JURNAL
PERENCANAAN
DAN
DESIGN
SURVEY
FTTH DI WILAYAH STO
KARANGMULYA DENGAN MENGGUNAKAN
GOOGLE EARTH
PADA AREA
KERJA TELKOM AKSES CIREBON
Disusun oleh:
AGUS TRI HARJO
D310004
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
PURWOKERTO
PERENCANAAN
DAN
DESIGN
SURVEY
FTTH DI WILAYAH STO
KARANGMULYA DENGAN MENGGUNAKAN
GOOGLE EARTH
PADA AREA
KERJA TELKOM AKSES CIREBON
Agus Tri Harjo1, Wahyu Pamungkas2 Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi 1,2
Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto
1
agustriharjo91@gmail.com,2wahyu@st3telkom.ac.id
ABSTRAK
Teknologi fiber optik merupakan media yang tidak diragukan untuk menyediakan bandwidth yang besar, tidak dipengaruhi interferensi gelombang elektromagnetik, bebas korosi dan menyediakan rugi-rugi minimal untuk transportasi data. Sekarang ini kebanyakan dari backbone jaringan telah dikonstruksikan dengan fiber optik tetapi hubungan terakhir ke rumah tangga kelihatannya tidak mungkin bagi fiber optik. Alasan utama untuk ini adalah usaha multimedia belum matang untuk menjamin bahwa kenyataan yang ada membutuhkan hubungan yang haus akan bandwidth. Alasan lain adalah bahwa instalasi fiber optik sebagai usaha yang mahal yang tidak dapat digantikan. Keterbatasan jaringan akses tembaga yang di nilai belum cukup dan belum dapat menampung kapasitas bandwidth yang besar serta kecepatan tinggi, maka. Jaringan akses serat optik merupakan solusi untuk meningkatkan kualitas. Survey berguna untuk mendapatkan sebuah data valid dan informasi tentang area yang akan membantu dalam melakukan perencanaan design FTTH. Dengan melakukan perencanaan design maka kita akan dapat mengetahui Bill Of Quantity (BOQ) dan juga link budget agar mengetahui apakah perencanaan
design ini berhasil atau tidak. Hasil perencanaan design dilakukan dengan menggunakan metode two stage 1:2
pada ODC dan 1:16 pada ODP, dengan metode ini hasil perhitungan link budget memiliki nilai redaman rata-rata 19,19 sampai 20,01 dB dan nilai ini dikatakan baik karena tidak melibihi batas maksimal redaman yaitu 28 dB, pada BOQ sendiri tidak terlalu banyak perangkat yang dipakai pada jaringan FTTH di STO Karangmulya daerah Cirebon.
Kata kunci: GPON, FTTH, Fiber Optik, Google earth, ODP, ODC, Passive Splitter, BoQ, Link Budget
ABSTRACT
Fiber optic technology is a medium that is undoubtedly to provide a large bandwidth, not influenced
electromagnetic wave interference, corrosion free and provide a minimal loss for data transport. Currently most of the backbone network has been constructed with fiber optics but the last connection to the household seems impossible for fiber optics. The main reason for this is not yet ripe multimedia effort to ensure that the fact that there is a relationship that requires a thirst for bandwidth. Another reason is that the installation of fiber optics as an expensive venture that can not be replaced. Limitations of the copper access network are not enough in value and can not accommodate large bandwidth capacity and high speed, then. Optical fiber access network is a solution to improve the quality. Surveys are useful for getting a valid data and information about the area that will assist in planning the design of FTTH. By planning the design then we will be able to know Bill Of Quantity (BOQ) and also the link budget in order to determine whether the design plan is successful or not. Results of design planning is done by using a two-stage method 1: 2 to 1:16 in the ODC and ODP, with this method the results of the link budget calculation has an average attenuation value 19.19 to 20.01 dB and this value is quite good because it does not exceed limit on attenuation of 28 dB, the BOQ was not too many devices used in FTTH
networks in STO Karangmulya Cirebon area.
