• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOLOGI SIKLUS HIDUP SERTA EPIDEMIOLOG (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MORFOLOGI SIKLUS HIDUP SERTA EPIDEMIOLOG (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOLOGI, SIKLUS HIDUP SERTA EPIDEMIOLOGI CRUSTACEA ( UDANG )

NAMA : Noor Ega Ruli Damayanti

NIM : AK816053

SEMESTER : IV

KELAS : IVA

MATA KULIAH : Parasitologi III

PROGRAM STUDI : DIII Analis Kesehatan DOSEN : Putri Kartika Sari, M.Si

YAYASAN BORNEO LESTARI

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI BANJARBARU

(2)

MORFOLOGI UDANG

Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing. (Ghufran ,Kordi K, 2009 )

Gambar bagian tubuh udang

Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :

a) Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan. b) Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang c) kuat.

d) Sepasang sungut besar atau antena. e) Dua pasang sungut kecil atau antennula. f) Sepasang sirip kepala (scophocerit).

g) Sepasang alat pembantu rahang (maxilliped).

h) Lima pasang kaki jalan (periopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga i) bercapit yang dinamakan chela.

j) Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.

(3)

renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson.

Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam. (Ghufran ,Kordi K, 2009 )

Ciri-ciri morfologi udang menurut Fast dan Laster (1992), mempunyai tubuh yang bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas yang dibungkus oleh kintin sebagai eksoskleton. Tiga pasang maksilliped yang terdapat dibagian dada digunakan untuk makan dan mempunyai lima pasang kaki jalan sehingga disebut hewan berkaki sepuluh (Decapoda). Tubuh biasanya beruas dan sistem syarafnya berupa tangga tali. Dilihat dari luar, tubuh udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan dada yang menyatu. Bagian kepala tertutup kerapak, bagian perut terdiri dari lima ruas yang masing-masing ruas mempunyai pleopod dan ruas terakhir terdiri dari ruas perut, dan ruas telson serta uropod (ekor kipas). Tubuh udang mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang antenula bagian dalam dan luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae (periopod), lima pasang pleopod, sepasang telson dan uropod.

1. Sistem Digesti

Makanan udang terutama adalah hewan-hewan akuatis yang kecilkecil, tetapi juga bahan organis busuk. Mulutnya dikelilingi oleh beberapa pasang alat tambahan biasanya disebut alat-alat mulut. Dari mulut berlanjut ke esofagus, lambung terdiri dari bagian kardiak dan bagian pilorik, terus ke usus dan anus. Lambung kardiak mengandung alat-alat penggerus makanan. Kelenjar digesti (kelenjar hepatik) mengeluarkan sekret enzimatis ke dalam lambung pilorik.

2. Sistem Respirasi

Insang berbulu (insang dalam), bertaut pada segmen basal dari maksiliped kedua dan ketiga, dan bertaut pula dengan empat kaki untuk berjalan yang pertama. Barisan insang kedua dan ketiga (pada beberapa jenis, antara lain Astacus sp) bertaut dengan barisab insang luar. Insang insang dalam itu terendam dalam air dalam ruang insang (ruang di sebelahbawah tiap karapase). Insang-insang itu mengandung pembuluh-pembuluh darah. Aliran air dalam ruang insang itu terjamin oleh adanya “ember” air yang merupakan cabang dari maksila kedua.

3. Sistem Sirkulasi

(4)

kapiler-kapiler insang, dan dari kapiler-kapiler itu darah memasuki jantung melalui perikardium.

4. Sistem Ekskresi

Crustacea juga memiliki alat ekskresi. Alat ekskeresi pada udang terdiri atas dua buah kelenjar hijau yang membuat cairan berwarna hijau, strukturnya seperti nefridium, dan terbuka pada dasar antena-antena.

5. Sistem Saraf

Pada udang terdapat “otak” di sebelah dorsal, dengan dua buah penghubung sirkumesofageal, dan sebuah rantai ganglion-ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar, berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari otak dan korda ventral.

6. Sistem Indera

Sistem indera pada udang dibagi menjadi dua yaitu, perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba). Perasa sentuhan dan kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini sangat kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan anterior. Ada 2 buah mata majemuk yang tersusun dari banyak unit optik disebut ommatidium. Tiap mata majemuk itu terdapat pada sebuah tangkai. Organ keseimbangan, statokis, terdapat pada dasar antenul-antenul.

