• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ratna Trieka Agustina Lilik Bintartik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ratna Trieka Agustina Lilik Bintartik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Keterampilan Bahasa Inggris Siswa Kelas 3 SD

Ratna Trieka Agustina Lilik Bintartik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jl. Surabaya 6 Malang

Abstract: : English instructional book is one of the dominant resource books at the elementary

school. The aim of this research is describing (1) the instructional approach of the English in-structional book, (2) the aim of the instruction of the English inin-structional book, (3) the content area of the English instructional book, and (4) the model or proto type of the book which can improve and motivate elementary students to study English. In order to obtain this purpose,

this research used a descriptive qualitative approach in the first year and it will be continued

in the second year by using a research based development by Borg & Gall. The results of the research showed that (1) the instructional approach of the English instructional book does not totally work well as there are still a lot of words unavailable in the context of communication and it does not also refer to the concept of teaching language as a whole language; (2) the aim of the instruction related with the language skills, reading, writing, listening, and speaking, is not presented integratively. The text material only includes texts of conversation and there is no narration or description. It proves that the language skill is not taught on the concept of whole language; (3) the content of the materials does not motivate the students to study and make elementary students enjoy and happy to learn English as a foreign language because there is no fun materials such as songs, games, and stories.

Kata kunci: pengembangan, buku pengajaran bahasa Inggris, peningkatan, keteram-pilan berbahasa

Kebijakan pemerintah yang berorientasi ke depan, telah terwujud dengan diterbitkannya Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 yang diikuti dengan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 menyebutkan tentang pengem-bangan sumber daya manusia. Kebijakan ini kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993. Esensi dari Keputusan Pemerintah tersebut adalah dimungkinkannya dimulai pengajaran baha-sa Inggris di tingkat SD sebagai mata pelajar-an muatpelajar-an lokal.

Kebijakan pemerintah tersebut disambut baik oleh masyarakat, terbukti dengan dilak-sanakannya pelajaran bahasa Inggris sebagai

muatan lokal hampir di seluruh Sekolah Dasar khususnya di kota Blitar mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Sayangnya situasi tersebut tidak diikuti dengan persiapan yang matang baik dari sisi tenaga pengajaran/guru-guru dan bahan ajarnya. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar belum sesuai dengan yang di-harapkan dan sesuai dengan karakteristik pe-belajar usia muda yang masih dalam tingkat perkembangan operasional konkrit.

(2)

(3) pengetahuan diperoleh siswa melalui teraksi sosial. Di samping itu pendekatan in-tegratif juga menekankan pada keterpaduan empat aspek kete-rampilan berbahasa me-liputi; reading, writing, listening, and speaking

yang tercermin dalam setiap aktivitas kegiat-an pembelajarkegiat-an bahasa.

Di samping itu, pendekatan komunikatif yang menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan aspek budaya, Dengan demikian, pendekatan komunikatif menga-rahkan siswa bukan semata pada penguasaan struktur tetapi lebih mengarahkan pada pen-guasaan kompetisi komunikatif, agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwa komunikasi secara efektif. Interaksi pembelajaran seyogyanya disesuaikan dengan karakteristik pebelajar usia muda.

Berdasarkan hasil pengamatan yang di-lakukan peneliti pada saat medi-lakukan pe-nelitian berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris melalui Pendekatan Proses dalam membaca Cerita di kelas 3 Ben-dogerit Kota Blitar, tercermin bahwa buku ajar bahasa Inggris merupakan sarana yang digunakan dalam aktivitas belajar mengajar di kelas. Bahkan dapat dikatakan bahwa ke-giatan pembelajaran di kelas merupakan cer-minan atau transfer dari kegiatan yang ter-cantum dalam buku ajar tersebut.

Jenis ragam buku ajar yang digunakan di-tentukan oleh sekolah dan biasanya besarnya diskon harga yang diberikan oleh penerbit juga menjadi penentu. Kota Blitar terdiri dari tiga Kecamatan, yakni: (1) Kecamatan Kepan-jen Kidul berjumlah duapuluh satu SD; (2) Kecamatan Sanan Wetan dua puluh satu SD; dan (3) Kecamatan Sukorejo delapan belas SD dengan penggunaan buku ajar yang bera-gam.

