• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NEGERI LAMA KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NEGERI LAMA KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2017"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

BEBBY MAY SAN E

NIM. 121000462

`

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

BEBBY MAY SAN E NIM. 121000462

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NEGERI LAMA KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2017” beserta isinya adalah

benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2018

Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin dan ibu nifas. Namun kebanyakan Puskesmas PONED belum mampu melaksanakan fungsinya dengan optimal. Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama belum terlaksana dengan baik.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan metode domain dan disajikan dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PONED belum optimal. Hal ini disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum maksimal pemberdayaannya, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana serta obat-obatan yang mendukung pelayanan PONED.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap puskesmas terkait pelaksanaan PONED serta kepada Puskesmas Negeri Lama agar meningkatkan pelayanan PONED kepada masyarakat serta memaksimalkan pelayanan dengan memperbaiki fasilitas kesehatan di puskesmas.

(6)

ability to provide direct services to pregnant mother/maternity, and postpartum mother. But most of the BEmONC health centre haven’t been able to show the functions optimally. Based on the initial survey results that the implementation of the BEmONC in Puskesmas Negeri Lama has not done well.

This study is qualitative study aimed to analyze the implementation of BEmONC programs in Puskesmas Negeri Lama, Labuhan Batu regency. The data collection is done by in-depth interviews. Data analysis was done with domain method and presented in narrative form.

The results indicated that the implementation of BEmONC program had not been optimal. This was caused by the Human Resources were not maximized in the empowerment, the lack of availability of building and infrastructure and medicines that support BEmONC services.

Based on results of the study was expected to the Health Department of Labuhan Batu regency to improve more the supervision of community health centre related to the BEmONC and the Puskesmas Negeri Lama in order to improve BEmONC services for community and maximizing the services by improving health facilities in community health centre.

(7)

penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pelayanan Obstetri dan

Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten

Labuhan Batu Tahun 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun

berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak

secara moril maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara (USU).

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Kepala Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan dan dosen penguji II yang telah memberikan saran,

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Heldy BZ, MPH selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

banyak saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan

(8)

FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani

pendidikan.

8. Asih Hasibuan selaku Kepala Seksi Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan

Batu dan seluruh staf Dinas Kesehatan yang telah memberikan izin dan

bantuan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Puskesmas Negeri

Lama.

9. Kepala Tata Usaha Puskesmas Negeri Lama beserta seluruh pegawai

puskesmas yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Terkhusus kepada orang tua tercinta, Bapak Efendy Sahputra dan Ibu Juliati,

yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama penulisan skripsi

sehingga mampu menyelesaikan skripsi sesuai rencana.

11. Adik-adik tersayang, Nicolaz E dan Vanken Davis Vincent E, yang selalu

memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

12. Seluruh keluarga yang telah banyak membantu, mengarahkan, dan

meluangkan waktu selama penulis melaksanakan penelitian.

13. Sahabat terbaik penulis, Poppy Harizani Nst dan Nurul Husna, yang selalu

ada di saat penulis membutuhkan semangat dan dorongan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih setiap semangat yang

(9)

penulisan skripsi ini.

15. Teman-teman seperjuangan di FKM USU, khususnya Kelas E stambuk 2012,

yang banyak memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan di AKK FKM USU (Amriza, Arief, Budi, Taufik,

Harun, Alwi, Sylvia, Rio, Dria, Susi, Tamara, Ester, dan lain-lain) yang

memberikan semangat kepada penulis.

17. Semua pihak yang telah membantu penulis selama masa penulisan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta

masih diperlukan dalam penyempurnaannya. Hal ini tidak terlepas dari

keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki penulis.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2018

Penulis

(10)

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1Tujuan Umum ... 8

1.3.2Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pelaksanaan ... 10

2.1.1 Pengertian Pelaksanaan ... 10

2.1.2 Penyusunan Pelaksanaan Pengembangan Fungsi Puskesmas PONED ... 12

2.2 Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ... 13

2.3 Puskesmas ... 14

2.3.1 Pengertian Puskesmas ... 14

2.3.2 Tujuan dan Fungsi Puskesmas ... 15

2.3.3 Azas Puskesmas ... 17

2.4 Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ... 18

2.4.1 Pengertian Puskesmas PONED ... 18

2.4.2 Kriteria Puskesmas PONED ... 19

2.4.3 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas PONED ... 22

2.4.4 Batas Kewenangan dalam Pelaksanaan Puskesmas PONED... 25

2.4.5 Sistem Rujukan Puskesmas PONED ... 28

2.5 Hambatan atau Kendala dalam Penyelenggaraan PONED ... 32

(11)

3.3 Informan Penelitian ... 34

3.4 Sumber Data ... 35

3.4.1 Data Primer ... 35

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5.1 Wawancara Mendalam ... 36

3.5.2 Telaah Dokumen ... 36

3.6 Instrumen Penelitian... 37

3.7 Validasi Data ... 37

3.8 Triangulasi Data ... 37

3.9 Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 39

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Negeri Lama ... 39

4.1.2 Letak Geografis dan Kependudukan ... 40

4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Negeri Lama ... 40

4.14 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Negeri Lama ... 42

4.2 Karakteristik Informan ... 42

4.3 Hasil Penelitian ... 44

4.3.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 44

4.3.2 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED ... 44

4.3.3 Ketersediaan Tim Pendukung PONED ... 45

4.3.4 Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang Mendukung PONED ... 45

4.3.5 Ketersediaan Obat-obatan dalam Pelaksanaan PONED ... 46

4.3.6 Ketersediaan Alat Komunikasi sebagai Sarana untuk Merujuk dalam Pelaksanaan PONED ... 47

4.3.7 Ketersediaan Biaya Operasional Pelaksanaan PONED ... 48

4.3.8 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan dalam PONED ... 48

4.3.9 Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan Dibawahnya ... 49

4.3.10 Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal ... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1 Pelaksanaan Pelayanan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 51

(12)

di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 59

5.2.5 Ketersediaan Alat Komunikasi Sebagai Sarana untuk Merujuk dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 60

