TINGKAT PENDIDIKAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh : Amelia Kristina NIM : 068114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
TINGKAT PENDIDIKAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh : Amelia Kristina NIM : 068114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iii
KANKER SERVIKS DANPAPSMEARTERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI
TINGKAT PENDIDIKAN
Yang diajukan oleh
Amelia Kristina
NIM : 068114014
Telah disetujui oleh
Pembimbing Pertama
Dra. IM. Sunarsih, Apt.
Tanggal :...
Pembimbing Kedua
Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt.
iv
PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI
TINGKAT PENDIDIKAN
Oleh : Amelia Kristina NIM : 068114014
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Pada tanggal :
Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Dekan
Rita Suhadi, M.Si., Apt.
Pembimbing
I. Dra. IM. Sunarsih, S.U., Apt. ...
II. Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt. ...
Panitia Penguji
1. Dra. IM. Sunarsih, S.U., Apt. ...
2. Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt. ...
3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. ...
v
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menolong dan memberikan kekuatan pada
setiap cobaan yang kualami
Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dan semangat setiap waktu
Saudara dan saudariku yang selalu menghibur dan memberi dorongan untuk
menyelesaikan skripsi ini
Almamater yang selalu kubanggakan
Awalnya adalah impian
Impian adalah pikiran kita
Impian adalah sesuatu yang benar-benar berarti bagi kita
Dibutuhkan tindakan untuk mencapai impian
vi
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Amelia Kristina
Nim : 068114014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBEDAAN EDUKASI SECARA CERAMAH DAN CBIA MENGENAI KANKER SERVIKS DANPAPSMEARTERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI
TINGKAT PENDIDIKAN
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hal untuk menyimpan data mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet/media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 15 Juni 2010 Yang menyatakan
vii
PENGETAHUAN, PERUBAHAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU DI KECAMATAN GAMPING DAN KECAMATAN MLATI DITINJAU DARI
TINGKAT PENDIDIKAN
Puji syukur kepada Tuhan atas kasih dan berkat yang telah Dia limpahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Edukasi
Secara Ceramah Dan CBIA Mengenai Kanker Serviks dan Papsmear Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Perubahan Sikap dan Tindakan Ibu-Ibu di Kecamatan
Gamping dan Kecamatan Mlati Ditinjau dari Tingkat Pendidikan”. Skripsi ini
ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan berkat yang telah Dia berikan mulai
dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini
2. BAPPEDA Kabupaten Sleman yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta
3. Yayasan Kanker Indonesia atas bantuan yang telah diberikan selama
proses penelitian
4. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
viii
memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan
skripsi
7. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan
skripsi.
8. Seluruh ibu-ibu Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati serta
Kecamatan Depok di Kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini sehingga memperlancar penelitian.
9. Pak Wiwid dan pihak Yayasan Kanker Indonesia atas bantuan yang telah
diberikan dalam acara ceramah dan CBIA yang memperlancar jalannya
penelitian.
10. Kedua orang tuaku yang tak henti memberikan doa dan semangat dalam
penelitian ini serta membantu dalam menyelesaikan penelitian ini
11. Saudara dan saudariku yang selalu menghibur dan memberi dorongan
untuk menyelesaikan skripsi ini
12. Teman-teman seperjuanganku, Priska dan Arga atas bantuan dan kerja
sama yang baik dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan tepat waktu
ix
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik tentang skripsi ini, dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi
semua pembaca.
Yogyakarta, 15 Juni 2010
Penulis
x
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juni 2010
Penulis
xi
pengetahuan mengenai kanker serviks dan papsmear perlu ditingkatkan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh edukasi secara ceramah dan CBIA mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu-ibu di kecamatan Gamping dan Mlati ditinjau dari tingkat pendidikan.
Jenis penelitian quasi eksperimental, dengan desain pre-post test intervention with control group. Peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan dapat diketahui dengan pengisian kuesioner pretest dan posttest satu bulan setelah intervensi oleh responden. Hasil dianalisis denganMann-Whitney U Test dan T-test independent Sample. Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayatpapsmear.
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan pengetahuan namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan sikap dan tindakan responden dengan tingkat pendidikan rendah, menengah maupun tinggi.
xii
cervical cancer. To reduce mortality due to cervical cancer, cervical cancer and knowledge about papsmear need to be improved. The purpose of this study was to investigate the influence of education in a lecture and CBIA about cervical cancer and papsmear to increase knowledge, change attitudes and actions of mothers in the district and Mlati Gamping viewed from the level of education.
Type of quasi experimental study, with pre-post test design with control group intervention. Increased knowledge, change attitudes and actions may be known by filling out the questionnaire pretest and posttest one month after intervention by the respondent. Results were analyzed with the Mann-Whitney U test and independent samples T-test. Characteristics of respondents included education level, background information about cervical cancer and papsmear, and history papsmear.
Based on the result of statistical test performed, the result shows that there are significant differences in improvement in knowledge but there was no significant difference in improving the attitudes and actions of respondents with low education level, medium and high.
