• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN EDUKASI SECARA CERAMAH DAN CBIA MENGENAI KANKER SERVIKS DAN PAPSMEAR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN EDUKASI SECARA CERAMAH DAN CBIA MENGENAI KANKER SERVIKS DAN PAPSMEAR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENDIDIKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Amelia Kristina NIM : 068114014

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

TINGKAT PENDIDIKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Amelia Kristina NIM : 068114014

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iii

KANKER SERVIKS DANPAPSMEARTERHADAP PENINGKATAN

PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI

TINGKAT PENDIDIKAN

Yang diajukan oleh

Amelia Kristina

NIM : 068114014

Telah disetujui oleh

Pembimbing Pertama

Dra. IM. Sunarsih, Apt.

Tanggal :...

Pembimbing Kedua

Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt.

(4)

iv

PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI

TINGKAT PENDIDIKAN

Oleh : Amelia Kristina NIM : 068114014

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal :

Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Rita Suhadi, M.Si., Apt.

Pembimbing

I. Dra. IM. Sunarsih, S.U., Apt. ...

II. Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt. ...

Panitia Penguji

1. Dra. IM. Sunarsih, S.U., Apt. ...

2. Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt. ...

3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. ...

(5)

v

 Tuhan Yesus Kristus yang selalu menolong dan memberikan kekuatan pada

setiap cobaan yang kualami

 Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dan semangat setiap waktu

 Saudara dan saudariku yang selalu menghibur dan memberi dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini

 Almamater yang selalu kubanggakan

Awalnya adalah impian

Impian adalah pikiran kita

Impian adalah sesuatu yang benar-benar berarti bagi kita

Dibutuhkan tindakan untuk mencapai impian

(6)

vi

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Amelia Kristina

Nim : 068114014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERBEDAAN EDUKASI SECARA CERAMAH DAN CBIA MENGENAI KANKER SERVIKS DANPAPSMEARTERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI

TINGKAT PENDIDIKAN

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hal untuk menyimpan data mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet/media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 15 Juni 2010 Yang menyatakan

(7)

vii

PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI

TINGKAT PENDIDIKAN

Puji syukur kepada Tuhan atas kasih dan berkat yang telah Dia limpahkan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Edukasi

Secara Ceramah Dan CBIA Mengenai Kanker Serviks dan Papsmear Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Perubahan Sikap dan Tindakan Ibu-Ibu di Kecamatan

Gamping dan Kecamatan Mlati Ditinjau dari Tingkat Pendidikan”. Skripsi ini

ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan berkat yang telah Dia berikan mulai

dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini

2. BAPPEDA Kabupaten Sleman yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian di Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta

3. Yayasan Kanker Indonesia atas bantuan yang telah diberikan selama

proses penelitian

4. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

(8)

viii

memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan

skripsi

7. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan

skripsi.

8. Seluruh ibu-ibu Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati serta

Kecamatan Depok di Kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini sehingga memperlancar penelitian.

9. Pak Wiwid dan pihak Yayasan Kanker Indonesia atas bantuan yang telah

diberikan dalam acara ceramah dan CBIA yang memperlancar jalannya

penelitian.

10. Kedua orang tuaku yang tak henti memberikan doa dan semangat dalam

penelitian ini serta membantu dalam menyelesaikan penelitian ini

11. Saudara dan saudariku yang selalu menghibur dan memberi dorongan

untuk menyelesaikan skripsi ini

12. Teman-teman seperjuanganku, Priska dan Arga atas bantuan dan kerja

sama yang baik dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan tepat waktu

(9)

ix

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Untuk itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik tentang skripsi ini, dan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi

semua pembaca.

Yogyakarta, 15 Juni 2010

Penulis

(10)

x

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juni 2010

Penulis

(11)

xi

pengetahuan mengenai kanker serviks dan papsmear perlu ditingkatkan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh edukasi secara ceramah dan CBIA mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu-ibu di kecamatan Gamping dan Mlati ditinjau dari tingkat pendidikan.

Jenis penelitian quasi eksperimental, dengan desain pre-post test intervention with control group. Peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan dapat diketahui dengan pengisian kuesioner pretest dan posttest satu bulan setelah intervensi oleh responden. Hasil dianalisis denganMann-Whitney U Test dan T-test independent Sample. Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayatpapsmear.

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan pengetahuan namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan sikap dan tindakan responden dengan tingkat pendidikan rendah, menengah maupun tinggi.

(12)

xii

cervical cancer. To reduce mortality due to cervical cancer, cervical cancer and knowledge about papsmear need to be improved. The purpose of this study was to investigate the influence of education in a lecture and CBIA about cervical cancer and papsmear to increase knowledge, change attitudes and actions of mothers in the district and Mlati Gamping viewed from the level of education.

Type of quasi experimental study, with pre-post test design with control group intervention. Increased knowledge, change attitudes and actions may be known by filling out the questionnaire pretest and posttest one month after intervention by the respondent. Results were analyzed with the Mann-Whitney U test and independent samples T-test. Characteristics of respondents included education level, background information about cervical cancer and papsmear, and history papsmear.

Based on the result of statistical test performed, the result shows that there are significant differences in improvement in knowledge but there was no significant difference in improving the attitudes and actions of respondents with low education level, medium and high.

(13)

xiii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I. PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang... 1

1. Perumusan Masalah... 2

2. Keaslian Penelitian... 3

3. Manfaat Penelitian... 3

B. Tujuan Penelitian... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 5

A. Kanker... 5

B. Kanker Serviks... 5

C.Papsmear... 8

D. Edukasi Kesehatan... 9

E. CBIA... 10

F. Ceramah... 11

G. Pengetahuan... 11

H. Sikap... 14

I. Tindakan... 16

J. Pendidikan... 17

K. Landasan Teori... 17

L. Kerangka Konsep... 18

M. Hipotesis... 18

BAB III. METODE PENELITIAN... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 19

B. Variabel Penelitian... 19

C. Definisi Operasional... 20

D. Tempat Penelitian... 21

E. Bahan Penelitian... 22

F. Instrumen Penelitian... 23

G. Tata Cara Penelitian... 26

H. Kesulitan Penelitian... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

A. Karakteristik Responden... 34

B. Pengaruh Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan... 46

(14)

xiv

Perlakuan... 64

F. Perbedaan Jumlah Responden yang MelakukanPapsmear Setelah Pemberian Edukasi berupa Ceramah dan CBIA... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan... 69

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA... 71

LAMPIRAN... 74

(15)

xv

Tabel III. Tingkat Pendidikan Keseluruhan Responden... 34

Tabel IV. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan PapsmearKelompok Kontrol... 36

Tabel V. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan PapsmearKelompok Intervensi Ceramah... 38

Tabel VI. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan PapsmearKelompok Intervensi CBIA... 39

Tabel VII. Sumber Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear Keseluruhan Responden... 40

Tabel VIII. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Kontrol... 41

Tabel IX. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Ceramah... 42

Tabel X. RiwayatPapsmearResponden Kelompok CBIA... 43

Tabel XI. RiwayatPapsmearKeseluruhan Responden... 45

Tabel XII. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan pengetahuan... 46

Tabel XIII. Pengaruh tingkat pendidikan dan latar belakang informasi terhadap perubahan pengetahuan... 48

Tabel XIV. Pengaruh tingkat pendidikan dan riwayatpapsmear terhadap perubahan pengetahuan... 49

Tabel XV. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan sikap... 50

Tabel XVI. Pengaruh tingkat pendidikan dan latar belakang informasi terhadap perubahan sikap... 52

Tabel XVII. Pengaruh tingkat pendidikan dan riwayatpapsmear terhadap perubahan sikap... 53

Tabel XVIII. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan tindakan... 53

Tabel XIX. Pengaruh tingkat pendidikan dan latar belakang informasi terhadap perubahan tindakan... 56

Tabel XX. Pengaruh tingkat pendidikan dan riwayatpapsmear terhadap perubahan tindakan... 57

Tabel XXI. Uji signifikasi dan selisih nilai rerata antarapretestdan posttest setelah 1 bulan... 59

Tabel XXII. Perbedaan pengaruh metode ceramah dan CBIA tentang kanker serviks danpapsmearterhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan... 61

Tabel XXIII. Manfaat pemberian edukasi ceramah dan CBIA pada responden... 65

(16)

xvi

Gambar 3. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker

Serviks danPapsmearKelompok Kontrol... 37

Gambar 4. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker

Serviks danPapsmearKelompok Intervensi Ceramah... 38

Gambar 5. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker

Serviks danPapsmearKelompok Intervensi CBIA... 39

Gambar 6. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok

Kontrol... 42

Gambar 7. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok

Intervensi Ceramah... 43

Gambar 8. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok

Intervensi CBIA... 44

Gambar 9. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan

pengetahuan... 47

Gambar 10. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan

sikap... 50

Gambar 11. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan

tindakan... 54

Gambar 12. Alasan responden tidak melakukanpapsmear

(kelompok intervensi ceramah)... 66

Gambar 13. Alasan responden tidak melakukanpapsmear

(17)

xvii

Lampiran 3.Hasil uji statistik untuk karakteristik responden... 79

Lampiran 4.Pengaruh Metode Ceramah dan CBIA tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Perubahan Pengetahuan,

Sikap dan Tindakan... 81

Lampiran 5.Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan CBIA tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Perubahan

(18)

BAB I PENGANTAR

A. LATAR BELAKANG

Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah kanker yang

terjadi pada serviks uterus yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang

merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan

liang senggama (vagina) (Diananda, 2008). Kanker serviks telah menjadi penyakit

pertama yang mematikan di kalangan wanita Indonesia dan kedua di dunia. Di

Indonesia, setiap harinya ada 41 kasus kanker leher rahim baru dan setiap harinya

pula terdapat 20 pasien kanker leher rahim yang meninggal dunia. Jika dihitung di

seluruh dunia, per tahunnya ada 490 ribu wanita didiagnosa menderita kanker

leher rahim dan dari jumlah tersebut, tercatat 240 ribu diantaranya meninggal

dunia (Nuraini, 2007).

Kanker serviks terjadi ditandai dengan pertumbuhan sel-sel pada leher

rahim yang tidak lazim (abnormal). Sel-sel yang abnormal ini dapat dideteksi

secara dini kehadirannya dengan suatu tes yang disebutPap Smear test. Semakin

dini sel-sel abnormal terdeteksi maka semakin rendahlah resiko seseorang

menderita kanker serviks, sehingga pengetahuan tentang tes secara papsmear ini

sangatlah penting untuk diketahui khalayak umum khususnya kaum wanita.

Namun di Indonesia, para wanita sering enggan diperiksa karena ketidaktahuan,

rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya. Hal ini dikarenakan masih rendahnya

tingkat pendidikan penduduk Indonesia (Suwiyoga, 2009). Menurut Azis (2001),

(19)

umumnya penderita kanker serviks berpendidikan rendah, baik dilihat pada

keseluruhan stadium ataupun jika dilihat pada stadium tertentu saja. Pendidikan

penderita minimum 0 tahun dan maksimum 19 tahun. Banyak penderita datang

sangat terlambat dan mencari pertolongan hanya setelah terjadi perdarahan. Hal

ini dapat dipahami karena pendidikan yang kurang, sosial ekonomi rendah dan

tidak terjangkaunya skrinning oleh penderita. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan pemahaman bahasa semakin baik sehingga

kemampuan memahami materi edukasi mengenai kanker serviks dan papsmear

akan semakin mudah.

Oleh karena itu penelitian ini kami lakukan untuk memberikan edukasi

tentang kanker serviks dan papsmear pada ibu-ibu di kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati di Yogyakarta yang bertujuan untuk menyampaikan tentang

betapa pentingnya melakukan tes papsmear untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kanker serviks. Selain bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pada

ibu-ibu tersebut kami juga berharap terjadinya peningkatan sikap dan perilaku

pada ibu-ibu tersebut sehingga mau melakukan tes papsmear secara rutin. Penelitian yang kami lakukan ini berupa pemberian edukasi kesehatan kepada

ibu-ibu kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati dengan metode CBIA (Cara Belajar

Ibu Aktif) dan ceramah. Metode CBIA telah diuji coba dan terbukti efektif dalam

meningkatkan pengetahuan dengan didasarkan pada proses belajar mandiri.

Dalam penelitian ini akan dibandingkan edukasi berupa CBIA dan ceramah pada

(20)

1. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh latar belakang pendidikan baik rendah, menengah

maupun tinggi terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan

tindakan ?

2. Apakah terdapat pengaruh edukasi kesehatan berupa ceramah dan CBIA

mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan responden dilihat dari rata-rata

selisih nilaipretestdanposttestsetelah satu bulan ?

3. Apakah terdapat pebedaan pengaruh edukasi kesehatan berupa ceramah

dan CBIA mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu-ibu di kecamatan

Gamping dan kecamatan Mlati di Yogyakarta ?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Sulistyaningsih, (2010)

dengan judul “Perbedaan Pengaruh Antara Pemberian Ceramah dengan

Pemberian Leaflet Tentang Kanker Serviks dan PapsmearTerhadap Perilaku Ibu-Ibu PKK Dengan Tingkat Pendidikan Minimal SMA di Kota Yogyakarta”

Penelitian kali ini menitikberatkan pada perbedaan pengaruh metode

edukasi ceramah dan CBIA tentang kanker serviks dan papsmer terhadap

peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu-ibu di kecamatan

Gamping dan kecamatan Mlati. Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu

terletak pada metode edukasi yang diberikan, subjek yang diteliti, serta waktu

(21)

3. Manfaat

Manfaat penelitian ini ialah untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu

di kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati mengenai kanker serviks dan

papsmearsehingga dapat meningkatkan sikap dan tindakan ibu-ibu mencegah kanker serviks dengan deteksi dini secarapapsmear.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui perbedaan edukasi

secara ceramah dan CBIA mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu-ibu di kecamatan

Gamping dan kecamatan Mlati ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan terhadap peningkatan

pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan responden terhadap

pencegahan kanker serviks denganpapsmear.

b. Mengetahui pengaruh edukasi kesehatan berupa ceramah dan CBIA

mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan

pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan responden.

c. Mengetahui perbedaan pengaruh edukasi kesehatan berupa ceramah dan

CBIA mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan

(22)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kanker

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel

jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya,

sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat

menyebabkan kematian dimana pertumbuhan sel-sel kanker ini lebih tinggi

daripada sel-sel yang lain (Susilo, dkk., 2000).

