• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merancang Pembelajaran melalui karya sas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Merancang Pembelajaran melalui karya sas"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MERANCANG PEMBELAJARAN MELALUI

KARYA SASTRA

Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah bahasa Indonesia

Di susun oleh : Dewi Puji L

Ainul Mardiyah Risa Herlina PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

DR.NUGROHO MAGETAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Merancang Pembelajaran bahasa melalui karya sastra. Makalah ini disusun sebagai salah satu Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan Makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang materi Merancang pembelajaran melalui karya sastra.

Magetan, Maret 2015

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).

Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Apresiasi sastra akan berjalan lancar jika berbahas seorang anak sudak baik. Dalam apresiasi sastra manfaat yang sangat dirasakan adalah adanya pengembangan jiwa, dimana kita dapat mengeksplore seluruh potensi yang ada dalam diri kita terutama hal yang ada dalam apresiasi sastra yaitu seperti puisi, prosa, dan drama.

Apresiasi sastra akan muncul jika pembelajaran berjalan menyenangkan, adanya stimulus dan respon memberikan dampak yang positif pada perkembangan apresiasi. Oleh karena itulah peran guru dalam hal ini sangat diperlukan agar dapat merangsang anak untuk dapat berapresiasi sastra dengan baik.

B. Rumusan masalah

1. Model pembelajaran seperti apa yang sesuai bagi anak kelas redah ?

2. Mengapa pembelajaran sastra dianggap penting ?

3. Adakah kaitannya pembelajaran bahasa dan sastra dengan bidang studi lain ?

C. Tujuan

1. Mengetahui model pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai pada anak kelas rendah.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karya sastra

Hal yang dihasilkan oleh manusia dikenal sebagai karya. Dalam konteks lain, mungkin manusia dapat menghasilkan produk intelektual (seperti sebuah lagu atau puisi) atau objek material (rumah atau kerajinan).

Sastra adalah sesuatu yang mengacu pada milik atau berkaitan dengan sastra (himpunan pengetahuan dengan menulis dan membaca dengan baik, atau seni puisi, retorika dan tata bahasa).

Sebuah karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan esterika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, baik dalam atau ketiga orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.

Menurut bentuk atau subjek, karya sastra mungkin memiliki jenis yang berbeda seperti narasi (sebuah karya prosa, seperti novel, atau cerita pendek), puisi (komposisi dalam ayat yang mengekspresikan perasaan penulis), drama, epic (ayat-ayat yang menceritakan perbuatan pahlawan atau dewa-dewa) atau mengajar (yang berusaha untuk mengarahkan pembaca atau pendengar).

Karya sastra juga dapat berupa tulisan (buku atau media cetak lain bermain cerita tanpa perubahan) atau lisan (diwariskan dari generasi ke generasi dan sering berubahdari waktu ke waktu, seperti legenda atau cerita rakyat). Karya-karya juga dapat taktil, ketika disesuaikan dengan kebutuhan orang-orang melalui Braille.

B. Pembelajaran Bahasa Melalui Prosa

(5)

1. Tujuan

Pada waktu merencang pembelajaran kita perlu menentuan tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini tentu yang sesuai dengan program pengajaran yang telah digariskan dalam GBPP. Oleh karena itu, kita perlu memeriksa program pengajaran yang sesuai dengan kelas dan caturwulanya. Pada saat menentukan tujuan yang akan dicapai kita perlu mengingat kondisi siswa kita. Sudah memungkinkan atau belum tujuan tersebut dicapai pada saat itu.

