• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN PADA BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA PERIODE 2009:01-2014:06

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN PADA BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA PERIODE 2009:01-2014:06"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

ALEX ABIDIN M.Z

ABSTRAK

Penelitian ini memaparkan mengenai pengaruh instrumen moneter BI Rate dalam rangka mempengaruhi pergerakan tingkat suku bunga pinjaman dan juga memaparkan faktor makroekonomi yang diduga mempengaruhi pergerakan tingkat suku bunga pinjaman yaitu variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga PUAB dalam hal ini JIBOR, serta variabel yang terkait dengan interaksi keuangan internasional yaitu nilai tukar. Analisis yang digunakan menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model) dengan periode penelitian Januari 2009-Juni 2014. Berdasarkan hasil regresiError Correction Model, dapat diketahui bahwa secara parsial variabel BIrate(RBI), inflasi (INF) dan Kurs (KURS) memberikan pengaruh positif dan signifikan, sedangkan JIBOR (JBR) memberikan pengaruh positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap Tingkat Suku Bunga Pinjaman Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia.

Berdasarkan hasil estimasi pada penelitian ini dapat diketahui bahwa secara bersama-sama dan signifikan variabel BIrate(RBI), inflasi (INF), Kurs (KURS) dan Jibor (JBR) berpengaruh terhadap Tingkat Suku Bunga Pinjaman Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia.

(2)

By

ALEX ABIDIN M.Z ABSTRACT

The purpose of this study was to describes the effect of the BI Rate monetary instruments in order to affect the movement of loan interest rate and also presented macroeconomic factors suspected to affect the movement of the loan interest rate is variable inflation, interbank interest rate in this case JIBOR, and exchange rate as well as variables related to the interaction international financial. The analysis using error correction model (ECM) with the research period in January 2009-June 2014. Based on the results of error correction model

regression, found that in partial BI rate (RBI), inflation (INF) and exchange rate (KURS) provides a positive and significant effect, while JIBOR (JBR) provides a positive and unsignificant effect statistically to the Loan Interest Rate At Private National Bank in Indonesia.

Based on the results of this study can be seen that simultaneously and

significantly BI rate (RBI), inflation (INF), exchange rate (KURS) and JIBOR (JBR) effect on the Interest Rate Loan At Private National Bank in Indonesia.

Keywords: loan interest rate, the BI rate, inflation, exchange rate, JIBOR, error

(3)

Oleh

ALEX ABIDIN M.Z

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis bernama Alex Abidin M.Z lahir pada tanggal 02 January 1993 di Waykanan, Provinsi Lampung. Penulis lahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Matzen Yusuf dan Sunyati.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Bratayudha, Waykanan, yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 01 Baradatu dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Perintis 1 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2010.

(8)

Alhamdulillhirrabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT.

Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku kepada :

1. Papa, Mama dan Ibu yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Ayah dan Ibu tercinta.

2. Serta kakak-kakakku tercinta, Yesi Ana, Eva Sari, Yedi Irawan M.Z, Dian Fisesa dan adikku Alpuja Diana Sari. Terimakasih atas perhatian, serta keceriaan yang selalu memotivasiku.

(9)

“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat : orang yang menuntut ilmu

berarti menjalankan rukun islam dan pahala yang diberikan kepadanya sama dengan para nabi”

(H.R Dailani dari anas r.a)

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik."

(Evelyn Underhill)

“Hidup adalah tentang mengukir masa depan, bukan mengungkit masa lalu.

Seburuk apapun kita pada masa lalu, percayalah tetap ada masa cerah yang akan menanti kita, tapi ingat berubah menjadi lebih baik adalah kuncinya”

(10)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Pinjaman Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Tahun 2009:01-2014:06” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya. 4. Ibu Nurbetty Herlina S, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Skripsi atas

(11)

6. Ambya, S.E.,M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

8. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan. Mas Kuswara, Mas feri,

Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’rufserta para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

9. Orang tuaku Tercinta, Papa ku tersayang Matzen Yusuf, Mama ku tersayang Sunyati, Ibu ku Surohmi dan Kakak-kakakku Yesi Ana, Eva Sari, Yedi Irawan M.Z, Dian Fisesa dan Adikku Alpuja Diana Sari beserta keluarga besarku terima kasih atas semua limpahan kasih sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

10. Pembimbing Pembantu Muhammad Sandi, S,E. Terima kasih atas waktu serta bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat A108 yang telah berjuang bersama-sama. Sandi, Yanu, Rendy, Bolang, Denis, Hasby, Ega, Abah Yogi, Wowok, Burja, Onal, Kevray, Hadi, Andhyka, Irfan, Ade, Brama, Angga Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan selama ini kelak akan berbuah manis.

(12)

13. Teman-teman satu bimbingan. Andhika Wowok, Aby Burja, Dhani

Darmawan, Dimas. Terimakasih telah berjuang bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi.

14. Sahabat-sahabat lama. Widhi Nurwahidin, Afrizal Hasan, Hermawan Sutanto, Siska Andriani, Resti Purwana Suwama, Aprilia Sartika. Terima kasih untuk dukungannya selama ini.

15. Teman Sepermainan. Surya Gondrong, Heri Hore, Tari, Dhani, Etta, Ika geseng, Andhika Ayu, Hartini, Dian, Della Marnia, Devy, Santika, Nurul, Reni Citra Oktavia, Devira Dewi Septiani, Mira Eltafiana, Diah Rahmawati, Riffeny, Tias Ismi Tamami, Suci Ramadhina, Rima, Putri, Indah, Rita, Bella, Citra, Feza, Hesti, Virzha, Putri S, Fifi, Rahma dan semua teman IPS 1. Terima kasih untuk waktu yang kalian luangkan.

16. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(13)
(14)

ii

B. Definisi Operasional Variabel ... 49

C. Uji Stasionaritas (Unit root Test) ... 51

D. Uji Kointegrasi ... 53

E. Pengujian Asumsi Klasik ... 54

1. Uji Asumsi Normalitas ... 54

2. Uji Asumsi Multikolinieritas ... 55

3. Uji Asumsi Heteroskedastisitas ... 56

4. Uji Asumsi Autokorelasi ... 57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UjiStasionaritas (Unit root Test) ... 62

1. Uji Stationeritas Data pada Level ... 62

2. Uji Stationeritas Data pada First-Difference ... 63

B. Uji Kointegrasi ... 64

D. Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) ... 70

E. Uji Lag Optimum ... 73

F. Hasil Uji Hipotesis ... 73

1. Uji t ... 73

2. Uji F ... 76

(15)

iii

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 80 B. Saran ... ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(16)

iv

Tabel Halaman

1. Rata-rata Tingkat Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja

Tahun 2009-2014 (Dalam %) ... 2 2. RingkasanPenelitian “Determinan TingkatSukuBunga

PinjamanPerbankan Di Indonesia

(PeriodeJuli 2005-Desember2011)”... 46 3. RingkasanPenelitian“PengaruhKebijakan BI Rateterhadap

SukuBungaKreditInvestasi Bank UmumPeriode

Juli 2005 -Desember 2009”... 47 4. RingkasanPenelitian “Faktor-faktorpenentutingkatsuku

bunga di Indonesia selamaperiode 1990-2005”... 47 5. RingkasanPenelitian “Determinan Tingkat SukuBunga

Pinjaman di Indonesia Tahun 1983-2002”... 48 6. RingkasanPenelitian “Faktorapasaja yangmempengaruhi

tingkatsukubungariilkreditinvestasi”... 48 7. Deskripsi Data Input ... 49 8. Hasil UjiStasionaritasMetode Augmented Dicky Fuller

TestUnit rootpada Ordo Level untuk Semua Data yang

Digunakan dalam Penelitian ... 63 9. Hasil UjiStasionaritasMetode Augmented Dicky Fuller

pada OrdoFirst-Differenceuntuk Semua Data yang

Digunakan dalam Penelitian ... 64 10. Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Pinjaman Pada Bank

