• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN

MENGEVALUASI

DAN

MENCIPTA

PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV

SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

SKRIPSI

HALAMAN JUDUL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Dewi Ayu Lestari

NIM. 121134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN

MENGEVALUASI

DAN

MENCIPTA

PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV

SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

SKRIPSI

HALAMAN JUDUL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Dewi Ayu Lestari

NIM. 121134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini Peneliti persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan jalan terbaik dalam hidupku.

2. Ayah dan Ibuku yang sangat luar biasa mendidikku.

3. Kakakku yang telah memberiku banyak motivasi.

4. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dan membantuku.

(6)

v HALAMAN MOTTO

Jika kau harus berteriak

Lakukanlah untuk membangkitkan semangat seseorang

Rahasia pendidikan adalah menghargai sang murid

(Ralph Waldo Emerson)

Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati

(7)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Januari 2016

Penulis,

(8)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma,

Nama : Dewi Ayu Lestari

Nomor Mahasiswa : 121134020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA

PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya,

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 20 Januari 2016

Yang menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

Lestari, Dewi Ayu. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian menggunakan quasi experimental tipe non-equivalen control gruop design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Sokowaten Baru sebanyak 79 siswa. Sampel penelitian adalah kelas IVB sebagai kelompok kontrol terdiri dari 27 siswa dan kelas IVA sebagai kelompok eksperimen terdiri dari 27 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penerapan metode inkuiri berpenagruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Harga Sig. (2-tailed) adalah 0,018 dan harga t=-2,44. Rerata skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan n=27; M = 0,61; SD = 0,77; SE = 0,14 dan df = 52 untuk kelompok kontrol sedangkan n= 27; M = 1,11; SD = 0,72; SE = 0,13 dan df = 52 untuk kelompok eksperimen. Besarnya pengaruh penerapan metode inkuiri adalah r = 0,32 atau sama dengan 10% setara dengan efek sedang. 2) penerapan metode inkuiri berpenagruh terhadap kemampuan mencipta. harga Sig. (2-tailed) adalah 0,021 dan harga t = -2,38. Rerata skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan n= 27; M =

0,43; SD=0,81; SE = 0,15 dan df = 52 untuk kelompok kontrol, sedangkan n= 27;

(10)

ix

ABSTRACT

Lestari, Dewi Ayu. (2016). The effect of inquiry method aplication towards the ability to evaluate and create of Science Subject of Fourth Grade of Sokowaten Baru Yogyakarta Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Key words: inquiry method, ability, evaluate, create, science subject

The background of the research was the researcher’s concern on the low result of Science subject resulted by the study of PISA in 2009 and 2012. The purpose of this research was to find out the effect of the inquiry method application toward the ability to evaluate and create on the science subject of fourth grade students’ of Sokowaten Baru Yogyakarta elementary School in the academic year of 2015/2016. The research used quasi experimental design method non-equivalent control group design. The population of the research involved 79 fourth students of Sokowaten Baru Elementary School. The samples of the research were 27 students of IVB class as the control group and 27 students of IVA class as the experimental group.

(11)

x PRAKATA

Puji dan Syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan Karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA PELAJARAN IPA

KELAS IV DI SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA” sebagai syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Meskipun

banyak hambatan yang yang di alami dalam proses pengerjaannya, tapi peneliti

berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tepat waktu berkat

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memotivasi.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

sekaligus Dosen penguji ke-3 yang telah memberikan saran dan menguji

dengan penuh kesabaran.

4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah

membimbing kami dengan penuh perhatian dan kesabaran hingga akhir

penyusunan skripsi.

5. Siti Maryani, S.Pd. Kepala SD Sokowaten Baru yang telah memberikan

ijin pelaksanaan penelitian.

6. Gundari, S.Psi. Guru mitra SD peneliti yang telah membantu sehingga

penelitian berjalan dengan lancar.

7. Siswa-siswi kelas IVA dan IVB SD Sokowaten Baru yang telah bersedia

(12)

xi 8. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

membantu proses perijinan penelitian skripsi sampai skripsi ini selesai.

9. Kedua orang tuaku, Supardi dan Siti Asriah yang tak henti-hentinya

memberikan semangat dan doa.

10. Kedua kakakku, Nurbono dan Yeni Astuti yang selalu memberikan

semangat agar skripsi segera selesai.

11. Juli Antoni, SKM. Selalu memberikan semangat dan doanya.

12. Sahabat-sahabatku penelitian kolaboratif payung inkuiri Wikan, Tira,

Nindya, Adi, Dea, Bayu, Stevani, Andan, Vega, Desti, Ami, dan Agnes

yang telah memberikan bantuan selama menyelesaikan skripsi.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah

banyak membantu peneliti.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan

untuk menyempurnakan skripsi ini selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini

dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Peneliti

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHUUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 7

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10

2.1.1.3 Metode Inkuiri ... 10

1. Pengertian Metode Inkuiri... 10

2. Prinsip Metode Inkuiri ... 11

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 12

4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing ... 13

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing ... 13

6. Keunggulan Metode Inkuiri ... 15

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom ... 16

2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi ... 18

2.1.1.6 Kemampuan Mencipta ... 18

2.1.1.7 Pembelajaran IPA... 19

(14)

xiii

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

2.2.1 Penelitian tentang Inkuiri ... 22

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif ... 24

2.2.3 Literature Map ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Setting Penelitian ... 30

3.2.1 Lokasi Penelitian... 30

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.4 Variabel Penelitian ... 33

