sebagai penyimpan air bawah tanah.

Sumber daya air di Pulau Semau sebagian besar berasal dari air tanah dalam bentuk sumur pompa, perigi, mata air, dan embung. Debit air dari sumber air sangat tergantung pada curah hujan yang rata-rata pertahun adalah 784,916 mm dengan distribusi yang tidak merata dengan intensitas yang kecil. Hal ini berakibat debit air setiap tahun cenderung menurun terutama pada musim kemarau.

Potensi pertambangan di Pulau Semau (Kecamatan Semau) Kabupaten Kupang cukup besar, tetapi sampai pada saat ini peranannya kecil dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar bahan tambang yang ada masih dalam taraf eksplorasi belum sampai ketaraf eksploitasi sehingga hasil produksi belum ada.

2.1.2 Rona Sosial Ekonomi

(24)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 13

yang terendah (0,26%) terhadap struktuir ekonomi Kecamatan Semau. Di sektor pertanian, yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor peternakan dan hasil-hasilnya yaitu 24,90%, menyusul sektor tanaman bahan makanan sebesar 17,52%.

Tanaman pangan yang penting di Kecamatan Semau adalah padi ladang, jagung, kacang tanah, bawang merah, ubi kayu, umbi rambat, dan kelapa. Sementara itu, tanaman perkebunan belum dikembangkan dengan baik di wilayah ini, tanaman yang baru dicoba adalah kelapa dan jambu mete. Usaha peternakan merupakan salah satu sektor yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, perbaikan mutu pangan dan gizi petani peternak. Usaha peternakan rakyat di Kecamatan Semau, merupakan usaha perorangan yang dikelola dan diusahakan secara ekstensif tradisional yaitu dengan cara lepas. Pemeliharan secara intensif baru terbatas pada usaha penggemukan dalam jumlah yang relatif sedikit. Usaha penggembukan ini baru dilakukan apabila menjelang ternak tersebut dijual. Ternak yang menonjol diusahakan di Kecamatan Semau antara lain sapi, kambing, domba, kerbau, babi, dan kuda. Sedangkan di sektor perikanan, yang potensial berkembang adalah budidaya rumput laut.

Sektor Perdagangan memberikan kontribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian. Sektor ini baru memberi kontribusi sebesar 17,20%. Sektor industri belum begitu berkembang di Kecamatan Semau. Industri yang baru berkembang adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga, khususnya industri tenun ikat, industri garam, industri, minyak kelapa.

Dalam Buku Pendapatan Regional menurut Kecamatan di Kabupaten Kupang : BPS Kabupaten Kupang, 2003, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kecamatan Semau relatif lebih tinggi, dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kupang. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kupang pada tahun 2003 tercatat sebesar 4,63%, dan di Kecamatan Semau, tercatat sebesar 5,70%. Demikian pula halnya dengan pendapatan per kapita Kecamatan Semau, lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Kupang, yaitu Rp 2.753.993,- dan Rp 2.016.816,-

2.1.3. Rona Sosial-Budaya

Kabupaten Kupang terdiri atas beberapa etnik/ suku seperti Rote, Sabu dan Timor disamping suku pendatang dari luar Nusa Tenggara Timur. Kecamatan Semau lebih khusus didiami oleh penduduk yang berasal dari etnik Helong dan Rote di samping dari etnik yang lain, namun dalam jumlah yang kecil. Etnik Rote dan Helong mempunyai tatanan pranata yang khas dan unik yang berbeda antara satu dengan lainnya baik dari segi bahasa, agama dan budaya merupakan kekayaan yang sangat tinggi yang tergambar dari kreativitas seni musik dan aneka kerajinan rumah tangga dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber devisa tersendiri bagi kecamatan Semau, kabupaten Kupang khususnya dan Nusa Tenggara Timur umumnya.

(25)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 14

penduduk yang hidup di desa-desa masih kurang dalam memperhatikan masalah sanitasi. Hal ini mungkin erat hubungannya dengan sangat terbatasnya persediaan sumber air bersih untuk kegiatan MCK.