5.2.6 Ketersediaan Biaya Operasional dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 62

5.2.7 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 64

5.3 Proses ... 66

5.3.1 Penerimaan Rujukan dari Fasilitas Dibawahnya dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 66

5.3.2 Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 68

5.3.3 Rujukan dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 69

BAB VI PENUTUP ... 75

6.1 Kesimpulan ... 75

6.2 Saran ... 76

(13)
(14)
(15)

Lampiran 2 Hasil Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

Lampiran 3 Peralatan Maternal di Puskesmas Negeri Lama

Lampiran 4 Peralatan Neonatal di Puskesmas Negeri Lama

Lampiran 5 Kebutuhan Obat di Puskesmas PONED

(16)

pasangan Ayahanda Efendy Sahputra dan Ibunda Juliati. Alamat penulis Jalan

Pasar 3 Tapian Nauli, Permata Setia Budi Residence 1, Blok C-15, Medan.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan SD Swasta Perguruan

Panglima Polem Rantauprapat 2000-2006, pendidikan SMP Swasta Perguruan

Panglima Polem Rantauprapat 2006-2009, pendidikan SMA Negeri 3 Rantau

(17)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau

kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian

dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan

unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di

Indonesia

Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitas pelayanan

kesehatan masyarakat. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya

kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika

ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama. Upaya kesehatan tersebut terbagi atas Upaya Kesehatan Wajib dan juga

Upaya Kesehatan Pengembangan, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

(18)

setinggi-tingginya. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib Puskesmas yaitu Upaya

Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KEMENKES RI, 2014).

Salah satu sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 di bidang kesehatan adalah

menurunkan AKB menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup dan AKI menjadi 306 per

100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil SUPAS 2015, Indonesia baru dapat

menekan AKB sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 305 per

100.000 kelahiran hidup. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat penurunan

angka-angka kematian, sehingga target RPJMN tahun 2015-2019 diperkirakan

akan tercapai. Berdasarkan data di atas menunjukkan AKI dan AKB sudah

mengalami penurunan, namun masih jauh dari target agenda SDGs tahun 2030

yaitu AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 12 per 1000

kelahiran hidup, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

mengalami peningkatan. Kondisi ini memungkinkan disebabkan oleh antara lain

kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang

tidak sehat dan faktor determinan lainnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi

(AKB) juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya

risiko maternal dan neonatal, yaitu anemia, ibu hamil yang menderita hipertensi,

diabetes, malaria, dan faktor 4T (terlalu muda dan tua untuk melahirkan, terlalu

dekat jarak kehamilan/persalinan, terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi

tersebut di atas diperparah lagi dengan terjadinya kejadian kegawatdaruratan yang

(19)

dalam memutuskan untuk mencari perawatan, 2) Terlambat mencapai fasilitas

rujukan tingkat pertama, dan 3) Terlambat dalam menerima perawatan setelah tiba

di fasilitas kesehatan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam PONED antara lain peningkatan

pengetahuan dan keterampilan tim dalam menyelenggarakan PONED, pemenuhan

tenaga kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat dan bahan habis pakai,

manajemen penyelenggaraan serta sistem rujukannya. Pelayanan Obstetri dan

Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas juga sangat membutuhkan

kerjasama yang baik dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit sebagai suatu kesatuan sistem rujukan

mempunyai peran yang sangat penting (KEPMENKES RI, 2013).

Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) merupakan

pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan

neonatal. Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan

langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri

atau rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan Puskesmas.

Menurut hasil laporan nasional Riset Fasilitas Kesehatan (RIFASKES)

tahun 2011 menyatakan bahwa 40% Puskesmas PONED mempunyai peralatan

PONED yang jumlahnya kurang dari 40% standar alat PONED yang harus

dipunyai oleh Puskesmas PONED dan ketersediaan obat PONED sangat kurang,

karena lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang dari 40%

(20)

disimpulkan bahwa kualitas PONED masih jauh dibandingkan dengan standar

minimal yang harus dipenuhi.

Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siregar (2016),

menunjukkan bahwa Puskesmas PONED belum berjalan dengan optimal

dikarenakan peralatan kesehatan yang belum memadai dan belum memenuhi

standar minimal, kualitas sumber daya kesehatan yang rendah dalam memberikan

pelayanan PONED, dan ketersediaan obat-obatan yang masih belum lengkap.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Amrillah (2016), menyatakan

bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan PONED adalah ada beberapa

peralatan kesehatan dan obat-obatan yang masih belum lengkap dan tidak adanya

kebijakan atau aturan khusus tentang pelaksanan PONED di Puskesmas.

Pada tahun 2015, dari 570 Puskesmas yang tersebar di seluruh

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 153 Puskesmas yang

menyelenggarakan PONED atau 26,84%. Jumlah ini mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2014 yaitu 147 Puskesmas, tahun 2013 yaitu 137 Puskesmas,

dan tahun 2012 yaitu 94 Puskesmas PONED. Jumlah Puskesmas PONED di

Kabupaten Labuhan Batu adalah 6 Puskesmas PONED dan diantaranya adalah

Puskesmas Negeri Lama (DINKES Provinsi Sumatera Utara, 2015).

Sejak tahun 2012, Kabupaten Labuhan Batu dijadikan wilayah intervensi

program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yaitu sebuah

program kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan USAID (United States Agency

for International Development) selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka

(21)

Sumatera Utara. Dari tahun 2013-2015 menunjukkan angka kematian ibu (AKI)

menurun dan sudah menunjukkan angka yang cukup rendah. Untuk tahun 2012

sebanyak 33 kasus, tahun 2013 AKI sebanyak 16 kasus, tahun 2014 sebanyak 11

kasus, dan tahun 2015 sebanyak 10 kasus. Sementara itu angka kematian bayi

(AKB) juga menurun. Untuk tahun 2012 AKB sebanyak 11 kasus, tahun 2013

AKB sebanyak 12 kasus, tahun 2014 AKB sebanyak 8 kasus, dan tahun 2015

AKB sebanyak 1 kasus (DINKES Kabupaten Labuhan Batu, 2015).

