SKRIPSI
OLEH :
BEBBY MAY SAN E
NIM. 121000462
`
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
BEBBY MAY SAN E NIM. 121000462
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NEGERI LAMA KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2017” beserta isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Januari 2018
Yang membuat pernyataan
kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin dan ibu nifas. Namun kebanyakan Puskesmas PONED belum mampu melaksanakan fungsinya dengan optimal. Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama belum terlaksana dengan baik.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan metode domain dan disajikan dalam bentuk narasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PONED belum optimal. Hal ini disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum maksimal pemberdayaannya, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana serta obat-obatan yang mendukung pelayanan PONED.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap puskesmas terkait pelaksanaan PONED serta kepada Puskesmas Negeri Lama agar meningkatkan pelayanan PONED kepada masyarakat serta memaksimalkan pelayanan dengan memperbaiki fasilitas kesehatan di puskesmas.
ability to provide direct services to pregnant mother/maternity, and postpartum mother. But most of the BEmONC health centre haven’t been able to show the functions optimally. Based on the initial survey results that the implementation of the BEmONC in Puskesmas Negeri Lama has not done well.
This study is qualitative study aimed to analyze the implementation of BEmONC programs in Puskesmas Negeri Lama, Labuhan Batu regency. The data collection is done by in-depth interviews. Data analysis was done with domain method and presented in narrative form.
The results indicated that the implementation of BEmONC program had not been optimal. This was caused by the Human Resources were not maximized in the empowerment, the lack of availability of building and infrastructure and medicines that support BEmONC services.
Based on results of the study was expected to the Health Department of Labuhan Batu regency to improve more the supervision of community health centre related to the BEmONC and the Puskesmas Negeri Lama in order to improve BEmONC services for community and maximizing the services by improving health facilities in community health centre.
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten
Labuhan Batu Tahun 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun
berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak
secara moril maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara (USU).
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Kepala Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan dan dosen penguji II yang telah memberikan saran,
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. dr. Heldy BZ, MPH selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
banyak saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani
pendidikan.
8. Asih Hasibuan selaku Kepala Seksi Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan
Batu dan seluruh staf Dinas Kesehatan yang telah memberikan izin dan
bantuan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Puskesmas Negeri
Lama.
9. Kepala Tata Usaha Puskesmas Negeri Lama beserta seluruh pegawai
puskesmas yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
10. Terkhusus kepada orang tua tercinta, Bapak Efendy Sahputra dan Ibu Juliati,
yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama penulisan skripsi
sehingga mampu menyelesaikan skripsi sesuai rencana.
11. Adik-adik tersayang, Nicolaz E dan Vanken Davis Vincent E, yang selalu
memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
12. Seluruh keluarga yang telah banyak membantu, mengarahkan, dan
meluangkan waktu selama penulis melaksanakan penelitian.
13. Sahabat terbaik penulis, Poppy Harizani Nst dan Nurul Husna, yang selalu
ada di saat penulis membutuhkan semangat dan dorongan untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih setiap semangat yang
penulisan skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan di FKM USU, khususnya Kelas E stambuk 2012,
yang banyak memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
16. Teman-teman seperjuangan di AKK FKM USU (Amriza, Arief, Budi, Taufik,
Harun, Alwi, Sylvia, Rio, Dria, Susi, Tamara, Ester, dan lain-lain) yang
memberikan semangat kepada penulis.
17. Semua pihak yang telah membantu penulis selama masa penulisan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
masih diperlukan dalam penyempurnaannya. Hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki penulis.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2018
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1Tujuan Umum ... 8
1.3.2Tujuan Khusus ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Pelaksanaan ... 10
2.1.1 Pengertian Pelaksanaan ... 10
2.1.2 Penyusunan Pelaksanaan Pengembangan Fungsi Puskesmas PONED ... 12
2.2 Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ... 13
2.3 Puskesmas ... 14
2.3.1 Pengertian Puskesmas ... 14
2.3.2 Tujuan dan Fungsi Puskesmas ... 15
2.3.3 Azas Puskesmas ... 17
2.4 Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ... 18
2.4.1 Pengertian Puskesmas PONED ... 18
2.4.2 Kriteria Puskesmas PONED ... 19
2.4.3 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas PONED ... 22
2.4.4 Batas Kewenangan dalam Pelaksanaan Puskesmas PONED... 25
2.4.5 Sistem Rujukan Puskesmas PONED ... 28
2.5 Hambatan atau Kendala dalam Penyelenggaraan PONED ... 32
3.3 Informan Penelitian ... 34
3.4 Sumber Data ... 35
3.4.1 Data Primer ... 35
3.4.2 Data Sekunder ... 36
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.5.1 Wawancara Mendalam ... 36
3.5.2 Telaah Dokumen ... 36
3.6 Instrumen Penelitian... 37
3.7 Validasi Data ... 37
3.8 Triangulasi Data ... 37
3.9 Analisa Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 39
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Negeri Lama ... 39
4.1.2 Letak Geografis dan Kependudukan ... 40
4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Negeri Lama ... 40
4.14 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Negeri Lama ... 42
4.2 Karakteristik Informan ... 42
4.3 Hasil Penelitian ... 44
4.3.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 44
4.3.2 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED ... 44
4.3.3 Ketersediaan Tim Pendukung PONED ... 45
4.3.4 Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang Mendukung PONED ... 45
4.3.5 Ketersediaan Obat-obatan dalam Pelaksanaan PONED ... 46
4.3.6 Ketersediaan Alat Komunikasi sebagai Sarana untuk Merujuk dalam Pelaksanaan PONED ... 47
4.3.7 Ketersediaan Biaya Operasional Pelaksanaan PONED ... 48
4.3.8 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan dalam PONED ... 48
