• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan orang tua dalam menanamkan sikap keberagaman anak (studi kasus di Lingkungan Rt 01/03 Kel. Meruyung Kec. Limo Kota Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan orang tua dalam menanamkan sikap keberagaman anak (studi kasus di Lingkungan Rt 01/03 Kel. Meruyung Kec. Limo Kota Depok)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Di Lingkungan Rt 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok)

Disusun Oleh :

Syamsul Fuad 103011026657

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam S.Pd.I

Disusun oleh Syamsul Fuad 103011026657

Di bawah bimbingan

Yudhi Munadhi NIP. 19701203 199803 1 003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)

Dalam Penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Peranan Orang Tua Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan Anak Usia Sekolah Dasar”dikarenakan sikap keberagamaan seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan agama yang didapatkan dilingkungan keluarga yang dilakukan oleh orang tua. Hal yang sangat penting ini terkadang tidak dipahami oleh orang tua, dan terkadang orang tua merasa pemahaman agama diserahkan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan formal maupun non formal yang durasinya sangat terbatas. Penulis melakukan penelitian kepada keluarga khususnya orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam memberikan pendidikan dan pemahaman agama kepada anak-anaknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan orang tua dalam menanamkan sikap keberagamaan pada anak usia sekolah dasar dan Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistik dalam bentuk prosentase, artinya setiap data dipresentasikan setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam setiap jawaban.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok, melalui wawancara, observasi dan penyebaran angket, dapat disimpulkan bahwa peranan orang tua dalam menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar masih sangat rendah. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya menanamkan sikap keberagamaan sejak dini, serta kurangnya keteladanan atau contoh yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya terutama pada aspek ibadah.

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………...i

LEMBAR PERNYATAAN ………..ii

ABSTRAK...………iii

KATA PENGANTAR ………..iv

DAFTAR ISI ………vi

DAFTAR TABEL………...…………viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Identifikasi Masalah………….………..………….8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah………..8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………..………...9

BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. P eranan Orang Tua Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan Anak Usia Sekolah Dasar 1. Pengertian Peranan Orang Tua...10

2. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua... 12

3. Pengertian Sikap Keberagamaan... 18

4. Tugas Orang Tua Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan Anak...21

B. Anak Usia Sekolah Dasar 1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar...27

2. Fase Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar...28

3. Perkembangan Keagamaan Anak Usia Sekolah Dasar...31

C. Kerangka Berpikir...33

(6)

vii

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian…………..…….……….…35

B. Metode Penelitian ………..………...……… 35

C. Populasi dan Sampel………..………36

D. Instrumen Penelitian.…..………37

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.…..………...43

B. Deskriftif Data..……….………46

C. Interpretasi Data………....60

BAB V : PENUTUP. A. Kesimpulan..………..…65

B. Saran………..……66

DAFTAR PUSTAKA

(7)

3. Tabel. 3. Penafsiran prosentase 42

4. Tabel. 4. Batas wilayah Rt 01/03 kelurahan Meruyung-Limo-Depok 43

5. Tabel. 5 Jenjang pendidikan penduduk 44

6. Tabel 6. Pekerjaan penduduk Rt 01/03 45

7. Tabel 7. Sarana dan prasarana pendidikan 45

8. Tabel. 8. Orang tua menanamkan ajaran agama dalam keluarga 46

9. Tabel. 9. Orang tua memberikan nasehat kepada anak 47

10. Tabel.10. Orang tua mengajarkan anak tata cara shalat 47

11. Tabel.11. Orang tua mengajarkan anak membaca al-qur’an 48

12. Tabel.12. Orang tua memberikan pujian atau hadiah kepada anak yang rajin beribadah 49

13. Tabel.13. Orang tua mengikutsertakan anak di TPA 50

14. Tabel.14. Orang tua menegur bila anak lalai beribadah 50

15. Tabel.15. Orang tua menegur anak bila tidak sopan kepada orang lain 51

16. Tabel.16. Orang tua mengajak anak ikut serta dalam kegiatan hari besar Islam 52

17. Tabel.17. Orang tua memberikan sauritauladan yang baik dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT 52

18. Tabel.18. Orang tua berdiskusi pentingnya melaksanakan ibadah 53

19. Tabel.19. Orang tua bahwa Allah akan menberi ganjaran surga bagi manusia yang taat kepada-Nya. 54

20. Tabel.20. Orang tua membiasakan anak shalat tepat waktu 54

21. Tabel.21. Orang tua mengajak anak shalat berjama’ah 55

22. Tabel.22. Orang tua membiasakan berdo’a setelah melaksankan shalat 56

23. Tabel.23. Orang tua mengaji setelah mengerjakan shalat maghrib 56

24. Tabel.24. Orang tua membiasakan mengerjakan puasa ramadhan 57

25. Tabel.25. Orang tua membiasakan untuk membaca basmallah sebelum melaksanakan pekerjaan 58

26. Tabel.26. Orang tua membiasakan untuk mengucapkan alhamdulillah sebelum melaksanakan pekerjaan 59

27. Tabel 27. Orang tua membiasakan bertawaqal setelah melaksanakan pekerjaan 59

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bahkan merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, oleh karena ia dibekali akal pikiran. manusia yang merasa dirinya memiliki akal, tentunya berusaha untuk melihat hakikat dirinya serta asal kejadiannya, sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan keyakinan dan melahirkan dorongan untuk mengabdikan diri sepenuhnya hanya untuk menyembah sang Kholiq, yaitu Allah SWT.

Fitrah manusia untuk mengenal sang pencipta, Allah SWT. Sebenarnya telah ada sejak manusia dalam kandungan yaitu ketika akan ditiupkan ruh pada dirinya, sebagaimana firman Allah SWT. Surat Al-a’raf ayat 172

(9)

Artinya

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Rabb)1

Dari ayat tersebut diatas dapat diketahui bahwa pada saat manusia akan dilahirkan ke alam dunia, telah terjadi persaksian atas ke-Esaan Allah SWT. dengan persaksian inilah manusia akan dimintai pertanggung jawabannya pada hari akhir nanti. sehingga setelah manusia lahir di dunia, hendaklah memegang teguh janji mereka dengan senantiasa mengerjakan perintah serta menjauhi larangan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Peraturan berupa perintah dan larangan dalam agama bertujuan untuk membentuk pribadi yang cakap untuk hidup di masyarakat dikehidupan

duniawi (dunia), sebagai jembatan emas untuk mencapai kehidupan ukhrawi

(akhirat).2 Pembentukan moral yang mulia adalah tujuan utama dalam pendidikan agama Islam. Selain itu pendidikan agama Islam juga bertujuan membentuk kepribadian muslim atau Insan Kamil dengan pola taqwa yaitu dengan terbentuknya pribadi yang senantiasa berupaya mewujudkan pribadi yang baik secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup.

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan, dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan yang sekarang ini. Bahkan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan sentaral dalam pembangunan manusia seutuhnya. dan masyarakat

1

Departemen Agama RI, Al-qur’an Dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul ‘ali-ART, 2005), h. 174.

2

Proyek Pembinaan Prasarana Dan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta,

(10)

seluruhnya, sebab manusia selain subyek pembangunan manusia juga sebagai objek pembangunan, serta manusia sendiri yang akan menikmatinya.

