• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN ARUS INFORMASI DI DUNIA MAY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGENDALIAN ARUS INFORMASI DI DUNIA MAY"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN ARUS INFORMASI DI DUNIA MAYA

Adi Wibowo Octavianto

Makalah Tugas Mata Kuliah Kebebasan Arus Informasi

John Perry Barlow’s Declaration of The Freedom of Cyberspace

“Governments of the Industrial World, you weary giants of flesh and steel, I come from Cyberspace, the new home of the Mind. On behalf of the future, I ask you of the past to leave us alone. You are not welcome among us. You have no sovereignty where we gather. … Your legal concepts of property, expression, identity, movement, and context do not apply to us. They are all based on matter, and there is no matter here.” (Perry Barlow 1996). (Bauer, 2005)

Cyberspace menurut David Bell dapat didefinisikan sebagai, “a global network of computers, linked through communication infrastructures, that facilitate forms of intercations between remote actors” atau dapat pula didefinisikan sebagai, ”an imagined space between computers in which people might build new selves and new worlds” (Bell, 2001). Definisi pertama dari Bell sejalan dengan definisi teknis dari Internet, yaitu; “a network of computer networks” (Dominick, 1996).

Seperti halnya John Perry Barlow, banyak orang mengharapkan Internet menjadi lahan yang bebas, wilayah anarki dimana tidak ada satupun pihak terutama pemerintah yang dapat memaksakan aturan-aturan.

Pada mulanya semenjak pihak militer Amerika membiarkan jaringan Internet berkembang ditangan para akademisi dan industri, Internet tampaknya memang seperti wilayah tak bertuan, sehingga menimbulkan kesan bahwa arus informasi yang berseliweran didalamnya begitu bebas namun juga meragukan kredibilitasnya. Semua orang dapat memasukan apa saja dan menjadi siapa saja tanpa dapat diidentifikasikan dengan pasti oleh orang-orang lain. Sejumlah wacana bahkan menyebutkan dalam Internet inilah demokrasi sesungguhnya dapat terbentuk.

(2)

diibaratkan sama seperti dunia barat yang liar di jaman dahulu kala, kini dunia itu kian teratur dan semakin kehilangan ciri anarkinya.

Sebelum pembahasan mengenai bagaimana lalu lintas informasi melalui Internet dapat dikendalikan, mari kita samakan terlebih dahulu perspektif yang akan digunakan untuk memandang Internet.

Internet Dalam Kajian Komunikasi

Posisi dan definisi Internet dalam kajian ilmu komunikasi sampai saat ini masih memancing perdebatan. Sejauh ini terdapat dua cara pandang terhadap Internet. Pertama Internet dipandang sebagai sebuah medium tunggal, Internet dianggap merupakan media massa baru (Morris & Ogan, 1996). Kedua Internet tidak dianggap sebagai medium tungal, melainkan suatu teknologi yang kompleks, untuk melakukan kajian komunikasi perlu ditetapkan unit-unit analisis yang lebih spesifik seperti; web, email, atau instant messaging (December, 1996).

Paper ini menggunakan pendekatan kedua. Internet adalah “network of computer networks” (Dominick, 1996), jaringan global yang terdiri dari kumpulan jaringan-jaringan komputer terdesentralisasi dari seluruh penjuru dunia. Bill Gates menyebutnya the information superhighway. Analogi paling tepat untuk menggambarkan Internet adalah mengibaratkannya seperti infrastruktur transportasi di dunia nyata yang terdiri dari jalan raya darat, jalan air/laut, dan jalan udara. Jika infrastruktur transportasi di dunia nyata ini digunakan sebagai jalur perpindahan obyek-obyek fisik, maka Internet sebagai infrastruktur transportasi dunia maya digunakan untuk memindahkan obyek-obyek digital (Negroponte, 1995).

(3)

Pengendalian dan Pengaturan Internet

Nilai Internet sebagai infrastruktur transportasi data digital pun semakin disadari signifikansinya oleh kaum kapitalis dan otoritas negara. Internet yang sebelumnya menjadi wilayah tak bertuan, seperti halnya Amerika di jaman wild wild west, semakin lama semakin teratur dan tertib. Negara dan Industri di tingkat lokal dan regional mulai melakukan intervensi dan pengaturan di tingkat lokal. Namun rupanya itu belum cukup, kini muncul wacana Internasional untuk merancang suatu sistem tata kelola Internet yang sifatnya Internasional.

Beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina melakukan kebijakan yang sangat ketat terhadap penggunaan Internet. Cina menjadi contoh negara yang berhasil mengendalikan lalu lintas informasi melalui Internet secara efektif. Richard Winfield dan Kristen Mendoza dalam memorandumnya untuk World Press Freedom Commitee mengutip Peter Yu yang mengatakan pertanyaan “bagaimana Internet dapat mempengaruhi Cina sekarang tidak relevan lagi, kini pertanyaannya adalah bagaimana Cina mempengaruhi Internet. RRC memiliki visi tersendiri tentang Internet yang bisa jadi akan menjadi model bagi negara-negara lain.