2. Bahan

Setelah tujuan ditentukan, kita perlu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Bahan ini dapat kita ambil dari buku paket ( jika ada ), dapat pula kita ambil dari sumber lain ( buku cerita, majalah, atau koran ). Namun dari mana pun kita mengambil bahan tersebut, kita perlu mengadakan evaluasi terhadap kriteria apa yang dapat digunakan dalam mengevaluasi bahan prosa. Pertama harus sesuai dengan tujuan yang telah kita tetapkan. Kemudian harus sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Dan terakhir sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

a. Sesuai dengan tujuan

Sesuai dengan tujuan, berarti sewaktu memilih bahan kita perlu mengingat untuk tujuan apa bahan tersebut disediakan. Bahan ini seharusnya memiliki day dukung yang kuat untuk mencapai ujuan yang ditetapkan.

b. Sesuai dengan kebutuhan anak

Bahan prosa yang digunakan dalam pembelajaran bahasa perlu memiliki kesesuaian dengan kebutuhan anak. Hal ini dimaksut agar proses tersebut dapat memberi manfaat yang lebih banyak bagi anak-anak. Sehubungan dengan itu Huck ( 1989:6-10) di dalam bukunya bahwa sastra untuk anak-anak harus memiliki nilai-nilai. Nilai tersebut mencakup nilai-nilai yang bersifat personal, dan nilai-nilai yanng bersifat pendidikan. Mengandung nilai personal berarti, sastra yang kita pilih brisi hal-hal tyang dapat :

1) Memberikan kenikmatan

2) Memperkuat cara berpokir

3) Mengembangkan imajinasi

4) Memberikan pengalaman mengalami

(6)

6) Menyajikan pengalaman yang menyeluruh

Mengandung nilai-nilai pendidikan, berarti bahwa sstra anak-anak selayaknya mengandung hal-hal yang dapat :

1) Mengembangkan bahasa

2) Membantu belajar Bahasa

3) Membantu belajar menulis.

c. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

Bahan yang kita pilih perlu sesuai dengan dengan tingkat perkembngan anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan tersebut mampu memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan anak-anak tanpa terasa membebaninya. Bahan belajar yang sesuai untuk anak-anak ini dinyatakan oleh Norton ( 1989 ) di dalam bukunya yang berjudul trought the Eyes of the Child an Introduction To Childern’s Literatur sebagai mampu meningkatkan perkembangan anak ketingkat yang lebih tinggi. Norton membagi fase perkembangan anak usia sekolah sebagai berikut :

1) Sekolah Dasar kelas rendah : usia 6-8 tahun

2) Sekolah Dasar kelas seang : usia 8-10 tahun

3) Sekolah dasar kelas tinggi : usia 10-12 tahun

Setiap fase memiliki karakteristik tersendiri, dan Nortom memberikan gambaran tentang implikasi setiap karakteristik tersebut. Namun demikian, karakteristik demikian, dari karakteristik ini implikasi yang ia gambarkan, kita dapat memilih atau menyediakan buku cerita yang sesuai bagi anak-anak.

Perkembangan Bahasa

No. KARAKTERISTIK IMPLIKASI

1. Perkembangan bahasa berjalan dengan menambahkan beberapa kata baru terhadap kosa kata meraka

Menyediakan waktu setiap hari untuk membaca dan memberi kesempatan untuk berinteraksi lisan

2. Sebagian besar anak menggunakan kalimat kompleks dengan klause ajektif

(7)

dan klause kondisional yang dimulai dengan bila.

struktur bahasa anak-anak.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, untuk mengembangkan bahsa anak usia sekolah dasar tingkat rendah perlu diupayakan :

1) Waktu untuk membaca

2) Memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi lisan

3) Memberikan cerita yang menyajikan model-model struktur bahasa.

Perkembangan Kognitif

No. KARAKTERISTIK IMPLIKASI

1. Anak belajar membaca: mereka senang membaca buku-buku yang mudah dan menunjukkan kemampuan barunya.

Menyediakan buku-buku yang mudah dibaca dapat mengembangkan

keterampilan membaca anak-anak 2. Mereka belajar menulis dan menyenangi

cerita kreasi mereka sendiri

Memberi kesempata kepada anak-anak untuk menulis, menghias, dan memperhatikan buku gambar mereka. 3. Jangkauan perhatian bertambah dan

anak-anak menyenangi cerita yang lebih panjang daripada ketika mereka berusia lima tahun

Mereka senang mendengarkan cerita panjang. Mereka mulai menyukai cerita panjang bila setiap babnya dilengkapi dengan waktu cerita 4. Anak-anak di bawah tujuh tahun masih

berpandangan dekat dan belajar terus tentang stuasi nyata.