3.4.1 Variabel Independen ... 34

3.4.2 Variabel Dependen ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Instrumen Penelitian ... 35

3.7 Teknik Pengujian Instrumen... 36

3.7.1 Validitas ... 37

3.7.2 Reliabilitas ... 39

3.8 Teknik Analisis Data ... 39

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 40

3.8.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal... 41

3.8.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 41

3.8.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 42

3.8.5 Analisis Lebih Lanjut... 44

3.8.5.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I . 44 3.8.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 44

3.8.5.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest ... 45

3.8.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 46

3.8.5.5 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 47

3.8.5.6 Pembahasan Lebih Lanjut ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Implementasi Penelitian ... 50

(15)

xiv

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 51

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol... 51

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 52

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 54

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 55

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 56

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 57

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 59

4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut ... 60

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest... 60

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 61

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 63

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 64

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 66

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 67

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 68

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 69

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 71

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 72

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest... 72

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 73

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 75

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 77

4.2 Pembahasan ... 79

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi... 79

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 82

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 84

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ... 87

BAB V PENUTUP ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 89

5.3 Saran ... 89

DAFTAR REFERENSI ... 90

LAMPIRAN ... 94

(16)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan ... 27

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 29

Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian ... 34

Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ... 43

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ... 43

Gambar 3.5 Rumus Persentase Uji Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 44

Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi ... 47

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mengevaluasi 59 Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Mengevaluasi ... 61

Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 66

Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mencipta ... 71

Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Mencipta ... 73

(17)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data ... 31

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 35

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ... 36

Tabel 3.4 Hasil Validitas Instrumen ... 38

Tabel 3.5 Hasil Uji Aspek Setiap Variabel ... 38

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 39

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 48

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Setelah Perlakuan ... 48

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru Mitra Setelah Perlakuan ... 49

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengevaluasi ... 55

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 56

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal pada Kemampuan Mengevaluasi ... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 58

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 58

Tabel 4.6 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 60

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 62

Tabel 4.9 Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 63

Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 63

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Mengevaluasi 65 Tabel 4.12 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 65

(18)

xvii

Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 68

Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal pada Kemampuan Mencipta ... 68

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 70

Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta ... 70

Tabel 4.18 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Mencipta ... 72

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 72

Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 74

Tabel 4.21 Hasil Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 75

Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mencipta ... 76

Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Mencipta ... 77

(19)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian ... 95

Lampiran 1.2 Surat Izin Validitas Instrumen ... 96

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ... 97

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen ... 100

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 108

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 113

Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 127

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 131

Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 136

Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgemen ... 138

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 139

Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 142

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevauasi ... 143

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mencipta 146 Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data ... 149

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 150

Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 152

Lampiran 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 154

Lampiran 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 155

Lampiran 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 159

Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 161

Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 163

Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara ... 166

(20)

xix

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat peneltian, dan definisi operasional. Beberapa hal

tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang

cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan

harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional

(Nurhadi, 2003: 1). Pembaharuan pendidikan dapat dilakukan melalui penelitian

misalnya penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Penelitian

dalam bidang matematika, membaca, dan sains dilakukan oleh Program for

International Student Assessment (PISA). Penelitian dilaksanakan satu kali dalam

tiga tahun. Penelitian ini dilakukan di 65 negara dan diikuti oleh lebih dari

510.000 siswa berusia sekitar 15 tahun. Hasil penelitian pada tahun 2009

menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 57 dari 65 negara dengan

skor 383 pada mata pelajaran IPA (OECD, 2010: 8). Pada tahun 2012 Indonesia

menjadi peringkat 64 dari 65 negara di dunia, dengan perolehan skor 382 pada

mata pelajaran IPA (OECD, 2013: 232). Dari hasil tersebut terlihat bahwa kualitas

pendidikan di Indonesia belum baik khususnya dalam bidang sains.

Kualitas pendidikan di Indonesia yang belum baik khususnya dalam bidang

sains juga didukung dengan rendahnya kemampuan kognitif siswa. Bloom

memaparkan prosses kognitif yang telah direvisi terdapat enam proses kognitif

yaitu kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Kemampuan mengevaluasi dan mencipta merupakan

kemampuan paling tinggi dalam taksonomi Bloom. Kemampuan mengevaluasi

yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu.

Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan

konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik (Anderson

(22)

2 elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses

mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan

memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010: 128-130). Rendahnya kemampuan

kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta dilihat dari hasil PISA 2012.

Pada kemampuan mengevaluasi siswa mampu melakukan 8,4%, sedangkan

kemampuan mencipta hanya 1,2% (OECD, 2013: 231).