Diperkirakan sekitar 20% dari bayi hidup akan mengalami komplikasi

neonatal. Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Bayi baru lahir yang

mengalami gejala sakit dapat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan

adekuat dapat terjadi kematian. Jumlah kunjungan neonatus di Puskesmas Negeri

Lama tahun 2015 sebanyak 298 bayi atau 97,06% dari 307 bayi, dan tahun 2016

sebanyak 294 bayi atau 94,83% dari 310 bayi. Bayi yang lahir dengan BBLR di

Puskesmas Negeri Lama tahun 2015 sebanyak 19 bayi dan tahun 2016 sebanyak

17 bayi (Puskesmas Negeri Lama, 2016).

Sejak tahun 2013, Puskesmas Negeri Lama menjadi salah satu Puskesmas

Mampu PONED yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Puskesmas Negeri Lama

ditunjuk Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu untuk membantu masalah

pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian

bayi (AKB), khususnya untuk wilayah Kecamatan Bilah Hilir. Sebelum menjadi

Puskesmas Mampu PONED, beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas Negeri

Lama telah mendapatkan pelatihan adalah 1 Dokter, 1 Bidan Koordinator, dan 1

(22)

Jarak Puskesmas Negeri Lama dengan Rumah Sakit PONEK sekitar 56

km. Puskesmas Negeri Lama memiliki sarana transportasi untuk rujukan yaitu

ambulance sebanyak 2 unit. Puskesmas juga sangat mudah dijangkau masyarakat

dengan kendaraan umum. Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa pelaksanaan

PONED di Puskesmas Negeri Lama belum terlaksana dengan maksimal, hal ini

terlihat dari tidak adanya Petugas Kesehatan PONED dan masih rendahnya

kunjungan ibu bersalin dalam memanfaatkan PONED pada tahun 2016.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada petugas kesehatan

Puskesmas Negeri Lama terdapat hambatan yang dirasakan yaitu ketersediaan alat

kesehatan yang belum memadai, ruangan rawat inap tidak sesuai dengan standar,

dan tidak adanya dokter, perawat, dan bidan yang sudah mengikuti pelatihan

PONED. Selain itu, ibu hamil juga masih belum memahami tentang Puskesmas

PONED dan apabila terjadi persalinan dengan komplikasi seperti partus macet di

bidan desa, ibu hamil tidak mau dibawa ke Puskesmas PONED karena merasa

puskesmas tidak sanggup untuk mengatasi masalah tersebut dikarenakan tidak

kesiagaan dokter di tempat dan ibu hamil tidak mau mengambil risiko besar maka

dari itu ingin langsung dirujuk ke Rumah Sakit PONEK agar segera mendapat

perawatan yang lebih baik.

Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa masih rendahnya kunjungan

ibu bersalin di Puskesmas Negeri Lama. Ada beberapa ibu hamil yang memilih

untuk melahirkan di Rumah Sakit Swasta di daerah Kota Rantauprapat. Kasus

persalinan dengan komplikasi tahun 2016 mencapai 191 orang. Bidan-bidan desa

(23)

kehamilannya ke Puskesmas PONED karena telah ada kemungkinan

kehamilannya disertai dengan komplikasi.

Dari laporan 9 desa yang ada di wilayah kerja Negeri Lama pada tahun

2016 bulan oktober persalinan dengan komplikasi sebanyak 31 orang dan yang

dirujuk 25 orang, bulan november persalinan dengan komplikasi sebanyak 34

orang dan yang dirujuk 28 orang, dan bulan desember persalinan dengan

komplikasi sebanyak 30 orang tetapi yang dirujuk 27 orang. Persalinan dengan

komplikasi di Puskesmas Negeri Lama disebabkan oleh pre eklamsia, eklamsia,

ketuban pecah dini, dan partus macet. Jumlah persalinan dengan komplikasi lebih

besar dibanding jumlah rujukan (Puskesmas Negeri Lama, 2016).

Menurut hasil penelitian Susyanty (2016), menunjukkan bahwa

kompetensi tenaga terlatih belum memadai dan beberapa kewenangan juga belum

dilakukan, begitu juga dengan ketersediaan alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai serta obat-obatan untuk PONED yang belum memadai. Hasil penelitian lain

juga dilakukan oleh Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan PONED adalah ada beberapa alat yang tidak

tersedia dan tidak ada dana operasional khusus yang diberikan untuk kegiatan

PONED tetapi dana berasal dari operasional Puskesmas dan dari jasa hasil

tindakan di PONED.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah

(24)

1. Bagaimana ketersediaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana dan

prasarana, dan obat-obatan) dalam pelaksanaan puskesmas PONED di

Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?

2. Bagaimana proses pelaksanaan puskesmas PONED di Puskesmas Negeri

Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?

3. Bagaimana cakupan program pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri

Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan

pelayanan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun

2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu :

1. Menjelaskan ketersediaan sumber daya (SDM kesehatan, sarana dan

prasarana, obat-obatan) pada pelaksanaan pelayanan PONED di

Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

2. Menjelaskan proses pelaksanaan PONED (penerimaan rujukan dari

pelayanan kesehatan dibawahnya, penanganan kegawatdaruratan obstetri

neonatal dalam PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan

(25)

3. Menjelaskan cakupan pelayanan PONED pada pelaksanaan pelayanan

PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun

2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagi Puskesmas Negeri Lama, hasil peenelitian lain diharapkan dapat

menjadi masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari pelaksanaan

program PONED di Puskesmas Negeri Lama

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat

menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai sistem pelaksanaan

program PONED.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan

maupun referensi oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

(26)

2.1.1 Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau kegiatan dari sebuah rencana yang

sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan

setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa

diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai

evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002).

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan

untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa

yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara

yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah

program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,

langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan

guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan sebelumnya.

