• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLASIFIKASI LAGU BERDASARKAN GENRE MUSIK DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Informatika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KLASIFIKASI LAGU BERDASARKAN GENRE MUSIK DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Informatika"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

KLASIFIKASI LAGU BERDASARKAN GENRE MUSIK

DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Informatika

Oleh:

Sony Setiawan

055314108

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

SONG CLASSIFICATION BASED MUSIC GENRE

WITH BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Department of Informatics Engineering

By:

Sony Setiawan

055314108

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

MOTTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah

bukan tidak pernah gagal,

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juni 2010

Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Sony Setiawan

NIM : 055314108

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KLASIFIKASI LAGU BERDASARKAN GENRE MUSIK

DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet maupun di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 23 Juni 2010 Yang menyatakan

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan sebuah sistem pengenalan genre

musik secara otomatis pada sinyal audio digital, yang dijabarkan dengan penjelasan

singkat teori - teori yang berhubungan, mencakup pengenalan pola, suara, musik,

pemrosesan sinyal digital khususnya pemrosesan sinyal audio, dan jaringan saraf tiruan

khususnya metode propagasi balik. Metode yang digunakan adalah dengan studi pustaka,

merancang arsitektur yang akan diujicobakan, serta melakukan penelitian terhadap

rancangan arsitektur tersebut. Penelitian mencakup dua tahap, yaitu tahap ekstraksi fitur

dan tahap klasifikasi / pengenalan. Tahap ekstraksi fitur menggunakan metode Music

Genre Recognition by Analysis of Texture (MUGRAT) yang membahas perhitungan

sembilan fitur yang berhubungan dengan permukaan spectral musik dan enam fitur yang

berhubungan dengan bit / irama musik. Tahap pengenalan / klasifikasi menggunakan

Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik dengan kombinasi berbagai nilai parameter untuk

mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan evaluasi dari arsitektur yang telah

diujicobakan, diperoleh hasil penelitian yang optimal yaitu sebuah sistem yang

menghasilkan akurasi pengenalan 4 genre (house, jazz, pop, rock) sebesar 94.34% dengan

1 lapis tersembunyi, 225 unit tersembunyi, target error 0.01 dan batas epoch 3000. Dari

hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa JSTPB merupakan metode yang baik atau

(9)

ABSTRACT

This research aims to create a musical genre recognition system automatically

generates digital audio signals, which are translated by a brief description theory - the

theory related, including pattern recognition, sound, music, especially digital signal

processing audio signal processing and neural network methods, particularly back

propagation. The method used is to study literature, designed the architecture to be tested,

and to conduct research on the architectural design. The study includes two stages,

namely feature extraction stage and stage classification / recognition. Feature extraction

stage using Music Genre Recognition by Analysis of Texture (MUGRAT) to discuss the

calculation of the nine features associated with the surface of music and six spectral

features associated with bit / music. Phase identification / classification using a

Backpropagation Neural Network with a combination of various values of the parameters

to achieve optimal results. Based on the evaluation of the architecture that has been

tested, obtained the optimal result is a system that produces accurate introduction of four

genres (house, jazz, pop, rock), amounting to 94.34% with one hidden layer, 225 hidden

units, targets and limits of error of epoch 3000 and 0.01 . From the research we

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Klasifikasi Lagu Berdasarkan Genre

Musik dengan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik”.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik berupa

masukan ataupun saran. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan pada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan pertolongan dan kekuatan dalam

proses pembuatan tugas akhir ini.

2. Yosef Agung Cahyanto, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Puspaningtyas Sanjaya Adi, S.T., M.T., selaku ketua program studi Teknik

Informatika yang telah banyak membantu penulis selama studi.

4. Dr. C. Kuntoro Adi, SJ., M.A., M.Sc. selaku dosen pembimbing atas kesabaran,

bimbingan, waktu dan saran yang diberikan kepada penulis.

5. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik

Teknik Informatika angkatan 2005 yang selalu sabar menghadapi penulis.

6. Drs. Jong Jek Siang, M.Sc. dan Alb. Agung Hadhiatma, S.T., M.T. sebagai dosen

(11)

7. Laboran Labolatorium Komputer atas bantuan kepada penulis dalam melaksanakan

tugas akhir.

8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik

spiritual maupun material.

9. Karin, Orpa, Sisca, Nitnot, Bengs, Opix, Arimbi, Bulet, Radna dan semua teman yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih telah banyak membantu

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini, dirasa masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu

segala saran ataupun kritik yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat

diharapkan guna menyempurnakan isi dari skripsi ini.

Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini berguna bagi para pembaca sekalian

khususnya para mahasiswa Teknik Informatika, dan dapat menambah wawasan para

pembaca sekalian.

