Protestantisme dalam sejarah GPIB
–
Yusak Soleiman, Ph.D (STFT/STT Jakarta)
PEMBINAAN PRESBITER DAN GERAKAN PEMUDA GPIB JEMAAT BUKIT ZAITUN MAKASSAR
Pokok-pokok pembahasan
• Pembacaan sejarah• Kritik Protestantisme
• Kontribusi Protestantisme
• Doktrin dan lembaga dalam Protestantisme
Pembacaan sejarah
• Kita belajar sejarah bukan untuk kembali dan
hidup di masa lampau
, seolah-olah segala yang baik ada di masa lampau, atau bahwa segalasesuatu sudah diselesaikan di masa lampau.
• Kita belajar sejarah untuk
mengerti bagaimana orang di masa
lampau hidup, berpikir, dan berkarya
. Bagaimana merekamenghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kita hingga sekarang ini, dan bagaimana kita siap untuk
hidup, berpikir, dan berkarya lebih
Protestantisme mengkritik
Kritik Protestantisme: Hirarkisme Gereja
I.1. Hirarkis
• Struktur gereja.
• Jabatan gerejawi.
• Hubungan dengan umat.
Kritik Protestantisme : Dogmatisme Gereja
I.2. Dogmatis
• Kebenaran ajaran-ajaran harus dapat bertahan menghadapi pertanyaan keagamaan maupun ilmu pengetahuan.
• Perdebatan teologis berlangsung sepanjang sejarah, gereja merumuskan sendiri kebenaran-kebenarannya.
• Kebenaran dirumuskan gereja untuk
ditaati sekalipun tidak
Kritik Protestantisme: Elitisme Gereja
I.3. Elitis
• Masyarakat Kristen abad-abad Pertengahan feodal. Mereka hidup, bekerja, hingga wafat dalam
struktur yang ditentukan oleh para tuan
tanah
.• Strata masyarakat feodal: tuan tanah (bangsawan), klerus (uskup dan pejabat gereja lainnya), dan buruh-tani.
Kontribusi Protestantisme
pada Kekristenan
Kongregasionalitas
II.1. Kongregasionalitas – prinsip kepemimpinan gerejawi yang
membebaskan diri
sama sekalidari kekuasaan di luar
persekutuan umat dan di atas umat
,
selain dari kekuasaan Tuhan sendiri.• Banyak gereja menggunakan model ini ketika harus menghadapi tekanan dari kuasa-kuasa lain.
• Gereja menggunakan model ini karena
tidak membutuhkan
Kolegialitas
II.2. Kolegialitas – prinsip kepemimpian gerejawi yang menempatkan fungsi-fungsi pelayanan pada
jenjang kekuasaan yang setara
, proseskeputusan diambil melalui percakapan
di antara dewan penatua.• Prinsip kolegialitas juga ada di dalam gereja Katolik, yaitu di antara sesama pejabat gerejawi.
• Prinsip kolegialitas di dalam tradisi Protestan sesungguhnya membatasi
diri di antara pejabat gerejawi. Ini berarti baik Protestan maupun Katolik, sama-sama melakukan pembatasan dan seleksi atas siapa yang akan
Keutamaan Alkitab
II.3. Keutamaan Alkitab di atas ajaran-ajaran (dan kebiasaan-kebiasaan) gereja.
• Di bawah pengaruh perkembangan keilmuan terkini: humanisme, maka semangat dan juga keahlian meneliti dan membaca Alkitab menjadi
semakin penting daripada pembacaan dan penerapan ajaran (doktrin) gereja.
• Keutamaan Alkitab menerobos perdebatan yang didominasi oleh doktrin dan filsafat (yang sedang
in
adalah soaluniversalisme
dannominalisme
Elit perkotaan
II.4. Munculnya elit baru sebagai anti-tesis dari kekuasaan lama (klerus dan bangsawan – tuan tanah).
• Dalam bahasa sosiologi, merekalah yang disebut sebagai
kelas
menengah
– mereka tidak berada di antara dua kelas sosial yang lain.• Mereka bukan kaum klerus dan bangsawan (kelas elit yang berkuasa atas tanah dan kehidupan kelas pekerja). Mereka tidak haus kuasa.
Protestantisme dan budaya perkotaan
II.5. Protestantisme sebagai buah dari
pertumbuhan kota
(keterikatan kepada tanah dan sumber alam mulai digantikan dengan kekuatan uang-perdagangan, jejaring-komunikasi, dan industri-teknologi) danintelektualitas massal
(pendidikanAjaran dan Organisasi;
Doktrin dan Lembaga
III. Hal
ajaran
danorganisasi
, sebetulnya tidaklah murni temuanProtestanisme – seperti yang sering diajarkan dalam gereja dan kelas katekisasi.
• Bahkan dibanding dengan gereja Katolik Roma, hal
ajaran di
kalangan Protestantisme terlalu banyak kekacauannya
.Diaken dalam gereja Reformasi
III.1. Jabatan diaken berasal dari
jabatan publik
yang mengalamiteologisasi.
• Secara teologis jabatan ini sering dikait-kaitkan dengan sebuah fungsi darurat pada jemaat Yerusalem.
Pendeta bukan ketua majelis gereja
III.2. Keinginan untuk membuang klerikalisme (doktrin imamat am orang percaya) hanya bertahan sebentar saja.
• Di gereja Jenewa, hanya seorang pendeta yang perlu datang mengikuti rapat majelis gereja.
