• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Penistaan Agama Sebuah Pengakuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kasus Penistaan Agama Sebuah Pengakuan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kasus Penistaan Agama: Sebuah Pengakuan dari Peran Teknologi Citra (Kajian Filosofis menurut Don Ihde atas kasus Ahok di Pulau Seribu)

Oleh: Augusto Almeida da Silva

Pendahuluan

Dunia kita akhir-akhir ini diwarnai dengan berbagai perkembangan yang tak terelakan

lagi, khususnya perkembangan teknologi. Salah satu sasaran dari perkembangan ini ialah

manusia, hingga menjadikan manusia terjerumus ke dalam perkembagan tersebut. Ada yang

memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan diri melalui usaha-usaha ekonomis

secara baik dan benar. Tetapi tidak sedikit yang menjadi korban dari perkembangan teknologi

ini. Kenyatan ini menggambarkan bahwa manusia pada dirinya sendiri hampir tidak bisa

dipisahkan dari pengaruh teknologi. Hidupnya serba teknologi.

Fenomena ini juga sangat mempengaruhi interaksi sosial masyarakat secara umum

atau pun perorangan. Misalnya, adanya teknologi citra, seperti citra yang diam (foto) dan

citra yang bergerak (video/film). Teknologi citra ini dijadikan sebagai representasi dari

sebuah peristiwa kepada kalangan umum; dan tentunya melalui media seperti televisi, koran,

dan beragam akses media sosial lainnya: facebook, youtue, dll. Melalui beragam media sosial

inilah dunia yang begitu luas dijadikan begitu sempit, dan sesama dijadikan sebagai objek

dalam mencapai kesuksesan, hingga menciptakan keterpecahan di antara masyarakat.

Penyajian Masalah

Fenomena di atas dapat kita simak di dalam situasi Indonesia saat ini. Melalui media

sosial, beragam informasi berupa video, gambar dan tulisan mudah diakses oleh seluruh

masyarakat Indonesia, tanpa kenal batas usia dan kelas sosialnya. Dari fakta ini, hal yang

memprihatinkan ialah beredarnya informasi yang sifatnya hoax belaka dan melemahkan

kesatuan hidup berbangsa. Berhadapan ini menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia,

Rudiantara mengajak semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam membangun sikap positif

ketika mengakses beragaman informasi di media sosial, dan menggunakan media sosial.1

Sebab salah satu persoalan yang menjadi tren saat ini ialah hoax. Hoax bagaikan wabah yang

mengrongrong kebhinekatunggalan berbangsa, serta menimbulakan keterpecahan antara

masyarakat.

1https://www.fpi.info/100/pesan-menkominfo-pengguna-medsos-tabayun-tabayun-dan-tabayun.html#more-100,

(2)

2

Bersesuaian dengan fenomena di atas, penulis mencoba membuat sebuah studi

filosofis atas persoalan sosioa religius dan sosio politik yang menjadi keprihatinan setiap

orang di Indonesia: dugaan penistaan agama yang ditujukan kepada Basuki Tjahaja Purnama

(Ahok). Dalam hal ini penulis ingin menganalisa secara filosofis bagaimana pengaruh dari

teknologi itu sendiri bagi perkembagan persoalan tersebut yang dihadapi Basuki Tjahaja

Purnama (Ahok). Pengaruh teknologi yang dimaksudkan ialah teknologi citra yang

ditampilkan di media cetak, radio, televisi dan media sosial. Oleh karena itu, judul yang

menjadi acuan pembahasan penulis di dalam artikel populer ini ialah, “Kasus Penistaan

Agama: Sebuah Pengakuan dari Peran Teknologi Citra (Kajian Filosofis menurut Don Ihde

atas kasus Ahok di Pulau Seribu).”