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (di samping inti, ada orang lain kakek/nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain). Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana ia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang paling penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra skolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya.3

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak karena dalam keluarga inilah ia pertama kali mendapat pendidikan dan bimbingan. Keluarga juga adalah lembaga pendidikan utama, karena sebagaian besar dari kehidupannya berada dalam keluarga, dan materi pendidikan yang paling banyak diterimanya adalah dalam keluarga.

Di dalam keluarga ada aturan norma yang tidak tertulis namun ditaati oleh semua anggotanya melalui contoh, tauladan dan kasih sayang. Kewajiban utama keluarga dalam pendidikan anak adalah meletakan dasar pendidikan akhlak dan pandangan hidup beragama.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

3

(11)

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. 4

Orang tua adalah pertama dan utama dalam keluarga, dikatakan pendidik yang pertama di tempat inilah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Dikatakan pendidikan utama karena pendidikan dari tempat ini mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan anak kelak dikemudian hari, karena perannya sangat penting maka orang tua harus benar-benar menyadarinya sehingga mereka dapat memperankannya sebagaimana mestinya.

Demikian besar dan sangat mendasar pengaruh keluarga terhadap perkembangan pribadi anak terutama dasar-dasar kelakuan seperti sikap, reaksi dan dasar-dasar kehidupan lainya seperti kebiasaan makan, berpakaian,, cara berbicara, sikap terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Termasuk sifat-sifat kpribadian lainnya yang semuanya itu terbentuk pada diri anak melalui interaksinya melalui pola-pola kehidupan yang terjadi dalam keluarga.

Oleh karena itu pendidikan kehidupan dalam keluarga jangan sampai memberikan pengalaman-pengalaman atau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang akan merugikan perkembangan hidup anak kelak dimasa depan.

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang masa perkembangan fisik dan mentalnya berjalan cukup cepat, pertumbuhan dan perkembangan ini sangat didukung oleh keberadaan orang tua dalam memberikan pendidikan dan pengajaran sehingga apa yang diharapkan orang tua dari seseorang anak dapat dicapai.

Pada masa ini anak-anak suka berkhayal, senang kepada cerita, ingin tahu dan mulai aktif dalam hubungan sosial, mulai senang dan kadang-kadang pergi dengan kawan-kawannya dan mulai berkurang terikat kepada keluarganya.5

4

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara , 2006 ), Cet.VI , h. 35.

5

(12)

Anak-anak masa ini disebut masa usia tidak rapih karena mereka cenderung tidak memperdulikan atau ceroboh dalam penampilan dan kamarnya juga sangat berantakan. Dan masa ini oleh orang tua disebut dengan masa menyulitkan karena anak-anak tidak mau lagi menuruti perintah, mereka lebih banyak dipengaruhi/menuruti teman-temannya dari pada orang tua dan anggota keluarga lainnya.6

Sikap keagamaan adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap agamis tersebut terwujud oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan perilaku keagamaan sebagai unsur konatif. Jadi sikap agamis merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang.

Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor yakni faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor Intern

Manusia adalah makhluk beragama (homo religius) karena manusia sudah memiliki potensi beragama. Potensi tersebut bersumber dari faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak dan sebagainya

Pada prinsipnya manusia adalah makhluk theomorfis, karena di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat yang agaknya menyerupai sifat-sifat Tuhan. Bahkan menurut Hasan langulung bahwa Tuhan memberi manusia bebrapa potensi sesuai dengan sifat-sifat Tuhan (Asma’ul Husna) artinya–sebagai misal–jika Allah bersifat Al-Ilmu (Maha Mengetahui) maka manusia pun memiliki sifat-sifat tersebut. Dengan sifat tersebut manusia senantiasa berupaya untuk mengetahui sesuatu, setelah manusia mendapat pengetahuan akan sesuatu,7

6

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. III, h. 154

7

(13)

Potensi dasar ini terintegrasi dalam hidup manusia dan memberikan kekuatan moral padanya dalam rangka mewujudkan kemanusiaan sebagai bagian janjinya kepada Tuhan

b. Faktor Ekstern

Tugas hidup manusia, oleh Allah SWT ditentukan agar beribadah kepada-Nya. Beribadah dalam arti yang luas yaitu semua perbuatan, ucapan dan tingkah laku manusia selama berdimensi kepada Allah SWT dan memperoleh keridhaan-Nya8

Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh ekstern atau luar dirinya. Seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah. Manusia juga dilengkapi potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh luar sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi manusia yang memiliki perilaku keagamaan. Pengaruh itu bisa didapatkan dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Lingkungan RT 01/03 Meruyung Kecamatan Limo, Kota Depok merupakan wilayah yang berada di pinggiran kota Jakarta. Sehingga kebudayaan yang berasal dari luar sangat rentan terbentuk dengan sendirinya. Akibatnya adalah orang tua harus dapat mengarahkan anaknya untuk selalu konsisten terhadap sikap keberagamaannya.

Oleh sebab itu, lingkungan keluarga terutama orang tua sangatlah besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap keberagamaan pada anak, karena sikap orang tua atau keluarga yang acuh tidak acuh atau negatif terhadap agama, tidak mungkin dapat menciptakan pembentukan jiwa agama dan kepribadian anak. Menurut pengamatan penulis, kebergamaan di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok tampak begitu religius pada masa-masa beberapa tahun silam. Hal tersebut bisa dilihat dari ramainya tempat ibadah atau musollah setiap melaksankan shalat berjama’ah terutama pada waktu shalat magrib dan isya, setelah

8

(14)

melaksanakan shalat magrib anak-anak melanjutkan kegiatan mengaji baik yang dilaksanakan dimusollah maupun dirumahnya masing-masing.

Akan tetapi pada saat ini, nuansa relegi itu sudah terkikis dengan kemajuan zaman yang begitu pesat, kegiatan keagamaan begitu drastis menurun, dahulunya musollah ramai dengan jama’ah baik orang tua maupun anak-anak, saat ini tampak sepi, anak-anak yang biasa mengaji setelah shalat magrib, sekarang sudah tidak lagi. Anak lebih sibuk menyaksikan tayangan televisi dan bermain dengan teman-temanya. Bahkan dewasa ini banyak kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh anak usia sekolah dasar, seperti mencuri, berkelahi. Meskipun mereka bersekolah baik di sekolah yang berbasis agama seperti Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Muhamadiyah maupun Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), namun hal itu tidak cukup untuk membentuk sikap keberagamaan anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Dewasa ini, banyak orang tua yang tidak mengerti ajaran agama yang dianutnya, bahkan banyak pula yang memandang rendah ajaran agama itu, sehingga didikan agama itu praktis tidak pernah dilaksankan dalam banyak keluarga.

Dengan tidak kenalnya anak akan jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati nuraninya (super ego), karena tidak terbentuk dari nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya pada waktu kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri anak kosong dari nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok ke dalam kelakuan- kelakuan yang tidak baik dan menurutkan hal yang menyenagkanya pada waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya.

(15)

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dari alasan pemilihan judul ini, penulis mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan muncul antara lain sebagai berikut:

1. Peranan orang tua dalam menumbuhkan sikap keberagamaan anak 2. Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan utama

terhadap sikap keberagamaan anak-anaknya.