2.2. Perkembangan Pembangunan

2.2.1. Kondisi Kependudukan

Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Kupang dapat digambarkan dengan angka pertumbuhan penduduk yang sangat tergantung pada tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Penduduk Kecamatan Semau, berdasarkan data dari BPS Kabupaten Kupang Tahun 2003 berjumlah 9.666 jiwa. Sementara itu, luas wilayahnya 248,66 Km2 Kepadatan penduduk wilayah Kecamatan Semau masih relatif jarang yaitu sekitar 39 jiwa/km2. Di antara 10 desa yang ada di kecamatan ini, Desa Hansisi merupakan desa yang paling padat penduduknya (82 jiwa/km2), sedangkan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah Desa Huilelot (24 jiwa km2).

2.2.2. Perubahan Penggunaan Lahan

Sebagian besar lahan di Pulau Semau merupakan kawasan hutan belukar (>80%) dari luas wilayah 248,66 km2 (BPS, 2003), dan sisanya yang digunakan untuk perkebunan/ladang/sawah. Selebihnya merupakan, lahan basah dan kering yang tidak diolah, dan pemukiman. Paparan data diatas seakan-akan bahwa jenis tanaman pangan, perkebunan, sayuran dan kehutanan ditanam secara tunggal, tetapi dalam kenyataan dilapang jenis-jenis tanaman tersebut banyak yang ditanam secara campuran. Oleh karena itu luas areal tanam hanya merupakan pendekatan untuk menggambarkan perkembangan penggunaan lahan di kecamatan Semau.

Perubahan penggunaan lahan untuk pertanian dan perkebunan dapat dilihat pada perkembangan luas panen dan produktivitas hasil. Hasil analisa data sekunder selama 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa rata-rata areal pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Kecamatan Semau cenderung terus meningkat.

2.2.3. Perkembangan Industri

(26)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 15 2.3. Pembangunan Daerah Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang

Pembangunan daerah di kecamatan merupakan bagian integral dari pembangunan Daerah Tingkat II Kupang, dan pembangunan Nasional. Pembangunan nasional maupun pembangunan daerah merupakan konsekuensi logis negara kesatuan yang berdasarkan Pancasila guna mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia menuju terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil dan makmur, merata keseluruh wilayah Republik Indonesia dari tingkat Pusat sampai ke desa-desa.

Pembangunan jangka panjang Tahap II Daerah Kabupaten Tingkat II Kupang dengan jangka panjang 25 tahun merupakan kelanjutan dari pembangunan Jangka Panjang Tahap I. Pembangunan jangka panjang tahap ke II ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dititik beratkan pada pembangunan 3 pilar utama yaitu ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang didukung oleh bidang bidang lainnya secara terpadu agar masyarakat makin maju, mandiri dan sejahtera berdasarkan Pancasila.

(27)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 16 BAB III

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SERTA PROSES DAN

PROSEDUR PERENCANAAN

3.1. Administrasi Pemerintahan

3.1.1. Sistem Administrasi Pemerintahan

Kekuasaan tertinggi ada pada tangan rakyat. Rakyatlah yang memilih Presidan dan Wakil Presiden secara langsung dalam PILPRES yang dilaksanakan sekali dalam lima tahun. Presiden dan Wakil Presiden menjalankan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang ditetapkan oleh Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR) sebagai Undang-Undang (yang dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan sebagai Peraturan Presiden).

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki sistem pemerintahan Presidentil. Presiden merupakan kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. Presiden dalam menjalankan pemerintahan mengangkat Menteri-Menteri (membentuk Kabinet) tanpa harus melalui persetujuan parlemen, dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sebagai negara kesatuan, administrasi pemerintahan Indonesia terbagi atas pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Presiden sebagai pimpinan pemerintahan pusat dan Gubernur sebagai pimpinan pemerintahan daerah tingkat I serta Bupati/Walikota sebagai pimpinan pemerintahan daerah tingkat II.