Menurut pendapat Syukur (1987), Dalam pelaksanaan, sebuah kegiatan

harus berjalan sesuai dengan kondisi di lapangan maupun di luar lapangan yang

mana dalam kegiatan tersebut melibatkan beberapa unsur disertai dengan

usaha-usaha dan didukung alat-alat penunjang. Adapun faktor-faktor yang dapat

(27)

a. Komunikasi, suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila

jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian

informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi informasi yang

disampaikan.

b. Sumber daya, dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya

jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna

pengambilan keputusan dan kewenangan yang cukup guna melaksankan

tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan.

c. Disposisi, sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap program

khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya

dari mereka yang menjadi implementer program.

d. Struktur birokrasi, Standar Operating Procedures (SOP) yang mengatur

tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam

mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa pola

yang baku.

Keempat faktor diatas dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu proses

implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi antara

suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu dalam proses implementasi

sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan mutlak yaitu :

a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan

b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program

(28)

c. Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses

implementasi tersebut.

2.1.2 Penyusunan Pelaksanaan Pengembangan Fungsi Puskesmas PONED

Puskesmas dalam menjalankan program PONED sesuai dengan pedoman

PONED yang berlaku, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

A. Persiapan Pengembangan Fungsi Puskesmas Mampu PONED

1. Menyusun rencana pemantapan fungsi Puskesmas mampu PONED yang

ada

a. Menetapkan Puskesmas sebagai calon Puskesmas mampu PONED yang

akan dikembangkan

b. Menyusun rencana pengembangan Puskesmas mampu PONED dengan

tahapannya

2. Mempersiapkan pemantapan PONED yang sudah ada dan realisasi

pengembangan fungsi Puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED,

sesuai dengan tahapannya :

a. Melengkapi kebutuhan sumber daya (SDM, alat medis dan non medis,

obat dan bahan habis pakai, ruangan, ambulan, biaya operasional dan

pemeliharaan, dll) sesuai kebutuhan.

b. Melatih ulang SDM yang ada dan melatih SDM baru yang diperlukan

c. Melakukan pembinaan teknis, administrasi dan manajemen serta keuangan

B. Menetapkan realisasi sesuai dengan rencana dan tahapannya :

(29)

2. Mengembangkan Puskesmas yang dipilih untuk menjadi Puskesmas

mampu PONED.

2.2 Pengertian Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah

Puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED

memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain

itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan

komplikasi, baik datang sendiri atau karena rujukan kader/masyarakat/bidan di

desa, Puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada

kasus yang tidak mampu ditangani. PONED dapat diberikan oleh Puskesmas yang

mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan

obstetri dan neonatal dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan

pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED adalah

dokter, bidan, perawat, tim PONED, beserta penanggung jawab terlatih (Mubarak,

2012).

Pelayanan obstetri emergensi bertujuan untuk memastikan bahwa

pelayanan emergensi untuk kelompok risiko tinggi dan berkomplikasi tersedia

untuk setiap perempuan, dimanapun dia berada. Kegiatan intervensi dapat

dilakukan melalui upaya mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang

berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri emergensi.

Petugas kesehatan tersebut harus mampu memberikan Pelayanan Obstetri

(30)

sumber daya manusia pelaksana pelayanan obstetri. Dengan kondisi seperti itu,

sulit mengharapkan PONED dapat berjalan optimal (Siregar, 2016).

Berdasarkan pendapat Walyani dan Purwoastuti, upaya pelayanan PONED

(Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan yang

menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar

yang meliputi segi :

1. Pelayanan Obstetri : pemberian oksitosin parenteral, antibiotik parenteral

dan sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan plasenta manual,

melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual, serta

memberikan pertolongan persalinan dengan tindakan vakum

ekstraksi/forcep ekstraksi

2. Pelayanan Neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotik

parenteral, pemberian anti konvulsan parenteral, pemberian phenobarbital,

kontrol suhu, dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi.

2.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

(31)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau

kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian

dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan

unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di

Indonesia (KEPMENKES RI, 2013).

2.3.2 Tujuan dan Fungsi Puskesmas

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun

2014 tentang Pusat Kesehatan Maysyarakat dijelaskan bahwa Puskesmas

mempunyai tujuan melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas

menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, Puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

(32)

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap perkembangan masyarakat yang

berkerjasama dengan sektor lain yang terkait

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap aksesm mutu,

dan cakupan pelayanan kesehatan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, Puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan, dan bermutu

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan

(33)

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerjasama inter dan antar profesi

f. Melaksanakan rekam medis

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses pelayanan kesehatan

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

i. Mengordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan

2.3.3 Azas Puskesmas

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, pengelolaan program

kerja Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok yaitu:

A. Azas pertanggungjawaban wilayah, yaitu Puskesmas harus bertanggung

jawab atas pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, artinya bila

terjadi masalah kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas yang harus

bertanggung jawab untuk mengatasinya.

B. Azas peran serta masyarakat, maksudnya Puskesmas dalam melakukan

kegiatannya harus memandang masyarakat sebagai subjek pembangunan

keshatan dan berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan

program kerja Puskesmas.

C. Azas keterpaduan, yaitu Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan

(34)

dengan berbagai pihak, bermitra dan berkoordinasi dengan lintas sektor,

lintas program dan lintas unit agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan.

D. Azas rujukan, yaitu Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang bila tidak mampu mengatasi masalah karena

berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan baik secara vertikal

maupun horizontal ke Puskesmas lainnya (PERMENKES, 2014).

2.4 Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

2.4.1 Pengertian Puskesmas PONED

Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan

obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan

neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan neonatus. Puskesmas

PONED adalah Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri

dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7

hari seminggu (KEPMENKES RI, 2013).

Keberadaan Puskesmas PONED menunjukkan bahwa sistem pelayanan

kesehatan mampu merespon komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dan bayi baru

lahir, dan berkontribusi untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

Puskesmas PONED juga dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan

AKI dan AKN dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal

emergensi, maka fungsinya perlu dilaksanakan dengan baik secara optimal.

Menurut the International Federal on of Gynecology Obstetrics (FIGO) ada 4

(35)

gender, 2) Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, 3) Persalinan

yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, 4)

PONED-PONEK. Jadi upaya PONED adalah salah satu upaya dan merupakan upaya

terakhir untuk mencegah kematian ibu (KEPMENKES RI, 2013).