Pemerintah mempunyai upaya memperbaiki kualitas pendidikan di

Indonesia dengan mengadakan sertifikasi bagi guru dengan menaikkan gaji hingga

dua kali lipat (Chank, 2014:2). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk

memperbaiki kualitas guru belum berhasil. Guru yang sertifikasi harus memenuhi

syarat mengajar 18 jam per minggu (Chank, 2014:2). Hal tesebut dilakukan agar

guru dapat memperbaiki kualitas pendidikan. Usaha pemerintah dalam

memperbaiki kualitas pendidikan dengan diadakannya sertifikasi guru tidak

berpengaruh (Chank, 2014:117). Guru yang efektif harus memiliki karakteristik di

antaranya, 1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2)

kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, 3) memiliki

kemampuan memberikan umpan balik (feed-back) dan penguatan (reinforcemen),

4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri (Suhana, 2014: 162). Berdasarkan

paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa memperbaiki kualitas pendidikan

dapat dilakukan dengan cara mengubah metode pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran supaya dapat tercapai dengan optimal, dengan

mengimplementasi suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang

nyata (Sanjaya, 2006: 145). Seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah

kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan

pada pembelajaran di kelas (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19). Berdasarkan

pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

metode pembelajaran adalah cara atau langkah yang digunakan pendidik dalam

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Seorang

pendidik harus dapat memilih metode pembelajaran yang cocok digunakan untuk

materi yang akan diajarkan. Beberapa metode pembelajaran yang dapat

(23)

3 Sanjaya (2006: 194) menyatakan bahwa metode inkuiri adalah rangkaian

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa

menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam

suatu penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan

keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang

mandiri (Ngalimun, 2012: 33). Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan

bahwa metode inkuiri merupakan metode dimana siswa dituntut untuk berpikir

secara aktif dan melibatkan dirinya secara langsung dalam proses pembelajaran

guna mencari dan menemukan penyelesaian atas masalah yang dipertanyakan,

sehingga siswa lebih termotivasi dalam menjalankan proses pembelajaran.

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan metode inkuiri

efektif diterapkan dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari penelitian yang

dilakukan oleh Elyani (2011) tentang pengaruh metode pembelajaran inkuiri

terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep

getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Solihin pada

tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang sinifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran

dan gelombang. Wayan (2013) juga meneliti pengaruh model pembelajaran

inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA dengan

menggunakan rancangan the posttest-only control group design. Penelitian ini

dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan Kaliuntu. Hasil penelitian

adalah terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang belajar

dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model

pembelajaran konvensional. Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan, dapat

disimpulkan bahwa metode inkuiri efektif diterapkan dalam pembelajaran.

Metode pembelajaran inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat

dalam pembelajaran IPA (Susanto, 2013: 172). (Trianto dalam Tampubolon,

2014: 148) menjelaskan bahwa IPA adalah sebagai pengetahuan yang diperoleh

melalui pegumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan dedukasi untuk

(24)

4 metode inkuiri untuk meningkatkan aspek mengevaluasi dan mencipta belum

pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu di uji cobakan metode

inkuiri terhadap akemampuan mengevaluasi dan mencipta. Metode inkuiri diuji

dengan menggunakan pelajaran IPA sebagai sarana penelitian.

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap

kemampuan mengevaluasi dan mencipta pelajaran IPA kelas IV di SD Sokowaten

Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Sekolah yang digunakan dalam

penelitian adalah SD Sokowaten Baru karena SD tersebut memiliki kelas paralel.

Selain itu, sekolah memiliki banyak prestasi sehingga memudahkan peneliti

melaksanakan penelitian. Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah “6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya”. Kompetensi Dasar yang

digunakan dalam penelitian ini adalah “6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat,

cair, dan gas memiliki sifat tertentu”. Aspek-aspek kemampuan mengevaluasi

dibatasi pada kemampuan memeriksa dan mengkritik (Anderson dan Krathwohl,

2010:125-127). Aspek-aspek kemampuan mencipta dibatasi pada kemampuan

merumuskan, mendesain hipotesis, mendesain percobaan. Populasi dalam

penelitian ini yaitu kelas IV SD. Kemampuan mengevaluasi dan mencipta diukur

dari hasil pretest, posttest I, dan posttest II. Kelas IVB sebagai kelompok kontrol

dan IVA sebagai kelompok eksperimen.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengevaluasi siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun

ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mencipta siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran

(25)

5 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun

ajaran 2015/2016.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mencipta siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran

2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Guru

Guru akan mengenal metode pembelajaran inovatif terutama

metode inkuiri yang dapat diterapkan pada pembelajaran selanjutnya.

1.4.2 Bagi Siswa

Siswa dapat belajar dengan menggunakan metode inkuiri dan

mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Pada proses

pembelajaran siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kognitif

tingkat tinggi.

1.4.3 Bagi sekolah

Penelitian yang dilakukan dapat memberikan inspirasi untuk

meningkatkan pendidikan disekolah.

1.4.4 Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri

dalam pembelajaran dan peneliti dapat menambah pengetahuan tentang

metode pembelajaran inovatif sehingga peneliti dapat mengaplikasikan

ketika mengajar kelak.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Proses kognitif adalah proses berpikir sesuai dengan taksonomi Benjamin

S. Bloom yang telah direvisi yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi,

(26)

6 1.5.2 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk membuat keputusan

berdasarkan kriteria tertentu yang meliputi unsur memeriksa dan

mengkritik.

1.5.3 Kemampuan mencipta adalah kemampuan untuk membuat suatu

rancangan berdasarkan pengetahuan tertentu meliputi unsur merumuskan

masalah, medesain hipotesis, dan mendesain percobaan.

1.5.4 Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk

dapat menemukan sendiri penemuannya dengan langkah-langkah

pembelajaran yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan

hipotesis, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan,

mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi.