Keywords: GPON, FTTH, Fiber Optics, Google earth,
ODP, ODC, Passive Splitter, BOQ, Link Budget
PENDAHULUAN
Teknologi fiber optik merupakan media yang tidak diragukan untuk menyediakan bandwidth yang besar, tidak dipengaruhi interferensi
gelombang elektromagnetik, bebas korosi dan menyediakan rugi-rugi minimal untuk transportasi data. Sekarang ini kebanyakan dari backbone jaringan telah dikonstruksikan dengan fiber optik tetapi hubungan terakhir ke rumah
tangga kelihatannya tidak mungkin bagi fiber optik. Alasan utama untuk ini adalah usaha multimedia belum matang untuk menjamin bahwa kenyataan yang ada membutuhkan hubungan yang haus akan bandwidth. Alasan lain adalah bahwa instalasi fiber optik sebagai usaha yang mahal yang tidak dapat digantikan.
tinggi, maka. Jaringan akses serat optik merupakan solusi untuk meningkatkan kualitas. PT. Telkom sendiri sedang melakukan perubahan dari jaringan tembaga menjadi jaringan serat optik. Sesuai visi misi nya meningkatan kualitas layanan untuk masarakat. PT. Telkom Aksess merupakan salah satu anak perusahaan dari Telkom Indonesia, yang mana semua kegiatan merancang di serahkan kepada Telkom Aksess. Ada 4 jenis modul aplikasi yaitu : (fiber to the home) FTTH, (fiber to the
zone) FTTZ, (fiber to the curb) FTTC, (fiber to
the building) FTTB. Dalam pelaksanaan FTTH
tersebut, PT.Telkom merekomendasikan dan menggunakan teknologi GPON untuk jaringan FTTH. Gigabit Passive Optical Network
(GPON) adalah adalah salah satu teknologi dari beberapa teknologi sistem komunikasi serat optik. GPON bermula dari passive optical
network (PON) yang kemudian berevolusi dan
berkembang hingga sampai tahap sekarang. Pergantian jaringan akses tembaga menjadi jaringan akses serat optik ini dilaksanakan di seluruh Indonesia namun masih belum selesai karena masih banyak area yang belum berjalan dikarenakan masih kurangnya sumber daya manusia untuk melakukan kegiatan survey dan perencanaan design FTTH menggunakan google
earth agar didapatkan sebuah data valid dan
informasi tentang area yang akan dilakukan pergantian jaringan akses tembaga menjadi jaringan akses serat optik.
METODOLOGI PENELITIAN 1. Metodologi Penelitian
a. Metode literatur
Metode ini merupakan metode pengumpulan data dan referensi yang dapat membantu pengerjaan tugas akhir.
b. Metode Observasi
Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan terhadap hasil survey
yang dilakukan di area kerja PT. Telkom Akses.
2. Instrumen Penelitian
Dalam analisa perancangan FTTH di area kerja Telkom akses Cirebon diperlukan seperangkat personal computer, aplikasi
Google Earth yang membantu desain berupa rumah, ruko, gedung bertingkat, pabrik dan disertakan alamat juga dokumentasi beberapa tipe rumah yang
telah dilakukan kegiatan survey. Melakukan input data hasil kegiatan survey
kedalam Google Earth, selanjutnya melakukan perencanaan jaringan FTTH dengan menentukan titik penempatan ODC, ODP berdasarkan parameter batasan
boundary berupa jalan raya, sungai, rel
kereta api, melakukan perhitungan BOQ material yang dibutuhkan dalam perencanaan yang mencakup 1883 pelanggan di daerah STO Karangmulya area Cirebon. Kemudian melakukan analisa hasil perencanaan dan hasil perhitungan BOQ material.
Gambar 1.1Flowchart Rencana Jurnal. II. DASAR TEORI
2.1 Fiber Optik[1]
Serat optik adalah sebuah kaca murni yang panjang dan tipis serta berdiameter sangat kecil. Serat optik menggunakan prinsip pemantulan sempurna dengan membuat kedua indeks bias dari
core dan cladding berbeda,
Gambar 2.1 Struktur dari kabel serat optik
1. Core merupakan bagian inti dari serat
optik, tempat cahaya dilewatkan. Dibagian ini mengalir informasi yang akan disampaikan dari pengirim ke penerima, bisa berupa data maupun suara dengan berbagai aplikasi dan konten didalamnya.
2. Cladding mengelilingi inti yang berfungsi
memantulkan cahaya kembali ke dalam
core.
