• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aliran Atau Bidat Dalam Agama Kristen Protestan (Studi Kasus : Komunitas Saksi Yehuwa di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aliran Atau Bidat Dalam Agama Kristen Protestan (Studi Kasus : Komunitas Saksi Yehuwa di Kota Medan)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ALIRAN ATAU BIDAT DALAM AGAMA KRISTEN PROTESTAN

(Studi Kasus : Komunitas Saksi Yehuwa di Kota Medan)

S K R I P S I

Diajukan oleh :

DICKY SAPTO WINARNO

NIM 030901020

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

NAMA : DICKY SAPTO WINARNO

NIM : 030901020

DEPARTEMEN : SOSIOLOGI

JUDUL : ALIRAN ATAU BIDAT DALAM AGAMA KRISTEN

PROTESTAN

(Studi Kasus : Komunitas Saksi Yehuwa di Kota Medan)

Medan, September 2007

Pembimbing Skripsi

Drs. Junjungan S.B.P. Simanjuntak, M.Si NIP : 131 568 388

Ketua Departemen

Dr. Badaruddin, M.Si NIP : 131 996 175

Dekan

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat : Ruang Sidang Meja Hijau Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan

Penguji Skripsi

1. Ketua : Dra. Rosmiani, MA ( )

NIP : 131 882 275

2. Anggota I : Drs. Junjungan S.B.P.S., M.Si ( )

NIP : 131 568 388

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti memanjatkan segala puji dan syukur kepada Tuhan saya, Yesus Kristus, Allah Bapa yang hidup, abadi dan kekal. Semua yang terjadi pada peneliti saat ini tidak pernah akan terjadi kalau tidak karena anugerah dan kebaikan-Nya. Dialah yang memberikan segala rahmat, berkat dan kesehatan yang senantiasa serta semangat yang meneguhkan saya selalu di dalam kehidupan peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan judul “Aliran Atau

Bidat Dalam Agama Kristen Protestan (Studi Kasus : Komunitas Saksi Yehuwa di

Kota Medan)” sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh peneliti.

Dalam kesempatan yang baik dan sangat berharga ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langusng di dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini, yakni :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(5)

4. Hormat saya dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Drs. Junjungan S.B.P. Simanjuntak, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus merangkap sebagai Dosen Penguji Skripsi, yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta memberikan bimbingan berupa ide – ide, saran, nasihat, petunjuk dan kritik yang sifatnya membangun kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Terima kasih juga peneliti sampaikan kepada Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si selaku Dosen Penguji Tamu (reader) yang telah meluangkan waktu untuk dapat menghadiri sidang meja hijau peneliti.

6. Peneliti juga menghaturkan terima kasih kepada seluruh Staf Pengajar (Dosen) Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan serta pegawai administrasi di Departemen Sosiologi, Kak Fenni, dan di Bagian Pendidikan, Kak Nur Betty yang telah membantu peneliti dalam segala urusan administrasi.

7. Terima kasih kepada Bapak Drs. Wilson Simanjuntak selaku Kasi Bimas Kristen di Kantor Departemen Agama Kota Medan dan seluruh pihak yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk mendapatkan data dan informasi demi penelitian ini.

8. Kepada alm. Papa dan alm. Mas Heru……Skripsi ini juga saya persembahkan kepada kalian. Selamat jalan pa…selamat jalan mas…Rasa haru dan salut serta terima kasih yang sebesar - besarnya kepada mama tercinta yang saya sayangi dan sangat saya banggakan, yang selalu memberikan kasih sayang dan dorongan semangat serta doa dan juga perhatian yang luar biasa kepada anak tercinta. Juga yang selalu bertanya “kapan wisuda, dek?” maybe yes…maybe no…mom…! (Mamaku banyak mendapat

(6)

9. Kepada Mas Ferry, Mas Edhie, Mas Bambang, Mbak Yathi, Mas Doni serta abang dan kakak ipar peneliti yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Doakan semoga adikmu ini kelak dapat membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan.

10. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada informan peneliti, yakni Bapak Kumpul Sembiring, Bang Jaka Delon, dan Kak Juliana selaku orang yang menganut ajaran Saksi Yehuwa, dan juga kepada Bapak Pdt. Thomas Soepardji, Bapak Pdt. Karmedi Sidabutar, S.Th dan Ibu Kristina Tarigan yang telah meluangkan waktu untuk bersedia diwawancarai oleh peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tanpa kalian, skripsi ini tidak akan ada hasilnya.

11. Kepada sahabat – sahabat terbaikku : Bagus “agen pulsa – anak genderuwo”, Chandra “agen …… - anak setan”, Trio – J : Ayu “JJ”, Wildan S.Sos “Iel”, dan Yuna “Jayoes”. Terima kasih buat segala pengertian dan segala dukungan semangat serta doa yang kalian berikan kepada peneliti khususnya selama ± 1,5 bulan terakhir ini. Kalian yang bisa menghibur dan mengembalikan semangatku kembali. Buat jalan dan nomat barengnya. Kapan kalian wisudanya? Anak hilang “Dicky Steven McGrady” sudah wisuda nih…ce…i…le…! (Bersahabat dengan seseorang itu membutuhkan banyak pengertian, waktu dan rasa percaya. Di saat masa hidupku yang tidak pasti, teman –

temanku adalah harta yang paling berharga…!)

(7)

Helen, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan daya ingat si peneliti. He…he…he…!

13. Buat abang dan kakak senior stambuk 2001 dan stambuk 2002 serta adik – adik junior stambuk 2004 dan stambuk 2005. Terima kasih atas kebersamaannya di Sosiologi. Uberallez…!

14. Akhirnya, rasa terima kasih peneliti ucapkan kepada seluruh pihak yang terkait yang telah membantu di dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu di dalam lembaran ini.

Akhir kata, peneliti dengan penuh kesadaran serta dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang peneliti miliki, menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan sumbangsih dari para pembaca berupa ide – ide, saran, dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi khazanah kepustakaan yang bermutu.

Terima kasih. Amin…!

Medan, September 2007 Hormat Saya

Peneliti,

(8)

DAFTAR ISI

1.4. Manfaat Penelitian……….. 10

1.5. Definisi Konsep………..…… 11

3.3. Unit Analisis dan Informan………. 36

3.4. Tehnik Pengumpulan Data……….. 37

3.5. Interpretasi Data……….. 38

3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian………. 40

3.7. Keterbatasan Penelitian………... 41

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Profil Kota Medan………... 43

4.1.1. Sejarah Asal – Usul Kota Medan……… 43

4.1.2. Letak Geografis………... 48

4.1.3. Demografi……… 49

4.1.3.1. Laju Pertumbuhan Penduduk………... 49

4.1.3.2. Komposisi Etnik di Kota Medan………. 52

4.1.3.3. Pendidikan……… 54

4.1.3.4. Agama……….. 56

4.1.3.5. Tempat Peribadatan………. 57

4.2. Profil Saksi Yehuwa……… 59

(9)

4.2.2. Pengertian Konsep Bidat……… 62

4.3. Interpretasi Data Penelitian………. 65

4.3.1. Karakteristik Informan……… 65

4.3.1.1. Kumpul Sembiring... 65

4.3.1.2. Juliana... 67

4.3.1.3. Jaka Delon... 68

4.3.2. Pengalaman Keanggotaan……….……….. 70

4.3.2.1. Latar Belakang Keterlibatan Menjadi Penganut Ajaran Saksi Yehuwa... 70

4.3.2.2. Alasan Tertarik Menjadi Penganut Ajaran Saksi Yehuwa... 71

4.3.2.3. Posisi Individu di Dalam Pengembangan Ajaran Saksi Yehuwa... 74

4.3.3. Strategi Pola Penyebaran Ajaran Saksi Yehuwa………. 75

4.3.3.1. Strategi Dalam Meyakinkan Penganut – Penganut Saksi Yehuwa Yang Baru….. 75

4.3.3.2. Strategi Saksi Yehuwa Dalam Memotivasi/Meyakinkan Para Penganutnya……… 84

4.3.3.3. Strategi Dalam Memotivasi atau Meyakinkan Diri Pribadi……….. 86

4.3.3.4. Pendapatan dan Pengelolaan Sumber Dana Yang Dimiliki oleh Saksi Yehuwa……….. 89

4.3.3.5. Tanda atau Lambang Yang Menjadi Ciri Khas Saksi Yehuwa………..… 91

4.3.4. Manfaat Rohani……….. 95

4.3.5. Manfaat Sosial……… 97

4.3.6. Keberadaan Aliran/Bidat Saksi Yehuwa Dalam Agama Kristen Protestan………..……….. 99

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan………. 108

5.2. Saran……….……….. 111

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Inti Kepercayaan Saksi Yehuwa………. 16 Tabel 4.2. Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Kota Medan Menurut

Kecamatan Tahun 2005……….. 48 Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan

Menurut Kecamatan Tahun 1980 – 2000……… 51 Tabel 4.4. Persentase Penduduk Kota Medan Menurut Suku Bangsa

Tahun 2000……….. 53 Tabel 4.5. Persentase Penduduk Kota Medan Berumur 5 Tahun Ke Atas Menurut

Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2000……… 55 Tabel 4.6. Jumlah Pemeluk Agama Di Kota Medan Menurut Kecamatan

Tahun 2005………. 57 Tabel 4.7. Jumlah Tempat Peribadatan Di Kota Medan Menurut Kecamatan

(11)

ABSTRAK

Saksi Yehuwa sudah cukup lama memperjuangkan jumlah anggota mereka. Di Indonesia sendiri, pada Bulan Juli 1964 Saksi Yehuwa didaftarkan pada Departemen Kehakiman. Dan pada Bulan Mei 1968, Saksi Yehuwa secara resmi diterima oleh Departemen Agama dan diperbolehkan beroperasi secara resmi. Namun, karena perilaku mereka yang menimbulkan keresahan dikalangan umat beragama dan melakukan antitesa terhadap aspek pemerintahan, pada tahun 1976 melalui SK Jaksa Agung Indonesia, kegiatan Saksi Yehuwa resmi dilarang. Prakteknya, Saksi Yehuwa sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan terus melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan ke rumah – rumah. Kemudian, memasuki era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Kemudian, melalui SK Jaksa Agung Indonesia pula, pada Bulan Juni 2001 kegiatan Saksi Yehuwa sudah diizinkan kembali di Indonesia.

Atas dasar itulah, akhirnya peneliti mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai Saksi Yehuwa dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pola penyebaran yang dijalankan oleh Saksi – Saksi Yehuwa dalam upaya merekrut anggota yang baru serta mengetahui tentang keberadaan aliran atau bidat dalam Agama Kristen Protestan.

Jenis penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) tipe deskriptif. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci suatu fenomena sosial, misalnya interaksi sosial, sistem kekerabatan dan lain – lain. Dalam hal ini pola penyebaran Saksi Yehuwa dapat digambarkan melalui pendekatan deskriptif. Dalam pendekatan deskriptif juga mengandung pekerjaan mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi – kondisi yang terjadi. Dengan kata lain, pendekatan deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi – informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel – variabel yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari studi lapangan (wawancara dan observasi) serta studi kepustakaan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada 7 langkah indoktrinasi sebagai strategi/pola penyebaran yang dijalankan oleh Saksi – Saksi Yehuwa sebagai upaya untuk merekrut anggota yang baru. Ketujuh indoktrinasi tersebut diawali dengan menjual bahan cetakan, kunjungan kembali kepada pembeli, pelajaran di rumah, pelajaran sedaerah, undangan ke Balai Kerajaan, calon diutus sebagai penjual, calon dibaptiskan ke dalam Teokrasi dan berhak menyandang nama Saksi Yehuwa.

(12)

ABSTRAK

Saksi Yehuwa sudah cukup lama memperjuangkan jumlah anggota mereka. Di Indonesia sendiri, pada Bulan Juli 1964 Saksi Yehuwa didaftarkan pada Departemen Kehakiman. Dan pada Bulan Mei 1968, Saksi Yehuwa secara resmi diterima oleh Departemen Agama dan diperbolehkan beroperasi secara resmi. Namun, karena perilaku mereka yang menimbulkan keresahan dikalangan umat beragama dan melakukan antitesa terhadap aspek pemerintahan, pada tahun 1976 melalui SK Jaksa Agung Indonesia, kegiatan Saksi Yehuwa resmi dilarang. Prakteknya, Saksi Yehuwa sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan terus melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan ke rumah – rumah. Kemudian, memasuki era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Kemudian, melalui SK Jaksa Agung Indonesia pula, pada Bulan Juni 2001 kegiatan Saksi Yehuwa sudah diizinkan kembali di Indonesia.

Atas dasar itulah, akhirnya peneliti mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai Saksi Yehuwa dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pola penyebaran yang dijalankan oleh Saksi – Saksi Yehuwa dalam upaya merekrut anggota yang baru serta mengetahui tentang keberadaan aliran atau bidat dalam Agama Kristen Protestan.

Jenis penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) tipe deskriptif. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci suatu fenomena sosial, misalnya interaksi sosial, sistem kekerabatan dan lain – lain. Dalam hal ini pola penyebaran Saksi Yehuwa dapat digambarkan melalui pendekatan deskriptif. Dalam pendekatan deskriptif juga mengandung pekerjaan mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi – kondisi yang terjadi. Dengan kata lain, pendekatan deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi – informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel – variabel yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari studi lapangan (wawancara dan observasi) serta studi kepustakaan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada 7 langkah indoktrinasi sebagai strategi/pola penyebaran yang dijalankan oleh Saksi – Saksi Yehuwa sebagai upaya untuk merekrut anggota yang baru. Ketujuh indoktrinasi tersebut diawali dengan menjual bahan cetakan, kunjungan kembali kepada pembeli, pelajaran di rumah, pelajaran sedaerah, undangan ke Balai Kerajaan, calon diutus sebagai penjual, calon dibaptiskan ke dalam Teokrasi dan berhak menyandang nama Saksi Yehuwa.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada abad pertengahan (abad XVI) mutu kerohanian gereja pada umumnya merosot. Ajaran gereja sudah tidak murni lagi berdasarkan Alkitab, kehidupan moral gereja juga semakin bobrok; bermacam – macam dosa dilakukan manusia tanpa merasa bersalah. Yang paling fatal saat itu adalah para pemimpin gereja menyesatkan umatnya dengan berkata bahwa keampunan dosa dapat diperoleh lewat pembelian surat penghapusan dosa.

Keadaan ini lambat laun menggelisahkan banyak anggota gereja sehingga muncullah beberapa tokoh yang berjuang untuk memperbaiki dan memperbaharui gereja, Salah satu gerakan yang bersungguh – sungguh untuk memperbaharui gereja adalah gerakan yang dipelopori Martin Luther (Lutheran) di Jerman dan Johannes Calvin (Calvinis) di Perancis. Luther dan Calvin mencanangkan pembaharuan gereja secara menyeluruh, baik dalam hal ajaran, praktek para pemimpin maupun moral warganya. Upaya itu disebut Reformasi (pembaharuan), tetapi oleh Gereja Katolik Roma mereka disebut “tukang protes” (Protestant), sehingga mereka dikucilkan (dikeluarkan) dari gereja. Alhasil, gerakan reformasi ini membentuk gereja baru, yang lazim disebut Gereja Protestan.

(14)

VOC ada orang – orang yang beraliran Lutheran dan Calvinis (kendati sangat sedikit), dan mereka inilah yang pertama kali mendirikan Gereja Protestan di Indonesia.

Di kemudian hari, gerakan reformasi (Gereja Protestan) masuk dengan lebih deras lagi ke Indonesia bersamaan dengan masuknya para penginjil Rheinische Missions-Gesellschaf (RMG), secara khusus di Sumatera Utara (Tanah Batak) mulai tahun 1861.

Penginjil yang termasyur adalah Ingwer Ludwig Nommensen. Ia tiba di Tanah Batak akhir tahun 1882 dan bekerja di sana sampai meninggal Mei 1918. Ia memimpin Gereja Batak (kemudian menjadi HKBP) sejak 1881 dan berhasil membuat sebagian besar masyarakat Batak Toba, Simalungun dan Pakpak menjadi Kristen.

Perkembangan gereja pada abad XX tetap pesat. Tetapi di samping pengembangan diri, gereja – gereja mulai memikirkan upaya penyatuan. Oleh karena itu, badan – badan penginjilan berusaha mempersatukan kegiatan dan pandangan mereka melalui gerakan kesatuan dan keesaan gereja – gereja Kristen yang ada, yang dinamakan dengan gerakan oikumene. Gerakan Oikumene ini dapat diartikan bahwa semua orang Kristen pada

hakekatnya tinggal dan menjadi anggota dari satu rumah (tangga) yang kepalanya adalah Kristus.

(15)

Ketiga dewan daerah ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja – Gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut.1

Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja – Gereja di Indonesia (DGI) diubah menjadi Persekutuan Gereja – Gereja di Indonesia (PGI). Pergantian nama itu mengandung perubahan makna. Dewan lebih mengesankan kepelbagaian dalam kebersamaan antara gereja – gereja anggota, sedangkan persekutuan lebih menunjukkan keterikatan lahir dan batin antara gereja – gereja dalam proses keesaan gereja – gereja. PGI meliputi sekitar 80% orang Kristen Protestan di

Indonesia dan pad

Indonesia beragama Protestan.2

Gereja – gereja Protestan di Indonesia kebanyakan berlatar belakang Calvinis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gereja anggota PGI. Di antara 81 gereja anggota PGI, sekurang – kurangnya separuh dari mereka mengaku sebagai Calvinis. Beberapa di antaranya ialah: GPM, GMIM, GMIT, GPIB, GBKP, GKI (Jabar, Jateng, Jatim), GKP, GKJ, GKJW, GKPB, GKS, GMIST, GKST, Gereja Toraja, GTM, GKSS, GEPSULTRA, GMIH.3

1

……http://www.pgi.or.id, Gereja di Indonesia, 15 Maret 2006.

2

……http://www.wikipedia.org, Saksi Yehuwa, 15 Maret 2006.

3

……ALMANAK KRISTEN INDONESIA 2006 PERSEKUTUAN GEREJA – GEREJA DI INDONESIA, Jakarta, hal. 15 – 16.

(16)

Selain gereja – geraja tersebut, ada pula gereja – gereja lain (aliran/sempalan/bidat) yang ajarannya sering dianggap terlalu jauh bedanya dengan gereja – gereja yang disebutkan tadi, seperti Gereja Mormon, Saksi Yehuwa, Christian Science, Children of God, Sekte Ranting Daud, Christian Unitisme, Unification Church, Sekte Mangapin Sibuea dan yang terakhir kita dengar ialah Aliran/Bidat Eden. Bidat – bidat masa kini tersebut masih sebagian kecil yang pernah ada dan ajarannya sangat jauh berbeda dengan ajaran alkitabiah (exegese).

Menurut McDowel dan Don Stewart, bahwa pada umumnya karakteristik atau ciri – ciri bidat itu adalah sebagai berikut:4

1. Mengemukakan kebenaran atau wahyu baru 2. Mengemukakan penafsiran baru

3. Mengemukakan sumber otoritas non-Alkitabiah 4. Mengemukakan Yesus yang lain

5. Mengemukakan kepalsuan 6. Mengkultuskan pimpinan bidat

Di antara begitu banyak bidat yang berkembang pada masa kini, salah satunya yang masih eksis ialah Saksi Yehuwa. Pada dasarnya, Saksi Yehuwa adalah orang – orang biasa. Mereka pun tak luput dari kesalahan. Tetapi, mereka berupaya menarik pelajaran dari pengalaman dan mempelajari Alkitab dengan rajin agar dapat memperbaiki diri. Mereka membaktikan diri kepada Allah untuk melakukan kehendak-Nya, dan mereka mengerahkan diri untuk menunaikan pembaktian itu. Dalam segala kegiatan, mereka mencari bimbingan Firman Allah dan roh kudus-Nya. Dewasa ini, kira – kira enam juta

4

(17)

orang pemberita kabar baik kerajaan Yehuwa di bawah kepemimpinan Yesus Kristus di lebih dari 230 negeri merasa layak menyandang nama Saksi – Saksi Yehuwa.5

Tahun 1870, Russel merasa memperoleh wahyu untuk menyingkapkan rahasia – rahasia Alkitab dan pada tahun 1872, ia membentuk kelompok pemahaman Alkitab dan mulai menyebarkan doktrin – doktrinnya. Tahun 1874, ia menerbitkan risalah tentang “Maksud dan Sifat Kedatangan Yesus Yang Kedua Kalinya”. Tahun 1877, menyusul terbit pamplet berjudul “Tiga Alam” atau “Rencana Pelepasan Dosa”. Pada tahun 1879, ia menerbitkan majalah “Menara Pengawal” dan beredar sampai sekarang. Setelah Russel meninggal (1916), ia digantikan oleh Joseph Franklin Rutherford, dan pada tahun 1942 digantikan oleh Nathan Homer Knorr, menyusul tahun 1977 oleh Frederick W. Franz. Setelah kematian Franz (1992), Milton G. Henzel memerintah sampai sekarang. Tokoh – tokoh pemimpin inilah yang dianggap sebagai nabi oleh Saksi Yehuwa.

Pemimpin bidat ini adalah seorang pedagang kain yang bernama Charles Tase Russel (1852 – 1916). Russel semula adalah anggota gereja Presbyterian yang kemudian terpengaruh Adventisme soal ajaran akhir zaman dan bidat Christadelphian yang berbeda dengan ajaran Kristen yang umum.

Russel dibesarkan dalam keluarga Kristen yang mengasihi Tuhan. Ketika berusia belasan tahun, ia sering merasa takut dan risau mengenai doktrin neraka dan hukuman. Pertemuannya dengan seorang atheis yang tidak percaya adanya neraka, memberi ketenangan pada pikiran dan hatinya. Latar belakang ini, sebagai titik tolak penyangkalan tentang neraka yang kemudian dituangkan dalam doktrin teologianya.

6

5

……http://www.watchtower.com, Saksi Yehuwa, 15 Maret 2006.

6

(18)

Perkembangan bidat yang berpusat di Columbia Heights nomor 124, New York ini sangat mengejutkan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, yaitu antara tahun 1942 – 1952, keanggotaan Saksi Yehuwa berlipat ganda di Amerika dan tujuh kali lipat di Eropa dan lima belas kali lipat di Amerika Selatan. Pada tahun 1958, diadakan pertemuan antar bangsa dari bidat ini, dihadiri oleh lebih dari seperempat juta orang. Di Indonesia, majalah “Menara Pengawal”, oplahnya pernah rata – rata tiap kali terbit lebih dari sepuluh juta eksemplar.7

1. Doktrin Alkitab

Bidat Saksi Yehuwa bukanlah merupakan exegese dari Alkitab tetapi lebih merupakan ajaran para tokohnya. Buku utama mereka bukan Alkitab tetapi buku karya Russel berjudul “Studies in the Scripture” (Penyelidikan Alkitab) yang dinilai lebih berotoritas dari Alkitab sendiri. Saksi Yehuwa merupakan organisasi teokratis yang menekankan keterlibatan semua anggotanya dalam siar agama.

Biasanya, tema promosi literatur Saksi Yehuwa berkisar soal penderitaan di bumi dan bahwa baik pemerintah maupun agama – agama tidak berhasil mengatasinya, dan hanya para Saksi Yehuwalah yang bisa menawarkan jalan keluar menuju firdaus yang kekal. Bagi Saksi Yehuwa, Alkitab terjemahan Kristen dan lebih – lebih Katolik semuanya salah dan hanya terjemahan Saksi Yehuwa yang diberi nama “Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru” (DB/New World Translation/NW) lah yang benar. Inti kepercayaan Saksi

Yehuwa dapat digolongkan ke dalam 8 (delapan) doktrin, yakni:

Mereka menganggap Alkitab Ortodoks terjemahannya salah, jadi Alkitab mereka yang benar.

7

(19)

2. Doktrin Yesus Kristus

Menurut Saksi Yehuwa, Yesus itu bukan Allah tetapi berada dalam rupa Allah, Yesus hanya suatu Allah. Yesus hanya ciptaan yang sulung (pertama), kemudian diangkat sebagai anak-Nya dan rekan penciptaan. Mereka mengatakan Yesus tidak dibangkitkan secara tubuh tetapi secara roh.

3. Doktrin Roh Kudus

Saksi Yehuwa tidak mempercayai Roh Kudus sebagai pribadi tetapi hanya dianggap sebagai roh atau kekuatan yang keluar dari Yehuwa.

4. Doktrin Tritunggal

Saksi Yehuwa paling menentang ajaran Tritunggal. 5. Doktrin Manusia

Saksi Yehuwa berpendapat orang yang mati itu sama dengan “tidur rohani”, yang akan digenapi pada penghakiman yang terakhir dan kematian itu berarti “lenyap”.

6. Doktrin Keselamatan

Saksi Yehuwa tidak percaya akan penebusan di atas kayu salib, bagi mereka Yesus mati di tiang siksaan.

7. Doktrin Neraka

Saksi Yehuwa berpendapat manusia yang mati itu sama dengan tidur rohani dan mereka akan tidur terus sampai akhir zaman atau neraka.

8. Doktrin Akhir Zaman

(20)

Mereka meramalkan kiamat tahun 1914, 1918, 1921, 1925, 1941, 1975 dan terakhir tahun 1992 tetapi semua itu meleset. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa Yesus sebenarnya sudah datang pada tahun 1874, tetapi dalam roh dan tidak kelihatan.

Saksi Yehuwa ini sebagai salah satu aliran (bidat) agama yang kurang jelas kapan mulai menerobos masuk ke Indonesia, tapi yang pasti ialah sejak dasawarsa 1960-an, bidat ini sudah sangat popular di Indonesia dan diperkirakan mereka sudah cukup lama memperjuangkan jumlah anggota mereka. Juli 1964, bidat ini didaftarkan pada Departemen Kehakiman dengan nama “Siswa – Siswa Alkitab” yang mengaku sebagai aliran Kristen dan menyebut dirinya sebagai “Saksi – Saksi Yehuwa (Jehovah Witnesses). Pada Bulan Mei 1968, bidat ini diterima secara resmi oleh Departemen Agama dan diperbolehkan beroperasi secara resmi. Saksi Yehuwa walaupun menamakan diri sebagai aliran Kristen, tetapi dalam prakteknya selalu bertentangan dengan gereja – gereja yang berorganisasi, khususnya terhadap Roma Katolik. Selain itu, pola penyebaran ajarannya cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah ke rumah, dan sekalipun Saksi Yehuwa menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja.