4.3.9 Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan Dibawahnya ... 49
4.3.10 Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal ... 50
BAB V PEMBAHASAN ... 51
5.1 Pelaksanaan Pelayanan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 51
di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 59
5.2.5 Ketersediaan Alat Komunikasi Sebagai Sarana untuk Merujuk dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 60
5.2.6 Ketersediaan Biaya Operasional dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 62
5.2.7 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 64
5.3 Proses ... 66
5.3.1 Penerimaan Rujukan dari Fasilitas Dibawahnya dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 66
5.3.2 Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 68
5.3.3 Rujukan dalam Pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ... 69
BAB VI PENUTUP ... 75
6.1 Kesimpulan ... 75
6.2 Saran ... 76
Lampiran 2 Hasil Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Lampiran 3 Peralatan Maternal di Puskesmas Negeri Lama
Lampiran 4 Peralatan Neonatal di Puskesmas Negeri Lama
Lampiran 5 Kebutuhan Obat di Puskesmas PONED
pasangan Ayahanda Efendy Sahputra dan Ibunda Juliati. Alamat penulis Jalan
Pasar 3 Tapian Nauli, Permata Setia Budi Residence 1, Blok C-15, Medan.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan SD Swasta Perguruan
Panglima Polem Rantauprapat 2000-2006, pendidikan SMP Swasta Perguruan
Panglima Polem Rantauprapat 2006-2009, pendidikan SMA Negeri 3 Rantau
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian
dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan
unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia
Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika
ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Upaya kesehatan tersebut terbagi atas Upaya Kesehatan Wajib dan juga
Upaya Kesehatan Pengembangan, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
setinggi-tingginya. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib Puskesmas yaitu Upaya
Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KEMENKES RI, 2014).
Salah satu sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 di bidang kesehatan adalah
menurunkan AKB menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup dan AKI menjadi 306 per
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil SUPAS 2015, Indonesia baru dapat
menekan AKB sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat penurunan
angka-angka kematian, sehingga target RPJMN tahun 2015-2019 diperkirakan
akan tercapai. Berdasarkan data di atas menunjukkan AKI dan AKB sudah
mengalami penurunan, namun masih jauh dari target agenda SDGs tahun 2030
yaitu AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 12 per 1000
kelahiran hidup, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
mengalami peningkatan. Kondisi ini memungkinkan disebabkan oleh antara lain
kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang
tidak sehat dan faktor determinan lainnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya
risiko maternal dan neonatal, yaitu anemia, ibu hamil yang menderita hipertensi,
diabetes, malaria, dan faktor 4T (terlalu muda dan tua untuk melahirkan, terlalu
dekat jarak kehamilan/persalinan, terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi
tersebut di atas diperparah lagi dengan terjadinya kejadian kegawatdaruratan yang
dalam memutuskan untuk mencari perawatan, 2) Terlambat mencapai fasilitas
rujukan tingkat pertama, dan 3) Terlambat dalam menerima perawatan setelah tiba
di fasilitas kesehatan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam PONED antara lain peningkatan
pengetahuan dan keterampilan tim dalam menyelenggarakan PONED, pemenuhan
tenaga kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat dan bahan habis pakai,
manajemen penyelenggaraan serta sistem rujukannya. Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas juga sangat membutuhkan
kerjasama yang baik dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit sebagai suatu kesatuan sistem rujukan
mempunyai peran yang sangat penting (KEPMENKES RI, 2013).
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) merupakan
pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal. Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan
langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri
atau rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan Puskesmas.
Menurut hasil laporan nasional Riset Fasilitas Kesehatan (RIFASKES)
tahun 2011 menyatakan bahwa 40% Puskesmas PONED mempunyai peralatan
PONED yang jumlahnya kurang dari 40% standar alat PONED yang harus
dipunyai oleh Puskesmas PONED dan ketersediaan obat PONED sangat kurang,
karena lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang dari 40%
disimpulkan bahwa kualitas PONED masih jauh dibandingkan dengan standar
minimal yang harus dipenuhi.
Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siregar (2016),
menunjukkan bahwa Puskesmas PONED belum berjalan dengan optimal
dikarenakan peralatan kesehatan yang belum memadai dan belum memenuhi
standar minimal, kualitas sumber daya kesehatan yang rendah dalam memberikan
pelayanan PONED, dan ketersediaan obat-obatan yang masih belum lengkap.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Amrillah (2016), menyatakan
bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan PONED adalah ada beberapa
peralatan kesehatan dan obat-obatan yang masih belum lengkap dan tidak adanya
kebijakan atau aturan khusus tentang pelaksanan PONED di Puskesmas.
Pada tahun 2015, dari 570 Puskesmas yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 153 Puskesmas yang
menyelenggarakan PONED atau 26,84%. Jumlah ini mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2014 yaitu 147 Puskesmas, tahun 2013 yaitu 137 Puskesmas,
dan tahun 2012 yaitu 94 Puskesmas PONED. Jumlah Puskesmas PONED di
Kabupaten Labuhan Batu adalah 6 Puskesmas PONED dan diantaranya adalah
Puskesmas Negeri Lama (DINKES Provinsi Sumatera Utara, 2015).
Sejak tahun 2012, Kabupaten Labuhan Batu dijadikan wilayah intervensi
program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yaitu sebuah
program kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan USAID (United States Agency
for International Development) selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka
Sumatera Utara. Dari tahun 2013-2015 menunjukkan angka kematian ibu (AKI)
menurun dan sudah menunjukkan angka yang cukup rendah. Untuk tahun 2012
sebanyak 33 kasus, tahun 2013 AKI sebanyak 16 kasus, tahun 2014 sebanyak 11
kasus, dan tahun 2015 sebanyak 10 kasus. Sementara itu angka kematian bayi
(AKB) juga menurun. Untuk tahun 2012 AKB sebanyak 11 kasus, tahun 2013
AKB sebanyak 12 kasus, tahun 2014 AKB sebanyak 8 kasus, dan tahun 2015
AKB sebanyak 1 kasus (DINKES Kabupaten Labuhan Batu, 2015).