xiii
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I. PENGANTAR... 1
A. Latar Belakang... 1
1. Perumusan Masalah... 2
2. Keaslian Penelitian... 3
3. Manfaat Penelitian... 3
B. Tujuan Penelitian... 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 5
A. Kanker... 5
B. Kanker Serviks... 5
C.Papsmear... 8
D. Edukasi Kesehatan... 9
E. CBIA... 10
F. Ceramah... 11
G. Pengetahuan... 11
H. Sikap... 14
I. Tindakan... 16
J. Pendidikan... 17
K. Landasan Teori... 17
L. Kerangka Konsep... 18
M. Hipotesis... 18
BAB III. METODE PENELITIAN... 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 19
B. Variabel Penelitian... 19
C. Definisi Operasional... 20
D. Tempat Penelitian... 21
E. Bahan Penelitian... 22
F. Instrumen Penelitian... 23
G. Tata Cara Penelitian... 26
H. Kesulitan Penelitian... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
A. Karakteristik Responden... 34
B. Pengaruh Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan... 46
xiv
Perlakuan... 64
F. Perbedaan Jumlah Responden yang MelakukanPapsmear Setelah Pemberian Edukasi berupa Ceramah dan CBIA... 65
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 69
A. Kesimpulan... 69
B. Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA... 71
LAMPIRAN... 74
xv
Tabel III. Tingkat Pendidikan Keseluruhan Responden... 34
Tabel IV. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan PapsmearKelompok Kontrol... 36
Tabel V. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan PapsmearKelompok Intervensi Ceramah... 38
Tabel VI. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan PapsmearKelompok Intervensi CBIA... 39
Tabel VII. Sumber Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear Keseluruhan Responden... 40
Tabel VIII. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Kontrol... 41
Tabel IX. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Ceramah... 42
Tabel X. RiwayatPapsmearResponden Kelompok CBIA... 43
Tabel XI. RiwayatPapsmearKeseluruhan Responden... 45
Tabel XII. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan pengetahuan... 46
Tabel XIII. Pengaruh tingkat pendidikan dan latar belakang informasi terhadap perubahan pengetahuan... 48
Tabel XIV. Pengaruh tingkat pendidikan dan riwayatpapsmear terhadap perubahan pengetahuan... 49
Tabel XV. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan sikap... 50
Tabel XVI. Pengaruh tingkat pendidikan dan latar belakang informasi terhadap perubahan sikap... 52
Tabel XVII. Pengaruh tingkat pendidikan dan riwayatpapsmear terhadap perubahan sikap... 53
Tabel XVIII. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan tindakan... 53
Tabel XIX. Pengaruh tingkat pendidikan dan latar belakang informasi terhadap perubahan tindakan... 56
Tabel XX. Pengaruh tingkat pendidikan dan riwayatpapsmear terhadap perubahan tindakan... 57
Tabel XXI. Uji signifikasi dan selisih nilai rerata antarapretestdan posttest setelah 1 bulan... 59
Tabel XXII. Perbedaan pengaruh metode ceramah dan CBIA tentang kanker serviks danpapsmearterhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan... 61
Tabel XXIII. Manfaat pemberian edukasi ceramah dan CBIA pada responden... 65
xvi
Gambar 3. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker
Serviks danPapsmearKelompok Kontrol... 37
Gambar 4. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker
Serviks danPapsmearKelompok Intervensi Ceramah... 38
Gambar 5. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker
Serviks danPapsmearKelompok Intervensi CBIA... 39
Gambar 6. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok
Kontrol... 42
Gambar 7. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok
Intervensi Ceramah... 43
Gambar 8. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok
Intervensi CBIA... 44
Gambar 9. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan
pengetahuan... 47
Gambar 10. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan
sikap... 50
Gambar 11. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan
tindakan... 54
Gambar 12. Alasan responden tidak melakukanpapsmear
(kelompok intervensi ceramah)... 66
Gambar 13. Alasan responden tidak melakukanpapsmear
xvii
Lampiran 3.Hasil uji statistik untuk karakteristik responden... 79
Lampiran 4.Pengaruh Metode Ceramah dan CBIA tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Perubahan Pengetahuan,
Sikap dan Tindakan... 81
Lampiran 5.Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan CBIA tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Perubahan
BAB I PENGANTAR
A. LATAR BELAKANG
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah kanker yang
terjadi pada serviks uterus yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina) (Diananda, 2008). Kanker serviks telah menjadi penyakit
pertama yang mematikan di kalangan wanita Indonesia dan kedua di dunia. Di
Indonesia, setiap harinya ada 41 kasus kanker leher rahim baru dan setiap harinya
pula terdapat 20 pasien kanker leher rahim yang meninggal dunia. Jika dihitung di
seluruh dunia, per tahunnya ada 490 ribu wanita didiagnosa menderita kanker
leher rahim dan dari jumlah tersebut, tercatat 240 ribu diantaranya meninggal
dunia (Nuraini, 2007).
Kanker serviks terjadi ditandai dengan pertumbuhan sel-sel pada leher
rahim yang tidak lazim (abnormal). Sel-sel yang abnormal ini dapat dideteksi
secara dini kehadirannya dengan suatu tes yang disebutPap Smear test. Semakin
dini sel-sel abnormal terdeteksi maka semakin rendahlah resiko seseorang
menderita kanker serviks, sehingga pengetahuan tentang tes secara papsmear ini
sangatlah penting untuk diketahui khalayak umum khususnya kaum wanita.
Namun di Indonesia, para wanita sering enggan diperiksa karena ketidaktahuan,
rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya. Hal ini dikarenakan masih rendahnya
tingkat pendidikan penduduk Indonesia (Suwiyoga, 2009). Menurut Azis (2001),
umumnya penderita kanker serviks berpendidikan rendah, baik dilihat pada
keseluruhan stadium ataupun jika dilihat pada stadium tertentu saja. Pendidikan
penderita minimum 0 tahun dan maksimum 19 tahun. Banyak penderita datang
sangat terlambat dan mencari pertolongan hanya setelah terjadi perdarahan. Hal
ini dapat dipahami karena pendidikan yang kurang, sosial ekonomi rendah dan
tidak terjangkaunya skrinning oleh penderita. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan pemahaman bahasa semakin baik sehingga
kemampuan memahami materi edukasi mengenai kanker serviks dan papsmear
akan semakin mudah.
Oleh karena itu penelitian ini kami lakukan untuk memberikan edukasi
tentang kanker serviks dan papsmear pada ibu-ibu di kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati di Yogyakarta yang bertujuan untuk menyampaikan tentang
betapa pentingnya melakukan tes papsmear untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kanker serviks. Selain bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pada
ibu-ibu tersebut kami juga berharap terjadinya peningkatan sikap dan perilaku
pada ibu-ibu tersebut sehingga mau melakukan tes papsmear secara rutin. Penelitian yang kami lakukan ini berupa pemberian edukasi kesehatan kepada
ibu-ibu kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati dengan metode CBIA (Cara Belajar
Ibu Aktif) dan ceramah. Metode CBIA telah diuji coba dan terbukti efektif dalam
meningkatkan pengetahuan dengan didasarkan pada proses belajar mandiri.
Dalam penelitian ini akan dibandingkan edukasi berupa CBIA dan ceramah pada
1. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh latar belakang pendidikan baik rendah, menengah
maupun tinggi terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
tindakan ?
2. Apakah terdapat pengaruh edukasi kesehatan berupa ceramah dan CBIA
mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan responden dilihat dari rata-rata
selisih nilaipretestdanposttestsetelah satu bulan ?
