PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI
DAN
MENCIPTA
PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV
SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA
SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Dewi Ayu Lestari
NIM. 121134020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI
DAN
MENCIPTA
PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV
SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA
SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Dewi Ayu Lestari
NIM. 121134020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiah sederhana ini Peneliti persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan jalan terbaik dalam hidupku.
2. Ayah dan Ibuku yang sangat luar biasa mendidikku.
3. Kakakku yang telah memberiku banyak motivasi.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dan membantuku.
v HALAMAN MOTTO
Jika kau harus berteriak
Lakukanlah untuk membangkitkan semangat seseorang
Rahasia pendidikan adalah menghargai sang murid
(Ralph Waldo Emerson)
Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati
vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Januari 2016
Penulis,
vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma,
Nama : Dewi Ayu Lestari
Nomor Mahasiswa : 121134020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP
KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA
PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya,
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 20 Januari 2016
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
Lestari, Dewi Ayu. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta pada pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian menggunakan quasi experimental tipe non-equivalen control gruop design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Sokowaten Baru sebanyak 79 siswa. Sampel penelitian adalah kelas IVB sebagai kelompok kontrol terdiri dari 27 siswa dan kelas IVA sebagai kelompok eksperimen terdiri dari 27 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penerapan metode inkuiri berpenagruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Harga Sig. (2-tailed) adalah 0,018 dan harga t=-2,44. Rerata skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan n=27; M = 0,61; SD = 0,77; SE = 0,14 dan df = 52 untuk kelompok kontrol sedangkan n= 27; M = 1,11; SD = 0,72; SE = 0,13 dan df = 52 untuk kelompok eksperimen. Besarnya pengaruh penerapan metode inkuiri adalah r = 0,32 atau sama dengan 10% setara dengan efek sedang. 2) penerapan metode inkuiri berpenagruh terhadap kemampuan mencipta. harga Sig. (2-tailed) adalah 0,021 dan harga t = -2,38. Rerata skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan n= 27; M =
0,43; SD=0,81; SE = 0,15 dan df = 52 untuk kelompok kontrol, sedangkan n= 27;
ix
ABSTRACT
Lestari, Dewi Ayu. (2016). The effect of inquiry method aplication towards the ability to evaluate and create of Science Subject of Fourth Grade of Sokowaten Baru Yogyakarta Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
Key words: inquiry method, ability, evaluate, create, science subject
The background of the research was the researcher’s concern on the low result of Science subject resulted by the study of PISA in 2009 and 2012. The purpose of this research was to find out the effect of the inquiry method application toward the ability to evaluate and create on the science subject of fourth grade students’ of Sokowaten Baru Yogyakarta elementary School in the academic year of 2015/2016. The research used quasi experimental design method non-equivalent control group design. The population of the research involved 79 fourth students of Sokowaten Baru Elementary School. The samples of the research were 27 students of IVB class as the control group and 27 students of IVA class as the experimental group.
x PRAKATA
Puji dan Syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan Karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP
KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA PELAJARAN IPA
KELAS IV DI SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA” sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Meskipun
banyak hambatan yang yang di alami dalam proses pengerjaannya, tapi peneliti
berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tepat waktu berkat
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memotivasi.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
sekaligus Dosen penguji ke-3 yang telah memberikan saran dan menguji
dengan penuh kesabaran.
4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah
membimbing kami dengan penuh perhatian dan kesabaran hingga akhir
penyusunan skripsi.
5. Siti Maryani, S.Pd. Kepala SD Sokowaten Baru yang telah memberikan
ijin pelaksanaan penelitian.
6. Gundari, S.Psi. Guru mitra SD peneliti yang telah membantu sehingga
penelitian berjalan dengan lancar.
7. Siswa-siswi kelas IVA dan IVB SD Sokowaten Baru yang telah bersedia
xi 8. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi sampai skripsi ini selesai.
9. Kedua orang tuaku, Supardi dan Siti Asriah yang tak henti-hentinya
memberikan semangat dan doa.
10. Kedua kakakku, Nurbono dan Yeni Astuti yang selalu memberikan
semangat agar skripsi segera selesai.
11. Juli Antoni, SKM. Selalu memberikan semangat dan doanya.
12. Sahabat-sahabatku penelitian kolaboratif payung inkuiri Wikan, Tira,
Nindya, Adi, Dea, Bayu, Stevani, Andan, Vega, Desti, Ami, dan Agnes
yang telah memberikan bantuan selama menyelesaikan skripsi.