Kondisi tersebut perlu mendapat perha-tian dan telaah untuk mendapat informasi apakah buku ajar tersebut memiliki

kuali-fikasi yang memadai. Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan rancangan

pe-nelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan, tujuan, area isi, dan interaksi pembelajaran yang ter-dapat dalam buku ajar bahasa Inggris kelas tiga. Dipilihnya kelas tiga karena siswa kelas tiga merupakan kelas akhir siswa duduk di kelas rendah sehingga siswa perlu dipersiap-kan lebih baik untuk dapat berada di kelas tinggi yakni, kelas empat SD. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan deskripsi tentang keberadaan buku ajar yang selama ini digunakan di Sekolah Dasar. Selanjutnya deskripsi tersebut digunakan sebagai dasar pengembangan model buku ajar bahasa Ing-gris yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa usia Sekolah Dasar.

Manfaat dari hasil penelitian ini akan sa- ngat berguna bagi: (1) guru-guru sekolah dasar kelas 3 sekota Blitar yang selama ini mengandalkan buku ajar sebagai salah satu buku ajar bahasa Inggris dalam rangka me-ningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa; (2) siswa kelas 3 SD sebagai pengguna buku ajar tersebut yang diharapkan dapat mengoptimalkan keterampilan bahasa Ing-gris mereka yang meliputi reading, writing, l is-tening, speaking; dan (3) peneliti dalam rangka meningkatkan kekreativitasan peneliti da-lam kemampuannya mengembangkan buku ajar yang sesuai dengan siswa usia Sekolah Dasar. Sedangkan ruang Lingkup Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji keberadaan buku ajar bahasa Inggris yang digunakan di kelas 3 SD kota Blitar. Kajian buku ajar terse-but terkait dengan pendekatan pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan area isi/bahan pem-belajaran.

METODE

(3)

ob-servasi mengenai buku ajar. Data yang diper-oleh selanjutnya dianalisis secara induktif. Adapun deskripsi hasil penelitian ini meli-puti: (1) mendiskripsikan pendekatan pem-belajaran yang digunakan dalam buku ajar bahasa Inggris kelas 3 SD di kota Blitar; (2) mendiskripsikan tujuan pembelajaran yang tercermin dalam buku ajar kelas 3 SD di kota Blitar; (3) mendiskripsikan area isi (bahan pembelajaran) dalam buku ajar kelas 3 SD di kota Blitar; dan (4) Mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris yang sesuai dengan siswa usia kelas 3 Sekolah Dasar berdasarkan hasil deskripsi buku ajar yang telah ada.

HASIL

Temuan data penelitian ditinjau dari pendekatan komunikatif dapat dilihat dari masing-masing kegiatan pembelajaran yang terwadahi dalam tema. Tampilan pendekatan komunikatif pada instrumen pendekatan ko-munikatif butir 1, yaitu bahasa digunakan se-bagai alat komunikasi dan tidak terbatas pada tata bahasa dan kosa kata tetapi juga pada fungsinya sebagai alat komunikasi masih be-lum optimal dengan prosentase kurang ko-munikatif sebesar 50%. Ketidak optimalan kompetensi komunikatif mencapai 72% dan keterkaitan dengan faktor penentu komu-nikatif sebesar 86%.

Pendekatan Integratif yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa bertumpu pada pandangan Whole Language yang berpan-dangan tentang hakekat bahasa dan belajar bahasa dinyatakan kurang integatif sebe-sar 65%. Keterpaduan tema yang mewadahi seluruh aktivitas pembelajaran menandai dipenuhinya unsur pendekatan integratif berkaitan dengan penyajian pembelajaran bahasa tersaji secara terpadu antara materi dalam pembelajaran bahasa dan berpijak pada satu tema tertentu dinyatakan kurang terpadu sebesar 43%. Sedangkan ditinjau dari pendekatan integratif yang terkait

den-gan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni membaca, menyimak, berbi-cara dan menulis dinyatkan kurang terpadu sebesar 43%.

Kriteria Pendekatan Integratif yakni meng-

optimalkan efektifitas dan keterpaduan

deng-an deskripsi keefektifdeng-an komunikasi secara luas sebagai tujuan pembelajaran kurang

op-timal sebesar 72% dalam aktifitas pembelaja -ran. Pendekatan integratif dengan penyajian menurut konteks, masih belum tersaji secara optimal yakni sebesar 64% dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang dikreasikan. Pendekatan integratif berkaitan dengan pem-berian kegiatan motorik dengan deskripsi menyediakan kegiatan untuk dilakukan pe-serta didik, bermain peran dan permainan sama sekali atau 100% belum tersaji dalam serangkaian pembelajaran yang diciptakan.