Menyediakan pengalaman dengan membei kesempatan untuk melihat, berdiskusi, dn membuktikan

informasi 5. Suatu waktu umur mereka tepat pada

tingkat yang disebut plaget sebagai oprasional kngkret.

(8)

Dalam tabel di atas ada hal yang sangat menarik, yaitu bahwa mereka senang menunjukkan kemampun, dalam bidang membaca maupun menulis. Hal ini dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan keterampilan anak-anak dibidang membaca dan menulis.

Perkembangan Pribadi

No. KARAKTERITIK IMPLIKASI

1. Usia enam tahun tidak memiliki keseimbangan emosi seperti usia lima tahun. Mereka lebih tegang, bisa jadi menyerang guru atau orang tua

Bantu anak-anak menemukan jalan yang layak untuk mengatasi

ketegangan mereka. Baca cerita untuk melukiskan bagaimana anak lain mengatasi keteganganya. 2. Anak-anak meminta kebebasan tetapi juga

memerlukan ketenangan dan keamanan dari orang tua

Menyediakan kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan

kebebasan, beri mereka kesempatan untuk memilih buku dan kegiatan yang tersedia

1. Anak-anak akan menentang orang tua ketika berada di bawah tekanan

Besarkan hati mereka agar kesensitifannya tersalur ke dalam kegiatan yang lebih bermanfaat 2. Mereka igin bermain denagn anak-anak

lain seringkali, tetapi menuntut

Besarkan anak dengan memberi kesempatan untuk berperan dalam memecahkan masalah yang serupa. 3. Anak-anak merespon terhadap bantuan

atau pujian guru. Mereka mencoba menyesuaikan diri dan menyenangkan

(9)

hati guru

4. Mereka menikmati tetap duduk dan mendengarkan cerita dibacakan disekolah, di rumah, atau di perpustakaan

Sering menyediakan waktu untuk bercerita dan membaca

5. Anak-anak memiliki pikiran yang teguh tentang benar dan salah

Perkenalkan kepada mereka nilai-nilai, kebiasaan, dan standar tingkah laku melalui orang tua mereka 6. Mereka ingin tahu tentang perbedaan

antara laki-laki dan perempuan

Beri mereka buku yang dapat membantu menjawab pertanyaanya. Dalam tabel-tabel ini dapat kita lihat, bahwa anak-anak mempunyai potensi alamiah dalam hal belajar bahasa, kemampuan kognitif, kepribadian, dan bersosialisasi. Potensi-potensi tersebut akan berkembang lebih optimal dengan acar memberikan bahan belajar yang sesuai untuk mereka. Dengan demikian, tujuan yang telah kita tetapkan tercapai dengan baik, dan kebutuhan anak terpenuhi.

3. Strategi

Memilih strategi, berarti membayangkan dan memikirkan proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Akan dibuat bagaimana yang telah kita pilih itu? Aktivitas apa yang akan dilakukan guru, anak-anak di dalam kelas? Itulah pertanyaan yang perlu di jawab pada saat memilih dan menetukan strategi pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa.

Di dalam contoh di atas kita dapat melihat beberapa kegiatan pembelajaran, seperti: mendengarkan cerita, tanya jawab, menirukan, dan melanjutkan cerita. Kita dapat membuat berbagai variasi strategi pembelajaran dari strategi-strategi yang sudah kita ketahui.

4. Sumber Belajar

(10)

C. Pembelajaran Bahasa melalui Puisi dan Drama A. Puisi

1. Pengertian

Norton (1983 : 321) dan Huck (1989 : 394) sama-sama menyatakan bahwa puisi sulit untuk didefinisikan secara tepat. Georgia di dalam Calkins (1989 : 297) menunjukkan empat karakteristik puisi, yaitu:

a. Puisi menggunakan bahasa yang padat, setiap kata penting;

b. Biasanya bahasa puisi bersifat figuratif: simile, metafora, dan imajinasi; c. Puisi bersifat ritmis;

Unit organisasinya: larik dan bait, sedangkan prosa unit organisasinya kalimat dan paragraf.