3. Tidak semua orang tua memahami agama dengan baik. 4. Faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan anak

5. Masih banyak orang tua yang tidak peduli dengan sikap keberagamaan anak.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba memberikan batasan masalah supaya dalam pembahasan tidak terlalu melebar. Pembatasan tersebut adalah sebagai brikut:

a. Orang tua adalah Ayah dan Ibu yang mendidik anaknya, mereka pemimpin bagi keluarganya dan juga panutan dan cerminan bagi anaknya yang pertama kali, sebelum anak mengenal lingkungan sekitarnya.

b. Anak usia sekolah dasar yang dimaksud dalam tulisan ini adalah anak yang usianya 6 sampai 12 tahun yang berada di wilayah RT 01, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok

(16)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah yang diteliti yaitu,

1. Bagaimana peranan orang tua dalam menanamkan sikap keberagamaan pada anak usia sekolah dasar di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok.

2. Faktor-Faktor yang menghambat dalam menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui peranan orang tua dalam menanamkan sikap keberagamaan pada anak usia sekolah dasar di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor Penghambat dalam menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

2. Kegunaan Penelitian

a. Agar menjadi bahan evaluasi bagi orang tua dalam menanamkan sikap keberagamaan anaknya agar menjadi muslim yang baik b. Supaya hasil dari penelitian yang dilakukan dapat memberikan

(17)
(18)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Peranan Orang Tua Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan Anak

Usia Sekolah Dasar

1. Pengertian Peranan Orang Tua

“Peranan” berasal dari kata peran berarti sesutau yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang utama.1 peranan menurut levinson sebagai mana dikutip oleh Soejono Soekanto sebagai berikut:

“Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan serangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.”2

Menurut Biddle dan Tomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-prilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. misalnya dalam keluarga, prilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi atau lain-lain. kalau peran ibu digabungkan dengan peran ayah maka menjadi peran orang tua dan

1

W.J.S Poerwadarmanita, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), h. 735

2

(19)

menjadi lebih luas sehingga prilaku-prilaku yang diharapakan juga menjadi lebih beraneka ragam.3

Orang tua adalah pertama dan utama dalam keluarga, dikatakan pendidik yang pertama di tempat inilah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Dikatakan pendidikan utama karena pendidikan dari tempat ini mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan anak kelak dikemudian hari, karena perannya sangat penting maka orang tua harus benar–benar menyadarinya sehingga mereka dapat memperankannya sebagai mana mestinya.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak–anak mereka, karena dari merekalah anak mula–mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. 4

Sebelum membahas lebih meluas lagi terlebih dahulu penulis akan mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian orang tua, diantaranya:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua diartikan : a. Ayah dan Ibu kandung,

b. Orang–orang tua atau orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya)

c. Orang–orang yang di hormati (disegani) dikampung. 5

Sedangkan dalam pengertian bahasa arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan al– walid.6

Adapun dalam penggunaan bahasa Inggris istilah orang tua dikenal dengan sebutan “ parent “ yang artinya “ orang tua laki – laki atau ayah, orang tua perempuan atau ibu “7

3

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. V, h. 224.

4

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. VI,h. 35.

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 627.

6

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al- Munawwir Ara Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka progressif, 1997), Cet. 14, h. 1580

7

(20)

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu yang merawat dan mendidik anaknya, mereka pemimpin bagi anak dan keluarganya, juga orang tua adalah panutan dan cerminan bagi anaknya yang pertama kali ia kenal, ia lihat dan ia tiru, sebelum anak mengenal lingkungan sekitarnya.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua

Manusia ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah. Tanpa pertolongan orang lain, terutama orang tuanya, ia tidak bisa berbuat banyak dibalik keadaannya yang lemah itu ia memiliki potensi yang baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

Fungsi keluarga adalah bertanggung jawab menjaga dan menumbuh kembangkan anggota-anggotanya, pemenuhan kebutuhan para anggota keluarga sangat penting, agar mereka dapat mempertahankan kehidupannya, yang berupa pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan untuk pengembangan fisik dan sosial, dan kebutuhan akan pendidikan formal, dan non formal dalam rangka mengembangkan intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual.

Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tuanya untuk memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri

Salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anak–anaknya adalah“ mendidik mereka dengan akhlak mulia yang jauh dari kejahatan dan keliruhan, seorang anak memerlukan pendalaman dan penanaman nilai–nilai norma dan akhlak kedalam jiwa mereka. Sebagaimana orang tua harus terdidik dan berjiwa suci, berakhlak mulia dan jauh dari sifat hina dan keji, maka mereka juga dituntut menanamkan nilai–nilai mulia ini kedalam jiwa anak-anak mereka menyucikan kalbu mereka dari kotoran “.8

8

(21)

Dalam pandangan Islam anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima, karena manusia adalah milik Allah SWT. Mereka harus menghantarkan anaknya untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada- Nya.

Dalam Undang–Undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 7 ayat (1) dan ( 2) menyatakan bahwa :“Orang tua berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya dan berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anak usia wajib belajar”.9

Jadi orang tua juga mempunyai kewajiban untuk memberi pendidikan di luar rumah dengan cara mencari lembaga pendidikan yang lingkungannya mendukung dan sesuai dengan kemampuan anak.

Dalam GBHN (Ketetapan MPR No. IV/ MPR/ 1978), yang berkenaan dengan pendidikan di kemukakan antara lain : “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan dan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.”10

Menurut tim penyusun buku ilmu pendidikan Islam Dirbin Pertais Departemen Pendidkan Agama RI bahwa tanggung jawab pendidikan Islam yang harus dipikul oleh orang tua sekurang- kurangnya adalah sebagai berikut:

1. Memelihara dan membesarkan anak, inilah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan manusia. 2. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohani

dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan, dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

9

Undang –Undang RI No. 20, Sistem Pendidikian Nasional, (Jakarta: PT. Kloang Putra Timur, 2003).

10

(22)

3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dicapainya.

4. Membahagiakan anak baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.11

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman sebagai berikut :

Artinya

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan12

Menjaga diri artinya setiap orang yang beriman harus dapat melakukan

self education, melakukan pendidikan terhadap anggota keluarganya untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya. Suatu hal yang mustahil dalam pandangan Islam bila seorang yang tidah berhasil mendidik diri sendiri akan dapat melakukan pendidikan kepada orang lain, karena itu untuk menyelamatkan orang lain harus lebih dahulu menyelamatkan dirinya dari api neraka. Tidak seorang pun yang tenggelam mampu menyelamatkan orang lain yang sama- sama tenggelam.

11

Zakiah Daradjat, Ilmu…, h. 38.

12

(23)

Keharusan tanggung jawab keluarga untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya melalui pendidikan Islam juga telah ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :

ل

ﺎﻗ

ْﻋ

ا

ﻰﺿر

ةﺮْﺮه

ﻰ ا

ْ ﻋ

:

و

ْ ﻋ

ا

ا

ل

ﺎﻗ

:

ْوأ

ﺎ ﺠ

ْوأ

ادﻮﻬ

اﻮ

ةﺮﻄ ْا

ﻰ ﻋ

ْﻮ

دﻮ

آ

اﺮ

)

ىر

ﺎﺨ ْا

او

ار

Artinya

Dari Abu Hurairah ra, Ia berkata : Rasullullah SAW. Bersabda : Tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dilahirkan atas kesucian. Dan orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, majusi, atau Nashrani 13

Pengertian fitrah dalam hadist ini adalah sikap tauhid kepada Allah SWT sejak manusia dalam kandungan mereka telah melakukan perjanjian dengan Allah untuk beriman dan bertauhid kepada-Nya. Orang tuanyalah yang bertanggung jawab saat kekuatan akal pikiran manusia belum sempurna dalam memiliki tanggung jawab untuk memelihara perjanjian ini sampai anak mampu menemukan dirinya sendiri.