1.5.5 Metode inkuiri terbimbing adalah metode pembelajaran yang mendorong

siswa untuk dapat menemukan sendiri penemuannya dengan

langkah-langkah pembelajaran inkuiri dengan bimbingan guru.

1.5.6 Siswa SD dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan IV B SD

Sokowaten Baru Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

1.5.7 Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan

yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang diperoleh melalui

(27)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas mengenai kajian pustaka, hasil peneltian

yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka

membahas tentang teori-teori yang mendukung dan hasil penelitian yang relevan.

Kerangka berpikir berisi pemikiran dan hipotesis penelitian berisi dugaan

sementara dari rumusan masalah.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan

kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa

bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa (Yusuf & Sugandhi,

2011: 1). Istilah perkembangan merujuk pada pertumbuhan, penyesuaian diri yang

dilakukan, dan perubahan yang terjadi dalam fase kehidupannya melalui aspek

perkembangan yang menyeluruh baik perkembangan fisik, kepribadian,

sosioemosional, kognitif (pemikiran) dan bahasa (Slavin, 2011: 40). Berdasarkan

beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan merpakan

tahap atau proses pertumbuhan dari kecil hingga besar.

Teori perkembangan anak yang menjadi landasan dalam penelitian ini

adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) dan teori

perkembangan Lev Vygotsky (1896-1934). Teori tersebut peneliti gunakan karena

memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap perkembangan anak.

Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan anak bergantung pada interaksi anak

dengan orang lain dan dengan sarana-sarana tertentu (seperti bahasa) yang

disediakan oleh kultur dan membantu membentuk pandangan dunia anak (dalam

Salkind, 2009: 373). Interaksi sosial memengaruhi perubahan pemikiran anak (dan

selanjutnya perilaku mereka), karena perilaku berakar pada konteks sosial dimana

perilaku itu berlangsung (Salkind, 2009: 373). Ada empat ide pokok yang menjadi

(28)

8 pengetahuan mereka sendiri, (2) perkembangan tidak bisa dipisahkan dari konteks

sosialnya, (3) pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan, (4) bahasa

memainkan peranan sentral dalam perkembangan mental. Vygotsky (dalam

Schunk, 2012: 339) mengemukakan bahwa lingkungan sosial sangat penting bagi

pembelajaran dan berpikir bahwa interaksi-interaksi sosial mengubah atau

mentransformasi pengalaman-pengalaman belajar.

Konsep utama dalam teori Vygotsky adalah zona perkembangan proksimal

(zone of proximal development), atau ZPD. ZPD didefinisikan sebagai jarak antara

level perkembangan aktual yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara

mandiri dan level potensi perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan

masalah dengan bantuan orang dewasa atau kerjasama dengan teman-teman

sebaya yang mampu (Schunk, 2012: 341). Zona perkembangan proksimal

digambarkan sebagai perbedaan antara kemampuan anak untuk memecahkan

masalahnya sendiri dan kemampuan anak untuk memecahkan masalah dengan

dibantu orang dewasa atau teman sebaya (Salkind, 2009: 376). Batas bawah ZPD

adalah tingkat keterampilan yang dicapai oleh anak yang bekerja secara

independen, sedangkan batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang

anak dapat terima dengan bantuan instruktur yang cakap (Santrock, 2014: 57).

Konsep ZPD menjadi pendorong terjadinya kemajuan dalam

perkembangan (suatu gejala yang menurut Vygotsky terjadi secara alamiah) dan

pembelajaran (suatu aktivitas yang didasarkan pada latihan, dengan isi aktivitas

ditentukan oleh kultur sekeliling). Membantu siswa memperoleh

mediator-mediator kognitif melalui lingkungan sosial dapat dilakukan dengan banyak cara.

Aplikasi yang umum dipakai adalah konsep pemberian struktur penyangga

pengajaran atau pemberian bantuan pengajaran (instructional scaffolding) yang

mengacu pada proses-proses pengendalian elemen-elemen tugas yang berada di

luar kapasitas siswa (Schunk, 2012: 344). Perancahan (scaffolding) diartikan

sebagai teknik-teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membangun jembatan

antara apa yang sudah diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui olehnya

(Salkind, 2009: 379). Perancahan (scaffolding) terdiri atas kegiatan-kegiatan yang

disediakan oleh pendidik untuk menopang dan menuntun anak melalui zona

(29)

9 orang tua, atau teman sebaya yang berpengetahuan) menyediakan perencah, dan

kemudia anak berusaha menguasai materi (Salkind, 2009: 379).

Piaget (dalam Santrock, 2014: 43) membagi proses belajar menjadi lima

tahapan yakni skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrium. (1)

Skema adalah tindakan atau representasi mental yang mengorganisasikan

pengetahuan, (2) Asimilasi adalah proses memasukan informasi baru ke dalam

pengetahuan skema yang ada, (3) Akomodasi adalah proses menyesuaikan skema

pengetahuan yang sudah ada terhadap informasi baru, (4) Organisasi adalah

pengelompokan perilaku atau pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih

tinggi, dan (5) Equilibrium adalah mekanisme perpindahan dari satu tahap

pemikiran anak ke tahap pemikiran berikutnya.