13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah
banyak membantu peneliti.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
untuk menyempurnakan skripsi ini selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Peneliti
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHUUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Definisi Operasional ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 7
2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10
2.1.1.3 Metode Inkuiri ... 10
1. Pengertian Metode Inkuiri... 10
2. Prinsip Metode Inkuiri ... 11
3. Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 12
4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing ... 13
5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing ... 13
6. Keunggulan Metode Inkuiri ... 15
2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom ... 16
2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi ... 18
2.1.1.6 Kemampuan Mencipta ... 18
2.1.1.7 Pembelajaran IPA... 19
xiii
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 22
2.2.1 Penelitian tentang Inkuiri ... 22
2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif ... 24
2.2.3 Literature Map ... 27
2.3 Kerangka Berpikir ... 27
2.4 Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Jenis Penelitian ... 29
3.2 Setting Penelitian ... 30
3.2.1 Lokasi Penelitian... 30
3.2.2 Waktu Penelitian ... 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32
3.4 Variabel Penelitian ... 33
3.4.1 Variabel Independen ... 34
3.4.2 Variabel Dependen ... 34
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.6 Instrumen Penelitian ... 35
3.7 Teknik Pengujian Instrumen... 36
3.7.1 Validitas ... 37
3.7.2 Reliabilitas ... 39
3.8 Teknik Analisis Data ... 39
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 40
3.8.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal... 41
3.8.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 41
3.8.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 42
3.8.5 Analisis Lebih Lanjut... 44
3.8.5.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I . 44 3.8.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 44
3.8.5.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest ... 45
3.8.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 46
3.8.5.5 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 47
3.8.5.6 Pembahasan Lebih Lanjut ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Hasil Penelitian ... 50
4.1.1 Implementasi Penelitian ... 50
xiv
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 51
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol... 51
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 52
4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 54
4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 55
4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 56
4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 57
4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 59
4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut ... 60
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest... 60
2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 61
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 63
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 64
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 66
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 67
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 68
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 69
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 71
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 72
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest... 72
2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 73
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 75
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 77
4.2 Pembahasan ... 79
4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi... 79
4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 82
4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 84
4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ... 87
BAB V PENUTUP ... 88
5.1 Kesimpulan ... 88
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 89
5.3 Saran ... 89
DAFTAR REFERENSI ... 90
LAMPIRAN ... 94
xv DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan ... 27
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 29
Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian ... 34
Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ... 43
Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ... 43
Gambar 3.5 Rumus Persentase Uji Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 44
Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi ... 47
Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mengevaluasi 59 Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Mengevaluasi ... 61
Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 66
Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mencipta ... 71
Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Mencipta ... 73
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data ... 31
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 35
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ... 36
Tabel 3.4 Hasil Validitas Instrumen ... 38
Tabel 3.5 Hasil Uji Aspek Setiap Variabel ... 38
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 39
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 48
Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Setelah Perlakuan ... 48
Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru Mitra Setelah Perlakuan ... 49
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengevaluasi ... 55
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 56
Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal pada Kemampuan Mengevaluasi ... 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 58
Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 58
Tabel 4.6 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 60
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 60
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 62
Tabel 4.9 Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 63
Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 63
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Mengevaluasi 65 Tabel 4.12 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 65
xvii
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 68
Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal pada Kemampuan Mencipta ... 68
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Varians Data ... 70
Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta ... 70
Tabel 4.18 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Mencipta ... 72
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 72
Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 74
Tabel 4.21 Hasil Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 75
Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mencipta ... 76
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Mencipta ... 77
xviii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian ... 95
Lampiran 1.2 Surat Izin Validitas Instrumen ... 96
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ... 97
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen ... 100
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 108
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 113
Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 127
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 131
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 136
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgemen ... 138
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 139
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 142
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevauasi ... 143
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mencipta 146 Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data ... 149
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 150
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 152
Lampiran 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 154
Lampiran 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 155
Lampiran 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 159
Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 161
Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 163
Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara ... 166
xix
1 BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat peneltian, dan definisi operasional. Beberapa hal
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang
cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan
harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional
(Nurhadi, 2003: 1). Pembaharuan pendidikan dapat dilakukan melalui penelitian
misalnya penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Penelitian
dalam bidang matematika, membaca, dan sains dilakukan oleh Program for
International Student Assessment (PISA). Penelitian dilaksanakan satu kali dalam
tiga tahun. Penelitian ini dilakukan di 65 negara dan diikuti oleh lebih dari
510.000 siswa berusia sekitar 15 tahun. Hasil penelitian pada tahun 2009
menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 57 dari 65 negara dengan
skor 383 pada mata pelajaran IPA (OECD, 2010: 8). Pada tahun 2012 Indonesia
menjadi peringkat 64 dari 65 negara di dunia, dengan perolehan skor 382 pada
mata pelajaran IPA (OECD, 2013: 232). Dari hasil tersebut terlihat bahwa kualitas
pendidikan di Indonesia belum baik khususnya dalam bidang sains.
Kualitas pendidikan di Indonesia yang belum baik khususnya dalam bidang
sains juga didukung dengan rendahnya kemampuan kognitif siswa. Bloom
memaparkan prosses kognitif yang telah direvisi terdapat enam proses kognitif
yaitu kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Kemampuan mengevaluasi dan mencipta merupakan
kemampuan paling tinggi dalam taksonomi Bloom. Kemampuan mengevaluasi
yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu.
Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik (Anderson
2 elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses
mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan
memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010: 128-130). Rendahnya kemampuan
kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta dilihat dari hasil PISA 2012.
Pada kemampuan mengevaluasi siswa mampu melakukan 8,4%, sedangkan
kemampuan mencipta hanya 1,2% (OECD, 2013: 231).