B. Kanker Serviks 1. Definisi

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu

daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim

yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Riono,

1999).

Gambar 1. Kanker Serviks(Anonim, 2009)

(23)

2. Penyebab

Lebih dari 95% kanker serviks disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai

Human Papilloma Virus (HPV). Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, dimana sebagian besar tidak berbahaya, tidak menimbulkan gejala yang terlihat dan akan

hilang dengan sendirinya. Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa

muda (18-28 tahun). Walaupun sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan

sendirinya dalam 1-2 tahun karena adanya sistem kekebalan tubuh alami, infeksi

menetap yang disebabkan oleh tipe-tipe HPV yang berisiko tinggi seperti tipe 16

atau 18 akan mengarah pada kanker serviks. Tipe HPV yang dapat mengakibatkan

terjadinya kanker serviks adalah tipe 16, 18, 33, 45, 51, dan 52. HPV tipe 6 dan 11

hanya akan menyebabkan kutil (genital warts) yang pada umumnya jarang mengarah pada kanker serviks (Anonim, 2008a).

Faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain sering berganti-ganti

pasangan seksual, faktor genetik, sudah melakukan hubungan seksual pada masa

puber (< 18 tahun), pasangan yang sekarang memiliki riwayat hubungan seks dini

atau punya banyak pasangan sebelumnya, suka merokok, terinfeksi HIV, memiliki

banyak anak, menderita penyakit kelamin, dan penurunan imunitas akibat

pencangkokan organ maupun kemoterapi (NCI, 2007).

3. Gejala dan Tanda

Perubahan awal pada sel leher rahim tidak selalu merupakan tanda-tanda

kanker. Pada fase awal, terdapat kemungkinan bahwa penderita belum

mempunyai keluhan akibat hampir tidak ada gejala yang muncul (Van de Velde,

(24)

kegiatan sehari-hari, seperti mengasuh anak, mencuci, memasak atau bekerja di

kantor, di pabrik, dan lain sebagainya. Kadang-kadang ada pula yang mengalami

gejala keputihan atau perdarahan sesudah senggama pada stadium awal (Anonim,

2008b).

Dalam fase lanjut, akibat nekrosis dan perubahan-perubahan proliferatif

jaringan serviks, timbul keluhan-keluhan seperti perdarahan abnormal atau ada

bercak-bercak coklat kemerahan setelah berhubungan seksual, keputihan yang

makin lama makin berbau, perdarahan sentuh/contact bleeding, perdarahan diantara dua siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi),

perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause, perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun), nafsu

makan berkurang, kelelahan, nyeri panggul, gangguan defekasi, dan terkadang

muncul urinary symptom (Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, dan Jameson, 2005).

4. Pencegahan dan Deteksi Dini

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan program pencegahan

kanker serviks melalui tiga pendekatan, yaitu :

a. Pencegahan primer, bertujuan untuk mengurangi perilaku dan resiko yang

memungkinkan seseorang terkena kanker serviks, dilakukan melalui

edukasi tentang upaya mencegah penularan virus HPV dan pemberian

vaksin anti HPV.

b. Pencegahan sekunder, dilakukan dengan deteksi dini untuk menemukan

(25)

c. Pencegahan tersier, bertujuan untuk menemukan kanker serviks pada

stadium serendah mungkin atau menatalaksana kanker serviks seoptimal

mungkin (Moegni, 2002).

Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan melalui dua cara yaitu berupa

inspeksi visual menggunakan asam asetat dan melakukanpapsmearsecara teratur (Van de Velde, Bosman, dan Wagener, 1996).

C.Papsmear

Papsmear, disebut juga tes Pap, adalah prosedur pemeriksaan sederhana

untuk mengambil sel serviks dengan tujuan memeriksa atau mendeteksi adanya

sel kanker atau sel abnormal yang bertendensi untuk menjadi sel-sel kanker.

Pemeriksaan papsmear juga dapat mendeteksi adanya proses inflamasi atau

infeksi pada organ serviks (NCI, 2007). Pemeriksaan papsmear dilakukan oleh dokter ahli kebidanan, dokter umum, atau bidan yang sudah dilatih, dengan

menggunakan alat spekulum untuk membantu membuka vagina dan melihat

permukaan leher rahim. Permukaan leher rahim diusap dengan spatula untuk

mengambil lendir yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini

kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil

pemeriksaan positif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan yang adekuat (Nasir, 2008).

Papsmear dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau pernah melakukan hubungan seks. American Cancer Society merekomendasikan

(26)

usia 21 tahun. Tanpa melihat usia, jika memiliki faktor risiko, maka perlu

melakukan tes setiap tahun (Anonim c, 2008). Di negara maju, sejak wanita mulai

melakukan papsmear lebih dari 50 tahun lalu, angka kematian karena kanker serviks menurun drastis (sampai 50%). Dulu kanker serviks merupakan penyebab

utama kematian pada wanita di Amerika Serikat, namun sekarang hanya

menempati urutan ke-15 menurutAmerican Cancer Society(Anonim, 2008c).

D. Edukasi Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak

saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan suatu anjuran

yang ada hubungannya dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan

yang dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi

informasi, memberi kesadaran sebagai upaya agar masyarakat dapat berperilaku

sehat. Pendidik kesehatan adalah semua petugas kesehatan dan siapa saja yang

berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan

kesehatan mereka. Oleh karena itu, individu, kelompok ataupun masyarakat

dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan dapat pula sebagai subjek

(pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam

usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu

(27)

yang dihadapinya. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan

kesehatan mempunyai unsur masukan atau input (perilaku pemakai sarana

kesehatan dan petugas kesehatan) yang setelah diolah dengan teknik-teknik

pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran atau output (perubahan perilaku

masyarakat sasaran) yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan itu

(Sarwono, 1997).

E. Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA)

CBIA merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah diuji

coba dan terbukti sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan dimana metode

ini didasarkan pada proses belajar mandiri. Dengan metode ini pengetahuan, sikap

serta perilaku masyarakat berubah sesuai dengan yang diharapkan dibanding

ceramah atau penyuluhan. Metode ini juga telah diadaptasi dan dikembangkan

banyak peneliti untuk mengatasi masalah berbeda. Misalnya untuk meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran pentingnya deteksi dini penyakit kanker (Anonim,

2009b).