Teknologi Citra

Teknologi citra merupakan teknologi yang hadir untuk merepresentasikan suatu

fenomena tertentu di dalam budaya masyarakat secara luas bagi kalangan umum.2 Dengan

adanya teknologi citra setiap pribadi mampu mengakses berbagai informasi, baik yang positif

maupun negatif. Selain informasi, melalui teknologi citra, juga setiap orang mampu

mengembangkan interaksi dengan sesamanya, seakan-akan dunia ini dijadikan sebuah desa

yang dapat dijangkau oleh siapa saja. Teknologi citra sering diklasifikasi ke dalam citra yang

diam, berupa foto, dan citra yang begerak seperti video. Kedua klasifikasi teknologi citra ini

dibingkai di dalam televisi, bioskop, komputer, grafik, internet, dan lain-lain.

Adalah seorang filsuf teknologi yang menyatakan bahwa teknologi citra

sesungguhnya merupakan salah satu produktivitas yang hadir bersamaan dengan iklim

postmodern yang berkembang di dalam studi komtenporer.3 Dalam hal ini dia berpendapat

bahwa teknologi citra tidak mengikuti arus postmondernisme, tetapi dengan adanya teknologi

citra, setiap budaya-budaya lokal atau sesuatu tersembuhnyi dapat diakses oleh kalangan

umum. Filsus itu bernama Don Ihde. Dia adalah seorang filsuf teknologi, berkebangsaan

2

Francis Lim, Filsafat Teknologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 146.

3 Don Ihde, Postphenomenology and Technociences-The peking Universiity Lecture, (Albany:” State University

(3)

3

Amerika Serikat, lahir pada tanggal 14 Januari 1934, di Hope, Kansas, Amerika Serikat.

Sebagai seorang filsuf teknologi dia sangat meminati teknologi citra-imaging technology.4

“Kasus Penistaan Agama: Sebuah Pengakuan dari Peran Teknologi Citra (Kajian

Filosofis menurut Don Ihde atas kasus Ahok di Pulau Seribu).”

Akhir-akhir Indonesia mengalami beragam peristiwa yang menjadi tontonan

masyarakat nasional, bahkan internasional: mulai dari dunia politik dan ekonomi, korupsi

hingga agama. Dari segi politik, banyak perkembang yang diapresiasi oleh semua pihak,

tetapi ada sebagian yang memanipusi situasi dan ingin merongrong kesatuan bangsa ini

dengan berbagai isu atau hoax: tenaga kerja yang berasal dari Cina (Tempo, edisi 2-8 Januari

2017, hlm. 30-32). Dari sisi lain Indonesia juga telah melewati suatu perayaan besar, yakni

pesta demokrasi yang diselenggarakan pada hari Rabu, 15 Februari 2017 lalu: pilkada

serentak. Dari sekian banyak pilkada itu, Jakarta menjadi pusat perhatian dari seluruh

masyarakat Indonesia. Perlu disadari juga bahwa sebelum terlaksananya pesta demokrasi ini

beragam polemik dan manipulasi politik yang berkembang secara diam-diam untuk saling

menjatuhkan.

Selain persoalan politik dan pesta demokrasi, Indonesia juga masih dirongrong

dengan isu agama, ras, etnis yang terus bergema di telinga masyarakat. Salah satu isu yang

menjadi viral saat ini ialah isu agama, khususnya kasus dugaan penistaan agama islam yang

ditujukan kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Fenomena-fenomena ini menjadi tanda

bagaimana ketidaknyamanan pun akan terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang

plural dan kompleks.

Terlepas dari situasi yang sedang “memanas” dan memprihatinkan ini media-media cetak, dan media sosial pun turut berpartisipasi dalam membagikan peristiwa ini kepada

kalangan umum. Berkat teknologi citra (foto dan video) yang dirangkai sedemikian rupa di

dalam berbagai media: koran, televisi, dan internet, serta medsos lainnya, informasi seputar

peristiwa-peristiwa (politik, ekonomi, korupsi, hingga agama) menjadi viral di kalangan

masyaratkat. Masyarakat seolah-oleh menjadi saksi nyata. Semuanya yang ‘tersembunyi’

(4)