3. Apakah terdapat pebedaan pengaruh edukasi kesehatan berupa ceramah
dan CBIA mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu-ibu di kecamatan
Gamping dan kecamatan Mlati di Yogyakarta ?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Sulistyaningsih, (2010)
dengan judul “Perbedaan Pengaruh Antara Pemberian Ceramah dengan
Pemberian Leaflet Tentang Kanker Serviks dan PapsmearTerhadap Perilaku Ibu-Ibu PKK Dengan Tingkat Pendidikan Minimal SMA di Kota Yogyakarta”
Penelitian kali ini menitikberatkan pada perbedaan pengaruh metode
edukasi ceramah dan CBIA tentang kanker serviks dan papsmer terhadap
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu-ibu di kecamatan
Gamping dan kecamatan Mlati. Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu
terletak pada metode edukasi yang diberikan, subjek yang diteliti, serta waktu
3. Manfaat
Manfaat penelitian ini ialah untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu
di kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati mengenai kanker serviks dan
papsmearsehingga dapat meningkatkan sikap dan tindakan ibu-ibu mencegah kanker serviks dengan deteksi dini secarapapsmear.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui perbedaan edukasi
secara ceramah dan CBIA mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu-ibu di kecamatan
Gamping dan kecamatan Mlati ditinjau dari tingkat pendidikan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan terhadap peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan responden terhadap
pencegahan kanker serviks denganpapsmear.
b. Mengetahui pengaruh edukasi kesehatan berupa ceramah dan CBIA
mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan responden.
c. Mengetahui perbedaan pengaruh edukasi kesehatan berupa ceramah dan
CBIA mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap peningkatan
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kanker
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya,
sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkan kematian dimana pertumbuhan sel-sel kanker ini lebih tinggi
daripada sel-sel yang lain (Susilo, dkk., 2000).
B. Kanker Serviks 1. Definisi
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Riono,
1999).
Gambar 1. Kanker Serviks(Anonim, 2009)
2. Penyebab
Lebih dari 95% kanker serviks disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai
Human Papilloma Virus (HPV). Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, dimana sebagian besar tidak berbahaya, tidak menimbulkan gejala yang terlihat dan akan
hilang dengan sendirinya. Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa
muda (18-28 tahun). Walaupun sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan
sendirinya dalam 1-2 tahun karena adanya sistem kekebalan tubuh alami, infeksi
menetap yang disebabkan oleh tipe-tipe HPV yang berisiko tinggi seperti tipe 16
atau 18 akan mengarah pada kanker serviks. Tipe HPV yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker serviks adalah tipe 16, 18, 33, 45, 51, dan 52. HPV tipe 6 dan 11
hanya akan menyebabkan kutil (genital warts) yang pada umumnya jarang mengarah pada kanker serviks (Anonim, 2008a).
Faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain sering berganti-ganti
pasangan seksual, faktor genetik, sudah melakukan hubungan seksual pada masa
puber (< 18 tahun), pasangan yang sekarang memiliki riwayat hubungan seks dini
atau punya banyak pasangan sebelumnya, suka merokok, terinfeksi HIV, memiliki
banyak anak, menderita penyakit kelamin, dan penurunan imunitas akibat
pencangkokan organ maupun kemoterapi (NCI, 2007).
3. Gejala dan Tanda
Perubahan awal pada sel leher rahim tidak selalu merupakan tanda-tanda
kanker. Pada fase awal, terdapat kemungkinan bahwa penderita belum
mempunyai keluhan akibat hampir tidak ada gejala yang muncul (Van de Velde,
kegiatan sehari-hari, seperti mengasuh anak, mencuci, memasak atau bekerja di
kantor, di pabrik, dan lain sebagainya. Kadang-kadang ada pula yang mengalami
gejala keputihan atau perdarahan sesudah senggama pada stadium awal (Anonim,
2008b).
Dalam fase lanjut, akibat nekrosis dan perubahan-perubahan proliferatif
jaringan serviks, timbul keluhan-keluhan seperti perdarahan abnormal atau ada
bercak-bercak coklat kemerahan setelah berhubungan seksual, keputihan yang
makin lama makin berbau, perdarahan sentuh/contact bleeding, perdarahan diantara dua siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi),
perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause, perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun), nafsu
makan berkurang, kelelahan, nyeri panggul, gangguan defekasi, dan terkadang
muncul urinary symptom (Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, dan Jameson, 2005).
4. Pencegahan dan Deteksi Dini
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan program pencegahan
kanker serviks melalui tiga pendekatan, yaitu :
a. Pencegahan primer, bertujuan untuk mengurangi perilaku dan resiko yang
memungkinkan seseorang terkena kanker serviks, dilakukan melalui
edukasi tentang upaya mencegah penularan virus HPV dan pemberian
vaksin anti HPV.
b. Pencegahan sekunder, dilakukan dengan deteksi dini untuk menemukan
c. Pencegahan tersier, bertujuan untuk menemukan kanker serviks pada
stadium serendah mungkin atau menatalaksana kanker serviks seoptimal
mungkin (Moegni, 2002).
Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan melalui dua cara yaitu berupa
inspeksi visual menggunakan asam asetat dan melakukanpapsmearsecara teratur (Van de Velde, Bosman, dan Wagener, 1996).
C.Papsmear
Papsmear, disebut juga tes Pap, adalah prosedur pemeriksaan sederhana
untuk mengambil sel serviks dengan tujuan memeriksa atau mendeteksi adanya
sel kanker atau sel abnormal yang bertendensi untuk menjadi sel-sel kanker.
Pemeriksaan papsmear juga dapat mendeteksi adanya proses inflamasi atau
infeksi pada organ serviks (NCI, 2007). Pemeriksaan papsmear dilakukan oleh dokter ahli kebidanan, dokter umum, atau bidan yang sudah dilatih, dengan
menggunakan alat spekulum untuk membantu membuka vagina dan melihat
permukaan leher rahim. Permukaan leher rahim diusap dengan spatula untuk
mengambil lendir yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini
kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil
pemeriksaan positif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan yang adekuat (Nasir, 2008).
Papsmear dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau pernah melakukan hubungan seks. American Cancer Society merekomendasikan
usia 21 tahun. Tanpa melihat usia, jika memiliki faktor risiko, maka perlu
melakukan tes setiap tahun (Anonim c, 2008). Di negara maju, sejak wanita mulai
melakukan papsmear lebih dari 50 tahun lalu, angka kematian karena kanker serviks menurun drastis (sampai 50%). Dulu kanker serviks merupakan penyebab
utama kematian pada wanita di Amerika Serikat, namun sekarang hanya
menempati urutan ke-15 menurutAmerican Cancer Society(Anonim, 2008c).
D. Edukasi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi
informasi, memberi kesadaran sebagai upaya agar masyarakat dapat berperilaku
sehat. Pendidik kesehatan adalah semua petugas kesehatan dan siapa saja yang
berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan
kesehatan mereka. Oleh karena itu, individu, kelompok ataupun masyarakat
dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan dapat pula sebagai subjek
(pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam
usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu
yang dihadapinya. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan
kesehatan mempunyai unsur masukan atau input (perilaku pemakai sarana
kesehatan dan petugas kesehatan) yang setelah diolah dengan teknik-teknik
pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran atau output (perubahan perilaku
masyarakat sasaran) yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan itu
(Sarwono, 1997).
E. Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA)
CBIA merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah diuji
coba dan terbukti sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan dimana metode
ini didasarkan pada proses belajar mandiri. Dengan metode ini pengetahuan, sikap
serta perilaku masyarakat berubah sesuai dengan yang diharapkan dibanding
ceramah atau penyuluhan. Metode ini juga telah diadaptasi dan dikembangkan
banyak peneliti untuk mengatasi masalah berbeda. Misalnya untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran pentingnya deteksi dini penyakit kanker (Anonim,
2009b).
Pada CBIA terdapat fasilitator yang berfungsi sebagai pemicu diskusi dan
bila perlu menunjukkan cara atau jalan untuk mendapatkan jawaban atas suatu
masalah. Narasumber berfungsi untuk menjelaskan hal-hal yang tidak dapat
F. Ceramah
Metode ceramah merupakan metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada masyarakat yang pada umumnya
mengikuti secara pasif (Adrian, 2004). Metode ini baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah dan metode ini dilakukan bila jumlah peserta
penyuluhan lebih dari 15 orang (Notoatmodjo, 2007).
Metode ceramah akan berhasil bila penceramah dapat mempersiapkan diri
dengan mempelajari materi menurut sistematika yang baik, dan mempersiapkan
alat-alat bantu pengajaran. Metode ceramah merupakan cara yang paling umum
untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Namun metode ini mempunyai
kelemahan, karena sering dilakukan secara sepihak tanpa memberi kesempatan
kepada peserta untuk aktif berperan serta. Oleh karena itu metode ini akan
menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah
dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Soebroto, dkk.,
2001).
G. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan penyebab atau motivator bagi seseorang untuk
bersikap dan berperilaku (Azwar, 2007). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian Rogers (Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan bahwa sebelum
orang berperilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan;
yaitu awareness(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari stimulus atau objek terlebih dahulu; interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus; evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya dan
hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi; trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru; dan yang terakhir adoption, dimana subjek
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
menurut Bloom (cit., Notoadmodjo 2003), yaitu di bawah ini:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan,
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
4. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam
konteks atau situasi yang lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2007).
H. Sikap
Sikap didefinisikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, yaitu
perasaan mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak pada suatu objek tertentu. Sikap merupakan reaksi yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Azwar, 2007).
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen pokok,
yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting. Sebagai contoh, seorang ibu telah mendengar tentang
penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya).
Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya
tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut
bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah
supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap
objek yang berupa penyakit polio (Notoatmodjo, 2007).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan.
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung yaitu dengan menanyakan pendapat subjek terhadap suatu objek.
Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,
kemudian ditanyakan pendapat subjek (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat
tidak setuju) (Notoatmodjo, 2007).
I. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
yaitu fasilitas dan dorongan dari pihak lain (Notoatmodjo. 2007). Menurut
Notoatmodjo (2003), tindakan mempunyai beberapa tingkatan sebagai berikut:
a. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan
dengan tindakan yang diambil.
b. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan yang kedua.
c. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan,
maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).
J. Pendidikan
Menurut Tirthankar (2002), pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari
faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Tingkat pendidikan
sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat.
Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap
yang baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup
sehat. Pintauli (2004) menggolongkan tingkat pendidikan sebagai berikut :
Tabel I. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah/tidak tamat SD Rendah
Tamat SD/SLTP
Menengah Tamat SLTA, D1, D2
Tinggi Tamat PT/Akademik
K. Landasan Teori
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kanker serviks
merupakan masalah kesehatan utama bagi kaum wanita. Kanker serviks telah
menjadi penyakit pertama yang mematikan di kalangan wanita Indonesia. Kanker
serviks berkembang dengan relatif lambat, bahkan terkadang tidak menimbulkan
gejala apa-apa, sehingga dengan melakukan deteksi dini berupa tes papsmear
untuk mendeteksi ada atau tidaknya kanker serviks, dapat dilakukan pengobatan
sikap, dan tindakan yang cukup memadai tentang kanker serviks danpapsmearitu sendiri. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan serta merubah sikap dan
tindakan masyarakat mengenai kanker serviks dan papsmear dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan melakukan edukasi kesehatan. Penelitian
ini menggunakan metode edukasi kesehatan yaitu metode CBIA (Cara Belajar Ibu
Aktif) dan ceramah mengenai kanker serviks danpapsmear.
L. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah bahwa dengan adanya edukasi
kesehatan berupa ceramah dan CBIA tentang kanker serviks dan papsmeardapat menyebabkan peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan ibu – ibu
Kecamatan Gamping dan Mlati tentang kanker serviks danpapsmear.
M. Hipotesis
Terdapat perbedaan peningkatan peningkatan pengetahuan, perubahan
sikap dan tindakan ibu – ibu dengan latar belakang pendidikan baik rendah,
menengah maupun tinggi mengenai kanker serviks dan papsmearyang signifikan antara kelompok ceramah dan kelompok CBIA.
Pengetahuan, sikap, tindakan
Ceramah pada ibu-ibu kecamatan
Gamping
Peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan ditinjau dari
tingkat pendidikan
Pengetahuan, sikap, tindakan
CBIA pada ibu-ibu kecamatan
Mlati
Peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan ditinjau dari
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi Experimental research) dengan rancangan penelitian pre-posttest intervention with control group (Praktiknya, 2003). Penelitian ekperimental semu adalah
penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak
memungkinkan untuk mengontrol semua hal dalam melakukan randomisasi
subyek (Praktiknya, 2003).. Jenis eksperimental semu digunakan dalam penelitian
ini untuk melihat efek edukasi berupa CBIA dan ceramah terhadap pengetahuan,
sikap, dan tindakan ibu-ibu di kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati.
Kelompok eksperimen diberi perlakuan atau intervensi edukasi kesehatan
yang berupa ceramah pada ibu-ibu kecamatan Gamping dan CBIA pada ibu-ibu
kecamatan Mlati sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.
Masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan. Karena akan diuji 2 jenis intervensi maka jumlah kelompok
eksperimen adalah 2 kelompok.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel pengaruh (independent) dalam penelitian ini adalah edukasi berupa CBIA dan ceramah tentang kanker serviks danpapsmearserta latar
belakang tingkat pendidikan baik rendah, menengah maupun tinggi pada
ibu-ibu kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati.
2. Variabel terpengaruh (dependent) dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu kecamatan Gamping dan
kecamatan Mlati di Yogyakarta tentang kanker serviks danpapsmearbaik pada kelompok tingkat pendidikan rendah, menengah maupun tinggi.
C. Definisi Operasional
1. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus yaitu suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
2. Papsmear adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi secara
dini ada tidaknya kanker serviks.