Pengembangan dari Puskesmas Mampu PONED dengan melatih tenaga

dokter, perawat, dan bidan, khususnya Puskesmas dengan rawat inap

dikembangkan menjadi Puskesmas yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri

dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun

2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Dasar (PONED) menerangkan bahwa Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan

Neonatal Emergensi Dasar yaitu Puskesmas rawat inap yang memiliki

kemampuan fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan

dengan kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar. Hal ini

merupakan suatu langkah untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Berikut

adalah tujuan dari dilaksanakannya PONED di Puskesmas :

1. Untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal

tingkat dasar sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB

2. Diharapkan dapat menurunkan derajat kesakitan dan meminimalkan

jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia. Hal ini terkait pula dengan

fakta bahwa AKI dan AKB di Indonesia yang menempati urutan atas di

(36)

3. PONED dan PONEK diadakan juga bertujuan untuk menghindari rujukan

yang lebih dari dua jam dan untuk memutuskan rantai rujukan itu sendiri.

2.4.2 Kriteria Puskesmas PONED

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor

HK.02.03/11/1911/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), agar Puskesmas mampu

PONED sebagai salah satu simpul dari sistem penyelenggaraan pelayanan

maternal neonatal emergensi dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan

AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan

fungsinya. Adapun kriteria Puskesmas Mampu PONED adalah sebagai berikut :

a. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan

persalinan, tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan

kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi.

b. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh Puskesmas/fasilitas pelayanan

kesehatan non PONED dari sekitarnya.

c. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya

Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawatdaruratan,

sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

d. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/luar wilayah kerjanya

sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat

inap serta persalinan normal.

(37)

f. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan

Puskesmas non PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam

dengan transportasi umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi

perdarahan adalah 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas mampu PONED ke

RS minimal 2 jam

g. Mempunyai tim inti yang terdiri atas dokter, perawat dan bidan sudah

dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta

tindakanmengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka

mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi

stabil.

h. Mempunyai cukup tenaga dokter, perawat dan bidan lainnya, yang akan

mendukung pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat dasar.

i. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal

emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten

j. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan

fasilitas tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung

penyelenggaraan PONED

k. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program

harus mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED

l. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima

rujukan kasus kegawatdaruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari

(38)

m. Adanya komitmen dari para stakeholder yang berkaitan dengan upaya

untuk memfungsikan Puskesmas mampu PONED dengan baik.

n. Seluruh petugas Puskesmas Mampu PONED melakukan pelayanan

dengan nilai-nilai budaya: kepuasan pelanggan adalah kepuasan petugas

Puskesmas, berkomitmen selalu memberi yang terbaik, memberi

pelayanan dengan hati (dengan penuh rasa tanggung jawab untuk berkarya

dan berprestasi mandiri bukan karena diawasi), peduli pada kebutuhan

masyarakat, selalu memberikan yang terbaik pada setiap pelanggan.

2.4.3 Sumber Daya Kesehatan PONED

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Republik

Indonesia tahun 2013 menyebutkan kepala Puskesmas sebagai penanggungjawab

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, harus dapat menggali

potensi-potensi sumberdaya khususnya SDM dengan perannya masing-masing, termasuk

potensi para mitra kerja yang berada di wilayah kerja Puskesmasnya. Proses ini

dapat dilakukan melalui Lokakarya Mini, baik yang diselenggarakan di

Puskesmas maupun di tingkat lintas sektor. Penyiapan tenaga yang berperan

dalam PONED di Puskesmas melalui pertemuan Mini Lokakarya Puskesmas.

Perhitungan kebutuhan tenaga-tenaga dimaksud tidak dapat secara tegas

dipisahkan dari kebutuhan pelayanan rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan

Tim inti PONED.

Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi

(39)

atau dirujuk melalui Puskesmas mampu PONED. Adapun langkah-langkah untuk

mempersiapkan tenaga kesehatan di Puskesmas PONED adalah :

A. Menyiapkan Tim Kesehatan, terdiri atas:

1. Tim Inti sebagai pelaksana PONED

Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti dan sebagai pelaksana

PONED harus yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga

Kesehatan yang telah mendapat sertifikasi sebagai penyelenggara Diklat PONED.

Tenaga Tim Inti PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam sehari dan 7

hari seminggu. Tim Inti PONED (minimal) terdiri dari :

a. Dokter Umum sebanyak 1 orang.

b. Bidan, minimal D3 sebanyak 1 orang.

c. Perawat, minimal D3 sebanyak 1 orang.

2. Tim Pendukung PONED

Dalam menyelenggarakan Puskesmas Mampu PONED, dibutuhkan juga

tenaga-tenaga pendukung. Kepala Puskesmas, dibantu oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten menyiapkan calon tenaga pendukung PONED. tenaga kesehatan

pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat

inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas difasilitas rawat jalan.

Tenaga-tenaga kesehatan tersebut harus dapat memenuhi kriteria tertentu untuk

menjadi calon tenaga pendukung PONED.

Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai tim pendukung PONED adalah terdiri dari:

a. Dokter umum minimal berjumlah 1-2 orang

(40)

c. Bidan D3 minimal berjumlah 5 orang

d. Analis Laboratorium sebanyak 1 orang

e. Petugas administrasi minimal 1 orang

3. Tim Promosi Kesehatan

Selain kemampuan Komunikasi Informasi Edukasi/Komunikasi Inter

Personal dan Konseling (KIE/KIPK) dan pemberdayaan masyarakat dengan

difasilitasi Kepala Puskesmas, kemampuan tenaga promosi kesehatan

ditingkatkan dalam bidang:

a. Pemasaran/marketing dan public relationship (PR) sebagaimana pernah

dikembangkan melalui program Safe Motherhood a Partnership and

Family Approach (SMPFA). Untuk kemampuan tersebut diperlukan

pelatihan tambahan.

b. Penggerak demand target sasaran (Ibu dan keluarganya) untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan obstetri dan neonatal terutama dalam

kondisi emergensi/komplikasi sekaligus akan diperankan secara aktif

sebagai tenaga pendukung PONED untuk mewujudkan pelayanan yang

berkualitas dan memuaskan.

c. Kemampuan menjalin kerjasama dengan mitra-mitra Puskesmas di

wilayah kerjanya.