Pada CBIA terdapat fasilitator yang berfungsi sebagai pemicu diskusi dan

bila perlu menunjukkan cara atau jalan untuk mendapatkan jawaban atas suatu

masalah. Narasumber berfungsi untuk menjelaskan hal-hal yang tidak dapat

(28)

F. Ceramah

Metode ceramah merupakan metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada masyarakat yang pada umumnya

mengikuti secara pasif (Adrian, 2004). Metode ini baik untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah dan metode ini dilakukan bila jumlah peserta

penyuluhan lebih dari 15 orang (Notoatmodjo, 2007).

Metode ceramah akan berhasil bila penceramah dapat mempersiapkan diri

dengan mempelajari materi menurut sistematika yang baik, dan mempersiapkan

alat-alat bantu pengajaran. Metode ceramah merupakan cara yang paling umum

untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Namun metode ini mempunyai

kelemahan, karena sering dilakukan secara sepihak tanpa memberi kesempatan

kepada peserta untuk aktif berperan serta. Oleh karena itu metode ini akan

menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah

dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Soebroto, dkk.,

2001).

G. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan penyebab atau motivator bagi seseorang untuk

bersikap dan berperilaku (Azwar, 2007). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

(29)

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian Rogers (Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan bahwa sebelum

orang berperilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan;

yaitu awareness(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari stimulus atau objek terlebih dahulu; interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus; evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya dan

hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi; trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru; dan yang terakhir adoption, dimana subjek

telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya

terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

menurut Bloom (cit., Notoadmodjo 2003), yaitu di bawah ini:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan,

(30)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

4. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam

konteks atau situasi yang lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

(31)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2007).

H. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, yaitu

perasaan mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau

tidak memihak pada suatu objek tertentu. Sikap merupakan reaksi yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, bukan merupakan

reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Azwar, 2007).

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen pokok,

yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

(32)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting. Sebagai contoh, seorang ibu telah mendengar tentang

penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya).

Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya

tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut

bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah

supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap

objek yang berupa penyakit polio (Notoatmodjo, 2007).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan.

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

(33)

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung yaitu dengan menanyakan pendapat subjek terhadap suatu objek.

Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat subjek (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju) (Notoatmodjo, 2007).

I. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

yaitu fasilitas dan dorongan dari pihak lain (Notoatmodjo. 2007). Menurut

Notoatmodjo (2003), tindakan mempunyai beberapa tingkatan sebagai berikut:

a. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan

dengan tindakan yang diambil.

b. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan yang

benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan yang kedua.

c. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan,

maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

(34)

lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).

J. Pendidikan

Menurut Tirthankar (2002), pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari

faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Tingkat pendidikan

sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat.

Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap

yang baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup

sehat. Pintauli (2004) menggolongkan tingkat pendidikan sebagai berikut :

Tabel I. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tidak sekolah/tidak tamat SD Rendah

Tamat SD/SLTP

Menengah Tamat SLTA, D1, D2

Tinggi Tamat PT/Akademik

K. Landasan Teori

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kanker serviks

merupakan masalah kesehatan utama bagi kaum wanita. Kanker serviks telah

menjadi penyakit pertama yang mematikan di kalangan wanita Indonesia. Kanker

serviks berkembang dengan relatif lambat, bahkan terkadang tidak menimbulkan

gejala apa-apa, sehingga dengan melakukan deteksi dini berupa tes papsmear

untuk mendeteksi ada atau tidaknya kanker serviks, dapat dilakukan pengobatan

(35)

sikap, dan tindakan yang cukup memadai tentang kanker serviks danpapsmearitu sendiri. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan serta merubah sikap dan

tindakan masyarakat mengenai kanker serviks dan papsmear dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan melakukan edukasi kesehatan. Penelitian

ini menggunakan metode edukasi kesehatan yaitu metode CBIA (Cara Belajar Ibu

Aktif) dan ceramah mengenai kanker serviks danpapsmear.

L. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah bahwa dengan adanya edukasi

kesehatan berupa ceramah dan CBIA tentang kanker serviks dan papsmeardapat menyebabkan peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu – ibu

Kecamatan Gamping dan Mlati tentang kanker serviks danpapsmear.

M. Hipotesis

Terdapat perbedaan peningkatan peningkatan pengetahuan, perubahan

sikap dan tindakan ibu – ibu dengan latar belakang pendidikan baik rendah,

menengah maupun tinggi mengenai kanker serviks dan papsmearyang signifikan antara kelompok ceramah dan kelompok CBIA.

Pengetahuan, sikap, tindakan

Ceramah pada ibu-ibu kecamatan

Gamping

Peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan ditinjau dari

tingkat pendidikan

Pengetahuan, sikap, tindakan

CBIA pada ibu-ibu kecamatan

Mlati

Peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan ditinjau dari

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi Experimental research) dengan rancangan penelitian pre-posttest intervention with control group (Praktiknya, 2003). Penelitian ekperimental semu adalah

penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak

memungkinkan untuk mengontrol semua hal dalam melakukan randomisasi

subyek (Praktiknya, 2003).. Jenis eksperimental semu digunakan dalam penelitian

ini untuk melihat efek edukasi berupa CBIA dan ceramah terhadap pengetahuan,

sikap, dan tindakan ibu-ibu di kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati.

Kelompok eksperimen diberi perlakuan atau intervensi edukasi kesehatan

yang berupa ceramah pada ibu-ibu kecamatan Gamping dan CBIA pada ibu-ibu

kecamatan Mlati sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.

Masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan. Karena akan diuji 2 jenis intervensi maka jumlah kelompok

eksperimen adalah 2 kelompok.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel pengaruh (independent) dalam penelitian ini adalah edukasi berupa CBIA dan ceramah tentang kanker serviks danpapsmearserta latar

(37)

belakang tingkat pendidikan baik rendah, menengah maupun tinggi pada

ibu-ibu kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati.

2. Variabel terpengaruh (dependent) dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu kecamatan Gamping dan

kecamatan Mlati di Yogyakarta tentang kanker serviks danpapsmearbaik pada kelompok tingkat pendidikan rendah, menengah maupun tinggi.

C. Definisi Operasional

1. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus yaitu suatu

daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah

rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).

2. Papsmear adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi secara

dini ada tidaknya kanker serviks.

3. CBIA adalah salah satu metode edukasi kesehatan oleh ibu rumah tangga

yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dengan

didasarkan pada proses belajar mandiri pada ibu-ibu kecamatan Mlati.

4. Ceramah ialah metode edukasi berupa pemaparan materi mengenai kanker

serviks dan papsmear dari narasumber secara dua arah dimana terjadi tanya jawab pada ibu-ibu kecamatan Gamping.