Ada beberapa aspek yang sangat diperhatikan orang tua sebagai realisasi tanggung jawab orang tua mendidik anak diantaranya:

a. Pendidikan ibadah,

b. Pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al-Qur’an, c. pendidikan akhlakul karimah,

d. Pendidikan akidah Islamiah. Keempat aspek inilah yang menjadi tiang utama dalam pendidikan”.14

Keluarga mempunyai tujuh fungsi, yaitu : a. Fungsi biologik,

13

Ahmad Sunarto, dkk., Tarjamah Shahih Bukhari, (Semarang : CV, Asy- Syifa, 1993), jilid II, Cet. I, h. 307.

14

(24)

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, secara biologis anak berasal dari orang tuanya.15

Fungsi bilogis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis keluarga. Dianatara kebutuhan bilogis ini adalah kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupannya, keterlindungan dari rasa lapar, haus, kedinginan kepanasan, kelelahan, termasuk juga kebutuhan mendapatkan keturunan dengan melahirkan anak-anak sebagai generasi penerus

b. Fungsi afeksi,

Keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).16

Menghadapi dan bergaul dengan anak, hendaknya memahami dan menangkap apa yang anak rasakan serta bagaimana persepsi anak tentang iklim dimana anak hidup. Makna kasih sayang orang tua terhadap anak tidak tergantung dari banyaknya hadiah yang diberikan kepadanya, melainkan lebih dari itu yakni atas dasar seberapa jauh kasih sayang itu dipersepsi atau dihayati. c. Fungsi sosialisasi,

Fungsi keluarga anak mempelajari pola- pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita- cita dan nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadian.17

Tugas orang tua dalam mendidik anaknya tidak saja mencakup pembangunan individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik. Fungsi ini akan diperkenalkan pada kehidupan sosial dan memberikan bekal kepadanya untuk mampu hidup dalam lingkungan sosialnya.

15

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 15

16

Alisuf Sabri, Ilmu…, h. 15

17

(25)

d. Fungsi pendidikan,

Keluarga sejak dahulu merupakan pendidikan dahulu merupakan institusi pendidikan.18

Fungsi pendidikan adalah fungsi yang memberikan peran kepada keluarga mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang akan datang.

Dalam melaksankan fungsi pendidikan ini keluarga sebagai salah satu tri pusat pendidikan, dalam hal ini orang tua memegang peranan utama dalam proses pembelajaran anaknya terutama pada saat mereka belum dewasa. Kegiatan pembelajaran orang tua antara lain, melalui pola asuh, pembiasaan dan keteladanan.

e. Fungsi rekreasi,

Keluarga merupakan tempat atau medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan, dan kegembiraan.19 Keluarga memerlukan suasana santai, akrab, ramah, hangat diantara diantara anggota keluarga. Rekreasi ini dapat menghindari atau mengurangi ketegangan-ketegangan yang timbul kesibukan tugas sehari-hari.

Fungsi ini tidak harus dengan kemewahan, melainkan melalui penciptaan suasana kehidupan yang tenang dan damai. Fungsi rekresi ini juga dapat membawa anggota keluarga dalam merealisasikan dirinya dalam suasana yang bebas dan nyaman sebagai selingan dari kesibukan sehari-hari.

f. Fungsi keagamaan

Merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya.20

Keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak serta anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya bukan saja untuk mengetahui kaidah-kaidah agama,

18

Alisuf Sabri, Ilmu…, h. 15

19

Alisuf Sabri, Ilmu…, h. 16

20

(26)

melainkan untuk menjadi insan yang beragama, sebagai hamba yang sadar akan kedudukannya sebagai makhluk yang diciptakan secara sempurna dan dilimpakan rahmat tanpa henti sehingga menggugahnya untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada AllahSWT dan menuju keridha-Nya.

g. Fungsi perlindungan,

Keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.21

Fungsi ini melindungi anak dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungan pergaulannya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik yang mungkin mengancam, artinya agar anak merasa terlindungi atau merasa aman. Fungsi ini juga untuk menangkal pengaruh kehidupan pada saat sekarang dan masa yang akan dating.

Ketujuh fungsi keluarga tersebut sangat besar perannya bagi kehidupan dan perkembangan kepribadian si anak. Oleh karena itu harus diupayakan oleh para orang tua sebagai realisasi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik primer.

3. Pengertian Sikap Keberagamaan

Sebelum sampai pada pengertian sikap keberagamaan terlebih dahulu ada baiknya penulis akan menguraikan tentang pengertian sikap dan pengertian keberagamaan yang merupakan kata dasar dari agama.

Menurut bahasa (etimologi), sikap adalah “Perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan”.22 sikap atau dalam bahasa Inggris disebut attitude menurut Ngalim Purwanto adalah “Perbuatan atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus”.23

21

Alisuf Sabri, Ilmu…, h. 16.

22

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus…, h. 499.

23

(27)

Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan.

Sumber lain mengatakan bahwa sikap adalah “suatu kecenderungan yang menentukan atau suatu kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang ditujukan kearah suatu objek khusus dengan cara tertentu, baik objek itu berupa orang, kelembagaan ataupun masalah bahkan berupa dirinya sendiri.24 Sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan 2 alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut atau melaksanakannya atau menjauhi/menghindari sesuatu.

Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa objek. Hal ini sesuai dengan pengertian sikap yang dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono bahwa sikap adalah kesiapan seseorang pada untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.25

Jadi, sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi secara konsisten. Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap obyek ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu obyek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa sikap merupakan kesediaan bertindak atau bertingkah laku seseorang individu yang berdasarkan pendirian dan pendapat terhadap suatu hal atau objek tertentu . tidak ada satu sikappun yang tanpa objek. Misalnya: sikap seseorang muslim terhadap daging babi yang dianggapnya sebagai makanan yang haram dan kotor. Dengan demikian sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku.

24

Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 104.

25

(28)

Sejumlah perbedaan perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama.

Yang dimaksud dengan keagamaan atau religi adalah kepercayaan terhadap suatu Zat yang mengatur dalam semesta ini26

Agama sebagai bentuk keyakinan, karena agama menyangkut masalah yang berhubungan dengan batin manusia. memang sulit diukur secara tepat dan terperinci. Hal ini pula yang membuat para ahli kesulitan dalam memberikan definisi yang tepat tentang agama. definisi agama yang diberikan oleh bebrapa penulis tampaknya belum memuaskan. Bahkan sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa usaha untuk mendefinisikan agama tidak ada gunanya.

Berikut ini penulis mencoba untuk membeberkan definisi agama dari beberapa ahli

Agama menurut Harun Nasution adalah ikatan. agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. ikatan itu berasal dari dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. satu kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indara.27

Prof Muzayyin Arifin dalam bukunya “Pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan Agama”, mengatakan:

”Dari aspek subjektif (pribadi manusia), agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia yang dijiwa oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingakah laku tersebut kepada pola hubungan antara manusia dengan Tuhan-Nya dan pola hubungan antara manusia dengan masyarakat serta alam sekitar”.28

Dari beberapa definisi agama yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar agama adalah tuntunan Tuhan untuk diikuti, dipatuhi dan diamalkan oleh manusia untuk memperoleh kebahagian

26

Panut Panuju, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), Cet. I, h. 112

27

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 7, h, 10

28

(29)

di dunia dan akhirat. Sedangkan kata agamis itu sendiri maksudnya adalah “sifat-sifat yang terdapat dalam agama, dapat juga dikatakan segala sesuatu mengenai agama.