7. Reproduksi dan Perkembangan

Kelamin terpisah (diesius). Baik testes maupun ovarium bilobat. Testes melepaskan sperma ke dalam duktus spermatikus terus ke pori-pori yang terdapat di dasar pasangan kaki untuk berjalan yang kelima. Oviduk melepaskan telur dari ovarium ke lubang-lubang pada dasar pasangan kaki untuk berjalan. Stadium embrional diselesaikan ketika telur masih bertaut dengan “swimmeret-swimmeret” hewan betina. Bahkan larva telah menetas pun tetap tertaut padanya untuk beberapa lama. (Usmiyatun, 2015 )

8. Jenis-Jenis Udang

Udang merupakan komoditas utama yang paling diminati sebagai makanan. Dagingnya yang gurih dan rasanya yang lezat membuat komoditas yang satu ini begitu familiar dan digemari hampir semua orang. Melimpahnya jenis udangyang hidup di perairan Indonesia membuat peluang untuk membudidayakan dan memasarkan udang begitu potensial.

(5)

a) Udang Jerbung ( Penaeus merguiensis )

Udang jerbung disebut juga udang putih “ White Shrimp “.Ciri cirinya antara lain: kulitnya tipis dan licin, warna putih kekuningan dengan bintik hijau dan ada yang berwarna kuning kemerahan. Udang ini mempunyai jenis-jenis lain seperti:

 Udang Peci, warna kulitnya lebih gelap dan berbintik hitam.

 Udang Bambu, warna kulitnya kuning berbercak merah seperti bambu.

 Udang Banana , warna kulitnya kuning seperti kulit pisang.

Gambar udang jerbung

b) Udang Flower ( Penaeus sp )

Udang ini berwarna hijau kehitaman dengan garis melintang coklat, kulit dan kakinya agak kemerahan. Corak warnanya seperti bunga dengan nama dagang Flower Shrimp.

Gambar Udang Flower

c) Udang Windu / Pacet / Tiger ( Penaeus monodon )

(6)

Gambar Udang Windu

d) Udang Cokong / Tokal / Galah / Fresh Water ( Macrobrachium sp ) Udang ini adalah udang air tawar. Warnanya bermacam-macam, ada yang hijau kebiruan, hijau kecoklatan, kuning kecoklatan dan berbercak seperti udang windu tetapi bentuknya lebih bulat.

Gambar udang galah

e) Udang Dogol ( Metapenaeus monoceros )

Udang ini kulitnya tebal dan kasar, berwana merah muda agak kekuningan. Nama dagangnya adalah Pink Shrimp , ada yang berwarna kuning kehijuan disebut yellow White Shrimp.

Gambar Udang Dogol

f) Udang Sikat/Kipas ( Panulirus sp )

(7)

Gambar Udang kipas

g) Udang Karang / Barong ( Panulirus sp )

Udang ini seperti udang sikat tetapi ukurannya ada yang besar dan kulitnya keras. Warnanya ada bermacam-macam, ada yang hijau, coklat, coklat kemerahan dan hitam kebiruan, biasanya berbintik-bintik putih, merah atau coklat. Udang ini lebih dikenal dengan nama dagangnya “Lobster‟.

Gambar Udang Karang

DAUR HIDUP UDANG

Daur hidup udang meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat yang berbeda pada setiap tahapan. Udang melakukan pemijahan di perairan yang relatif dalam. Setelah menetas, larvanya yang bersifat planktonis terapung-apung dibawa arus, kemudian berenang mencari air dengan salinitas rendah disekitar pantai atau muara sungai. Di kawasan pantai, larva udang tersebut berkembang. Menjelang dewasa, udang tersebut beruaya kembali ke perairan yang lebih dalam dan memiliki tingkat salinitas yang lebih tinggi, untuk kemudian memijah. Tahapan-tahapan tersebut berulang untuk membentuk siklus hidup. Udang penaeid dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami beberapa fase, yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile (udang muda), dan udang dewasa (Usmiyatun, 2015 )

(8)

kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi.

Gambar Daur Hidup Udang

EPIDEMIOLOGI

Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup di perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial. Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuari umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih.