Yogyakarta, 23 Juni 2010

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

Bab I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 2

1.5. Metodologi Penelitian ... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 3

Bab II. LANDASAN TEORI ... 6

2.1. Teori - Teori Umum ... 6

(13)

2.1.2.1 Genre Musik………....9

2.2. Teori - Teori Khusus ... 11

2.2.1 Pemrosesan Sinyal Digital. ... 11

2.2.2 Ekstraksi Fitur. ... 16

2.2.3 Normalisasi. ... 25

2.2.4 Jaringan Saraf Tiruan. ... 25

Bab III. ANALISA DAN DESAIN SISTEM ... 43

3.1 Analisa Kebutuhan ... 43

3.1.1 Analisa Genre Musik. ... 43

3.1.2 Analisa Aplikasi Tambahan. ... 44

3.1.3 Analisa Sampel Lagu. ... 44

3.1.4 Analisa Metode ... 44

3.2 Perancangan Sistem ... 47

3.2.1 Perancangan Ekstraksi Fitur ... 47

3.2.1.1 Perancangan Hamming Window ... 48

3.2.1.2 Perancangan FFT ... 48

3.2.1.3 Perancangan IFFT ... 48

3.2.1.4 Perancangan Modul Ekstraksi Fitur ... 49

3.2.2 Perancangan Back Propagation dan Five Fold ... 61

3.2.3 Perancangan Analisa Hasil ... 64

3.3 Perancangan Desain Layar ... 64

3.3.1 Perancangan Layar Utama ... 65

(14)

3.4.2.1 Perancangan Layar Ekstraksi ... 65

3.4.2.2 Perancangan Layar Ekstraksi Banyak ... 66

3.4.3 Perancangan Layar Pengenalan ... 67

3.4.4 Perancangan Layar Pengujian ... 68

3.4.5 Perancangan Layar Bantuan ... 69

Bab IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 70

4.1 Kebutuhan Sistem ... 70

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 70

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 71

4.2 Hasil Penelitian ... 71

4.3.1 Analisa Hasil 1 Lapis Tersembunyi ... 74

4.3.1 Analisa Hasil 2 Lapis Tersembunyi ... 75

4.3.1 Evaluasi Arsitektur ... 80

4.3 Tampilan Layar dan Penggunaan Program ... 81

4.2.1 Tampilan Layar Utama ... 81

4.2.2 Tampilan Layar Ekstraksi ... 82

4.2.3 Tampilan Layar Ekstraksi Banyak ... 82

4.2.4 Tampilan Layar Pengenalan ... 83

4.2.5 Tampilan Layar Pengujian ... 84

4.2.1 Tampilan Layar Bantuan ... 85

Bab V. PENUTUP... 86

5.1 Kesimpulan ... 86

(15)

Daftar Pustaka ... 88

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sinyal Amplitudo Sebelum Proses Windowing ... 15

Gambar 2.2 Sinyal Amplitudo dalam Sebuah Window ... 15

Gambar 2.3 Sinyal Amplitudo dari Keseluruhan Window ... 15

Gambar 2.4 Modul Ekstraksi Fitur untuk Irama dan Envelope Extraction ... 21

Gambar 2.5 Gelombang Sinus dengan Noise (Sebelum Autocorrelation) ... 23

Gambar 2.6 Gelombang Sinus Setelah Autocorrelation ... 23

Gambar 2.7 Jaringan Lapis Tunggal ... 28

Gambar 2.8 Jaringan Lapis Majemuk ... 29

Gambar 2.9 Hubungan Antar Lapis ... 30

Gambar 2.10 Hubungan Antar Nodes ... 30

Gambar 2.11 Global dan Local Minima ... 38

Gambar 2.12 Fungsi Sigmoid Biner ... 39

Gambar 2.13 Fungsi Sigmoid Bipolar ... 30

Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem ... 47

Gambar 3.2 Blok Diagram Modul Utama... 48

Gambar 3.3 Perancangan Modul Hamming Window ... L1 Gambar 3.4 Perancangan Modul FFT ... L2 Gambar 3.5 Perancangan Modul IFFT ... L3 Gambar 3.6 Perancangan Modul Ekstraksi Fitur ... 50

Gambar 3.7 Perancangan Fase Spectral Centroid ... L4

(17)

Gambar 3.10 Perancangan Fase Flux ... L7

Gambar 3.11 Perancangan Fase Low Energy ... L8

Gambar 3.12 Perancangan Fase Full Wave Rectification ... L9

Gambar 3.13 Perancangan Fase Low Pas Filtering ... L9

Gambar 3.14 Perancangan Fase Downsampling ... L10

Gambar 3.15 Perancangan Fase Autocorrelation ... L10

Gambar 3.16 Perancangan Fase Pencarian Tiga Puncak Tertinggi ... L11

Gambar 3.17 Puncak Tertinggi Pertama ... 55

Gambar 3.18 Perancangan Fase Pencarian Titi Tertinggi Pertama ... L12

Gambar 3.19 Pencarian Titik Terendah Sebelah Kiri dengan Membandingkan

Selisih Ketinggian Gelombang ... 56

Gambar 3.20 Perancangan Fase Pencarian Titik Terendah Sebelah Kiri Titik

Tertinggi Pertama... L13

Gambar 3.21 Pencarian Titik Terendah Sebelah Kanan dengan Membandingkan

Selisih Ketinggian Gelombang ... 57

Gambar 3.22 Perancangan Fase Pencarian Titik Terendah Sebelah Kanan Titik

Tertinggi Pertama... L14

Gambar 3.23 Area Pencarian Titik Tertinggi Kedua ... 58

Gambar 3.24 Perancangan Fase Pencarian Titik Tertinggi Kedua ... L15

Gambar 3.25 Pencarian Titik Terendah Sebelah Kiri Puncak Tertinggi Kedua

Mencapai Titik Terendah Kanan Puncak Tertinggi Pertama ... 59

Gambar 3.26 Perancangan Fase Pencarian Titik Terendah Sebelah Kiri

(18)