Diperkirakan sekitar 20% dari bayi hidup akan mengalami komplikasi
neonatal. Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Bayi baru lahir yang
mengalami gejala sakit dapat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan
adekuat dapat terjadi kematian. Jumlah kunjungan neonatus di Puskesmas Negeri
Lama tahun 2015 sebanyak 298 bayi atau 97,06% dari 307 bayi, dan tahun 2016
sebanyak 294 bayi atau 94,83% dari 310 bayi. Bayi yang lahir dengan BBLR di
Puskesmas Negeri Lama tahun 2015 sebanyak 19 bayi dan tahun 2016 sebanyak
17 bayi (Puskesmas Negeri Lama, 2016).
Sejak tahun 2013, Puskesmas Negeri Lama menjadi salah satu Puskesmas
Mampu PONED yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Puskesmas Negeri Lama
ditunjuk Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu untuk membantu masalah
pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB), khususnya untuk wilayah Kecamatan Bilah Hilir. Sebelum menjadi
Puskesmas Mampu PONED, beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas Negeri
Lama telah mendapatkan pelatihan adalah 1 Dokter, 1 Bidan Koordinator, dan 1
Jarak Puskesmas Negeri Lama dengan Rumah Sakit PONEK sekitar 56
km. Puskesmas Negeri Lama memiliki sarana transportasi untuk rujukan yaitu
ambulance sebanyak 2 unit. Puskesmas juga sangat mudah dijangkau masyarakat
dengan kendaraan umum. Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa pelaksanaan
PONED di Puskesmas Negeri Lama belum terlaksana dengan maksimal, hal ini
terlihat dari tidak adanya Petugas Kesehatan PONED dan masih rendahnya
kunjungan ibu bersalin dalam memanfaatkan PONED pada tahun 2016.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada petugas kesehatan
Puskesmas Negeri Lama terdapat hambatan yang dirasakan yaitu ketersediaan alat
kesehatan yang belum memadai, ruangan rawat inap tidak sesuai dengan standar,
dan tidak adanya dokter, perawat, dan bidan yang sudah mengikuti pelatihan
PONED. Selain itu, ibu hamil juga masih belum memahami tentang Puskesmas
PONED dan apabila terjadi persalinan dengan komplikasi seperti partus macet di
bidan desa, ibu hamil tidak mau dibawa ke Puskesmas PONED karena merasa
puskesmas tidak sanggup untuk mengatasi masalah tersebut dikarenakan tidak
kesiagaan dokter di tempat dan ibu hamil tidak mau mengambil risiko besar maka
dari itu ingin langsung dirujuk ke Rumah Sakit PONEK agar segera mendapat
perawatan yang lebih baik.
Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa masih rendahnya kunjungan
ibu bersalin di Puskesmas Negeri Lama. Ada beberapa ibu hamil yang memilih
untuk melahirkan di Rumah Sakit Swasta di daerah Kota Rantauprapat. Kasus
persalinan dengan komplikasi tahun 2016 mencapai 191 orang. Bidan-bidan desa
kehamilannya ke Puskesmas PONED karena telah ada kemungkinan
kehamilannya disertai dengan komplikasi.
Dari laporan 9 desa yang ada di wilayah kerja Negeri Lama pada tahun
2016 bulan oktober persalinan dengan komplikasi sebanyak 31 orang dan yang
dirujuk 25 orang, bulan november persalinan dengan komplikasi sebanyak 34
orang dan yang dirujuk 28 orang, dan bulan desember persalinan dengan
komplikasi sebanyak 30 orang tetapi yang dirujuk 27 orang. Persalinan dengan
komplikasi di Puskesmas Negeri Lama disebabkan oleh pre eklamsia, eklamsia,
ketuban pecah dini, dan partus macet. Jumlah persalinan dengan komplikasi lebih
besar dibanding jumlah rujukan (Puskesmas Negeri Lama, 2016).
Menurut hasil penelitian Susyanty (2016), menunjukkan bahwa
kompetensi tenaga terlatih belum memadai dan beberapa kewenangan juga belum
dilakukan, begitu juga dengan ketersediaan alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai serta obat-obatan untuk PONED yang belum memadai. Hasil penelitian lain
juga dilakukan oleh Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang menjadi
hambatan dalam pelaksanaan PONED adalah ada beberapa alat yang tidak
tersedia dan tidak ada dana operasional khusus yang diberikan untuk kegiatan
PONED tetapi dana berasal dari operasional Puskesmas dan dari jasa hasil
tindakan di PONED.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah
1. Bagaimana ketersediaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, dan obat-obatan) dalam pelaksanaan puskesmas PONED di
Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?
2. Bagaimana proses pelaksanaan puskesmas PONED di Puskesmas Negeri
Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?
3. Bagaimana cakupan program pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri
Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan
pelayanan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun
2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu :
1. Menjelaskan ketersediaan sumber daya (SDM kesehatan, sarana dan
prasarana, obat-obatan) pada pelaksanaan pelayanan PONED di
Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.