Kelompok udang yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30% adalah hidup di daerah terestrial dan menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas. Kelompok terakhir adalah udang air tawar. Udang dari kelompok ini biasanya tidak dapat mentolerir salinitas diatas 5%. Lingkungan sebagai mediator hidup udang memegang peranan sangat penting bagi pertumbuhan udang di samping pakan18. Udang menempati perairan dengan berbagai tipe pantai seperti pantai berpasir, berbatu ataupun berlumpur. Spesies yang dijumpai pada ketiga tipe pantai ini berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing - masing spesies menyesuaikan diri dengan kondisi fisik kimia perairan. (Yusuf Kastawi, 2005 ) Tingkah- tingkah Laku Udang :

1) Sifat Nokturnal

(9)

2) Pergantian Kulit (Molting)

Pada peristiwa pergantian kulit ini, proses biokimia yang terjadi, yaitu pengeluaran (ekskresi) dan penyerapan (absorbsi) kalsium dari tubuh hewan.Kulit baru yang terbentuk berwarna pucat dan setelah 2-3 hari kemudian barulah warna semula kembali, sebabnya adalah berubahnya kualitas air ataupun karena makanan serta proses pengeluaran zat tertentu di tubuh udang (Romimohtarto dan Juwana, 2007).

3) Tingkah Laku Makan

Udang termasuk golongan omnivora ataupun pemakan segalanya. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polichaeta, larva kerang dan lumut. Untuk mendeteksi sumber pakan, udang berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Makanan ditangkap dengan capit kaki jalan (periopod) dan masukkan kebagian mulut. Bagian makan yang kecil ditempatkan langsung disuatu tempat didalam mulut sementara bagian makanan yang besar dibawa kedalam mulut oleh maxilliped atau alat-alat pembantu rahang.

4) Ekologi Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir yang dimaksud di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang,angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan kearah laut wilayah pesisir mencakupbagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto dalam Wibisono, 2005).

(10)

Daftar Pustaka

Ghufran ,Kordi K, Budi Daya Perairan Buku Kedua, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2009.

Harrison, FRederick W, dan Arthur G Humes, Microscopic Anatomy of Invertebrates, Wiley-Liss, Vol: 9 No. 592.

Haryuni dan Ummi Soraya, Evaluasi Perikanan Tangkap di Sungai Rungan Kalimantan Tengah, Jurnal Ilmu hewani Tropika, vol 2. No. 2. Desember 2013.

Jannah, Laylatul, “Kemelimpahan Jenis Udang (Crustaceae) Di Aliran Sungai Kahayan Kota Palangka Raya”, Skripsi, Palangka Raya: IAIN, 2015. Kecamatan Sebangau, Profil Kecamatan Sebangau, Palangka Raya: Kecamatan Sebangau, 2015.

Khairuman dan Khairul Amri, Budi Daya Udang Galah Secara Intensif, Jakarta: PT AgroMedia Pustaka, 2006.

Riyana Hesty, Kelimpahan Larva Udang Penaeid Pada Saat Pasang Di Saluran Tambak Desa Gempolsewu, Kab. Kendal, Artikel, Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, 2015.

Rusmiyati Sri, Menjala Rupiah Budidaya Udang Vannamei Varietas Baru Unggulan, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015.

Sembiring Herlina, Keanekaragaman Dan Distribusi Udang Serta Kaitannya Dengan Faktor Fisik Kimia Di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, Skripsi, Medan:USU, 2009, h. 88.

Usmiyatun, Ekologi Hewan Petunjuk Praktikum Edisi Pertama, Palangka Raya:

Laboratorium Biologi Prodi Tadris Biologi Jurusan Fakultas dan Ilmu Keguruan, 2015.

Yusuf Kastawi, Zoologi Avertebrata, Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS), 2005.

Gambar

Gambar bagian tubuh udang
Gambar Udang Flower
Gambar udang galah
Gambar Udang kipas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jumlah katalis yang bebeda akan mempengaruhi jumlah poduksi gas yang dihasilkan, jumlah produksi gas paling banyak

Dalam bukunya, Bryman memaparkan tahapan dalam metode penelitiannya kedalam sebelas langkah yang diawali oleh teori karena menurutnya untuk melakukan suatu penelitian diperlukan

misalnya dalam ajaran Islam wanita tidak boleh menikah dengan laki-laki yang tidak beragama.. Islam (Al Baqarah

Berdasarkan nilai rata-rata daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

melakukan kegiatan mengobrol, minum sekedarnya, dan kegiatan kelonggaran lain yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.Dari 15 sampel yang

Lampu yang akan dipilih lampu hemat energi dan mampu bertahan lama dan kuat tujuan dari aplikasi ini adalah membantu pemilihan lampu hemat energi agar dapat

Dalam bahasa $nggris, Oomy"ota disebut juga sebagai water moulds (%jamur air%) karena kebiasaannya yang tumbuh dengan baik dalam kondisi kele mbaban yang tinggi dan berair.. #da

Hasil pembobotan para pakar terhadap elemen dan indikator yang digunakan dalam KPI pembangunan kota baru berkelanjutan maka dapat diketahui bahwa elemen untuk pilar ekonomi paling