• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Teknis Final

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Teknis Final"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 1 KATA PENGANTAR

Laporan Teknis ini disusun untuk memenuhi ketentuan dalam KAK Jasa Konsultansi Pekerjaan Pengendalian Mutu Independen pada Pekerjaan Rancang Bangun Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa.

Dalam laporan ini, Konsultan memaparkan tugas dan kewajiban menurut kontrak, proses pelaksanaan pekerjaan, aspek manajemen, dan aspek teknis dari pekerjaan.

Laporan ini disusun dengan sistimatika penulisan: 1) Kata Pengantar, 2) Pendahuluan, 3) Proses Pelaksanaan Pekerjaan, 4) Aspek Manajemen Pelaksanaan, 5) Aspek Teknis Pekerjaan, 6) Kesimpulan dan Saran, dan Lampiran-lampiran.

Konsultan Pengendali Mutu Independen PT. Wiranta Bhuana Raya

Ir. Yayan Suryana, MEngSc Team Leader

(2)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 2

Daftar Isi

KATA PENGANTAR... 1

1 PENDAHULUAN ... 5

1.1 Pengusahaan Jalan Tol ... 5

1.2 Kontrak Rancang-bangun. ... 9

1.3 Ketentuan Kontrak ... 11

1.3.1 Syarat-Syarat Kontrak ... 11

1.3.2 Ketentuan Pengguna Jasa ... 16

2 PROSES PELAKSANAAN PEKERJAAN ... 18

2.1 Konsultan Pengendali Mutu Independen ... 18

2.1.1 Sumberdaya Konsultan PMI ... 18

2.1.2 Strategi Pelaksanaan Tugas Konsultan PMI ... 18

2.2 Monitoring Pelaksanaan Pekerjaan ... 19

3 ASPEK MANAJEMEN PROYEK ... 20

3.1 Manajemen Rantai Pasok ... 20

3.1.1 Pengadaan Alat Berat ... 20

3.1.2 Pengadaan Tenaga Kerja ... 21

3.1.3 Pengadaan Material ... 21

3.2 Manajemen Resiko Proyek ... 23

3.3. Metode Pelaksanaan ... 25

3.4. Rencana Teknik Akhir ... 32

3.5. Manajemen Lingkungan ... 53

3.5.1 Timbulnya keresahan masyarakat ... 53

3.5.2 Terjadinya Perubahan Pola Arus ... 55

3.5.3 Menurunnya Kualitas Air Laut ... 57

3.5.4. Terganggunya Arus Lalu Lintas Laut ... 58

3.5.5 Terganggunya Utilitas ... 59

3.5.6 Terganggunya Flora dan Fauna Air Laut ... 59

3.6 SMK3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) ... 60

4 ASPEK TEKNIS ... 62

4.1 Konstruksi Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa ... 62

4.2 Pelaksanaan Pekerjaan... 64

4.2.1 Pondasi Tiang Spun Pile ... 64

4.2.2 Pekerjaan Pile Cap/Pier/Kaki Pier/Pile Head ... 74

4.2.3 Pekerjaan Full Slab ... 78

4.2.4 Pekerjaan Pci Girder ... 80

4.2.5 Pekerjaan Parapet /Railing ... 82

4.2.6 Pekerjaan Rigid Pavement ... 85

4.2.7 Pekerjaan Pengaspalan ... 87

4.2.8 Pekerjaan Rambu – Marka ... 89

4.2.9 Guard Rail ... 90

4.3 Demensi Mutu Produk ... 91

5 KESIMPULAN ... 109

(3)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 3 Daftar Gambar

Gambar 3.2.1 Troly Girder ... 24

Gambar 3.2.2 dengan urugan ... 24

Gambar 3.2.3 Pemancangan dengan Ponton ... 25

Gambar 3.3.1 Erection Pile Head ... 27

Gambar 3.3.2 Erection Plat Precast n Plat Cast In Place ... 27

Gambar 3.3.3 Alur Pelaksanaan Pekerjaan Full Slab ... 29

Gambar 3.3.4 Alur Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang ... 30

Gambar 3.3.5 Alur Pelaksanaan Pekerjaan Pile Head ... 31

Gambar 3.4.1 Skema Proses Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa ... 32

Gambar 3.4.2 Peta Lokasi Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa ... 33

Gambar 3.5.1 Pelindung Utilitas Pipa PT. Pertamina dan Indonesia Power pada paket 4 ... 54

Gambar 3.5 2. Sisa kayu, papan bekas, kain penutup konstruksi yang tidak ditangani dengan baik (1) dan (2) pada paket 3 ... 55

Gambar 3.5.3 Sisa kayu dan papan bekas konstruksi yang belum ditangani dengan baik (1) dan (2) pada paket 4 ... 55

Gambar 3.5 4. Kondisi gorong-gorong pada Paket 4 dan Paket 3 ... 56

Gambar 3.5.5. Kondisi jalan kerja pada Paket 1 dan Paket 4 ... 57

Gambar 3.6.1 Pekerja yang perlu dilengkapi dengan peralatan pengikat menghindari cedera bila terjadi kecelakaan jatuh ke laut ... 61

Gambar 3.6.2 . Pekerja yang perlu dilengkapi dengan peralatan pengikat,menghindari terjadi luka yang fatal bila terjadi kecelakaan/ jatuh ... 61

Gambar 4.1.1 Gerbang Tol Paket 1 ... 63

Gambar 4.1.2 Gerbang Tol Paket 3 ... 63

Gambar 4.1.3 Gerbang tol Paket 4 ... 63

Gambar 4.2.1.1 Tiang Pancang yang Tidak Vertikal ... 66

Gambar 4.2.1.2 Tiang Pancang yang Rusak ... 67

Gambar 4.2.1.3 Hasil Perbaikan Tiang Pancang yang Rusak ... 67

Gambar 4.2.1.5 Tets PDA (Pile Driving Analyzer) ... 69

Gambar 4.2.1.6 Sambungan tiang pancang rawan korosi ... 70

Gambar 4.2.1.7 Karat telah terbentuk pada sambungan tiang pancang ... 71

Gambar 4.2.1.8 Contoh pelindung karat pada sambungan tiang pancang ... 73

Gambar 4.2.1.9 Konstruksi perkuatan tiang pancang terhadap tekuk ... 74

Gambar 4.2.2.1 Konstruksi simpang susun di Paket 3 ... 75

Gambar 4.2.2.2 Pengecoran yang tidak sempurna ... 76

Gambar 4.2.2.3 UPV Test ... 77

Gambar 4.2.2.4 Metoda perbaikan konstruksi sambungan pile head ... 78

Gambar 4.2.3.1 Slab yang gagal dibongkar dan dicor kembali ... 80

Gambar 4.2.4.1 PCI Girder ... 82

Gambar 4.2.5.1 Pekerjaan Parapet. ... 83

Gambar 4.2.5.2 Pekerjaan Parapet ... 84

Gambar 4.2.5.3 Pekerjaan Railing ... 85

(4)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 4

Gambar 4.2.7.1 Pemeriksaan Kerataan Permukaan Aspal ... 88

Gambar 4.2.8.1 Pekerjaan rambu dan marka jalan ... 89

Gambar 4.2.8.2 Marka chevron ... 90

(5)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 5

1 PENDAHULUAN

1.1 Pengusahaan Jalan Tol

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali terus meningkat terutama di sekitar wilayah Denpasar Selatan serta daerah wisata Nusa Dua. Beberapa indikasi pertumbuhan ekonomi yang cepat antara lain adanya rencana pembangunan Convention Hall di Nusa Dua yang dapat menampung 5.000 – 12.000 tempat duduk, dan rencana pengembangan Bandara Ngurah Rai. Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini ini harus didukung dengan prasarana jalan yang memadai untuk meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat pelaku ekonomi.

Kondisi sistem jaringan jalan arteri yang ada, yang menghubungkan kawasan utara propinsi Bali dengan kawasan wisata yang berada di wilayah selatan, hanya dihubungkan oleh satu ruas jalan, yaitu jalan Bypass I Gusti Ngurah Rai. Kondisi pelayanan sistem jaringan ini telah menunjukan kondisi yang sangat kritis, dimana kemacetan atau tundaan yang tinggi di setiap persimpangan jalan. Pembangunan jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa yang terletak diatas perairan teluk Benoa diharapkan dapat meningkatkan pelayanan jaringan jalan di kawasan tersebut untuk meningkatkan efisiensi pelayanan transportasi dalam menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya.

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) yang dibentuk berdasarkan amanat Undang Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, memiliki mandat untuk menjalankan sebagian kewenangan Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan tol yang mencakup pengaturan, pengusahaan, dan pengawasan badan usaha. Salah satu kewenangan BPJT adalah kewenangan menyusun kebijakan perencanaan jalan tol, yang memperhatikan pengembangan wilayah, perkembangan ekonomi, sistem transportasi nasional, dan kebijakan nasional sektor lainnya. Kebijakan perencanaan jalan tol tersebut menjadi landasan penyusunan rencana umum jaringan jalan tol. Rencana ruas jalan tol sebagai bagian dari jaringan jalan tol ditentukan berdasarkan hasil prastudi kelayakan terhadap ruas-ruas jalan pada rencana umum jaringan jalan tol. Menurut PP No. 15 tahun 2005, Badan Usaha dapat memprakarsai pengusahaan jalan tol, yaitu berupa pengajuan rencana untuk pengusahaan suatu ruas jalan tol yang menurut studi kelayakan telah ditetapkan layak secara ekonomi.

Berdasarkan hasil studi kelayakan, BPJT mengundang pemrakarsa dan badan usaha lain untuk mengikuti pelelangan yang dilaksanakan secara terbuka dan transparan. Pemerintahmelalui BPJT mengadakan perjanjian pengusahaan jalan tol dengan Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pemenang dalam proses pelelangan Perjanjian pengusahaan jalan tol harus mencakup ketentuan

(6)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 6 mengenai hal-hal sebagai berikut: lingkup pengusahaan; masa konsesi pengusahaan jalan tol; tarif awal dan formula penyesuaian tarif; hak dan kewajiban, termasuk risiko yang harus dipikul para pihak, di mana alokasi risiko harus didasarkan pada prinsip pengalokasian risiko secara efisien dan seimbang; perubahan masa konsesi; standar kinerja pelayanan serta prosedur penanganan keluhan masyarakat; sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian pengusahaan; penyelesaian sengketa; pemutusan atau pengakhiran perjanjian pengusahaan; aset penunjang fungsi jalan tol; sistem hukum yang berlaku terhadap perjanjian pengusahaan adalah hukum Indonesia; dan keadaan kahar di luar kemampuan para pihak.

Sesuai dengan ketentuan pada PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, Pemerintah melalui Badan Pengatur jalan Tol (BPJT) dan PT Jasamarga Bali Tol sebagai Badan Usaha menandatangani Perjanjian Pengusahaan jalan Tol (PPJT) untuk pengusahaan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa. PPJT ditandatangani dihadapan Notaris Rina Utami Djauhari, SH pada tanggal 16 Desember 2011 di Jakarta Selatan. Menurt PPJT, lingkup pengusahaan Jalan tol meliputi pendanaan, perencanaan teknik, kontruksi, pengoperasian dan pemeliharaan; dengan masa konsesi sesuai dengan yang ditetapkan pada Berita Acara Nomor BA.06/BPJT/PAN-PLPPJT/XI/2011 tanggal 25-11-2011 terhitung sejak tanggal penerbitan SPMK.

Biaya investasi jalan tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa sekitar Rp 2,4 triliun sepenuhnya menggunakan dana dalam negeri non-APBN, dengan komposisi 30% dana internal perusahaan konsorsium dan 70% dari pinjaman sindikasi perbankan dalam negeri. Skema pembiayaan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong pihak BUMN dan swasta untuk perperan dalam pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang bersifat komersial seperti jalan tol, bandara, atau pelabuhan.

Dalam pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, PT. Jasa Marga Bali Tol sebagai pengguna jasa memilih 4 (empat) penyedia jasa kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan dengan metoda kontrak Rancang dan Bangun (Design and Build), dimana perencanaan teknik dilakukan secara bertahap bersamaan dengan dimulainya kontruksi. Tahap awal perencanaan teknik ini yaitu Tahap Awal Rencana Teknik diselesaikan dalam waktu 4 (empat) bulan sejak dimulainya pekerjaan. Badan Usaha Jalan Tol menyelesaikan seluruh Tahapan Gambar Rencana Teknik (Design Drawaing) sebelum selesainya Masa Kontruksi.

Sesuai dengan PPJT, dalam masa Kontruksi Badan Usaha Jalan Tol menunjuk perusahaan konsultan Pengendalu Mutu Independen (Konsultan PMI). Seluruh biaya penunjukan dan pelaksanaan tugas Pengendali Mutu diperhitungkan sebagai bagian dari investasi Jalan Tol. Lingkup tugas dan tanggung jawab Konsultan PMI meliputi:

(7)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 7 a. mengawasi pelaksanaan kewajiban Badan Usaha Jalan Toldari segi teknis termasuk

pemenuhan jadwal Kurva S selama masa kontruksi;

b. setiap tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya memberikan laporandan rekomendasi hasil pengendalian mutu dan pemenuhan jadwal pekerjaan Kurva S, termasuk memberikan pendapat mengenai kewajaran keterlambatan pemenuhan jadwal pekerjaan Kurva S kepada BPJT; dan

c. memberikan laporan khusus mengenai kejadian penting yang mengganggu pelaksanaan kontruksidalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian kepada BPJT.

Sesuai dengan ketentuan dalam PPJT dan Kontrak Pekerjaan Konstruksi, Badan Usaha Jalan Tol akan memeriksa dan menerima pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Kontraktor. Setelah serah terima pekerjaan tersebut, Badan Usaha Jalan Tol memberitahukan secara tertulis kepada BPJT bahwa pekerjaan telah siap untuk dilakukan pemeriksaan dan pengujian untuk proses penerbitan sertifikat kelaikan fungsi jalan tol..

BPJT melakukan pemeriksaan dan pengujian atas pekerjaan yang telah diselesaikan untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut telah dibangun sesuai dengan Rencana Teknik Akhir dan/atau ketentuan dalam perjanjian.

Tim Evaluasi Laik Fungsi Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa dibentuk oleh Kepala BPJT. Tim diketuai oleh Ir. Bambang Eko Hargianto MEngSc (BPJT), dan terdiri atas 3 subtim yaitu:

1) Subtim Manajemen dan Keselamatan lalu lintas, terdiri dari: a. Pandu Yunianto (Kemenhub)

b. Tri Yuli Andaru (Kemenhub) c. Kompol Morri (Mabes Polri) d. Widayani (BPJT)

e. Atek Bachtiar (Bina Marga/PU)

2) Subtim Sarana Jalan, Jembatan dan Bangunan Pelengkap, terdiri dari: a. Adi Soelistijo (BPJT)

b. I GW Samsi Gunarta (Pusjatan/Balitbang PU) c. Vici Hartawan Tjaja (BPJT)

d. Engkan Lengkana Ranu (Bina Marga/PU) 3) Subtim Operasi dan Administrasi, terdiri dari:

a. Adwin S Lontoh (BPJT)

b. Putranta Setyanugraha (Bina Marga/PU) c. Ranto P Rajagukguk (BPJT)

(8)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 8 d. Totok Dwi Yulianto (BPJT)

Tim melaksanakan pemeriksaan dalam 2 (dua) tahap, yaitu: 1) Tahap ke-1:

Setelah BPJT menerima pemberitahuan dari JBT bahwa pekerjaan telah siap untuk diperiksa, Tim Uji Laik Fungsi jalan Tol melakukan pemeriksaan pada tanggal 14 – 16 Agustus 2013 di lokasi pekerjaan. Metoda pemeriksaan dengan cara wawancara dan peninjauan lapangan. Hasil pemeriksaan Tim, dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (terlampir).

2) Tahap ke-2:

Dilakukan pada tanggal 1-2 September 2013, untuk memeriksa tindak lanjut perbaikan atas teman dan rekomendasi dari pemeriksaan tahap ke-1. . Metoda pemeriksaan dengan cara wawancara dan peninjauan lapangan. Hasil pemeriksaan Tim, dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (terlampir)

Peresmian penggunaan jalan tol Ngurah Rai – Nusa Dua – Benoa dilaksanakan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23 September 2013 di lokasi Gerbang Tol Nusa Dua, dan Presiden Republik Indonesia menetapkan nama jalan tol sebagai Jalan Tol Bali Mandara, salah satu nama yang diusulkan oleh Gubernur Bali. Pada kesempatan peresmian tersebut, Menteri Pekerjaan Umum menetapkan bahwa selama seminggu pertama setelah diresmikan, jalan tol itu akan digratiskan kepada penggunanya dan tarif tol akan mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Oktober 2013. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 375/KPTS/M/2013 tentang Tarif Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa, Bali, tarif Jalan Tol Bali Mandara terdiri atas enam enam golongan, yaitu:

1)

Golongan I (Sedan, Jip, Pick Up, Truk Kecil dan Bus) : Rp 10.000

2)

Golongan II (Truk dengan 2 gandar) : Rp 15.000

3)

Golongan III (Truk dengan 3 gandar) : Rp 20.000

4)

Golongan IV (Truk dengan 4 gandar) : Rp 25.000

5)

Golongan V (Truk dengan 5 gandar) : Rp 30.000

(9)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 9

1.2 Kontrak Rancang-bangun.

Metoda pengadaan proyek yang banyak diterapkan pada pekerjaan infrastruktur di Indonesia umumnya metoda kontrak Desain-Bid-Build (D-B-B), dimana pengguna jasa telah menyiapkan desain akhir untuk pelaksanaan konstruksi sebelum proses pelelangan untuk memilih penyedia jasa kontraktor pelaksana. Jenis kontrak yang digunakan umumnya jenis kontrak harga satuan, volume dan jenis pekerjaan berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi ditetapkan oleh pengguna jasa. Dengan metoda ini resiko yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan sebagian besar akan ditanggung oleh pihak pemilik pekerjaan/pengguna jasa. Bentuk-bentuk resiko yang mungkin timbul terutama yang berpengaruh pada lingkup, biaya, waktu, dan mutu pekerjaan. Perubahan desain atau keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akan berpengaruh pada waktu penyelesaian, biaya pelaksanaan yang bertambah, dan umur rencana tidak tercapai (aakibat rendahna mutu pekerjaan); dimana semua resiko akibat perubahan tersebut harus dipikul oleh pihak pengguna jasa.

Untuk pekerjaan tertentu yang pengelolanya menerapkan batasan yang ketat, tehadap lingkup, biaya, waktu, dan mutu; sistem pengadaan proyek Design-Bid-Build (D-B-B) tidak dapat menjamin pemenuhan sasaran tepat lingkup, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya, serta pengendalian resiko dalam pelaksanaan pembangunannya. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah dengan menerapkan metoda pengadaan rancang-bangun (design-build). Dalam penerapan metoda ini, pemilik pekerjaan/pengguna jasa dan penyedia jasa perencana harus memahami prinsip-prinsip dasar, keuntungan dan kerugian, resiko yang dapat terjadi. Beberapa faktor kunci yang perlu dipertimbangkan antara lain:

1. Tingkat kesulitan desain

2. Kebutuhan adanya fleksibiltas desain pada tahap pelaksanaan 3. Ketersediaan sumberdaya atau keahlian

4. Pertimbangan politik

5. Kebutuhan adanya kepastian biaya konstruksi setelah kontrak ditandatangani 6. Waktu total pengadaan proyek yang diinginkan

7. Manajemen proyek,

8. Diperolehnya efisiensi yang tinggi dari metoda kerja yang dikembangkan oleh penyedia jasa 9. Kesiapan pengguna jasa dalam menghadapi resiko biaya atau waktu,

10. Persyaratan yang ditetapkan oleh pengguna jasa mengenai keterlibatannya pada pengambilan keputusan dalam proses perencanaan detail dan pelaksanaan konstruksi, 11. Tingkat pengawasan terhadap proses perencanaan dan pelaksanaan konstruksi

(10)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 10 Pengguna jasa harus secara cermat menetapkan lingkup pekerjaan, kriteria dan standar yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa. Pada tahap pelelangan pekerjaan yang menggunakan metoda kontrak rancang-bangun, kontraktor diminta untuk menyiapkan penawaran untuk Pekerjaan sesuai dengan Basic design dan ketentuan pengguna jasa (antara lain: lingkup pekerjaan, kriteria, standar, dll) pada dokumen lelang, Penawaran mencakup untuk pekerjaan desain dan pekerjaan konstruksi, serta kewajiban memperbaiki setiap cacat mutu pekerjaan selama perioda waktu tertentu.

Beberapa keuntungan dari penerapan jenis kontrak rancang-bangun dibandingkan dengan jenis kontrak tradisional (design – bid – build), antara lain:

1. Waktu pengadaan yang relative lebih cepat, karena pelaksanaan pekerjaan dapat dimulai tanpa harus menunggu selesainya proses desain,

2. Biaya total yang diperlukan untuk pengadaan proyek relative lebih murah

3. Secara kontraktual pengguna jasa hanya berhubungan dengan kontraktor sebagai penanggungjawab tunggal, sehingga lebih menyederhanakan beban administrasi kontrak bagi pengguna jasa.

4. Masukan dari kontraktor, sub-kontraktor, dan pemasok dapat dipertimbangkan lebih awal pada proses penyelesaian desain, sehingga tingkat “constructability” dari desain yang dihasilkan menjadi lebih baik, dan metoda kerja dan jadwal kerja bisa lebih akurat

5. Kontraktor terdorong untuk melakukan berbagai inovasi metoda kerja untuk meningkatkan efisiensi dan dapat menekan life-cycle-cost.

6. Proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pekerjaan.

7. Pengendalian resiko (terkait dengan cacat mutu) yang lebih baik bagi pengguna jasa,

8. Penghematan dan kepastian biaya investasi sejak kontrak ditandatangani. Besarnya variasi/penambahan biaya di akhir kontrak pada kontrak DB sekitar 5%, sedangkan pada kontrak tradisional (Design-Bid-Build) lebih dari 12,5%. Seluruh biaya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan sesuai dengan lingkup, kriteria yang ditetapkan telah diperhitngkan dalam kontrak, termasuk semua resiko yang dihadapi dalam pelaksanaannya.

(11)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 11

1.3 Ketentuan Kontrak

Berbeda dengan metoda kontrak tradisional, pada metoda kontrak rancang-bangun penyedia jasa kontraktor memiliki keleluasaan dalam menerapkan metoda pelaksanaan pekerjaan (desain dan pelaksanaan konstruksi) agar diperoleh efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Namun, keleluasaan metoda pelaksanaan pekerjaan itu harus selalu memenuhi semua Ketentuan Kontrak yang tertuang pada Syarat-syarat Kontrak, Ketentuan Pengguna Jasa, atau RTA & Spesifikasinya.

1.3.1 Syarat-Syarat Kontrak

Syarat-syarat Kontrak (FIDIC), pasal 4.9 [Jaminan Kualitas]:

Kontraktor harus memiliki suatu system jaminan kualitas untuk menjamin kesesuaian dengan persyaratan Kontrak. Sistem ini harus sesuai dengan rincian sebagaimana dinyatakan dalam Kontrak. Pengguna Jasa berhak memeriksa setiap aspek dari system tersebut

Uraian mengenai seluruh prosedur dan dokumen tentang kesesuaian harus disampaikan kepada Pengguna Jasa sebagai informasi sebelum setiap tahap perencanaan dan pelaksanaan dimulai. Setiap dokumen teknis yang disampaikan kepada Pengguna Jasa, harus disertai bukti persetujuan awal oleh Kontraktor sendiri pada dokumen tersebut.

Pemenuhan system jaminan kualitas tidak akan membebaskan Kontraktor dari segala tugas, kewajiban atau tanggungjawab berdasarkan Kontrak.

Syarat-syarat Kontrak (FIDIC), pasal 6.8 [Pengawasan oleh Kontraktor]:

Selama masa desain dan pelaksanaan Pekerjaan, dan selama masih diperlukan untuk memenuhi kewajibannya, Kontraktor harus melakukan semua pengawasan yang diperlukan untuk merencanakan, mengatur, melaksanakan, memeriksa dan menguji pekerjaan.

Pengawasan harus dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki pengetahuan bahasa untuk berkomunikasi secara memadai (sesuai ketentuan dalam sub-klausula 1.4 [Hukum dan Bahasa] dan pengetahuan tentang kegiatan yang akan dilakukan (termasuk metoda dan teknik yang diperlukan, bahaya yang mungkin ditemui dan metode pencegahan kecelakaan), demi keberhasilan dan keselamatan pelaksanaan Pekerjaan

Syarat-syarat Kontrak (FIDIC), pasal 8.3 [Rencana Kerja]:

Kontraktor harus menyampaikan rencana kerja secara rinci kepada Pengguna Jasa dalam waktu 28 hari setelah Tanggal Mulai Pekerjaan. Kontraktor juga harus menyampaikan revisi

(12)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 12 rencana kerja apabila rencana kerja sebelumnya sudah tidak sesuai dengan kemajuan pekerjaan sesungguhnya atau tidak sesuai dengan kewajiban Kontraktor. Kecuali apabila dinyatakan lain dalam Kontrak, setiap rencana kerja haruslah mencantumkan:

a) Urut-urutan bagaimana Kontraktor ingin melaksanakan Pekerjaan, termasuk waktu yang diperkirakan untuk setiap tahapan utama Pekerjaan.

b) Masa pemeriksaan sesuai sub-klausa 5.2 [Dokumen Kontrak]

c) Urutan dan waktu untuk melakukan pemeriksaan & pengujian sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dan

d) Suatu laporan pendukung yang meliputi:

i. Suatu penjelasan umum mengenai metoda yang akan digunakan Kontraktor untuk pelaksanaan setiap tahapan utama dari Pekerjaan, dan

ii. Jumlah Personil Kontraktor untuk setiap tingkatan dan setiap jenis Peralatan Kontraktor yang diperlukan di Lapangan untuk setiap tahapan utama. Kecuali apabila Pengguna Jasa dalam waktu 21 hari setelah menerima rencana kerja, menyampaikan pemberitahuan kepada Kontraktor yang menyatakan bahwa rencana tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Kontrak, Kontraktor dapat melanjutkan sesuai dengan program, dan kewajiban lain berdasarkan Kontrak. Personil Pengguna Jasa dapat menggunakan rencana kerja tersebut sebagai dasar dalam merencanakan kegiatan mereka. Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Pengguna Jasa mengenai kejadian khusus yang mungkin terjadi dimasa mendatang atau keadaan yang dapat memberikan akibat buruk atau menyebabkan keterlambatan pelaksanaan Pekerjaan. Dalam hal ini, atau apabila Pengguna Jasa menyampaikan pemberitahuan kepada Kontraktor bahwa suatu rencana kerja telah gagal (sebatas yang dinyatakan) dalam memenuhi Kontrak, tidak konsisten dengan kemajuan pekerjaan dan tidak sesuai dengan maksud Kontraktor, maka Kontraktor harus menyampaikan revisi rencana kerja kepada Pengguna Jasa berdasarkan Sub-Klausa ini. Syarat-syarat Kontrak (FIDIC), pasal 8.6 [Tingkat Kemajuan Pekerjaan]:

Apabila, kapan saja:

a) Kemajuan pekerjaan terlalu lambat untuk dapat selesai sesuai dengan Waktu Penyelesaian, dan/atau

b) Kemajuan telah berada (atau akan berada) di belakang rencana kerja yang berlaku berdasarkan Sub-Klausa 8.3 [Rencana Kerja],

(13)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 13 bukan diakibatkan oleh suatu penyebab sebagaimana tercantum pada Sub-Klausa 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], selanjutnya Pengguna Jasa dapat menginstruksikan kepada Kontraktor untuk menyampaikan, berdasarkan Sub-Klausa 8.3 [Rencana Kerja], revisi rencana kerja dan data pendukung yang menguraikan usulan metoda yang direvisi yang akan diterapkan Kontraktor demi mempercepat kemajuan dan penyelesaian dalam batas Waktu Penyelesaian.

Kecuali apabila Pengguna Jasa menyatakan lain, Kontraktor harus menerapkan metoda yang sudah direvisi, yang mungkin akan memerlukan penambahan jam kerja dan/atau jumlah Personil Kontraktor dan/atau barang-barang, dengan resiko dan atas biaya Kontraktor. Apabila metoda yang direvisi tersebut mengakibatkan Pengguna Jasa mengeluarkan tambahan biaya, Kontraktor berdasarkan Sub-Klausa 2.5 [Klaim oleh Pengguna Jasa] harus membayar biaya tersebut kepada Pengguna Jasa, di luar denda keterlambatan (bila ada) berdasarkan Sub-Klausa 8.7 [Denda Akibat Keterlambatan] di bawah ini.

Syarat-syarat Kontrak (FIDIC), pasal 14.6 [Pembayaran Sementara]:

Tidak ada pembayaran hingga Pengguna Jasa menerima dan menyetujui Jaminan Pelaksanaan. Selanjutnya, Pengguna Jasa dalam jangka waktu 28 hari setelah menerima Pernyataan Tagihan dan dokumen pendukung, menyampaikan pemberitahuan kepada Kontraktor hal-hal dalam Pernyataan Tagihan yang tidak disetujui Pengguna Jasa dengan rincian pendukungnya.

Pembayaran tidak boleh ditahan, kecuali:

a) Apabila barang yang dipasok atau pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor tidak sesuai dengan Kontrak, biaya perbaikan atau penggantian dapat ditahan hingga perbaikan atau penggantian diselesaikan; dan/atau

b) Apabila Kontraktor telah gagal melaksanakan pekerjaan atau kewajiban sesuai dengan Kontrak dan sudah diberitahukan oleh Pengguna Jasa, nilai pekerjaan atau kewajiban tersebut dapat hingga pekerjaan atau kewajiban tersebut dilaksanakan. Pengguna Jasa dapat, melalui pembayaran yang mana saja, melakukan koreksi atau perubahan terhadap jumlah yang sebelumnya dianggap harus dibayarkan. Pembayaran tidak dapat dianggap sebagai penerimaan, persetujuan, izin atau pernyataan puas dari Pengguna Jasa.

(14)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 14 Syarat-syarat Kontrak (FIDIC), pasal 4.21 [Laporan Kemajuan Pekerjaan]:

Kecuali apabila ditentukan lain dalam Persyaratan Khusus, laporan kemajuan bulanan harus disiapkan oleh Kontraktor dan disampaikan kepada Pengguna Jasa dalam rangkap enam. Laporan pertama harus meliputi periode sampai akhir bulan kalender setelah Tanggal Mulai Pekerjaan, Setelah itu laporan harus disampaikan secara bulanan, masing-masing 7 hari setelah hari terakhir dari periode bersangkutan.

Pelaporan harus dilanjutkan hingga Kontraktor menyelesaikan seluruh pekerjaan yang belum diselesaikan pada tanggal penyelesaian dalam Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.

Setiap laporan harus mencantumkan:

a) bagan dan keterangan rinci kemajuan, termasuk setiap tahapan desain, Dokumen Kontraktor, pengadaan, pembuatan, pengiriman ke lapangan, pembangunan, pemasangan dan pengujian, persiapan dan percobaan operasi,

b) foto-foto yang menunjukkan status pembuatan dan kemajuan pekerjaan di lapangan,

c) untuk pembuatan setiap bagian utama instalasi mesin dan bahan-bahan, nama pembuat, lokasi pembuatan, persentase kemajuan, dan tanggal sesungguhnya atau tanggal perkiraan dari:

i. dimulainya pembuatan ii. inspeksi oleh Kontraktor iii. pengujian, dan

iv. pengapalan dan kedatangan di Lapangan.

d) Detail yang disebutkan dalam Sub-Klausula 6.10 [Pencatatan Personil dan Peralatan Kontraktor]

e) Salinan dokumen jaminan kualitas, hasil pengujian dan sertifikat bahan-bahan f) Daftar Variasi, pemberitahuan yang diberikan berdasarkan Sub-Klausula 2.5 [Klaim

oleh Pengguna Jasa] dan Sub-Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor]

g) Statistic keselamatan, termasuk deatail kejadian berbahaya dan aktivitas yang berkaitan dengan aspek lingkungan dan hubungan dengan masyarakat, dan

h) Perbandingan antara kemajuan sesungguhnya dan yang direncanakan, dengan detail setiap kejadian atau keadaan yang dapat mengancam penyelesaian sesuai dengan Kontrak, dan langkah-langkah yang sedang (atau akan) diambil untuk mengatasi keterlambatan.

(15)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 15 Syarat-syarat Kontrak (FIDIC), pasal 9.1 [Pengujian pada Penyelesaian – Kewajiban Kontraktor]:

Kontraktor harus melaksanakan Pengujian pada Penyelesaian berdasarkan Klausula ini dan sub-klausula 7.4 [Pengujian], setelah menyiapkan dokumen sesuai dengan Sub-Klausula 5.6 [Dokumen As-built] dan Sub-Klausula 5.7 [Manual Operasi dan Pemeliharaan]

Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada Pengguna Jasa tidak kurang dari 21 hari terhadap tanggal setelah mana Kontraktor siap untuk melaksanakan setiap Pengujian pada Penyelesaian. Kecuali apabila disepakati lain, Pengujian pada Penyelesaian harus dilaksanakan dalam waktu 14 setelah tanggal tersebut, pada hari atau hari-hari sebagaimana diinstruksikan oleh Pengguna Jasa.

Kecuali apabila dinyatakan lain pada Persyaratan Khusus, Pengujian pada Penyelesaian harus dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Pengujian sebelum penggunaan (pre-commissioning) yang harus meliputi inspeksi yang memadai dan pengujian fungsi (“kering” atau “dingin”) untuk menunjukkan bahwa setiap bagian dari Instalasi Mesin aman untuk melakukan pengujian berikutnya b), b) Pengujian penggunaan (commissioning), yang harus meliputi pengujian cara kerja untuk

menunjukkan bahwa Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan dapat dioperasikan secara aman dan sebagaimana ditentukan, dalam segala kondisi pengoperasian yang ada; dan

c) Operasi percobaan, yang harus menunjukkan bahwa Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan, bekerja baik dan sesuai Kontrak.

Selama operasi percobaan, apabila Pekerjaan beroperasi dengan kondisi stabil, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada Pengguna Jasa bahwa Pekerjaan telah siap untuk Pengujian pada Penyelesaian lainnya, termasuk pengujian kinerja untuk menunjukkan apakah Pekerjaan telah sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam Ketentuan Pengguna Jasa dan dengan Garansi Pelaksanaan.

Operasi percobaan bukan merupakan serah terima berdasarkan Klausula 10 [Serah Terima kepada Pengguna Jasa]. Kecuali apabila dinyatakan lain dalam Persyaratan Khusus, semua hasil Pekerjaan selama operasi percobaan merupakan milik Pengguna Jasa.

Dalam mempertimbangkan hasil Pengujian pada Penyelesaian, toleransi sewajarnya akan diberikan Pengguna Jasa terhadap dampak dari penggunaan pekerjaan atau karakteristik lain dari pekerjaan. Segera setelah Pekerjaan atau suatu Bagian Pekerjaan lolos Pengujian pada Penyelesaian, sesuai dengan sub-paragraf (a), (b) atau (c), Kontraktor harus menyampaikan laporan hasil pengujian yang telah disahkan kepada Pengguna Jasa.

(16)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 16

1.3.2 Ketentuan Pengguna Jasa

Ketentuan Pengguna Jasa – Manajemen Mutu:

Pengendalian Mutu (Quality Control) - Proses memeriksa produk atau jasa layanan tertentu untuk menentukan apakah produk atau jasa layanan tersebut memenuhi standar mutu yang ditentukan, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada. Pengendalian Mutu sepenuhnya menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa Kontraktor. Penjaminan Mutu (Quality Assurance) - Proses mengevaluasi seluruh kegiatan dan produk atau jasa pelayanan, oleh pihak yang independen terhadap pihak yang melakukan Pekerjaan, secara teratur untuk memastikan bahwa produk atau jasa pelayanan itu memenuhi standar mutu yang ditentukan. Penjaminan Mutu merupakan tanggung-jawab Pengguna Jasa, yang dalam pelaksanaannya dapat dibantu oleh pihak ketiga (penyedia jasa konsultan QA).

Pengguna Jasa akan mengevaluasi seluruh kegiatan dan produk yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa dalam melaksanakan Pekerjaan dan menetapkan Penerimaan Pekerjaan berdasarkan hasil Penjaminan Mutu Pengguna Jasa dan, bilamana dianggap memadai oleh Pengguna Jasa, didukung oleh hasil-hasil Pengendalian Mutu Penyedia Jasa. Pekerjaan yang gagal memenuhi Syarat-syarat Kontrak ditetapkan sebagai Pekerjaan yang Tidak Dapat Diterima.

Penyedia Jasa harus menyiapkan Rencana Pengendalian Mutu (Quality Control Plan) sesuai dengan ketentuan-ketentuan Kontrak dan harus menyerahkan Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) yang lengkap kepada Direksi Pekerjaan minimum dua minggu sebelum dimulainya setiap bagian Pekerjaan.

Penyedia Jasa harus menetapkan seorang Manajer Kendali Mutu (Quality Control Manager) yang harus bertanggung-jawab untuk melaksanakan Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan). Posisi Manager Kendali Mutu (QC Manager) harus berada di luar dari bagian produksi dalam organisasi Penyedia Jasa dan terutama tidak boleh merangkap sebagai Manager Kegiatan atau Pelaksana Kegiatan.

Pengujian-Pengujian Untuk Penyelesaian - Sesuai dengan Syarat-syarat Kontrak, Penyedia Jasa harus menyerahkan dokumen terlaksana termasuk gambar terlaksana dan dokumentasi Pengendalian Mutu sebelum tanggal Pengujian pada Saat Penyelesaian.

(17)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 17  Evaluasi dari semua dokumentasi terlaksana yang menunjukkan semua pekerjaan yang telah selesai memenuhi ketentuan-ketentuan pekerjaan dan semua Laporan Ketidak-sesuaian (NCR) telah diselesaikan.

 Penyerahan instruksi dan/atau persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan apabila dokumentasi terlaksana tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan pekerjaan.

 Pemeriksaan kinerja dari seluruh pekerjaan akhir yang telah selesai untuk menunjukkan kesesuaian dengan seluruh ketentuan-ketentuan atau rencana rancangan/gambar Pemilik, misalnya dimensi, ketinggian, fungsi seperti kekasaran permukaan perkerasan, aliran air, dsb.

 Pengambilan benda uji secara acak minimum untuk pengujian jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.

Direksi Pekerjaan akan mengevaluasi dokumentasi Jaminan Mutu dari Direksi Pekerjaan yang dilengkapi dengan Dokumen Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa semua pekerjaan yang telah selesai memenuhi ketentuan-ketentuan kerja dan semua Laporan Ketidak-sesuaian telah diselesaikan.

Pengujian-pengujian untuk Penyelesaian harus menjamin kesiap-siagaan Pekerjaan untuk diambilalih oleh Pemilik untuk digunakan public.

(18)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 18

2 PROSES PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 Konsultan Pengendali Mutu Independen

2.1.1 Sumberdaya Konsultan PMI

Sesuai dengan ketentuan KAK, PT. Wiranta Bhuana Raya menunjuk tim tenaga akhli untuk melaksanakan pekerjaan pengendalian mutu independen ini. Tim Konsultan PMI terdiri dari tenaga akhli yang telah berpengalaman dibidangnya masing-masing, dan terdiri dari:

No Nama Posisi Penugasan

1 Yayan Suryana Team Leader Penuh waktu

2 Sumarna Senior QA Engineer Penuh waktu

3 Pudjiono Sutomo Senior Material & Quality Engineer Penuh waktu 4 Henri Pinem/Ikhsan Material & Quality Engineer Penuh waktu

5 Ningwaty Highway Engineer Penuh waktu

6 Yuyun Mulyani/I Made Sara Wijana Environmental Engineer Penuh waktu

7. I Made Sukrawa Visiting Specialist Paruh waktu

Untuk memelihara komitmen dan motivasi dalam pelaksanaan pekerjaan, secara periodik Tim menyelenggarakan rapat koordinasi, penyegaran tentang uraian tugas setiap personil serta peran dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.

Manajemen perusahaan PT. Wiranta Bhuana Raya menunjukkan komitmen yang kuat untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan pekerjaan pengendalian mutu independen ini, antara lain dengan melakukan monitoring kegiatan tim secara periodik, dukungan logistik, dan lain sebagainya. 2.1.2 Strategi Pelaksanaan Tugas Konsultan PMI

Dengan jumlah personil Konsultan PMI yang terbatas, yaitu 6 (enam) orang penuh waktu dan 1(satu) orang paruh waktu, dalam melaksanakan fungsi sebagai unit pengendali independen pada pekerjaan pembangunan jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai - Benoa, Konsultan PMI menerapkan strategi sebagai berikut:

1) Setiap personil Konsultan PMI harus memahami KAK, ketentuan kontrak pekerjaan pelaksanaan konstruksi dan peraturan perundangan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

2) Mendorong dan mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada pada setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek, antara lain dengan menyelenggarakan Workshop Manajemen Mutu Proyek.

3) Mengidentifikasi dan meniliai faktor-faktor keberhasilan proyek, antara lain:

a) Manajemen Mutu – yang menunjukan komitmen dan upaya Kontraktor dalam mengelola Pekerjaan agar memenuhi semua ketentuan mutu,

b) Metoda Pelaksanaan – yang menunjukkan pemahaman atas sasaran yang harus dicapai dan kemampuan Kontraktor untuk untuk menyelesaikan Pekerjaan, sesuai dengan tingkat kompleksitas pekerjaan pada kondisi lapangan yang ada,

(19)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 19 c) Manajemen Rantai Pasok – yang menunjukan pemahaman rincian elemen pekerjaan dan kemampuan memobilisasi, secara tepat waktu dan mutu, sumberdaya yang diperlukan untuk setiap elemen pekerjaan,

d) Manajemen Resiko Proyek – yang menunjukan pemahaman Kontraktor atas berbagai ancaman yang dapat berpengaruh pada pencapaian sasaran proyek, serta upaya-upaya antisipatif yang diperlukan untuk mengurangi dampaknya.

e) Rencana Teknik Akhir – yang menunjukan pemahaman Kontraktor atas kondisi lapangan aktual dan persyaratan Kontrak yang diperlukan untuk menyiapkan dokumen desain yang efisien dan memenuhi semua ketentuan Kontrak.

f) Penerimaan Pekerjaan – yang menunjukan pemahaman atas kewajiban dan kesiapan Kontraktor untuk proses Serah Terima Pekerjaan.

g) Manajemen Lingkungan dan SMK3 – yang menunjukan komitmen Kontraktor dalam pemenuhan ketentuan mengenai dampak lingkungan dan keselamatan & kesehatan kerja dalam pelaksanaan Pekerjaan.

h) Pemeriksaan & Pengujian, dan Verifikasi – pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan mutu dari hasil pemeriksaan & pengujian, hasil verifikasi Pengguna Jasa cq. Konsultan QA.

i) Dokumen Kontraktor – mencakup dokumen desain (SID, Gambar Rencana, Gambar Kerja, Spesifikasi, Gambar Terlaksana)

j) Produktivitas dan Progres – pemeriksaan terhadap alokasi sumberdaya yang digunakan dan kemajuan pekerjaan yang dicapai

k) Laporan Mutu Mingguan – pemeriksaan terhadap hasil uji mutu, penanganan terhadap permasalahan pelaksanaan dan NCR.

2.2 Monitoring Pelaksanaan Pekerjaan

Pencapaian sasaran proyek (lingkup, mutu, waktu, dan biaya) tidaklah akan datang dengan sendirinya, akan tetapi harus melalui suatu system pelaksanaan proyek yang berorientasi pada pemenuhan semua ketentuan kontrak. System pelaksanaan proyek mencakup perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan. Sasaran mutu yang ingin dicapai mencakup beberapa aspek mutu, yaitu:

1) Aspek pemenuhan fungsi, yang harus diperiksa melalui uji laik fungsi jalan tol

2) Aspek karakteristik produk, yang harus didukung dengan berbagai data pengujian bahan dan pekerjaan

3) Aspek kekuatan, yang harus melalui proses evaluasi perencana 4) Aspek keawetan, yang harus melalui proses evaluasi perencana

5) Aspek kemudahan pemeliharaan, yang harus didukung dengan tersedianya gambar terbangun

6) Aspek estetika, mencakup kebersihan, kerapihan, dan arsitektur bangunan 7) Aspek persepsi publik, mencakup pengelolaan isu-isu yang melibatkan publik.

Penyedia Jasa Kontraktor RB harus merencanakan system pelaksanaan proyek yang dapat menunjukan kepastian pemenuhan sasaran mutu dan semua ketentuan Kontrak, baik dalam hal lingkup pekerjaan, kriteria & standar yang ditetapkan, maupun administrasi kontrak.

(20)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 20

3 ASPEK MANAJEMEN PROYEK

3.1 Manajemen Rantai Pasok

Proses pembangunan Jalan Tol Ngurah Rai – Benoa - Nusa Dua sangat kompleks dalam hal kebutuhan sumberdaya dalam jumlah yang sangat besar dan waktu pelaksanaan konstruksi yang relative singkat (14 bulan). Sumberdaya yang diperlukan mencakup volume material yang sangat besar dengan standar mutu tertentu, sejumlah peralatan khusus untuk pelaksanaan pekerjaan, maupun tenaga ahli/terampil. Singkatnya waktu pelaksanaan mengharuskan adanya suatu koordinasi kerja yang terencana/teliti, sehingga diperlukan manajemen rantai pasok yang komprehensif, mencakupi pengadaan tenaga kerja, pengadaan barang dan peralatan yang diperlukan; sehingga semua sumberdaya yang diperlukan dapat digunakan secara tepat waktu dan tepat mutu.

Keseimbangan antara rencana penggunaan sumberdaya tersebut dan realisasinya perlu dievaluasi secara terus menerus agar pelaksanaan pekerjaan dapat terlaksana secara effisien dan efektif. Setiap keterlambatan pasokan sumberdaya, baik dalam hal jumlah maupun spesifikasinya, akan berakibat pada tidak terpenuhinya rencana waktu, mutu, dan biaya pekerjaan secara keseluruhan. Khusus untuk pengadaan material, beberapa hal yang perlu direncanakan dan diinventori secara rinci adalah masalah waktu produksi, lokasi pabrik, moda pengangkutan/transportasi dan lokasi penyimpanan produk tersebut sebelum digunakan.

3.1.1 Pengadaan Alat Berat

Kebutuhan akan alat berat baik jenis, kapasitas dan jumlahnya, memerlukan perencanaan dan koordinasi yang baik, terutama mengenai pengadaan maupun waktu penggunaannya. Pengadaan berarti pemilihan jenis, kapasitas dan lokasi peralatan, cara pengiriman alat berat tersebut yang cocok sehingga bisa termobilisasi ke lapangan, yang dalam hal ini harus sudah memperhitungkan kebutuhan akan waktu pengiriman hingga bisa sampai dilapangan pekerjaan. Pada proyek ini ada 2 (dua) cara pengiriman alat berat yaitu lewat laut atau lewat darat yang masing masing punya kendala.

Pengiriman lewat laut ada kendala pasang surut, lokasi pelabuhan yang memungkinkan di singgahi, maupun peraturan ke pabeanan yang ada. Pengiriman lewat darat untuk mobilisasi alat berat ada kendala kemacetan, mengingat ruas-ruas jalan yang harus dilalui adalah ruas jalan yang padat lalulintasnya, terlebih pada waktu-waktu menjelang hari raya. Dari hal-hal diatas kebutuhan akan waktu pengiriman menjadi dasar penetapan waktu kapan penggunaan alat berat tersebut yang paling tepat, sehingga tidak menimbulkan keterlambatan dan pemborosan biaya dilapangan.

(21)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 21 Alat berat yang dipakai pada proyek ini yang bisa diangkut lewat darat antara lain : back hoe, loader, alat pemadat, asphalt finisher/paver, alat pancang/crane, sedangkan alat khusus untuk keperluan pemancangan dilaut dalam hal ini ponton melalui jalur laut yang harus juga dipandu tugboat.

3.1.2 Pengadaan Tenaga Kerja

Karakteristik lokasi pekerjaan yang spesifik, yaitu berupa laut dangkal yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut, memerlukan penerapan metoda kerja yang dinamis tergantung sifat pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja, agar produktifitas pekerjaan dapat memenuhi target kemajuan pekerjaan sesuai kurva-S yang ditetapkan. Salah satu metoda pelaksanaan pekerjaan diatas laut yang diterapkan adalah dengan menggunakan produk precast karena lebih cepat dan menghemat penggunaan peralatan bantu perancah dan tenaga kerja. Kombinasi metoda kerja dengan menggunakan produk precast dan cast in-situ tetap memerlukan tenaga kerja yang terampil dan harus didatangkan dari luar Pulau Bali dengan jumlah yang cukup banyak. Beberapa pekerjaan lainnya masih memerlukan tenaga kerja seperti pekerjaan pondasi, kolom pier dan pekerjaan cast in situ lainnya.

Pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang spun pile tercatat memerlukan tenaga welder (Tukang Las) bersertifikat untuk penyambungan tiang spun pile yang cukup banyak untuk masing-masing paket. Cara pelaksanaan pekerjaan cast in situ untuk kolom pier, pile/pier head dan plat pada paket III tercatat memerlukan lebih dari 1000 tenaga kerja yang harus didatangkan dari luar Pulau Bali, dimana memerlukan perencanaan/koordinasi yang baik supaya tidak terjadi pemborosan waktu maupun biaya di lapangan. Dalam mengelola tenaga kerja pada pelaksanaan proyek ini harus dipertimbangkan adanya libur-libur resmi adat Bali yang cukup banyak.

3.1.3 Pengadaan Material

Kebutuhan akan produk beton bertulang untuk proyek ini sangat besar terutama tiang spun pile, slab (precast atau cast in-situ), pile head, dan barier/parapet. Tantangan dalam pengadaan bahan baku untuk produk tersebut adalah terbatasnya deposit agregat yang memenuhi standar mutu, harus mendatangkan besi beton/strand dari luar Pulau Bali yang tentunya memakan waktu lebih lama.

Kebutuhan tiang spun pile di proyek ini ± 36.000 batang dengan berbagai ukuran 6-12 m dimana hampir semuanya didatangkan dari luar Pulau Bali karena tidak adanya precaster setempat yang membuat produk ini. Perlu upaya yang sistematis dan keras untuk mendapatkan kepastian dan komitmen dari para precaster untuk dapat memasok produk spun pile sesuai dengan jumlah, jenis, ukuran, mutu dan jadwal yang diperlukan. Manajemen PT. Jasamarga Bali Tol berhasil memperoleh komitmen pasokan tersebut, kendati dalam waktu yang bersamaan pesanan dari bernagai proyek

(22)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 22 untuk produk sejenis juga cukup banyak. Tantangan berikut yang juga mendapat perhatian dari manajemen PT. Jasamarga Bali Tol adalah dalam pengangkutan produk spun pile dari pabriknya masing-masing ke lokasi pekerjaan. Kerja keras tersebut berbuah hasil terkirimnya semua kebutuhan spun pile tepat waktu, walau melewati masa kritis dimana kendaraan pengangkut spun pile tidak boleh beroperasi pada saat sebelum dan setelah Hari Raya Idul Fitri. Karena lahan kerja yang terbatas, baik untuk bekerja maupun untuk penyimpanan material atau produk precast; diperlukan adanya keseimbangan antara pembuatan/pasokan, delivery / pengiriman dengan kapasitas penyimpanan (stock-pile) material atau produk precast dilapangan agar diperoleh effisiensi yang tinggi dalam pelaksanaan. Pengendalian ketat dimulai dari inventori stock pile dan kebutuhan, pembuatan tiang spun pile, pengangkutan/pengiriman, penyetokan dilapangan hingga pemancangan.

Sebagai gambaran, produk spun pile untuk dapat diangkut ke lapangan memerlukan umur tidak kurang dari 3 hari, pengangkutannya dari Jawa Timur (surabaya) lewat darat tiap truck mengangkut 10 batang perlu waktu sekitar 7 hari, bahkan tiang spun pile yang produksi dari Jawa Barat memerlukan waktu minimal 10 hari dalam kondisi normal. Sebelum dilaksanakan pemancangan tiang-tiang yang tiba dilapangan karena terbatasnya kapasitas kerja alat pancang dan adanya kendala lapangan, terkadang perlu disimpan (stock ple) dulu di lokasi yang aman dari air laut. Pada saat pemancangan, produk spun pile dipindahkan dari lokasi penyimpanan ke lokasi pekerjaan dengan alat pengangkut truk, crane, dan ponton.

Material slab tidak ada kendala yang berarti karena masing-masing Kontraktor dapat membuat sendiri tanpa perlu bantuan precaster dari luar Pulau Bali, namun tetap harus mempertahankan keseimbangan antara pengiriman dan produksi yang perlu dikelola secara terencana sehingga tidak ada kelebihan stock di pabrik. Untuk diketahui terbatasnya lahan pabrik dan persyaratan penumpukan yang hanya boleh max 3 (tiga) lapis, mengharuskan perencanaan yang matang supaya effisien, sehingga tidak menimbulkan pemborosan waktu dan biaya.

(23)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 23 INFORMASI Sebagai dasar pengambilan keputusan LOKASI

Dimana kegiatan sebaiknya dilaksanakan

INVENTORI

Rincian jenis, jumlah, jadwal kebutuhandan stock

TRANSPORTASI

Bagaimanadan kapan pengiriman produk

PRODUKSI

Rincian jenis, spesifikasi, rencana produksi

KESEIMBANGAN KETERSEDIAAN PRODUK DAN EFISIENSI

3.2 Manajemen Resiko Proyek

Untuk proyek yang sangat besar seperti pembangunan Jalan Tol Ngurah Rai – Benoa - Nusa Dua, dimungkinkan adanya berbagai bentuk kejadian yang menimbulkan resiko terhadap sasaran pekerjaan secara keseluruhan, yaitu sasaran lingkup pekerjaan, tepat mutu, waktu maupun biaya. Pada proyek seperti ini diperlukan pengenalan secara mendalam mengenai kejadian-kejadian yang dapat menyebabkan resiko/terganggunya jadwal penyelesaian pekerjaan dan perlu dicarikan solusi/penyelesaiannya agar pelaksanaan pekerjaan tetap sesuai rencana.

Dalam kontrak pekerjaan rancang bangun (design & build) syarat-syarat kontrak pekerjaan konstruksi mengisyaratkan bahwa pihak Penyedia Jasa Kontraktor dianggap sudah memahami/mengenali semua resiko yang akan timbul, jadi tidak ada hal-hal yang bersifat tak terduga kecuali yang bersifat bencana alam. Untuk penyelesaian kendala-kendala tersebut pihak penyedia jasa Kontraktor diperbolehkan berkreasi namun tetap harus memenuhi lingkup dan kriteria yang telah disepakati didalam kontrak. Perubahan metode kerja yang dipilih harus mencerminkan perbaikan cara kerja untuk mencapai hasil yang maksimal bukan malah sebaliknya yang terkesan seadanya tanpa upaya ataupun dengan cara yang luar biasa.

(24)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 24 Pada pekerjaan pondasi tiang pancang, tercatat ada kesalahan yang berulang yaitu terjadinya tiang miring pada beberapa titik di semua paket, penyebabnya karena pihak Kontraktor kurang mengenali kondisi dasar laut (sea bed), sehingga tidak mempersiapkan cara kerja yang tepat untuk pemancangan, misalnya dengan penggunaan guide beam dan tip plate belimbing atau semacamnya yang diperlukan untuk pemancangan pada tanah keras. Pemilihan metode kerja pekerjaan plat precast dinilai tepat untuk mengantisipasi kesulitan kesulitan yang akan timbul bila dilaksanakan secara cast in situ, demikian juga dengan metode pengurugan sementara dinilai tepat untuk mengantisipasi terbatasnya waktu kerja karena adanya pasang surut. Untuk diketahui pengurugan sementara ini dilakukan semua paket kecuali paket II yang tidak memungkinkan dilakukan pengurugan karena kedalaman airnya cukup dalam. Usaha pihak kontraktor paket II untuk menanggulangi resiko keterbatasan waktu kerja ponton karena pasang surut telah dilakukan dengan penggalian alur untuk memperdalam draft ponton sehingga tidak terganggu pasang surut. Tercatat juga usaha kontraktor paket II yang patut di apresiasi yaitu cara pengangkatan PCI girder dengan metode pengangkatan & geser (trolly) sehingga pekerjaan jembatan masih bisa tepat waktu.

Gambar 3.2.1 Troly Girder

(25)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 25 Gambar 3.2.3 Pemancangan dengan Ponton

3.3. Metode Pelaksanaan

Seperti diketahui hampir sumua bagian jalan tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa yang dibangun terletak diatas perairan dimana lebih sulit dibandingkan dengan yang dibangun didarat. Kedalaman dasar laut dan kondisi pasang surut yang ada akan menyulitkan segala aktivitas pekerjaan terutama pemasangan alat-alat bantu pekerjaan beton seperti pemasangan perancah dan mobilisasi bahan, disebabkan adanya genangan air terlebih lagi bila genangan cukup dalam. Rencana awal pelaksanaan semua paket memakai metode pemancangan diair dengan penggunaan ponton sebagai alat utama pekerjaan, namun dengan melihat kondisi pasang surut dengan pasang yang tidak begitu dalam diputuskan memakai metode pengurugan sementara , hanya paket II yang tetap menggunakan metode pemancangan dalam air disebabkan kondisinya tidak memungkinkan untuk mengadakan pengurugan dimana air cukup dalam ketika pasang.

Metode pengurugan dimungkinkan karena kedalaman air ketika pasang hanya ± 1.5 m dimana kondisi ini tidak memungkinkan ponton besar beroperasi. Untuk diketahui hanya ponton dengan ukuran minimal 200 ft saja yang bisa untuk pekerjaan pemancangan ataupun penyetockan material spun pile. Konsekuensi dari pengurugan sementara ini adalah diakhir pekerjaan pihak kontraktor harus membuang kembali tanah urugan tersebut yang memakan waktu dan biaya cukup banyak. Dengan pertimbangan kecepatan waktu pelaksanaan pekerjaan disepakati penggunaan sebanyak mungkin material precast antara lain plat, pile head dan balok girder jembatan dimana pemasangannya dengan bantuan alat crane angkat. Teknis pelaksanaan pekerjaan pile head untuk paket I memakai metode precast, Paket II memakai cara cast in situ, Paket III memakai gabungan precast dan cast in situ, Paket IV cast in situ. Teknis pelaksanaan pekerjaan slab untuk paket I

(26)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 26 precast, Paket II precast, Paket III gabungan precast & cast in situ, Paket IV gabungan precast & cast in situ.

Dari pengamatan lapangan, metode pemasangan pile head dengan cara cast in situ lebih menjamin kekuatan struktur sambungannya karena lebih menyatu (monolit) dan terhindar dari kemungkinan kropos di sambungan, namun pelaksanaannya memakan lebih banyak waktu. Pemasangan slab dengan metode cast in situ juga memakan lebih banyak waktu di banding dengan cara precast, namun permukaan sambungan slab lebih rata, sehingga permukaan jalan nantinya akan lebih rata. • Metode pemancangan tiang spun pile untuk pondasi

Pengurugan sementara memungkinkan tiang langsung dipancang dengan alat pancang diesel hammer dengan berat hammer dan tinggi jatuh ditetapkan berdasarkan perhitungan teknis dimana tidak boleh diubah-ubah .Untuk pemancangan di air alat pancang diletakan diatas ponton ukuran minimal 200 ft , dimana ponton ini juga sekaligus berfungsi sebagai tempat penyimpanan tiang-tiang spun pile sebelum dilakukan pemancangan.

• Metode pekerjaan pile head

Pekerjaan pile head dapat dilaksanakan dengan pengecoran ditempat ataupun dengan cara dibuat di Plant berupa balok precast yang telah dipersiapkan lubang untuk sambungan dengan tiang spun pile. Cara pengecoran ditempat akan memakan banyak waktu karena pemasangan perancah dan bekisting perlu waktu cukup lama terlebih lagi bila ada di atas laut , namun hasil pekerjaan secara teknis lebih baik, karena posisi, elevasi dan dimensi dapat disesuaikan dengan posisi aktual tiang pancang terpasang. Untuk tercapainya pekerjaan yang baik, persiapan pekerjaan pile head harus menjadi salah satu holding point untuk memeriksa posisi aktual tiang pancang dan penyesuaian tulangan atau posisi pile head.

Untuk pile head yang dipersiapkan dengan cara precast, balok-balok tersebut diangkat dengan crane angkat, dipasangkan pada ujung tiang spun pile yang telah dipotong dan dikupas hingga kelihatan tulangannya kemudian di cor dengan beton non srinkage. Pelaksanaan pekerjaan dengan cara ini lebih cepat dibanding dengan cara cor setempat namun penyesuaian tulangan atau posisi pile head lebih sulit dan terbatas sehingga hasil pekerjaan kurang dibandingkan dengan cara cast in-situ.

(27)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 27 Gambar 3.3.1 Erection Pile Head

• Metode pekerjaan Slab

Metode kerja untuk pekerjaan slab dapat berupa cor di tempat ataupun precast yang berupa panel-panel plat dengan berbagai ukuran sesuai dengan gambar rencana. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode cor ditempat hasil lebih bagus karena posisi dan bentuk bisa disesuaikan, sedang kekurangannya adalah perlu lebih banyak waktu dan perlu pemasangan perancah dan bekisting .

Metode precast mempunyai keuntungan dapat dikerjakan secara cepat dan masal namun secara teknis sulit mendapatkan elevasi permukaan slab yang sesuai perencanaan dimana berakibat pada kerataan permukaan jalan. Penerapan metoda precast membutuhkan akurasi yang tinggi sejak pekerjaan pemancangan hingga pekerjaan pile head.

(28)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 28 • Pekerjaan Parapet

Sebagian besar pekerjaan parapet pada proyek ini memakai produk precast namun karena kurang teliti dalam pelaksanaannya hasil kurang memuaskan, misalnya terpasang tidak rapi,kurang halus, permukaan tidak rata dan sambungan yang tampak tidak halus. Pengecoran ditempat hanya pada tempat-tempat tertentu dengan keuntungan posisi/elevasi dapat diatur sesuai dengan kebutuhan lapangan. Pola-pola disesuaikan dengan pola/ukuran parapet precast dengan kamuflase memakai

(29)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 29 Gambar 3.3.3 Alur Pelaksanaan Pekerjaan Full Slab

(30)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 30 Gambar 3.3.4 Alur Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang

(31)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 31 Gambar 3.3.5 Alur Pelaksanaan Pekerjaan Pile Head

(32)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 32 3.4. Rencana Teknik Akhir

Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa (Gambar 2) terbagi menjadi 4 paket pekerjaan, dilaksanakan oleh 4 Penyedia Jasa Kontraktor. Pelaksanaan Pekerjaan ini dilaksanakan dengan metoda Kontrak Rancang Bangun (Design-Build) yang penerapannya adalah dengan memberikan keleluasaan terhadap Kontraktor namun tetap berpegang pada Ketentuan Kontrak, keleluasaan diberikan baik disaat menerapkan metoda perencanaan maupun metoda pelaksanaan pembangunan jalan tol. Selama pelaksanaan, seluruh kinerja Kontraktor dipastikan oleh Konsultan Penjamin Mutu (Quality Assurance) dan untuk kesinambungan desain terhadap pelaksanaannya dipastikan oleh Konsultan Integrator.

Kewajiban Kontraktor adalah berawal sejak penyiapan desain dengan mengacu pada Kriteria Desain Jalan Tol, Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, Ketentuan-ketentuan yang berlaku serta memenuhi standar pelayanan minimum yang disyaratkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, serta didukung dari hasil analisa data terhadap hasil survey teknis, hingga terwujudnya sebuah konstruksi jalan tol yang aman serta nyaman saat dioperasikan nantinya. Seluruh hasil perencanaan yang dilakukan diwujudkan ke dalam Gambar Rencana Teknik Akhir, yang digunakan sebagai acuan saat pelaksanaan dan tertuang menjadi sebuah Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing), serta akhirnya menjadi Gambar Terbangun (As Built Drawing) yang digunakan sebagai kelengkapan Dokumen Kontraktor.

Gambar 3.4.1 Skema Proses Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa

Kontrak Rancang Bangun (Design and Build)

Tahap Pelaksanaan Tertuang ke dalam : Penyiapan Desain - Gambar Rencana -

(RTA)

Gambar Pelaksanaan -(Shop Drawing)

Gambar Terbangun (As Built Drawing) Tahap Pasca Struktur Jalan Tol Selesai Terbangun :

Kontraktor

bertanggung jawab terhadap

Perbaikan Ketidaksesuaian Sertifikat Kelaikan Jalan Operasi dan Pemeliharaan Uji Kelaikan Jalan Tol

Uji coba lalu lintas Peresmian

(33)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 33 Gambar 3.4.2 Peta Lokasi Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa

Tahapan pekerjaan yang dilaksanakan, dituangkan ke dalam bentuk Gambar meliputi : 1) Gambar Rencana Teknik Awal (Basic Design),

Gambar Rencana Teknik Awal merupakan hasil dari Studi Kelayakan dan Amdal Rencana Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa. Gambar ini disiapkan oleh Penyedia Jasa melalui Jasa Konsultan Perencana yaitu PT. Cipta Strada Engineering Consultants.

PAKET–1 : 2.970 m PAKET–2 : 2.338 m

PAKET–3 : 784 m

PAKET–4 : 2.030 m

(34)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 34 Pengesahan pada Pebruari 2012, yang dilakukan oleh : Direktur Utama PT. Cipta Strada selaku Penanggung Jawab, disetujui oleh Direktur Utama PT. Jasa Marga, serta diketahui oleh Kepala Bidang Teknik Badan Pengatur Jalan Tol.

Gambar Rencana Teknik Awal, terdiri atas : - Peta Lokasi Pekerjaan,

- Pemaketan Plan dan Profil pada Main Road dan Jalan Akses

- Typikal Potongan Melintang Struktur pada Main Road, Jalan Akses, Ramp, dan jalur Motor. - Peta Survey Geoteknik dan Hasil Bor Log, meliputi :

B1 : Simpang Susun Benoa, B2 : Bundaran Ngurah Rai, B3 : Simpang Susun Benoa, B4 : Paket 2 Sta.3+600, dan B5 : Paket 1 Sta.1+600,

dengan kondisi tanah dasar berupa Sedimen Laut (endapan muda) dan Batuan Batugamping (endapan tua), dengan kedalaman tanah keras bervariasi

- Layout Alinemen Jalan Utama, Jalan Akses, Interchange Ngurah Rai, dan Interchange Benoa, serta titik-titik Referensi

- Batas Rumija (ROW) - Strutur Arsitek (Estetika)

2) Gambar Rencana Teknik Akhir (RTA),

Sebuah Perencanaan, khususnya Rencana Teknik Akhir Pekerjaan Rancang Bangun Ruas Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa ini harus didukung dengan hasil survey lapangan yang datanya valid, hasil survey detail tersebut diuraikan ke dalam beberapa Laporan sesuai survey yang dilakukan di lapangan, yaitu :

- Laporan Survey Topografi, Laporan Analisa Hidrooceanografi, Laporan Survey Bathymetri, Laporan survey Geoteknik, dan Laporan Survey Pasang Surut.

(35)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 35 - Hasil analisa oleh team Perencana ini dimunculkan ke dalam Gambar Rencana Teknik Akhir, dan disaat mulai pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Gambar Rencana yang sudah harus tersedia minimal adalah gambar Plan dan Profile, gambar Tipikal Potongan Melintang, dan Tipikal Struktur.