3. CBIA adalah salah satu metode edukasi kesehatan oleh ibu rumah tangga
yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dengan
didasarkan pada proses belajar mandiri pada ibu-ibu kecamatan Mlati.
4. Ceramah ialah metode edukasi berupa pemaparan materi mengenai kanker
serviks dan papsmear dari narasumber secara dua arah dimana terjadi tanya jawab pada ibu-ibu kecamatan Gamping.
5. Responden dalam penelitian ini ialah ibu-ibu di kecamatan Gamping dan
kecamatan Mlati di Yogyakarta yang telah mengisi dan mengembalikan
6. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden mengenai kanker
serviks danpapsmearyang dapat diukur dengan kuesioner.
7. Sikap adalah reaksi yang masih tertutup dari resonden terhadap
pengetahuan yang mereka miliki mengenai kanker serviks dan papsmear
untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan pencegahan kanker
serviks dengan melakukanpapsmearyang dapat diukur dengan kuesioner. 8. Tindakan adalah hasil dari pengetahuan dan sikap responden yang
terwujud dalam suatu tindakan untuk melakukan papsmear yang diukur dengan kuesioner.
9. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status
kesehatan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan,
sikap dan tindakan hidup sehat. Tingkat pendidikan dapat digolongkan
menjadi tingkat pendidikan rendah (yang meliputi SD dan SMP), tingkat
pendidikan menengah (yang meliputi SMA dan sederajat, Diploma I, dan
Diploma II), serta tingkat pendidikan tinggi (yang meliputi Diploma III,
Sarjana muda, Strata I, dan Strata II).
D. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan ibu-ibu kecamatan Gamping
dan kecamatan Mlati lalu mengadakan edukasi di balai pertemuan masing-masing
kecamatan. Ceramah diadakan di balai pertemuan kecamatan Gamping dan CBIA
dengan cara mendatangi responden secara langsung untuk kembali mengisi
kuisioner.
E. Bahan Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah ibu-ibu kecamatan Gamping dan
kecamatan Mlati sedangkan untuk kelompok kontrol dipilih kecamatan
Depok di Yogyakarta.
b. Sampel (Responden/Subyek)
Untuk memilih sampel dalam penelitian ini digunakan teknik
purposive sampling dimana pengambilan sampel dilakukan secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan (dalam penelitian ini
sampelnya ialah ibu-ibu).
Penelitian dilakukan pada dua kelompok yang berbeda yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan yang
digunakan ialah ibu-ibu dari kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati
yang memenuhi kriteria inklusi. Dimana kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah ibu-ibu dari kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati di
Yogyakarta, berjenis kelamin wanita, sudah menikah, belum pernah
melakukan papsmear atau sudah pernah melakukan papsmear namun tidak rutin. Sedangkan untuk kelompok kontrol akan dipilih dari ibu-ibu
kecamatan Depok yang tidak menerima edukasi berupa CBIA dan
c. Besar Sampel
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan statistik
parametrik dimana jumlah sampel yang digunakan harus besar karena
nilai-nilai atau skor yang diperoleh harus mengikuti distribusi normal.
Sampel yang termasuk dalam kategori sampel besar yang memiliki
distribusi yang normal ialah sampel yang jumlahnya lebih dari 30 kasus.
Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis varians, sehingga bila
minimal ada 3 kelompok yang dianalisa maka jumlah sampel yang
dibutuhkan ialah 3x30 kasus, sehingga dalam penelitian ini diambil lebih
dari 30 kasus dari masing-masing kecamatan, yaitu 32 dari kecamatan
Gamping, 32 dari kecamatan Mlati serta 32 dari Kecamatan Depok.
F. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner. Kuesioner
merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan
memberi sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Untuk
mengukur data kuantitatif dibutuhkan skala pengukuran dan pada kuesioner ini
digunakan skala Likert. Pada skala Likert responden diminta melakukan
agreement ataudisagreement untuk masing-masing item dalam kuisioner dengan
skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju,
Sangat Tidak Setuju). Semua pernyataan positif (favorable) kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang
nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju
nilainya 5. Namun dalam kuisioner yang ini, pernyataan disusun dengan
modifikasi skala Likert dari 5 pilihan (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) menjadi 4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju
(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Modifikasi skala Likert
dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di bagian tengah yaitu
ragu-ragu. Menurut Hadi, (2000) hal ini penting dilakukan karena kategori jawaban
ragu-ragu memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen, bisa
diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan
netral. Penilaian untuk pernyataan yangfavorableadalah sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1, sedangkan untuk pernyataan yang
unfavorable adalah sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju = 3, sangat tidak
setuju = 4.
Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik
demografi responden meliputi nama, umur, alamat, status pernikahan, lama
menikah dan jumlah anak. Bagian kedua untuk mengukur pengetahuan, sikap dan
perilaku responden tentang kanker serviks dan papsmear meliputi pemahaman
Tabel II. Profil Pertanyaan Dalam Kuesioner Mengacu ke NCI (2007)
No. Pertanyaan
1. Pengukuran Aspek Pengetahuan
a. Definisi penyakit kanker serviks b. Etiologi penyakit kanker serviks
c. Tanda dan gejala penyakit kanker serviks d. Faktor resiko kanker serviks
e. Upaya pencegahan kanker serviks f. Pengertianpapsmear
g. Arti penting melakukanpapsmear
h. Prosespapsmear
i. Rekomendasi jadwalpapsmearyang teratur
j. Kapan sebaiknya waktu yang ideal untukpapsmear
k. Bagaimana hasilpapsmeardilaporkan l. Interprestasi hasilpapsmear
m. Apa yang harus dilakukan jika hasil tidak normal
2. Pengukuran Aspek Sikap
a. Pendapat tentang ancaman kanker serviks pada penurunan kualitas hidup
b. Upaya pencegahan kenker serviks
c. Pendapat tentang deteksi dini kanker serviks dengan
papsmear
d. Pendapat tentang hal yang menghambat (kerugian) deteksi dini denganpapsmear
e. Pendapat tentang hal yang mendukung (keuntungan) deteksi dini denganpapsmear
f. Pendapat tentang tempat melakukanpapsmear
g. Pendapat tentang biayapapsmear
3. Pengukuran Aspek Perilaku
a. Melakukan atau tidak melakukanpapsmear
b. Meneruskan pengetahuan tentang kanker serviks dan
papsmear
c. Menganjurkan orang lain untuk melakukanpapsmear
Kuesioner perlu diuji sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian,uji
yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas dengan menghitung nilai
G. Tata Cara Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih dengan cara melihat data pasangan usia subur
dari semua kecamatan dalam Kabupaten Sleman. Lalu dipilih 3 kecamatn yang
memiliki pasangan usia subur terbanyak, yaitu kecamatan Depok, kecamatan
Mlati, serta kecamatan Gamping.