3.
Buffer coating adalah pelapis pelindungpertama serat optik.
2.2 Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat)
jaringan akses tembaga merupakan salah satu jaringan kabel yang yang menghubungkan antara sentral telepon dengan pesawat telepon pengguna. Berdasarkan pencatuan saluran dari sentral telepon ke pesawat pengguna, bentuk atau struktur jaringan lokal akses tembaga ada tiga macam, yaitu[2] :
a.
Jaringan catu langsung
Pesawat pelanggan dicatu dari kotak pembagi (KP) terdekat yang langsung dihubungkan dengan main distribution
frame (MDF) tanpa melalui rumah kabel
(RK). Jadi kabel yang digunakan dari MDF sampai DP adalah kabel primer.
STO MDF DP KTB Soket Pesawat
Gambar 2.2 Jaringan Catu Langsung
Jaringan catu langsung ini biasanya
digunakan oleh :
a. Pelanggan yang berada di daerah sekitar sentral telepon (dengan radius 300 sampai dengan 500m).
b. Daerah-daerah yang sempit namun mempunyai kepadatan demand (permintaan pemasangan sambungan telepon) tinggi.
c. Untuk daerah yang tidak memungkinkan dipasang rumah kabel (RK).
d. Khusus untuk pelanggan VIP yang memerlukan keamanan dalam berkomunikasi.
Jaringan catu langsung memiliki beberapa keuntungan dan kerugian seperti yang ada dibawah ini :
a. Keuntungan
Biaya rendah, karena tidak menggunakan RK.
Administrasi kabel tidak rumit dan lebih sederhana.
Titik rawan gangguan kecil. b. Kerugian
Tidak fleksibel.
Sulit melokalisir gangguan.
Area cakupannya kecil.
Sulit untuk omzeting. 1. Jaringan catu tidak langsung
Pelanggan di catu melalui
distribution point (DP) terdekat yang
dihubungkan dengan rumah kabel (RK), lalu dihubungkan ke MDF. Jaringan ini digunakan oleh pelanggan yang berjarak cukup jauh dari sentral (lebih dari 500 meter).
STO MDF RK DP KTB Soket Pesawat Gambar 2.3 Jaringan Catu Tidak Langsung
Jaringan catu tidak langsung memiliki beberapa keuntungan dan kerugian seperti yang ada dibawah ini :
a. Keuntungan
Fleksibel.
Mudah melokalisir gangguan.
Dapat mencatu pelanggan yang terletak menyebar dan jauh dari sentral.
Mudah untuk omzeting. b. Kerugian
Biaya lebih besar, karena menggunakan RK.
Sumber gangguan banyak.
Terkadang sulit mencari tempat aman untuk menempatkan RK. 1. Jaringan catu kombinasi
kombinasi ini hampir digunakan pada semua kota sedang dan kota besar, karena letak sentral telepon biasanya dipusat kota (pusat kepadatan penduduk) sedang lokasi telepon pengguna banyak juga yang berada jauh dari letak sentral telepon tersebut.[2]
a. Jaringan Lokal Akses Radio (jarlokar) Jaringan lokal akses radio adalah jaringan lokal akses yang memanfaatkan media udara sebagai media transmisinya, dimana antenna dijadikan sebagai pemancar dan sinyal informasi.
b. Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (jarlokaf)
Jaringan lokal akses fiber optik adalah jaringan lokal akses yang memanfaatkan media fiber optik sebagai media transmisinya, sehingga proses pengiriman sinyal informasi dapat dilakukan lebih cepat. Pada dasarnya jaringan lokal akses fiber optik berupa suatu jaringan akses saja. Berdasarkan modus aplikasinya, jaringan lokal akses fiber optik terbagi menjadi:[1]
1. FTTZ (fiber to the zone)
Pada modus aplikasi FTTZ, TKO terletak diluar bangunan didalam kabinet maupun mainhole. Apabila dianalogikan dengan konfigurasi jaringan tembaga, maka keberadaan TKO pada modus ini berada pada posisi RK. Dari RK, pengguna dihubungkan dengan kabel tembaga sekunder sampai ke KP dan disambung dengan kabel tembaga lagi sampai ke pengguna-pengguna. Pada umumnya, jarak sambung tembaga pengguna ke TKO adalah sebesar 3-5 Km.[1]
Gambar 2.5 Modus aplikasi FTTZ[6] 2. FTTC (fiber to the curb)
Konsep FTTC adalah membawa akses serat optik sampai ke suatu perumahan yang ruang lingkupnya lebih kecil dibandingkan FTTZ. Peletakan TKO pada FTTC dapat dianalogikan seperti fungsi KP pada jaringan akses tembaga. TKO diletakan pada suatu titik di area tersebut dan setiap terminal pengguna pada area tersebut terhubung dengan TKO menggunakan kabel tembaga sepanjang 200 sampai dengan 500 meter.[1]
Gambar 2.6 Modus aplikasi FTTC
[6] 3. FTTB(fiber to the building)FTTB merupakan suatu alternatif modus aplikasi yang disediakan jaringan lokal akses fiber optik kepada gedung-gedung yang menginginkan koneksi ke jaringan akses menggunakan fiber optik. Pada modus FTTB, TKO diletakkan didalam bangunan atau dengan kata lain perangkat optic seperti ONU terletak didalam bangunan tersebut. Pada umumnya FTTB dilaksanakan pada kondisi dimana suatu bangunan besar dan tinggi dengan jumlah satuan sambungan telepon (sst) yang cukup banyak tersambung didalamnya. Peletakkan TKO atau ONU tersebut biasanya didalam ruangan gedung. Banyaknya titik merupakan TKO pada gedung tersebut dapat bervariasi tergantung dengan jumlah pengguna, dan kebutuhan pengguna yang berada pada gedung tersebut. TKO dapat berada di salah satu lantai atau beberapa lantai sekaligus, walaupun tentunya hal ini tidak efektif. Setiap terminal pengguna didalam bangunan tersebut akan terhubung dengan TKO didalam gedung tersebut dengan menggunakan kabel tembaga
indoor.[1]
Gambar 2.7 Modus aplikasi FTTB[6] 4. FTTH(fiber to the home)
Gambar 2.8 Modus aplikasi FTTH
2.3 Konfigurasi sistem
Beberapa konfigurasi dapat digunakan untuk menghubungkan perangkat opto elektronik disisi sentral dengan perangkat opto elektronik disisi pelanggan (TKO). Sudut pandang dalam menentukan konfigurasi adalah berdasarkan topologi jaringan yang menghubungkan sentral lokal dengan lokasi pelanggan. Konfigurasi pelanggan dapat digunakan dalam sistem JARLOKAF meliputi konfigurasi dibawah ini[6]
a. Konfigurasi Single Star
Konfigurasi JARLOKAF single
star adalah JARLOKAF yang
memiliki 1 buah titik star kabel yaitu pada perangkat opto elektronik di sisi sentral. Keuntungan konfigurasi ini adalah kapasitas bandwith yang tinggi, privacy, dan sederhana. Sedangkan kekurangannya adalah kurang sesuai untuk pelanggan yang distribusinya menyebar. Jenis teknologi JARLOKAF yang dapat menggunakan konfigurasi ini adalah DLC (Digital Loop Carrier).[6}
Gambar 2.9 konfigurasi Single Star[6]
b. Multiple star
Multiple Star adalah konfigurasi
JARLOKAF yang memiliki lebih dari satu buah titik star fiber optik. Misalnya pada konfigurasi
Double Star dengan teknologi
PON, titik star pertama terletak di perangkat opto elektronik di sisi
sentral dan titik star kedua di
Passive Splitter. Keuntungan
konfigurasi ini adalah bahwa kebutuhan kabel optik dari sentral lebih sedikit, dan investasi awal lebih murah. Kekurangan konfigurasi ini adalah perangkat tambahan pada titik star kedua baik komponen pasif maupun perangkat opto elektronik, sehingga membatasi privacy dan membutuhkan perawatan tambahan. Jenis teknologi yang menggunakan konfigurasi ini antara lain adalah OAN (Optical
Access Network) berdasarkan
teknologi PON (Passive Optical
Network) atau AON (Active
Optical Network)
Gambar 2.10 konfigurasi Multiple Star[6]
c. Triple star
Triple star adalah konfigurasi
JARLOKAF yang memiliki 3 titik
star. Contoh aplikasi pada teknologi DLC dengan FTTZ, titik star pertama terdapat pada perangkat opto elektronik di sentral, titik star kedua terdapat pada perangkat opto elektronik di RK, titik star ketiga terdapat pada perangkat opto elektronik di DP. Keunggulan konfigurasi ini adalah harga investasi yang lebih murah karena dapat menggunakan jaringan kabel tembaga dan fiber optik. Kelemahannya adalah berkurangnya bandwith, privacy,
dan bertambahnya O & M perangkat opto elektronik. d. Kombinasi dengan Ring
dibawah ini menggambarkan adanya saling keterkaitan antara satu sama lain, maka dari itu terdapat hubungan antara perangkat yang membentuk seperti lingkaran.