5. Responden dalam penelitian ini ialah ibu-ibu di kecamatan Gamping dan

kecamatan Mlati di Yogyakarta yang telah mengisi dan mengembalikan

(38)

6. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden mengenai kanker

serviks danpapsmearyang dapat diukur dengan kuesioner.

7. Sikap adalah reaksi yang masih tertutup dari resonden terhadap

pengetahuan yang mereka miliki mengenai kanker serviks dan papsmear

untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan pencegahan kanker

serviks dengan melakukanpapsmearyang dapat diukur dengan kuesioner. 8. Tindakan adalah hasil dari pengetahuan dan sikap responden yang

terwujud dalam suatu tindakan untuk melakukan papsmear yang diukur dengan kuesioner.

9. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status

kesehatan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan,

sikap dan tindakan hidup sehat. Tingkat pendidikan dapat digolongkan

menjadi tingkat pendidikan rendah (yang meliputi SD dan SMP), tingkat

pendidikan menengah (yang meliputi SMA dan sederajat, Diploma I, dan

Diploma II), serta tingkat pendidikan tinggi (yang meliputi Diploma III,

Sarjana muda, Strata I, dan Strata II).

D. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan ibu-ibu kecamatan Gamping

dan kecamatan Mlati lalu mengadakan edukasi di balai pertemuan masing-masing

kecamatan. Ceramah diadakan di balai pertemuan kecamatan Gamping dan CBIA

(39)

dengan cara mendatangi responden secara langsung untuk kembali mengisi

kuisioner.

E. Bahan Penelitian

a. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah ibu-ibu kecamatan Gamping dan

kecamatan Mlati sedangkan untuk kelompok kontrol dipilih kecamatan

Depok di Yogyakarta.

b. Sampel (Responden/Subyek)

Untuk memilih sampel dalam penelitian ini digunakan teknik

purposive sampling dimana pengambilan sampel dilakukan secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan (dalam penelitian ini

sampelnya ialah ibu-ibu).

Penelitian dilakukan pada dua kelompok yang berbeda yaitu

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan yang

digunakan ialah ibu-ibu dari kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati

yang memenuhi kriteria inklusi. Dimana kriteria inklusi dalam penelitian

ini adalah ibu-ibu dari kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati di

Yogyakarta, berjenis kelamin wanita, sudah menikah, belum pernah

melakukan papsmear atau sudah pernah melakukan papsmear namun tidak rutin. Sedangkan untuk kelompok kontrol akan dipilih dari ibu-ibu

kecamatan Depok yang tidak menerima edukasi berupa CBIA dan

(40)

c. Besar Sampel

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan statistik

parametrik dimana jumlah sampel yang digunakan harus besar karena

nilai-nilai atau skor yang diperoleh harus mengikuti distribusi normal.

Sampel yang termasuk dalam kategori sampel besar yang memiliki

distribusi yang normal ialah sampel yang jumlahnya lebih dari 30 kasus.

Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis varians, sehingga bila

minimal ada 3 kelompok yang dianalisa maka jumlah sampel yang

dibutuhkan ialah 3x30 kasus, sehingga dalam penelitian ini diambil lebih

dari 30 kasus dari masing-masing kecamatan, yaitu 32 dari kecamatan

Gamping, 32 dari kecamatan Mlati serta 32 dari Kecamatan Depok.

F. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner. Kuesioner

merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan

memberi sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Untuk

mengukur data kuantitatif dibutuhkan skala pengukuran dan pada kuesioner ini

digunakan skala Likert. Pada skala Likert responden diminta melakukan

agreement ataudisagreement untuk masing-masing item dalam kuisioner dengan

skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju,

Sangat Tidak Setuju). Semua pernyataan positif (favorable) kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang

(41)

nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju

nilainya 5. Namun dalam kuisioner yang ini, pernyataan disusun dengan

modifikasi skala Likert dari 5 pilihan (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) menjadi 4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju

(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Modifikasi skala Likert

dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di bagian tengah yaitu

ragu-ragu. Menurut Hadi, (2000) hal ini penting dilakukan karena kategori jawaban

ragu-ragu memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen, bisa

diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan

netral. Penilaian untuk pernyataan yangfavorableadalah sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1, sedangkan untuk pernyataan yang

unfavorable adalah sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju = 3, sangat tidak

setuju = 4.

Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik

demografi responden meliputi nama, umur, alamat, status pernikahan, lama

menikah dan jumlah anak. Bagian kedua untuk mengukur pengetahuan, sikap dan

perilaku responden tentang kanker serviks dan papsmear meliputi pemahaman

(42)

Tabel II. Profil Pertanyaan Dalam Kuesioner Mengacu ke NCI (2007)

No. Pertanyaan

1. Pengukuran Aspek Pengetahuan

a. Definisi penyakit kanker serviks b. Etiologi penyakit kanker serviks

c. Tanda dan gejala penyakit kanker serviks d. Faktor resiko kanker serviks

e. Upaya pencegahan kanker serviks f. Pengertianpapsmear

g. Arti penting melakukanpapsmear

h. Prosespapsmear

i. Rekomendasi jadwalpapsmearyang teratur

j. Kapan sebaiknya waktu yang ideal untukpapsmear

k. Bagaimana hasilpapsmeardilaporkan l. Interprestasi hasilpapsmear

m. Apa yang harus dilakukan jika hasil tidak normal

2. Pengukuran Aspek Sikap

a. Pendapat tentang ancaman kanker serviks pada penurunan kualitas hidup

b. Upaya pencegahan kenker serviks

c. Pendapat tentang deteksi dini kanker serviks dengan

papsmear

d. Pendapat tentang hal yang menghambat (kerugian) deteksi dini denganpapsmear

e. Pendapat tentang hal yang mendukung (keuntungan) deteksi dini denganpapsmear

f. Pendapat tentang tempat melakukanpapsmear

g. Pendapat tentang biayapapsmear

3. Pengukuran Aspek Perilaku

a. Melakukan atau tidak melakukanpapsmear

b. Meneruskan pengetahuan tentang kanker serviks dan

papsmear

c. Menganjurkan orang lain untuk melakukanpapsmear

Kuesioner perlu diuji sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian,uji

yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas dengan menghitung nilai

(43)

G. Tata Cara Penelitian

1. Penentuan Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih dengan cara melihat data pasangan usia subur

dari semua kecamatan dalam Kabupaten Sleman. Lalu dipilih 3 kecamatn yang

memiliki pasangan usia subur terbanyak, yaitu kecamatan Depok, kecamatan

Mlati, serta kecamatan Gamping.

2. Perijinan

Tahap perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan

proposal penelitian ke bagian perijinan BAPEDA Kabupaten Sleman Kota

Yogyakarta. Sampel yang digunakan adalah ibu-ibu dari kecamatan Gamping dan

kecamatan Mlati maka proses perijinan dilanjutkan ke kantor kecamatan Gamping

dan kecamatan Mlati.

3. Penelusuran Data Populasi

Penelusuran data populasi dilakukan melalui masing-masing kecamatan

yaitu kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati Kota Yogyakarta.