Jadi yang dimaksud dengan menanamkan sikap keagamaan adalah memasukan sesuatu dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap agamis tersebut terwujud oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan perilaku keagamaan sebagai unsur konatif. Jadi sikap agamis merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang.

4. Tugas Orang Tua Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan Anak

Usia Sekolah Dasar

Menurut kamus bahasa Indonesia, menanamkan adalah menanam sesuatu atau menaburkan paham ajaran, memasukan, membangkitkan, atau memelihara (perasaan, cinta kasih, semagat dan sebagainya)29

Keluarga adalah sesuatu lembaga atau unit terkecil dalam masyarakat yang menjunjung harkat kemanusiaan, terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak atau saudara kandung, berfungsi bertanggung jawab menjaga dan menumbuh kembangkan anggota-anggotanya mereka bertindak dan bertanggung jawab untuk mencapai kebahagiaan. Di dalam keluargalah pusat pendidikan awal anak pada tahun-tahun formatifnya, serta di dalam keluarga pula adanya ikatan lahir batin yang kuat. Maka keluarga berkewajiban untuk menanamkan sikap keberagamaan anak sejak dini.

Pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan. Bahkan pada tahun–tahun pertama sangat penting, dan sangat tepat apabila disebut sebagai tahun–tahun yang menentukan kehidupannya. Sayangnya, orang tua banyak mengabaikan pentingnya masa kanak–kanak meskipun masa ini sangat penting. Karena, pada umur ini anak–anak berada dalam keadaan bersih. Banyak orang tua

29

(30)

berpendapat bahwa anak–anak tidaklah memahami atau belajar sesuatu sehingga mereka dengan sembarangan mengucapkan kata–kata yang kotor, bahasa yang kasar, dan mencaci maki di depan anak. Sesungguhnya, semua itu terukir di dalam hati dan pikiran anak.30

Pada umunmya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya, seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam kehidupannya. Lain halnya orang yang diwaktu kecil mempunyai pengalaman-pengalaman agama, mislanya ibu bapaknya orang yang tahu agama, lingkungan social dan kawan-kawanya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama, secara sengaja dirumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang itu akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.

Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak–anak sehingga merupakan bagiaan dari unsur–unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan–keinginan dan dorongan–dorongan yang timbul karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang atau menyelewengkan sesuatu, bukan ia takut karena ia takut akan kemungkinan ketahuan dan hukuman pemerintah atau masyarakat, akan tetapi ia takut akan kemarahan dan kehilangan ridho Allah. Jika ia menjadi seorang ibu atau bapak di rumah tangga, ia merasa terdorong untuk membesarkan anak-anaknya dengan pendidikan dan asuhan yang diridhoi oleh Allah. Ia tidak

30

Maulana Musa Ahmad Olgar, Tips Mendidik Anak bagi Orag Tua Muslim,

(31)

akan membiarkan anak–anak melakukan perbuatan–perbuatan yang melanggar hukum dan susila.31

Orang tua yang mentaati agama, dapat memberikan bimbingan hidup yang sekecil–kecilnya sampai kepada yang sebasar–besarnya, mulai dari hidup pribadi sampai sukses dalam membina kehidupan awal dari rumah tangganya dan memiliki segala yang diinginkannya, oleh karena itu hendaknya benar– benar harus dijaga ketaatan beragama yang sudah dimiliki semasa hidupnya, tetapi akan sebaliknya jika orang tua yang tidak memiliki ketaatan beragama, akan bencana kepada pribadinya bahkan kepada rumah tanggahnya.

Dapat disaksikan betapa besar perbedaan antara orang beriman yang hidup menjalankan agamanya, dengan orang yang tidak beragama atau acuh tak acuh kepada agamanya. Pada wajah orang yang hidup beragama terlihat ketentraman batin, sikapnya selalu tenang. Mereka tidak merasa gelisah atau cemas, kelakuan dan perbuatannya tidak ada yang akan menyengsarakan atau menyusahkan orang lain, lain halnya dengan orang yang hidupnya terlepas dari ikatan agama. Mereka biasanya mudah terganggu oleh kegonjangan. Perhatiannya tertuju kepada diri dan golongannya tingkah laku dan sopan santun dalam hidup, biasanya diukur atau dikendalikan oleh kesenagan – kesenagan lahiriyah.dalam keadaan senang, dimana segala sesuatu berjalan lancar dan menguntungkannya, seorang yang tidak beragama akan terlihat gembira, senang dan bahkan mungkin lupa daratan. Tetapi apabila ada bahaya yang mengancam, kehidupan susah, banyak problem yang harus dihadapinya, maka kepanikan dan kebingungan akan menguasai jiwanya, bahwa akan memuncak sampai kepada terganggu kesehatan jiwa.32

Dalam dunia modern, orang kelihatannya kurang mengindahkan agama. Anak–anak dibesarkan dan menjadi dewasa, tanpa mengenal pendidikan agama, terutama pendidikan agama dalam rumah tangga. Orang tua banyak yang menumpahkan perhatiannya kepada pengetahuan umum, tetapi sedikit sekali terhadap pengetahuan agama. Mereka tidak menyadari

31

Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001), Cet, III, h. 49.

32

(32)

bahwa apabila keyakinan beragama itu telah menjadi bagian integral dari kepribadian seseorang, maka keyakinannya itulah yang mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaannya. Jika terjadi tarikan orang kepada sesuatu yang tampaknya menyenangkan dan menggembirakan, maka keimanannya cepat bertindak meneliti apakah hal tersebut boleh atau terlarang oleh agamanya. Andai kata termasuk hal–hal yang terlarang, betapapun tarikan luar itu, tidak akan diindahkan karena ia takut melaksanakan yang terlarang oleh agama.

Orang tua merupakan pendidikan yang pertama kali bagi anak, oleh sebab itu orang tua yang harus bisa mendidik anaknya dengan sebenar– benarnya. Agama sangat pengaruh bagi orang tua tersebut, apabila orang tua tersebut tidak bisa memahami tentang agama tersebut yang dianutnya. Maka anaknya pun tidak bisa memahami ajaran agama tersebut, dikarenakan orang tuanyalah yang tidak bisa mendidik anaknya dengan selayaknya, bahwa agama sangat perlu dalam kehidupan manusia, baik bagi orang tua maupun bagi anak– anaknya.