Gambar 2.11 Konfigurasi Ring[6]
III. PERANCANGAN JARINGAN
3.1 Tahapan Kegiatan Survey
Dalam penulisan tugas akhir ini, proses kegiatan survey dilakukan untuk mendapatkan sebuah data valid dan informasi tentang area kerja yang akan dilakukan pergantian dan pemasangan jaringan lokal akses tembaga menjadi jaringan lokal akses Fiber Optic. Kegiatan survey
dilakukan pada area kerja telkom akses Cirebon daerah STO Karangmulya, daerah Cirebon sendiri merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak daerah perumahan dan dikelilingi oleh rumah-rumah warga kampung sekitar daerah Cirebon. Survey dilakukan selama empat bulan untuk mendapatkan hasil total homepass sebanyak 1883. Kegiatan survey ini dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 08.00 pagi sampai dengan 17.00 sore. Survey sendiri dibagi menjadi dua team
seperti yang ada di bawah ini :
3.1.1 Team On Desk Survey
Team on desk survey merupakan
team yang mempersiapkan segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh
team on site survey sebelum
melakukan kegiatan survey, pertama yang dipersiapkan adalah polygon
suatu boundary yang akan dilakukan kegiatan survey berupa tampilan
google earth yang menunjukan
denah atau lokasi daerah dalam bentuk gambar 3.1 contoh tampilan
polygon.
Gambar 3.1 Contoh tampilan polygon
Garis berwarna ungu pada gambar 3.1 merupakan batasan area atau boundary yang akan dilakukan kegiatan survey agar dapat memudahkan pada saat melakukan pergantian jaringan akses lokal tembaga menjadi jaringan lokal akses Fiber Optic. Dalam pebuatan polygon tersebut ada beberapa hal yang pelu di perhatikan, seperti batasan boudary meliputi jalan raya, rel kereta api, dan sungai. Setelah mempersiapkan polygon suatu boundary seperti yang ditunjukkan gambar 3.1 maka team on desk
survey mempersiapkan alat tulis dan juga form
Informasi homepass seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Form Informasi homepass
No Alamat No (sampel)
Alpro (Y/N)
Kategori Keterangan
Kemudian team on desk survey
menyiapkan kamera untuk mendokumentasi tipe dari tipe rumah pada surveyhomepass, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2.
3.1.1 Team On Site Survey
Team on site survey merupakan team
yang melakukan pelaksanaan kegiatan
survey langsung dilapangan setelah
diberikan peralatan yang dibutuhkan oleh
team on desk survey sehingga
sampai dengan 17.00 sore. Setelah melakukan kegiatan survey akan didapatkan data dan bentuk dokumentasi seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.3 dan tabel 3.3
Tabel 3.2form Informasi homepass setelah survey N
Gambar 3.2 Hasil dokumentasi survey 3.2 Tahapan Perencanaan Design
Menggunakan Google earth
Perencanaan desain di google earth
dilakukan pada area kerja telkom akses Cirebon daerah STO Karangmulya, daerah Cirebon sendiri merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak daerah perumahan dan dikelilingi oleh rumah-rumah warga kampung sekitar daerah Cirebon.