Pendekatan proses yang terkait dengan

pemberian akifitas pada siswa juga belum

bisa dilaksanakan secara optimal yakni

sebe-sar 100%. Aktifitas yang berorientasi pada

siswa hanya terbatas pada aktivitas verbal yang belum melibatkan siswa secara mental maupun emosional.

Ditinjau dari tujuan pembelajaran, ke-munculan tema dalam mewadahi setiap ak-tivitas pembelajaran dengan menghadirkan kosakata baru sebesar 86% telah terpenuhi dengan deskripsi kurang lebih 150 kata. Tu-juan pembelajaran yang terkait dengan as-pek keterampilan bahasa yaitu keterampilan membaca dengan keterampilan membaca teks sederhana berbentuk narasi, deskripsi, percakapan, dan berbentuk khusus seperti jadwal atau bagan ucapan dengan intonasi 93% belum tercermin dalam kegiatan pembe-lajaran.

Tujuan Pembelajaran yang terkait dengan keterampilan menyimak dinyatakan kurang tersaji sebesar 28%. Sedangkan keterampilan berbicara relatif masih kurang tersaji secara opimal sebesar 50% dan keterampilan menu-lis kurang tersaji sebesar 14%.

(4)

keluasan materi, pengenalan konsep dari yang mudah ke tingkat yang sulit tercermin dari paparan kalimat yang sederhana dan mengan-dung unsur kosa kata yang terkait dengan tema disajikan sebagai awal setiap sajian pembelajaran yang terdapat dalam keseluruhan tema, meskipun aktivitas yang diciptakan belum mencapai tahap konsep keutuhan (whole language) secara optimal yakni sebesar 72%. Kedalaman materi sebe-sar 72 % telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik sekolah dasar dengan menghadirkan gambar-gambar pada setiap aktivitas pembelajaran sebagai bentuk konkretisasi. Meskipun dari segi tampilan, ilustrasi gambar belum berada dalam tingkat yang dapat mempengaruhi emosional anak digemari anak usia sekolah dasar.

Keakuratan konsep telah tersaji secara akurat sebesar 72% dengan tidak menimbul-kan makna ganda dengan ditandainya ke-hadiran satu ilustrasi gambar yang mewakili satu konsep dengan jelas. Pemanfaatan alat/ teknologi modern dalam area isi pembelaja-ran nampak pada sajian gambar-gambar yang beragam sesuai dengan konsep yang ingin di-tanamkan. Belum tampak adanya bentuk alat lain selain gambar yang digunakan

Area isi yang terkait dengan pelatihan ba-hasa sebagai alat komunikasi tersaji dalam setiap aspek keterampilan berbahasa sebesar 100% dengan keterampian berbicara, menyi-mak, menulis dan membaca meskipun belum secara optimal berada dalam penggunaan ba-hasa secara utuh, alamiah dan kontektual.

Area isi Pembelajaran yang terkait deng-an pemberideng-an kesempatdeng-an untuk menebak telah tersaji sebesar 86%. Keruntutan konsep yang tertuang pada area isi pembelajaran ter-cermin dengan cara menyajikan hal-hal yang dikenal siswa melalui lingkungan kehidupan siswa sehari-hari yang dimunculkan pada sa-jian tema yang mewadahi seluruh aktivitas pembelajaran yang terkait dengan tema terse-but sebesar 93%.

Kekontektualan area isi dalam aktivitas

yang utuh, terpadu, alamiah, bermakna, rele-van, dan fungsional dalam konteks pemaka-ian komunikasi sesungguhnya belum secara optimal berkisar antara 65% tertuang da-lam area isi pembelajaran. Kesesuaian den-gan tingkat berpikir relatif telah diupayakan tersaji sebesar secara optimal 93% dengan menghadirkan ilustrasi gambar.