Jean Piaget memiliki pendapat tentang tingkat-tingkat perkembangan

intelektual sebagai berikut; (1) sensori-motor berumur 0-2 tahun (2)

pra-operasional berumur 2-7 tahun (3) pra-operasional konkrit berumur 7-11 tahun, dan

(4) operasi formal berumur > 11 tahun. Tahap-tahap tersebut akan diuraikan

sebagai berikut.

1. Tingkat sensori-motor

Tingkat sensori motor dua tahun pertama dalam kehidupan. Pada tahap ini

anak mengatur alamnya dengan indera (sensori) dan tindakannya (motor). Pada

tingkat ini anak tidak mempunyai konsepsi object performance. Bila suatu benda

disembunyikan maka anak tidak akan bisa menemukannya (Santrock, 2014:45).

2. Tingkat pra-operasional

Tingkat ini ialah antara umur 2-7 tahun. Periode ini anak belum mampu

untuk melaksanakan operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan

lain-lain. Tingkat pra-operasional memiliki dua subtingkat. Sub tingkat pertama antara

2-4 tahun disebut tingkat pralogis, subtingkat kedua antara 4-7 tahun disebut

dengan tingkat berpikir infuitif (Santrock, 2014: 46).

3. Tingkat operasional konkret

Periode operasional konkret adalah antara umur 7-11 tahun. Tingkat ini

merupakan permulaan berpikir rasional. Itu berarti anak memiliki operasi-operasi

logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah yang konkret (Santrock,

(30)

10 4. Tingkat operasional formal

Tingkat operasional formal antara umur 11 tahun. Usia tersebut anak dapat

menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang

kompleks. Pada tahap ini anak mempunyai kemampuan berpikir abstrak

(Santrock, 2014: 50).

Berdasarkan tahap-tahap tersebut, peneliti menggunakan tahap

perkembangan operasional konkret pada siswa SD kelas IV SD. Siswa kelas IV

SD berumur antara 11 tahun. Menurut teori Piaget, anak yang berusia antara

7-11 tahun sudah mampu berpikir secara logis mengenai hal-hal nyata dan konkret.

Dalam pembelajaran seorang guru harus dapat memilih metode maupun media

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau pola yang khas dalam

pemanfaatan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber

daya terkait agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar (Tampubolon

2014: 142). Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur

maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan

dilaksanakan pada pembelajaran di kelas (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19).

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran supaya dapat tercapai dengan optimal, dengan mengimplementasi

suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata (Sanjaya, 2006:

145).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran metode pembelajaran adalah cara atau langkah yang

digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang

akan dicapai.

2.1.1.3 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa

menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam

(31)

11 keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang

mandiri (Ngalimun, 2012: 33). Pendekatan inkuiri didasarkan atas tiga pengertian, yaitu siswa terlibat dalam kesempatan belajar dengan derajat “self-direction” yang tinggi; siswa dapat mengembangkan sikap yang baik terhadap belajar, juga siswa

dapat menjaga dan menggunakan informasi untuk waktu yang lama (Ellis dalam

Ngalimun, 2012: 33). (Seif dalam Ngalimun, 2012: 33) mengartikan bahwa

inkuiri berarti mengetahui bagaimana menemukan sesuatu dan bagaimana

mengetahui cara untuk memecahkan masalah. Menginkuiri tentang sesuatu berarti

mencari informasi, memiliki rasa ingin tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki

dan mengetahui keterampilan yang akan membantunya memecahkan masalah.

Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri

jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 194). Strategi

pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo dalam Trianto, 2009: 166).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa metode inkuiri

merupakan metode di mana siswa dituntut untuk berpikir secara aktif dan

melibatkan dirinya secara langsung dalam proses pembelajaran guna mencari dan

menemukan penyelesaian atas masalah yang dipertanyakan, sehingga siswa lebih

termotivasi dalam menjalankan proses pembelajaran.

2. Prinsip Metode Inkuiri

Menurut (Sanjaya, 2006: 197-199) metode inkuiri memiliki prinsip-prinsip

penggunaan strategi pembelajaran inkuri yang perlu diperhatikan oleh seorang

guru yaitu sebagai berikut. 1) Berorientasi pada pengembangan intelektual, tujuan

utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Strategi

pembelajaran berorientasi pada hasil belajar juga proses belajar. 2). Prinsip

interaksi, proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik

interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa

(32)

12 menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya sebab kemampuan

siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan

sebagian dari proses berpikir. 4). Prinsip Belajar untuk Berpikir, belajar bukan

hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir

(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik

otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan

penggunaan otak secara maksimal. 5). Prinsip keterbukaan, pembelajaran yang

bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai

hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan

ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis

dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri

Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006: 109) mengemukakan tiga

macam metode inkuiri sebagai berikut.

a. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Salah

satu metode inkuiri yang dalam penerapan pembelajarannya masih

membutuhkan bantuan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

bagi siswa.

b. Inkuiri Bebas (Free Inquiry)

Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan

seorang ilmuwan sehingga peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan

merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama

proses tersebut, bimbingan guru sangat sedikit diberikan bahkan tidak sama

sekali.

c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (modified free inquiry)

Pada inkuiri guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian

peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui

pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Model inkuiri merupakan

(33)

13 Metode inkuiri terdapat tiga macam jenis, di antaranya jenis inkuiri

terbimbing, jenis inkuiri bebas, dan jenis inkuiri bebas yang dimodifikasi. Metode

yang akan diguanakan dalam penelitian ini adalah inkuiri terbimbing karena anak

usia sekolah dasar masih memerlukan bimbingan guru dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan metode inkuiri.