3.1.2. Administrasi Pemerintahan Pusat

Pemerintah pusat dipimpin oleh Presiden yang dalam melaksanakan tugasnya didampingi oleh Wakil Presiden dan dibantu oleh para Menteri yang memimpin Departemen maupun para Menteri dengan status khusus seperti Menteri Koordinator (Menko), Menteri Negara (Meneg), dan Menteri Muda (Menmud). Setiap Departemen terdiri atas Sekretariat Jenderal (Sekjen), Inspektorat Jenderal (Irjen), dan sejumlah Direkrorat Jenderal (Dirjen). Kantor Menko, Meneg, dan Menmud terdiri atas Sekretariat Menko/Meneg/Menmud, dan sejumlah Deputi Menteri.

Selain membawahi departemen, Presiden juga membawahi sejumlah Lembaga Negara Non-Departemen. Lembaga Negara Non-Departemen yang penting dari segi perencanaan adalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Susunan organisasi pemerintahan pusat disajikan pada Gambar 3.1.

3.1.3. Administrasi Pemerintahan Daerah

(28)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 17

terdiri atas empat lapisan yaitu: Propinsi/Daerah Istimewa/Daerah Khusus, Kabupaten/Kotamadya, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan.

Dua lapisan pertama dipandang sebagai daerah otonom sehingga kepalanya berperan sebagai kepala pemerintahan di daerah dan sekaligus sebagai kepala daerah, yaitu Gubernur kepala daerah tingkat I dan Bupati/Walikota Madya kepala daerah tingkat II.

Otonomi berlaku juga dalam pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur yang dipilih rakyat di daerah tingkat I dan pemilihan Bupati/Wakil Bupati juga Walikota/Wakil Walikota yang dipilih oleh rakyat di daerah tingkat II secara langsung dalam PILKADA setiap lima tahun sekali.

Gambar. 3.1. Susunan Organisasi Pemerintahan Pusat

Majelis Permusyawaratan Rakyat

( MPR )

Presiden Dewan

Perwakilan Rakyat ( DPR )

Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Mahkamah

Agung ( MA )

Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK )

Menteri Dalam Negeri

G u b e r n u r

Bupati/Walikota

C a m a t

Kepala Desa / Lurah

Menteri Departemen Lainnya, Menko, Meneg, Menmud

(29)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 18

Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada Daerah dalam mengurus dirinya sendiri pada bidang-bidang yang telah dipercayakan oleh Pemerintah Pusat (21 bidang menurut PP RI No. 25 Thn 2000) kecuali untuk urusan-urusan Moneter, Luar Negeri, Agama/Kepercayaan, Pertahanan Keamanan dan Kehakiman tetap menjadi urusan pemerintahan pusat. Dengan berlakunya Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999, maka Kanwil semua departemen dan Kandep semua departemen di Propinsi daerah tingkat I dan Kabupaten/Kotamadya daerah tingkat II ditiadakan, dimana urusan-urusan tersebut diserahkan kepada Daerah Otonom untuk mengelolanya lewat dinas tingkat I dan dinas tingkat II.

Kedudukan Otonomi Propinsi daerah tingkat I dan Kabupaten/Kotamadya daerah tingkat II diwujudkan oleh keberadaan DPRD Tingkat I dan DPRD Tingkat II. DPRD menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Perda lainnya. Susunan organisasi pemerintahan daerah disajikan dalam Gambar 3.2.

Gambar. 3.2. Susunan Organisasi Pemerintahan Daerah

3.2. Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan

3.2.1. Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan Nasional

Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan kesatuan dari tiga tata cara perencanan pembangunan yaitu Perencanaan Pembangunan Nasional Jangka Panjang, Jangka Menengah dan Tahunan yang disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 25 Tahun 2004)

Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementrian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

D P R D

KEPALA DAERAH

S E K D A

(30)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 19

Proses Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan yaitu : politik, teknokratik, partisipatif, atas–bawah (top-down) dan bawah–atas (bottm-up) yang terdiri dari empat (4) tahapan yakni :

1. Penyusunan rencana; 2. Penetapan rencana;

3. Pengendalian pelaksanaan rencana; dan 4. Evaluasi pelaksanaan rencana.

Keempat tahapan tersebut diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.

Penjabaran dari ketiga kategori perencanaan di atas menghasilkan : 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga

(Renstra-KL) periode 5 Tahunan.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) periode 5 tahunan.

3. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional (RKP) periode 1 tahun. 4. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga (RENJA-KL)

periode 1 tahun.

5. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA-SKPD) periode 1 tahunan.

3.2.2.Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan Daerah

Proses Perencanaan Pembangunan Daerah masih menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1982 yang mengisyaratkan bahwa pembangunan dilakukan dengan pendekatan bottom-up. Dalam pelaksanaan dilapangan telah mengalami perubahan dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Proses perencanaan pembangunan daerah dilakukan dalam empat tahap :

1. Evaluasi dan Analisis Situasi

Evaluasi dan Analisis Situasi dilakukan untuk memperoleh data dan informasi serta untuk mengidentifikasi masalah dalam pelaksanaan program pembangunan pada tahun sebelumnya. Evaluasi dan analisis situasi dilakukan dengan membentuk Tim Evaluasi dan Analisis Regional pada tingkat Propinsi maupun Kabupaten. Hasilnya digunakan oleh Tim Propinsi untuk menyusun Rencana Strategi Pembangunan Daerah (Renstrada)

2. Penyusunan Rencana Kegiatan Pembangunan Daerah (RKPD)

Rencana tersebut mencakup tujuan dan arahan pembangunan daerah sesuai dengan tujuan dan arahan pembangunan daerah yang telah ditetapkan dalam Renstrada, target pembangunan tahun berikut, prioritas pembangunan tahun berikut, dan strategi serta kebijakan pembangunan tahun berjalan. RKPD yang tersusun dijabarkan dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Pembangunan Daerah (Renja SKPD). Penyusunan Rencana Kegiatan Pembangunan Daerah (RKPD) dilakukan melalui empat tahap sebagai berikut :

(31)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 20

 Pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan di tingkat Kecamatan yang dilakukan pada bulan Pebruari yang dihadiri oleh perwakilan seluruh desa/kelurahan dalam Kecamatan dan aparat instansi teknis tingkat Kecamatan dengan arahan dari BAPPEDA Kabupaten/Kota.

 Pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan di tingkat Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh BAPPEDA Kabupaten/Kota dan dihadiri seluruh camat dalam wilayah Kabupaten/kota serta seluruh kepala dinas Kabupaten/Kota. Musrenbang Kabupaten/kota dilaksanakan pada bulan Maret.

 Pelaksanaan Musyawarah Pencana Pembangunan di tingkat Propinsi yang dikoordinasikan oleh BAPPEDA Propinsi dan dihadiri oleh seluruh ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota dalam wilayah Propinsi dan seluruh kepala dinas Propinsi. Musrenbang Propinsi dilaksanakan pada bulan April.

Proses Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota

(RKPD) secara ringkas dapat disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1.Ringkasan Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan Daerah

(32)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 21

3.2.3. Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Bottom-Up

3.2.3.1. Sisitem Pengumpulan Data untuk Perencanaan Bottom-Up

Proses perencanaan pembangunan nasional menggunakan pendekatan top-down dan up, sedangkan proses pembangunan nasional menganut pendekatan bottom-up. Sesuai dengan ketentuan, proses perencanaan pembangunan daerah dimulai dengan evaluasi dan analisis situasi dan dilanjutkan dengan musyawarah tingkat desa, lokakarya tingkat Kecamatan, rapat tingkat Kabupaten, rapat tingkat Propinsi, rapat koordinasi daerah, dan rapat nasional yang dilakukan secara berjenjang. Evaluasi dan Analisis situasi serta rapat berjenjang tersebut merupakan implementasi dari pendekatan pembangunan secara bottom-up. Namun agar pendekatan pembangunan bottom-up tersebut benar-benar dapat mencerminkan aspirasi masyarakat diperlukan data yang akurat dengan sistem pengumpulan data yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.

Selama ini pengumpulan data dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Analisis yang dibentuk di tingkat propinsi dan Kabupaten. Tim tersebut dianjurkan untuk mengumpulkan data melalui penelitian sehingga diperoleh data yang validitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal itu perlu diperhatikan beberapa catatan :

1) Data sekunder yang tersedia pada umumnya terlambat satu sampai dua tahun ke belakang.

2) Data sekunder mengenai aspek yang sama sering tidak sama antar instansi yang berbeda.