Sigmund Freud dengan konsep Father Image (citra kebapaan) menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan anak dipengaruhi oleh citra anak kepada bapaknya. Jika seorang bapak menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik, maka anak akan cenderung mengidentifikasikan sikap dan tingkah laku sang bapak pada dirinya. Demikian pula sebaliknya, jika bapak menampilkan sikap buruk akan ikut berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak.33

Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua, yaitu mengazankan ketelinga bayi yang baru lahir, mengakikah, memberi nama yang baik, mengajarkan membaca Alquran,

33

(33)

membiasakan shalat serta bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama. Orang tua dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan 34

Dari uraian diatas telah jelas bahwasannya orang tua sebagai pendidik agama dalam memberikan contoh yang baik dan teladan dalam agama kepada anaknya. Sebagai yang dicontohkan mereka harus menyediakan suasana rumah tangga yang saleh, penuh dengan perangsang – perangsang budaya dan perasaan kemanusiaan yang mulia, bebas dari kerisauan, pertentangan dan pertarungan keluarga soal pendidikan anak hendaknya orang tua memperkenalkan anak dengan agamanya melalui pengajaran dan bimbingan, agar kelak dewasa anak selalu konsisten dengan apa yang didapatkan dari pendidikan yang dialakukan di dalam keluarga.

Oleh karena itu, orang tua hendaknya selalu mengucapkan kata–kata yang baik dan membicarakan hal–hal yang baik di depan anak. Orang tua hendaknya selalu mencurahkan perhatiannya terutama kepada masalah– masalah keIslaman. Apabila aqidah Islam dibicarakan siang dan malam dan kapan saja ada kesempatan didepan anak, maka aqidah Islam akan terukir ke dalam jiwanya yang masih murni sehingga aqidah Islam tidak akan terhapus dari jiwanya bahkan hingga anak mencapai usia lanjut.35

Orang tua harus bisa memahami fungsi kependidikan Islam yang menekankan pada pendidikan yang bersifat individual, yaitu dalam bentuk pengarahan, pembiasaan dan pelatihan agar anak-anak Mampu mewujudkan dalam dirinya prilaku atau akhlak mulia dan memelihara jalur komunikasi harmonis dengan masyarakat dan lingkunganya. 36

Menurut Zakiah Daradjat yang dikutif oleh tim dosen fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, Pendidikan agama Islam dalam lingkungan keluarga, adalah pendidikan yang berjiwa agama , terutama bagi anak–anak yang masih dalam fase pendidikan pasif, ketika pertumbuhan kecerdasannya

34

Jalaluddin, Psikologi Agama…, h. 272

35

Maulana Musa Ahmad Olgar, Tips Mendidik …, h. 102.

36

Tim Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Malang, Dasar – Dasar Kependidikan Islam,

(34)

masih kurang. Untuk itu penting diketahui bahwa orang tua : “ orang tua harus memberikan contoh didalam hidupnya, misalnya kebiasaan mengerjakan shalat, berdo’a membaca al–qur’an, disamping orang tua itu harus mengajak meneladani sikap–sikap yang baik dan terpuji. Demikian pula menanamkan sikap jujur, serta menghargai waktu, disiplin, senang membaca, cinta kerja, cinta ilmu pengetahuan, dan menghargai orang lain.” Pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap prilaku anak kelak dikemudian hari, sebab baik buruknya prilaku seseorang disekolah atau masyarakat sangat ditentukan oleh pendidikan yang diperolehnya pada waktu kecil di dalam lingkungan keluarga. Sebab itu tanggung jawab keluarga memiliki peranan yang sangat penting.37

Jika dalam diri anak sejak usia sekolah dasar sudah tertanam sikap keberagamaan yang kuat, sangatlah berbahagia bagi orang tua karena mereka tidak perlu khawatir melepas anak-anaknya dizaman modern ini, walau banyak pergaulan yang dilakukan oleh anak, akan tetapi pelaksanaan ajaran agama tidak mereka tinggalkan. Semakin mereka tumbuh besar dan dewasa maka semakin kokoh dan kuat rasa keberagamaan mereka sebagai manesfestasi dari penghayatan mereka akan kebenaran menjalankan ajaran agamanya.

Oleh karena itu, Keluarga terutama orang tua, sebaiknya tetap memberikan bimbingan dan menjadi contoh atau suritauladan bagi anak-anaknya. Bagaimanapun juga suritauladan dan bimbingan keagamaan tersebut sangatlah dibutuhkan untuk perkembangan sikap keagamaan anak. Keteladanan orang tua merupakan hal yang paling penting dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial anak. Hal ini dikarenakan keteladanan merupakan contoh yang terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya, dan tata santunnya.

37

(35)

B. Anak Usia Sekolah Dasar

1. Pengertian Anak Sekolah Dasar

Setelah masa prasekolah berakhir, maka tibalah masa sekolah yang disebut juga masa intelektual. Anak-anak itu matang atau siap bersekolah apabila ia sudah sampai pada tingkat ketangkasan dalam gerak-geriknya, yaitu sudah mempunyai pandangan hidup yang ringkas, yang tidak lagi dipengaruhi oleh perbuatan egosentris dalam alam fantasinya.

Hal ini dapat dinyatakan dengan sikap mau menerima suatu kewajiban yang dibebankan oleh orang lain kepadanya, dan adanya kesanggupan menyelesaikan kewajiaban itu sebaik-baiknya sekalipun tugas itu tidak disukainya atau memberatkan kepadanya. Anak yang demikian itu biasanya anak yang berusia 6 atau 7 tahun.

Anak-anak masa ini disebut juga usia tidak rapih, karena mereka cenderung tidak memperdulikan atau ceroboh dalam penampilan. Di masa ini juga anak sering kali tidak mengindahkan perkataan atau perintah dari orang tuanya. Mereka lebih memperdulikan kelompok bermainnya. Oleh karena itu masa ini sering disebut masa sulit oleh sebagian orang tua.38

Pengalaman pertama yang sangat berat bagi si anak adalah ketika anak mulai belajar hidup berdisiplin di sekolah, mulai duduk tenang pada jam-jam tertentu, harus patuh kepada peraturan dan lain sebagainya. Bagi anak yang biasanya dapat perhatian yang cukup atau lebih di rumah, maka pengalaman sekolah baginya adalah pengalaman yang tidak menyenangkan.39

Untuk itu sebagai orang tua dituntut untuk dapat menumbuhkan dan mendorong agar kepercayaan dirinya dapat terbangun. Sehingga dapat menentramkan keadaan meraka yang sedang kalut dengan pengalaman barunya.

38

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. I, h. 155

39

(36)

Anak-anak pada usia ini, sering disebut “usia penyesuaian diri” kerena anak-anak pada masa ini ingin menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara dan prilaku lainnya. Demikian pentingnya penyesuain ini dirasakan anak, sehingga apabila ia tidak mampu dalam penyesuaian ini ia akan menjadi anak yang terisolir, menyisihkan diri dan hidupnya tidak bahagia, merasa tidak berarti dibandingkan dengan teman anak-anak lainnya yang popular.40

Pada umur kurang lebih 12 tahun, masa anak-anak sudah berakhir baginya. Tenaga, badannya sudah cukup berkembang, telah banyak pengetahuan dan sudah banyak berfikir secara logis dan telah bisa menguasai hawa nafsunya dalam beberapa hal. Ia tidak menghendaki dirinya lebih dari kemampuannya dan biasanya merasa senang dengan kehidupannya. Demikian anak yang berusia 12 tahun menjadi anak yang tenang dan berkeseimbangan tetapi itu tidak lama karena akan timbul kegelisahan sebagai tanda krisis baru dalam perkembangannya.