Area isi yang terkait dengan kesesuai-an dengkesesuai-an tingkat perkembkesesuai-angkesesuai-an sosial dkesesuai-an emosional belum secara optimal (50%) dike-mas dalam setiap sajian aktivitas pembela-jaran. Hal ini dapat dicermati dengan belum munculnya aktivitas pembelajaran yang me-libatkan emosional siswa usia kelas 3 SD de-ngan menyajikan pembelajaran bahasa Ing- gris yang dapat meningkatkan minat dan memotivasi siswa untuk menyenangi bahasa Inggris, misalnya nyanyian, permainan, dan cerita. Bentuk pemahaman relatif melibatkan aktivitas mental.

PEMBAHASAN

(5)

lah untuk berkomunikasi, meliputi listening, speaking, reading, dan writing. Aktivitas ber-bahasa sedapat mungkin mendekati aktivitas berbahasa seperti dalam kehidupan sehari-hari (closeness to real life), alami, otentik, dan kontekstual.

Pendekatan integratif merupakan pende-katan yang bertumpu pada tampilan bahasa secara utuh, terpadu alamiah, bermakna rele-van, dan fungsional (Weaver 1990: 5). Keku-rangoptimalan penerapan pendekatan inte-gratif pada tampilan buku ajar bahasa Inggris terbitan A nampak belum adanya keterkaitan yang erat antara masing-masing teks yang disusun sehingga koherensi wacana belum tersaji secara runtut dan padu. Tampilan kon-teks wicara dalam satu wacana tersebut tidak sepenuhnya berkaitan satu dengan yang lain, konteks percakapan yang dibangun tidak utuh, pewicara A berkomunikasi dengan B, dan terputus. Selan-jutnya, pewicara C dan D, begitu seterusnya sampai pewicara G dan H meskipun berada topik yang sama, yaitu di dapur. Hal ini ditunjang dengan ilustrasi gambar pewicara yang memang berbeda.

Pendekatan integratif butir 3 menyatakan bahwa pembelajaran kosakata dilakukan da-lam konteks wacana yang dipadukan dada-lam pembelajaran speaking, reading, writing, and listening. Dalam buku ajar terbitan A, pembe-lajaran kosa kata cenderung disajikan dalam tataran kata yang terlepas dari wacana. Lis-tening diimplementasikan dengan cara men-dengarkan kosa kata tersebut writing dengan menuliskan sajian pembelajaran kosakata dengan cara menyajikan perbendaharaan ka-ta-kata secara terlepas mencerminkan belum optimalnya hakekat bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Gunadi (2003) menya-takan bahwa kemampuan bahasa diukur di atas konteks kalimat (beyond sentence level). Makna bahasa lahir secara keseluruhan. Ba-hasa tidak dapat dipisahkan dalam konteks penggunanya. Keterampilan berbicara tam-pak lebih disajikan secara kontekstual da-lam sajian wacana percakapan dibandingkan

lainnya, yakni menyimak, menulis dan mem-baca yang rata-rata hanya paparan kata-kata terlepas dari konteks wacana. Namun sebai-knya keterampilan bahasa listening, speaking, reading, dan writing, disajikan secara terpadu dengan mengoptimalkan terjadinya unsur komunikasi tanpa pemilahan.

Berkaitan dengan kegiatan yang melibat-kan melibatmelibat-kan motorik peserta didik, misal-nya permainan gerak dan lagu serta bermain peran berkaitan dengan cerita sederhana, se-cara keseluruhan data tidak mengoptimalkan unsur-unsur kegiatan motorik peserta didik. Perlu diketahui bahwa perkembangan mental peserta didik usia sekolah dasar masih bera-da bera-dalam tingkat perkembangan operasional konkrit dengan dominasi kegiatan motorik. Penggunaan gambar dalam pembelajaran memberikan penggambaran konkrit tentang hal-hal yang dipelajari siswa. Aktivitas mo-torik membuat pembelajaran tidak monoton dan dapat memotivasi siswa untuk menye-nangi pembelajaran bahasa Inggris. Hal ini juga sejalan dengan penganut pandangan konstruktivisme Vygotsky dan Bruner dalam Suyanto, .K.E. (2005) yang menyatakan bah-wa sisbah-wa sendirilah yang aktif membangun pengetahuan dengan menggunakan proses mental yang aktif dan dinamis.

