Urbanisasi Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan
Melihat cara hidup orang kota dan kehidupan kota,
menarik minat orang desa untuk pergi ke kota. Mereka
orang desa ingin pergi ke kota karena di kota banyak
hiburan, banyak lapangan kerja, dan kelihatan mudah
mencari uang.
jalur kereta api, di daerah-daerah jalur hijau, dan di
daerah-daerah bantaran sungai.
Bantaran sungai ciliwung
Dikatakan bahwa urbanisasi mempunyai dampak positif
dan negatif terhadap lingkungan.
Sebab Dan Akibat Urbanisasi.
Timbul beberapa masalah antara lain :
a). Adaptasi penduduk desa di kota
b). Masalah persediaan ruang yang semakin terbatas
terutama masalah perumahan untuk golongan ekonomi
lemah dan masalah gubuk – gubuk liar nampaknya
berkembang terus di berbagai kotamadya dan kota besar,
lebih-lebih kota metropolitan.
Dalam proses urbanisasi ini, ada lima hal penting
yang harus menjadi perhatian, yaitu :
1.
Mengenai proses inovasi dari generasi ke generasi,
2.Mengenai penyebaran dari inovasi tersebut,
4.
Mengenai proses latar belakang perpindahan
penduduk,
5.
Pembiayaan yang berkaitan dengan.
sebab-sebab urbanisasi adalah :
a). Pertambahan penduduk alami di kota,
b). Perpindahan penduduk dari desa ke kota,
c). Berkembangnya daerah tepian kota.
Sedangkan kecepatan urbanisasi karena beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan penduduk yang terlibat,
2. Tingkat kesehatan masyarakat,
3. Tingkat penduduk yang miskin,
6. Fungsi serta peranan kota faktor penarik,
7. Tingkat kebutuhan akan lapangan pekerjaan.
Kecepatan urbanisasi ini juga merupakan akibat lajunya
pembangunan kota dan sekitarnya, antara lain perluasan
daerah industri di tepian dan kadang-kadang ada yang di
dalam kota.
Akibat urbanisasi, misalnya :
Kepadatan penduduk kota yang menimbulkan
masalah kesehatan lingkungan, masalah perumahan
dan masalah sampah yang sangat erat kaitannya
dengan pengaturan penduduk.
Pertambahan penduduk kota yang menimbulkan
Masalah lalu lintas, kemacetan jalan dan masalah
parkir yang menghambat kelancaran kota.
Industrialiasi di kota yang menimbulkan polusi
udara, polusi air dan kebisingan.
Mencegah Urbanisasi Setelah Mudik
Kalau tidak bisa dikatakan Mencegah Urbanisasi Setelah
Mudik, minimal mengurangi tingkat urbanisasi yang
selama ini cukup besar, sampai untuk mencari tenaga
kerja di desa saat ini sangat sulit (semua pada ke kota).
Pemuda yang sekolahnya tinggi menjadi karyawan,
tenaga profesional dikota, mereka yang hanya
bermodalkan kekuatan tenaga menjadi kuli, buruh
pabrik, mungkin juga preman. Mereka yang sudah tua
atau anak anak dibawah umur menjadi pengemis, maka
lengkaplah kota menjadi tempat yang "menarik" untuk di
datangi dalam mengadu nasip.
memamerkan keberhasilan dan kekayaan (meskipun
mungkin itu uang hutang) sehingga hidup dikota menjadi
impian dan daya tarik orang desa yang mengiurkan. Dari
TV dan dengar banyak omongan kerabat yang
menggambarkan gemerlapnya hidup dikota, semua ada,
semua serba dekat, hiburan banyak, menambah rasa
penasaran orang desa. Iming iming surga itulah
melengkapi alasan kenapa banyak orang desa yang ingin
mengadu nasip ke kota.
Tanah pertanian yang semakin sempit, tingkat
pengangguran yang semakin naik, kemiskinan karena
tidak tersedianya lapangan kerja di desa, pembangunan
desa yang sangat lambat menjadi pelengkap alasan
kenapa bekerja di desa semakin tidak menarik.
Berikut ini mungkin bisa mencegah urbanisasi dan
membantu mengurangi urbanisasi setelah mudik:
1.
Pertama tentu peran pemerintah pusat sangat tinggi
terencana dan permanen di desa, terutama desa
tertinggal, lewat menteri yang terkait.
2.
Peranan bupati kepala daerah, pemda, kepala desa
sangat dibutuhkan dalam memberi prioritas
pembangunan pedesaan terutama dalam
pengurangan kemiskinan dan peluang penciptaan
tenaga kerja.
3.
Perlu adanya insentif bagi pemuda yang mau
membantu atau berperan dalam pembangunan
pedesaan.
4.
Perlunya penggalanan dana baik dari pajak, zakat
dan shodakoh untuk membangkitkan peluang usaha
baru.
5.
Perlu ada komunikasi kota desa sehingga untuk
setiap pemuda yang meninggalkan desa harus
berkonteribusi dalam pembangunan desa.
6.
Hindari profokasi yang berlebihan terhadap
7.
Promosikan enaknya hidup di desa.
8.
Waktu mudik jangan pamer kekayaan, tapi
sumbangkanlah sebanyak banyaknya dana untuk
membantu usaha di desa.
9.
Usahakan membeli segala kebutuhan di desa ketika
mudik (kecuali tidak ada) dan promokan produk
desa ke kota ketika kembali ke kota.
Inilah sedikit yang saya tahu, semoga bisa bermanfaat
bagi pekembangan pembangunan pedesaan, dan bisa
mengurangi tingkat Urbanisasi.
C. Dampak yang Ditimbulkan Urbanisasi
Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap lingkungan kota antara lain:
1. Dampak positif
Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi kota. Selain itu kota dianggap sebagai “agen modernisasi dan perubahan”. Mereka melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal, keahlian, daya kreasi dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi pembangunan.
pertumbuhan dan keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat-pusat industri di dunia lainnya bisa tercapai bila seandainya tidak ada urbanisasi
Kelompok tertentu berpendapat bahwa proses urbanisasi hanyalah suatu fenomena temporer yang tidak menghambat pembangunan. Dan menekankan bahwa kota merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik. Urbanisasi merupakan variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi.
2. Dampak negative
Di Indonesia, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan digulirkannya beberapa kebijakan 'gegabah' orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi makro (1967-1980), di mana kota sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi antara kebijaksanaan substitusi impor dan investasi asing di sektor perpabrikan (manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan terpusat pada metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.
Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan. Dampak negatif lainnnya yang muncul adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada. Pada saat kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan underemployment. Kota dipandang sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi. Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh tingginya arus urbanisasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
kosong yang terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
2. Menambah polusi di daerah perkotaan. Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat menjaga keharmonisan lingkungan perkotaan.
3. Penyebab bencana alam. Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung air hujan lagi.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi. Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis. Hal ini akhitnya akan meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, orang – orang akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila
macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
6. Merusak tata kota. Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah.