• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perang Salib dalam Perspektif Kristen Be

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perang Salib dalam Perspektif Kristen Be"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Perang Salib dalam Perspektif Kristen: "Benarkah Agama Menjadi Satu-satunya Faktor Meletusnya Perang Salib?"

Umumnya suatu peperangan dilandasi oleh ambisi kekuasaan dan hegemoni suatu bangsa tertentu. Namun realita menunjukkan adanya peperangan yang dilandasi oleh ajaran agama yang dianut oleh kedua belah pihak yang di kenal dengan istilah perang agama. Untuk beberapa kasus, perang agama berdampak lebih besar dan berlangsung sangat panjang bagi kedua belah pihak yang berseteru, contohnya perang agama antara umat Yahudi Israel dan umat Muslim Palestina yang menyebabkan kerugian dalam berbagai bidang kehidupan dan berlangsung sangat panjang bahkan hingga saat ini. Perang agama di Indonesia sendiri terjadi di Poso Maluku antara umat Muslim dan umat Kristen yang juga menyebabkan kerugian dalam berbagai bidang kehidupan bahkan kematian.

Perang salib merupakan perang agama terbesar dalam sejarah yang melibatkan dua agama terbesar, terbagi menjadi tiga periode dan berlangsung hampir dua abad lamanya (1906-1291)[CITATION Syu11 \t \l 1057 ]. Perang salib pertama terjadi pada tahun 1906 dan dilatarbelakangi oleh permohonan bala bantuan Kaisar Byzantin kepada Sri Paus (umat Kristen Barat) atas kekalahannya melawan bangsa Turki Saljuk. Bangsa Turki Saljuk yang beragama Islam, merupakan bangsa pengembara dari Asia Tengah yang berwatak kejam. Bangsa ini berhasil menduduki Persia, Baghdad, Siria, Palestina dan Mesir, serta menyerang Kekaisaran Byzantin dan mengancam Konstantinopel yang merupakan ibukota Kekaisaran Byzantin dan pusat Gereja Timur [CITATION Ruc08 \p 72 \t \l 1057 ]. Kekuasaan Bangsa Turki Saljuk atas Baitul Maqdis Yerussalem yang merupakan tempat suci umat Kristiani mengambil kontribusi terbesar atas terjadinya perang salib pertama [ CITATION Nas85 \l 1057 ].

(2)

Pernyataan tersebut menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat dunia, bukankah Allah itu Maha baik, jika Allah Maha baik mungkinkah Ia menghendaki adanya perang? Kitab Kejadian dengan jelas menegaskan bahwa awal penciptaan adalah “sangat baik” (Kejadian 1:31), tidak ada dosa dan kejahatan bahkan perang sekalipun. Namun setelah manusia pertama (Adam dan Hawa) menggunakan kehendak bebasnya untuk menentang Allah, maka dosa hadir. Kejahatan adalah manifestasi dari dosa, dan perang merupakan manifestasi dari kejahatan itu sendiri oleh karena itu perang salib tidak bisa dikatakan sebagai kehendak Allah karena Allah tidak pernah menghendaki dosa namun mengijinkan terjadinya dosa, sebab Allah adalah Kudus (1Ptr 1:16) jika Allah bergaul dengan dosa itu berarti Ia melawan natur-Nya sendiri. Oleh karena itu perlu untuk menyelidiki faktor-faktor lain yang turut berkontribusi dalam peristiwa perang salib sehingga tidak terjadi kebingungan atau kesalahpahaman.

Berabad-abad lamanya, sejarawan dan masyarakat dunia menganggap pernyataan umat Kristen “Deus Vult”, dan perang yang dilakukan di bawah tanda salib merupakan latar belakang perang ini disebut perang salib yang merupakan konflik antar umat Muslim dan umat Kristen yang dilandasi oleh nilai atau paham religius. Perang salib disebut juga perang suci yang dilakukan oleh umat Kristiani kepada Umat Muslimin untuk memperoleh kekuasaan atas tanah suci Yerussalem (Iqbal, 2010). Hal ini sesuai dengan pernyataan Syukur [CITATION Syu11 \n \t \l 1057 ], bahwa perang salib merupakan konfrontasi antar kaum Muslimin dan Kristiani yang dilandasi unsur-unsur religius dan merupakan motif dicetuskannya perang yang melibatkan umat Kristiani Eropa yang disebut perang salib. Argumen kedua ahli di atas jelas menunjukkan bahwa unsur religius mengambil kontribusi terbesar terjadinya perang suci atau perang salib.

(3)