4. Pembuatan Kuisioner

Pembuatan kuesioner ada 3 tahap yaitu:

a. Pembuatan kuesioner.

Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama

mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi : nama, umur, alamat,

status pernikahan, lama menikah dan jumlah anak, pendidikan terakhir, latar

belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan

(44)

responden tentang kanker serviks dan papsmear. Pernyataan pada bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas variabel

terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku berdasarkan panduan dari NCI, (2007). Namun hanya diambil 6 dari

7 panduan NCI tersebut karena ada satu panduan yang digunakan dalam aspek

pengetahuan maupun aspek sikap, yaitu panduan mengenai upaya pencegahan

kanker serviks. Pernyataan tersebut disusun dengan modifikasi skala Likertdari 5

pilihan (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju)

menjadi 4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat

tidak setuju (STS). Modifikasi skala Likert dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di bagian tengah yaitu ragu-ragu. Menurut Hadi, (2000) hal ini

penting dilakukan karena kategori jawaban ragu-ragu memiliki arti ganda yang

tidak diharapkan dalam suatu instrumen, bisa diartikan belum dapat memutuskan

atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral. Jawaban di bagian tengah juga

menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang

ragu atas arah kecenderungan jawabannya, setuju atau tidak setuju. Selain itu

modifikasi ini dilakukan untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke

arah setuju atau tidak setuju, karena pada umunya orang Indonesia cenderung

tidak mau memberikan jawaban yang terlalu ekstrim. Penilaian untuk pernyataan

(45)

b. Uji validitas

Uji validitas dari setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada

penelitian ini diukur dengan menggunakan program komputer dengan analisis

Pearson Product Momen pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini

menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan. Setiap butir pernyataan

dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan atau ≥0,5 (Azwar,

2006). Uji validitas dilakukan kepada ibu-ibu kecamatan lain di Kota Yogyakarta

yang tidak termasuk dalam sampel penelitian. Uji validitas ini dilakukan di desa

Paingan dan sekitarnya di Yogyakarta. Pada tahap ini, butir-butir pernyataan pada

kuesioner yang belum valid disusun ulang kalimatnya agar menjadi valid. Uji

validitas ini dilakukan sebanyak 4 kali. Pada uji validitas yang keempat, diperoleh

hasil bahwa dari 26 butir pernyataan kuesioner, terdapat 11 butir pernyataan yang

masih belum valid, yaitu nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 18, 19, 22, 24 (lampiran 5).

Namun beberapa butir pernyataan tidak digunakan karena butir pernyataan yang

valid sudah mewakili apa yang ingin ditanyakan pada responden dalam kuisioner.

Tetapi ada empat butir pernyataan yang harus dimasukkan dalam kuisioner yaitu

nomor 5, 10, 18, dan 24. Sehingga untuk keempat butir pernyataan tersebut

dilakukan uji validitas dengan cara professional adjustment dari ibu I. M. Sunarsih, Apt. sehingga dapat digunakan sebagai instrument penelitian.

Pada uji validitas juga dilakukan uji pemahaman bahasa kepada

ibu-ibu tersebut dengan cara peneliti mendampingi satu persatu ibu-ibu dalam

mengisi kuesioner dan menanyakan apakah pernyataan dalam kuesioner mudah

(46)

c. Uji reliabilitas

Pengujian reliabilitas berkaitan dengan masalah adanya

kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Suatu instrumen dapat memiliki

tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil dari pengujian instrumen tersebut

menunjukkan hasil yang tetap. Dengan demikian, masalah reliabilitas instrumen

berhubungan dengan masalah ketetapan hasil. Atau kalaupun terjadi perubahan

hasil instrumen, perubahannya dianggap tidak berarti. Menurut Azwar (2006),

reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam

rentang 0 - 1. Semakin tingggi nilai koefisian reliabilitas atau mendekati angka 1

berarti semakin tingggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah nilai koefisian

reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan program komputer dengan analisis reliabilitas yang menggunakan

koefisien alpha cronbach. Dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh nilai

alpha cronbach sebesar 0,823 dimana nilai alpha cronbach 0,8 merupakan nilai yang memiliki reliabilitas sangat baik sehingga dapat dikatakan kuesioner yang

digunakan memiliki nilai reliabilitas sangat baik.

5. Pelaksanaan CBIA dan ceramah

Untuk metode ceramah, dipilih kecamatan Gamping, sebelum

melaksanakan intervensi dimulai dengan pembagian pretest, dilanjutkan dengan ceramah oleh salah satu tim dokter dari YKI yang berkompeten. Setelah ceramah

(47)

sumber dengan responden. Kemudian dibagikan kuisioner kepada responden

untuk mengukur tingkat pengetahuan setelah intervensi.

Untuk metode CBIA, dipilih kecamatan Mlati, sebelum

melaksanakan CBIA terlebih dahulu dilakukan pre-testuntuk mengetahui tingkat

pengetahuan responden tentang kanker serviks dan papsmear. Setelah itu, para responden akan dibagi dalam kelompok kecil, lalu akan diberikan majalah, buku,

jurnal, leaflet, dan sejenisnya yang berhubungan dengan kesehatan terutama

kanker serviks dan papsmear. Kemudian masing-masing perwakilan kelompok kecil tersebut akan mempresentasikan hasil yang diperoleh. Setelah itu, fasilitator

dari YKI akan menerangkan lebih rinci mengenai kanker serviks dan papsmear. Kemudian para responden akan diminta mengisi kuisioner yang bertujuan untuk

mengukur tingkat pengetahuan responden.

Untuk kelompok kontrol dipilih kecamatan Depok, pada kelompok

kontrol tidak diberi intervensi, peneliti memberikan kuesioner yang digunakan

untukpretestsekaligusposttest. 6. Posttest1 Bulan Setelah Intervensi

Posttest dilakukan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh

responden dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama setelah diberi

intervensi 1 bulan yang lalu serta untuk mengukur sikap dan perilaku responden

setelah intervensi.

7. Pengolahan Data

(48)

Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan

proses manajemen data yaitu:

a. Editing

Melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari kuesioner hasil

penelitian. Juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi

sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.

b. Processing

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

menjumlahkan angka dari setiapitempertanyaan yang dijawab dengan benar oleh

responden. Kemudian melakukan pemindahan isi data dari kuesioner ke program

komputerexceldanmicrosoft word. c. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan

microsoft worddicek atau diperiksa kembali kebenarannya.

2. Analisis data

1. Uji normalitas data

Dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov. Uji ini dilakukan dengan memasukkan data selisih jumlah nilai

kuesioner antarapretes–posttest dan pretes-posttest 1 bulan. Dari hasil output uji

Kolmogorov Smirnov akan didapatkan nilai signifikansi. Apabila nilai

signifikansi lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal (data parametrik) dan

(49)

kurang dari 0,05 maka distribusi data tidak normal dan dapat dianalisis dengan

Mann-Whitney U test.