Ditinjau dari pendekatan proses, belum tampak keaktifan siswa dalam menca-ri send-iri hal-hal yang ingin mereka pelajari misalnya menggambar, mewarnai, menulis, dan mence-ritakannya secara sederhana seperti yang dimo-delkan oleh guru. Vgotsky dalam Suyanto, K.E (2005) menyatakan bahwa anak pada dasarnya adalah pebelajar aktif yang hidup di antara orang lain sejak dini dan memahami sesuatu melalui interaksi sosial.

(6)

pe-terpenuhi.

Aspek keterampilan berbahasa yang terkait dengan keterampilan membaca/ read-ing belum tampak tersaji kegiatan pembela-jaran yang melibatkan teks sederhana dalam bentuk narasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat membaca teks sederhana berbentuk narasi, deskripsi dan bentuk khusus seperti jadwal atau bagan ucapan dengan intonasi yang benar.

Aspek keterampilan berbahasa yang terkait dengan keterampilan menyimak/ lis-tening terkait dengan kegiatan pembelajaran menyimak kosakata yang diajarkan yang di-sajikan dalam tataran kata dan bukan dalam wacana. Dengan demikian tujuan pembelaja-ran yang terkait dengan keterampilan menyi-mak belum disajikan sesuai dengan hakekat pembelajaran bahasa, yakni terpadu, alami-ah, bermakna, relevan dan fungsional dalam konteks pemakaian komunikasi yang sesung-guhnya (Weaver 1990: 5) secara optimal. As-pek keterampilan berbicara/ speaking secara optimal tampak telah muncul diberbagai ke-giatan pembelajaran dalam buku teks terbitan A. Kegiatan pembelajaran berbicara/ speaking

diterapkan dengan berlatih percakapan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang terkait dengan keterampilan berbicara telah tercapai melalui berbagai kegiatan. As-pek keterampilan menulis, yakni siswa dapat menyalin kalimat atau paragraf pendek atau melengkapi kalimat dengan gambar-gambar belum seluruhnya terpenuhi. Hal ini disebab-kan belum hadirnya kegiatan yang melibat-kan siswa untuk menulis paragraf pendek.

Ditinjau dari keluasan pengenalan kon-sep makna kata bahasa Inggris yang disajikan dari yang mudah ke tingkat yang lebih sulit. Hal ini dapat dilihat dari tampilan data yang terkait dengan bentuk ungkapan yang relatif pendek dan dikembangkan ke bentuk me-nyusun kata untuk menjadi ungkapan, telah disesuaikan dengan tingkat kematangan pe-serta didik yang masih berada dalam tingkat perkembangan operasional konkrit. Berbagai

dengan tampilan gambar-gambar bermakna sebagai bentuk dari konkretisasi, meskipun tampilan ilustrasi gambar kurang menarik bagi anak usia sekolah dasar karena disaji-kan dengan tidak berwarna. Moon dalam Suyanto.K.E (2005) menyatakan bahwa Ba-hasa Inggris yang dipakai di kelas English for Young Learner sebaiknya memberikan banyak pajanan atau exposure kepada siswa. Pajanan yang ditampilkan dapat berupa gambar-gam-bar, benda nyata dan lain-lain sebagai bentuk konkrit.

Keakuratan konsep juga tidak menimbul-kan makna ganda. Pelatihan bahasa sebagai alat untuk komunikasi yang dikaitkan deng-an keempat aspek keterampildeng-an berbahasa baik secara tertulis maupun lisan telah tersaji, meskipun jika ditinjau dari penggunaan ba-hasa secara utuh dan kontekstual masih be-lum optimal.

(7)

nyanyi-dengar, tirukan, tulis dan belum melibatkan aktivitas motorik yang menyenangkan dan sesuai dengan karakter siswa usia sekolah dasar.

Tujuan pembelajaran yang terkait deng-an pengenaldeng-an 150 kosakata ddeng-an empat as-pek keterampilan berbahasa telah tercermin dalam berbagai kegiatan pembelajaran yang disajikan. Namun kekurangoptimalan pe-ningkatan empat aspek keterampilan berba-hasa, yakni membaca, menyimak, berbicara dan mendengar disebabkan belum disajikan-nya penggunaan bahasa secara utuh, padu, kontekstual, relevan dan bermakna.