3) Format data sekunder yang tersedia pada umumnya kurang sesuai dengan kebutuhan di lapangan dan kurang sesuai dengan kebutuhan perencanaan.

4) Pengumpulan data primer memerlukan waktu yang lama sehingga sulit dilakukan dalam waktu singkat dan memerlukan biaya tinggi.

5) Data dianggap penting tetapi belum dikelola sebagaimana mestinya di hampir setiap instansi.

(33)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 22 BAB IV

LINGKUNGAN FISIK DAN SUMBERDAYA ALAM

4.1. Rona Lingkungan dan Sumberdaya Alam

4.1.1. Lingkungan Fisik

4.1.1.1. Iklim

Data iklim Kabupaten Kupang selama 10 tahun terakhir, disajikan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Keadaan Iklim Kabupaten Kupang 10 Tahun Terakhir (1996 – 2005)

Unsur Iklim 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rata2

Curah hujan (mm) 2430 287 1774 2693 86,83 73,33 108,42 198,58 106 92 784,916 Hari hujan (hr) 92 225 80 69 11,58 10,33 7,75 9,58 8,58 7,45 52,127 Evaporasi (mm) 76,34 76 80 5,84 165,24 166,54 183,92 169,5 178,5 184,54 128,642 Suhu Max (0C). 31,91 31,30 32,20 33,83 33 32,92 32,27 32,14 31,95 32,44 32,396 Suhu Min (0

C). 23,14 22,10 23,70 18,58 25,7 5 22,42 22,22 22,41 22,63 23,46 22,641 Arah Angin B,bl,t B,bd,

t

B,bd,t B,tg,bl

Kec.Angin (knots) 4,83 6 5,5 15,4 5,58 5,0 4,92 5,08 4,83 4,54 6,168 Panjang hari (%) 76 79,58 78,84 75,5 74,89 78,04 84,17 77,25 82,33 83,27 78,987

Sumber: Stasiun Klimatologi Klas II Lasianan Kupang (1996-2005)

Mengacu pada kondisi iklim tersebut, maka kabupaten Kupang dapat digolongkan pada wilayah yang banyak dipengaruhi oleh iklim kering dengan hari hujan yang rendah, tingkat penguapan tahunan yang tinggi, temperatur maksimum cukup tinggi, dan panjang hari sedang sampai tinggi.

4.1.1.2. Topografi

Keadaan topografi di Pulau Semau pada umumnya sebagian terdiri dari dataran rendah dengan sedikit bergelombang (Tabel 4.2). Pada Tabel 4.2 tersebut, tampak bahwa Pulau Semau didominasi daerah dataran rendah sehingga potensi degradasi lahan juga relatif sedang. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah potensi tergenangnya air yang akan menyebabkan keadaan drainase yang buruk sehingga berpengaruh pada pola pengembangan pertanian yang akan diusahakan. Usaha untuk meminimumkan potensi tergenangnya air perlu dilakukan untuk dapat mendukung pemanfaatan lahan yang berkelanjutan.

4.1.1.3. Tanah

Jenis tanah di Kecamatan Semau Kabupaten Kupang cukup beragam yang pada umumnya terjadi dari pelapukan batuan asal karang (koral) yang bersifat non-vulkanis dan di dominasi oleh bahan dasar gamping.

(34)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 23

mempengaruhi fungsi tanah sesuai dengan peruntukannya seperti yang tersaji dalam Tabel 4.3.

Terdapat 3 jenis batuan utama di Pulau Semau, yaitu batu lempung Bobonaro dan batu endapan Alluvium serta batu gamping coral. Batu lempung Bobonaro bersifat kedap air sehingga dapat menampung air permukaan tetapi sulit meresapkan air hujan sehingga air hujan yang ada masuk ke dalam aliran sungai, sedangkan batu endapan Alluvium dan batu gamping coral merupakan jenis batuan porous, potensial sebagai penyimpan air bawah tanah. Kondisi fisik lahan di wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2

Tabel 4.2. Keadaan Topografi Berdasarkan Ketinggian dan Kelerengan Di Pulau Semau

Ketinggian

Tabel 4.3. Sifat Fisik Tanah di Pulau Semau

Unsur Fisik tanah Kelas Luas(ha)