4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran dimana guru

menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa (Amien,

1987: 137). Guru memberikan petunjuk yang cukup luas kepada siswa bagimana

menyusun dan mencatat. Langkah sebelum memberikan petunjuk kepada siswa,

guru terlebih dahulu harus mengarahkan siswa untuk membuat rumusan hipotesis.

Merumuskan hipotesis merupakan salah satu langkah dalam metode inkuiri

terbimbing. Dalam merumuskan hipotesis, rumusan dituliskan dengan

menggunakan kata tanya “apakah”. Kata tanya “apakah” digunakan sebagai dasar

untuk menjawab hipotesis penelitian.

Dalam metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) siswa memperoleh

pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan berupa pertanyaan-pertanyaan yang

membimbing (Mulyasa, 2007: 109). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli,

inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah langkah pembelajaran inkuiri yang

masih melibatkan guru untuk membimbing dalam proses pembelajaran.

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing

Langkah-langkah metode pembelajaran inkuiri meliputi a) inkuiri, b)

merumuskan masalah, c) mengajukan hipotesis, d) mengumpulkan data, e)

menguji hipotesis, dan f) merumuskan kesimpulan (Sanjaya, 2006: 198-202).

Keenam langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar

siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan

(34)

14 yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, 2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan

yang harus dilaksanakan oleh siswa untuk mencapai tujuan, 3) menjelakan

pentingnya topik dan kegiatan belajar (Sanjaya, 2006: 199). Pada tahap orientasi

hal yang dilakukan oleh guru adalah mengkondisikan siswa supaya siswa siap

untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan

yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu 1) masalah hendaknya

dirumuskan sendiri oleh siswa, 2) masalah yang dikaji adalah masalah yang

mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, 3) konsep-konsep dalam masalah

adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa (Sanjaya,

2006: 199-200).

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan

kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan

berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan

jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan

jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis

memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu

bersifat rasional dan logis (Sanjaya, 2006: 200-201).

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada tahap mengumpulkan

data dibutuhkan motivasi yang kuat dalam dalam belajar, ketekunan, dan

kemampuan menggunakan potensi berpikir. Peran guru pada tahap ini adalah

memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai

jenis pertanyaan-pertanyaan secara merata pada seluruh siswa sehingga siswa

(35)

15 e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses mennetukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan

berpikir rasional. Jawaban yang diberikan tidak berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus disrtai data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan

(Sanjaya, 2006: 201-202).

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis (Sanjaya, 2006: 201).

Merumuskan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran.

(Sanjaya, 2006: 202) untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru

menunjukkan data-data yang relevan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Dewey dalam Ngalimun (2012: 35-38)

menyatakan bahwa proses inkuiri meliputi 1) penerimaan dan pendefinisian

masalah, 2) pengembangan hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian

hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan. Pendapat serupa dikemukakan oleh

Sudjana (dalam Trianto, 2009: 172) yang menyatakan ada lima tahapan yang

ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yakni 1) merumuskan

masalah untuk dipecahkan oleh siswa, 2) menerapkan jawaban sementara atau

dikenal dengan hipotesis, 3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan

untuk menjawab hipotesis atau permasalahan, 4) menarik kesimpulan jawaban

atau generalisasi, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai langkah-langkah dalam inkuiri,

peneliti menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: orientasi, merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan,

mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

6. Keunggulan Metode Inkuiri

Keunggulan-keunggulan jika metode inkuiri diterapkan dalam

(36)

16 a. Metode inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,

sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna.

b. Metode inkuiri dapat memberkan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

c. Metode inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembanagn psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah

proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah metode ini dapat melayani kebutuhan siswa yang

memiliki kemampuan di atas rata-rata.

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom

Bloom (dalam Anderson & Krathwohl, 2010: 6-7) menjelaskan

kategori-kategori pada dimensi proses kognitif. Dimensi proses kognitif dibagi menjadi

beberapa kategori pengklasifikasian beberapa proses kognitif yang terdapat pada

tujuan pendidikan. Dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson dan

Krathwohl, 2010: 99-113) terdapat 6 level dalam proses kognitif yaitu mengingat,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta yaitu

sebagai berikut.

a. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

memori jangka panjang. Level ini merupakan level proses kognitif yang paling

sederhana. Proses mengingat meliputi proses mengenali dan mengingat kembali.

Mengingat kembali melibatkan proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan

dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian (Anderson &

Krathwohl, 2010: 99-105).

b. Memahami

Proses memahami adalah proses yang di dalamnya terdapat proses

pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan

kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Level ini meliputi proses menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

(37)

17 c. Mengaplikasikan

Proses mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu

untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Level ini meliputi

proses mengeksekusi dan mengimplementasi. Mengeksekusi melibatkan proses

menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familiar.