Gambar 3.27 Pencarian Titik Terendah Sebelah Kanan Puncak Tertinggi

Kedua Mencapai Titik Terendah Kiri Puncak Tertinggi Pertama ... 60

Gambar 3.28 Perancangan Fase Pencarian Titik Terendah Sebelah Kanan Tertinggi Kedua ... L17 Gambar 3.29 Perancangan Fase Pencarian Titik Tertinggi Ketiga ... L18 Gambar 3.30 Perancangan Fase Normalisasi 120 Beat Histogram ... L19 Gambar 3.31 Perancangan Fase Feature Calculation ... L20 Gambar 3.32 Perancangan Fase Feature Calculation A ... L21 Gambar 3.33 Perancangan Fase Feature Calculation B ... L22 Gambar 3.34 Perancangan Fase Feature Calculation C ... L23 Gambar 3.35 Perancangan Layar Utama ... 65

Gambar 3.36 Perancangan Layar Ekstraksi ... 66

Gambar 3.37 Perancangan Layar Ekstraksi Banyak ... 66

Gambar 3.38 Perancangan Layar Pengenalan ... 67

Gambar 3.39 Perancangan Layar Pengujian ... 68

Gambar 3.40 Perancangan Layar Bantuan ... 69

Gambar 4.1 Visualisasi Spectogram dan Sinyal Genre Musik House ... 72

Gambar 4.2 Visualisasi Spectogram dan Sinyal Genre Musik Jazz ... 72

Gambar 4.3 Visualisasi Spectogram dan Sinyal Genre Musik Pop... 73

Gambar 4.4 Visualisasi Spectogram dan Sinyal Genre Musik Rock ... 73

Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengujian 1 Lapis Tersembunyi ... 74

(19)

Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengujian 2 Lapis Tersembunyi,

Unit Tersembunyi 75 dan variasi 25 sampai 250…...………..79

Gambar 4.8 Layar Utama Klasifikasi Lagu Berdasarkan Genre Musik ... 81

Gambar 4.9 Layar Ekstraksi ... 82

Gambar 4.10 Layar Ekstraksi Banyak ... 83

Gambar 4.11 Layar Pengenalan ... 84

Gambar 4.12 Layar Pengujian ... 85

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Percobaan Permasalahan XOR oleh Laurene Fausett ... 41

Tabel 3.1 Percobaan Training dan Testing ... 62

Tabel 3.2 Confusion Matrik ... 64

Tabel 4.1 Hasil Pengujian 1 Lapis Tersembunyi ... 74

Tabel 4.2 Hasil Pengujian 2 Lapis Tersembunyi ... 75

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa pengaruh besar

dalam dunia musik yang telah tersedia dalam bentuk digital yang dikenal dengan

istilah audio digital. Audio digital menyediakan informasi tambahan berbentuk

metadata (misalnya ID3 dalam MP3) yang mendukung efektifitas pencarian

informasi, pengurutan, dan perbandingan musik. Informasi tambahan biasanya diisi

dengan informasi spesifik mengenai musik yang bersangkutan seperti judul lagu,

artis, nama album, tahun keluaran, genre musik dan informasi lain yang

ditambahkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Namun sampai sekarang

pengisian metadata tersebut masih dilakukan secara manual, termasuk penentuan

dan pengisian jenis genre musik.

Manusia dapat dengan mudah menentukan genre musik hanya dengan

mendengarkan sepenggal musik dengan durasi yang singkat. Kemampuan

identifikasi yang dimiliki manusia ini terbentuk dari pola pendengaran selama

bertahun-tahun yang membentuk persepsi manusia mengenai jenis musik. Tidak

menutup kemungkinan bahwa manusia dapat melakukan kesalahan

pengklasifikasian dari sejumlah musik yang berbeda ke dalam genre yang tepat,

karena persepsi masing-masing individu bersifat relatif. Hal tersebut akan berbeda

(22)

atau persepsi umum.

Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana caranya sebuah mesin atau

komputer dapat mengenali genre musik dengan akurasi yang baik. Untuk

memberikan pemecahan tersebut, dalam penelitian ini akan dirancang sebuah

sistem pengklasifikasian genre musik secara otomatis dengan pemrosesan suara

digital yang menggunakan fitur-fitur dalam Music Genre Recognition by Analysis

of Texture (MUGRAT) yang diperkenalkan oleh Karin Kosina (Kosina, 2002) dan

proses pengklasifikasian dengan metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah untuk penelitian ini adalah “Bagaimana cara sebuah mesin atau komputer

mengenali genre musik dengan akurasi yang baik”.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem yang mampu secara

otomatis mengenali genre suatu musik.

• Ekstrak ciri dengan metode MUGRAT

• Training dan Testing dengan metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik.

1.4. Batasan Masalah

Untuk membahas topik yang lebih terarah dan terfokus pada tujuan yang

ingin dicapai, maka batasan masalahnya sebagai berikut:

(23)

2. Jenis format data yang digunakan berupa file MP3 dengan frekuensi sampling

44100 Hz.

1.5. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan untuk mendukung penulisan Tugas Akhir

adalah :

1. Studi pustaka dengan mengumpulkan informasi dari buku, internet, majalah,

dan artikel yang dibutuhkan, baik yang berhubungan dengan suara, pemrosesan

sinyal digital, MUGRAT, Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik dan

sumber-sumber lain yang dapat mendukung penulisan tugas akhir ini.

2. Melakukan analisa sistem yang akan dibuat dengan memilih file lagu MP3

sebagai sampel pembelajaran sistem, melakukan perancangan

arsitektur-arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik dengan penerapan variasi nilai

parameter yang berbeda, serta memilih fungsi aktivasi dan metode inisialisasi

nilai bobot yang diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal.