B. Menyiapkan tenaga non-kesehatan sebagai penunjang pelayanan

Diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas perawatan,

sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di

(41)

a. Petugas dapur

b. Petugas laundry

c. Penjaga malam

d. Cleaning service

e. Pengemudi Ambulan 1 orang (bertugas bergantian dengan pengemudi

Puskesmas keliling)

2.4.4 Batas Kewenangan dalam Pelaksanaan Puskesmas PONED

Terselenggaranya pelayanan di Puskesmas mampu PONED yang bermutu

dan profesional perlu dilakukan pembinaan baik terhadap Puskesmas, Dinas

Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pembinaan ini dilakukan secara

berjenjang dan simultan dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor.

Dalam hal penyelenggaraan PONED terdapat batasan kewenangan Puskesmas

dalam melaksanakan PONED. Adapun batasan kewenangan dalam penanganan

kasus kegawatdaruratan maternal yaitu :

1. Perdarahan pada kehamilan muda

2. Perdarahan post partum

3. Hipertensi dalam kehamilan

4. Persalinan macet.

5. Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis

6. Infeksi nifas

Batasan kewenangan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan neonatal

yaitu :

(42)

2. Gangguan nafas pada bayi baru lahir

3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

4. Hipotermi pada bayi baru lahir

5. Hipoglikemi dari ibu dengan diabetes mellitus

6. Ikterus

7. Kejang pada neonatus

8. Infeksi neonatus

Kewenangan Puskesmas mampu PONED diatas dapat berubah sesuai

dengan kebijakan/ketentuan yang berlaku. Untuk kewenangan beserta

kemampuan yang dapat ditangani Puskesmas yang lebih rinci terlampir. Sistem

pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak cukup dengan hanya melakukan

standarisasi pelayanan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia, tetapi

juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang akan menjadi bagian

dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.

Beberapa kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal memerlukan

tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan stabilisasi, setelah itu

pengobatan dan tindakan kasus harus dikerjakan di fasilitas pelayanan yang lebih

baik oleh karena keterbatasan teknis baik di fasilitas pelayanan kesehatan primer

maupun tempat rujukan antara Puskesmas. Kasus emergensi neonatal 80% dapat

ditangani di tingkat pelayanan yang berkualitas sesuai standar, 20% perlu

mendapatkan pelayanan rujukan yang berkualitas. Adapun kasus-kasus yang harus

(43)

1. Kasus Ibu hamil yang memerlukan rujukan segera ke rumah sakit sebagai

berikut :

a. Ibu hamil dengan panggul sempit

b. Ibu hamil dengan riwayat bedah sesar

c. Ibu hamil dengan perdarahan antepartum

d. Hipertensi dalam kehamilan (pre eklamsi berat/eklamsi)

e. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya meconium kental

f. Ibu hamil dengan tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia,

polihidramnion, kehamilan ganda)

g. Primipara pada fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala

5/5

h. Ibu hamil dengan anemia berat

i. Ibu hamil dengan disproposisi kepala panggul

j. Ibu hamil dengan penyakit penyerta yang mengancam jiwa (DM, kelainan

jantung)

2. Kasus pada bayi baru lahir yang harus segera dirujuk ke rumah sakit yaitu:

a. Bayi usia gestasi kurang dari 32 minggu

b. Bayi dengan asfiksia ringan dan sedang tidak menunjukan perbaikan

selama 6 jam.

c. Bayi dengan kejang meningitis

d. Bayi dengan kecurigaan sepsis

e. Infeksi pra intra post partum

(44)

g. Bayi yang butuh transfusi tukar

h. Bayi dengan distres nafas yang menetap

i. Meningitis

j. Bayi yang tidak menunjukan kemajuan selama perawatan

k. Bayi yang mengalami kelainan jantung

l. Bayi hiperbilirubinemia dan bayi dengan kadar bilirubin total lebih dari 10

mg/dl

Daftar kasus-kasus diatas dapat berubah sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan/ketentuan yang berlaku

(KEMENKES RI, 2013).

2.4.5 Sistem Rujukan Puskesmas PONED

Setiap kasus dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu

pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, sesuai

dengan kemampuan dan kewenangan bidan serta fasilitas pelayanan. Setiap kasus

kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang datang ke Puskesmas PONED

harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap buku acuan nasional

pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (KEMENKES RI, 2013).

Menurut Pedoman Penyelenggaraan PONED menyebutkan sistem rujukan

adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan

tanggung jawab timbal balik terhadap kasus penyakit atau masalah kesehatan baik

secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang

lebih mampu atau secara horisontal dalam arti unit-unit yang setingkat

(45)

I. Penerimaan Pasien di Puskesmas PONED. Kasus yang dirujuk ke

Puskesmas mampu PONED, kemungkinan berasal dari :

A. Rujukan masyarakat:

a. Datang sendiri sebagai pasien perorangan atau keluarga

b. Diantar/dirujuk oleh kader Posyandu, Dukun Bayi, dan lainnya

c. Dirujuk dari institusi masyarakat, seperti Poskesdes, Polindes, dan

lain-lain.

B. Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari

wilayah kerja Puskesmas mampu PONED, antara lain dari :

a. Unit rawat jalan Puskesmas, Puskesmas pembantu/keliling.

b. Praktek dokter atau bidan mandiri

c. Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama lainnya

C. Rujukan dari Puskesmas sekitar

II. Pelaksanaan Rujukan

Kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi kegawatdaruratan

saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan

rawat inap karena tim Inter-profesi tidak mampu melakukan dan atau peralatan

yang diperlukan tidak tersedia. Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup

berat dan atau kegawatdaruratan medik, proses rujukan mengacu pada prinsip

utama, yaitu :

1. Ketepatan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan, yang

harus dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai dengan

(46)

2. Kecepatan melakukan persiapan rujukan dan tindakan secara tepat sesuai

rencana yang disusun.