Mengimplementasi melibatkan proses memilih dan menggunakan sebuah

prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familiar (Anderson & Krathwohl,

2010: 116-119).

d. Menganalisis

Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi

bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian, antar

setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Proses menganalisis meliputi proses

membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Membedakan melibatkan

proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah

struktur. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen

komuinikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini

membentuk sebuah struktur yang koheren. Mengatribusikan melibatkan proses

menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi

(Anderson & Krathwohl, 2010: 120-125).

e. Mengevaluasi

Proses mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kriteria-kriteria yang

paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.

Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik. Memeriksa melibatkan

proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau

produk. Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses

berdasarkan kriteria dan standar eksternal (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).

f. Mencipta

Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah

keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses

kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Merumuskan

(38)

18 yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Merencanakan melibatkan proses

merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria

masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.

Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan

masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu (Anderson & Krathwohl,

2010: 128-133).

Peneliti membahas lebih lanjut mengenai kemampuan mengevaluasi dan

kemampuan mencipta, karena dalam penelitian ini kedua kemampuan tersebut

merupakan variabel dependen.

2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010: 125-127), proses mengevaluasi

adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu.

Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan

konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik di jelaskan

sebagai berikut.

a. Memeriksa

Proses memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan

internal dalam suatu operasi atau produk. Memeriksa melibatkan proses

menentukan seberapa baik rencana itu berjalan. Nama lain memeriksa adalah

menguji, mendeteksi, dan memonitor.

b. Mengkritik

Proses mengkrtitik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses

berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Siswa mencatat ciri-ciri positif dan

negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian

berdasarkan ciri-ciri tersebut. Nama lain dari mengkritik adalah menilai.

Kritikannya dapat didasarkan pada kriteria-kriteria positif, negatif, atau keduanya

dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi positif atau negatif.

2.1.1.6 Kemampuan Mencipta

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:128-133), proses mencipta

(39)

19 koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu

merumuskan, merencanakan, dan memproduksi dijelaskan sebagai berikut.

1. Merumuskan

Proses merumuskan ini melibatkan proses menggambarkan masalah dan

membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

Merumuskan di sini dibatasi dalam pengertian yang sempit.

2. Merencanakan

Proses ini melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah

yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk

menyelesaikan masalah.

3. Memproduksi

Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk

menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Dalam

memproduksi, siswa diberi gambaran tentang suatu produk dan harus

menciptakan sebuah produk yang sesuai dengan gambaran tersebut.

2.1.1.7 Pembelajaran IPA

IPA merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Artinya,

IPA sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuan untuk

melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala

alam (Supriyono dalam Tampubolon, 2003: 148). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan

yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan

penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167).

Nash (dalam Samatowa, 2011: 3) menambahkan bahwa IPA adalah suatu

cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat,

serta menghubungkannya antara satu fenomena dengan fenomena lain. (Powler

dalam Samatowa, 2011: 3) mengatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang

berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun

secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan

eksperimen. Prihantoro (dalam Trianto, 2010: 130) mengungkapkan bahwa IPA

(40)

20 sebagai sekumpulan pengetahuan, konsep, dan bagan konsep. IPA sebagai proses

dapat diartikan sebagai proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi,

menemukan, dan mengembangkan produk sains. IPA sebagai aplikasi dapat

diartikan sebagai teori-teori IPA yang melahirkan teknologi yang berguna bagi

kehidupan manusia.

Bedasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA

merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dengan cara

mengamati secara langsung.

2.1.1.8 Materi tentang IPA

Standar Kompetensi IPA kelas IV yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai

cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Kompetensi Dasar penelitian ini

adalah 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat

tertentu. Berikut ini diuraikan materi tentang wujud benda dan sifat-sifatnya.

Berdasarkan wujudnya benda dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok yakni benda padat, benda cair, dan benda gas (Rositawaty & Muharam,

2008: 83). Masing-masing benda tersebut memiliki sifat yang dapat membedakan

jenis benda yang satu dengan benda yang lainnya.

1. Benda Padat

Benda padat mempunyai sifat yang berbeda dengan benda cair atau benda

gas. Sifat-sifat dari benda padat di antaranya adalah wujudnya tetap, dapat

diubah bentuknya dengan cara tertentu, dan mempunyai massa (Sulistyanto &

Wiyono, 2008: 75).

a. Bentuknya tetap

Buku dan pensil tidakakan berubah bentuk jika kita pindahkan dari

suatu tempat ke tempatyang lain. Penggaris yang memanjang tidak

mengikuti bentuk gelas. Hal itu menunjukkan bahwa setiap benda yang

berwujud padat bentuknya selalu tetap.

b. Benda padat dapat diubah dengan cara tertentu

Benda-benda yang digunakan sehari-hari bentuknya sudah berubah

(41)

21 kemudian dipotong dan dijahit sehingga berubah bentuk menjadi sebuah

baju. Untuk dapat mengubah benda padat menjadi bentuk lain, benda

tersebut harus mendapat perlakuan tertentu, misalnya ditekan, dipahat,

dipotong, diraut, dibor, digergaji, diamplas, dan sebagainya.

c. Mempunyai massa

Benda padat mempunyai berat/massa. Berat benda berbeda-beda

bergantung pada jenis benda padat tersebut. Berat atau ringan suatu benda

tidak hanya ditentukan oleh besar atau kecil benda itu. Berat benda

bergantung pula pada jenis benda padat tersebut.