3. Melakukan percobaan serta pengujian terhadap perancangan arsitektur yang

telah dibuat untuk mendapatkan nilai penurunan error yang optimal serta

tingkat akurasi klasifikasi genre musik yang baik.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa bab dengan

(24)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan

masalah, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori-teori dasar yang mendukung dan menjadi dasar

bagi pemecahan masalah, antara lain metode pengenalan pola genre musik yang

mencakup pemrosesan sinyal digital (analisis Fourier), ekstraksi fitur, dan

Jaringan Saraf Tiruan khususnya model Propagasi Balik yang akan digunakan

dalam perancangan sistem.

BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini membahas mengenai analisa dan perancangan hal-hal atau

komponen-komponen yang akan digunakan untuk melakukan penelitian, serta

perancangan sistem secara lengkap.

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL

Bab ini menjelaskan implementasi sistem, sarana yang dibutuhkan, dan

cara pengoperasian sistem yang telah ada serta menguraikan evaluasi dari hasil

(25)

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan

penelitian dan saran-saran yang diusulkan untuk pengembangan lebih lanjut.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi penjabaran teori-teori yang dikategorikan menjadi teori umum dan

teori khusus yang mendukung penulisan Tugas Akhir ini. Teori-teori umum yang dibahas

mencakup dasar pengenalan pola, musik, dan genre musik. Dan teori-teori khusus yang

mendukung metode pengenalan pola genre musik mencakup pemrosesan sinyal digital

(analisis Fourier), ekstraksi fitur, normalisasi, dan Jaringan Saraf Tiruan khususnya

model propagasi balik yang akan digunakan dalam perancangan aplikasi.

2.1 Teori – Teori Umum

2.1.1 Dasar Pengenalan Pola

Tahap-tahap pengenalan pola mencakup pengumpulan data, pengolahan

data menjadi informasi, dan pengelompokan berdasarkan interpretasi data dari

penemuan struktur data atau pencocokan data terhadap struktur lain yang telah

dikenali.

Salah satu cara untuk melakukan pengenalan pola adalah dengan

menggunakan jaringan saraf tiruan dengan menggunakan representasi pemrosesan

sinyal diskrit dari pola yang akan dikenali.

Pengenalan genre musik merupakan sebuah bagian dari bidang Audio

Signal Classification (ASC), yang dapat didefinisikan sebagai pengekstrakan fitur

(27)

pengidentifikasian dan pengelompokan suara sesuai dengan kategori.

2.1.2 Musik

Menurut Jean Molino, musik adalah sebuah bentuk seni yang merupakan

definisi yang bervariasi seiring dengan perkembangan jaman dan budaya

(http://en.wikipedia.org/wiki/jean_molino). Sebuah definisi umum tentang musik

mengatakan bahwa musik merupakan rangkaian suara yang teratur yang

mengandung nilai seni / keindahan. (Cage dan Schenebel,

http://en.wikipedia.org/wiki/cage_schenebel).

Musik terdiri dari beberapa aspek, antara lain melodi, harmoni, irama dan

beat (http://en.wikipedia.org/wiki/music.htm).

a. Melodi

Melodi adalah perubahan pola rangkaian suara yang bersifat linear

dalam rentang waktu tertentu, dan tidak terjadi secara bersamaan seperti

chord. Perubahan tersebut mencakup pola nada dan durasi. Elemen penting

dari sebuah melodi adalah durasi, pitch, timbre, tekstur, dan keras lemahnya

suara. Melodi biasanya terdiri dari satu atau beberapa frase dan motif musik,

dan biasanya diulang sepanjang atau sebagian lagu dalam bentuk-bentuk yang

bervariasi. (http://en.wikipedia.org/wiki/Melodyhtm).

b. Irama dan Beat

Irama merupakan durasi suara dalam rentang waktu tertentu. Setiap

genre musik mempunyai bentuk irama yang berbeda satu dengan yang lain.

(28)

dan bisa juga dari alat musik chordal, seperti gitar dan banjo

(http://en.wikipedia.org/wiki/Rhythm.htm).

Beat merupakan sinyal-sinyal periodik yang membentuk irama. Beat

merupakan ketukan atau dentuman lebih dari sekali. Secara fisik, beat

merupakan osilasi diantara intensitas nol dengan intensitas penuh yang

disebabkan oleh interferensi gelombang yang bersifat destruktif dan

konstruktif. Beat terdengar sebagai debaran keras lemahnya suara.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Beat_(music)).

c. Harmoni

Kata “harmoni” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengaitkan

atau menggabungkan”. Harmoni merupakan sebuah seni penggunaan pitch

secara simultan atau bersamaan di dalam musik (contoh nyatanya adalah

chord), yang sering dianggap sebagai aspek vertikal musik, dimana melodi

sebagai aspek horisontalnya. Sering kali harmoni merupakan hasil dari

beberapa alunan melodi yang dimainkan secara bersamaan. Harmoni

didasarkan pada keselarasan dan resonansi. Walaupun kebanyakan harmoni

berasal dari dua atau lebih nada yang dibunyikan secara bersamaan, ada juga

harmoni yang tercipta hanya dengan sebuah alunan melodi

(29)

2.1.2.1 Genre Musik

Istilah genre berasal dari kata latin genus, yang berarti kelas. Genre

dapat digambarkan sebagai sebuah kategori berdasarkan struktur, tema, atau

kriteria fungsional. Kriteria yang dimaksud tidak ditentukan oleh fakta-fakta

objektif, namun lebih mengarah pada bagian proses budaya yang dinamis.