• Di gereja Jenewa, Calvin hanyalah salah satu dari
company of pastors
.Pendeta bukan ketua majelis gereja
• Pemanggilan pendeta dilakukan oleh majelis gereja, disetujui setelah
menempuh ujian pengajaran dan kualitas kehidupan oleh majelis klasis. (sinode hanyalah sebuah rapat dari perwakilan jemaat; klasis adalah
bentuk kerjasama antar-jemaat untuk saling merawat dan mendukung).
Penatua dan diaken bukan wakil jemaat
• III.3. Kehadiran para penatua dan diaken dalam majelis jemaat bukanlah perwakilan jemaat, melainkan perwakilan kekuasaan kota (terjadi di
Swiss, Belanda, hingga Hindia Belanda) – dalam gereja Lutheran
(rural/pedesaan) yang berbeda dengan Swiss (urban/perkotaan) dinamika yang terjadi lain lagi, karena para bangsawan adalah para pelindung
gereja.
Penatua dan diaken bukan wakil jemaat
• Dukungan jemaat melalui pencalonan sejumlah nama, adalah untuk
menguji apakah para calon yang dipertimbangkan oleh Majelis Jemaat dikenal dan dipercaya oleh warga jemaat.
• Tidak berlaku sistem voting seperti pada sistem partai politik.
Struktur gereja cermin dari struktur masyarakat
III.4. Swiss dan Belanda yang Reformed, struktur organisasi gerejanya
mengikuti struktur sosial dan politik masyarakat-nya; karena prinsip yang berkuasa di gereja haruslah orang yang (telah terbukti) mampu
berkuasa/mengatur masyarakat.
• Swiss dengan sistem canton (negara kota) menggunakan sistem
Struktur gereja cermin dari struktur masyarakat
• Ketika Belanda berbentuk Republik gerejanya sangat menekankanlokalitas, cenderung ke arah kongregasionalisme.
• Ketika Belanda menjadi Kerajaan, ada upaya untuk menggabungkan semua gereja menjadi satu.
. . . gereja negara?
III.5. Dalam tradisi Reformed Swiss dan Belanda,
tidak ada gereja
negara
.• Yang ada gereja publik. Gereja masyarakat.
• Gereja publik dikendalikan oleh Majelis Jemaat yang merupakan representasi pemerintah kota.
• McGrath tidak keliru ketika mengatakan bahwa gerakan Reformasi yang dominan dan menonjol pada abad XVI adalah
Magisterial Reformation
.Ajaran penting, tapi bukan yang terpenting
III.6. Berbeda dengan yang sering dikatakan oleh kaum Reformed Amerika (mereka sayap radikal dan ultra konservatif dari tradisi Reformed),
perselisihan soal
ajaran dan struktur gereja
ternyatabukanlah pokok
teologis yang utama
.• Bila di abad XX kita menganggap soal
TULIP
dan soalsinodal atau
presbiterial
sebagai soal penting, maka hal ini merupakanpengaruh
Ciri khas Reformed
III.7. Benang merah dari teologi yang menonjol pada tradisi Reformed:
• III.7.a. Kerjasama kritis dan konstruktif dengan pemerintah untuk kebaikan dan perbaikan masyarakat
• III.7.b. Perhatian pada pastoralia dan peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat (sering dikritik sebagai tradisi gereja yang terlalu keras dalam penerapan disiplin dan kontrol atas kehidupan jemaat)
Reformasi dan pemerintah
III.7.a. Kerjasama kritis dan konstruktif dengan pemerintah untuk kebaikan dan perbaikan masyarakat.
• Beroposisi dengan pemerintah bukanlah warisan Reformed, melainkan kaum Reformasi Radikal.
• Kontrol ketat pemerintah atas para pendeta dan majelis gereja
dimaksudkan untuk membendung kembalinya dominasi kaum klerus.
Kerjasama gereja dan pemerintah
III.7.b. Perhatian pada pastoralia dan peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat (sering dikritik sebagai tradisi gereja yang terlalu keras dalam penerapan disiplin dan kontrol atas kehidupan jemaat).
• Baik majelis gereja maupun pemerintah (Kristen) memiliki cita-cita yang sama: membentuk dan memelihara
Christian commonwealth
.• Mereka menerapkan disiplin (Kristiani) baik di gereja maupun dalam hidup sehari-hari.
Teologi sosial dan misi
III.7.c. Teologi sosial yang sangat beragam, dan sering menghasilkan perpecahan gereja.
• Berbeda dengan yang dipikirkan orang sejak abad XIX tentang tugas utama (misi) orang Kristen dan gereja adalah pekabaran Injil, gereja-gereja
Reformasi memahami misi sangat beragam.
• Salah satu yang klasik adalah penyebarluasan Kekristenan dengan cara: pendidikan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
Beberapa perbandingan
• Contoh gereja di Swiss dibandingkan dengan gereja di Jerman.
• Contoh gereja Gereformeerd Belanda dalam masa perlawanan terhadap
Kerajaan Katolik Spanyol (Holy Roman Empire) dibandingkan dengan gereja Belanda di zaman VOC di Asia.
• Contoh gereja
Hervormd
di Belanda danProtestanse Kerk in Nederlands
Protestantisme mapan
• IV. Sudahkah waktunya gereja-gereja Protestan kita juga dikritik?Bagaimana melakukan kritik?
• Hal apa yang patut diperhitungkan untuk pengembangan ajaran dan organisasi?
Gereja mapan dan gereja muda
• V. Apakah gereja-gereja (yang lebih muda): Karismatik dan berbagai aliran yang baru muncul (yang ajarannya sengaja dibuat tidak terlalu
jelas – karena tidak penting; dan yang organisasinya juga seadanya saja
– karena memang tidak penting juga) merupakan kritik atas kemapanan