Pemerintah mempunyai upaya memperbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia dengan mengadakan sertifikasi bagi guru dengan menaikkan gaji hingga
dua kali lipat (Chank, 2014:2). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk
memperbaiki kualitas guru belum berhasil. Guru yang sertifikasi harus memenuhi
syarat mengajar 18 jam per minggu (Chank, 2014:2). Hal tesebut dilakukan agar
guru dapat memperbaiki kualitas pendidikan. Usaha pemerintah dalam
memperbaiki kualitas pendidikan dengan diadakannya sertifikasi guru tidak
berpengaruh (Chank, 2014:117). Guru yang efektif harus memiliki karakteristik di
antaranya, 1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2)
kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, 3) memiliki
kemampuan memberikan umpan balik (feed-back) dan penguatan (reinforcemen),
4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri (Suhana, 2014: 162). Berdasarkan
paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa memperbaiki kualitas pendidikan
dapat dilakukan dengan cara mengubah metode pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran supaya dapat tercapai dengan optimal, dengan
mengimplementasi suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang
nyata (Sanjaya, 2006: 145). Seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah
kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan
pada pembelajaran di kelas (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19). Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
metode pembelajaran adalah cara atau langkah yang digunakan pendidik dalam
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Seorang
pendidik harus dapat memilih metode pembelajaran yang cocok digunakan untuk
materi yang akan diajarkan. Beberapa metode pembelajaran yang dapat
3 Sanjaya (2006: 194) menyatakan bahwa metode inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa
menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam
suatu penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan
keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang
mandiri (Ngalimun, 2012: 33). Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa metode inkuiri merupakan metode dimana siswa dituntut untuk berpikir
secara aktif dan melibatkan dirinya secara langsung dalam proses pembelajaran
guna mencari dan menemukan penyelesaian atas masalah yang dipertanyakan,
sehingga siswa lebih termotivasi dalam menjalankan proses pembelajaran.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan metode inkuiri
efektif diterapkan dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari penelitian yang
dilakukan oleh Elyani (2011) tentang pengaruh metode pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep
getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Solihin pada
tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang sinifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran
dan gelombang. Wayan (2013) juga meneliti pengaruh model pembelajaran
inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA dengan
menggunakan rancangan the posttest-only control group design. Penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan Kaliuntu. Hasil penelitian
adalah terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran konvensional. Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa metode inkuiri efektif diterapkan dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat
dalam pembelajaran IPA (Susanto, 2013: 172). (Trianto dalam Tampubolon,
2014: 148) menjelaskan bahwa IPA adalah sebagai pengetahuan yang diperoleh
melalui pegumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan dedukasi untuk
4 metode inkuiri untuk meningkatkan aspek mengevaluasi dan mencipta belum
pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu di uji cobakan metode
inkuiri terhadap akemampuan mengevaluasi dan mencipta. Metode inkuiri diuji
dengan menggunakan pelajaran IPA sebagai sarana penelitian.
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap
kemampuan mengevaluasi dan mencipta pelajaran IPA kelas IV di SD Sokowaten
Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Sekolah yang digunakan dalam
penelitian adalah SD Sokowaten Baru karena SD tersebut memiliki kelas paralel.
Selain itu, sekolah memiliki banyak prestasi sehingga memudahkan peneliti
melaksanakan penelitian. Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah “6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya”. Kompetensi Dasar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah “6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat,
cair, dan gas memiliki sifat tertentu”. Aspek-aspek kemampuan mengevaluasi
dibatasi pada kemampuan memeriksa dan mengkritik (Anderson dan Krathwohl,
2010:125-127). Aspek-aspek kemampuan mencipta dibatasi pada kemampuan
merumuskan, mendesain hipotesis, mendesain percobaan. Populasi dalam
penelitian ini yaitu kelas IV SD. Kemampuan mengevaluasi dan mencipta diukur
dari hasil pretest, posttest I, dan posttest II. Kelas IVB sebagai kelompok kontrol
dan IVA sebagai kelompok eksperimen.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
mengevaluasi siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun
ajaran 2015/2016?
1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
mencipta siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran
5 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mengevaluasi siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun
ajaran 2015/2016.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mencipta siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran
2015/2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Guru
Guru akan mengenal metode pembelajaran inovatif terutama
metode inkuiri yang dapat diterapkan pada pembelajaran selanjutnya.
1.4.2 Bagi Siswa
Siswa dapat belajar dengan menggunakan metode inkuiri dan
mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Pada proses
pembelajaran siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kognitif
tingkat tinggi.
1.4.3 Bagi sekolah
Penelitian yang dilakukan dapat memberikan inspirasi untuk
meningkatkan pendidikan disekolah.
1.4.4 Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri
dalam pembelajaran dan peneliti dapat menambah pengetahuan tentang
metode pembelajaran inovatif sehingga peneliti dapat mengaplikasikan
ketika mengajar kelak.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Proses kognitif adalah proses berpikir sesuai dengan taksonomi Benjamin
S. Bloom yang telah direvisi yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi,
6 1.5.2 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk membuat keputusan
berdasarkan kriteria tertentu yang meliputi unsur memeriksa dan
mengkritik.