Genre musik merupakan kategori musik dengan sifat atau elemen tertentu.

Klasifikasi genre bersifat subjektif berkenaan dengan sifat individu

pendengar dan lingkungan sosio-kultural. Dalam hal ini, genre musik dapat

dipertimbangkan sebagai kelas khusus dengan sejumlah sifat sederhana

dengan rata-rata persepsi pendengar dalam membedakan jenis suatu lagu dari

lagu-lagu lain. Genre dikelompokkan berdasarkan instrumentasi dan struktur

ritme musik. (http://en.wikipedia.org/wiki/musical_genre.htm).

a. Musik Pop

Musik pop memiliki ciri khas irama dan nada teratur dan cukup

stabil. Alat yang umumnya dimainkan dalam musik pop antara lain

keyboard, piano, gitar, drum, bass, dan kadang-kadang gitar listrik.

Pop dibedakan menjadi beberapa subgenre seperti boyband,

girlband, musik pop tradisional, j-pop, bubblegum pop, teen pop, euro

pop, dan subgenre lainnya. (http://en.wikipedia.org/wiki/pop_music.htm).

b. Musik Rock

Musik rock memiliki cari khas yang keras dan cepat, walaupun ada

juga beberapa musik rock yang memiliki irama cukup lambat (slow rock).

(30)

gitar listrik, bass dan drum.

Musik rock terdiri dari beberapa subgenre yaitu art rock, cello

rock, country rock, desert rock, dialiect rock, garage rock, girl group,

glam rock, glitter rock, hard rock, heartland rock, instrumental rock, jam

band, post rock, psychedelia, pub rock, rock en espanol, soft rock,

southern rock. (http://en.wikipedia.org/wiki/rock_music.htm).

c. Musik House

Musik house adalah suatu variasi dari electronic dance music.

Elemen utama yang digunakan dalam lagu ini adalah irama yang

dihasilkan oleh drum dengan bass line dengan irama yang cepat dan

teratur. Musik house menonjolkan suara bass. Alat musik yang pada

umumnya dimainkan dalam musik house seperti synthesizer, drum,

sequencer, keyboard, sampler.

Beberapa subgenre dari musik house antara lain acid, ambient

house, Chicago deep house, garage ghetto house, hip house, progressive

tech house. (http://en.wikipedia.org/wiki/house_music.htm).

d. Musik Jazz

Music jazz memiliki ciri irama mengayun yang kadang-kadang

kurang teratur. Alat musik yang umumnya dimainkan dalam musik jazz

seperti gitar, saxophone, trombone, piano, clarinet, trumpet, bass, drum,

dan tentu saja vocal.

Musik jazz sendiri terdiri dari beberapa subgenre diantaranya

(31)

smooth jazz. (http://en.wikipedia.org/wiki/jazz.htm).

2.2 Teori – Teori Khusus

2.2.1 Pemrosesan Sinyal Digital

Pemrosesan sinyal digital yaitu tahap-tahap berupa metode yang

digunakan untuk mengekstrak atau mengolah data-data mentah (dari file musik

yang sudah dikompres) supaya menjadi file yang berisi pola masukan (input)

yang digunakan pada proses pembelajaran (training) dan klasifikasi pada

propagasi balik (backpropagation).

a. Analisa Fourier

Representasi sinyal Fourier memegang peranan penting dalam

pemrosesan sinyal diskrit maupun kontinu, yang menyediakan metode untuk

memetakan sinyal ke dalam domain lain.

Sintesis Fourier merupakan pembentukan sinyal dengan superposisi

dari potongan-potongan gelombang sinus, sedangkan analisa Fourier

merupakan kebalikan sintesis Fourier, yaitu memecah sinyal menjadi

komponen-komponen sinusoidal. Analisa Fourier merupakan suatu cara

matematis yang digunakan untuk menguraikan sinyal menjadi gelombang

sinus dan kosinus. Dari gelombang sinyal suara berdomain waktu (time –

amplitude plot), maka akan diperoleh informasi yang cukup karena informasi

yang dibutuhkan terkandung dalam frekuensi, fase, dan ampiltudo dari

komponen spectral yang membentuk sinyal, yang terdapat dalam gelombang

(32)

mengambil informasi tersebut, diperlukan perhitungan spektrum frekuensi

sinyal, mirip dengan yang terjadi pada proses pendengaran manusia dengan

menggunakan analisa Fourier.

Transformasi matematis untuk menghitung analisis Fourier disebut

transformasi Fourier yang digunakan untuk sinyal kontinu, yang dirumuskan

sebagai :

X ( f ) = (2.1)

dan invers tranformnya, sebagai :

x ( t ) = (2.2)

Dari persamaan diatas, x(t) merupakan fungsi waktu, dan X(f)

merupakan fungsi frekuensi. Variabel j merupakan akar kuadrat -1, dan e

merupakan notasi eksponen netral, yang didefinisikan sebagai berikut :

(2.3)

Penerapan transformasi Fourier dalam sinyal berarti mengkonversi

sinyal dari domain waktu ke dalam domain frekuensi.

Discrete Fourier Transform

Discrete Fourier Transform (DFT) digunakan untuk sinyal diskrit

dengan mentransformasikan persamaan 2.3 menjadi :

(33)

dengan invers tranformasinya :

(2.5)

Perhitungan dengan DFT sangat kompleks dan memakan banyak

waktu. DFT bisa dihitung secara cepat dengan menggunakan algoritma Fast

Fourier Transform (FFT) yang merupakan algoritma yang efisien untuk

memperoleh frekuensi sinyal.