Kedalaman efektif > 90 cm 5710

Drainase Tidak pernah tergenang 26425

Tergenang periodik 75

Tergenang -

Jumlah 26500

Erosi Erosi 1580

Tidak ada erosi 24920

Jumlah 26500

(35)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 24

Gambar 4.1. Kondisi Fisik Lahan Di Desa Uiboa Gambar 4.2. Kondisi Fisik Lahan Di Desa Akle Dan

Uithiuhana

4.1.2. Sumberdaya Alam

4.1.2.1. Sumberdaya Air

Sumber daya air di Pulau Semau tahun 2003, berasal dari sumur pompa, perigi dan mata air (Tabel 4.4) serta embung-embung (Tabel 4.5). Debit air dari sumber air sangat tergantung pada curah hujan yang rata-rata pertahun adalah 784,916 mm dengan distribusi yang tidak merata dengan intensitas yang kecil dan pendeknya hari hujan mengakibatkan debit air setiap tahun cenderung menurun terutama pada musim kemarau. Air bagi masyarakat di pulau Semau selain digunakan untuk kebutuhan dasar seperti air minum, mandi dan cuci, juga digunakan untuk pertanian, perternakan, industri kecil dan keperluan lainnya. Salah satu usaha yang memberikan manfaat dalam penyediaan air baku terutama pada musim kemarau adalah dibangunnya embung-embung. Beberapa sumber air di Pulau Semau yang dirinci per desa sampai dengan Tahun 2003 tersaji pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.

Tabel 4.4. Sumber Air Menurut Jenisnya yang Ada Di Pulau Semau, dirinci Per Desa Desa Sumur pompa Perigi Mata air

Akle - 12 -

Uitiuhtuan - 15 -

Uitiuhana 4 11 2

Onansila - 8 -

Bokonusan - 4 -

Otan 2 16 1

Uitao - 4 1

Huilelot - 18 -

Uiasa - 11 2

Hansisi - 15 2

Jumlah 6 114 8

(36)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 25

Tabel 4.4 menunjukan bahwa sumber perairan dominan yang terdapat di Pulau Semau adalah berasal dari perigi atau sumur galian yang tersebar di semua desa di Pulau Semau. Air yang berasal dari perigi ini dapat digunakan sepanjang tahun walaupun airnya terasa agak asin atau payau, hal ini diduga disebabkan adanya intrusi air laut kedalam sumber-sumber air tersebut. Hal ini dapat dimaklumi karena hampir semua desa di pulau Semau yang berdekatan dengan pantai.

Tabel 4.5. Embung di Pulau Semau

No Nama Embung Desa Data Teknis

Panjang Tanggul [m]

Tinggi Tanggul [m]

Daya Tampung[m3]

1 Hansisi I Hansisi 139 11 30.000

2 Hansisi II Hansisi 108 9 15.000

3 Kauan Barat Hansisi 120 7 23.330

4 Kulun Uiasa 99,50 9 25.110

5 Holain Uiasa 60 9 23.660

6 Paluntaba 123 9 40.600

7 Batukopak 157 8 49.900

8 Otan Otan 56 7 19.152

9 Uisokat Otan 96 7 15.294

10 Uimasi Uitao 60 6 11.600

Sumber: Dinas Pengairan PU Kabupaten dalam Bappeda, (2003).

4.1.2.2. Sumberdaya Mineral

Potensi pertambangan di Pulau Semau kabupaten Kupang cukup besar, tetapi sampai pada saat ini peranannya kecil dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena sebagaian besar bahan tambang yang ada masih dalam taraf eksplorasi belum sampai ketaraf eksploitasi sehingga hasil produksi belum ada.

Barang tambang utama yang terdapat di Pulau Semau adalah sirtu yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, konstruksi jalan, beton, dll. Lokasi bahan galian sirtu ini terdapat di Desa Otan dengan cadangan 4.137.000 m3 dengan keterangan terukur (Dinas Pertambangan Kabupaten Kupang, 2003).