Cina bukan satu-satunya negara yang menerapkan pengaturan ketat terhadap penggunaan Internet. Namun Cina menjadi contoh keberhasilan pengendalian secara terintegrasi. Situs CNN.com menjelaskan secara komprehensif tentang hal tersebut (CNN, 2006).

Cina memiliki banyak lembaga pemerintah yang bertugas menegakkan aturan pembatasan Internet di negara tersebut. Pembatasan yang dimaksud meliputi antara lain:

 Penyaringan dan sensor terhadap konten yang ditransmisikan dalam halaman web, blogs, forum diskusi, dan email.

(4)

 Internet Service Providers (ISP) atau penyedia jasa internet diwajibkan melacak siapa saja yang sedang online dan halaman apa saja yang dikunjungi. Identitas pelanggan, nomer telpon dan IP address harus disimpan. ISP dapat dikenai sanksi hukum jika ada pelanggan yang menggunakan sistem ISP itu untuk melanggar hukum.

 Penyedia konten secara huku bertanggung jawab terhadap konten yang mereka tampilkan. Penyedia konten juga wajib menerapkan sistem login yang memungkinkan identifikasi dan melacak aktivitas online pengakses. Jika hal tersebut tidak dilakukan, ijin usahanya akan dicabut dan karyawan perusahaannya dapat ditahan.

 Warung Internet atau dalam bahasa lokal disebut wangba, diminta menyimpan catatan aktivitas online pelanggannya selama 60 hari. Jika pegguna mencoba akses situs-situs yang dilarang, wangba harus memutuskan koneksi pelanggan tadi dan mengirimkan laporan kepada lembaga negara. Hukuman terhadap pelanggaran ini adalah denda dan bahkan dapat di penjara.

 Penduduk Cina tidak dapat menggunakan jasa wangba tanpa kartu identitas diri. Anak-anak dibahawa 16 tahun dilarang masuk wangba, dimana orang sering bermain permainan yang mengandung kekerasan.

 Setiap penduduk Cina yang mendaftar pada jasa layanan internet harus mendaftarkan diri pada polisi setempat dalam jangka waktu 30 hari. Terdapat sukarelawan yang dengan bantuan karyawan ISP melakuan pengawasan terhadap monitor, ruang chat, dan buletin boards untuk mencegah terbitnya kata-kata yang dilarang. Penduduk sipil dapat melaporkan pelanggaran kepada pihak berwenang.

(5)

 Mesin pencari cina mengawasi konten berdasarkan kata kunci dan menghapus situs-situs yang mengandung kata-katan terlarang. Mesin pencari bahkan dapat memutuskan koneksi jika orang meminta konten terlarang melalui mesin pencari itu. Blog, forum diskusi dan bulletin boards diawasi ketat. Penyedia jasa blog melakukan sensor secara manual.

 URL/Domain name juga menjadi alat kontrol. URL/domain name diblokir jika mengandung kombinasi kata-kata yang menyerupai daftar topik yang dilarang. Misalnya URL yang berupa falu atau flg tidak dapat diakses dari Cina, karena kata Falun Gong dilarang.

 IP address juga digunakan sebagai untuk memblokir situs yang tidak diinginkan.

 Pemerintah Cina memblokir situs media-media barat dan situs organisasi hak asazi manusia, juga semua situs yang dianggap membahayakan secara politik dan sosial.

Dari contoh langkah-langkah pemerintah Cina tersebut kita dapat melihat bahwa penggunaan Internet dapat dikendalikan baik secara teknologi maupun politik. Cina menggunakan kedua pendekatan tersebut secara terintegrasi.

Selain untuk menghalangi dan membatasi arus informasi, teknologi juga dapat digunakan untuk menghindari sensor. Banyak sofware dan teknik hacking yang memungkinkan orang untuk mengakses Internet dan memasuki komputer pihak tanpa meninggalkan jejak yang jelas.

Selain Cina, negara-negara lain pun melakukan pengawasan dan pembatasan terhadap arus informasi melalui Internet. Iran, dan negara-negara timur tengah misalnya melakukan filter terhadap konten yang bertentangan dengan pandangan politik dan religi.

(6)

Cina, Iran, Korea Utara dan Myanmar menerapkan intervensi negara untuk mengendalikan penggunaan Internet oleh warganya. Namun ternyata intervensi juga dilakukan oleh Amerika Serikat dengan motivasi yang berbeda. Unit-unit polisi khusus di Amerika memonitor percakapan di ruang chatting untuk mendeteksi adanya pedofilia (Discovery, 2002). Pemerintahan Bush menerapkan program “Warrantless Wiretapping” pada tahun 2001, program ini mengijinkan lembaga penyidik melakukan penyadapan terhadap email dan telpon tanpa harus berkonsultasi dengan pengadilan (Washingtonpost, 2007).