(21)

dibersihkan sebersih – bersihnya dari semua paham Kristen dan ajaran Alkitab yang bertentangan dengan doktrin – doktrin Saksi Yehuwa.

Karena perilaku mereka yang cukup rajin mendatangi orang – orang di rumah mereka dan telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena praktek kunjungan ke rumah – rumah masyarakat yang sudah beragama dan juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan, maka Jaksa Agung RI, Ali Said, SH mengeluarkan Surat Keputusan Jaksa Agung No. Kep-129/JA/12/1976 tepatnya pada tanggal 7 Desember 1976 mengenai ijin beroperasinya Saksi Yehuwa dan melarang kegiatan perkumpulan ini. Dalam rangka mengantisipasi gerakan ini dan pembinaan warga jemaat, maka Dirjen Bimas Kristen Protestan mengedarkan surat No. F/66/1001/86 tertanggal 29 Maret 1986 kepada seluruh umat Kristen. Tetapi kemudian di era reformasi pada masa pemerintahan Gus Dur, melalui SK Jaksa Agung RI pula, pada tanggal 1 Juni 2001, SK tahun 1976 mengenai pelarangan kegiatan Saksi Yehuwa tersebut dicabut.

Prakteknya, Saksi Yehuwa sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan terus dan Saksi Yehuwa lebih aktif dalam siar agamanya melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan ke rumah – rumah, apalagi di era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Faktanya, mereka terus aktif mengadakan pertemuan – pertemuan di gedung – gedung pertemuan umum bahkan menurut “Buku Kegiatan 1997” (hal. 29 – 30) yang mereka terbitkan, disebutkan bahwa pada tanggal 19 Juli 1996 telah dibuka cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan bukan saja sebagai tempat pertemuan dan kantor pusat kegiatan tetapi juga percetakan.8

8

(22)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pola penyebaran Saksi Yehuwa di Kota Medan ?

2. Bagaimanakah keberadaan aliran/sempalan/bidat dalam agama Kristen Protestan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Memahami pola penyebaran Saksi Yehuwa di Kota Medan.

2. Memahami mengenai keberadaan aliran/semparan/bidat dalam agama Kristen Protestan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

• Meningkatkan pengertian mengenai aliran/sempalan/bidat dalam agama Kristen

Protestan khususnya Saksi Yehuwa.

• Mengidentifikasi pola penyebaran Saksi Yehuwa untuk menghindari terjadinya

konflik dalam masyarakat. 2. Manfaat Praktis

• Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini.

• Memberikan wawasan kepada peneliti tentang Saksi Yehuwa khususnya mengenai

(23)

• Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan yang bermutu.

1.5. Definisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini maka diberikan batasan – batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai, yaitu :

a. Bidat

Bidat adalah pandangan yang salah tentang apa yang wajib diimani.9

Komunitas adalah suatu kelompok sebagai bagian dari masyarakat yang didasarkan pada perasaan yang sama, sepenanggungan dan saling memerlukan, serta bertempat Ditinjau dari sudut historis, bidat adalah persekutuan Kristen (yang kecil) yang dengan sengaja memisahkan diri dari gereja besar dan ajarannya menekankan iman Kristen secara berat sebelah sehingga teologinya dan praktek kesalehannya pada umumnya membengkokkan kebenaran injil.

b. Kristen Protestan

Kristen Protestan adalah agama yang menggali ajaran langsung dari Alkitab (exegese). c. Saksi Yehuwa

Saksi Yehuwa adalah salah satu aliran agama yang secara terbuka mengaku sebagai “Siswa – Siswa Alkitab” namun juga sering mengaku sebagai Kristen.

d. Komunitas

9

(24)
(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Saksi Yehuwa : Bidat Masa Kini

Saksi Yehuwa (Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering secara terbuka mengaku sebagai “Siswa – Siswa Alkitab” namun juga sering mengaku sebagai Kristen (namun ajarannya bersifat antitesa terhadap kekristenan). Saksi Yehuwa cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah ke rumah, dan sekalipun Saksi Yehuwa menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut agama lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja.

Penganut aliran ini berpendapat bahwa penganut pertama aliran Saksi Yehuwa adalah Habel, si korban pembunuhan pertama (Kejadian 4). Mereka mengemukakan tokoh ini untuk membuktikan bahwa sebenarnya ajaran mereka sudah berlangsung cukup lama, namun sebenarnya aliran Saksi Yehuwa ini baru berlangsung satu abad. Sejarahnya berkisar pada tiga orang tokoh, yakni11

1. Charles Taze Russell

:

Charles Taze Russell lahir pada tanggal 16 Februari 1852 di Alleghenny dekat Pittburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ayahnya bernama Joseph L. Russell dan Anna Eliza. Pada mulanya mereka anggota gereja Presbyterian, namun karena mereka tidak puas kemudian keluar dari gereja pada usia 17 tahun dan “tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah dan adanya hukuman kekal, bahkan nerakapun

ditolaknya”.

11

(26)

Lalu Russell masuk ke Gereja Seventhday Adventist (Advent Hati Ketujuh) dan mulai dipengaruhi oleh ajaran Advent terutama mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.

Tahun 1870 ia merasa mendapat “wahyu” untuk menyingkapkan rahasia – rahasia Alkitab. Sebagai seorang pemuda yang kaya ia banyak belajar dan mendalami teologia, sehingga pada tahun 1872 ia mengumpulkan orang – orang untuk mempelajari kitab suci secara khusus mengenai kerajaan Yehuwa dan kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya.

Tahun 1874, ia menerbitkan risalah tentang “Maksud dan Sifat Kedatangan Tuhan Yesus yang Kedua Kalinya”. Dan pada tahun 1877, beliau menerbitkan selebaran yang berjudul Tiga Alam atau Rencana Pelepasan dari Dosa. Sesudah itu memisahkan diri dari Gereja Advent dan tahun 1879, ia mulai menerbitkan majalah Menara Pengawal (Watch Tower Bible and Tract Society).

Yang sangat disesalkan adalah, apa yang diajarkan Russell tidak sama dengan apa yang diperbuatnya. Istri Russell pernah menuntut suaminya untuk bercerai karena Russell ternyata berselingkuh dengan seorang wanita bernama Rose Ball. Setelah bercerai, Russell terpaksa ditangkap karena ia memindahkan harta bendanya ke perseroan – perseroan untuk menghindari pembagian harta buat istrinya. Russell meninggal dunia pada tahun 1916 setelah gagal meramalkan akan terjadi hari kiamat pada tahun 1914. 2. Joseph Franklin Rutherford

(27)

Russell, lalu ia bergabung dengan Saksi Yehuwa pada tahun 1906. Rutherford bukan hanya mengikuti ajaran Russell tetapi ia juga menambahkannya dengan pengajarannya sendiri.

Ketika ramalan Russell tentang hari kiamat pada tahun 1914 itu gagal, maka banyak anggotanya yang mengundurkan diri. Kemudian Rutherford di dalam pengajarannya yang cukup ekstrem bukan hanya bertentangan dengan kekristenan tetapi juga bertentangan dengan pemerintah yakni tentang larangan menghormati bendera dan wajib militer. Oleh sebab itu maka ia kemudian ditangkap dan dipenjarakan di Atlanta. Tahun 1919, ia dibebaskan dan melanjutkan pengajarannya dan bertambah giat menyebarluaskan ajarannya. Rutherford menerbitkan banyak buku diantaranya majalah “Sedarlah” sebagai pelengkap “Menara Pengawal”. Rutherford meninggal pada tahun 1942 pada usia 73 tahun.

3. Nathan Homer Knorr

Knorr dilahirkan di Betlehem, Pennsylvania dari pasangan Donel Elisworth dan Estella Bloss pada tanggal 23 April 1905. Ketika SMU, ia pertama kali mengenal pengajaran ini. Sama seperti kebanyakan Saksi Yehuwa, ia tidak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi tetapi ia bekerja di bagian penerbitan dan segera naik pangkat. Di dalam kepemimpinan Knorr, Saksi Yehuwa berkembang dengan pesat, atas doktrinisasi dari Knorr maka para penganut Saksi Yehuwa dapat menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Ada dua prestasi besar yang cukup penting disoroti dari jaman kekuasaan Knorr antara lain :

(28)

b. Tahun 1950 mereka menerbitkan Alkitab Perjanjian Baru sendiri, sedangkan Perjanjian Lama menyusul pada tahun 1960. Terjemahan Alkitab mereka lengkap pada tahun 1961 dan disebut “New World Translation” yang disingkat NW atau “Terjemahan Dunia Baru” yang disingkat DB.

Bagi Saksi Yehuwa, Alkitab terjemahan Kristen dan lebih – lebih Katolik semuanya salah dan hanya terjemahannyalah yang benar. Terjemahan NW mengikuti terjemahan “Empathic Diaglot” yang diterjemahkan oleh Benyamin Wilson, seorang tokoh Christadelphian (1864), yaitu dengan cara menerjemahkan tiap kata Ibrani (PL) dan Yunani (PB/bahasa asli Alkitab) di bawahnya dan menafsirkannya. Inti – inti kepercayaan Saksi Yehuwa dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1.