Ditinjau dari faktor ekonomi, keinginan bangsa Eropa untuk menguasai jalur perdagangan Laut Tengah hingga ke arah Timur Laut Merah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pasukan Eropa ingin menguasai wilayah-wilayah Timur yang telah dikuasai oleh kaum Muslimin melalui perang salib [ CITATION Red93 \l 1057 ]. Selain faktor agama, lapisan masyarakat kurang mampu Eropa dengan kehidupan ekonomi yang jauh dari baik termotivasi untuk menjarah daerah-daerah Islam yang akan dikuasai nantinya melalui perang salib [ CITATION Roo17 \l 1057 ]. Hal ini sesuai dengan pernyataan [CITATION Ruc08 \n \t \l 1057 ], bahwa selain motivasi agama prajurit perang salib termotivasi untuk menguasai hasil jarahan daerah yang akan mereka kuasai melalui perang salib,mendapat penghapusan dosa dari gereja, dan sebagai sarana pelarian diri karena telah berbuat jahat. Selain faktor ekonomi, perang salib juga dilatarbelakangi oleh faktor politik Eropa saat itu. Gereja Ortodoks Timur yang tidak mengakui Paus sebagai kepala seluruh gereja di Eropa dan mengatur praktek Kekristenannya sendiri menimbulkan ketegangan antara Kekristenan di wilayah Timur dan wilayah Barat, hingga tahun 1504 kedua pihak memproklamasikan perpecahan secara resmi [ CITATION DeJ97 \l 1057 ]. Namun keadaan berubah ketika Bangsa Turki Saljuk menguasai Kekaisaran Byzantin yang memaksa Kaisar Byzantin untuk meminta bala bantuan kepada Paus. Permintaan ini direspon secara baik oleh Paus, dengan tujuan memperluas kekuasaannya di wilayah Timur dan memperbaiki hubungan yang telah rusak di antara Gereja Timur dan Gereja Barat.

Berdasarkan analisis penyebab terjadinya perang salib di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perang salib tidak hanya dilatarbelakangi oleh faktor agama antara umat Kristen dan Muslim, tetapi juga dilatarbelakangi oleh faktor politik dan ekonomi masyarakat Eropa saat itu yang juga menjadi penggerak bagi Paus Urbanus II untuk mengangkat senjata dan menyerukan perang salib. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lincoln, dkk [CITATION Lin06 \n \t \l 1057 ], bahwa perang salib yang terjadi tidak terlepas dari dimensi religius tetapi juga tidak terlepas dari semangat peperangan, dimensi ekonomi, dan dimensi politik bangsa Eropa masa itu.

(4)

Sub16 \l 1057 ] dan pembakaran masjid di Tolikora Papua [ CITATION Her15 \l 1057 ] yang merupakan dua dari sekian banyak konflik agama yang terjadi di Indonesia. Masyarakat dunia cenderung berpikir

(5)

Daftar Pustaka

Collins, M., & Price, M. A. (2006). The Story of Christianity. Yogyakarta: Kanisius.

De Jonge, C., & End, T. V. (1997). Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam. Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi.

Herawati, Y. (2015, Juli 20). Pembakaran Masjid di Tolikara Picu Konflik Agama di Papua. Dipetik Januari 26, 2017, dari Berita Benar: http://www.benarnews.org/indonesian/berita/pembakaran_masjid_papua_memicu_ko nflik-07202015182625.html

Iqbal, A. (2010). Perang-perang Paling Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.

Lincoln, H., Leight, R., & Baigent, M. (2006). Holy Blood, Holy Grail (II ed.). Jakarta: Ufuk Press.

Nasution, H. (1985). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid I. Jakarta: UI Press. Redaksi, D. (1993). Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve.

Rooney, R., & Miller, A. (t.thn.). The Crusades: Motivations, Administration, and Cultural Influence. Dipetik Januari 26, 2017, dari The Newberry Web site: http://dcc.newberry.org/collections/the-crusades-motivations-administration-and-cultural-influence

Ruck, A. (2008). Sejarah Gereja Asia. Jakarta: Gunung Mulia. Ruck, A. (2008). Sejarah Gereja Asia. Jakarta: Gunung Mulia.

Subarkah, M. (2016, Agustus 1). Neraka Poso: Konflik Islam-Kristen, Warga Keturunan, Santoso, dan Tibo. Dipetik Januari 26, 2017, dari Nasional Republika News: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/08/01/ob7tmj385-neraka-poso-konflik-islamkristen-warga-keturunan-santoso-dan-tibo

Syukur, S. (2011). PERANG SALIB DALAM BINGKAI SEJARAH. Jurnal Al- Ulum, 189-204.

Syukur, S. (2014). Perang Salib dalam Bingkai Sejarah. Jurnal Rihlah, II(1).

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Secara lebih lanjut Yusgiantoro (2000) mengungkapkan bahwa suatu industri kelistrikan yang memipunyai sifat monopoli alamiah membutuhkan intervensi dari pemerintah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran permukaan pada areal pertanaman wortel dengan teknik konservasi tanah dan air dengan penutupan mulsa plastik lebih tinggi

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pemanfaatan tanaman penutup tanah ( Legum Cover Crop ) Arachis pintoi sebagai biomulsa dan pengaruhnya terhadap produksi

Produk Bolmut Ikan adalah kombinasi dari berbagai macam sumber daya alam yang merupakan produk diversifikasi dari hasil perikanan untuk di olah menjadi

Dampak yang harus dihadapi oleh perusahaan manufaktur adalah faktor kegagalan dalam memenuhi spesifikasi produk yang mengarah kepada permasalahan di lantai produksi

With positive rate of growth in inputs, al- locative efficiency effect will be positive, negative or zero if the gap resulting from nor- malised output elasticity with respect to each

Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Variasi Kecepatan Angin 10,3 m/s kincir angin komposit tiga sudu ᴓ 1m, Lmax 13 cm dengan jarak 12.5 cm dari pusat poros....

Kedisiplinan merupakan faktor utama untuk peningkatan kinerja karyawan, pengaruh disiplin adalah dapat memberikan rasa tanggungjawab kepada karyawan untuk menghargai