Swasta Nasional di Indonesia ... 65 11. Hasil Uji Kointegrasi Metode Engle Pada Persamaan Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Pinjaman Pada Bank

Swasta Nasional di Indonesia ... 65 12. Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Pinjaman Pada Bank

Swasta Nasional di Indonesia ... 66 13. Hasil Uji Normalitas Persamaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Suku Bunga Pinjaman Pada Bank Swasta

Nasional di Indonesia ... 67 14. Hasil Uji HeteroskedastisitasNoCross TermPersamaan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

(17)

v

16. Uji LM Test ... 69 17. Hasil Estimasi Error Correction Model Pada Persamaan

Nilai Suku Bunga Pinjaman Pada Bank Swasta Nasional

di Indonesia ... 70 18. Hasil Uji Penentuan Lag Optimum dengan MetodeAkaike

Information Criterion(AIC) ... 73 19. Hasil uji t Statistik ... 74 20. Hasil Uji F ... 76 21. Estimasi Regresi Error Correction Model Pada Persamaan

Nilai Suku Bunga Pinjaman Pada Bank Swasta Nasional

(18)

vii

Lampiran Halaman

1. Data Suku Bunga Pinjaman, Suku Bunga BI Rate, Tingkat Inflasi, Nilai Tukar dan Suku Bunga JIBOR

Periode 2009:01-2009:12 di Indonesia ... L-1 2. Hasil UjiUnit Rootpada OrdoLevel ... L-7 3. Hasil UjiUnit Rootpada OrdoFirst Difference ... L-9 4. Hasil Uji Kointegrasi ... L-11 5. Hasil Uji Asumsi Klasik ... L-13 6. Hasil Error Correction Model Pada Persamaan Tingkat Suku

Bunga Pinjaman Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia ... L-17 7. Hasil Uji Penentuan Lag Optimum dengan MetodeAkaike

(19)

vi

Gambar Halaman

1. Pergerakan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank

Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06 ... 5

2. Hubungan BI rate dengan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06 ... 6

3. Hubungan Inflasi dengan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06 ... 7

4. Hubungan Kurs dengan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06 ... 9

5. Hubungan Suku Bunga JIBOR dengan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06... 10

6. Skema Kerangka Berpikir... 14

7. Keseimbangan Pasar Uang Keynes ... 26

8. Kurva Permintaan dan Penawaran dari Loanable Funds ... 27

9. TerjadinyaDemand Pull Inflation ... 39

10. TerjadinyaCost Push Inflation ... 40

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan merupakan lembaga yang vital dalam mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara. Melalui fungsi intermediasinya, perbankan mampu menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan pendanaan sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif di sektor riil. Salah satu aspek yang dinilai penting dalam kegiatan intermediasi adalah tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga dipandang sebagai indikator dalam mempengaruhi keputusan masyarakat dalam

membelanjakan ataupun menabungkan uangnya dan juga mempengaruhi keputusan dunia usaha dalam melakukan pinjaman untuk berbagai kepentingan. Pada penelitian ini penulis akan meneliti faktor-faktor apa saja yang

(21)

Tabel 1. Rata-rata Tingkat Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Tahun

2009 14,2 15,1 13,09 14,50

2010 13,3 13,73 10,6 13,25

2011 12,3 12,8 9,27 12,40

2012 12,02 12,04 8,06 11,80

2013 11,8 11,9 8,64 11,66

2014 12,2 12,95 10,16 12,43

Rata-rata 12,6 13,1 9,97 12,67

Sumber: Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Dari tabel 1 diatas menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman modal kerja pada bank swasta nasional di Indonesia memiliki rata-rata tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat suku bunga pada kelompok bank lainya yaitu sebesar 13,1%.

Tingkat suku bunga dipandang sebagai indikator dalam mempengaruhi keputusan dunia usaha dalam melakukan pinjaman untuk berbagai kepentingan.

Pertumbuhan suatu bidang usaha sebaiknya diikuti dengan upaya

mengembangkan bisnis, memperluas bidang usaha dan menambah produk atau layanan yang ditawarkan. Untuk merealisasikan tujuan itu tentu saja diperlukan tambahan modal yang dapat diupayakan melalui pinjaman dari lembaga keuangan (Bank). Salah satu produk pinjaman bank yang dapat digunakan untuk

(22)

kendala pembiayaan dalam dunia usaha sehingga memperlemah keberadaan sektor riil. (Nasution, 2011).

Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter melalui instrumen moneter untuk mencapai sasaran akhir kebijakan moneter yaitu menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai sasaran akhir tersebut, bank Indonesia menetapkan BI Rate sebagai suku bunga kebijakan untuk

mempengaruhi aktivitas kegiatan ekonomi. Bank Indonesia menyebutkan bahwa BI Rate adalah suku bunga kebijakan yangmencerminkan sikap ataustance kebikan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Tingkat suku bunga BI Rate menjadi acuan dalam pergerakan suku bunga dipasar keuangan. Peningkatan maupun penurunan BI Rate diharapkan akan diikuti oleh peningkatan /penurunan tingkat suku bunga deposito yang kemudian diikuti oleh pergerakan tingkat suku bunga pinjaman. Penurunan tingkat BI Rate menjadi single digit dan stabilnya BI Rate saat ini diharapkan oleh masyarakat agar tingkat suku bunga juga ikut turun menembus angka yang sama. Mekanisme Bi Rate dalam mempengaruhi fluktuasi tingkat bunga dapat dijelaskan melalui jalur suku bunga. (Warjiyo, 2004).

(23)

hubungan internasional, faktor luar negeri juga turut mempengaruhi pergerakan suku bunga di Indonesia seperti nilai tukar. (Waljianah, 2013).

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 memburuknya ekonomi dunia pada tahun 2008 dan adanya kasus Century menyebabkan terjadinya perubahan dalam peta perbankan seperti ketentuan-ketentuan dalam perbankan, manajemen perbankan, struktur perbankan yang akan berakibat pada berubahnya posisi dana masyarakat yang dapat dihimpun oleh perbankan dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap fluktuasi suku bunga yang ditetapkan perbankan, hal tersebut akan berimplikasi pada semakin meningkatnya persaingan perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat.

Sejak adanya deregulasi perbankan yang dikeluarkan pada 1 juni 1983, bank-bank telah diberi kebebasan dalam menetapkan tingkat suku bunga deposito, tingkat bunga pinjaman dan pengelolaan lainnya. Sehingga penghimpunan dana

(24)

Sumber: Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Gambar 1. Pergerakan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06.

Dari Gambar 1. Di atas terlihat bahwa pergerakan suku bunga Pinjaman mulai periode Januari 2009 terus mengalami penurunan hingga periode Desember 2009, kemudian meningkat pada Januari 2010, kemudian mengalami penurunan kembali pada periode Maret 2010 hingga juni 2013 dan kembali meningkat pada periode Juli 2013 hingga Juni 2014, itu berarti menunjukan pergerakan suku bunga Pinjaman sangat berfluktuasi mengikuti keadaan pasar. Suku bunga pinjaman terbesar yaitu pada periode Januari 2009 sebesar 15,99% dan yang terkecil yaitu pada periode Juni 2013 sebesar 11,43%.

Faktor Internal yang mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman yaitu BIrate,di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga dikendalikan secara langsung oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan suku bunga pada dunia perbankan Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan

(25)

-tingkat suku bunga deposito maupun kredit. Mekanisme Bi Rate dalam

mempengaruhi fluktuasi tingkat bunga dapat dijelaskan melalui jalur suku bunga. (Warjiyo, 2004).

Hubungan BI rate dengan tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.

Sumber: Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Gambar 2. Hubungan BI rate dengan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06.