2. Menjelaskan proses pelaksanaan PONED (penerimaan rujukan dari
pelayanan kesehatan dibawahnya, penanganan kegawatdaruratan obstetri
neonatal dalam PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan
3. Menjelaskan cakupan pelayanan PONED pada pelaksanaan pelayanan
PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun
2017.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagi Puskesmas Negeri Lama, hasil peenelitian lain diharapkan dapat
menjadi masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari pelaksanaan
program PONED di Puskesmas Negeri Lama
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai sistem pelaksanaan
program PONED.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
maupun referensi oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian
2.1.1 Pengertian Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau kegiatan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan
setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa
diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai
evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002).
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan
untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa
yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara
yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah
program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,
langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan
guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan sebelumnya.
Menurut pendapat Syukur (1987), Dalam pelaksanaan, sebuah kegiatan
harus berjalan sesuai dengan kondisi di lapangan maupun di luar lapangan yang
mana dalam kegiatan tersebut melibatkan beberapa unsur disertai dengan
usaha-usaha dan didukung alat-alat penunjang. Adapun faktor-faktor yang dapat
a. Komunikasi, suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila
jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian
informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi informasi yang
disampaikan.
b. Sumber daya, dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya
jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna
pengambilan keputusan dan kewenangan yang cukup guna melaksankan
tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan.
c. Disposisi, sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap program
khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya
dari mereka yang menjadi implementer program.
d. Struktur birokrasi, Standar Operating Procedures (SOP) yang mengatur
tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam
mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa pola
yang baku.
Keempat faktor diatas dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu proses
implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi antara
suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu dalam proses implementasi
sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan mutlak yaitu :
a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan
b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program
c. Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses
implementasi tersebut.
2.1.2 Penyusunan Pelaksanaan Pengembangan Fungsi Puskesmas PONED
Puskesmas dalam menjalankan program PONED sesuai dengan pedoman
PONED yang berlaku, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
A. Persiapan Pengembangan Fungsi Puskesmas Mampu PONED
1. Menyusun rencana pemantapan fungsi Puskesmas mampu PONED yang
ada
a. Menetapkan Puskesmas sebagai calon Puskesmas mampu PONED yang
akan dikembangkan
b. Menyusun rencana pengembangan Puskesmas mampu PONED dengan
tahapannya
2. Mempersiapkan pemantapan PONED yang sudah ada dan realisasi
pengembangan fungsi Puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED,
sesuai dengan tahapannya :
a. Melengkapi kebutuhan sumber daya (SDM, alat medis dan non medis,
obat dan bahan habis pakai, ruangan, ambulan, biaya operasional dan
pemeliharaan, dll) sesuai kebutuhan.
b. Melatih ulang SDM yang ada dan melatih SDM baru yang diperlukan
c. Melakukan pembinaan teknis, administrasi dan manajemen serta keuangan
B. Menetapkan realisasi sesuai dengan rencana dan tahapannya :
2. Mengembangkan Puskesmas yang dipilih untuk menjadi Puskesmas
mampu PONED.
2.2 Pengertian Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah
Puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED
memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain
itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan
komplikasi, baik datang sendiri atau karena rujukan kader/masyarakat/bidan di
desa, Puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada
kasus yang tidak mampu ditangani. PONED dapat diberikan oleh Puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan
pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED adalah
dokter, bidan, perawat, tim PONED, beserta penanggung jawab terlatih (Mubarak,
2012).
Pelayanan obstetri emergensi bertujuan untuk memastikan bahwa
pelayanan emergensi untuk kelompok risiko tinggi dan berkomplikasi tersedia
untuk setiap perempuan, dimanapun dia berada. Kegiatan intervensi dapat
dilakukan melalui upaya mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang
berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri emergensi.
Petugas kesehatan tersebut harus mampu memberikan Pelayanan Obstetri
sumber daya manusia pelaksana pelayanan obstetri. Dengan kondisi seperti itu,
sulit mengharapkan PONED dapat berjalan optimal (Siregar, 2016).
Berdasarkan pendapat Walyani dan Purwoastuti, upaya pelayanan PONED
(Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan yang
menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar
yang meliputi segi :
1. Pelayanan Obstetri : pemberian oksitosin parenteral, antibiotik parenteral
dan sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan plasenta manual,
melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual, serta
memberikan pertolongan persalinan dengan tindakan vakum
ekstraksi/forcep ekstraksi
2. Pelayanan Neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotik
parenteral, pemberian anti konvulsan parenteral, pemberian phenobarbital,
kontrol suhu, dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi.
2.3 Puskesmas
2.3.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian
dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan
unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia (KEPMENKES RI, 2013).
2.3.2 Tujuan dan Fungsi Puskesmas
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Maysyarakat dijelaskan bahwa Puskesmas
mempunyai tujuan melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas
menyelenggarakan fungsi :
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, Puskesmas berwenang untuk :
a. Melaksanakan perencaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap perkembangan masyarakat yang
berkerjasama dengan sektor lain yang terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap aksesm mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, Puskesmas berwenang untuk :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, dan bermutu
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerjasama inter dan antar profesi
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses pelayanan kesehatan
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan
2.3.3 Azas Puskesmas
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, pengelolaan program
kerja Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok yaitu:
A. Azas pertanggungjawaban wilayah, yaitu Puskesmas harus bertanggung
jawab atas pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, artinya bila
terjadi masalah kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas yang harus
bertanggung jawab untuk mengatasinya.
B. Azas peran serta masyarakat, maksudnya Puskesmas dalam melakukan
kegiatannya harus memandang masyarakat sebagai subjek pembangunan
keshatan dan berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan
program kerja Puskesmas.
C. Azas keterpaduan, yaitu Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan
dengan berbagai pihak, bermitra dan berkoordinasi dengan lintas sektor,
lintas program dan lintas unit agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan.