Polygon yang akan dibuat di daerah STO
Karangmulya, daerah Cirebon. Disini akan dibuwat tiga polygon, polygon yang pertama akan diarsir menggunakan waran merah, yang ke dua diarsir dengan warna biru, dan yang ketiga akan diarsir dengan warna orange. Pada polygon yang kedua penulis membuat tiga skenario. Dengan
polygon yang sama tetapi penggunaan
matrial yang berbeda. Yang pertama menggunakan passive splitter 1:4 di ODC dan 1:8 di ODP, yang kedua menggunakan
passive splitter 1:2 di ODC dan 1:16 di
ODP, dan yang ketiga mengunakan metode
one stage dengan passive splitter 1:32. Dari
masing-masing skenario dihitung nilai
redaman dari jarak terdekat, menengah dan terjauhnya.
3.3 Tahapan Perancangan Design Menggunakan Google earth
Setelah melakukan kegiatan survey yang dilakukan oleh team on site survey maka didapatkan data valid dan informasi tentang area kerja yang akan dilakukan pergantian jaringan lokal akses tembaga menjadi jaringan lokal akses Fiber Optic. Dalam perencanaan design ini menggunakan total jumlah homepass sebanyak 1883, total jumlah homepass tersebut merupakan batas minimal pada penulisan tugas akhir ini. Total 1883 ini dibagi menjadi tiga boundary
pada kota Cirebon daerah STO Karangmulya area kerja telkom akses Cirebon. Ada beberapa tahap dalam proses perencanaan design menggunakan google earth yaitu :
3.3.1 Input Hasil Survey Homepass Setelah mendapatkan data valid dan informasi tentang area kerja maka
team on desk survey melakukan
penginputan hasil survey kedalam
google earth. Tahapan pertama
adalah membuat polygon seperti gambar 3.1 selanjutnya membuat
placemark seperti yang ditampilkan
pada gambar 3.4
Gambar 3.4 Setting placemark
Setelah melakukan setting placemark maka selanjutnya penamaan homepass beserta dengan keterangannya seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6
Gambar 3.5 Penamaan homepass beserta keterangan
Selanjutnya langkah-langkah di atas dilakukan sampai designhomepass pada satu boundary selesai seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.7 di bawah ini.
Gambar 3.6 Tampilan keseluruhan setelah design homepass
IV. HASIL DAN ANALISA
4.1 Link Budget
Perhitungan Link Budget ini dilakukan pada boundary STO Karangmulya dengan nama KYM FAA. Perhitungan ini dilakukan dari OLT menuju ONT secara keseluruhan dan menggunakan 3 skenario yaitu metode two stage dengan
passive splitter 1:4 di ODC dan 1:8 di ODP, kemudian menggunakan metode
two stage dengan passive splitter 1:2 di ODC dan 1:16 di ODP. Untuk skenario selanjutnya yaitu menggunakan metode
one stage dengan passive splitter 1:32. Masing-masing skenario dihitung nilai redaman dari jarak terdekat, menengah dan terjauhnya untuk menentukan metode mana yang dipakai dalam desain FTTH.
. Tabel 3.8 menunjukkan BOQ material yang dibutuhkan.
Tabel 3.8 BOQ Material
N
IV. PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN HASIL 2.3.Link Budget
Tabel 4.5 menunjukkan tabel hasil perhitungan
link budget untuk konfigurasi 1:4 dan 1:8.
Perhitungan link budget dilakukan dari Optical Line
Terminal (OLT) ke Optical Network Terminal
(ONT). Dari boundary dengan jumlah 456
homepass tersebut diambil tiga kondisi yaitu
menurut jarak ODP terjauh, menengah dan terdekat dengan ODC. Pemilihan tiga kondisi tersebut dilakukan dengan cara mengukur jarak dari ODC ke tiap-tiap ODP yang kemudian akan didapatkan ODP jarak terjauh, jarak menengah, dan jarak terdekat.
Kolom distribusi menunjukkan distribusi mana yang digunakan oleh ODP. Kolom ODP menjelaskan ODP yang digunakan dalam perhitungan link budget. Kolom pelanggan menunjukkan nama homepass yang dicatu oleh ODP. Jarak OLT sampai ONT diperoleh dari penjumlahan panjang kabel feeder, kabel distribusi, dan kabel drop dalam satuan km. Redaman kabel diperoleh dari standar redaman kabel yaitu 0,35 dB dikalikan dengan jarak dari OLT ke ONT. Nilai pada passive splitter diperoleh dari standar redaman
passive splitter 1:4 dengan nilai redaman sebesar
yaitu 0.10 dB dikalikan dengan jumlah sambungan yang ada pada masing-masing kabel.