Area isi pembelajaran secara umum jika ditinjau dari keleluasan dan kedalaman ma-teri, keakuratan konsep, pemanfaatan alat, pelatihan bahasa untuk kekomunikasian, pemberian kesempatan untuk menaksir dan menebak, keruntutan penyajian, dan ke-sesuaian sajian bahasa ditinjau dari tingkat perkembangan berpikir siswa telah terpenuhi. Sedangkan kekontektualan dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial dan emosional siswa usia sekolah dasar belum diimplementasikan secara optimal.

Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, se-lanjutnya disarankan: (1) dalam penyusunan buku ajar disarankan untuk mengoptimalkan penerapan pendekatan pembelajaran bahasa yang dirujuk; dan (2) wawasan pendekatan pembelajaran yang dirujuk menjiwai seluruh aspek kebahasaan yang disajikan dalam buku ajar.

dengan tema yang tersaji. Belajar bahasa Ing-gris di Sekolah Dasar seharusnya menyenang-kan. Suyanto.K.E (2005) menyatakan bahwa

Teaching English to young learners is full of fun. Prototipe atau model buku ajar bahasa Ing- gris (hasil pengembangan) yang dipandang dapat memotivasi dan menyenangkan siswa atau pebelajar usia sekolah dasar selanjut-nya ditampilkan dengan mempertimbangkan tampilan buku yang dapat memotivasi siwa usia sekolah dasar untuk senang belajar baha-sa Inggris. Hadirnya wacana cerita, songs dan permainan atau games dengan sajian gambar yang warna warni menimbulkan minat anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Aktivitas pembelajaran yang diciptakan dalam buku ajar bahasa Inggris kelas 3 terbit-an A telah merujuk pada ke tiga pendekatterbit-an pembelajaran bahasa, yaitu pendekatan ko-munikatif, pendekatan integratif, dan pen-dekatan proses. Penpen-dekatan komunikatif re- latif cukup tersaji, namun intensitasnya belum optimal karena paparan bahasa yang tersaji dalam dialog tidak berkaitan satu deng-an yang lain. Pendekatan integratif nampak masih belum sepenuhnya diimplementasi-kan dalam aktivitas pembelajaran mengingat masih banyak kegiatan pembelajaran yang belum terwadahi dalam konteks wacana. Se-dangkan pendekatan proses tersaji dengan keterlibatan siswa dalam aktivitas pembe-lajaran yang berkisar dengan aktivitas baca,

DAFTAR RUJUKAN

Molenda, H. dkk. 1992. Instructional Media. New York: John Wiley & Sons.

Pappas, J.P. 1993 Language Arts a Process Ap-proach. Dobuque: Wln C. Brown

Com-munication.

(8)

Inggris untuk Anak-anak. Modul I: Hakekat Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak-anak. Universitas Terbuka.

Suyanto, K.E. 2005. Buku Materi Pokok Bahasa Inggris untuk Anak-anak. Modul II: Karak-teristik Siswa dan Guru EYL. Universitas Terbuka.

Weaver, C. 1990. Understanding Whole Lang-uage: From Principles to Practise. Ports-mounth, NH: Heinemann.

Sastra Inggris Fakultas Sastra. Universi-tas Malang.

Suyanto, K.E. dkk. 2001. Bahasa Inggris Seba-gai Muatan Lokal di SD. Materi Semlok Kerjasama Depdiknas Kab Blitar Denag. FPBS UM.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Berdasarkan pengujian regresi sederhana, pengaruh hasil prediksi harga saham dengan metode ARIMA berpengaruh signifikan terhadap IHSG periode harian mendatang di

Dalam lingkungan kerja yang seperti ini para karyawan merasa tidak enak dan tidak aman dalam bekerja, sehingga produktivitas dan efisiensi kerja akan menurun, ini

Tata Usaha, Pusbin Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Kepala Bidang Kompetensi Konstruksi Pusat Pembinaan Kompetensi

London Sumatra Indonesia Tbk, Medan adalah sebuah perusahaan terkemuka millik asing di Indonesia yang bergerak dibidang perkebunan dengan kegiatan usaha mencakup

SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat

Data hasil observasi ini didapatkan melalui lembar observasi hasil belajar siswa, dan digunakan untuk melihat proses dan perkembangan hasil belajar siswa pada saat tes akhir

Pembuatan keripik simulasi sukun merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kegunaan sukun dalam rangka penganekaragaman pangan sehingga diharapkan dapat