D. Azas rujukan, yaitu Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang bila tidak mampu mengatasi masalah karena
berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan baik secara vertikal
maupun horizontal ke Puskesmas lainnya (PERMENKES, 2014).
2.4 Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
2.4.1 Pengertian Puskesmas PONED
Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan
obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan
neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan neonatus. Puskesmas
PONED adalah Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri
dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7
hari seminggu (KEPMENKES RI, 2013).
Keberadaan Puskesmas PONED menunjukkan bahwa sistem pelayanan
kesehatan mampu merespon komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dan bayi baru
lahir, dan berkontribusi untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Puskesmas PONED juga dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan
AKI dan AKN dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal
emergensi, maka fungsinya perlu dilaksanakan dengan baik secara optimal.
Menurut the International Federal on of Gynecology Obstetrics (FIGO) ada 4
gender, 2) Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, 3) Persalinan
yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, 4)
PONED-PONEK. Jadi upaya PONED adalah salah satu upaya dan merupakan upaya
terakhir untuk mencegah kematian ibu (KEPMENKES RI, 2013).
Pengembangan dari Puskesmas Mampu PONED dengan melatih tenaga
dokter, perawat, dan bidan, khususnya Puskesmas dengan rawat inap
dikembangkan menjadi Puskesmas yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) menerangkan bahwa Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar yaitu Puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan
dengan kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar. Hal ini
merupakan suatu langkah untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Berikut
adalah tujuan dari dilaksanakannya PONED di Puskesmas :
1. Untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
tingkat dasar sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB
2. Diharapkan dapat menurunkan derajat kesakitan dan meminimalkan
jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia. Hal ini terkait pula dengan
fakta bahwa AKI dan AKB di Indonesia yang menempati urutan atas di
3. PONED dan PONEK diadakan juga bertujuan untuk menghindari rujukan
yang lebih dari dua jam dan untuk memutuskan rantai rujukan itu sendiri.
2.4.2 Kriteria Puskesmas PONED
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.03/11/1911/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), agar Puskesmas mampu
PONED sebagai salah satu simpul dari sistem penyelenggaraan pelayanan
maternal neonatal emergensi dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan
AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan
fungsinya. Adapun kriteria Puskesmas Mampu PONED adalah sebagai berikut :
a. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan
persalinan, tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan
kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi.
b. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh Puskesmas/fasilitas pelayanan
kesehatan non PONED dari sekitarnya.
c. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawatdaruratan,
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
d. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/luar wilayah kerjanya
sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat
inap serta persalinan normal.
f. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan
Puskesmas non PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam
dengan transportasi umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi
perdarahan adalah 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas mampu PONED ke
RS minimal 2 jam
g. Mempunyai tim inti yang terdiri atas dokter, perawat dan bidan sudah
dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta
tindakanmengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka
mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi
stabil.
h. Mempunyai cukup tenaga dokter, perawat dan bidan lainnya, yang akan
mendukung pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat dasar.
i. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten
j. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan
fasilitas tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung
penyelenggaraan PONED
k. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program
harus mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED
l. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima
rujukan kasus kegawatdaruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari
m. Adanya komitmen dari para stakeholder yang berkaitan dengan upaya
untuk memfungsikan Puskesmas mampu PONED dengan baik.
n. Seluruh petugas Puskesmas Mampu PONED melakukan pelayanan
dengan nilai-nilai budaya: kepuasan pelanggan adalah kepuasan petugas
Puskesmas, berkomitmen selalu memberi yang terbaik, memberi
pelayanan dengan hati (dengan penuh rasa tanggung jawab untuk berkarya
dan berprestasi mandiri bukan karena diawasi), peduli pada kebutuhan
masyarakat, selalu memberikan yang terbaik pada setiap pelanggan.
2.4.3 Sumber Daya Kesehatan PONED
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2013 menyebutkan kepala Puskesmas sebagai penanggungjawab
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, harus dapat menggali
potensi-potensi sumberdaya khususnya SDM dengan perannya masing-masing, termasuk
potensi para mitra kerja yang berada di wilayah kerja Puskesmasnya. Proses ini
dapat dilakukan melalui Lokakarya Mini, baik yang diselenggarakan di
Puskesmas maupun di tingkat lintas sektor. Penyiapan tenaga yang berperan
dalam PONED di Puskesmas melalui pertemuan Mini Lokakarya Puskesmas.
Perhitungan kebutuhan tenaga-tenaga dimaksud tidak dapat secara tegas
dipisahkan dari kebutuhan pelayanan rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan
Tim inti PONED.
Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi
atau dirujuk melalui Puskesmas mampu PONED. Adapun langkah-langkah untuk
mempersiapkan tenaga kesehatan di Puskesmas PONED adalah :
A. Menyiapkan Tim Kesehatan, terdiri atas:
1. Tim Inti sebagai pelaksana PONED
Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti dan sebagai pelaksana
PONED harus yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga
Kesehatan yang telah mendapat sertifikasi sebagai penyelenggara Diklat PONED.
Tenaga Tim Inti PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam sehari dan 7
hari seminggu. Tim Inti PONED (minimal) terdiri dari :
a. Dokter Umum sebanyak 1 orang.
b. Bidan, minimal D3 sebanyak 1 orang.
c. Perawat, minimal D3 sebanyak 1 orang.
2. Tim Pendukung PONED
Dalam menyelenggarakan Puskesmas Mampu PONED, dibutuhkan juga
tenaga-tenaga pendukung. Kepala Puskesmas, dibantu oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten menyiapkan calon tenaga pendukung PONED. tenaga kesehatan
pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat
inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas difasilitas rawat jalan.