2. Perijinan
Tahap perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan
proposal penelitian ke bagian perijinan BAPEDA Kabupaten Sleman Kota
Yogyakarta. Sampel yang digunakan adalah ibu-ibu dari kecamatan Gamping dan
kecamatan Mlati maka proses perijinan dilanjutkan ke kantor kecamatan Gamping
dan kecamatan Mlati.
3. Penelusuran Data Populasi
Penelusuran data populasi dilakukan melalui masing-masing kecamatan
yaitu kecamatan Gamping dan kecamatan Mlati Kota Yogyakarta.
4. Pembuatan Kuisioner
Pembuatan kuesioner ada 3 tahap yaitu:
a. Pembuatan kuesioner.
Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi : nama, umur, alamat,
status pernikahan, lama menikah dan jumlah anak, pendidikan terakhir, latar
belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan
responden tentang kanker serviks dan papsmear. Pernyataan pada bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas variabel
terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku berdasarkan panduan dari NCI, (2007). Namun hanya diambil 6 dari
7 panduan NCI tersebut karena ada satu panduan yang digunakan dalam aspek
pengetahuan maupun aspek sikap, yaitu panduan mengenai upaya pencegahan
kanker serviks. Pernyataan tersebut disusun dengan modifikasi skala Likertdari 5
pilihan (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju)
menjadi 4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS). Modifikasi skala Likert dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di bagian tengah yaitu ragu-ragu. Menurut Hadi, (2000) hal ini
penting dilakukan karena kategori jawaban ragu-ragu memiliki arti ganda yang
tidak diharapkan dalam suatu instrumen, bisa diartikan belum dapat memutuskan
atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral. Jawaban di bagian tengah juga
menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang
ragu atas arah kecenderungan jawabannya, setuju atau tidak setuju. Selain itu
modifikasi ini dilakukan untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke
arah setuju atau tidak setuju, karena pada umunya orang Indonesia cenderung
tidak mau memberikan jawaban yang terlalu ekstrim. Penilaian untuk pernyataan
b. Uji validitas
Uji validitas dari setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada
penelitian ini diukur dengan menggunakan program komputer dengan analisis
Pearson Product Momen pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini
menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan. Setiap butir pernyataan
dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan atau ≥0,5 (Azwar,
2006). Uji validitas dilakukan kepada ibu-ibu kecamatan lain di Kota Yogyakarta
yang tidak termasuk dalam sampel penelitian. Uji validitas ini dilakukan di desa
Paingan dan sekitarnya di Yogyakarta. Pada tahap ini, butir-butir pernyataan pada
kuesioner yang belum valid disusun ulang kalimatnya agar menjadi valid. Uji
validitas ini dilakukan sebanyak 4 kali. Pada uji validitas yang keempat, diperoleh
hasil bahwa dari 26 butir pernyataan kuesioner, terdapat 11 butir pernyataan yang
masih belum valid, yaitu nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 18, 19, 22, 24 (lampiran 5).
Namun beberapa butir pernyataan tidak digunakan karena butir pernyataan yang
valid sudah mewakili apa yang ingin ditanyakan pada responden dalam kuisioner.
Tetapi ada empat butir pernyataan yang harus dimasukkan dalam kuisioner yaitu
nomor 5, 10, 18, dan 24. Sehingga untuk keempat butir pernyataan tersebut
dilakukan uji validitas dengan cara professional adjustment dari ibu I. M. Sunarsih, Apt. sehingga dapat digunakan sebagai instrument penelitian.
Pada uji validitas juga dilakukan uji pemahaman bahasa kepada
ibu-ibu tersebut dengan cara peneliti mendampingi satu persatu ibu-ibu dalam
mengisi kuesioner dan menanyakan apakah pernyataan dalam kuesioner mudah
c. Uji reliabilitas
Pengujian reliabilitas berkaitan dengan masalah adanya
kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Suatu instrumen dapat memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil dari pengujian instrumen tersebut
menunjukkan hasil yang tetap. Dengan demikian, masalah reliabilitas instrumen
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil. Atau kalaupun terjadi perubahan
hasil instrumen, perubahannya dianggap tidak berarti. Menurut Azwar (2006),
reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam
rentang 0 - 1. Semakin tingggi nilai koefisian reliabilitas atau mendekati angka 1
berarti semakin tingggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah nilai koefisian
reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin rendah reliabilitasnya.
Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan program komputer dengan analisis reliabilitas yang menggunakan
koefisien alpha cronbach. Dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh nilai
alpha cronbach sebesar 0,823 dimana nilai alpha cronbach 0,8 merupakan nilai yang memiliki reliabilitas sangat baik sehingga dapat dikatakan kuesioner yang
digunakan memiliki nilai reliabilitas sangat baik.
5. Pelaksanaan CBIA dan ceramah
Untuk metode ceramah, dipilih kecamatan Gamping, sebelum
melaksanakan intervensi dimulai dengan pembagian pretest, dilanjutkan dengan ceramah oleh salah satu tim dokter dari YKI yang berkompeten. Setelah ceramah
sumber dengan responden. Kemudian dibagikan kuisioner kepada responden
untuk mengukur tingkat pengetahuan setelah intervensi.
Untuk metode CBIA, dipilih kecamatan Mlati, sebelum
melaksanakan CBIA terlebih dahulu dilakukan pre-testuntuk mengetahui tingkat
pengetahuan responden tentang kanker serviks dan papsmear. Setelah itu, para responden akan dibagi dalam kelompok kecil, lalu akan diberikan majalah, buku,
jurnal, leaflet, dan sejenisnya yang berhubungan dengan kesehatan terutama
kanker serviks dan papsmear. Kemudian masing-masing perwakilan kelompok kecil tersebut akan mempresentasikan hasil yang diperoleh. Setelah itu, fasilitator
dari YKI akan menerangkan lebih rinci mengenai kanker serviks dan papsmear. Kemudian para responden akan diminta mengisi kuisioner yang bertujuan untuk
mengukur tingkat pengetahuan responden.
Untuk kelompok kontrol dipilih kecamatan Depok, pada kelompok
kontrol tidak diberi intervensi, peneliti memberikan kuesioner yang digunakan
untukpretestsekaligusposttest. 6. Posttest1 Bulan Setelah Intervensi
Posttest dilakukan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh
responden dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama setelah diberi
intervensi 1 bulan yang lalu serta untuk mengukur sikap dan perilaku responden
setelah intervensi.