2. AnalisisMann-Whitney U test

Adalah prosedur untuk suatu variable independent yang

mempunyai 2 level diskrit dan suatu variable dependent continous. Parameter normalitas dan homogenitas variansi tidak dipertimbangkan.

3. Independent Sampel T-test

Independent Sampel T-test adalah metode yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independent, dimana

peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Independent

maksudnya adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak

berhubungan dengan populasi yang lain.

4. Uji t berpasangan (paired t-test)

Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode

pengujian hipotesis dimana data yang digunakan berpasangan. Ciri-ciri yang

paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah objek penelitian

dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama berupa kontrol

dimana tidak diberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Misal

pada penelitian ini, perlakuan pertamanya ialah ibu-ibu kecamatan lain yang tidak

menerima edukasi, sedangkan pada perlakuan kedua, peneliti menerapkan suatu

tindakan tertentu, yaitu edukasi berupa CBIA dan ceramah. Pengetahuan, sikap,

dan tindakan dapat diketahui dengan cara membandingkan kedua kelompok ini

(50)

5. Uji Wilcoxon

Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil

pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Wilcoxon signed Rank test ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau ratio,

namun datanya tidak mengikuti distribusi normal.

H. Kesulitan Penelitian

a. Waktu penelitian harus mundur dari yang seharusnya karena sulitnya

mencocokkan waktu antara peneliti dengan ibu-ibu kecamatan Gamping dan

kecamatan Mlati.

b. Dalam pengambilan data memerlukan waktu yang banyak, terutama untuk

posttest setelah 1 bulan yang pengambilan datanya harus mendatangi rumah

responden satu persatu.

c. Sulit memperoleh responden dengan latar belakang tingkat pendidikan yang

seragam antara tingkat pendidikan baik rendah, menengah maupun tinggi pada

kelompok kontrol, kelompok intervensi ceramah serta kelompok intervensi

CBIA sehingga sebaran tingkat pendidikan tidak merata antara kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan.

d. Jumlah fasilitator saat pelaksanaan CBIA terlalu sedikit yaitu berjumlah 5

orang padahal jumlah sampel 50 orang. Akibatnya kelompok CBIA terlalu

besar yaitu 10 orang dalam 1 kelompok (seharusnya 6-8 orang dalam 1

kelompok) selain itu kondisi ruangan terlalu ramai, sehingga ibu-ibu menjadi

(51)

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Karakteristik ibu-ibu di Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati yang

menjadi responden dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan, latar

belakang informasi tentang kanker serviks danpapsmear dan riwayat melakukan

papsmear.

1. Tingkat Pendidikan

Responden dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan tingkat

pendidikan responden yaitu tingkat pendidikan rendah yang meliputi SD dan

SMP, tingkat pendidikan menengah yang meliputi SMA dan sederajat, Diploma I,

dan Diploma II, serta tingkat pendidikan tinggi yang meliputi Diploma III,

Sarjana muda, Strata I, dan Strata II. Sebagian besar responden dalam penelitian

ini merupakan ibu-ibu yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA dan

sederajat.

Tabel III. Tingkat Pendidikan Keseluruhan Responden Responden

Tingkat Pendidikan

Kontrol Ceramah CBIA

Rendah 2 8 7

Menengah 9 20 22

Tinggi 21 4 3

Nilai p 0,000

(52)

0 5 10 15 20 25

Tingkat Pendidikan Rendah

Tingkat Pendidikan Menengah

Tingkat Pendidikan Tinggi

Kelompok Kontrol

Kelompok Ceramah

Kelompok CBIA

Gambar 2. Diagram Batang Tingkat Pendidikan Keseluruhan Responden

Responden pada kelompok kontrol, didominasi tingkat pendidikan tinggi

yaitu 21 responden pada urutan selanjutnya adalah tingkat pendidikan menengah

yaitu 9 responden, dan sebagian kecil adalah tingkat pendidikan rendah yaitu 2

responden.

Responden pada kelompok intervensi baik ceramah maupun CBIA didominasi

tingkat pendidikan menengah yaitu 43 responden, pada urutan selanjutnya adalah

tingkat pendidikan rendah yaitu 15 responden, dan sebagian kecil adalah tingkat

pendidikan tinggi yaitu 6 responden.

Dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa ibu-ibu di

Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati di kota Yogyakarta sebagian besar

memiliki tingkat pendidikan menengah. Uji statistik Chi-square terhadap perbedaan

(53)

maupun CBIA didapatkan nilai p=0,000. Nilai p<0,05 menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat pendidikan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan

baik ceramah maupun CBIA, hal ini berarti kontrol dan perlakuan memiliki

pembagian tingkat pendidikan yang berbeda. Sehingga adanya setiap perubahan

variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik

tingkat pendidikan responden.

2. Latar Belakang Informasi Tentang Kanker Serviks danPapsmear

Latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear pada

responden dalam penelitian ini berbeda-beda, ada yang sudah pernah memperoleh

informasi dari instansi kesehatan (RS, Puskesmas); penyuluhan, media massa, relasi

(keluarga, teman, lingkungan sekitar); serta belum pernah memperoleh informasi

tentang kanker serviks danpapsmearsebelumnya.

Tabel IV. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear

Kelompok Kontrol

Tingkat Pendidikan Sumber Informasi

Rendah Menengah Tinggi Instansi kesehatan (RS, Puskesmas) 0 0 3

Penyuluhan 0 0 2

Media massa 2 5 9

Relasi (keluarga, teman, lingkungan

sekitar) 0 2 4

Belum pernah 0 2 3

(54)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tingkat Pendidikan Rendah

Tingkat Pendidikan Menengah

Tingkat Pendidikan Tinggi

Instansi

kesehatan Penyuluhan

Media

massa Relasi

Belum pernah

Gambar 5. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok Kontrol

Pada kelompok kontrol, sebagian besar responden sudah pernah memperoleh

informasi mengenai kanker serviks dan papsmear. Pada responden dengan tingkat

pendidikan rendah, hanya ada 2 responden, dan keduanya telah mendapat informasi

dari media massa, sedangkan pada responden dengan tingkat pendidikan menengah

dan tinggi, sebagian besar sudah mendapat informasi tersebut dari media massa dan

relasi serta instansi kesehatan dan penyuluhan dan terdapat juga beberapa responden

(55)

Tabel V. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear

Kelompok Intervensi Ceramah

Tingkat Pendidikan Sumber Informasi

Rendah Menengah Tinggi Instansi kesehatan (RS, Puskesmas) 5 10 2

Penyuluhan 0 4 0

Media massa 0 5 0

Relasi (keluarga, teman, lingkungan

sekitar) 3 1 2

Belum pernah 0 0 0

Total 8 20 4

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tingkat Pendidikan Rendah

Tingkat Pendidikan Menengah

Tingkat Pendidikan Tinggi

Instansi

kesehatanPenyuluhan

Media

massa Relasi

Belum pernah

Gambar 4. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok Intervensi Ceramah