Tenaga-tenaga kesehatan tersebut harus dapat memenuhi kriteria tertentu untuk
menjadi calon tenaga pendukung PONED.
Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai tim pendukung PONED adalah terdiri dari:
a. Dokter umum minimal berjumlah 1-2 orang
c. Bidan D3 minimal berjumlah 5 orang
d. Analis Laboratorium sebanyak 1 orang
e. Petugas administrasi minimal 1 orang
3. Tim Promosi Kesehatan
Selain kemampuan Komunikasi Informasi Edukasi/Komunikasi Inter
Personal dan Konseling (KIE/KIPK) dan pemberdayaan masyarakat dengan
difasilitasi Kepala Puskesmas, kemampuan tenaga promosi kesehatan
ditingkatkan dalam bidang:
a. Pemasaran/marketing dan public relationship (PR) sebagaimana pernah
dikembangkan melalui program Safe Motherhood a Partnership and
Family Approach (SMPFA). Untuk kemampuan tersebut diperlukan
pelatihan tambahan.
b. Penggerak demand target sasaran (Ibu dan keluarganya) untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan obstetri dan neonatal terutama dalam
kondisi emergensi/komplikasi sekaligus akan diperankan secara aktif
sebagai tenaga pendukung PONED untuk mewujudkan pelayanan yang
berkualitas dan memuaskan.
c. Kemampuan menjalin kerjasama dengan mitra-mitra Puskesmas di
wilayah kerjanya.
B. Menyiapkan tenaga non-kesehatan sebagai penunjang pelayanan
Diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas perawatan,
sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di
a. Petugas dapur
b. Petugas laundry
c. Penjaga malam
d. Cleaning service
e. Pengemudi Ambulan 1 orang (bertugas bergantian dengan pengemudi
Puskesmas keliling)
2.4.4 Batas Kewenangan dalam Pelaksanaan Puskesmas PONED
Terselenggaranya pelayanan di Puskesmas mampu PONED yang bermutu
dan profesional perlu dilakukan pembinaan baik terhadap Puskesmas, Dinas
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pembinaan ini dilakukan secara
berjenjang dan simultan dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor.
Dalam hal penyelenggaraan PONED terdapat batasan kewenangan Puskesmas
dalam melaksanakan PONED. Adapun batasan kewenangan dalam penanganan
kasus kegawatdaruratan maternal yaitu :
1. Perdarahan pada kehamilan muda
2. Perdarahan post partum
3. Hipertensi dalam kehamilan
4. Persalinan macet.
5. Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis
6. Infeksi nifas
Batasan kewenangan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan neonatal
yaitu :
2. Gangguan nafas pada bayi baru lahir
3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
4. Hipotermi pada bayi baru lahir
5. Hipoglikemi dari ibu dengan diabetes mellitus
6. Ikterus
7. Kejang pada neonatus
8. Infeksi neonatus
Kewenangan Puskesmas mampu PONED diatas dapat berubah sesuai
dengan kebijakan/ketentuan yang berlaku. Untuk kewenangan beserta
kemampuan yang dapat ditangani Puskesmas yang lebih rinci terlampir. Sistem
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak cukup dengan hanya melakukan
standarisasi pelayanan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia, tetapi
juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang akan menjadi bagian
dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.
Beberapa kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal memerlukan
tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan stabilisasi, setelah itu
pengobatan dan tindakan kasus harus dikerjakan di fasilitas pelayanan yang lebih
baik oleh karena keterbatasan teknis baik di fasilitas pelayanan kesehatan primer
maupun tempat rujukan antara Puskesmas. Kasus emergensi neonatal 80% dapat
ditangani di tingkat pelayanan yang berkualitas sesuai standar, 20% perlu
mendapatkan pelayanan rujukan yang berkualitas. Adapun kasus-kasus yang harus
1. Kasus Ibu hamil yang memerlukan rujukan segera ke rumah sakit sebagai
berikut :
a. Ibu hamil dengan panggul sempit
b. Ibu hamil dengan riwayat bedah sesar
c. Ibu hamil dengan perdarahan antepartum
d. Hipertensi dalam kehamilan (pre eklamsi berat/eklamsi)
e. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya meconium kental
f. Ibu hamil dengan tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia,
polihidramnion, kehamilan ganda)
g. Primipara pada fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala
5/5
h. Ibu hamil dengan anemia berat
i. Ibu hamil dengan disproposisi kepala panggul
j. Ibu hamil dengan penyakit penyerta yang mengancam jiwa (DM, kelainan
jantung)
2. Kasus pada bayi baru lahir yang harus segera dirujuk ke rumah sakit yaitu:
a. Bayi usia gestasi kurang dari 32 minggu
b. Bayi dengan asfiksia ringan dan sedang tidak menunjukan perbaikan
selama 6 jam.
c. Bayi dengan kejang meningitis
d. Bayi dengan kecurigaan sepsis
e. Infeksi pra intra post partum
g. Bayi yang butuh transfusi tukar
h. Bayi dengan distres nafas yang menetap
i. Meningitis
j. Bayi yang tidak menunjukan kemajuan selama perawatan
k. Bayi yang mengalami kelainan jantung
l. Bayi hiperbilirubinemia dan bayi dengan kadar bilirubin total lebih dari 10
mg/dl
Daftar kasus-kasus diatas dapat berubah sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan/ketentuan yang berlaku
(KEMENKES RI, 2013).
2.4.5 Sistem Rujukan Puskesmas PONED
Setiap kasus dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu
pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, sesuai
dengan kemampuan dan kewenangan bidan serta fasilitas pelayanan. Setiap kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang datang ke Puskesmas PONED
harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (KEMENKES RI, 2013).