1.5.3 Kemampuan mencipta adalah kemampuan untuk membuat suatu
rancangan berdasarkan pengetahuan tertentu meliputi unsur merumuskan
masalah, medesain hipotesis, dan mendesain percobaan.
1.5.4 Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk
dapat menemukan sendiri penemuannya dengan langkah-langkah
pembelajaran yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan,
mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi.
1.5.5 Metode inkuiri terbimbing adalah metode pembelajaran yang mendorong
siswa untuk dapat menemukan sendiri penemuannya dengan
langkah-langkah pembelajaran inkuiri dengan bimbingan guru.
1.5.6 Siswa SD dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan IV B SD
Sokowaten Baru Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
1.5.7 Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang diperoleh melalui
7 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan membahas mengenai kajian pustaka, hasil peneltian
yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka
membahas tentang teori-teori yang mendukung dan hasil penelitian yang relevan.
Kerangka berpikir berisi pemikiran dan hipotesis penelitian berisi dugaan
sementara dari rumusan masalah.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan
kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa
bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa (Yusuf & Sugandhi,
2011: 1). Istilah perkembangan merujuk pada pertumbuhan, penyesuaian diri yang
dilakukan, dan perubahan yang terjadi dalam fase kehidupannya melalui aspek
perkembangan yang menyeluruh baik perkembangan fisik, kepribadian,
sosioemosional, kognitif (pemikiran) dan bahasa (Slavin, 2011: 40). Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan merpakan
tahap atau proses pertumbuhan dari kecil hingga besar.
Teori perkembangan anak yang menjadi landasan dalam penelitian ini
adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) dan teori
perkembangan Lev Vygotsky (1896-1934). Teori tersebut peneliti gunakan karena
memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap perkembangan anak.
Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan anak bergantung pada interaksi anak
dengan orang lain dan dengan sarana-sarana tertentu (seperti bahasa) yang
disediakan oleh kultur dan membantu membentuk pandangan dunia anak (dalam
Salkind, 2009: 373). Interaksi sosial memengaruhi perubahan pemikiran anak (dan
selanjutnya perilaku mereka), karena perilaku berakar pada konteks sosial dimana
perilaku itu berlangsung (Salkind, 2009: 373). Ada empat ide pokok yang menjadi
8 pengetahuan mereka sendiri, (2) perkembangan tidak bisa dipisahkan dari konteks
sosialnya, (3) pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan, (4) bahasa
memainkan peranan sentral dalam perkembangan mental. Vygotsky (dalam
Schunk, 2012: 339) mengemukakan bahwa lingkungan sosial sangat penting bagi
pembelajaran dan berpikir bahwa interaksi-interaksi sosial mengubah atau
mentransformasi pengalaman-pengalaman belajar.
Konsep utama dalam teori Vygotsky adalah zona perkembangan proksimal
(zone of proximal development), atau ZPD. ZPD didefinisikan sebagai jarak antara
level perkembangan aktual yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara
mandiri dan level potensi perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan
masalah dengan bantuan orang dewasa atau kerjasama dengan teman-teman
sebaya yang mampu (Schunk, 2012: 341). Zona perkembangan proksimal
digambarkan sebagai perbedaan antara kemampuan anak untuk memecahkan
masalahnya sendiri dan kemampuan anak untuk memecahkan masalah dengan
dibantu orang dewasa atau teman sebaya (Salkind, 2009: 376). Batas bawah ZPD
adalah tingkat keterampilan yang dicapai oleh anak yang bekerja secara
independen, sedangkan batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang
anak dapat terima dengan bantuan instruktur yang cakap (Santrock, 2014: 57).
Konsep ZPD menjadi pendorong terjadinya kemajuan dalam
perkembangan (suatu gejala yang menurut Vygotsky terjadi secara alamiah) dan
pembelajaran (suatu aktivitas yang didasarkan pada latihan, dengan isi aktivitas
ditentukan oleh kultur sekeliling). Membantu siswa memperoleh
mediator-mediator kognitif melalui lingkungan sosial dapat dilakukan dengan banyak cara.
Aplikasi yang umum dipakai adalah konsep pemberian struktur penyangga
pengajaran atau pemberian bantuan pengajaran (instructional scaffolding) yang
mengacu pada proses-proses pengendalian elemen-elemen tugas yang berada di
luar kapasitas siswa (Schunk, 2012: 344). Perancahan (scaffolding) diartikan
sebagai teknik-teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membangun jembatan
antara apa yang sudah diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui olehnya
(Salkind, 2009: 379). Perancahan (scaffolding) terdiri atas kegiatan-kegiatan yang
disediakan oleh pendidik untuk menopang dan menuntun anak melalui zona
9 orang tua, atau teman sebaya yang berpengetahuan) menyediakan perencah, dan
kemudia anak berusaha menguasai materi (Salkind, 2009: 379).