2. Fase Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Usia anak sekolah dasar, bukan lagi seperti anak-anak yang mau di timang-timang dan di perlakukn seperti anak balita. Karena sekarang mereka telah mengalami perkembangan di berbagai macam aspek, antara lain :

1. Perkembangan Intelektual.

Pada umumnya anak-anak pada umur 6 tahun telah masuk sekolah Dasar. Anak-anak pada umur antara 6-12 tahun ini, berbeda dengan anak-anak dibawah umur enam tahun. Anak-anak pada umur 6-12 tahun, ditandai dengan dengan perkembanagn kecerdasan cepat. Kira –kira umur tujuh tahun pemikiran logis terus tumbuh dan berkembang dengan cepat ampai umur 12 tahu, dimana si anak telah mampu memahami hal yang abstrak.41

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelaktual atau kemampuan kognitif (seperti : membaca, menulis

40

Alisuf Sabri, Pengantar …, h. 156

41

(37)

dan menghitung). Sebelum masa ini yaitu masa pra sekolah daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan (berhayal) sedangkan pada usia SD daya fikirnya sudah berkembang kepada cara berfikir konkrit dan rasional (dapat diterima akal) walau sifatnya masih sangat sederhana. Priode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubung atau menghitung angka-angka atau bilangan). Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhan. 2. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakum semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.

3. Perkembangan Sosial

Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral(agama). Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dimulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya. Teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.

(38)

Karena pengaruh teman sangat besar, maka orang tua dan guru hendaknya membantu anak dalam memilih teman yang baik. Ukuran baik dan buruk supaya diambilkan dari nilai-nilai absolut yang tidak pernah berubah karena keadaan, zaman dan tempat.42

Oleh karena itu dituntut kerja sama yang baik antara keluarga , sekolah dan masyarakat lingkungan dalam mendukung dalam menciptakan suasana yang baik agar tujun dari hidup ono bisa tercapai.

4. Perkembangan Emosi

Menginjak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima dalam masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembnagn keluarga cenderung stabil. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil dan kurang control (seperti, melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh kecewa atau pesimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangn emosi anak cenderung kurang stabil.

Untuk itu seyogyanya orang tua senantiasa menciptakan suasana yang tenang, tentram dengan kasih sayang. Walaupun masalah tidak dapat dielakkan dari kehidupan ini, namun penyelesaiannya haruslah dengan sikap yang tenang dan mencari solusinya dengan kepala dingin.

5. Perkembangan Moral

Moral adalah realisasi dari kepribadian (mental) pada umumnya, bukanlah hasil pekerjaan pikiran semata. Berapa banyaknya orang, yang tahu bahwa yang dikatakan atau dilakukannya sebenarnya tidak dapat diterima oleh akalnya sendiri, tetapi ia masih tidak sanggup mengatasinya.43

42

Zakiah Daradjat, Pendidikan…, h 87

43

(39)

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada umumnya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menenamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya dilakukan, karena informasi yang diterima anak mengenali benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua dan lingkungan sosilnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan bersikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar/baik.

3. Perkembangan Keagamaan Anak Usia Sekolah Dasar

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah ada di setiap manusia sejak dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminology Islam dorongan ini dikenal dengan hidayat al-diniyat, berupa benih-benih keagamaan yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini manusia pada hakekatnya adalah makhluk beragama.44

Keberagamaan merupakan faktor bawaan manusia apakah nantinya setelah dewasa seseorang akan menjadi sosok penganut agama yang taat, sepenuhnya tergantung dari pembinaan nilai-nilai agama oleh kedua orang tuanya. Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi anak-anak, sedangkan lembaga pendidikan sebagai pelanjut dari pendidikan rumah tangga. Dalam kaitan dengan kepentingan ini pula terlihat peran strategis dan peran sentral keluarga dalam meletakan dasar-dasar keberagamaan

44

(40)

Keberagamaan anak pada masa sekolah adalah sungguh-sungguh, namun belum dengan pikirannya, ia menangkapnya dengan emosi, karena ia belum mampu berpikir logis. Kemampuan berpikir logisnya baru mulai tumbuh, namun tetap terkait kepada fakta yang dapat dijangkau dengan panca indranya. Anak menyangka bahwa penampilan rumah ibadah, menunjukan kuwalitas agama yang memiliki tempat ibadah tersebut. Anak akan sangat bangga dengan agama Islam apabila masjid atau mushala yang pernah dilihatnya bersih, indah dan mempesona. Yang paling menarik bagi anak dalam beragama adalah upacara keagamaan dengan pakaian seragam dan segala atributnya, terlebih apabila ia ikut serta dengan orang dewasa dalam kegiatan tersebut. Anak yang sering ikut ke masjid dengan bapaknya waktu shalat jum’at, dimana ia juga memakai peci merasa kagum, senang dan bahagia melihat dan ikut serta dengan seluruh jamah waktu berdiri bershaf-shaf melaksanakan shalat.

Saat anak meninjak usia 7 tahun, secara fisik mereka dibiasakan mengerjakan sholat (pembiasaan), kemudian setelah mencapai 10 tahun, perintah untuk melaksankan shalat secara rutin dan tepat waktu diperketat(disiplin). Pada jenjang usia ini anak-anak juga diperkenalkan kepada nilai-nilai ajarannya, diajarkan membaca al-qur’an, sunah rasul, maupun cerita-cerita yang bernilai pendidikan.45

Menurut Zakiah Darajat memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak-anak pada umur ini hendaknya memilih sifat-sifat Allah yang menyenangkan baginya, seperti Allah maha pengasih, penyayang, penolong, pelindung dan sebagainya. Sifat-sifat Allah yang menakutkan seperti menghukum, mengazab memasukan ke neraka dan sebagainya, janganlah diperkenalkan pada anak usia sekolah dasar. Karena sifat-sifat yang menimbulkan rasa takut kepada Allah dapat menyebabkan anak-anak

45

(41)

menjauhi dan menakuti-Nya, selanjutnya anak tidak berani mendekatkan diri kepada Allah SWT.46

Untuk itu pendidikan keagamaan pada masa ini dilakukan dengan penuh kesabaraan, dan jangan sekali kali memaksakan kehendak kepada anak. Cara yang paling tepat adalah pambinaan, latihan, serta suri teladan dari orang tua. Oleh karena itu sejak dini telah diupayakan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga fitrah untuk mengenal Allah serta pengabdian kepadanya akan senantiasa kokoh hingga anak tumbuh dewasa.

C. Kerangka Berfikir

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak, karena dalam keluarga inilah ia pertama kali mendapat pendidikan dan bimbingan. Keluarga juga adalah lembaga pendidikan utama, karena sebagaian besar dari kehidupannya berada dalam keluarga, dan materi pendidikan yang paling banyak diterimanya adalah dalam keluarga.

Di dalam keluarga ada aturan norma yang tidak tertulis namun ditaati oleh semua anggotanya melalui contoh, tauladan dan kasih sayang. Kewajiban utama keluarga dalam pendidikan anak adalah meletakan dasar pendidikan akhlak dan pandangan hidup beragama. Untuk itu orang tua dituntut agar dapat memberikan pendidikan agama. Sehingga dapat membentuk sikap keberagamaan yang kuat bagi anak-anaknya, sebagai bekal keberagamaan mereka di masa yang akan dating.