4.1.2.3. Sumberdaya Lahan dan Hutan

(37)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 26

Tabel 4.6. Penggunaan Lahan di Pulau Semau

No Guna Lahan Luas (km2) Persentase

1 Kebun 1,97 0,79

2 Tegalan 3,32 1,33

3 Sawah 0,51 0,20

4 Hutan 13,82 5,56

5 Semak belukar 198,26 79,73

6 Rumput 11,76 4,73

7 Pemukiman 19,03 7,65

Jumlah 248,66 100,00%

Sumber : Hasil Digitasi Peta Rupa Bumi, 1998 dalam Bappeda, 2003.

Dari Peta Tata Guna Lahan menunjukkan bahwa semak belukar melingkupi hampir seluruh wilayah pulau Semau, sedangkan hutan dengan luasan yang cukup besar hanya terdapat di bagian Tenggara desa Akle (hutan terluas) dan pada wilayah perbatasan antara Desa Uiasa dengan Desa Uitao/calon desa persiapan Duhun serta pada wilayah perbatasan antara Desa Uiasa, Desa Uitao, dan Desa Huilelot. Sedangkan desa-desa yang memiliki luasan hutan yang lebih kecil adalah Desa Uitiuhtuan, Desa Uiboa, Desa Uitiuhana, Desa Bokunusan, serta Desa Huilelot.

Kawasan budidaya terdiri atas perladangan, tegalan, perkebunan rakyat, sawah, pekarangan, dan perhutanan rakyat. Pola-pola budidaya tersebut sebenarnya tidak terpisah secara tegas, melainkan merupakan suatu perpaduan, kecuali sawah. Bahkan sawah sekalipun, pada musim kemarau juga dimanfaatkan sebagai tegalan untuk budidaya palawija. Jenis tanaman yang dibudidayakan di suatu lokasi pada umumnya beraneka ragam. Akan tetapi, karena penerapan praktik budidaya yang masih bersifat ekstensif dan eksploitatif menyebabkan lahan kawasan budidaya pada umumnya mengalami berbagai tingkat degradasi, mulai dari ringan sampai berat. Rincian luasan lahan serta hasil produksi tanaman budidaya, perkebunan, hutan pada setiap desa di pulau Semau dapat dilihat pada Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9. Kondisi lahan di kebun petani tersaji pada Gambar 4.3.

(38)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 27

Tabel 4.7. Luasan lahan (ha) Yang Diperuntukan Untuk Budidaya, Perkebunan, Hutan di Pulau Semau

Sumber: Semau dalam Angka, 2003

*) Termasuk dalam Desa Bokunusan

Tabel 4.8. Produksi (ton) Tanaman Budidaya, Perkebunan, Hutan di Pulau Semau

Desa

Sumber: Semau dalam Angka, 2003 *) Data Tidak Tersedia

(39)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 28

oleh Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Sub-Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Benain Noelmina (1999) menunjukkan bahwa luasan lahan kritis di kabupaten Kupang yang termasuk dalam kawasan hutan adalah 75.782 ha dan diluar kawasan hutan 139.699 ha. Nampaknya luasan lahan kritis yang ada cenderung terus meningkat, terutama disebabkan bentuk perladangan, peternakan lepas, dan kebakaran. Tabel 4.9. Produksi Hasil Hutan Dirinci Menurut Jenisnya Di Pulau Semau Tahun 2003

Jenis Hasil Hutan Jumlah

Kayu bakar 1700 m3

Kayu jati 71 m3

Kayu rimba campuran 520 m3

Pelepah gewang 710.000 batang

Daun gewang 800.000 lembar

Kayu papi 1821 kg

Bambu 527 batang

Sumber: Semau dalam Angka, 2003.

Dari peta tata hutan pemaduserasian menunjukkan bahwa hutan di Pulau Semau terdiri dari hutan lindung, hutan suaka margasatwa, dan hutan bakau. Program perlindungan dan pengembangan hutan yang ada di Pulau Semau adalah untuk kelompok hutan lindung berupa hutan jati di Desa Akle (Oelomi) seluas 25 ha sejak tahun 1974/1975 didanai dari anggaran APBD II. Di Otan hutan kemiri yang dilindungi adalah seluas 5 ha.