Pada Gambar 2. Pergerakan BI rate dan suku bunga pinjaman berfluktuasi. Maka diduga BI rate dan suku bunga pinjaman berhubungan postif, dikarenakan apabila BI rate mengalami penurunan, suku bunga pinjaman juga mengalami penurunan. Suku bunga BI rate terkecil terjadi pada periode Januari 2012 hingga April 2013 yaitu sebesar 5,75% dengan penurunan sebesar 0,25% dari periode sebelumnya. Pada Suku bunga BI rate terkecil, suku bunga pinjaman berfluktusi berkisar 11,53% - 12,34%. Dan Suku bunga BI rate tertinggi terjadi pada Januari 2009 yaitu sebesar 8,25% dan suku bunga pinjaman sebesar 15,99%.

-Hubungan BI

rate

dengan suku bunga pinjaman

(26)

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman yakni Inflasi, inflasi akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap suku bunga , pergerakan inflasi kan segera direspon oleh pergerakan suku bunga, apabila inflasi naik maka suku bunga akan naik, begitupun sebaliknya jika inflasi turun makan suku bunga akan turun, artinya inflasi memiliki hubungan positif terhadap suku bunga, hal ini sesuai dengan teoriFisher Effect.Menurut fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat suku bunga nominal. (Mankiw, 2006:90). Jika tingkat suku bunga pinjaman lebih rendah dari tingkat inflasi, bank tidak akan memperoleh keuntungan dari penyaluran kredit. (Boediono, 1985).

Hubungan inflasi dengan tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.

Sumber: Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Gambar 3. Hubungan Inflasi dengan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06.

Pada Gambar 3. Pergerakan Inflasi dan suku bunga pinjaman berfluktuasi. Maka diduga Inflasi dan suku bunga pinjaman berhubungan positif, dikarenakan apabila

-Hubungan Inflasi dengan suku bunga pinjaman

(27)

Inflasi mengalami penurunan, suku bunga pinjaman juga mengalami penurunan. Inflasi terendah terjadi pada periode November 2009 yaitu sebesar 2,41% dengan penurunan sebesar 0,16% dari periode sebelumnya. Pada inflasi terendah, suku bunga pinjaman sebesar 14,38%. Dan inflasi tertinggi terjadi pada Januari 2009 yaitu sebesar 9,17% dan suku bunga pinjaman sebesar 15,99%.

Faktor selanjutnya yaitu nilai tukar (kurs), perdagangan antar negara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainya, yang disebut nilai tukar valuta asing atau nilai tukar (Salvatore, 208).

Hubungan nilai tukar dalam mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman dapat dijelaskan melalui teori paritas suku bunga. Berdasarkan teori paritas suku bunga, dengan adanya kondisi menurunya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (depresiasi), maka tingkat suku bunga nominal di dalam negri harus lebih tinggi dari tingkat suku bunga nominal di luar negri sebagai kompensasi atas menurunya nilai asset (deposito) dalam bentuk Rupiah.

Jika tidak demikian, maka akan terjadi peningkatan permintaan deposito dalam bentuk Dollar. Untuk menjaga keseimbangan valas dan mengantisipasi penurunan nilai mata uamg rupiah yang lebih lanjut, maka maka suku bunga deposito dalam rupiah dinaikkan. Naiknya suku bunga deposito dalam rupiah akan menyebabkan naiknyacost of fundperbankan, untuk menghindari spread yang negatif maka suku bunga kredit akan turut dinaikkan. (Sambodo, 2011).

(28)

Sumber: Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Gambar 4. Hubungan Kurs dengan Suku Bunga Pinjaman Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06.

Pada Gambar 4. Pergerakan kurs dan suku bunga pinjaman berfluktuasi. Maka diduga kurs dan suku bunga pinjaman berhubungan positif, dikarenakan apabila kurs mengalami penurunan, suku bunga pinjaman juga mengalami penurunan. Kurs terendah terjadi pada periode Agustus 2011 yaitu sebesar 9.032 Ribu Rupiah, pada kurs terendah, suku bunga pinjaman sebesar 12,75%. Dan kurs tertinggi terjadi pada Januari 2014 yaitu sebesar 12.680 Ribu Rupiah dan suku bunga pinjaman sebesar 12,68%.

Faktor terakhir yang mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman adalah suku bungaJakarta Interbank Offered Rate(JIBOR), JIBOR merupakan suku bunga yang digunakan sebagai suku bunga pada padanan antarbank di Indonesia. Bank yang kelebihan dana (surplus unit)akan meminjamkan dananya kepada bank yang kekurangan dana (deficit unit),sebagai kompensasinya bank yang memberikan pinjaman akan mengenakan suku bunga tertentu. Suku bunga itulah yang disebut suku bungaJakarta Interbank Offered Rate(JIBOR). Suku bunga JIBOR

menggambarkan kondisi pasar uang sebagai hasil dari kegiatan pendanaan dan 0

Hubungan Kurs dengan suku bunga pinjaman

Suku Bunga Pinjaman Kurs

(29)

penanaman modal jangka pendek perbankan. Karena mempengaruhi retun dan risk perbankan maka perubahan dalam suku bunga JIBOR secara cepat

ditransmisikan ke suku bunga deposito yang akhirnya mempengaruhi suku bunga kredit. (Sarwono, 1998).

Hubungan suku bunga JIBOR dengan tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia dapat dilihat pada gambar 5.

Sumber: Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Gambar 5. Hubungan Suku Bunga JIBOR dengan Suku Bunga Pinjaman Pada Bank Swasta Nasional di Indonesia Periode 2009:01-2014:06.

Pada Gambar 5. Perkembangan tingkat bunga JIBOR menunjukan fluktuasi, hal ini disebabkan perekonomian dunia yang terus berfluktuasi. terlihat bahwa pergerakan suku bunga JIBOR mulai periode Januari 2009 terus mengalami penurunan hingga periode Mei 2010, pada periode Juni 2010 hingga Oktober 2011 pergerakanya stabil berkisar 6,9% - 7,1% dan kembali menurun pada periode November 2011 hingga Juni 2013, kemudian terus meningkat hingga periode Juni 2014, itu berarti menunjukan pergerakan suku bunga JIBOR sangat

-Hubungan JIBOR dengan suku bunga pinjaman

(30)

berfluktuasi mengikuti keadaan pasar dan seiring dengan pergerakan suku bunga pinjaman. Maka diduga suku bunga JIBOR dan suku bunga pinjaman

berhubungan postif, dikarenakan apabila suku bunga JIBOR mengalami penurunan, suku bunga pinjaman juga mengalami penurunan dan sebaliknya. Suku bunga JIBOR terbesar yaitu pada periode Januari 2009 sebesar 11,43% dan suku bunga pinjaman sebesar 15,99%, sedangkan suku bunga JIBOR yang terkecil yaitu pada periode April 2012 sebesar 3,98% dan suku bunga pinjaman sebesar 12,11% .

Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia, berusaha untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia dengan cara menekan laju inflasi, melalui penekanan jumlah uang beredar di masyarakat dengan menaikan suku bunga SBI diharapkan uang yang beredar di masyarakat akan terserap oleh bank-bank umum akibat dari tingkat suku bunga perbank-bankan yang juga ikut naik. Tingkat suku bunga pada dasarnya merupakan refleksi dan kekuatan permintaan dan penawaran dana. Dengan demikian tingkat suku bunga mencerminkan tingkat kelangkaan atau kecukupan dana di masyarakat. Selain itu, tingkat suku bunga mempunyai kaitan yang cukup erat dengan berbagai indikator ekonomi lainnya baik internal maupun eksternal. (Nasution, 2011). Oleh karena itu upaya pengendalian tingkat suku bunga yang dilakukan harus selalu memperhatikan keseimbangan berbagai faktor. Atas dasar pemikiran di atas maka peneliti

mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI

(31)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian penelitian yang dilalukan, yaitu: 1. Bagaimana pengaruh suku bunga BIrate terhadap tingkat suku bunga

pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh suku bunga JIBOR terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pnelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh BIrateterhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia.