Piaget (dalam Santrock, 2014: 43) membagi proses belajar menjadi lima
tahapan yakni skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrium. (1)
Skema adalah tindakan atau representasi mental yang mengorganisasikan
pengetahuan, (2) Asimilasi adalah proses memasukan informasi baru ke dalam
pengetahuan skema yang ada, (3) Akomodasi adalah proses menyesuaikan skema
pengetahuan yang sudah ada terhadap informasi baru, (4) Organisasi adalah
pengelompokan perilaku atau pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih
tinggi, dan (5) Equilibrium adalah mekanisme perpindahan dari satu tahap
pemikiran anak ke tahap pemikiran berikutnya.
Jean Piaget memiliki pendapat tentang tingkat-tingkat perkembangan
intelektual sebagai berikut; (1) sensori-motor berumur 0-2 tahun (2)
pra-operasional berumur 2-7 tahun (3) pra-operasional konkrit berumur 7-11 tahun, dan
(4) operasi formal berumur > 11 tahun. Tahap-tahap tersebut akan diuraikan
sebagai berikut.
1. Tingkat sensori-motor
Tingkat sensori motor dua tahun pertama dalam kehidupan. Pada tahap ini
anak mengatur alamnya dengan indera (sensori) dan tindakannya (motor). Pada
tingkat ini anak tidak mempunyai konsepsi object performance. Bila suatu benda
disembunyikan maka anak tidak akan bisa menemukannya (Santrock, 2014:45).
2. Tingkat pra-operasional
Tingkat ini ialah antara umur 2-7 tahun. Periode ini anak belum mampu
untuk melaksanakan operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan
lain-lain. Tingkat pra-operasional memiliki dua subtingkat. Sub tingkat pertama antara
2-4 tahun disebut tingkat pralogis, subtingkat kedua antara 4-7 tahun disebut
dengan tingkat berpikir infuitif (Santrock, 2014: 46).
3. Tingkat operasional konkret
Periode operasional konkret adalah antara umur 7-11 tahun. Tingkat ini
merupakan permulaan berpikir rasional. Itu berarti anak memiliki operasi-operasi
logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah yang konkret (Santrock,
10 4. Tingkat operasional formal
Tingkat operasional formal antara umur 11 tahun. Usia tersebut anak dapat
menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang
kompleks. Pada tahap ini anak mempunyai kemampuan berpikir abstrak
(Santrock, 2014: 50).
Berdasarkan tahap-tahap tersebut, peneliti menggunakan tahap
perkembangan operasional konkret pada siswa SD kelas IV SD. Siswa kelas IV
SD berumur antara 11 tahun. Menurut teori Piaget, anak yang berusia antara
7-11 tahun sudah mampu berpikir secara logis mengenai hal-hal nyata dan konkret.
Dalam pembelajaran seorang guru harus dapat memilih metode maupun media
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
2.1.1.2 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau pola yang khas dalam
pemanfaatan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber
daya terkait agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar (Tampubolon
2014: 142). Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan
dilaksanakan pada pembelajaran di kelas (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19).
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran supaya dapat tercapai dengan optimal, dengan mengimplementasi
suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata (Sanjaya, 2006:
145).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran metode pembelajaran adalah cara atau langkah yang
digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
akan dicapai.
2.1.1.3 Metode Inkuiri
1. Pengertian Metode Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa
menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam
11 keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang
mandiri (Ngalimun, 2012: 33). Pendekatan inkuiri didasarkan atas tiga pengertian, yaitu siswa terlibat dalam kesempatan belajar dengan derajat “self-direction” yang tinggi; siswa dapat mengembangkan sikap yang baik terhadap belajar, juga siswa
dapat menjaga dan menggunakan informasi untuk waktu yang lama (Ellis dalam
Ngalimun, 2012: 33). (Seif dalam Ngalimun, 2012: 33) mengartikan bahwa
inkuiri berarti mengetahui bagaimana menemukan sesuatu dan bagaimana
mengetahui cara untuk memecahkan masalah. Menginkuiri tentang sesuatu berarti
mencari informasi, memiliki rasa ingin tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki
dan mengetahui keterampilan yang akan membantunya memecahkan masalah.
Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 194). Strategi
pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo dalam Trianto, 2009: 166).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa metode inkuiri
merupakan metode di mana siswa dituntut untuk berpikir secara aktif dan
melibatkan dirinya secara langsung dalam proses pembelajaran guna mencari dan
menemukan penyelesaian atas masalah yang dipertanyakan, sehingga siswa lebih
termotivasi dalam menjalankan proses pembelajaran.
2. Prinsip Metode Inkuiri
Menurut (Sanjaya, 2006: 197-199) metode inkuiri memiliki prinsip-prinsip
penggunaan strategi pembelajaran inkuri yang perlu diperhatikan oleh seorang
guru yaitu sebagai berikut. 1) Berorientasi pada pengembangan intelektual, tujuan
utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Strategi
pembelajaran berorientasi pada hasil belajar juga proses belajar. 2). Prinsip
interaksi, proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa
12 menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya sebab kemampuan
siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir. 4). Prinsip Belajar untuk Berpikir, belajar bukan
hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik
otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal. 5). Prinsip keterbukaan, pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis
dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
3. Jenis-jenis Metode Inkuiri
Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006: 109) mengemukakan tiga
macam metode inkuiri sebagai berikut.
a. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Salah
satu metode inkuiri yang dalam penerapan pembelajarannya masih
membutuhkan bantuan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
bagi siswa.
b. Inkuiri Bebas (Free Inquiry)
Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan
seorang ilmuwan sehingga peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan
merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama
proses tersebut, bimbingan guru sangat sedikit diberikan bahkan tidak sama
sekali.