4

akhirnya terungkap, dan semua yang sebatas nasional akhirnya dapat diakses di

kampung-kampung terpensil. Di sini, teknologi citra (foto dan video) mempunyai pengaruh besar bagi

perkembangan informasi. Oleh karena itu, tujuan dari teknologi citra ialah hadir untuk

merepresentasikan sebuah fenomena yang tidak diketahui kalangan umum. Kendati, hal-hal

yang sering direpresentasikan itu bermakna ambigu. Ada yang dapat membantu

perkembangan informasi yang konstruktif, tetapi ada juga yang melemahkan kesatuan hidup

bermasyarakat dengan beragaman informasi yang sifatnya hoax. Hal ini tentu dimotori oleh

pribadi-pribadi yang sering menjadi pemicu dari sebuah fenomena yang ada. Hakikat

teknologi citra yang bersifat netral dimanipulasi sedemikian rupa.5

Bersesuaian dengan kenyataan ini, hemat penulis, kasus dugaan penistaan agama

islam yang ditujukan kepada Ahok bisa diklasifikasikan sebagai sebuah rekaiasa manusia

dengan manipulasi teknologi citra.6 Dengan teknologi citra (video) yang disebarkan di media

sosial, pidato Ahok dianggap sebagai bentuk penistaan terhadap agama islam. Sedangkan

masyarakat pulai seribu (beragama islam) yang mendengarkan pidako Ahok tidak merasa

dihina dan dinistakan Al-qurannya (agamanya). Terlepa dari benar atau salahnya informasi

itu, kasus dugaan penistaan agama yang dijutukan kepada Ahok hemat penulis merupakan

sebuah pengakuan dari peran teknologi citra. Tanpa itu pasti kasus ini tidak fenomenal

sekarang. Hakikatnya sangat netral: bagaimana menyampaikan informasi atau

merepresentasikan sebuah peristiwa yang tidak diketahui oleh kalangan umum. Tetapi,

sering dimanipulasi sedemikian rupa oleh kalangan tertentu demi kepentingannya

masing-masing. Akhirnya, hakikat dan keotentikan teknologi citra yang diprakarsai melalui

media-media cetak dan informatika dipertanyakan.

Penutup dan Saran

Setiap peristiwa yang diakses oleh masyarakaat Indonesia tentu tidak terlepas dari

perkembangan teknologi citra yang diprakarsai oleh beragaman media (cetak maupun

eletronik). Teknologi citra menjadi satu-satunya cara orang bisa akses dan menyampaikan,

serta mengunggah segala peristiwa. Kenyataan ini menjadi budaya umum, serta tidak

dipungkiri lagi. Namun akhi-akhir ini, kehadirannya sangat ambigu. Misalnya saja, kasus

penistaan agama yang ditujukan kepada Ahok saat ini. Kasus menjadi viral di media sosial

karena adanya ‘pengakuan’ berdasarkan teknologi citra (video).

5 Bdk. Francis Lim, Filsafat Teknologi., hlm. 144-147.

(5)

5

Kendati pun, sebagai pribadi yang sering mengakses ataupu mengunggah beragaman

informasi hendaknya kita memperhatinkan informasi yang sifatnya hoax belaka, sehingga

tidak menimbulkan masalah di tengah masyarakat dan melemahkan kesatuan hidup dalam

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaannya dengan penelitian yang ingin saya lakukan yaitu penelitian yang ingin saya lakukan menggunakan strategi pembelajaran discovery learning disertai

NPP yang dibuat ini kemudian digunakan untuk mendeteksi kandungan ion merkuri pada sampel lingkungan secara citra digital menggunakan telepon genggam atau kamera

memegang bet menghadap ke belakang, atau posisi punggung tangan yang memegang bet menghadap ke depan yang diperoleh dengan memantulkan bola kearah meja yang

Hasil pengkajian paket teknologi organik pada tanaman sayuran daun (sawi) dataran rendah di DKI - Jakarta menunjukkan bahwa, dengan menggunakan pupuk hasil formulasi BPTP - Jakarta

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Hasil penelitian dilihat dari beberapa indikator: (1) kondisi kelembagaan menunjukkan, sekolah umumnya mempunyai pengelola khusus kelengkapan surat ijin dalam

mungkin kamu bertanya-tanya apa fungsi tes melengkapi gambar di atas, dan apakah tes di atas sebenarnya adalah untuk mencari tahu siapa diantara peserta yang paling pintar