(32)

D. Kerangka Pemikiran

Suku bunga yang terjadi pada dasarnya merupakan refleksi dari kekuatan permintaan dan penawaran dana di masyarakat. Di Indonesia masih mengalami kesenjangan antara tabungan masyarakat dan kebutuhan investasi. Keadaan ini menjadikan dana sebagai komoditas yang cukup langka dan harganya dalam hal ini bunga biasanya cenderung tinggi. Tingginya tingkat bunga sebenarnya merupakan refleksi dari langkanya dana tersebut. Tingginya tingkat suku bunga pinjaman menjadi penyebab utama adanya kendala pembiayaan dalam dunia usaha sehingga memperlemah keberadaan sektor riil. (Nasution, 2011). Tingkat suku bunga di Indonesia tergolong paling tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga negara ASEAN baik ditarik dari ukuran tingkat suku bunga nominal yang tercermin dalam tingkat suku bunga acuan maupun tingkat suku bunga riil.

(33)

sepenuhnya ditransmisikan ke suku bunga kredit di Indonesia. Begitu halnya dengan kondisi penurunan BI Rate pada tahun 2007 dan kondisi BI Rate yang cenderung rendah dan stabil sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 kurang direspon oleh pergerakan tingkat suku bunga pinjaman , tingkat suku bunga pinjaman cenderung bergerak landai (penurunan yang kurang signifikan). (Nasution, 2011). Selain Instrumen Kebijakan BI Rate, faktor-faktor yang berasal dari makro perekonomian indonesia dan luar negeri tetap diperhitungkan pada penentuan tingkat suku bunga pinjaman di Indonesia. Inflasi dan suku bunga PUAB merupakan faktor yang sangat berperan penting dalam mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman. Sebagai negara dengan kondisi perekonomian yang terbuka yang turut melakukan hubungan internasional, faktor luar negeri juga turut

mempengaruhi pergerakan suku bunga di Indonesia seperti nilai tukar.

Perkembangan tingkat bunga pinjaman dipengaruhi oleh banyak faktor, namun berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka variabel-variabel yang akan diteliti dapat ditunjukkan dalam kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 6. Skema Kerangka Berpikir. Suku Bunga BIRate

Inflasi

Nilai Tukar

JIBOR

(34)

E. Hipotesis

Dari kerangka pemikiran teoritis diatas, maka dapat diambil beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga suku bunga BI rate mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia.

2. Diduga inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia.

3. Diduga nilai tukar mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia.

4. Diduga suku bunga JIBOR mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada bank swasta nasional di Indonesia.

F. Sistematika Penulisan Bab I.

Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, permasalahan, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian dan sitematika pnulisan.

Bab II.

Tinjaun Pustaka. Berisikn Tinjaun teoritis dan tinjaun empirik yang relevan dengan penelitian ini.

Bab III.

Metode Penelitian. Terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, batasan variabel, alat analisis serta pengujian hipotesis.

Bab IV.

(35)

Bab V.

(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank

Kata bank yang berasal dari bahasa italia banca, dalam wikipedia berbahasa inggris, pengertian bank adalah a financial intermediary thataccepts deposits and channels those deposits into lending activities, eitherdirectly or through capital markets. A bank connects customers with capitaldeficits to customers with capital surpluses. Wikipedia Indonesia mengatakan bahwa bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai bank note. Menurut Pasal 1 Undang - Undang No. 4 Tahun 2003 tentang perbankan, bank adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

(37)

2. Sumber Dana Bank

2.1. Sumber Dana Pihak Pertama

Yang merupakan sumber Dana Pihak Pertama adalah modal, yaitu sejumlah dana yang diinvestasikan untuk mendirikan suatu bank oleh pemiliknya. Modal

merupakan faktor yang sangat penting bagi bank yaitu sebagai alat penampung risiko kerugian (Riyadi, 2006). Dalam neraca bank, dana modal terdiri atas beberapa pos berikut ini:

1. Modal disetor

Modal disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham saat pendirian bank, biasanya dipakai untuk menyediakan tanah, gedung, peralatan kantor dan kegiatan promosi.

2. Agio saham

Agio saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham.

3. Cadangan-cadangan

Cadangan-cadangan adalah sebagian laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lain untuk menampung risiko yang dapat terjadi di masa mendatang.

4. Laba ditahan

(38)

Basel Accord I menetapkan modal bank paling sedikit sama dengan 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Modal bank terdiri dari dua komponen (Ghozali, 2007):

1. Modal inti (Tier 1 Capital)

Terdiri dari paid up stock dan cadangan yang sudah ditentukan kegunaannya (disclosed reserve) yang berasal dari laba ditahan.

2. Modal tambahan (Tier 2 Capital)

Terdiri dari perpetual securities, cadangan yang belum ditentukan kegunaannya (undisclosed reserves), hutang subordinasi yang jatuh temponya lebih dari 5 tahun dan saham yang redeemable atas opsi penerbit

2.2. Sumber Dana Pihak Kedua

Sumber Dana Pihak Kedua adalah sumber dana bank yang dapat diperoleh

melalui Pasar Uang Antarbank dan melalui Pasar Modal dengan cara menerbitkan surat berharga jangka panjang atau obligasi. Kegiatan pinjam – meminjam

antarbank yang dilakukan oleh bank – bank komersial di pasar uang adalah untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek atau untuk menghindari adanya idle cash. Instrumen pasar uang yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun diantaranya Promissory Notes atau promes, Banker’sAcceptance, Commercial Paper dll (Riyadi, 2006).

2.3. Sumber Dana Pihak Ketiga

(39)

1. Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah

Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah adalah kewajiban – kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Instrumen DPK ini terdiri dari Giro, Simpanan berjangka, tabungan dan kewajiban yang segera dapat diabayar, surat berharga yang diterbitkan pinjaman yang diterima, setoran jaminan, dll. Tidak termasuk dana dari Bank Indonesia.

2. Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing

Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga baik kepada penduduk maupun bukan penduduk, termasuk pada Bank Indonesia, bank lain dalam pinjaman pasar uang (Riyadi, 2006).

3. Pengertian Suku Bunga

(40)

4. Jenis-Jenis Suku Bunga

Ada berbagai jenis suku bunga yang dapat dikelompokan menjadi empat jenis yaitu:

4.1. Suku Bunga Dasar (Bank Rate)

Suku Bunga Dasar adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral atas kredit yang diberikan oleh perbankan, dan tingkat suku bunga yang

ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Pasar perhitungan tingkat suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersial untuk menghitung suku bunga kreditvyang dikenakan pada nasabahnya.

4.2. Suku Bunga Efektif (Effective Rate)

Suku Bunga Efektif adalah tingkat suku bunga yang dibayar atau harga beli suatu obligasi (bond). Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat nominal tertentu, maka semakin tinggi bunga efektifnya, dan sebaliknya. Jadi, ada

hubungan yang terbalik antara harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya.

4.3. Suku Bunga Nominal (Nominal Rate)

Suku Bunga Nominal adalah tingakt suku bunga yang dibayarkan tanpa dilakuakan penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi.

4.4. Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate)

(41)

apabila secara anuitas akan memberikan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.

Berdasarkan pada kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat maka suatu bunga dapat dikelompokan dalam dua jenis, yaitu: a. Suku Bunga

Bunga Pinjaman adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atas balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya: giro, bunga tabungan, bunga deposito.

b. Suku Bunga Pinjaman

Suku Bunga Pinjaman adalah biaya atau harga yang harus dibayar oleh nasbah (peminjam) kepada bank atas dana yang diberikan kepadanya. Contoh: bunga kredit.