INTI KEPERCAYAAN SAKSI YEHUWA

NO. KEPERCAYAAN DASAR ALKITABNYA

1. Alkitab adalah Firman Allah dan kebenaran 2 Timotius 3:16,17; 2 Petrus 1:20;

Yohanes 17:17

2. Alkitab lebih dapat diandalkan daripada tradisi Matius 15:3; Kolose 2:8

3. Nama Allah adalah Yehuwa Mazmur 83:18; Yesaya 26:4; 42:8,

Klinkert; Keluaran 6:3

4. Kristus adalah Putra Allah dan lebih rendah

daripada Allah

Matius 3:17; Yohanes 8:42; 14:28; 20:17; 1 Korintus 11:3; 15:28

5. Kristus adalah ciptaan Allah yang pertama Kolose 1:15; Pny (Wahyu) 3:14

6. Kristus mati di tiang siksaan, bukan di salib Galatia 3:13; Kisah Para Rasul 5:30

7. Kehidupan manusiawi Kristus dibayarkan

sebagai tebusan bagi manusia yang taat

Matius 20:28; 1 Timotius 2:5,6; 1 Petrus 2:24

8. Korban tebusan Kristus cukup sekali saja Roma 6:10; Ibrani 9:25-28

9. Kristus dibangkitkan dari kematian sebagai

pribadi roh tak berkematian 1 Petrus 3:18; Roma 6:9; Pny 1:17-18

10. Kehadiran Kristus adalah sebagai makhluk roh Yohanes 14:19; Matius 24:3;

2 Korintus 5:16; Mazmur 110:1,2

11. Kita sekarang berada pada “akhir zaman” Matius 24:3-14; 2 Timotius 3:1-5; Lukas

17:26-30

12. Kerajaan di bawah kepemimpinan Kristus akan

memerintah bumi dengan keadilbenaran dan

(29)

perdamaian

13. Kerajaan akan mendatangkan kondisi kehidupan

yang ideal di bumi Mazmur 72:1-4; Pny 7:9,10,13-17; 21:3,4

14. Bumi tidak akan pernah dimusnahkan atau

kosong tak berpenghuni

Pngkhotbah 1:4; Yesaya 45:18; Mazmur 78:69

15. Allah akan membinasakan sistem sekarang

pada peperangan di Armagedon

Zefanya 3:8; Daniel 2:44; Yesaya 34:2; 55:10,11

16. Orang fasik akan dilenyapkan selama – lamanya Matius 25:41-46; 2 Tesalonika 1:6-9

17. Orang – orang yang Allah perkenan akan

menerima kehidupan abadi

Yohanes 3:16; 10:27,28; 17:3; Markus 10:29,30

18. Hanya ada satu jalan menuju kehidupan Matius 7:13,14; Efesus 4:4,5

19. Kematian manusia disebabkan oleh dosa Adam Roma 5:12; 6:23

20. Jiwa manusia musnah sewaktu mati Yehezkiel 18:4; Pengkhotbah 9:10;

Mazmur 6:5; 146:4; Yohanes 11:11-14

21. Neraka adalah kuburan umum umat manusia Ayub 14:13, Dy; Pny 20:13,14, AV

(margin)

22. Kristus menetapkan pola yang harus diikuti

dalam melayani Allah

1 Petrus 2:21; Ibrani 10:7; Yohanes 4:34; 6:38

23. Baptisan dilakukan dengan membenamkan

seluruh tubuh melambangkan pembaktian

Markus 1:9,10; Yohanes 3:23; Kisah Para Rasul 19:4,5

24.

Orang Kristen dengn senang hai memberikan kesaksian di hadapan umum tentang kebenaran Alkitab

Roma 10:10; Ibrani 13:15; Yesaya 43:10-12

25. Harapan bagi orang mati adalah kebangkitan 1 Korintus 15:20-22;

Yohanes 5:28,29; 11:25,26

26. Kematian akibat dosa Adam akan ditiadakan 1 Korintus 15:26; Pny 21:4;

Yesaya 25:8

27.

Hanya suatu kawanan kecil sejumlah 144.000 orang yang pergi ke surga dan memerintah bersama Kristus

Lukas 12:32; Pny 14:1,3; 1 Korintus 15:40-53; Pny 5:9,10

28. Ke-144.000 dilahirkan kembali sebagai putra –

putri rohani Allah 1 Petrus 1:23; Yohanes 3:3; Pny 7:3,4

29. Perjanjian baru diadakan dengan Israel rohani Yeremia 31:31; Ibrani 8:10-13

30. Sidang Kristus dibangun di atas Kristus sendiri Efesus 2:20; Yesaya 28:16; Matius 21:42

31. Doa harus ditujukan hanya kepada Yehuwa

dengan perantaraan Kristus Yohanes 14:6,13,14; 1 Timotius 2:5

32. Patung – patung tidak boleh digunakan dalam

ibadat

Keluaran 20:4, Imamat 26:1; 1 Korintus 10:14; Mazmur 115:4-8

33. Spiritisme harus dijauhi Ulangan 18:10-12; Galatia 5:19-21;

Imamat 19:31

34. Setan adalah penguasa dunia yang tidak

kelihatan

1 Yohanes 5:19; 2 Korintus 4:4; Yohanes 12:31

35. Seorang Kristen tidak boleh ambil bagian dalam

gerakan – gerakan antarkepercayaan

2 Korintus 6:14-17; 11:13-15; Galatia 5:9; Ulangan 7:1-5

(30)

15:19; 17:16

37. Semua hukum manusia yang tidak bertentangan

dengan hukum Allah harus dipatuhi Matius 22:20,21; 1 Petrus 2:12; 4:15

38. Memasukkan darah ke tubuh melalui mulut atau

pembuluh darah melanggar hukum Allah

Kejadian 9:3,4; Imamat 17:14; Kisah Para Rasul 15:28,29

39. Hukum moral Alkitab harus dipatuhi 1 Korintus 6:9,10; Ibrani 13:4; 1 Timotius

3:2; Amsal 5:1-23

40. Peringatan Sabat hanya diberikan kepada orang

Israel dan berakhir bersama Hukum Musa

Ulangan 5:15; Keluaran 31:13; Roma 10:4; Galatia 4:9,10; Kolose 2:16,17

41. Golongan pemimpin agama serta gelar – gelar

keagamaan tidak patut Matius 23:8-12; 20:25-27; Ayub 32:21,22

42. Manusia bukan hasil evolusi melainkan

diciptakan

Yesaya 45:12; Kejadian 1:27; Matius 19:4

Sumber : http://www.wachtower.org

Inti – inti kepercayaan Saksi Yehuwa tersebut di atas dapat digolongkan ke dalam 8 (delapan) doktrin, yakni12

12

Pdt. Dr. Paulus Daun, Th.M, BIDAT KRISTEN DARI MASA KE MASA. (Manado: Penerbit Yayasan Daun Family), hal. 148 - 151.

: 1. Doktrin Alkitab

Mereka menganggap Alkitab Ortodoks terjemahannya salah, jadi Alkitab mereka yang benar. Pengikut Saksi Yehuwa berpendapat bahwa teolog itu tidak penting, justru itu menyesatkan orang. Para teolog dengan mati – matian belajar teologia hanya untuk menyerang ajaran mereka.

2. Doktrin Yesus Kristus

(31)

3. Doktrin Roh Kudus

Saksi Yehuwa tidak mempercayai Roh Kudus sebagai pribadi tetapi hanya dianggap sebagai roh atau kekuatan yang keluar dari Yehuwa. Oleh sebab itu, di dalam Alkitab Saksi Yehuwa Roh Kudus selalu ditulis dengan huruf kecil.

4. Doktrin Tritunggal

Saksi Yehuwa paling menentang ajaran Tritunggal. Dengan demikian, mereka sebenarnya tidak menerima Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai suatu pribadi. Yesus tidak dapat disetarakan dengan Allah, karena Ia hanya ciptaan. Oleh sebab itu, mereka berkesimpulan bahwa ajaran Tritunggal adalah ajaran setan.

5. Doktrin Manusia

Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan dan sebagai gabungan debu tanah dan nafas Allah; tetapi kemudian ditafsirkan bahwa gabungan itulah yang menjadikan manusia atau manusia jiwa. Mereka percaya bahwa jiwa mati bersamaan dengan manusia itu mati, itu berarti mereka tidak percaya akan hidup kekal sesudah kematian. Bagi mereka, manusia itu tidak beda dengan binatang. Saksi Yehuwa berpendapat orang yang mati itu sama dengan “tidur rohani”, yang akan digenapi pada penghakiman yang terakhir dan kematian itu berarti “lenyap”. Bagi Saksi Yehuwa, mereka akan dipilih bergabung menjadi bagian dari 144.000 orang sesuai dengan yang tertulis dalam kitab Wahyu.