4.1.2.4. Sumberdaya Peternakan

Peternakan dalam wilayah Pulau Semau juga merupakan salah satu sumber pendapatan petani. Kegiatan peternakan terutama diarahkan pada peningkatan pendapatan, perbaikan mutu pangan dan gizi petani serta mengurangi kemiskinan di perdesaan melalui penyebaran paket ternak, penyediaan obat-obatan, vaksin serta bantuan pakan dan kandang.

(40)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 29

Tabel 4.10. Populasi dan Jenis Ternak di Pulau Semau Tahun 2003

Desa Jumlah / jenis ternak

Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi Domba Itik Ayam

Akle 1211 30 3 1100 450 - - 1500

Uitiuhtuan 2011 21 12 750 300 - - 1500

Uitiuhana 1623 - - 1250 750 - - 10000

Onansila 997 - - 400 400 - - 5000

Bokonusan 1200 - - 750 550 - - 6000

Otan 1230 - 9 900 1450 - - 5000

Uitao 1258 47 3 1150 950 - - 15000

Huilelot 1075 6 7 590 475 - - 11000

Uiasa 1400 - 16 300 550 - - 5500

Hansisi 538 - 0 295 200 - - 7500

Jumlah

12543 104 50 7585 6075 - - 68000

Sumber: Semau Dalam Angka, 2003.

4.1.2.5. Sumberdaya Perikanan

Dari seluruh wilayah Kabupaten Kupang, 86,44% terdiri dari perairan laut. Oleh karena itu Kabupaten Kupang sebenarnya mempunyai potensi lestari sumberdaya perikanan yang cukup melimpah yaitu diperkirakan kurang lebih 60.000 ton pertahun dan potensi lestari yang dapat dieksploitasi setiap tahunnya sekitar 26.000 ton atau 35.33 % dari potensi lestari (Bappeda, 1999).

(41)

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau Semau 30

Tabel 4.11. Banyaknya Nelayan Di Kecamatan Semau Dirinci Per Desa Tahun 2003

Desa Nelayan Penuh Nelayan Sambilan Penuh

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang, 2003

Tabel 4.12. Banyaknya Alat Penangkap Ikan Di Kecamatan Semau Dirinci Per Desa Tahun 2003

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang, 2003

Tabel 4.13. Banyaknya Perahu Kapal Penangkap Ikan Di Kecamatan Semau Dirinci Per Desa Tahun 2003

Desa Jukung Perahu Kecil Perahu Sedang Motor Tempel Kapal Motor

Akle 15 35 28 1 -

Gambar

Gambar 1.1. Rencana Studi Awal Dan Studi Lanjutan Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Di Pulau Semau
Gambar 1.2. Bagan Alir Perumusan Masalah Lingkungan Dan Sumberdaya Alam Dan Pengelolaannya di Pulau Semau
Gambar. 3.1.  Susunan Organisasi Pemerintahan Pusat
Tabel 3.1. Ringkasan Proses dan Prosedur Perencanaan Pembangunan Daerah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berdasarkan pada kenyataan yang ada, perlukah dibentuk suatu undang- undang khusus yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya alam, atau cukupkah hanya dengan

Pengelolaan sumberdaya alam masyarakat lokal tepi Danau Toba dilakukan secara tradisional dan kearifan lokal berjalan dengan baik disebabkan adanya peran tokoh adat, tokoh

Pengelolaan sumberdaya alam pada ranah desa yang berbasis kemitraan akan mendorong pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan serta mendorong kemandirian desa

: Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir dan Lautan Yang Berbasis Masyarakat di Pulau Barrang Caddi Kota Makassar.. Andi

Departemen Kehutanan dan Perkebunan: Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam, Sulawesi Utara.. Pengelolaan Kawasan Konservasi

Belajar dari pengalaman dalam penerapan inovasi teknologi padi sawah dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), Badan Litbang Pertanian mengembangkan PTT

Oleh karena macam, ketersediaan dan kemampuan sumberdaya yang ada di suatu wilayah dapat berbeda dengan yang ada di wilayah lain, dan karena kepentingan suatu sumberdaya bagi

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sumberdaya alam menggunakan analisis spasial yang dilakukan melalui enam tahapan yaitu (1) identifikasi dan analisis potensi pengunjung,