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (modified free inquiry)
Pada inkuiri guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian
peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui
pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Model inkuiri merupakan
13 Metode inkuiri terdapat tiga macam jenis, di antaranya jenis inkuiri
terbimbing, jenis inkuiri bebas, dan jenis inkuiri bebas yang dimodifikasi. Metode
yang akan diguanakan dalam penelitian ini adalah inkuiri terbimbing karena anak
usia sekolah dasar masih memerlukan bimbingan guru dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode inkuiri.
4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran dimana guru
menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa (Amien,
1987: 137). Guru memberikan petunjuk yang cukup luas kepada siswa bagimana
menyusun dan mencatat. Langkah sebelum memberikan petunjuk kepada siswa,
guru terlebih dahulu harus mengarahkan siswa untuk membuat rumusan hipotesis.
Merumuskan hipotesis merupakan salah satu langkah dalam metode inkuiri
terbimbing. Dalam merumuskan hipotesis, rumusan dituliskan dengan
menggunakan kata tanya “apakah”. Kata tanya “apakah” digunakan sebagai dasar
untuk menjawab hipotesis penelitian.
Dalam metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) siswa memperoleh
pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing (Mulyasa, 2007: 109). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli,
inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah langkah pembelajaran inkuiri yang
masih melibatkan guru untuk membimbing dalam proses pembelajaran.
5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing
Langkah-langkah metode pembelajaran inkuiri meliputi a) inkuiri, b)
merumuskan masalah, c) mengajukan hipotesis, d) mengumpulkan data, e)
menguji hipotesis, dan f) merumuskan kesimpulan (Sanjaya, 2006: 198-202).
Keenam langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar
siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan
14 yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, 2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh siswa untuk mencapai tujuan, 3) menjelakan
pentingnya topik dan kegiatan belajar (Sanjaya, 2006: 199). Pada tahap orientasi
hal yang dilakukan oleh guru adalah mengkondisikan siswa supaya siswa siap
untuk mengikuti proses pembelajaran.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu 1) masalah hendaknya
dirumuskan sendiri oleh siswa, 2) masalah yang dikaji adalah masalah yang
mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, 3) konsep-konsep dalam masalah
adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa (Sanjaya,
2006: 199-200).
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis
memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu
bersifat rasional dan logis (Sanjaya, 2006: 200-201).
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada tahap mengumpulkan
data dibutuhkan motivasi yang kuat dalam dalam belajar, ketekunan, dan
kemampuan menggunakan potensi berpikir. Peran guru pada tahap ini adalah
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai
jenis pertanyaan-pertanyaan secara merata pada seluruh siswa sehingga siswa
15 e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses mennetukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Jawaban yang diberikan tidak berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus disrtai data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan
(Sanjaya, 2006: 201-202).
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis (Sanjaya, 2006: 201).
Merumuskan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran.
(Sanjaya, 2006: 202) untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
menunjukkan data-data yang relevan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Dewey dalam Ngalimun (2012: 35-38)
menyatakan bahwa proses inkuiri meliputi 1) penerimaan dan pendefinisian
masalah, 2) pengembangan hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian
hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan. Pendapat serupa dikemukakan oleh
Sudjana (dalam Trianto, 2009: 172) yang menyatakan ada lima tahapan yang
ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yakni 1) merumuskan
masalah untuk dipecahkan oleh siswa, 2) menerapkan jawaban sementara atau
dikenal dengan hipotesis, 3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan
untuk menjawab hipotesis atau permasalahan, 4) menarik kesimpulan jawaban
atau generalisasi, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai langkah-langkah dalam inkuiri,
peneliti menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: orientasi, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan,
mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.
6. Keunggulan Metode Inkuiri
Keunggulan-keunggulan jika metode inkuiri diterapkan dalam
16 a. Metode inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna.
b. Metode inkuiri dapat memberkan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
c. Metode inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembanagn psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah metode ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata.
2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom
Bloom (dalam Anderson & Krathwohl, 2010: 6-7) menjelaskan
kategori-kategori pada dimensi proses kognitif. Dimensi proses kognitif dibagi menjadi
beberapa kategori pengklasifikasian beberapa proses kognitif yang terdapat pada
tujuan pendidikan. Dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson dan
Krathwohl, 2010: 99-113) terdapat 6 level dalam proses kognitif yaitu mengingat,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta yaitu
sebagai berikut.
a. Mengingat
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang. Level ini merupakan level proses kognitif yang paling
sederhana. Proses mengingat meliputi proses mengenali dan mengingat kembali.
Mengingat kembali melibatkan proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan
dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian (Anderson &
Krathwohl, 2010: 99-105).
b. Memahami
Proses memahami adalah proses yang di dalamnya terdapat proses
pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan
kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Level ini meliputi proses menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
17 c. Mengaplikasikan
Proses mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu
untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Level ini meliputi
proses mengeksekusi dan mengimplementasi. Mengeksekusi melibatkan proses
menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familiar.