Menurut Robert Fros puisi itu menyenangkan anak-anak, tetapi juga membantu mereka dalam mengembangkan pengetahuan baru dan cara baru untuk memahami dunianya. (dalam Huck, 1989 : 394). Ciri-ciri sajak (puisi) yang lemah menurut sumardi, dkk. (1985: 25-32)

a. Sajak yang mengandung kata-kata, ungkapan, atau pernyataan yang berlebihan atau bombastis;

b. Menampilkan masalah atau tema yang terlalu kecil, jika dibandingkan dengan alat ekspresinya yang kuat;

c. Mengandung kelemahan penalaran;

d. Mengandung sisipan objek sehingga penonjolan objek utama dan keutuhan sajak terganggu;

e. Mengandung lebih dari satu sudut panjang;

f. Pemakaian suatu gaya pengucapan atau gaya bahasa yang kurang tepat; g. Mengandung kelemahan rima;

h. Bersifat prosais; i. Bersifat mengekor. 2. Pembelajaran Puisi

Puisi yang wujudnya sudah digambarkan di atas, dapat dijadikan bahan pembelajaran yang bervariasi, umpamanya:

a. Membaca nyaring tunggal; b. Membaca nyaring bersama;

(11)

d. Membaca nyaring dengan nyanyi atau senandung; e. Membaca nyaring dengan dramatisasi;

f. Bermain kata atau sajak berantai.

Itulah model pembelajaran puisi di kelas rendah. Adapun model pembelajaran puisi yang lain yaitu sebagai berikut:

a. Bermain kata atau sajak

Berbeda dengan model-model yang lainnya, bermain kata atau sajak saat ini tidak menggunakan puisi. Walaupun begitu pembelajaran tetap berhubungan dengan puisi. Kepada anak-anak diperkenalkan salah satu unsur puisi, yaitu rima atau sajak. Permainan ini

bertujuan membina penguasaan kosa kata, selain tentu saja memahami rima. Jalannya permainan

1) Guru menjelaskan peraturan permainan. 2) Permainan dibagi menjadi tiga regu (A, B, C). 3) Guru menuliskan tiga buah kata di papan tulis.

4) Setiap anggota dari ketiga regu, satu persatu secara bergantian maju ke depan untuk menuliskan kata-kata yang bersajak dengan kata yang ditulis oleh guru di papan tulis.

5) Permainan diakhiri setelah batas waktu yang disediakan habis atau setelah para pemain tidak dapat menambahkan kata-kata bersajak tersebut.

6) Regu yang dapat mengumpulkan kata paling banyak dinyatakan sebagai pemenangnya.

b. Bahan pembelajaran puisi

Seperti halnya pembelajaran melalui prosa, pembelajaran melalui puisi pun memerlukan bahan terpilih agar tujuan tercapai, juga dapat memenuhi kebutuhan anak-anak dan proses pembelajaran berlangsung menyenangkan.

Sumardi, dkk (1985 : 20 - 23), memberikan rambu-rambu yang harus dipertimbangkan sewaktu memilih bahan pembelajaran puisi. Berikut adalah rambu-rambu yang harus dipertimbangkan sewaktu memilih bahan pembelajaran puisi sebagai berikut:

1) Sesuai dengan lingkungan anak didik 2) Sesuai dengan kelompok usia anak didik 3) Keragaman sajak

4) Kesesuaian sajak dengan siswa

(12)

1) Puisi untuk anak-anak adalah puisi yang berisi kegembiraan dan rima.

2) Puisi untuk anak-anak seharusnya mengutamakan bunyi bahasa dan membangkitkan semangat bermain bahasa.

3) Puisi untuk anak seharusnya memperbaiki ketajaman imajinasi visual dan kesegaran kata-kata yang digunakan di dalam ragam novel, untuk memperluas imajinasi mereka, dan melihat atau mendengar kata-kata dalam cara baru.

4) Puisi untuk anak seharusnya menyajikan cerita sederhana dan memperkenalkan tindakan yang dilakukan.