6. Doktrin Keselamatan

(32)

memperoleh hidup yang kekal diperlukan perbuatan baik atau amal. Makanya kita tidak heran apabila pengikut Saksi Yehuwa begitu rajin tidak mengenal lelah untuk menyebarluaskan pengajaran mereka, sebab hal ini disebut sebagai amal untuk memperoleh keselamatan.

7. Doktrin Neraka

Saksi Yehuwa berpendapat manusia yang mati itu sama dengan tidur rohani dan mereka akan tidur terus sampai akhir zaman atau neraka. Bagi mereka, neraka merupakan “Tempat Perhentian dalam Pengharapan”. Tuhan itu maha pengasih dan penyayang, tidak mungkin menyiksa manusia di dalam api neraka yang kekal.

8. Doktrin Akhir Zaman

Bagi mereka, tidak semua dapat kesempatan masuk ke sorga, hanya mereka yang masuk dalam kategori 144.000 orang. Yesus dianggap akan datang kembali di San Diego, Californnia sehingga mereka mendirikan Beth-Sarim, istana raja – raja yang akan didiami mereka jika mereka sampai di bumi.

Ramalan mereka tahun 1914 akan kiamat, namun rupanya meleset. Jadi, mereka merevisinya menjadi tahun 1918, 1921, 1925, 1941, 1975 dan terakhir tahun 1992. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa Yesus sebenarnya sudah datang pada tahun 1874, tetapi dalam roh dan tidak kelihatan. Setelah masa waktu persiapan 40 tahun, sejak tahun 1914 memerintah secara rohani dan tidak kelihatan.

(33)

dengan rajin agar dapat memperbaiki diri. Mereka membaktikan diri kepada Allah untuk melakukan kehendak-Nya dan mereka mengerahkan diri untuk menunaikan pembaktian itu.

Ciri khas utama dari Saksi Yehuwa adalah mereka memiliki gedung sebagai tempat perhimpunan mereka yang diberi nama Balai Kerajaan dan mereka juga tidak suka akan organisasi yang rumit, kemudian bahan bacaan mereka Sedarlah dan Menara Pengawal serta buku – buku terbitan Watch Tower. Saksi Yehuwa sangat menekankan semangat mencari orang. Saksi Yehuwa tidak memiliki pendeta, karena semua orang sama, maka setiap orang wajib menyebarluaskan ajaran ini. Dalam segala kegiatan, mereka mencari bimbingan Firman Allah dan Roh Kudus-Nya.

2.2. Aspek Sosiologi Agama

Aspek sosiologi agama dalam hal ini dilihat dalam agama adalah bagian dari kebudayaan manusia dan agama sebagai institusi sosial.13

Agama sebagai suatu sistem sosial di dalam kandungannya merangkum suatu kompleks pola kelakuan lahir dan batin yang ditaati penganut – penganutnya. Dengan cara

Agama adalah bagian dari kebudayaan manusia. Agama dipandang oleh sosiologi sebagai

suatu jenis sistem sosial tertentu, yang dibuat oleh penganut – penganutnya. Sedangkan pengertian kebudayaan menurut pandangan sosiologi ialah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan sosial antara anggota – anggota suatu masyarakat. Pola kelakuan lahiriah ialah cara bertindak yang ditiru banyak orang berulang – ulang. Pola kelakuan batin ialah cara berpikir, berkemauan dan merasa yang diikuti orang banyak berulang kali.

13

(34)

itu pemeluk – pemeluk agama baik secara pribadi maupun bersama – bersama berkontak dengan “Yang Suci” dan dengan saudara – saudara seiman. Mereka mengungkapkan pikirannya, isi hatinya dan perasaannya kepada Tuhan menurut pola – pola tertentu dan lambang – lambang tertentu. Agama terkena proses sosial dan institusional dan menggunakan mekanisme kerja yang berlaku.

Ungkapan religius perorangan

Ungkapan iman seorang pemeluk agama yang pribadi dilakukan menurut pola – pola kebudayaan tertentu. Misalnya, kalau seseorang berdoa. Dalam kegiatan itu, dia memperagakan sejumlah ungkapan; ungkapan dengan kata – kata (verbalis); ungkapan dengan sikap tubuh, gerak kaki (misalnya berlutut), gerak tangan (terentang atau terkatup); ungkapan dengan bahasa musik, dan sebagainya. Itu semua dilakukan menurut pola – pola kebudayaan yang hidup dalam lngkungannya, atau yang diciptakan oleh pendirinya dan pengganti – penggantinya.

Ungkapan religius kolektif

(35)

Lambang – lambang keagamaan

Dalam dunia perlambangan ada dua hal yang perlu diketahui. Pertama, sesuatu rohaniah (sakral) yang hendak dijelaskan. Kedua, benda lambang yang dipakai untuk menjelaskan. Terhadap dunia perlambangan umat beragama diajar dan dilatih berpikir, berkehendak dan merasa menurut pola – pola kegiatan batin yang telah ditentukan oleh kekuasaan yang berwenang. Jadi, keseluruhan lambang keagamaan dibuat untuk membudayakan dan memanusiakan orang yang berkepentingan. Pemanusiaan yang lengkap dan sempurna – menurut keyakinan manusia beragama – dapat diperoleh jika manusia dapat mengatur relasi sebaik – baiknya dengan sesama manusia (hubungan horizontal) dan hubungannya dengan “Yang Sakral” atau Tuhan (hubungan vertikal).

Agama sebagai institusi sosial. Institusi religius ialah suatu bentuk organisasi yang

tersusun relatif tetap atas pola – pola kelakuan, peranan – peranan dan relasi – relasi yang terarah dan mengikat individu, mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum untuk mencapai kebutuhan dasar yang berkenaan dengan dunia supra-empiris. Dalam institusi keagamaan, orang menginginkan tercapainya kebutuhan dasar yang berkenaan dengan kepentingan dunia supra-empiris. Bagi manusia, religius kepentingan dari kategori “dunia yang lain”, kepentingan akhirat, merupakan kepentingan yang tidak dapat diabaikan begitu

saja. Itu semua harus dapat dicapai dengan pasti, karena itu semua dijadikan norma satu – satunya dan segala – galanya.

(36)

Dalam kehidupan agama terdapat serangkaian fungsi atau peran yang harus dilaksanakan oleh fungsionaris yang kompeten. Fungsi – fungsi religius yang ada dalam semua agama dapat diringkas dalam tiga kelas :

1. Fungsi pelayanan Sabda Tuhan; mewartakan ajaran yang diterima agama yang

bersangkutan dari Tuhan.

2. Fungsi penyucian; membagikan rahmat penyelamatan dari Tuhan. Pelayanan ini diperagakan dalam kegiatan kebaktian religius, atau perayaan liturgis.

3. Fungsi penggembalaan; umat beragama mendapatkan pimpinan dan bimbingan yang terarah baik ke dalam maupun ke luar.

Tiga jenis fungsi pelayanan tersebut di atas tidak dapat diharapkan akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, apabila tidak ada suatu institusi yang mengaturnya.

2.3. Mazhab, Aliran dan Sekte

Agama – agama besar dunia tidak luput dari perbedaan pendapat yang menimbulkan perbedaan aliran, mazhab dan sekte. Aliran disebabkan oleh perbedaan pendapat yang agak pokok dan prinsipil antara penganut agama yang bersangkutan. Sekte merupakan perpecahan dalam agama Kristen yang memisahkan diri dari gereja. Biasanya sekte merupakan protes terhadap orientasi keduniaan gereja asalnya. Karena itu sekte ingin mengembalikan kesakralan dan peran Tuhan dalam kharismatik beragama. Sekte baru ini pun memilih pemimpin yang kharismatik dan menghidupkan upacara – upacara ritual yang terabaikan oleh gerejanya.

(37)

juga melahirkan perpecahan dalam bentuk aliran, mazhab dan sekte. Perbedaan ini tampaknya karena Durkheim mendasarkan pendapatnya pada agama – agama masyarakat primitif yang bersifat tertutup dan dalam lingkup kecil. Sedangkan agama – agama besar dunia punya sejarah yang panjang, umat yang tersebar luas di berbagai penjuru dunia, dan pemuka agama yang punya latar belakang pendidikan sejarah, pemikiran dan sosial yang berbeda.14

Kalau perbedaan pendapat tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan, yang harus dijaga adalah toleransi dalam perbedaan pendapat dan tetap meningkatkan persaudaraan supaya ajaran agama untuk menanamkan persatuan dan persaudaraan antar umat penganut satu agama dan bahkan dengan umat penganut agama lain dapat terwujud. Perbedaan pendapat dan mazhab tidak boleh dijadikan konflik, dipahami secara emosional dan fanatik. Namun, ajaran ideal ini sering tidak terealisasir karena penganut mazhab, aliran dan sekte biasa pula mengklaim bahwa ajaran aliran, mazhab dan sektenyalah satu – satu yang benar karena sifat fanatik ini memang melekat pada kehidupan beragama.