Keberagamaan anak pada usia sekolah dasar adalah sungguh-sungguh, namun belum dengan pikirannya, ia menangkapnya dengan emosi, karena ia belum mampu berpikir logis. Kemampuan berpikir logisnya baru mulai tumbuh, namun tetap terkait kepada fakta yang dapat dijangkau dengan panca indranya. Anak menyangka bahwa penampilan rumah ibadah, menunjukan kuwalitas agama yang memiliki tempat ibadah tersebut. Anak akan sangat bangga dengan agama Islam apabila masjid atau mushala yang pernah

46

(42)

dilihatnya bersih, indah dan mempesona. Yang paling menarik bagi anak dalam beragama adalah upacara keagamaan dengan pakaian seragam dan segala atributnya, terlebih apabila ia ikut serta dengan orang dewasa dalam kegiatan tersebut. Anak yang sering ikut ke masjid dengan bapaknya waktu shalat jum’at, dimana ia juga memakai peci merasa kagum, senang dan bahagia melihat dan ikut serta dengan seluruh jamah waktu berdiri bershaf-shaf melaksanakan shalat.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai masalah dan ha-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang meliputi tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, instrument penelitian.

A. Tempat Penelitian Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat yang dijadikan obyek penelitian adalah wilayah RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret sampai 12 April 2010

B. Metode Penelitian

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai bagaimana peranan orang tua dalam menanamkan sikap keberagamaan anak dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar, penulis menggunakan metode “Deskriftif Analisis” melalui penelitian lapanngan (Field Reseach) dan penelitian kepustakaan (LibraryReseach).

1. Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat diperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai peranan orang tua

(44)

dalam menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

2. Penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan mempelajari atau menelaah dan mengkaji buku yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas yaitu : peranan orang tua dalam menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok

C. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.1 Populasi dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di Rt01/03 kelurahan meruyung yang berjumlah 125 kepala keluarga, yang keseluruhannya berjumlah 502 orang. Dan dari sekian banyak populasi hanya terdapat 40 keluarga yang memiliki anak yang usia 7-12 tahun.

2. Sampel

Sample adalah sebagian atau wakil yang diambil dari populasi.2 Karena populasinya berjumlah berjumlah 125 kepala keluarga dan 40 kepala keluarga yang memiliki anak usia 7-12 tahun, maka penulis mengambil sample 40 kepala keluarga yang memilki anak usia 7-12 tahun dengan perincian 22 anak laki-laki dan 17 anak perempuan.

Penulis memilih anak usia 7-12 tahun sebagai sampel adalah karena anak pada usia ini mempunyai kecenderungan meniru apa-apa yang dilihat dan dirasakan. Teknik yang penulis gunakan adalah teknik total sampling.

1

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rinike Cipta,1998), cet Ke 11, hal 55

2

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 56

(45)

D. InstrumenPenelitian

[image:45.595.112.509.180.763.2]

Instrument penelitian ini dalam bentuk non tes yaitu menggunakan angket. Angket ini dalam bentuk questioner yang diperuntukan orang tua, untuk mendapatkan informasi menegenai peranana orang tua dalam menanamkan sikap keberagamaan anak usia sekolah dasar di lingkungan RT 01/03 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok.

Tabel I

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tentang Peranan Orang Tua

Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan

No Variabel Dimensi Indikator Item soal

1

Peranan Orang Tua

a. Upaya orang tua

• Menanamkan

ajaran agama kepada anak

• Memberikan nasehat yang baik kepada anak

• Mengajarkan anak tata cara shalat

• Mengajarkan anak membaca al-Quran

• Memberikan pujian atau hadiah bagi anak yang rajin melaksankan ibadah

1

2

3

4

5

(46)

b. Keteladanana

• Mengikut

sertakan anak pada TPA

• Menegur anak yang malas mengerjakan

ibadah

• Menegur anak yang tidak sopan terhadap orang lain

• Mengajak anak untuk ikut serta dalam kegiatan hari besar Islam

• Memberikan suri tauladan dalam melaksankan ibadah 6 7 8 9 10

2 Sikap

Keberagamaan Ibadah keseharian anak dalam kehidupan sehari-hari seperti shalat, mengaji, puasa serta membiasakan berdoa saat dan

• Berdiskusi tentang pentingnya beribadah kepada Allah SWT • Berdiskusi tentang ganjaran surga bagi manusia yang taat

beribadah

11

12

(47)

setelah melakukan pekerjaan

• Membiasakan anak shalat tepat waktu

• Mengajak anak untuk shalat berjamaah

• Membiasakan anak untuk berdoa setelah shalat

• Membiasakan

anak untuk mengaji setelah shalat magrib

• Membiasakan

anak puasa di bulan ramadhan

• Membiasakan anak

mengucapkan

basmalah saat hendak

melaksankan pekerjaan

• Membiaskan anak untuk

mengucapkan al-hamdulillah setelah

melaksanakan pekerjaan

13

14

15

16

17

18

19

(48)

• Membisakan

sikap bertawakal setelah

melaksanakn pekerjaan

20

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, penulis melakukan penelitan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan di lapangan secara langsung kepada keluarga yang meiliki anak usia 7-12 tahun RT 01/03 kelurahan meruyung dan mencari data yang sebenarnya.

2. Wawancara, yaitu pengunpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan tokoh masyarakat di RT 01/03 kelurahan Meruyung mengenai masalah yang diteliti.

3. Angket, yaitu pengumpulan data dengan cara menggunakan pertanyaan tertulis kepada orang tua yang terpilih sebagai sampel penelitian di RT 01/03 kelurahan meruyung Depok yang berjumlah 40 keluarga.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

1 Teknik Pengolahahan data

Untuk mengolah data-data yang terkumpul dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit data sehingga hanya data yang tepakai saja yang ada. Langkah editing ini bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan langsung melakukan langkah selanjutnya.

b. Skoring

(49)
[image:49.595.110.512.151.561.2]

Untuk menentukan skorsing semua pertanyaan angket akan ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban yang berupa huruf akan dirubah menjadi nilai angka, yaitu sebagai berikut.

Tabel 2

Pengukuran Instrumen

Pilihan Jawaban A B C D

Pertanyaan + 4 3 2 1

- 1 2 3 4

c. Tabulating

Yaitu mentabulasi data jawaban yang telah d

Gambar

Tabel I Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tentang Peranan Orang Tua
Tabel 2 Pengukuran Instrumen
Tabel 3 Penafsiran Prosentase
Tabel 5 Jenjang Pendidikan Penduduk lingkungan RT 01
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terhadap tiga perusahaan telekomunikasi menunjukkan bahwa, terdapat satu perusahaan berada di posisiberpotensi bangkrut selama 4 tahun berturut-turut, dan

In this paper is focused on the manufacture of pneumatic systems and processes to obtained the rotation and voltage with aluminum for piston tube material, buoys made of

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

Permasalahan ini dirinci dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu: proses pembentukan jaringan-aktor dalam Pilkada; dukungan DPRD; model jaringan- aktor yang

12 Saya beranggapan bahwa dosen mampu meningkatkan minat mahasiswa untuk tertarik dengan mata kuliah yang diajarkan. 13 Dosen menjelaskan materi yang

Dari hasil penelitian dapat dilihat masing-masing nilai IP dari setiap makanan ikan senangin di perairan Dumai (Tabel.2). Berdasarkan perhitungan nilai IP, didapatkan

antara PMA dengan disparitas pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi dan dengan arah yang negatif ini menunjukkan peningkatan investasi PMA menyebabkan penurunan

To make changes here, you need to understand the impact not just on users but also on SQL Server, the network, Windows Server, and SharePoint itself. In other words, a change here