Fungsi FFT yang digunakan dalam pengenalan genre musik ini

adalah :

(2.6)

yang mengambil nilai real, dan

(2.7)

yang mengambil nilai dari imaginer, dan kemudian disubtitusikan menjadi

sebuah nilai magnitude :

(2.8)

FFT dapat dikembalikan lagi dalam domain waktu dengan melakukan

inverse dari . Inverse FFT dalam pengenalan genre musik

ini dapat dihitung dengan persamaan :

(34)

Fase IFFT (Inverse Fast Fourier Transform) berfungsi untuk

mengubah fungsi amplitudo dalam domain frekuensi menjadi fungsi

amplitude dalam waktu (kebalikan FFT). Data-data tersebut digunakan dlam

proses ekstraksi fitur yang berhubungan dengan bit / irama lagu (beat related

feature extraction)

b. Hamming Window

Hamming Window adalah sebuah fungsi penjendelaan yang sangat

umum, yang memberikan hasil memuaskan dengan perhitungan yang efektif

dengan meminimalkan sinyal yang terdiskontinu. Hamming Window

ditemukan oleh Richard W. Hamming, seorang ahli dalam bidang komputer,

yang digunakan untuk menyederhanakan perhitungan. Secara sistematis

Hamming Window terdiri dari satu siklus kosinus, yang menaikkan dan

menghimpitkan sehingga bentuk gelombang turun dan mempunyai nilai

puncak.

Hamming Window dirumuskan sebagai berikut :

(2.10)

Gambar 2.1 mengilustrasikan sinyal ampiltudo sebelum melalui proses

windowing. Gambar 2.2 mengilustrasikan sinyal amplitude setelah proses

windowing dalam sebuah window, dan gambar 2.3 mengilustrasikan sinyal

(35)

Gambar 2.1 Sinyal amplitude sebelum proses windowing

Gambar 2.2 Sinyal amplitude dalam sebuah window

Gambar 2.3 Sinyal amplitude dari keseluruhan window

c. Nilai Tengah (Mean)

Nilai tengah adalah nilai rata-rata dari sebuah bilangan, dalam hai ini

(36)

(2.11)

d. Standar Deviasi

Standar deviasi diperlukan menunjukkan nilai puncak yang jelas, dapat

dirumuskan sebagai berikut :

(2.12)

2.2.2 Ekstraksi Fitur

Ekstraksi fitur merupakan proses komputasi nilai numerik yang mewakili

sebagian dari data audio, yang menghasilkan fitur-fitur baru dari data mentah

dengan menerapkan satu atau lebih transformasi.

Pemilihan fitur yang baik cukup sulit dilakukan karena sebuah fitur yang

buruk tidak akan merefleksikan keadaan sebenarnya dari data pemilihan fitur

yang baik.

Dalam penelitian ini digunakan metode pengenalan genre musik yang

dikenal dengan sebutan MUGRAT (Music Genre Recognition by Analysis of

Texture) yang diperkenalkan oleh Karin Kosina (Kosina, 2002). MUGRAT

menggunakan ekstraksi fitur seperti yang dikemukakan oleh George Tzanetakis

(Tzanetakis, 2001) untuk membaca file-file input musik dan menghitung sejumlah

fitur.

Ada dua jenis fitur yang diterapkan pada MUGRAT, yaitu fitur permukaan

(37)

a. Musical Surface Features

Musical surface features merupakan penghitungan fitur-fitur musik

yang berhubungan dengan permukaan spectral musik. Istilah musical surface

atau permukaan musik digunakan untuk menunjukkan karakteristik musik

berkaitan dengan tekstur dan instrumentasi. Fitur-fitur berikut dihitung untuk

masing-masing analisa window :

1. Spektral Centroid

Spektral centroid suara adalah sebuah konsep yang diambil dari

pengertian musik dan psikoakustik, merupakan titik keseimbangan

spectrum yang digunakan untuk mengukur ketajaman spectral dan sering

dikaitkan dengan tingkat kejelasan spectral, dimana semakin tinggi nilai

centroid, maka suara yang ada akan semakin jelas atau tajam (Repetto dan

Polansky, 1997).

Spektral centroid dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

(2.13)

dimana adalah magnitude dari Fourier transform pada

frame t dan frekuensi n.

2. Rolloff

Sama halnya dengan spectral centriod, rolloff digunakan untuk

mengukur ketajaman spectral yang didefinisikan sebagai frekuensi R yang

(38)

Rolloff dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

(2.14)

Rolloff merupakan generalisasi spectral centroid, dimana spectral

centroid adalah rolloff untuk r = 50%. Pada MUGRAT digunakan nilai

rolloff sebesar 80%.

3. Flux

Flux adalah ukuran perubahan spektral local yang didefinisikan

sebagai berikut :

(2.15)

dimana merupakan magnitude dari Fourier transform pada

window t yang sudah dinormalisasi.

4. Zero-crossing Rate (ZCR)

Sebuah zero-crossing terjadi saat sampel dalam sebuah sinyal

digital mempunyai perbedaan tanda. Rata-rata dari zero-crosssing dapat

digunakan sebagai sebuah ukuran sederhana dari isi frekuensi sinyal.