Sebagai agama besar dan punya sejarah panjang, sebenarnya kesempatan untuk berbeda pendapat ini diperlukan karena tidak mungkin semua suku bangsa dari berbagai tempat dan waktu akan diatur dengan aturan yang sama sampai kepada masalah yang sekecil – kecilnya. Kesamaan hanya diperlukan dalam hal – hal yang pokok dan prinsip dalam ajaran agama. Sedangkan masalah teknis dan detail patut berbeda antara satu daerah dan masyarakat dengan yang lain. Kalau tidak ada peluang yang menjadikan ajaran suatu agama fleksibel, dapat berubah dengan perubahan sosial budaya dalam hal rincian masalah, atau hal – hal yang sekunder dan teknis, agama itu tidak akan dapat bertahan lama.

14

(38)

Keyakinan ini, bagaimanapun harus dibarengi dengan toleransi terhadap penganut lairan dan mazhab lain.

Sekte adalah gerakan ideologi yang mempunyai sasaran yang eksplisit dan diikrarkan, mempertahankan dan bahkan menyebarkan ideologi tersebut. Oleh karena itu, dapat dicatat bahwa orang – orang yang kepentingannya terletak di atas semua ideologi (sumber dan kredibilitas gagasan mengenai Tuhan, dan pembenaran kelakuan atas namanya) mempunyai kepentingan yang absah atas namanya. Tetapi perbedaan sosiologis tidak semata – mata didasarkan pada perbedaan keyakinan dan praktek teologi, dan tentu saja bukan odium theologicum yang mencoba memberi ciri kepada sekte sebagai ekstremis. Dari sudut pandangan sosiologi, ada tiga macam kelemahan dalam klasifikasi sekte menurut teologi atau doktrin. Pertama, klasifikasi seperti ini membatasi kemungkinan pengkajian komparatif mengenai sekte dalam berbagai tradisi keagaman. Kedua, klasifikasi itu mencegah masuknya aspek – aspek signifikan lainnya dari karakter sekte karena doktrin dapat bertahan meski organisasi sosial dan orientasi gerakan telah berubah. Jadi, klasifikasi yang timbul dari deskripsi doktrin tidak cukup memperhitungkan aspek – aspek organisasi dan dinamika sekte. Ketiga, karena analisa di atas bersifat teologikal, klasifikasi ini menimbulkan risiko stigmatisasi sekte dan memberikan ciri kepadanya dalam pengertian yang normatif secara esensial.

Ada 7 (tujuh) tipe sekte yang dapat dianggap bertingkat. Ke-tujuh sekte ini didefinisikan dalam konteks respons terhadap dunia, dalam konteks reaksi yang mendominasi praktek kepercayaan para anggotanya.15

15

(39)

1. Sekte konversionalis. Reaksi sekte ini terhadap dunia luar menunjukkan bahwa sekte terakhir ini menyimpang karena manusia menyimpang. Jika manusia dapat diubah maka dunia akan berubah. Tipe sekte ini tidak berminat melakukan reformasi sosial atua menempuh cara pemecahan politik terhadap masalah – masalah sosial, dan bahkan secara aktif membencinya. Aktivitas yang khas dari tipe sekte ini adalah revivalisme dan khotbah umum di depan massa ketimbang penyiaran agama dari rumah ke rumah. Para pemimpin sekte melakukan mobilisasi kelompok dan menggunakan teknik – teknik persuasif agar para anggotanya tidak keluar dari sekte tersebut. Sama dengan interpretasi mereka terhadap kitab suci secara harafiah, para anggota sekte censerung menafsirkan hubungan ini secara harafiah. Contoh – contoh tipe sekte ini adalah Bala Keselamatan (Salvation Army), Assemblies of God dan gerakan – gerakan Pantecosta

lainnya.

(40)

kehendak-Nya. Contoh khas dari gagasan ini adalah Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses), Christadelphia dan The Fifth Monarchy Men (Inggris, abad ke XVII).

3. Sekte introversionist. Sekte ini menarik diri dari dunia dan asyik dengan kelompok sendiri yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang suci. Tipe sekte seperti ini sepenuhnya tak acuh terhadap segala reformasi sosial, terhadap konversi individual dan revolusi sosial. Sekte ini dapat meneriuma, khususnya pada tahap – tahap permulaan, pengalaman – pengalaman inspirasional tertentu dan mempertahankannya bagi gejala – gejala objektif yang bermakna bagi keseluruhan kelompok, atau menganggapnya sebagai wahyu yang diterima secara individual yang dapat membantu memperbaiki nasib seseorang. Kelompok ini lebih berkaitan dengna pengalaman spiritual yang mendalam daripada meluas. Contoh – contoh khas dari kategori sekte – sekte ini dapat dilihat dalam “gerakan – gerakan suci” tertentu, seperti halnya gerakan – gerakan keagamaan di Eropa pada abad ke XVIII.

(41)

nampaknya semata – mata adalah percepatan dari kesenangan kini. Kelompok – kelompok khas dari tipe ini adalah Christian Scientists, Unitarians, Psychana, Scientology, dan Rosicrucians.

5. Sekte thaumaturgikal. Sekte ini adlaha gerakan yang berpendapat bahwa manusia dapat mengalami akibat yang luar biasa dari super natural dalam kehidupan mereka. Sekte ini mendefinisikan diri sendiri dalam kaitannya dengan masyarakat yang lebih luas dengan menegaskan bahwa kenyataan dan penyebab normal dapat dipadukan untuk manfaat dispensasi khusus dan pribadi. Mereka tidak mengakui adanya proses fisik menua dan mati dan berhimpun untuk menegaskan pengecualian khusus dari kenyataan sehari – hari yang memberi jaminan setiap individu dan orang yang dicintainya hidup abadi di akhirat nanti. Hubungan yang mereka tegakkan lebih merupakan usaha menelusuri kerabat yang sudah meninggal ketimbang dengan Tuhan atau seorang Penyelamat, dan konsepsi mereka tentang Penyelamat tidak begitu jelas. Contoh dari tipe sekte ini adalah Spiritualist Church dan Progressive Spiritualist Church.

6. Sekte reformist. Pada mulanya sekte ini revolusioner, sikap ini kemudian bisa menjadi introvertionist dan lambat laun menjelma menjadi reformist. Sekte tipe ini, memiliki

(42)

keyakinan tanpa perbuatan baik adalah sia – sia dan menyokong pendirian bahwa sekte sendiri adalah suatu kesatuan yang bulat. Arti penting kategori ini terletak pada maknyanya bagi kajian megnenai transformasi sekte takkala strukturnya bertahan meskipun respons terhadap dunia luar telah berubah.

7. Sekte utopia. Sekte ini lebih radikal daripada sekte reformist, secara potensial kurang berbahaya dibanding sekte revolusioner, dan lebih konstruktif pada tingkat sosial ketimbang sekte konversionis. Melalui kegiatan – kegiatannya, sekte mengkonstruksi dunia atas dasar komunitarian. Sekte tidak hanya bercita – cita membangun koloni – koloni tetapi juga hendak melakukan reorganisasi dunia di sepanjang garis komuniti. Jadi, sasarannya adalah semacam rekonstruksi sosial. Sekte, dalam kenyataan, mengemukakan model – model reorganisasi sosial, dan tidak hanya perbaikan dan reformasi dalam kerangka masyarakat yang sudah ada. Dalam hal sekte ini yang berlandaskan Kristen, teks – teks bibel yang paling sering dikutip adalah yang berisikan keinginan dan cita – cita kembali dibentuknya komuniti Kristen kuno di Jerusalem. Contoh dari tipe sekte ini adalah Tolstoyan, Community of Oneida, Bruderhof dan Christian Socialist.

(43)

Suatu tipologi sekte harus menunjukkan dan tidak menyembunyikan kenyataan bahwa sekte senantiasa mengalami proses perubahan. Semua organisasi cenderung memiliki kelemahan dalam komitmennya terhadap nilai – nilai semula dan ciri ini khususnya berlaku pada gerakan – gerakan protes. Sekte mewujudkan kecenderungan ini secara amat paling khusus dalam responsnya terhadap dunia. Sesungguhnya, struktur doktrin resmi jauh lebih tahan terhadap perubahan. Tetapi pandangan terhadap dunia luar yang merupakan isu pokok dalam perdebatan antara sekte dan masyarakat yang lebih luas, mengalami pegeseran dengan sendirinya tanpada disadari.

2.4. Teori Jaringan

Teori jaringan menjelaskan sasaran perhatian utamanya, yakni pola objektif ikatan yang menghubungkan anggota masayarakat (individual dan kolektivitas). Wellman mengungkapkan sasaran perhatian utama teori jaringan sebagai berikut:

“Analisis jaringan memulai dengan gagasan sederhana namun sangat kuat, bahwa usaha utama sosiolog adalah mempelajari struktur sosial…cara paling langsung mempelajari struktur sosial adalah menganalisis pola ikatan yang menghubungkan anggotanya. Pakar analisis jaringan menelusuri struktur bagian yang berada di bawah pola jaringan biasa yang sering muncul ke permukaan sebagai sistem sosial yang kompleks…Aktor dan perilakunya dipandang sebagai dipaksa oleh struktur sosial ini. Jadi, sasaran perhatian analisis jaringan bukan pada aktor sukarela, tetapi pada paksaan struktural.” (Wellman, 1983:156–157)16

Ciri khas teori jaringan adalah memusatkan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, pada struktur mikro, aktor mungkin saja berupa individu, tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan pada struktur makro, aktor mungkin saja berada dalam ruang lingkup yang luas yakni masyarakat. Hubungan antar anggota masyarakat

16

(44)

dapat terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun di tingkat yang lebih mikroskopik (skala kecil). Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem ynag terstruktur cenderung terstratifikasi dan komponen – komponen tertentu tergantung pada komponen – komoponen yang lain.