5) Puisi untuk anak bukan yang ditulis dengan dugaan rendah kepada anak-anak.

6) Puisi yang sangat efektif disajikan dengan suatu ketidaksempurnaan informasi yang seksama. Jadi ada ruang bagi anak untuk menafsirkan, dan memungut sesuatu dari puisi sendiri.

7) Tema harus menyenangkan anak-anak, mengatakan sesuatu pada anak-anak, menggelitik egonya, mengingatkan kebahagiaan, menyentuh kejenakaannya, atau membangkitkan semangat menggali.

8) Puisi seharusnya cukup baik dibaca ulang.

Menilai puisi dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan puisi, menurut Huck ada sebelas pertanyaan untuk menilai puisi yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana irama puisi memperkuat dan menciptakan arti dalam puisi? b. Bagaimana rima puisi, apakah bunyi terasa alamiah?

c. Bagaimana bunyi dalam puisi berkontribusi terhadap arti? Apakah menggunakan aliterasi, onomatopia (bentuk kata yang menirukan suara), atau repetisi?

d. Apakah puisi menyajikan imajinasi sensorik tentang penglihatan, perabaan, penciuman, atau perasaan? Apakah ini memberi kenikmatan kepada anak-anak, terutama perasaan mereka?

e. Bagaimana kualitas imajinasi di dalam puisi? Apakah membuat anak-anak melihat sesuatu dalam suatu cara yang baru dan segar, ataukah dengan menggunakan cara yang sudah usang atau klise?

f. Apakah figura bahasa penting untuk kehidupan anak-anak? Apakah simile dan metafora membuat anak-anak memahami dan mengapresiasi?

g. Bagaimana nada dalam puisi? Apakah mencerminkan masa kanak-kanak? Apakah mendidik, mengkhotbahi, ataukah menyajikan kenangan masa kanak-kanak dengan sentimentil?

(13)

i. Bagaimana penyair menyajikan keintenan emosi dalam puisi? Apakah setiap kata berfungsi meningkatkan perangsangan perasaan?

j. Bagaimanakah tipografi puisi? Apakah penempatan kata berkontribusi terhadap puisi?

k. Apakah tujuan puisi? Untuk bersenang-senang, melukiskan sesuatu dengan cara yang segar, kritik sosial, atau membuat kesejajaran dengan hidup? Seberapa bagus penyair mencapai tujuan tersebut?

A. Drama 1. Pengertian

Hamzah (1985 : 145) menyatakan bahwa kegiatan drama bagi anak-anak harus merupakan langkah rekreasi, senilai dengan kegiatan bermain kelereng, layang-layang, sekolah-sekolahan, rumah-rumahan, bermain boneka.

Jadi, drama itu tidak seperti yang dipentaskan orang dewasa. Drama bagi mereka masih merupakan sarana untuk menarik minat, melatih atau meletakkan dasar-dasar drama. Dengan demikian, pembelajaran drama masih merupakan permainan.

2. Pembelajaran melalui Drama

Harymawan (1993) menyatakan bahwa seni teater memperoleh dasar idenya atas kehendak manusia yang berwujud permainan dan peniruan. Ini berarti bahwa dengan suka meniru, anak-anak sudah memiliki naluri bermain drama. Pembelajaran drama yang mencerminkan permainan antara lain dapat dilakukan dengan:

a. Pantomim

Sehubungan dengan pengertian pantomim, Hamzah (1985 : 51 - 52) mengutip beberapa pendapat seperti ini:

1) Pantomim ialah seni menyatakan bermacam ide tanpa media kata. Dan ini merupakan tahapan teknik paling awal dalam kaitannya dengan latihan-latihan drama (ommaney).

2) Pantomim adalah suatu pertunjukkan yang para pemainnya mengekspresikan dirinya melalui isyarat (American College Dictionary).

3) Pantomim ialah suatu cerita, suatu tema yang diceritakan atau dikembangkan melalui gerak tubuh dan wajah ekspresif (Groler Academic Encyclopedia)

(14)

1) Meniru pantomim lain, dapat dilakukan apabila sebelumnya kepada anak-anak diperlihatkan pantomim yang dilakukan orang lain (contoh di bawa ke dalam kelas).