Untuk sinyal sederhana, ZCR berhubungan secara langsung dengan

frekuensi dasar (fo). Sebuah sinusoid akan melintasi garis nol dua kali

dalam setiap siklus, dan oleh karena itu frekuensi dapat ditentukan dengan

(39)

sinyal dengan cara ini tampak mudah dan efektif, namun hal ini tidak

dapat diterapkan dalam beberapa kasus, karena sinyal terdiri dari

bagian-bagian dengan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi dasar yang

melintasi garis nol beberapa kali dalam satu siklus (Kosina, 2002).

ZCR digunakan jika sampel dalam sebuah sinyal digital

berturut-turut mempunyai tanda yang berbeda-beda. ZCR adalah pengukur

sederhana untuk noise dari suatu sinyal yang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

(2.16)

dimana x[n] merupakan sinyal dalam domain waktu dan s merupakan

sebuah variabel dengan nilai 1 untuk argumen positif dan 0 untuk argumen

negative. Tidak seperti spectral centroid, rolloff, dan flux yang

berdasarkan pada domain frekuensi, zero-crossing rate berdasarkan

domain waktu.

5. Low Energi

Low energy didefinisikan sebagai persentase dari window yang

mempunyai energi yang lebih kecil dari rata-rata energi dari keseluruhan

window.Low energy dapat dihitung dengan persamaan berikut :

(2.17)

dimana musik yang mengandung bagian yang diam akan mempunyai nilai

(40)

x[m] merupakan sinyal diskrit dalam domain waktu, dan m adalah indexs

dari waktu. Sedangkan w dapat didefinisikan sebagai berikut :

Nilai-nilai fitur yang diperoleh tidak digunakan secara langsung.

Nilai-nilai dugaan dari “permukaan musik” diciptakan oleh serangkaian

dari bagian spectral yang sedikit berubah-ubah pada suatu jangka waktu.

Untuk mendapatkan informasi penting ini, maka perlu dilakukan

perhitungan rata-rata dari varian dari fitur diatas yang dihitung

berdasarkan sejumlah window.

Macam-macam fitur diatas akan menghasilkan sembilan nilai fitur

permukaan musik antara lain rata-rata centroid, rata-rata rolloff, rata-rata

flux, rata-rata zero-crossing, varian centroid, varian rolloff, varian Flux,

varian zero-crossing dan LowEnergy (Kosina, 2002).

b. Beat Related Features

Beat related features adalah penghitungan fitur-fitur yang

berhubungan dengan irama musik. Irama dan ritme dari suatu lagu merupakan

indikasi yang baik untuk genre, contohnya pada musik house akan terdapat

irama yang kuat dan khusus. Seperti pada sistem pendeteksi irama pada

(41)

Terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan untuk mendeteksi

irama, antara lain : sinyal hasil perhitungan tahap musical surface features

(MSF) masuk ke tahap beat related features, melalui proses envelope

extraction (EE), autocorrelation (AC), beat histogram calculation (BH), dan

feature calculation (FC). Proses envelope extraction itu sendiri terdiri dari

proses full wave rectification (FWR), low pass filtering (LP), down sampling

(DS), dan mean removal (MR). Gambar 2.4 menunjukkan proses

penghitungan beat related features.

Envelope Extraction

Gambar 2.4 Modul Ekstraksi Fitur untuk Irama dan Envelope Extraction MSF

AC

BH EE

EE EE EE

EE

FC

FWR

LP

DS

(42)

1. Envelope Extraction

Setelah dekomposisi pada tahap awal, sejumlah langkah untuk

envelope extraction amplitudo waktu diterapkan pada setiap pita.

Envelope extraction terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

a) Full wave rectification

y[n] = | x[n] | (2.18)

Full wave rectification adalah standar dari tahap envelope

extraction yang biasanya diikuti oleh tahap low pass filtering,

digunakan untuk mengkonversi sinyal berdomain waktu menjadi

envelope sementara.

b) Low pass filtering

y[n] = ( 1 - α) x[n] + ay[ n- 1] (2.19)

Low pass filtering merupakan salah satu cara dari envelope

extraction yang bertujuan untuk menghasilkan envelope yang lebih

halus. Nilai α yang digunakan adalah 0,99 yang akan menghasilkan

envelope yang semakin halus. Dan juga ini merupakan langkah standar

dari envelope exraction.

c) Downsampling

y[n] = x[kn] (2.20)

Downsampling digunakan untuk mengurangi waktu komputasi

(43)

2. Autocorrelation

Autocorrelation merupakan cara untuk mendeteksi suatu bentuk

gelombang pada suatu latar belakang yang mengandung noise. Gambar

2.5 dan 2.6 menunjukkan gelombang sinus sebelum proses

autocorrelation dan setelah proses autocorrelation.

Gambar 2.5 Gelombang Sinus dengan Noise (Sebelum Autocorrelation)

Gambar 2.6 Gelombang Sinus Setelah Autocorrelation

Proses autocorrelation menggunakan persamaan :

(44)

Tiga puncak pertama dari fungsi autocorrelation ditambahkan

pada sebuah beat histogram. Setiap bin pada beat histogram menyatakan

sebuah periode beat dalam BPM. Amplitudo dari masing-masing dari tiga

puncak yang dipilih ditambahkan pada beat histogram. Hal ini dilakukan

untuk setiap window. Puncak terkuat pada histogram terakhir menyatakan

beat terkuat pada sinyal.

3. Feature Calculation

Enam dimensional vektor fitur yang dihitung dari beat histogram,

antara lain :

1) Amplitudo relatif dari puncak pertama dan kedua pada beat histogram

yang berguna untuk mengukur perbedaan irama lagu. Amplitudo

relatif diperoleh dengan membagi nilai amplitudo dengan jumlah

keseluruhan nilai amplitudo.