Mengimplementasi melibatkan proses memilih dan menggunakan sebuah
prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familiar (Anderson & Krathwohl,
2010: 116-119).
d. Menganalisis
Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi
bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian, antar
setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Proses menganalisis meliputi proses
membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Membedakan melibatkan
proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah
struktur. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen
komuinikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini
membentuk sebuah struktur yang koheren. Mengatribusikan melibatkan proses
menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi
(Anderson & Krathwohl, 2010: 120-125).
e. Mengevaluasi
Proses mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan
kriteria dan standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kriteria-kriteria yang
paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.
Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik. Memeriksa melibatkan
proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau
produk. Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses
berdasarkan kriteria dan standar eksternal (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).
f. Mencipta
Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah
keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses
kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Merumuskan
18 yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Merencanakan melibatkan proses
merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria
masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.
Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan
masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu (Anderson & Krathwohl,
2010: 128-133).
Peneliti membahas lebih lanjut mengenai kemampuan mengevaluasi dan
kemampuan mencipta, karena dalam penelitian ini kedua kemampuan tersebut
merupakan variabel dependen.
2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi
Menurut Anderson dan Krathwohl (2010: 125-127), proses mengevaluasi
adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu.
Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Proses mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik di jelaskan
sebagai berikut.
a. Memeriksa
Proses memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan
internal dalam suatu operasi atau produk. Memeriksa melibatkan proses
menentukan seberapa baik rencana itu berjalan. Nama lain memeriksa adalah
menguji, mendeteksi, dan memonitor.
b. Mengkritik
Proses mengkrtitik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses
berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Siswa mencatat ciri-ciri positif dan
negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian
berdasarkan ciri-ciri tersebut. Nama lain dari mengkritik adalah menilai.
Kritikannya dapat didasarkan pada kriteria-kriteria positif, negatif, atau keduanya
dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi positif atau negatif.
2.1.1.6 Kemampuan Mencipta
Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:128-133), proses mencipta
19 koheren atau fungsional. Proses mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi dijelaskan sebagai berikut.
1. Merumuskan
Proses merumuskan ini melibatkan proses menggambarkan masalah dan
membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Merumuskan di sini dibatasi dalam pengertian yang sempit.
2. Merencanakan
Proses ini melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah
yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk
menyelesaikan masalah.
3. Memproduksi
Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk
menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Dalam
memproduksi, siswa diberi gambaran tentang suatu produk dan harus
menciptakan sebuah produk yang sesuai dengan gambaran tersebut.
2.1.1.7 Pembelajaran IPA
IPA merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Artinya,
IPA sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuan untuk
melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala
alam (Supriyono dalam Tampubolon, 2003: 148). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan
yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan
penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167).
Nash (dalam Samatowa, 2011: 3) menambahkan bahwa IPA adalah suatu
cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat,
serta menghubungkannya antara satu fenomena dengan fenomena lain. (Powler
dalam Samatowa, 2011: 3) mengatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen. Prihantoro (dalam Trianto, 2010: 130) mengungkapkan bahwa IPA
20 sebagai sekumpulan pengetahuan, konsep, dan bagan konsep. IPA sebagai proses
dapat diartikan sebagai proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi,
menemukan, dan mengembangkan produk sains. IPA sebagai aplikasi dapat
diartikan sebagai teori-teori IPA yang melahirkan teknologi yang berguna bagi
kehidupan manusia.
Bedasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dengan cara
mengamati secara langsung.
2.1.1.8 Materi tentang IPA
Standar Kompetensi IPA kelas IV yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai
cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Kompetensi Dasar penelitian ini
adalah 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat
tertentu. Berikut ini diuraikan materi tentang wujud benda dan sifat-sifatnya.
Berdasarkan wujudnya benda dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yakni benda padat, benda cair, dan benda gas (Rositawaty & Muharam,
2008: 83). Masing-masing benda tersebut memiliki sifat yang dapat membedakan
jenis benda yang satu dengan benda yang lainnya.
1. Benda Padat
Benda padat mempunyai sifat yang berbeda dengan benda cair atau benda
gas. Sifat-sifat dari benda padat di antaranya adalah wujudnya tetap, dapat
diubah bentuknya dengan cara tertentu, dan mempunyai massa (Sulistyanto &
Wiyono, 2008: 75).
a. Bentuknya tetap
Buku dan pensil tidakakan berubah bentuk jika kita pindahkan dari
suatu tempat ke tempatyang lain. Penggaris yang memanjang tidak
mengikuti bentuk gelas. Hal itu menunjukkan bahwa setiap benda yang
berwujud padat bentuknya selalu tetap.
b. Benda padat dapat diubah dengan cara tertentu
Benda-benda yang digunakan sehari-hari bentuknya sudah berubah
21 kemudian dipotong dan dijahit sehingga berubah bentuk menjadi sebuah
baju. Untuk dapat mengubah benda padat menjadi bentuk lain, benda
tersebut harus mendapat perlakuan tertentu, misalnya ditekan, dipahat,
dipotong, diraut, dibor, digergaji, diamplas, dan sebagainya.
c. Mempunyai massa
Benda padat mempunyai berat/massa. Berat benda berbeda-beda
bergantung pada jenis benda padat tersebut. Berat atau ringan suatu benda
tidak hanya ditentukan oleh besar atau kecil benda itu. Berat benda
bergantung pula pada jenis benda padat tersebut.