Gambar Rencana Teknik Akhir ini yang selanjutnya digunakan sebagai acuan pelaksanaan serta dikembangkan pemanfaatannya sesuai kondisi lapangan untuk menjadi Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing).

Panjang Ruas rencana yang tertuang di dalam Gambar RTA, yaitu ruas rencana Main Road sepanjang 8.122 m, terbagi menjadi :

 Paket 1 : Sta.0+000 – 2+970 = 2,970 km, Pelaksana : PT. ADHI KARYA, Jo.  Paket 2 : Sta.2+970 – 5+308 = 2,338 km, Pelaksana : PT. WASKITA KARYA  Paket 3 : Sta.5+308 – 6+092 = 784 km, Pelaksana : PT. HUTAMA KARYA, Jo.  Paket 4 : Sta.6+092 – 8+122 = 2,030 km, Pelaksana : PT. WASKITA KARYA Selain penanganan Main Road dan bangunan pelengkapnya, terdapat pula beberapa penanganan jalur kendaraan lainnya serta penanganan jembatan, meliputi :

 Paket 1 : - Persimpangan Nusa Dua, panjang kaki simpang = 200 m Dengan pemakaian APILL (Traffic Light)

- Gerbang Tol

 Paket 2 : - Struktur Jembatan 21 bentang, lokasi di sta. 3+100 - 3+530  (8x16m) + (5x30m) + (8x16m) = 406 m

 Paket 3 : - Bundaran = 436,067 m

- Arteri (ke Bandara) = 439,755 m

- Akses = 1.640,376 m

- Ramp -1, dari Nusa Dua ke Ngurah Rai = 450,280 m - Ramp -2, dari Ngurah Rai ke Benoa = 502,270 m - Ramp -3, dari Benoa ke Ngurah Rai = 413,317 m - Ramp -4, dari Ngurah Rai ke Nusa Dua = 392,789 m Total Ramp = 1.758,656 m

- Loop Motor, = 507,705 m

- Motor -1, dari Ngurah Rai ke Benoa = 575,473 m - Motor -2, Nusa Dua ke Ngurah Rai = 746,575 m - Motor -3, Benoa ke Nusa Dua = 1.012,625 m

Total Jalur Motor = 2.842,378 m - Gerbang Tol

(36)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 36

B AT AS K ONST RUKS I PAKET 3 S T A . 6+092

B AT AS K ONST RUKSI PAKET 3 S T A . 5+308

 Paket 4 : - Akses Pelabuhan, = 2.239,316 m - Ramp-1, dari Ngurah Rai/ Nusa Dua ke Sanur = 505,550 m - Ramp-2, dari Sanur ke Ngurah Rai/ Nusa Dua = 653,853 m - Ramp-3, dari Benoa ke Ngurah Rai/ Nusa Dua = 333,894 m - Ramp-4, dari Ngurah Rai/ Nusa Dua ke Benoa = 245,729 m

Total Ramp = 1.739,026 m - Gerbang Tol

- Persimpangan Benoa (Simpang Pesanggaran - By Pass Ngurah Rai) Total Panjang Jalur Kendaraan Paket 4 sepanjang = 6.008,342 m

Bundaran Arteri ke Bandara Akses Ramp 3 Ramp 2 Ramp 1 Ramp 4 Loop Motor Main Road

Ramp 1

Ramp 2

Ramp 4

Ram

p 3

(37)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 37

Struktur Jembatan di Paket 4 = 7 bentang, lokasi di sta. 6+876.779 - 7+045.522  (2x16m) + (3x30m) + (2x16m) = 154 m

Proses desain lanjutan, baik struktur maupun prasarana jalan hingga terbentuk menjadi Gambar Rencana, mengacu kepada Kriteria Desain yang berlaku. Untuk pekerjaan Perencanaan, masing-masing Kontraktor memiliki sebuah tim Perencana (Konsultan Perencana), yang terdiri atas :

 Paket 1 : PT. LAPI GANESHA TAMA  Paket 2 : PT. MULTI PHI BETA

 Paket 3 : PT. MARATAMA CIPTA MANDIRI  Paket 4 : PT. MULTI PHI BETA

Berikut ini beberapa Kriteria Desain yang digunakan sebagai acuan Rencana Teknik Akhir : 1. Kriteria Desain Geometrik :

Main Road Akses pelabuhan Ramp 1 Ramp 2 Ramp 3 Ramp 4

Ramp 2

Ramp 4

Ramp 1

(38)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 38 Tabel 1. Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Jalur Utama (Main Road)

No. Uraian Satuan Standar Desain Referensi

(2 @ 2 lajur)

1 Kecepatan rencana Km/jam 80 Ref 1

2 Potongan Melintang

● Lebar lajur lalu-lintas M 3,50 Ref 1

● Lebar bahu luar m 2,50 Ref 1

● Lebar bahu dalam m 0,50 Ref 1

● Lebar median (termasuk bahu dalam, pemisah-separator)

m 3,00 Ref 1

● Kemiringan melintang normal jalan % 2 Ref 1

● Superelevasi maksimum % 8 Ref 1

● Kemiringan melintang normal bahu luar % 2 Ref 1

● Tinggi ruang bebas vertikal minimum m 5,10 Ref 1 ● Tinggi ruang bebas di atas jalan rel kereta api m 6,50 Ref 5 ● Tinggi ruang bebas vertikal terhadap Saluran

Udara Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi :

SUTT 66 kilovolt m 8,00 Ref 4

SUTT 150 kilovolt m 9,00 Ref 4

SUTET 500 kilovolt m 15,00 Ref 4

3 Jarak pandang henti minimum m 110 Ref 3

4 Parameter alinemen horisontal

● Jari-jari tikungan minimum m 400 Ref 1

● Jari-jari tikungan minimum tanpa peralihan m 1.000 Ref 1 ● Jari-jari tikungan minimum kemiringan normal m 3.500 Ref 1

● Panjang tikungan minimum m 1.000/θ atau

140

Ref 1

● Panjang lengkung peralihan minimum m 70 Ref 1

● Landai relatif maksimum m 1/200 Ref 1

5 Parameter alinemen vertikal

● Landai maksimum % 4 Ref 2

● Lengkung vertikal

 Jari-jari cembung minimum m 4.500 Ref 1

 Jari-jari cekung minimum m 3.000 Ref 1

 Panjang minimum m 70 Ref 1

CATATAN :

Ref 1 : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina Marga, Dep. PU, Maret 1992

Ref 2 : Ketentuan Teknik, Tata Cara Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol: Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 353/KPTS/M/2001, 22 Juni 2001, Dep. Kompraswil.

Ref 3 : DOROKODAN (Standard Jepang)

Ref 4 : Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik

Ref 5 : Kepmen 53 Tahun 2000 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain

(39)

PT. WIRANTA BHUANA RAYA Hal 39

Tabel 2. Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Ramp

No. Uraian Satuan Standar Desain

1 Kecepatan rencana Km/ jam 40

2 Potongan Melintang

Lebar lajur lalu-lintas m 4,00

Lebar bahu luar m 3,00

Lebar bahu dalam m 1,00

Lebar median (termasuk bahu dalam) m 2,80

Kemiringan melintang normal jalan % 2

Superelevasi maksimum % 8

Kemiringan melintang normal bahu luar % 4

Tinggi ruang bebas vertikal minimum m 5,10 Tinggi ruang bebas minimum terhadap SUTET-SUTT :

sama dengan jalur utama

3 Jarak pandang henti minimum m 40

4 Parameter alinemen horisontal

Jari-jari tikungan minimum m 50

Jari-jari tikungan minimum tanpa peralihan m 250 Jari-jari tikungan minimum kemiringan normal m 800

Panjang tikungan minimum m 500/θ atau 70

Panjang lengkung peralihan minimum m 35

Landai relatif maksimum m 1/125

5 Parameter alinemen vertikal

Landai maksimum % 6

Lengkung vertikal

Jari-jari cembung minimum m 450

Jari-jari cekung minimum m 450

Panjang minimum m 35

CATATAN :

Sumber : - Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina Marga, Dep. PU, Maret 1992

- Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik.

Gambar

Gambar 3.2.1 Troly Girder
Gambar 3.3.2 Erection Plat Precast  n Plat Cast In Place
Gambar  Rencana  Teknik  Awal  merupakan  hasil  dari  Studi  Kelayakan  dan  Amdal  Rencana  Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua  –  Ngurah Rai – Benoa
Gambar  Rencana  Teknik  Akhir  ini  yang  selanjutnya  digunakan  sebagai  acuan  pelaksanaan  serta  dikembangkan pemanfaatannya sesuai kondisi lapangan untuk menjadi Gambar Pelaksanaan (Shop  Drawing)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan LAKIP ini adalah untuk menunjukan pencapaian sasaran dan target kinerja yang telah ditetapkan yaitu merupakan bagian integral

Pada Tabel 3.12, ditinjau dari aspek akuntabilitas keuangan, dapat dijelaskan bahwa pencapaian target sasaran Program/Kegiatan KPU dengan indikator Persentase KPU Kota

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2016 merupakan laporan tahun ke-2 (kedua) dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran dari RPJMD Kabupaten

Masalah!masalah yang dihadapi oleh program studi penerima hibah dalam melaksanakan program, termasuk yang terkait dengan upaya mencapai sasaran kinerja dan tujuan

dan teknologi yang digunakan relatif rendah, diharapkan adanya peran swasta. Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya pencapaian sasaran pada Dinas Perikanan

Manajemen proyek merupakan penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan

Sebagai alat bagi manajemen untuk memastikan bahwa pelaksanaan program dan kegiatan memang selaras dengan upaya pencapaian visi, misi tujuan dan sasaran stratejik, dalam

Laporan Kerja Praktek BAB II-22 - Menangani dan menandatangani surat perintah kerja dan surat perjanjian dengan kontraktor pelaksana proyek - Bersama-sama konsultan manajemen