2) Meniru perbuatan nyata, berbeda dengan meniru pantomim lain. Meniru perbuatan nyata, tidak perlu menghadirkan contoh ke dalam kelas.

b. Sosio Drama

Mirip dengan pantomim meniru perbuatan nyata, namun ada hal yang berbeda. Dalam pantomim dilakukan tanpa kata-kata, sedangkan dalam sosio drama menggunakan kata-kata.

c. Berekspresi dengan topeng

Pembelajaran berekspresi dengan topeng dapat berlangsung sebagai berikut: 1) Guru memperlihatkan satu atau beberapa topeng.

2) Anak-anak diminta mengamati topeng-topeng tersebut.

3) Guru bertanya tentang ekspresi topeng (sedih, gembira, marah, dan sebagainya) 4) Anak-anak diajak untuk meniru ekspresi tersebut.

5) Guru meminta seorang atau dua orang anak untuk mengenakan topeng tersebut dan melakukan gerakan dan atau dialog yang sesuai dengan ekspresi topeng tersebut.

Permainan ini, bisa jadi akan sangat menarik bagi anak-anak, termasuk anak yang pemalu. Karena dengan topeng wajah mereka tertutup, jadi anak akan merasa terhindar dari rasa malu.

d. Bermain boneka

Bermain boneka bukan permainan yang asing bagi anak-anak. Hanya wujud bonekanya saja, mungkin yang berbeda. Bisa boneka dari kayu, batang daun singkong, kain dan kapas, plastik, karet, dan sebagainya. Di dalam pembelajaran, dapat digunakan boneka macam manapun yang dapat dengan mudah ditemukan. Cara permainannya sebagai berikut:

(15)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya pembelajaran sastra anak akan merasa lebih merasakan keingintahuan hidup, siswa diaajak untuk memiliki kreatifitas tidak hanya dalam membuat memahami bagian dari sastra saja seperti memahami puisi sederhana, isi dari cerita atau cerpen, mengetahui watak dari tokoh dalam cerpen, melainkan mereka dapat bereksplorasi sesuai keinginan mereka seperti membuat puisi, membuat pantun, membuat cerita singkat tentang keseharian mereka. Hingga akhirnya anak memiliki talenta atau bakat dalam membuat karya sastra.

B. Saran

(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya pembelajaran sastra anak akan merasa lebih merasakan keingintahuan hidup, siswa diaajak untuk memiliki kreatifitas tidak hanya dalam membuat memahami bagian dari sastra saja seperti memahami puisi sederhana, isi dari cerita atau cerpen, mengetahui watak dari tokoh dalam cerpen, melainkan mereka dapat bereksplorasi sesuai keinginan mereka seperti membuat puisi, membuat pantun, membuat cerita singkat tentang keseharian mereka. Hingga akhirnya anak memiliki talenta atau bakat dalam membuat karya sastra.

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan cakupan program kelambunisasi yang dilihat dari pendistribusian kelambu dan

5.3 Hubungan Antara Sistem Transitivitas dengan Kekuatan Retorika dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack

Dari tabel 12 diatas berdasarkan indikator butir-butir pertanyaan yang diajukan point pertama mengenai informasi yang digunakan untuk mencari alternatif sebesar 66,67%,

Jaminan memang tidak mampu untuk memberikan kepastian bahwa tidak akan pernah terjadi masalah dalam pemberian kredit, namun kerugian koperasi akan dapat

Oleh karena itu, masih dalam kaitan pelestarian khasanah budaya dan nilai-nilai luhur tradisi Madura, sejatinya tetap menjadi kearifan lokal yang mesti

terjadi uap pencemar jika ada reaksi kimia pada suhu tinggi atau

heritabilitas antarsifat pada kedua lokasi plot uji keturunan di mana diameter dan volume batang menunjukkan nilai heritabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan tinggi

Seperti yang dikemukakan (Kasmir 2010) Calon customer harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 5C yaitu : (1) Character, merupakan data tentang kepribadian