3. Menuju/memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat dan mudah

dijangkau dari lokasi.

III. Regionalisasi Sistem Rujukan PONED

Regionalisasi Sistem Rujukan PONED adalah pembagian wilayah sistem

rujukan dari satu wilayah kabupaten dan daerah sekitar yang berbatasan

dengannya, dimana Puskesmas Mampu PONED yang berada dalam salah satu

regional sistem rujukan wilayah kabupaten/kota, difungsikan sebagai rujukan

antara yang akan mendukung berfungsinya Rumah Sakit PONEK sebagai rujukan

obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di wilayah kabupaten/kota

bersangkutan (KEMENKES RI, 2013).

Secara umum, Rujukan ibu hamil dan neonatus beresiko tinggi

merupakan komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal.

Rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan

tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan

kesehatan matermal dan neonatal terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil,

yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya. Berikut adalah skema fasilitas

(47)
(48)

Alur rujukan sesuai dengan kasus-kasus emergensi maternal dan neonatal.

(49)

2.5 Hambatan dalam Penyelenggaraan Puskesmas PONED

Hambatan dan kendala rumah sakit dalam penyelenggaraan PONED,

yaitu:

1. Mutu SDM yang rendah

2. Sarana prasarana yang kurang

3. Keterampilan yang kurang

4. Koordinasi antara Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK belum

maksimal.

5. Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai

(KEPMENKES RI, 2013).

2.6 Kerangka Pikir Penelitian

(50)

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif

yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata

tertulis maupun lisan dari informan serta perilaku yang diamati. Peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tujuan ingin mendapatkan data

yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan Pelayanan Obstetri

dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Negeri Lama.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Negeri Lama

Kabupaten Labuhan Batu.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Oktober 2017.

3.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan pada penelitian kualitatif berdasarkan prinsip-prinsip

kualitatif, yaitu prinsip kesesuaian dan kecukupan. Prinsip dimana informan

dalam peneltian ini dipilih berdasarkan pengetahuan dan berdasarkan kesesuaian

dengan topik penelitian ini dimana informan tersebut bertanggung jawab langsung

memberikan pelayanan kesehatan. Prinsip kedua yaitu kecukupan dimana

informan yang dipilih mampu menggambarkan dan memberikan informasi yang

(51)

Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling. Metode ini merupakan teknik pengambilan sumber

data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang paling tahu tentang apa

yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2009).

Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kepala Tata Usaha Puskesmas Negeri Lama

2. Bidan Koordinator

3. Perawat

4. Bidan Desa

5. Masyarakat (Ibu Bersalin)

3.4 Sumber Data 3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang merupakan sumber utama untuk

dijadikan landasan dalam penulisan penelitian yang didapatkan melalui hasil

wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan penelitian.

Pada penelitian ini wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan

dengan menggunakan pedoman wawancara. Indepth Interview atau wawancara

mendalam merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan,

guna mendapatkan langsung jawaban yang mendukung pemecahan masalah

dalam penelitian ini. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan

interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar

(52)

ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana

pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya,

sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara

berlangsung.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang mendukung, menjelaskan serta

mempunyai hubungan yang erat dengan bahan primer. Data sekunder yang

diperoleh dari profil Puskesmas Negeri Lama dan sumber-sumber lain yang

dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Data yang diperoleh secara tidak

langsung berasal dari data tertulis meliputi : buku-buku, arsip, jurnal ilmiah dan

kepustakaan, dokumentasi dan berbagai data yang memuat tentang pelayanan

kesehatan serta buku-buku atau karya tulis yang relevan bagi pemecahan

permasalahan dalam penelitian ini.

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan salah satu metode

yang digunakan dalam penelitian ini, dimana peneliti mendapatkan informasi

secara langsung dengan informan. Wawancara mendalam peneliti dilakukan

dengan Kepala Tata Usaha Puskesmas Negeri Lama, Tim Pendukung PONED

(Bidan Koordinator, Bidan, Perawat) serta ibu hamil/ibu bersalin.

3.5.2 Telaah Dokumen

Telaah dokumen adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

(53)

pasal yang berhubungan dengan penelitian ini guna melengkapi materi-materi

yang berhubungan dengan penelitian yang peneliti lakukan.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk

mewawancarai informan terkait dengan pelaksanaan PONED. Instrumen

penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi serta

melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat bantu

berupa buku tulis, kamera untuk pengambilan gambar, dan perekam suara untuk

merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung agar dapat memperkuat

akurasi data (Notoatmodjo, 2012).

3.7 Validasi Data

Dalam penelitian kualitatif keabsahan data merupakan konsep penting.

Oleh sebab itu, pada penelitian ini untuk memeriksa keabsahan data yang

diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan

oleh peneliti dalam penelitian yaitu triangulasi sumber.

3.8 Triangulasi Data

Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan informasi yang

diperoleh informan yang berbeda untuk melakukan cross check terhadap kondisi

yang sebenarnya, dan memilih informan yang dapat memberikan jawaban yang

sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Moleong, 2007). Triangulasi yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu mendapatkan data

(54)

informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan

yang diajukan (Sugiyono, 2009).

3.9 Analisa Data

Tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan

menarik kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari data yang didapat dilapangan.

Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian

rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan

sebagai kuantifikasi data. Cara reduksi data:

1. Seleksi ketat data;

2. Ringkasan atau uraian singkat;

3. Menggolongkan dalam pola yang lebih luas.

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Bentuk penyajian kualitatif yaitu teks naratif : berbentuk catatan

lapangan.