2. Benda Cair

Contoh benda cair yaitu air, minyak, susu, kecap, dan sebagainya. Benda

cair memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Bentuknya dapat berubah sesuai dengan tempatnya

Jika menuangkan air ke dalam gelas maka bentuk air seperti gelas.

Akan tetapi jika menuangkan air ke dalam mangkok maka bentuknya

seperti mangkok, dan jika menuangkan air ke dalam botol maka bentuk air

seperti botol. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa bentuk benda cair

dapat berubah sesuai dengan tempatnya.

b. Benda cair memiliki massa

Air mempunyai massa hal ini dibuktikan jika mengangkat gelas

kosong terasa akan lebih ringan dibandingkan jika mengangkat gelas yang

berisi air. Jika air semakin banyak, beratnya pun bertambah, maka benda

cair mempunyai berat, dan berat benda cair bergantung pada volumenya.

c. Permukaan benda cair yang tenang selalu mendatar

Saat keadaan tenang, permukaan air selalu datar. Akan tetapi, jika

mendapat usikan permukaan air tidak lagi datar. Sifat ini dapat dimanfaat

oleh tukang bangunan seperti untuk mengetahui kedataran lantai pada saat

pemasangan ubin.

d. Benda cair mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Air di sungai mengalir mulai dari hulu sampai ke hilir. Hulu sungai

(42)

22 laut. Hal ini membuktikan bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat

yang lebih rendah.

e. Benda cair dapat melarutkan zat tertentu

Air dapat melarutkan zat atau bahan tertentu sehingga air disebut

zat pelarut. Air dan zat yang terlarut di dalamnya disebut larutan.

Contohnya larutan gula artinya air yang di dalamnya terdapat gula seperti

pada teh manis.

f. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil

Air yang berada dalam toples pot airnya menjadi berkurang. Air

tersebut berkurang karena habis diambil oleh tanaman bunga yang hidup

di atasnya. Air tersebut naik karena air memiliki sifat kapilaritas, yaitu

dapat naik melalui pipa-pipa kecil.

g. Benda cair menekan ke segala arah

Dari setiap lubang tabung, akan memancar air. Tekanan air di

permukaan tabung akan diteruskan oleh air yang berada di bawahnya ke

segala arah. Dengan demikian, air akan mengalir keluar tabung. Tekanan

air makin ke bawah makin besar.

3. Benda Gas

Udara dan asap merupakan benda yang tergolong benda gas. Berbeda

dengan benda padat dan cair, gas sulit diamati. Hanya gas-gas tertentu yang

dapat dilihat. Misalnya, asap pembakaran dan asap knalpot kendaraan.

Sifat-sifat dari benda gas antara lain adalah (a) bentuknya menyerupai tempatnya,

(b) menempati seluruh ruangan, (c) menekan ke segala arah, (d) memiliki

berat/massa, dan (e) memiliki aliran.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian tentang Inkuiri

Elyani (2011) meneliti pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing

(guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan

gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Solihin pada tahun pelajaran

2009/2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperiment.

(43)

23 tekhnik probablility samplig dan dibagi menjadi dua kelompok, kelas VIII 3

sebagai kelompok eksperimen dan VIII 2 sebagai kelompok kontrol dengan

metode konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes

objektif tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (option) yang

digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada konsep

getaran dan gelombang. Dalam penelitian ini diperoleh skor pretest untuk

kelompok eksperimen adalah 36.94 dan skor rata-ratakelompok kontrol adalah

35.17. Hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor rata-rata 77.17

dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 62.06. Berdasarkan penghitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh harga ttabel=2,00 > t hitung=3,20. Dari hasil pengujian diperoleh Hasil regresi liner sederhana mengindikasikan

bahwa (thitung > t tabel). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan dua rata-rata postest pada kelompok

eksperimen dan kelompok kotrol diperoleh harga t hitung 0,73 dan ttabel 1,76. Hasil pengujian diperoleh bahwa (thitung < t tabel). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf 95%, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan

antara rata-rata skor posstest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posstest

kelompok kontrol. Dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

penerapan metode pembelajarn inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa.

Wayan, dkk. (2013) meneliti pengaruh model pembelajaran inkuiri

terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA dengan menggunakan

rancangan the posttest-only control group design. Penelitian ini dilakukan pada

siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan Kaliuntu. Populasi penelitian berjumlah

125 siswa dan sampel berjumlah 64 siswa. Data sikap ilmiah dikumpulkan dengan

menggunakan metode kuesioner dan data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan

menggunakan metode tes. Data dianalisis menggunakan MANOVA berbantuan

SPSS 17.00 for windows. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan

sikap ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan

model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional

(F=29,110; p<0,05), (2) terdapat perbedaan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA

secara signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data
Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

• Upaya untuk menciptakan dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. •

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen yang telah diberikan tugas terstruktur dan kelas kontrol yang tidak diberikan

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III. Fakultas Ekonomi Universitas

Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, sehingga melalui kepuasan itu

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan nilai ujian nasional SLTP dengan prestasi belajar mata pelajaran alat ukur siswa kelas X Mekanik Otomotif di

[r]

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Hasil belajar siswa mata pelajaran gambar teknik masuk dalam kategori tinggi 57 siswa