7. Pengolahan Data
Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan
proses manajemen data yaitu:
a. Editing
Melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari kuesioner hasil
penelitian. Juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi
sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
b. Processing
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menjumlahkan angka dari setiapitempertanyaan yang dijawab dengan benar oleh
responden. Kemudian melakukan pemindahan isi data dari kuesioner ke program
komputerexceldanmicrosoft word. c. Cleaning
Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan
microsoft worddicek atau diperiksa kembali kebenarannya.
2. Analisis data
1. Uji normalitas data
Dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Uji ini dilakukan dengan memasukkan data selisih jumlah nilai
kuesioner antarapretes–posttest dan pretes-posttest 1 bulan. Dari hasil output uji
Kolmogorov Smirnov akan didapatkan nilai signifikansi. Apabila nilai
signifikansi lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal (data parametrik) dan
kurang dari 0,05 maka distribusi data tidak normal dan dapat dianalisis dengan
Mann-Whitney U test.
2. AnalisisMann-Whitney U test
Adalah prosedur untuk suatu variable independent yang
mempunyai 2 level diskrit dan suatu variable dependent continous. Parameter normalitas dan homogenitas variansi tidak dipertimbangkan.
3. Independent Sampel T-test
Independent Sampel T-test adalah metode yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independent, dimana
peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Independent
maksudnya adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak
berhubungan dengan populasi yang lain.
4. Uji t berpasangan (paired t-test)
Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode
pengujian hipotesis dimana data yang digunakan berpasangan. Ciri-ciri yang
paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah objek penelitian
dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama berupa kontrol
dimana tidak diberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Misal
pada penelitian ini, perlakuan pertamanya ialah ibu-ibu kecamatan lain yang tidak
menerima edukasi, sedangkan pada perlakuan kedua, peneliti menerapkan suatu
tindakan tertentu, yaitu edukasi berupa CBIA dan ceramah. Pengetahuan, sikap,
dan tindakan dapat diketahui dengan cara membandingkan kedua kelompok ini
5. Uji Wilcoxon
Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil
pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Wilcoxon signed Rank test ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau ratio,
namun datanya tidak mengikuti distribusi normal.
H. Kesulitan Penelitian
a. Waktu penelitian harus mundur dari yang seharusnya karena sulitnya
mencocokkan waktu antara peneliti dengan ibu-ibu kecamatan Gamping dan
kecamatan Mlati.
b. Dalam pengambilan data memerlukan waktu yang banyak, terutama untuk
posttest setelah 1 bulan yang pengambilan datanya harus mendatangi rumah
responden satu persatu.
c. Sulit memperoleh responden dengan latar belakang tingkat pendidikan yang
seragam antara tingkat pendidikan baik rendah, menengah maupun tinggi pada
kelompok kontrol, kelompok intervensi ceramah serta kelompok intervensi
CBIA sehingga sebaran tingkat pendidikan tidak merata antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan.
d. Jumlah fasilitator saat pelaksanaan CBIA terlalu sedikit yaitu berjumlah 5
orang padahal jumlah sampel 50 orang. Akibatnya kelompok CBIA terlalu
besar yaitu 10 orang dalam 1 kelompok (seharusnya 6-8 orang dalam 1
kelompok) selain itu kondisi ruangan terlalu ramai, sehingga ibu-ibu menjadi
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Karakteristik ibu-ibu di Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati yang
menjadi responden dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan, latar
belakang informasi tentang kanker serviks danpapsmear dan riwayat melakukan
papsmear.
1. Tingkat Pendidikan
Responden dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan tingkat
pendidikan responden yaitu tingkat pendidikan rendah yang meliputi SD dan
SMP, tingkat pendidikan menengah yang meliputi SMA dan sederajat, Diploma I,
dan Diploma II, serta tingkat pendidikan tinggi yang meliputi Diploma III,
Sarjana muda, Strata I, dan Strata II. Sebagian besar responden dalam penelitian
ini merupakan ibu-ibu yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA dan
sederajat.
Tabel III. Tingkat Pendidikan Keseluruhan Responden Responden
Tingkat Pendidikan
Kontrol Ceramah CBIA
Rendah 2 8 7
Menengah 9 20 22
Tinggi 21 4 3
Nilai p 0,000
0 5 10 15 20 25
Tingkat Pendidikan Rendah
Tingkat Pendidikan Menengah
Tingkat Pendidikan Tinggi
Kelompok Kontrol
Kelompok Ceramah
Kelompok CBIA
Gambar 2. Diagram Batang Tingkat Pendidikan Keseluruhan Responden
Responden pada kelompok kontrol, didominasi tingkat pendidikan tinggi
yaitu 21 responden pada urutan selanjutnya adalah tingkat pendidikan menengah
yaitu 9 responden, dan sebagian kecil adalah tingkat pendidikan rendah yaitu 2
responden.
Responden pada kelompok intervensi baik ceramah maupun CBIA didominasi
tingkat pendidikan menengah yaitu 43 responden, pada urutan selanjutnya adalah
tingkat pendidikan rendah yaitu 15 responden, dan sebagian kecil adalah tingkat
pendidikan tinggi yaitu 6 responden.
Dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa ibu-ibu di
Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati di kota Yogyakarta sebagian besar
memiliki tingkat pendidikan menengah. Uji statistik Chi-square terhadap perbedaan
maupun CBIA didapatkan nilai p=0,000. Nilai p<0,05 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat pendidikan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan
baik ceramah maupun CBIA, hal ini berarti kontrol dan perlakuan memiliki
pembagian tingkat pendidikan yang berbeda. Sehingga adanya setiap perubahan
variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik
tingkat pendidikan responden.
2. Latar Belakang Informasi Tentang Kanker Serviks danPapsmear
Latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear pada
responden dalam penelitian ini berbeda-beda, ada yang sudah pernah memperoleh
informasi dari instansi kesehatan (RS, Puskesmas); penyuluhan, media massa, relasi
(keluarga, teman, lingkungan sekitar); serta belum pernah memperoleh informasi
tentang kanker serviks danpapsmearsebelumnya.