Analisis data yang digunakan adalah analisis domain, yaitu untuk

memperoleh gambaran yang umum serta menyeluruh tentang tema penelitian

yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan hasil telaah dokumen dan hasil

(55)

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu

Puskesmas Negeri Lama merupakan Puskesmas yang terletak di

Kecamatan Bilah Hilir di Kabupaten Labuhan Batu dengan luas wilayah 430,83

km2, dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Haloban

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Pangkatan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Sigambal

Wilayah Kecamatan Bilah Hilir berbatasan dengan Kecamatan Panai Hulu,

Kecamatan Pangkatan, dan Kecamatan Kampung Rakyat. Ibukota Kecamatan

Bilah Hilir adalah Negeri Lama. Secara administratif Negeri Lama terdiri dari 9

Desa dan 15 Dusun.

Puskesmas Negeri Lama merupakan Puskesmas tipe perawatan dan

Puskesmas PONED berdasarkan SK Bupati Labuhan Batu Tahun 2013. Dalam

rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai

upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di

masyarakat, diantaranya Puskesmas Pembantu (PUSTU), Posyandu dan Pos

Kesehatan Desa (POSKESDES). Berdasarkan data yang terkumpul tahun 2015

(56)

Pos Kesehatan Desa (POSKESDES) sebanyak 7 buah. POSKESDES merupakan

salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan

kebidanan melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan

kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana (KIA/KB).

4.1.2 Letak Geografis dan Kependudukan

Daerah Kecamatan Bilah Hilir terletak di wilayah Kabupaten Labuhan

Batu dengan jarak ke Ibukota Kabupaten (Rantauprapat) sejauh ±56 Km.

Ketinggian wilayah dari atas permukaan laut antara 2 meter, dan dikategorikan

daerah dataran rendah dan rawa pantai yang luasnya 430,83 km2. Jumlah

penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Negeri Lama pada tahun 2015 sebanyak

35.422 jiwa dari 9 desa. Komposisi penduduk yang multietnis terdiri dari berbagai

suku bangsa antara lain: Melayu, Jawa, Tapanuli, Karo, dan lain-lain. Penduduk

mayoritas adalah suku Melayu. Agama yang dianut adalah Islam, Katolik,

Protestan, dan Budha.

4.1.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu

Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu dipimpin oleh seorang

dokter. Berdasarkan data yang diperoleh di Kecamatan Bilah Hilir maka diperoleh

data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu

sebanyak 29 orang, dengan rincian yang dapat diliht pada tabel 4.1 sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015

No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah

1 2

Dokter Umum Dokter Gigi

(57)

3

Sumber : Profil Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu 2015

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut diketahui bahwa sumber daya manusia

kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu yang paling

banyak ialah Bidan yakni sebanyak 12 orang, Perawat sebanyak 7 orang, Dokter

Umum sebanyak 3 orang, kemudian Tenaga Penunjang Kesehatan sebanyak 2

orang, Tenaga Kesehatan Masyarakat, Tenaga Kesehatan Lingkungan, Tenaga

Gizi dan Farmasi yakni masing-masing sebanyak 1 orang, sehingga seluruh

sumber daya manusia kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan

Batu berjumlah 29 orang.

4.1.4 Sarana dan Prasarana Gedung di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu

Adapun sarana dan prasarana gedung di Puskesmas Negeri Lama

Kabupaten Labuhan Batu dapat dilihat pada matriks 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Negeri Lama

(58)

11 Ruang laboratotium 1

12 Gudang 1

13 Kamar mandi 3

Sumber : Profil Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu 2015

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut diketahui bahwa sarana dan prasarana

gedung Puskesmas Negeri Lama Kecamatan Bilah Hilir tahun 2015 terdiri dari: 1

ruang UGD, 1 ruang kepala Puskesmas, 1 ruang kartu, 1 ruang poli umum, 5

ruang rawat inap, 1 ruang KIA/ KB, 1 ruang VK, 1 ruang OK, 1 ruang poli gigi, 1

ruang obat/ apotek, 1 ruang laboratorium, 1 gudang dan 3 kamar mandi.

4.2 Karakteristik Informan

Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan

prinsip-prinsip kualitatif, yaitu prinsip-prinsip kesesuaian dan kecukupan. Prinsip dimana

informan dalam peneltian ini dipilih berdasarkan pengetahuan dan berdasarkan

kesesuaian dengan topik penelitian ini dimana informan tersebut bertanggung

jawab langsung memberikan pelayanan kesehatan. Prinsip kedua yaitu kecukupan

dimana informan yang dipilih mampu menggambarkan dan memberikan

informasi yang cukup mengenai topik penelitian ini. Adapun informan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Karakteristik Informan Penelitian

Informan Nama Jabatan Pendidikan Umur

Gambar

Gambar 2.2 Fasilitas Kesehatan pada berbagai Tingkat Pelayanan Di
Gambar 2.1 Skema Alur Rujukan Puskesmas Mampu PONED
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Negeri Lama
Tabel 4.3 Karakteristik Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Review dilakukan terhadap berbagai teknik text summarization yang pernah digunakan pada penelitian-penelitian di bidang peringkasan teks berbahasa indonesia, baik

Model ini dapat dijadikan alternatif pilihan dalam proses pembelajaran karena memiliki kelebihan diantaranya, (1) dapat membuat siswa merasa nyaman dan gembira dalam belajar,

selanjutnya disebut Transaksi Lindung Nilai Syariah adalah transaksi yang dilakukan berdasarkan pada Prinsip Syariah dalam rangka memitigasi risiko perubahan nilai tukar atas mata

Alhamdulillah robbil a’lamin buku ini telah selesai sesuai dengan judulnya, maka tujuan dari buku ini dibuat sebagai pedoman bagi para sivitas akademika (dosen,

Setelah mengamati video youtube tentang dongeng “Gagak Sang Pembohong”, peserta didik dapat menyusun kalimat baku menggunakan 3 kosakata dalam teks dongeng yang berkaitan

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kinerja ekspor berbagai produk karet Indonesia ke negara- negara ASEAN5 (Malaysia, Singapore, Thailand, Filipina,

Sistem ini akan menghasilkan suatu pohon keputusan yang nantinya akan dibuat sebagai acuan dalam penentuan kelulusan peserta sertifikasi guru. Perancangan proses

Bentuk dan metode rangkaian kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan bimbingan islami dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak usia prasekolah di RA Al Muna Semarang yaitu :..