Kredit perbankan dapat diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan beberiapa kreteria yaitu :

a. Jangka Waktu Kredit

Kreteria kredit berdasarkan jangka waktu dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Kredit jangka pendek

Kredit yang memiliki jangka waktu maksimum satu tahun. Misalnya untuk membiayai modal kerja, pembiayaan musiman.

(42)

Kredit yang jangka waktunya lebih dari satu tahun, contohnya adalah kredit investas

b. Sifat penggunaan dana 1. Revolving

Pada kredit revolving pinjaman yang telah dilunasi masih dapat ditarik

kembali maka sifat pemakaian dana jenis kredit ini adalah “ naik-turun”

sesuai dengan kebutuhan debitur. 2. Non Revolving

Kredit tidak dapat ditarik secara berulang-ulang. c. Tujuan penggunaan dana

Kreteria kredit penggunaan dana dapat dibagi menjadi : 1. Kredit modal kerja ( working capital loan)

Kredit modal kerja ( working capital loan) kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan usahanya atau perputaran modal misalnnya pemberian barang dagangan dan lainnya. Sifat penggunaan dana dapat revolving dan non revolving.jenis kreditnya pinjaman aksiet (dl) ,PRK ( OD) bisa juga term loan ( TL ) . Umumnya jangka waktu kredit kurang atau sama dengan satu tahun.

2. Kredit investasi( investment Loan)

(43)

TL. TL dengan grace periode atau kentraction loan dan umunya jangka waktu kredit lkebih dari saru tahun.

3. Kredit konsumsi ( consumer loan )

Kredit yang diberkan bank untuk membiaya pembeluan barang, yang tujuannya tidak untuk usaha tetapi untuk penmakain pribadi, sifat

menggunaan dananya non revolving dan jenis kredit pada umumnya term loan, KPR, car loan.

d. Cara penarikan / pembayaran kembali kredit

Ada dua sistem penarikan dan pengembalian kredit yaitu: 1. Tidak ter-schedule

artinya penarikan dan kredit dapat dilakukan setiap saat selama periode kredit masih berlaku dengan pembeitahuan kepada pihak bank sedangkan untuk pembayaran/pelunasan pinjaman dapat dilakukan setiuap saat tanpa jadwal tertentu.

2. Terschedule

Penarikan dana kredit yang telah ditentukan pembayaran/pelunasan jadwal tertentu: Pembayaran dengan sistem angsuran bulanan.

e. Sifat Suku Bunga 1. Variabel rate

Tingkat suku bunga yang dapat berubah-ubah dan tergantung dari kondisi pasar (base rate).

2. Fixed rate

(44)

5. Teori Suku Bunga

5.1. Teori Tingkat Suku Bunga Fischer

Terdapat dua tingkatan bunga yaitu bunga nominal dan bunga riil. Tingkat bunga yang dibayar oleh bank adalah tingkat bunga nominal dan kenaikan dalam daya beli masyarakat adalah tingkat bunga riil. Hubungan antara ketiga variabel tersebut dalam dinyatakan dalam persamaan Fischer sebagai berikut:

r = i –π

dimana, r : real interest rate (tingkat bunga riil)

i : nominal interest rate (tingkat bunga nominal)

π : tingkat inflasi

Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perubahan tingkat bunga dapat terjadi karena adanya perubahan tingkat bunga riil atau perubahan tingkat inflasi.

5.2. Teori Tingkat Bunga Keynes

Bunga adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Dalam teori preferensi likuiditas, Keynes menjelaskan pandangannya mengenai bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek. Teori preferensi likuiditas adalah kerangka kurva LM. Teori ini memiliki asumsi adanya penawaran uang riil tetap dan biasanya tidak tergantung oleh tingkat bunga, yaitu:

(45)

Bunga adalah salah satu determinan dalam memutuskan berapa banyak uang yang ingin dipegang oleh seseorang. Ketika tingkat bunga naik, maka masyarakat cenderung memilih sedikit memegang uang, sehingga:

�/� �=L(r) (2.2)

Dimana fungsi L(r) menunjukan bahwa jumlah uang yang diminta tergantung pada tingkat bunga.

Sumber: Mankiw edisi keempat, 2000

Gambar 7. Keseimbangan Pasar Uang Keynes

Menurut teori preferensi likuiditas menyebutkan bahwa tingkat bunga

menyesuaikan untuk menyeimbangkan pasar uang. Dalam teori ini, penurunan dan peningkatan penawaran uang akan berpengaruh terhadap jumlah penawaran uang riil dan tingkat bunga keseimbangan. Jika tingkat harga tetap, penurunan dalam penawaran uang dari � ke � akan mengurangi penawaran uang riil. Karena itu, tingkat bunga keseimbangan akan naik dari � ke � . Sebaliknya, peningkatan dalam penawaran uang yang dilakukan oleh bank sentral akan meningkatkan penawaran uang riil, sehingga tingkat bunga keseimbangan akan

penawaran nn

Keseimbangan uang rill,M/P

� /P � /P

r

� �

(46)

turun dari � . ke � (Gambar 7). Jadi, menurut teori preferensi likuiditas, penurunan dalam penawaran uang akan menaikkan tingkat bunga, dan peningkatan dalam penawaran uang akan menurunkan tingkat bunga. 5.3. Teori Loanable Funds

Teori loanable funds meramalkan dan menganalisis perubahan suku bunga dengan menggunakan penawaran dan permintaan dana sebagai dasarnya.

Sumber: Mankiw edisi keempat, 2000

Gambar 8. Kurva Permintaan dan Penawaran dari Loanable Funds Kurva penawaran menunjukkan tabungan atau keinginan pemilik dana untuk meminjamkan dana kepada investor. Suku bunga dalam hal ini menunjukkan harga dari loanable funds. Slope kurva penawaran positif menunjukkan semakin tinggi tingkat suku bunga akan mempengaruhi pemilik dana untuk menyediakan dana dengan volume lebih besar. Kurva permintaan menunjukkan investasi atau permintaan peminjaman dana baik secara langsung ke publik atau melalui bank. Suku bunga bagi peminjam menunjukkan biaya dari peminjaman. Slope kurva

(47)

permintaan negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya maka semakin rendah dana yang diinginkan peminjam dan sebaliknya (Gambar 2.2 ).

5.4. Teori Interest Rate Parity (IRP)

Interest Rate Parity adalah kondisi ekuilibrium dimana selisih suku bunga antara dua valuta diimbangi oleh selisih kurs forward dengan kurs spot ( Madura, 1997 : 192). Paritas suku bunga merupakan teori yang menyatakan bahwa besaran premi (atau diskon) kurs forward seharusnya seimbang dengan perbedaan suku bunga dari kedua negara terkait. Pada keseimbangan tersebut, kurs forward berbeda kurs spot pada jumlah tertentu yang dapat mengompensasi perbedaan suku bunga antara dua mata uang. Paritas tingkat bunga memainkan peran penting

(48)

1. Formula Paritas Suku Bunga

Hubungan antara premium (atau diskon) forward dengan selisih suku bunga menurut IRP disederhanakan sebagai berikut:

P = �−�

� = ih - if Dimana :

P = Premium (atau diskon) forward F = Kurs forward dalam dolar S = Kurs spot dalam dolar ih = Suku bunga domestik if = Suku bunga luar negeri

Bentuk sederhana ini memberikan estimasi yang layak pada saat selisih suku bunga cukup kecil. Variabel-variabel yang terdapat dalam persamaan ini tidak diubah ke dalam bentuk tahunan. Semakin besar selisih suku bunga luar negeri di atas suku bunga lokal, semakin besar diskon forward yang dihasilkan oleh

formula IRP.

2. Hubungan Paritas Suku Bunga Dengan Arbitrasi Internasional

Paritas suku bunga (IRP) adalah ketika kekuatan pasar memaksa

perubahan suku bunga dan kurs nilai tukar sedemikian rupa sehingga arbitrase perlindungan suku bunga (Covered Interest Arbitrage) tidak dapat dilakukan lagi dan terjadi keseimbangan. Paritas suku bunga tidak menyatakan bahwa investor dari Negara berbeda akan mendapatkan pengembalian yang sama.