Menurut Pedoman Penyelenggaraan PONED menyebutkan sistem rujukan
adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap kasus penyakit atau masalah kesehatan baik
secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horisontal dalam arti unit-unit yang setingkat
I. Penerimaan Pasien di Puskesmas PONED. Kasus yang dirujuk ke
Puskesmas mampu PONED, kemungkinan berasal dari :
A. Rujukan masyarakat:
a. Datang sendiri sebagai pasien perorangan atau keluarga
b. Diantar/dirujuk oleh kader Posyandu, Dukun Bayi, dan lainnya
c. Dirujuk dari institusi masyarakat, seperti Poskesdes, Polindes, dan
lain-lain.
B. Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari
wilayah kerja Puskesmas mampu PONED, antara lain dari :
a. Unit rawat jalan Puskesmas, Puskesmas pembantu/keliling.
b. Praktek dokter atau bidan mandiri
c. Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama lainnya
C. Rujukan dari Puskesmas sekitar
II. Pelaksanaan Rujukan
Kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi kegawatdaruratan
saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan
rawat inap karena tim Inter-profesi tidak mampu melakukan dan atau peralatan
yang diperlukan tidak tersedia. Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup
berat dan atau kegawatdaruratan medik, proses rujukan mengacu pada prinsip
utama, yaitu :
1. Ketepatan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan, yang
harus dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai dengan
2. Kecepatan melakukan persiapan rujukan dan tindakan secara tepat sesuai
rencana yang disusun.
3. Menuju/memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat dan mudah
dijangkau dari lokasi.
III. Regionalisasi Sistem Rujukan PONED
Regionalisasi Sistem Rujukan PONED adalah pembagian wilayah sistem
rujukan dari satu wilayah kabupaten dan daerah sekitar yang berbatasan
dengannya, dimana Puskesmas Mampu PONED yang berada dalam salah satu
regional sistem rujukan wilayah kabupaten/kota, difungsikan sebagai rujukan
antara yang akan mendukung berfungsinya Rumah Sakit PONEK sebagai rujukan
obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di wilayah kabupaten/kota
bersangkutan (KEMENKES RI, 2013).
Secara umum, Rujukan ibu hamil dan neonatus beresiko tinggi
merupakan komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal.
Rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan
tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan
kesehatan matermal dan neonatal terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil,
yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya. Berikut adalah skema fasilitas
Alur rujukan sesuai dengan kasus-kasus emergensi maternal dan neonatal.
2.5 Hambatan dalam Penyelenggaraan Puskesmas PONED
Hambatan dan kendala rumah sakit dalam penyelenggaraan PONED,
yaitu:
1. Mutu SDM yang rendah
2. Sarana prasarana yang kurang
3. Keterampilan yang kurang
4. Koordinasi antara Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK belum
maksimal.
5. Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai
(KEPMENKES RI, 2013).
2.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata
tertulis maupun lisan dari informan serta perilaku yang diamati. Peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tujuan ingin mendapatkan data
yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Negeri Lama.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Negeri Lama
Kabupaten Labuhan Batu.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Oktober 2017.
3.3 Informan Penelitian
Pemilihan informan pada penelitian kualitatif berdasarkan prinsip-prinsip
kualitatif, yaitu prinsip kesesuaian dan kecukupan. Prinsip dimana informan
dalam peneltian ini dipilih berdasarkan pengetahuan dan berdasarkan kesesuaian
dengan topik penelitian ini dimana informan tersebut bertanggung jawab langsung
memberikan pelayanan kesehatan. Prinsip kedua yaitu kecukupan dimana
informan yang dipilih mampu menggambarkan dan memberikan informasi yang
Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Metode ini merupakan teknik pengambilan sumber
data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang paling tahu tentang apa
yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2009).
Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Kepala Tata Usaha Puskesmas Negeri Lama
2. Bidan Koordinator
3. Perawat
4. Bidan Desa
5. Masyarakat (Ibu Bersalin)
3.4 Sumber Data 3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang merupakan sumber utama untuk
dijadikan landasan dalam penulisan penelitian yang didapatkan melalui hasil
wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan penelitian.
Pada penelitian ini wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara. Indepth Interview atau wawancara
mendalam merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan,
guna mendapatkan langsung jawaban yang mendukung pemecahan masalah
dalam penelitian ini. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan
interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar
ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana
pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya,
sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara
berlangsung.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang mendukung, menjelaskan serta
mempunyai hubungan yang erat dengan bahan primer. Data sekunder yang
diperoleh dari profil Puskesmas Negeri Lama dan sumber-sumber lain yang
dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Data yang diperoleh secara tidak
langsung berasal dari data tertulis meliputi : buku-buku, arsip, jurnal ilmiah dan
kepustakaan, dokumentasi dan berbagai data yang memuat tentang pelayanan
kesehatan serta buku-buku atau karya tulis yang relevan bagi pemecahan
permasalahan dalam penelitian ini.
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam penelitian ini, dimana peneliti mendapatkan informasi
secara langsung dengan informan. Wawancara mendalam peneliti dilakukan
dengan Kepala Tata Usaha Puskesmas Negeri Lama, Tim Pendukung PONED
(Bidan Koordinator, Bidan, Perawat) serta ibu hamil/ibu bersalin.
3.5.2 Telaah Dokumen
Telaah dokumen adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pasal yang berhubungan dengan penelitian ini guna melengkapi materi-materi
yang berhubungan dengan penelitian yang peneliti lakukan.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk
mewawancarai informan terkait dengan pelaksanaan PONED. Instrumen
penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi serta
melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat bantu
berupa buku tulis, kamera untuk pengambilan gambar, dan perekam suara untuk
merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung agar dapat memperkuat
akurasi data (Notoatmodjo, 2012).