Hasil rata-rata nilai total redaman yang didapat pada perhitungan link budget perancangan ini adalah 19,01 dB sehingga masih memenuhi standar yang di mana standar nilai maksimal loss
total adalah 28 dB.. 4.1 BOQ Material
Perhitungan BOQ dicari dengan cara menghitung jumlah perangkat yang digunakan serta seberapa panjang kabel yang digunakan dengan mengukurnya pada desain.yang lainnya yang mendukung terpasangnya jaringan lokal akses fiber
optik.
menghitung
BOQ dengan menggunakan tiga skenario dalam satuboundary. Pertama menggunakan metode
two stage dengan passive splitter 1:4 di
ODC dan 1:8 di ODP dan skenario passive
splitter 1:2 di ODC dan 1:16 di ODP dan
menggunakan metode one stage dengan
passive splitter 1:32. PENUTUP
51. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari perencanaan yang telah dilakukan dan mendapatkan hasil link
budget dan Tabel BOQ, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.Dalam perencanaan jaringan FTTH hal yang harus di perhatikan ketika sedang
survy dilapangan harus mengetahui
jumlah pelanggan atau jumlah penduduk didaerah tersebut. Jika keadaan di lapangan jumlah pelanggan sangat padat itu menggukan passive
spliter 1:16 di ODP dan jika
penduduknya jarang maka menggunakan passive splitter 1:8 di ODP.
2.Dari perancangan jaringan FTTH menggunakan tiga skenario pemodelan
two stage 1:2 pada ODC dan 1:16 pada
ODP yang paling efektif dan paling baik digunakan dibandingkan dengan two
stage 1:4 pada ODC dan 1:8 pada ODP
ataupun one stage 1:32 jika padat penduduknya.
3.Pada perhitungan Link Budget yang telah diketahui, semakin panjang menggunakan kabel dan semakin banyaknya sambungan maka semakin besar redaman yang akan didapatkan. 4.Dari perancangan jaringan FTTH hasil
perhitungan link budget nilai total redaman masih sangat baik. Karena rancang semakin banyak juga material yang akan dibutuhkan, dilihat dari tabel BOQ.
52. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk dapat memaksimalkan hasil dari perancangan FTTH untuk masa kedepan 1. Dalam melakukan survy harus
dilakukan dengan teliti dan penggambaran sementara agar mendapatkan hasil desain yang maksimal.
2. Untuk perencaan lebih baik penulis menyarankan untuk memilih metode
Two Stage dikarenakan dalam proses
perencaan jaringannya lebih mudah dilakukan dan lebih mudah untuk dimengerti.
3. Untuk pemilihan passive spliter
disarankan menggunakan spliter 1:2 di ODC dan 1:16 di ODP, dikarekan dalam menggunakan spliter ini dapat meminimalisis matrial yang digunakan termsuk penggunaan ODP
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Auziay, (2008), analisis power budgetjaringan komunikasi serat optic
PT.TELKOM di STO Jatinegara,
Dokumen PDF
[2]
Harahap, Rizky Junita, laporan PKL 1di Unit Kerja Kandatel Yogyakarta,
Program Studi D3 Teknik Telkom, Purwokerto, Laporan PKL 1, 2007
[3]
Pradana, Ridhky Oktvian, (2011),Analisa Teknologi Fiber Optik dalam
ISP di PT. Supra Primatama
Nusantara (BIZNET), Dokumen PDF
[4]
Maulana, Angga Julian, (2012),perencanaan desain jaringan Metro
FTTH di Universitas Indonesia,
Dokumen PDF
[5]
Tjahyaningtyas, Hapsari Peni Agustin ; Supriyantoko, Singgih Dwi, (2012),Penggunaan Google Earth untuk
Mnghitung Homepass Dalam
Perencanaan Pelayanan Fiber To The Home, Dokumen PDF
Bandung: TELKOMRISTI (R & D Center)
[7]
PT. TELKOM AKSES, Tbk (2013),modul 1 overview fttx, Dokumen PDF