(49)

bunga untuk memperoleh pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari Negara asal mereka masing-masing. Arbitrase

perlindungan suku bunga mungkin tidak menguntungkan karena berbagai karakteristik investasi asing, termasuk biaya transaksi, risiko politik dan perbedaan hukum pajak.

3. Paritas Suku Bunga Eksis

Untuk menentukan secara tepat apakah IRP eksis, perlu membandingkan kuotasi kurs forward dan kuotasi suku bunga pada suatu waktu tertentu. Jika kuotasi kurs forward dan suku bunga berasal dari waktu yang berbeda, hasilnya bisa

mengalami distorsi. Hubungan aktual antara premium (diskon) forward dengan perbedaan suku bunga secara umum mendukung IRP Walaupun terdapat sejumlah deviasi, deviasi tersebut tidak cukup besar untuk membuat covered interest

arbitrage berharga untuk dilakukan. Hubungan antara mata uang nilai tukar dari dua negara dan lokal tingkat suku bunga, dan yang penting peran yang dimainkan di pasar valuta asing. Menurut konsep, perbedaan antara tingkat bunga pasar di dua negara adalah sama dengan perbedaan antara maju dan tempat pertukaran tukar mata uang masing-masing. Oleh karena itu tidak ada arbitrasi kesempatan dalam reksa perdagangan mata uang mereka dapat eksis kecuali pada saat paritas turun. Namun dalam praktek, karena pemerintah campur tangan melalui kontrol mata uang, yang penuh kesadaran dari paritas ini mungkin tidak terjadi.

(50)

Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran modal masuk (capital inflows) di luar negeri, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing.

4. Pertimbangan-Pertimbangan Pada Saat Menilai Paritas Suku Bunga

Jika IRP tidak eksis, belum tentu covered interest arbitrage cukup berharga untuk dilakukan. Hal ini disebabkan adanya biaya-biaya potensial yang muncul jika berinvestasi di dalam negeri. Biaya-biaya tersebut meliputi:

Biaya transaksi Jika seorang investor ingin memperhitungkan biaya transaksi,titik aktual yang mencerminkan selisih suku bunga dan premium kurs forward harus jauh dari garis IRP agar covered interest arbitrage layak dilakukan. Kebijakan restriksi valuta Suatu krisis di negara asing bisa membuat pemerintahnya membatasi pertukaran valuta lokal dengan valuta-valuta lain. Dalamhal ini, investor tidak bisa menggunakan dana sampai pemerintah asing yang bersangkutan menghilangkan restriksi atas arus modal. Undang-undang

(51)

6. BI Rate

6.1. Pengertian BI Rate

Sebagaimana yang disebutkan dalam Inflation Targeting Framework bahwa BI Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI Rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali

ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama. Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa BI Rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate tersebut.

Sedangkan menurut Dahlam Siamat dalam bukunya yang berjudul Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan moneter dan Perbankan menyebutkan bahwa BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter.(Dahlan siamat, 2005:139)

(52)

6.2. Mekanisme Penetapan BI Rate

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Dalam kondisi tertentu, jika dipandang perlu, BI rate dapat disesuaikan dalam RDG pada bulan-bulan yang lain. Pada dasarnya perubahan BI rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran Inflasi yang ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan, antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang disampaikan secara

triwulanan dan press release bulanan.

Operasi Moneter dengan BI Rate dilakukan melalui lelang mingguan dengan mekanisme variabel rate tender dan multiple price allotments.(Dahlan

Siamat,2005: 140). Dengan demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI Rate yang ditetapkan oleh Bank indonesia akan diperkuat melalui berbagai transaksi keuangan di pasar keuangan.Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian likuiditas di pasar, Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter harian melalui instrumen Fine-Tune Operations (FTO) dengan under lying instrument SBI dan SUN. (Dahlan Siamat, 2005;140).

Proses penetapan respon kebijakan moneter dalam hal ini BI Rate:

1. Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam RDG triwulanan. 2. Respon kebijakan moneter diharapkan untuk periode satu triwulan kedepan. 3. Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan memperhatikan efek

(53)

4. Dalam kondisi yang luar biasa, penetapan respon kebijakan moneter dapat dilakukan dalam RDG bulanan. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework)

Selain itu yang menjadi pertimbangan dalam penetapan respon kebijakan tersebut adalah :

1. BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar dapat tetap berada pada sasaran yang telah dirtetapkan. Perubahan BI rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya dipandang telah bersifat permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya. 2. BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan

mempertimbangkan :

a. Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.

b. Berbagai informasi lainnya seperti leading indocators, expert opinion, asesmen faktor resiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework).

3. Strategi Komunikasi BI Rate.

Untuk lebih memudahkan masyarakat memahami tentang kebijakan moneter Bank Indonesia yang dilihat dari perubahan BI Rate, maka dilakukan berbagai strategi komunikasi terhadap masyarakat Tujuan strategi komunikasi ini menurut Dahlan Siamat adalah untuk membantu secara bertahap menurunkan dan

(54)

sebagai faktor penyebab inflasi, disamping dampak administered prices, volatile foods dan pengaruh langsung nilai tukar (direct exchange rate pass-trough). Selain melalui press release dan konferensi pers yang secara reguler

mengumumkan keputusan RDG, penguatan strategi komunikasi tersebut

dilakukan melalui penerbitan Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan. Di dalamnya akan memuat assesmen menyeluruh Bank Indonesia mengenai

perkembangan terkini makroekonomi, inflasi, kondisi moneter, prakiraan inflasi kedepan, dan respon kebijakan moneter yang diperlukan untuk membawa inflasi ke arah sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Strategi komunikasi lain yang lazim dipraktekan oleh bank-bank sentral yang menerapkan ITF (Inflation Targeting Framework) adalah dengan penjelasan-penjelasan Dewan Gubernur mengenai kebijakan moneter di berbagai kesempatan maupun publikasi dan penjelasan mengenai kerangka kebijakan moneter yang baru, proses inflasi di Indonesia, proses perumusan kebijakan moneter, model-model prakiraan ekonomi, maupun operasi operasi moneter. Selain itu juga melalui media elektronik dan juga website Bank Indonesia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah melalui :

1. Press Realease.

2. Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan. 3. Publikasi dan penjelasan Dewan Gubernur. 4. Media elektronik.

(55)

Selain strategi komunikasi terhadap masyarakat, diperlukan juga koordinasi dengan pemerintah agar kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dapat sejalan dengan kebijakan umum pemerintah.

7. Inflasi

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menuerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Laju inflasi merupakan faktor penting dalam menganalisa dan meramalkan suku bunga. Selisih antara suku bunga nominal dan inflasi adalah ukuran yang sangat penting mengenai beban sesungguhnya dari biaya suku bunga yang dihadapi individu dan perusahaan. Suku bunga riil juga menjadi ukuran yang sangat penting bagi otorisasi moneter. Peningkatan ekspektasi inflasi akan cenderung meningkatkan suku bunganominal. Hal ini berarti pada suku bunga nominal akan cenderung terkandung ekspektasi inflasi untuk memberikan tingkat kembalian riil atas penggunaan uang.

7.1. Teori Inflasi a. Teori Kuantitas

(56)

supali uang dengan cepat, maka tingkat harga akan meningkat dengan cepat (Mankiw, 2000).

b. Teori Inflasi Menurut Aliran Klasik

Teori inflasi klasik berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Jadi menurut teori klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan volume transaksi maka solusinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut lebih jauh dapat dirumuskan sebagai berikut :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, kredit)

c. Teori Inflasi Menurut Aliran keynes

(57)

sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)

d. Teori Inflasi Menurut Aliran Moneterisme

Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :

Inflasi = f(kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif)

e. Teori Ekspektasi

Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi :

(58)

7.2. Jenis Inflasi

Ada beberapa cara untuk menggolongkan jenis-jenis inflasi, anatara lain: 1. Menurut Penyebab Awal Inflasi

a. Demand-Pull Inflation

Yaitu Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat (sering disebut dengan inflasi murni).