Satu aspek penting analisis jaringan adalah mengarahkan sosiolog untuk mempelajari ikatan di kalangan dan antaraktor yang “tak terikat secara kuat dan tak sepenuhnya memenuhi persyaratan kelompok” Granoveter memberikan contoh yang baik dari ikatan seperti ini tentang “ikatan yang kuat dan lemah”. Granoveter menjelaskan pentingnya ikatan yang kuat dan lemah. Ikatan yang lemah antara dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya. Tanpa adanya ikatan yang lemah seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total. Seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat luas. Karena itu, ikatan yang lemah mencegah isolasi dan memungkinkan individu mengintegrasikan dirinya dengan lebih baik ke dalam masyarakat lebih luas. Sebaliknya, ikatan yang kuat pun mempunyai nilai. Misalnya, orang yang mempunyai ikatan kuat memiliki motivasi besar untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling memberikan bantuan.

(45)

1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka berbuat demikian dengan intensitas yang makin besar atau makin kecil.

2. Ikatan antara individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas. 3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan nonacak.

4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antara individu.

5. Ada ikatan asimetris antara unsur – unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tak merata.

6. Distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerja sama maupun kompetisi

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) tipe deskriptif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapt dari apa yang diamati. Studi kasus merupakan suatu pendekatan dalam penelitian studi kasus yang penelaahannya terhadap satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Studi kasus bisa dilaksanakan atas individu atau kelompok.17

Adapun studi kasus tipe deskriptif dapat melacak urutan peristiwa hubungan antar pribadi, menggambarkan subbudaya, dan menemukan fenomena kunci.18

Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci suatu fenomena sosial, misalnya interaksi sosial, sistem kekerabatan dan lain – lain. Dalam hal ini pola penyebaran Saksi Yehuwa dapat digambarkan melalui pendekatan deskriptif. Dalam pendekatan deskriptif juga mengandung pekerjaan mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi – kondisi yang terjadi. Dengan kata lain, pendekatan

Pendekatan deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan tentang apa yang diteliti dan berusaha mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian.

17

(47)

deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi – informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel – variabel yang ada.

Ciri – ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :19

a. Kota Medan merupakan kota yang penganut Kristennya berkembang dengan baik.

Sesuai dengan misi Saksi Yehuwa, bahwasannya misi mereka memang diutamakan 1. Sumber data dalam kondisi sewajarnya (natural setting).

2. Penelitian tergantung pada kemampuan peneliti dalam mempergunakan instrumen (alat) yang tidak mengubah situasi sewajarnya, menjadi situasi yang berbeda dari yang berlangsung sehari – hari di lingkungan sumber datanya.

3. Data dikumpulkan bersifat deskriptif, berupa uraian atau kalimat – kaliamt yang menginformasikan mengenai keadaan sebagaimana adanya sumber data, dalam hubungannya dengan masalah yang diselidiki.

4. Dalam penelitian kualitatif, baik proses maupun hasil sama pentingnya.

5. Analisis data dilakukan terus menerus sejak awal dan selama proses penelitian berlangsung.

3.2. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah komunitas/perkumpulan para penganut Saksi Yehuwa di Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah sebagai berikut :

19

(48)

mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja; karena Saksi Yehuwa menganggap ajaran/Alkitab umat Kristen adalah salah dan ajaran merekalah yang sesungguhnya benar.

b. Tersedianya akses bagi peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil data

untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

c. Kota Medan merupakan tempat/kota bagi peneliti dibesarkan.

Penganut Saksi Yehuwa saat ini telah memiliki gedung untuk melakukan kegiatan peribadatan mereka. Tetapi, bagi yang belum memiliki gedung, kegiatan peribadatan mereka dilakukan di rumah para penganut Saksi Yehuwa.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah pemuka/pemimpin dan penganut ajaran Saksi Yehuwa di kota Medan. Selain itu juga dapat diwawancarai persepsi masyarakat khususnya bagi mereka yang pernah dikunjungi oleh Saksi Yehuwa. Informan dipilih atas pertimbangan dan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Informan dibedakan atas 2 (dua) jenis, yakni informan kunci dan informan biasa.

a. Informan Kunci; kriterianya adalah sebagai berikut :

• Laki-laki atau perempuan.

• Merupakan pemuka atau yang dianggap sebagai tokoh dalam Bidat Saksi Yehuwa

(49)

• Memiliki pemahaman yang mendalam mengenai ajaran Saksi Yehuwa dan

memahami/turut terlibat merumuskan strategi dalam pengembangan ajaran dan perekrutan anggota.

b. Informan Biasa; kriterianya adalah sebagai berikut :

• Laki-laki atau perempuan.

• Telah menjadi penganut ajaran Saksi Yehuwa selama sedikitnya 1 (satu) tahun.

• Aktif terlibat dalam kegiatan peribadatan dan perekrutan anggota baru.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam suatu penelitian. Untuk mendapatkan data yang tepat, maka dipakai instrumen – instrumen penelitian yang memperhatikan validitas dan relabilitas. Instrumen yang tepat akan membantu proses penelitian, sehingga akan didapat data – data yang validitasnya tidak diragukan.

(50)

Studi Lapangan

a. Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan terhadap informan, yakni pemimpin/pemuka dan anggota bidat Saksi Yehuwa yang menjadi sample penelitian dengan menggunakan panduan yang telah disusun sebelumnya, yakni menggunakan interview guide (panduan wawancara) untuk menggali sebanyak mungkin informasi mengenai pengembangan ajaran Saksi Yehuwa dan upaya perekrutan anggota baru.

a. Observasi

Observasi yang digunakan yaitu observasi partisipan, dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung serta ikut berpartisipasi mengambil bagian dalam obyek penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung upaya perekrutan anggota baru dan pengembangan ajaran Saksi Yehuwa.

Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan buku – buku dan referensi lainnya yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian sehingga menambah informasi data yang sangat berguna dalam penelitian ini.

3.5. Interpretasi Data

(51)
(52)
(53)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan pengetahuan peneliti mengenai metode penelitian, keterbatasan data melalui buku – buku ataupun referensi lainnya yang mendukung penelitian, dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para informan. Keterbatasan pengetahuan peneliti mengenai metode penelitian menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan dan data – data yang diperoleh di lapangan menjadi tidak terlalu dalam. Namun, teknik pengumpulan data yang ditentukan baik observasi maupun wawancara mendalam telah mampu menjawab permasalahan yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini.

Keterbatasan data melalui buku atau referensi lainnya menyebabkan peneliti agak kesulitan untuk menjelaskan maksud dari penelitian ini karena data – data akurat yang dapat mendukung jelas sangat dibutuhkan ketika peneliti akan memulai proses penelitian. Sampai sejauh ini, peneliti sudah berusaha mencari buku – buku atau referensi lainnya yang dapat menunjang penelitian yang dimaksud, tetapi sampai sejauh ini juga hasilnya belum seperti yang diharapkan oleh peneliti.

(54)
(55)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Profil Kota Medan

4.1.1. Sejarah Asal – Usul Kota Medan

Kota Medan dahulu merupakan kampung kecil yang berada di salah satu tanah datar atau medan yang pada waktu itu kita kenal sebagai “Kampung Medan Putri”, letaknya tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Selama kurang lebih 80 tahun, Medan telah berkembang menjadi Kota Medan seperti saat ini. Menurut Tengku Lukman Sinar, SH dalam bukunya yang berjudul “Riwayat Hamparan Perak” tahun 1971, Medan didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang Encik Pulo Brayan. Guru Patimpus juga merupakan nenek moyang Datuk Hamparan Perak (Dua Belas Kuta) dan Datuk Suka Piring, yaitu dua dari tempat Kepala Suku Kesultanan Deli. Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Dukun" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian Guru Patimpus dapat diartikan sebagai seorang dukun yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan.

Gambar

Tabel 2.1.
Tabel 4.2. Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Kota Medan Menurut Kecamatan Tahun 2005
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan Tahun 1980 - 2000
Tabel 4.4. Persentase Penduduk Kota Medan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bagi orang tua agar lebih meningkatkan dalam menanamkan sikap keberagamaan anak agar anaknya menjadi baik menurut ajaran agama Islam, karena anak adalah infestasi yang sangat

Dengan wawasan demikian, setiap pemeluk agama diharapkan tidak lagi berpikiran sempit yang menyangkut agamanya dan umat segolongan saja, tetapi juga melebar ke