Paparan diatas menunjukan bahwa hasrat negara-negara di dunia untuk masuk melakukan intervensi dan mengawasi penggunaan Internet dan lalu lintas informasi di dalamnya semakin menguat. Ini terjadi karena negara semakin menyadari peran vital Internet sebagai infrastruktur telekomunikasi digital. Informasi telah menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan politik. Karena Informasi berkorelasi dengan pengambilan keputusan-keputusan, maka penguasaan informasi oleh penguasa atau pemilik modal menjadi sangat penting dalam upaya mempengaruhi keputusan-keputusan yang terkait dengan Informasi tersebut (Gandy, 1991). Dalam hal ini Internet merupakan jalur transportasi strategis bagi data dan informasi digital yang harus dapat dikendalikan.

Pemikiran tadi menjadi landasan bagi munculnya wacana tata kelola Internet secara internasional (International Internet Governance). Wacana ini telah mulai dibahas dalam forum World Summit of Information Society pada tahun 2003 dan 2005. Forum ini diselenggarakan di bawah unit kerja ICT Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Makna internet governance dalam forum tersebut adalah perluasan internet governance yang tadinya terbatas pada tataran teknis, kemudian akan merambah pula pada kebijakan konten dan regulasi hukum lintas negara. Amerika dan Eropa menjadi penggerak untuk mendiskusikan dan merealisasikan wacana ini dengan alasan untuk mengatasi persoalan-persoalan seperti; terorisme dunia maya, kejahatan carding, pornografi anak, hacking/cracing dan sebagainya.

Kesimpulan

(7)

Internet dibayangkan akan berkembang menjadi dunia tersendiri yang bebas dari intervensi penguasa-penguasa di dunia nyata. Kenyataannya seiring dengan semakin besarnya peran Internet dalam kehidupan manusia di dunia nyata, negara pun semakin menaruh perhatian tinggi dan melibatkan diri dalam pengawasan dan pengunaannya.

Internet seperti halnya aspek lain dalam kehidupan manusia menjadi obyek regulasi bagi penyelenggara negara. Namun Internet memiliki cakupan yang melintasi batas-batas negara, karenanya muncul wacana untuk melakukan koodinasi bersama dalam tata kelola Internet secara internasional.

(8)

Bibliography

Bauer, J. M. (2005, August 31). School of Information. Retrieved October 25, 2008, from School of Information University of Michigan: http://web.si.umich.edu/tprc/papers/2005/441/Bauer-TPRC-2005-fin.pdf

Bell, D. (2001). an Introduction to Cyberculture. London: Routledge.

CNN. (2006, 03 21). Internet in China Mainland. Retrieved 12 20, 2008, from CNN On Line:

www.cnn.com/interactive/world/0603/explainer.china.internet/fra meset. exclude.html

December, J. (2006, June 23). Journal of Computer Mediated

Communication. Retrieved September 29, 2008, from

WileyInterscience: http://www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/fulltext/120837675/HTMLSTART

Discovery, C. (Director). (2002). Best Kept Secret of The Internet

[Motion Picture].

Dominick, J. R. (1996). The Dynamic of Mass Communication (5th Edition ed.). New York, United States of America: McGraw-Hill.

Gandy, O. (1991). Beyond Agenda Setting. In D. Protess, & M. McCombs, Agenda Setting: Reading on Media, Public Opinion,

and Policy Making (pp. 263-275). -: -.

Negroponte, N. (1995). Being Digital. (Y. Liputo, Ed., & A. Baiquni, Trans.) Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Mizan.

Ogan, C., & Morris, M. the Internet as Mass Medium. In D. McQuail, McQuail's Reader in Mass Communication Theory.

London: Sage Publications.

Washingtonpost. (2007, 05 15). Washington Post Onlie. Retrieved 12 22, 2008, from Washington Post Online:

Referensi

Dokumen terkait

zdravilo; priporočite stopnjevanje telesne aktivnosti; pojasnĺte, da je povečanje telesne teŽe za nekaj kilogramov ob prenehanju kajenja spĘemljivo in se bo sčasoma uredilo,

was obtained in accordance with a specified percentage of the size of that category of 40% to 50%. Based on the data can be told that evaluation development model of affective

Kebutuhan air irigasi tanaman paling banyak pada tanaman padi dan terendah pada tanaman kedelai, Tren curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dekade ke-tiga

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui neraca ketersediaan dan kebutuhan lahan untuk 20 tahun yang akan datang sesuai dengan alokasi lahan pertanian dan permukiman pada pola

Dengue Hemorhagic Fever / Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala utama demamj dan manifestasi perdarahan

Namun, bagi saya, pesan The Act of Killing lebih penting ketimbang sebuah upaya heroik dan mulia yang berhasil dikerjakan seorang individu korban dan keluarganya untuk

Hasil bilangan peroksida, bilangan anisidin, dan bilangan total oksidasi minyak ikan impor memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan minyak ikan dalam negeri1. Minyak

Beberapa potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan produksi tahu milik Pak Mudofik dapat dijabarkan sebagai berikut.. 