Harga D2

D1 S

P2

P1 D2

D1

0 Q1 Q2 Output

Sumber: Mankiw edisi keempat, 2000

Gambar 9. Terjadinya Demand Pull Inflation

Sebagaimana dalam gambar, perekonomian dimulai pada P1 dan tingkat output riil dimana (P1,Q1) berada pada perpotongan antara kurva permintaan D1 dan kurva penawaran S. Kurva permintaan bergeser keluar D2 pergeseran seperti itu dapat berasal dari faktor kelebihan pengeluaran permintaan.

(59)

b. Cost-Push Inflation

Cost push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi.

Harga

P2 S2

P1 S1

D

0 Q1 Q2 Output

Sumber: Mankiw edisi keempat, 2000

Gambar 10. Terjadinya Cost Push Inflation

Pada gambar di atas telah disajikan kurva penawaran bergeser dari S1 ke S2 harga tertentu saja naik dan menyebabkan inflasi dorongan biaya. Naiknya harga dan turunnya output seringkali diberi nama dengan “stagnasi inflasi”.

c. Inflasi Permintaan dan Penawaran

(60)

2. Berdasarkan Asal Inflasi

a. Domestik Inflation atau inflasi yang berasal dari dalam negeri.

Inflasi ini terjadi karena pengaruh kejadian ekonomi yang terjadi di dalam negeri, misalnya terjadinya defisit anggaran belanja negara yang secara terus menerus di atas dengan mencetak uang. Hal ini menyebabkan jumlah uang yang dibutuhkan di masyarakat melebihi transaksinya dan ini menyebabkan nilai uang menjadi rendah dan harga barang meningkat.

b. Imported Inflation atau inflasi yang tertular dari luar negeri

Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga barang ekspor seperti teh dan kopi di luar negeri (negara tujuan ekspor), harganya mengalami kenaikan dan ini membawa pengaruh terhadap harga di dalam negeri.

8. Penggolongsn inflasi berdasrakan besarnya, yaitu: a. Inflasi Ringan

Inflasi dengan laju pertumbuhan secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10% per tahun.

b. Inflasi Sedang

Inflasi dengan laju pertumbuhan berada antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. c. Inflasi Berat

(61)

d. Hiperinflasi

Inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun, ini merupakan inflasi yang paling parah dampaknya.

8. Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar atau disebut juga Nilai Tukar Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainya, yang disebut nilai tukar valuta asing atau nilai tukar (Salvatore, 208).

(62)

Nilai tukar ril adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan mengunakan rumus di bawah ini:

Ԛ = S�

�∗

di mana Q dalah nilai tukar ril, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.

9. Pengertian Suku Bunga JIBOR

Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) adalah suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi pasar uang antarbank atau PUAB di Indonesia. Yang dimaksud dengan suku bunga indikasi penawaran adalah suku bunga pada transaksi unsecured loan antar bank, yang mencerminkan:

1. Suku bunga pinjaman yang ditawarkan suatu bank kepada bank lain sekaligus.

2. Suku bunga pinjaman yang bersedia diterima suatu bank dari bank lain. JIBOR terdiri atas 2 mata uang yakni rupiah (IDR) dan dolar AS (US$), dengan masing-masing terdiri dari 6 tenor yakni 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

(63)

a. Mendorong pengembangan PUAB terutama untukt transaksi dengan tenor diatas 1 bulan yang saat ini transaksinya sangat kecil dan tidak memiliki benchmark suku bunga.

b. Mendorong pelaku pasar untuk menciptakan instrumen pasar uang lain yang berbasis suku bunga.

c. Menciptakan benchmark suku bunga bagi transaksi derivatif dan transaksi yang berbasis floating rates.

d. Membantu bank dalam menentukan suku bunga pinjaman dan deposito bagi nasabah prima.

e. Membantu pembentukan benchmark untuk pasar obligasi.

Bank Indonesia terus melakukan upaya penyempurnaan dalam rangka menjadikan JIBOR sebagai suku bunga acuan yang kredibel di pasar uang. Pada tanggal 7 Februari 2011, dilakukan penyempurnaan ketentuan sebagai berikut:

1. Batas waktu penyampaian laporan 07.00-17.00 WIB 07.00-10.30 WIB. 2. Batas waktu penyampaian koreksi 07.00-17.00 WIB 10.30-11.00 WIB. 3. Fixing time Bergerak selama batas waktu penyampaian laporan dan koreksi

11.00 WIB.

(64)

5. Periode evaluasi kontributor Tidak ada evaluasi sejak pembentukan awal di tahun 1993 Setahun sekali (dapat lebih apabila ada kondisi khusus yang menyebabkan perubahan signifikan terhadap kontributor JIBOR). 6. Kriteria penentuan kontributor Belum diatur secara spesifik Keaktifan

transaksi di PUAB.

Bank Indonesia melakukan monitoring harian untuk meningkatkan kualitas JIBOR, guna memastikan bahwa kuotasi data suku bunga penawaran yang disampaikan oleh bank kontributor JIBOR mencerminkan kondisi pasar. Selain itu, Bank Indonesia juga terus melakukan upaya penyempurnaan terkait JIBOR yang akan dikomunikasikan kepada pelaku pasar dan publik dalam rangka membangun awareness dan komitmen bersama sebagai bagian dari upaya

(65)

B. Tinjauan Empiris

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

Tabel 2. Ringkasan Penelitian “DETERMINAN TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN PERBANKAN DI INDONESIA(Periode Juli 2005-Desember 2011)”

Penulis Riza Waljianah (2013)

Judul DETERMINAN TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN

PERBANKAN DI INDONESIA(Periode Juli 2005– Desember 2011)

Tujuan Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh dari beberapa faktor terhadap penetapan tingkat suku bunga pinjaman satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan duabelas bulan pada bank-bank umum pemerintah dan bank-bank umum swasta nasional

Variabel Suku bunga deposito, suku bunga pinjaman, BI rate, Inflasi, pasar Uang antar Bank (PUAB), KURS, SIBOR.

Model Analisis Analisis regresi berganda bertahap dan koefisien determinasi

Kesimpulan Setelah melakukan langkah analisis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, BI Rate memberikan kontribusi yang paling besar dalam

mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman. Kebijakan BI Rate telah efektif dalam mempengaruhi pergerakan tingkat suku bunga perbankan di Indonesia. Kedua, suku bunga PUAB tidak dapat memberikan respon pergerakan yang serupa terhadap pergerakan tingkat suku bunga pinjaman, akibatadanya permasalahan dalam struktur PUAB di Indonesia. Ketiga, inflasi tidak dapat menjelaskan

pengaruhnya secara nyata terhadap suku bunga pinjaman. Keempat, Penurunan nilai mata uang Rupiah akibat melemahnya ekspor dan ketidakstabilan pasar keuangan, memicu kebijakan untuk menaikkan tingkat suku bunga deposito guna meningkatkan aliran modal masuk, kenaikan suku bunga deposito selanjutnya direspon oleh kenaikan suku bunga pinjaman sebagai komponen pendapatan bagi perbankan.Kelima Penurunan SIBOR tidak dapat diikuti oleh pergerakan tingkat suku bunga di Indonesia, dengan kondisi internal makroekonomi Indonesia yaitu peningkatan laju inflasi pada tahun 2008 dan tekanan nilai tukar Rupiah pada tahun 2009, maka sebagai langkah kebijakan,

(66)

Tabel 3. Ringkasan Penelitian “Pengaruh Kebijakan BI Rate terhadap Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode Juli 2005 -Desember 2009”

Penulis Nugroho (2010)

Judul Pengaruh Kebijakan BI Rate terhadap Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode Juli 2005 -Desember 2009 Tujuan Untuk mengidentifikasi variabel-variabel penentu yang

mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman pada bank umum periode 2005-2009

Variabel Pada penelitiannya variabel yang digunakan tidak hanya BI Rate melainkan terdapat variabel lain yaitu pertumbuhan kredit, kurs US$, inflasi dan suku bunga SIBOR sebagai variabel yang mempengaruhi tingkat suku bunga kredit investasi.