3.7 Validasi Data
Dalam penelitian kualitatif keabsahan data merupakan konsep penting.
Oleh sebab itu, pada penelitian ini untuk memeriksa keabsahan data yang
diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan
oleh peneliti dalam penelitian yaitu triangulasi sumber.
3.8 Triangulasi Data
Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan informasi yang
diperoleh informan yang berbeda untuk melakukan cross check terhadap kondisi
yang sebenarnya, dan memilih informan yang dapat memberikan jawaban yang
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Moleong, 2007). Triangulasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu mendapatkan data
informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan
yang diajukan (Sugiyono, 2009).
3.9 Analisa Data
Tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan
menarik kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari data yang didapat dilapangan.
Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan
sebagai kuantifikasi data. Cara reduksi data:
1. Seleksi ketat data;
2. Ringkasan atau uraian singkat;
3. Menggolongkan dalam pola yang lebih luas.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bentuk penyajian kualitatif yaitu teks naratif : berbentuk catatan
lapangan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis domain, yaitu untuk
memperoleh gambaran yang umum serta menyeluruh tentang tema penelitian
yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan hasil telaah dokumen dan hasil
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu
Puskesmas Negeri Lama merupakan Puskesmas yang terletak di
Kecamatan Bilah Hilir di Kabupaten Labuhan Batu dengan luas wilayah 430,83
km2, dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Haloban
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Pangkatan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Sigambal
Wilayah Kecamatan Bilah Hilir berbatasan dengan Kecamatan Panai Hulu,
Kecamatan Pangkatan, dan Kecamatan Kampung Rakyat. Ibukota Kecamatan
Bilah Hilir adalah Negeri Lama. Secara administratif Negeri Lama terdiri dari 9
Desa dan 15 Dusun.
Puskesmas Negeri Lama merupakan Puskesmas tipe perawatan dan
Puskesmas PONED berdasarkan SK Bupati Labuhan Batu Tahun 2013. Dalam
rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai
upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di
masyarakat, diantaranya Puskesmas Pembantu (PUSTU), Posyandu dan Pos
Kesehatan Desa (POSKESDES). Berdasarkan data yang terkumpul tahun 2015
Pos Kesehatan Desa (POSKESDES) sebanyak 7 buah. POSKESDES merupakan
salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan
kebidanan melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana (KIA/KB).
4.1.2 Letak Geografis dan Kependudukan
Daerah Kecamatan Bilah Hilir terletak di wilayah Kabupaten Labuhan
Batu dengan jarak ke Ibukota Kabupaten (Rantauprapat) sejauh ±56 Km.
Ketinggian wilayah dari atas permukaan laut antara 2 meter, dan dikategorikan
daerah dataran rendah dan rawa pantai yang luasnya 430,83 km2. Jumlah
penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Negeri Lama pada tahun 2015 sebanyak
35.422 jiwa dari 9 desa. Komposisi penduduk yang multietnis terdiri dari berbagai
suku bangsa antara lain: Melayu, Jawa, Tapanuli, Karo, dan lain-lain. Penduduk
mayoritas adalah suku Melayu. Agama yang dianut adalah Islam, Katolik,
Protestan, dan Budha.
4.1.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu
Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu dipimpin oleh seorang
dokter. Berdasarkan data yang diperoleh di Kecamatan Bilah Hilir maka diperoleh
data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu
sebanyak 29 orang, dengan rincian yang dapat diliht pada tabel 4.1 sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015
No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah
1 2
Dokter Umum Dokter Gigi
3
Sumber : Profil Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu 2015
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut diketahui bahwa sumber daya manusia
kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu yang paling
banyak ialah Bidan yakni sebanyak 12 orang, Perawat sebanyak 7 orang, Dokter
Umum sebanyak 3 orang, kemudian Tenaga Penunjang Kesehatan sebanyak 2
orang, Tenaga Kesehatan Masyarakat, Tenaga Kesehatan Lingkungan, Tenaga
Gizi dan Farmasi yakni masing-masing sebanyak 1 orang, sehingga seluruh
sumber daya manusia kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan
Batu berjumlah 29 orang.
4.1.4 Sarana dan Prasarana Gedung di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu
Adapun sarana dan prasarana gedung di Puskesmas Negeri Lama
Kabupaten Labuhan Batu dapat dilihat pada matriks 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Negeri Lama
11 Ruang laboratotium 1
12 Gudang 1
13 Kamar mandi 3
Sumber : Profil Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu 2015
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut diketahui bahwa sarana dan prasarana
gedung Puskesmas Negeri Lama Kecamatan Bilah Hilir tahun 2015 terdiri dari: 1
ruang UGD, 1 ruang kepala Puskesmas, 1 ruang kartu, 1 ruang poli umum, 5
ruang rawat inap, 1 ruang KIA/ KB, 1 ruang VK, 1 ruang OK, 1 ruang poli gigi, 1
ruang obat/ apotek, 1 ruang laboratorium, 1 gudang dan 3 kamar mandi.
4.2 Karakteristik Informan
Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip kualitatif, yaitu prinsip-prinsip kesesuaian dan kecukupan. Prinsip dimana
informan dalam peneltian ini dipilih berdasarkan pengetahuan dan berdasarkan
kesesuaian dengan topik penelitian ini dimana informan tersebut bertanggung
jawab langsung memberikan pelayanan kesehatan. Prinsip kedua yaitu kecukupan
dimana informan yang dipilih mampu menggambarkan dan memberikan
informasi yang cukup mengenai topik penelitian ini. Adapun informan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik Informan Penelitian
Informan Nama Jabatan Pendidikan Umur