Tabel IV. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear
Kelompok Kontrol
Tingkat Pendidikan Sumber Informasi
Rendah Menengah Tinggi Instansi kesehatan (RS, Puskesmas) 0 0 3
Penyuluhan 0 0 2
Media massa 2 5 9
Relasi (keluarga, teman, lingkungan
sekitar) 0 2 4
Belum pernah 0 2 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat Pendidikan Rendah
Tingkat Pendidikan Menengah
Tingkat Pendidikan Tinggi
Instansi
kesehatan Penyuluhan
Media
massa Relasi
Belum pernah
Gambar 5. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok Kontrol
Pada kelompok kontrol, sebagian besar responden sudah pernah memperoleh
informasi mengenai kanker serviks dan papsmear. Pada responden dengan tingkat
pendidikan rendah, hanya ada 2 responden, dan keduanya telah mendapat informasi
dari media massa, sedangkan pada responden dengan tingkat pendidikan menengah
dan tinggi, sebagian besar sudah mendapat informasi tersebut dari media massa dan
relasi serta instansi kesehatan dan penyuluhan dan terdapat juga beberapa responden
Tabel V. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear
Kelompok Intervensi Ceramah
Tingkat Pendidikan Sumber Informasi
Rendah Menengah Tinggi Instansi kesehatan (RS, Puskesmas) 5 10 2
Penyuluhan 0 4 0
Media massa 0 5 0
Relasi (keluarga, teman, lingkungan
sekitar) 3 1 2
Belum pernah 0 0 0
Total 8 20 4
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tingkat Pendidikan Rendah
Tingkat Pendidikan Menengah
Tingkat Pendidikan Tinggi
Instansi
kesehatanPenyuluhan
Media
massa Relasi
Belum pernah
Gambar 4. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok Intervensi Ceramah
Pada kelompok ceramah, responden dengan tingkat pendidikan rendah,
sebagian besar memperoleh informasi dari instansi kesehatan dan ada juga yang
memperoleh dari relasi. Responden dengan tingkat pendidikan menengah sebagian
besar memperoleh informasi dari instansi kesehatan, media massa, penyuluhan, dan
juga relasi, dan pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi, informasi yang
Tabel VI. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear
Kelompok Intervensi CBIA
Tingkat Pendidikan Sumber Informasi
Rendah Menengah Tinggi Instansi kesehatan (RS, Puskesmas) 6 14 0
Penyuluhan 0 0 0
Media massa 1 5 2
Relasi (keluarga, teman, lingkungan
sekitar) 0 4 0
Belum pernah 0 0 0
Total 7 23 2
0 2 4 6 8 10 12 14
Tingkat Pendidikan Rendah
Tingkat Pendidikan Menengah
Tingkat Pendidikan Tinggi
Instansi
kesehatan Penyuluhan massaMedia Relasi
Belum pernah
Gambar 5. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok Intervensi CBIA
Pada kelompok CBIA, responden dengan tingkat pendidikan rendah maupun
responden dengan tingkat pendidikan menengah pernah memperoleh informasi
mengenai kanker serviks dan papsmear dari instansi kesehatan, media massa, serta
relasi. Sedangkan pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi, responden
Tabel VII. Sumber Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmear
Keseluruhan Responden
Responden Informasi Responden
Kontrol Ceramah CBIA Instansi kesehatan (RS, Puskesmas) 3 17 20
Penyuluhan 2 4 0
Media massa 16 5 8
Relasi (keluarga, teman, lingkungan sekitar) 6 6 4
Belum pernah 5 0 0
Nilai p 0,000**
**menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov
Tabel VII menunjukkan bahwa 91 responden sudah pernah memperoleh
informasi tentang kanker serviks dan papsmear baik melalui instansi kesehatan,
penyuluhan, media massa maupun informasi dari relasi. Responden yang belum
pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear yaitu 5
responden. Dengan latar belakang informasi yang berbeda-beda tersebut maka di
dalam penelitian ini juga akan dilihat adakah pengaruh latar belakang informasi yang
berbeda-beda tersebut terhadap Peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
tindakan responden.
Berdasarkan uji statistik Kolmogorof-Smirnov terhadap latar belakang
informasi tentang kanker serviks danpapsmearpada kelompok kontrol dan perlakuan
baik ceramah maupun CBIA diperoleh nilai p=0,000. Nilai p<0,05 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan latar belakang informasi yang signifikan antara kelompok
kontrol dan perlakuan yang berarti bahwa kelompok kontrol dan perlakuan baik
ceramah maupun CBIA memiliki pembagian latar belakang informasi yang berbeda.
latar belakang informasi antara kelompok kontrol dan perlakuan sehingga apabila
terjadi perubahan variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan dipengaruhi oleh
karakteristik latar belakang informasi pada responden.
3. RiwayatPapsmear
Responden dalam penelitian ini yaitu ibu-ibu mempunyai riwayat papsmear
yang berbeda-beda.
Tabel VIII. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Kontrol Tingkat Pendidikan
Riwayatpapsmear
Rendah Menengah Tinggi
Belum pernah 1 6 11
Pernah, terakhir pada tahun 1991-1995
0 0 0
Pernah, terakhir pada tahun 1996-2000
0 0 2
Pernah, terakhir pada tahun 2001-2005
1 1 0
Pernah, terakhir pada tahun 2006-2010
0 2 7
Pernah, tidak ada keterangan
0 0 1
0 2 4 6 8 10 12 Tingkat Pendidikan Rendah Tingkat Pendidikan Menengah Tingkat Pendidikan Tinggi Belum pernah Pernah, 1991-1995 Pernah, 1996-2000 Pernah, 2001-2005 Pernah, 2006-2010 Pernah, tanpa ket.
Gambar 6. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok Kontrol
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
pada kelompok kontrol adalah responden yang belum pernah melakukan papsmear
baik yang memiliki tingkat pendidikan rendah, menengah maupun tinggi.
Tabel IX. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Ceramah Tingkat Pendidikan
Riwayatpapsmear
Rendah Menengah Tinggi
Belum pernah 4 10 1
Pernah, terakhir pada tahun 1991-1995
0 1 0
Pernah, terakhir pada tahun 1996-2000
1 0 0
Pernah, terakhir pada tahun 2001-2005
0 0 1
Pernah, terakhir pada tahun 2006-2010
3 9 2
Pernah, tidak ada keterangan
0 0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tingkat Pendidikan Rendah Tingkat Pendidikan Menengah Tingkat Pendidikan Tinggi Belum pernah Pernah, 1991-1995 Pernah, 1996-2000 Pernah, 2001-2005 Pernah, 2006-2010 Pernah, tanpa ket.
Gambar 7. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok Intervensi Ceramah
Pada responden yang mendapat intervensi ceramah sebagian belum
melakukan papsmear dan sebagian sudah melakukan papsmear pada tahun
2006-2010, dan terdapat 1 responden yang melakukan papsmear pada tahun 1995-2000
serta 1 responden yang melakukanpapsmearpada tahun 2001-2005.
Tabel X. RiwayatPapsmearResponden Kelompok CBIA Tingkat Pendidikan
Riwayatpapsmear
Rendah Menengah Tinggi
Belum pernah 4 15 2
Pernah, terakhir pada tahun 1991-1995
0 0 0
Pernah, terakhir pada tahun 1996-2000