2. Benda Cair
Contoh benda cair yaitu air, minyak, susu, kecap, dan sebagainya. Benda
cair memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a. Bentuknya dapat berubah sesuai dengan tempatnya
Jika menuangkan air ke dalam gelas maka bentuk air seperti gelas.
Akan tetapi jika menuangkan air ke dalam mangkok maka bentuknya
seperti mangkok, dan jika menuangkan air ke dalam botol maka bentuk air
seperti botol. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa bentuk benda cair
dapat berubah sesuai dengan tempatnya.
b. Benda cair memiliki massa
Air mempunyai massa hal ini dibuktikan jika mengangkat gelas
kosong terasa akan lebih ringan dibandingkan jika mengangkat gelas yang
berisi air. Jika air semakin banyak, beratnya pun bertambah, maka benda
cair mempunyai berat, dan berat benda cair bergantung pada volumenya.
c. Permukaan benda cair yang tenang selalu mendatar
Saat keadaan tenang, permukaan air selalu datar. Akan tetapi, jika
mendapat usikan permukaan air tidak lagi datar. Sifat ini dapat dimanfaat
oleh tukang bangunan seperti untuk mengetahui kedataran lantai pada saat
pemasangan ubin.
d. Benda cair mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah
Air di sungai mengalir mulai dari hulu sampai ke hilir. Hulu sungai
22 laut. Hal ini membuktikan bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat
yang lebih rendah.
e. Benda cair dapat melarutkan zat tertentu
Air dapat melarutkan zat atau bahan tertentu sehingga air disebut
zat pelarut. Air dan zat yang terlarut di dalamnya disebut larutan.
Contohnya larutan gula artinya air yang di dalamnya terdapat gula seperti
pada teh manis.
f. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil
Air yang berada dalam toples pot airnya menjadi berkurang. Air
tersebut berkurang karena habis diambil oleh tanaman bunga yang hidup
di atasnya. Air tersebut naik karena air memiliki sifat kapilaritas, yaitu
dapat naik melalui pipa-pipa kecil.
g. Benda cair menekan ke segala arah
Dari setiap lubang tabung, akan memancar air. Tekanan air di
permukaan tabung akan diteruskan oleh air yang berada di bawahnya ke
segala arah. Dengan demikian, air akan mengalir keluar tabung. Tekanan
air makin ke bawah makin besar.
3. Benda Gas
Udara dan asap merupakan benda yang tergolong benda gas. Berbeda
dengan benda padat dan cair, gas sulit diamati. Hanya gas-gas tertentu yang
dapat dilihat. Misalnya, asap pembakaran dan asap knalpot kendaraan.
Sifat-sifat dari benda gas antara lain adalah (a) bentuknya menyerupai tempatnya,
(b) menempati seluruh ruangan, (c) menekan ke segala arah, (d) memiliki
berat/massa, dan (e) memiliki aliran.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian tentang Inkuiri
Elyani (2011) meneliti pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan
gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Solihin pada tahun pelajaran
2009/2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperiment.
23 tekhnik probablility samplig dan dibagi menjadi dua kelompok, kelas VIII 3
sebagai kelompok eksperimen dan VIII 2 sebagai kelompok kontrol dengan
metode konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes
objektif tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (option) yang
digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada konsep
getaran dan gelombang. Dalam penelitian ini diperoleh skor pretest untuk
kelompok eksperimen adalah 36.94 dan skor rata-ratakelompok kontrol adalah
35.17. Hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor rata-rata 77.17
dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 62.06. Berdasarkan penghitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh harga ttabel=2,00 > t hitung=3,20. Dari hasil pengujian diperoleh Hasil regresi liner sederhana mengindikasikan
bahwa (thitung > t tabel). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan dua rata-rata postest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kotrol diperoleh harga t hitung 0,73 dan ttabel 1,76. Hasil pengujian diperoleh bahwa (thitung < t tabel). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf 95%, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
antara rata-rata skor posstest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posstest
kelompok kontrol. Dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan metode pembelajarn inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa.
Wayan, dkk. (2013) meneliti pengaruh model pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA dengan menggunakan
rancangan the posttest-only control group design. Penelitian ini dilakukan pada
siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan Kaliuntu. Populasi penelitian berjumlah
125 siswa dan sampel berjumlah 64 siswa. Data sikap ilmiah dikumpulkan dengan
menggunakan metode kuesioner dan data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan
menggunakan metode tes. Data dianalisis menggunakan MANOVA berbantuan
SPSS 17.00 for windows. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan
sikap ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional
(F=29,110; p<0,05), (2) terdapat perbedaan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA
secara signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model