Pada kelompok ceramah, responden dengan tingkat pendidikan rendah,

sebagian besar memperoleh informasi dari instansi kesehatan dan ada juga yang

memperoleh dari relasi. Responden dengan tingkat pendidikan menengah sebagian

besar memperoleh informasi dari instansi kesehatan, media massa, penyuluhan, dan

juga relasi, dan pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi, informasi yang

(56)

Tabel VI. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear

Kelompok Intervensi CBIA

Tingkat Pendidikan Sumber Informasi

Rendah Menengah Tinggi Instansi kesehatan (RS, Puskesmas) 6 14 0

Penyuluhan 0 0 0

Media massa 1 5 2

Relasi (keluarga, teman, lingkungan

sekitar) 0 4 0

Belum pernah 0 0 0

Total 7 23 2

0 2 4 6 8 10 12 14

Tingkat Pendidikan Rendah

Tingkat Pendidikan Menengah

Tingkat Pendidikan Tinggi

Instansi

kesehatan Penyuluhan massaMedia Relasi

Belum pernah

Gambar 5. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok Intervensi CBIA

Pada kelompok CBIA, responden dengan tingkat pendidikan rendah maupun

responden dengan tingkat pendidikan menengah pernah memperoleh informasi

mengenai kanker serviks dan papsmear dari instansi kesehatan, media massa, serta

relasi. Sedangkan pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi, responden

(57)

Tabel VII. Sumber Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear

Keseluruhan Responden

Responden Informasi Responden

Kontrol Ceramah CBIA Instansi kesehatan (RS, Puskesmas) 3 17 20

Penyuluhan 2 4 0

Media massa 16 5 8

Relasi (keluarga, teman, lingkungan sekitar) 6 6 4

Belum pernah 5 0 0

Nilai p 0,000**

**menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov

Tabel VII menunjukkan bahwa 91 responden sudah pernah memperoleh

informasi tentang kanker serviks dan papsmear baik melalui instansi kesehatan,

penyuluhan, media massa maupun informasi dari relasi. Responden yang belum

pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear yaitu 5

responden. Dengan latar belakang informasi yang berbeda-beda tersebut maka di

dalam penelitian ini juga akan dilihat adakah pengaruh latar belakang informasi yang

berbeda-beda tersebut terhadap Peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan

tindakan responden.

Berdasarkan uji statistik Kolmogorof-Smirnov terhadap latar belakang

informasi tentang kanker serviks danpapsmearpada kelompok kontrol dan perlakuan

baik ceramah maupun CBIA diperoleh nilai p=0,000. Nilai p<0,05 menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan latar belakang informasi yang signifikan antara kelompok

kontrol dan perlakuan yang berarti bahwa kelompok kontrol dan perlakuan baik

ceramah maupun CBIA memiliki pembagian latar belakang informasi yang berbeda.

(58)

latar belakang informasi antara kelompok kontrol dan perlakuan sehingga apabila

terjadi perubahan variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan dipengaruhi oleh

karakteristik latar belakang informasi pada responden.

3. RiwayatPapsmear

Responden dalam penelitian ini yaitu ibu-ibu mempunyai riwayat papsmear

yang berbeda-beda.

Tabel VIII. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Kontrol Tingkat Pendidikan

Riwayatpapsmear

Rendah Menengah Tinggi

Belum pernah 1 6 11

Pernah, terakhir pada tahun 1991-1995

0 0 0

Pernah, terakhir pada tahun 1996-2000

0 0 2

Pernah, terakhir pada tahun 2001-2005

1 1 0

Pernah, terakhir pada tahun 2006-2010

0 2 7

Pernah, tidak ada keterangan

0 0 1

(59)

0 2 4 6 8 10 12 Tingkat Pendidikan Rendah Tingkat Pendidikan Menengah Tingkat Pendidikan Tinggi Belum pernah Pernah, 1991-1995 Pernah, 1996-2000 Pernah, 2001-2005 Pernah, 2006-2010 Pernah, tanpa ket.

Gambar 6. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok Kontrol

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

pada kelompok kontrol adalah responden yang belum pernah melakukan papsmear

baik yang memiliki tingkat pendidikan rendah, menengah maupun tinggi.

Tabel IX. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Ceramah Tingkat Pendidikan

Riwayatpapsmear

Rendah Menengah Tinggi

Belum pernah 4 10 1

Pernah, terakhir pada tahun 1991-1995

0 1 0

Pernah, terakhir pada tahun 1996-2000

1 0 0

Pernah, terakhir pada tahun 2001-2005

0 0 1

Pernah, terakhir pada tahun 2006-2010

3 9 2

Pernah, tidak ada keterangan

0 0 0

(60)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tingkat Pendidikan Rendah Tingkat Pendidikan Menengah Tingkat Pendidikan Tinggi Belum pernah Pernah, 1991-1995 Pernah, 1996-2000 Pernah, 2001-2005 Pernah, 2006-2010 Pernah, tanpa ket.

Gambar 7. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok Intervensi Ceramah

Pada responden yang mendapat intervensi ceramah sebagian belum

melakukan papsmear dan sebagian sudah melakukan papsmear pada tahun

2006-2010, dan terdapat 1 responden yang melakukan papsmear pada tahun 1995-2000

serta 1 responden yang melakukanpapsmearpada tahun 2001-2005.

Tabel X. RiwayatPapsmearResponden Kelompok CBIA Tingkat Pendidikan

Riwayatpapsmear

Rendah Menengah Tinggi

Belum pernah 4 15 2

Pernah, terakhir pada tahun 1991-1995

0 0 0

Pernah, terakhir pada tahun 1996-2000

Gambar

Gambar 1. Kanker Serviks (Anonim, 2009)
Tabel I. Tingkat Pendidikan
Tabel II. Profil Pertanyaan Dalam Kuesioner Mengacu ke NCI (2007)
Tabel III. Tingkat Pendidikan Keseluruhan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Penerapan Sistem Manajemen Informasi

Pengenalan wajah dengan melakukan proses pelacakan dan dengan menerapkan kondisi ada tidaknya wajah dalam basis data, tingkat pencahayaan, perbedaan ukuran citra yang

Wilayah ini berada pada kedalaman di atas 1800 meter. Dengan kedalaman tersebut, tumbuhan tidak mampu lagi bertahan karena tidak ada sinar matahari. Karena itu jumlah

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasall6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Besaran dan Penggunaan Iuran Badan Usaha Dalam Kegiatan

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 Kota Surabaya tentang Retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum. Manajemen

Penganugerahan Pangripta Nusantara Tahun 2015 kepada provinsi dan kabupaten/kota yang mempunyai dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) terbaik bertujuan

Pengaruh Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera Lmk.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi ; Dian Pertiwi, 100210103007; 2014; 56 halaman; Program Studi Pendidikan

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh (sitokinin dan auksin 2,4 D) pada medium untuk propagasi tanaman nilam