Model Analisis Error Corection Model

Kesimpulan Dalam jangka pendek hanya variabel SIBOR yang tidak berpengaruh secara signifikan pada suku bunga kredit investasi, sedangkan BI Rate, pertumbuhan kredit, dan kurs memiliki hubungan positif, Inflasi mempunyai hubungan yang negatif pada suku bunga kredit investasi. Untuk jangka panjang variabel kurs tidak signifikan berpengaruh,

sedangkan BI Rate, pertumbuhan kredit, inflasi dan SIBOR memiliki pengaruh yang searah dan signifikan terhadap pergerakan tingkat suku bunga kredit investasi.

Tabel 4. Ringkasan Penelitian “Faktor-faktor penentu tingkat suku bunga di Indonesia selama periode 1990-2005”

Penulis Rahmawati dan Olty Tetya (2006)

Judul Faktor-faktor penentu tingkat suku bunga di Indonesia selama periode 1990-2005

Tujuan Untuk mengetahui dampak dari PDB, Money Supply,tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan tingkat suku bunga luar negeri (LIBOR) terhadap suku bunga di Indonesia selama periode 1990-2005.

Variabel PDB, Money Supply,tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan tingkat suku bunga luar negeri (LIBOR)

Model Analisis Error Correction Model (ECM)

(67)

Tabel 5. Ringkasan Penelitian “Determinan Tingkat Suku Bunga Pinjaman di Indonesia Tahun 1983-2002”

Penulis Kurniawan (2004)

Judul Determinan Tingkat Suku Bunga Pinjaman di Indonesia Tahun 1983-2002.

Tujuan Untuk mengidentifikasi variabel-variabel penentu yang mempengaruhi tingkat Suku Bunga Pinjaman di Indonesia Tahun 1983-2002.

Variabel SIBOR, tingkat jumlah uang beredar, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan tingkat PDB

Model Analisis Error Correction Model(ECM)

Kesimpulan Efek dalam jangka pendek dan jangka panjang. Setelah melewati berbagai pengujian, penelitian di atas memberikan kesimpulanbahwa dalam jangka pendek, JUB dan

inflasi tidak signifikan terhadap tingkat suku bunga pinjaman, sedangkan Variabel SIBOR dan SBI memiliki hubungan negatif dengan tingkat suku bunga pinjaman dalam jangka pendek, sedangkan PDB memiliki hubungan yang positif. Untuk jangka panjang, variabel SBI dan PDB tidak signifikan dalam mempengarugi suku bunga

pinjaman SIBOR dan JUB memiliki hubungan positif sedangkan inflasi memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat suku bunga pinjaman.

Tabel 6. Ringkasan Penelitian “Faktor apa saja yangmempengaruhi tingkat suku bunga riil kredit investasi”

Penulis Sambodo (2001)

Judul Faktor apa saja yangmempengaruhi tingkat suku bunga riil kredit investasi

Tujuan Untuk menganalisis pengaruh Ekpektasi perubahan nilai tukar, pertumbuhan kredit domestik, ekpektasi inflasi, penawaran uang, suku bunga riil deposito terhadap tingkat suku bunga riil kredit investasi.

Variabel Ekpektasi perubahan nilai tukar, pertumbuhan kredit

domestik, ekpektasi inflasi, penawaran uang, suku bunga riil deposito

Model Analisis Ordinary Least Square (OLS)

Kesimpulan Variabel suku bunga deposito berpengaruh secara positif dan paling besar pada suku bunga riil kredit investasi, ekpektasi nilai tukar juga memiliki hubungan positif, sedangkan ekspektasi inflasi dan pertumbuhan kredit memiliki hubungan yang negatif, Money Supplymemiliki

(68)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga pinjaman, suku bunga BI rate, jumlah uang beredar, inflasi, nilai tukar , dan suku bunga JIBOR, data yang digunakan adalah data sekunder berupa data bulanan dalam bentuk runtun waktu (time series). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis dan sumber data dirangkum dalam Tabel 3.1 dan data input disajikan dalam lampiran.

Tabel 7. Deskripsi Data Input

Nama Data Simbol Periode

Waktu

Satuan Pengukuran

Sumber Data Suku bunga pinjaman Y Bulanan Persentase (SEKI) – BI Suku Bunga (BI Rate) RBI Bulanan Persentase (SEKI) – BI Inflasi INF Bulanan Persentase (SEKI) – BI Nilai tukar KURS Bulanan Ribu Rupiah (SEKI) – BI Suku bunga JIBOR JBR Bulanan Persentase (SEKI) – BI

B. Definisi Operasional Variabel

(69)

1. Suku Bunga Pinjaman

Suku Bunga Pinjaman adalah biaya atau harga yang harus dibayar oleh nasbah (peminjam) kepada bank atas dana yang diberikan kepadanya, pada penelitian ini suku bunga pinjaman yang diteliti adalah suku bunga pinjaman berdasarkan modal kerja yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai

kegiatan usaha atau perputaran modal misalnnya pemberian barang dagangan dan lainnya.

2. Suku Bunga BI Rate

BI Rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama.

3. Inflasi

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menuerus dalam jangka waktu yang cukup lama.

4. Nilai tukar

Nilai tukar atau disebut juga Nilai Tukar Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain.

5. Suku bunga JIBOR

(70)

C. Uji Stasionaritas (Unit root Test)

Uji stasioneritas akar unit (unit root test) merupakan uji yang pertama harus dilakukan sebelum melakukan analisis regresi dari data yang dipakai. Tujuan uji stasioneritas adalah untuk melihat apakah rata-rata varians data konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua atau lebih data runtun waktu hanya tergantungpada kelambanan antara dua atau lebih periode waktu tersebut. Pada umumnya, datatime-series sering kali tidak stasioner. Jika hal ini terjadi, maka kondisi stasioner dapat tercapai dengan melakukan diferensiasi satu kali atau lebih. Metode pengujian unit root yang digunakan dalam penelitian ini adalah Phillips- Perronunit root test.

Prosedur uji unit root adalah:

1. Dalam uji unit root yang pertama dilakukan adalah menguji masing-masing variabel yang kita gunakan untuk penelitian dari setiap level series.

2. Jika semua variabel adalah stasioner pada tingkat level, maka estimasi terhadap model yang digunakan adalah regresi Ordinary Least Square (OLS).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembuatan atau perancangan sistem informasi pemesanan tiket bus secara online berbasis web ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas meliputi :.. Sistem

[r]

Hasil simulasi ketiga DAS kemudian dibandingkan sehingga dapat dilihat unjuk kerja kedua persamaan evapotranspirasi aktual dalam menghitung kehilangan air yang akan

Dengan menggunakan OpenSSH dan Script Bash dapat digunakan untuk membangun sebuah aplikasi sederhana yang sifatnya open source untuk mendukung proses

Nurpatonah, E., 2015, Sistem Informasi Pemesanan Wedding Organizer Berbasis Android pada Java Exist Management , Universitas Komputer Indonesia, Bandung, Jurnal

RPI2JM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang.. mencakup multi sektor, multi sumber pendanaan, dan multi

Jika adik menonton televisi, pada saat atau pada waktu yang bagai mana. Pada jam yang

Bahan yang digunakan dalam filter ini adalah duroid RT-5880 yang memiliki konstanta dielektrik sebesar 2.2.Hasil pengukuran dari filter yang direalisasikan berada