2) Rasio amplitudo yang diperoleh dari ampiltudo puncak ke dua dibagi

dengan amplitudo puncak pertama yang ini menunjukkan hubungan

antara irama utama dengan sub irama pertama.

3) Periode puncak pertama dan puncak kedua yang dihitung dalam BPM,

yang mengindikasikan kecepatan musik.

4) Penjumlahan dari histogram, yang merupakan indikasi dari kekuatan

(45)

2.2.3 Normalisasi

Tahap normalisasi bertujuan agar data berada dalam rentang -1 sampai

dengan 1, karena penggunaan fungsi sigmoid bipolar. Rumus yang digunakan

untuk melakukan normalisasi interpolasi linier adalah sebagai berikut :

(2.22)

dimana high adalah nilai tertinggi, low adalah nilai terendah. x adalah nilai

masukan dengan keluaran y, max adalah nilai maksimum yang terdapat dalam

data, dan min adalah nilai minimum yang terdapat dalam data. Hasil normalisasi

inilah yang akan digunakan dalam proses klasifikasi.

2.2.4 Jaringan Saraf Tiruan

Sebuah jaringan saraf tiruan adalah sebuah sistem pemrosesan informasi

yang mempunyai karakteristik tertentu secara umum yang berhubungan dengan

jaringan saraf biologis. Jaringan saraf tiruan telah dikembangkan sebagai sebuah

generalisasi dari model matematis dari jaringan saraf biologis pada manusia,

berdasarkan asumsi :

a. Pemrosesan informasi terjadi pada beberapa elemen sederhana yang disebut

neuron.

b. Sinyal dilewatkan antara neuron-neuron melalui lintasan penghubung.

c. Setiap lintasan penghubung mempunyai bobot tertentu, dimana dalam

jaringan saraf tiruan nilai bobot ini dikalikan dengan sinyal yang

(46)

d. Dalam setiap neuron terdapat sebuah fungsi aktivasi (biasanya nonlinear) pada

lapisan input untuk menentukan sinyal keluaran.

Dengan kemampuan jaringan saraf tiruan, masalah yang rumit termasuk

kurangnya informasi yang tersedia dapat diatasi. Jaringan saraf tiruan telah

dimanfaatkan dalam beberapa bidang pengetahuan seperti pemrosesan sinyal

(pengenalan pola, pengenalan suara, pengenalan gambar), kompresi, rekonstruksi

data (klasifikasi dengan bagian data yang hilang), pengumpulan data, dan

penyederhanaan data.

Jaringan saraf tiruan dikembangkan menggunakan model matematika dari

kesadaran manusia atau saraf biologis, yang berdasarkan pada asumsi bahwa

proses informasi terjadi pada beberapa elemen sederhana yaitu neuron yang dapat

melewatkan sinyal melalui sebuah hubungan yang memiliki bobot (weight) dan

fungsi aktivasi yang didapatkan dengan menjumlahkan bobot sinyal masukan

sehingga mendapatkan sinyal keluaran. Karakteristik jaringan saraf tiruan terdiri

dari arsitektur (pola hubungan antar neuron), metode perhitungan bobot dan

fungsi aktivasi.

a. Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan

Arsitektur jaringan saraf tiruan merupakan pengaturan spesifik dan

hubungan antar neuron pada lapisan dalam jaringan. Neuron-neuron yang

terletak pada lapisan yang sama memiliki sifat dan fungsi aktivasi yang sama.

Faktor yang mempengaruhi sifat sebuah neuron adalah fungsi aktivasi dan

(47)

sinyal. Neuron-neuron dalam jaringan saraf tiruan dikelompokkan dalam

lapisan masukan (input layer) merupakan lapisan pertama yang menerima

sinyal dari bagian luar jaringan (eksternal), lapisan tersembunyi (hidden layer)

yaitu lapisan yang menerima sinyal dari neuron pada lapisan masukan dan

lapisan keluaran (output layer) yaitu lapisan yang mengekstrak ciri dari yang

berkaitan atau pola dari sinyal yang diterima.

Macam-macam arsitektur jaringan saraf tiruan antara lain :

1) Jaringan Lapis Tunggal

Jaringan lapis tunggal (Single Layer Net) memiliki satu lapisan

dengan bobot yang terhubung. Jaringan ini menerima sinyal dari luar

melalui unit masukan (input unit) dan mengolah hasilnya pada unit

keluaran (output unit).

Untuk pola klasifikasi, setiap unit keluaran yang berhubungan

dengan kategori khusus dimana sebuah vektor keluaran mungkin ada

ataupun tidak ada. Perlu diketahui bahwa sebuah jaringan lapis tunggal,

bobot satu unit keluaran tidak mempengaruhi bobot unit keluaran lainnya.

Sedangkan pada pola asosiasi, dapat menggunakan arsitektur yang sama,

tetapi seluruh pola sinyal keluaran mengolah sinyal masukan yang

menghasilkan pola asosiasi ini. Kedua contoh ini mengilustrasikan bahwa

jenis jaringan yang sama dapat digunakan untuk permasalahan yang

sederhana.

Di lain pihak, untuk permasalahan yang lebih kompleks

(48)

selanjutnya. Gambar 2.7 mengilustrasikan arsitektur jaringan lapis

tunggal.

Gambar 2.7 Jaringan Lapis Tunggal

2) Jaringan Lapis Majemuk

Jaringan lapis majemuk (Multi Layer Net) merupakan jaringan

dengan satu atau lebih lapisan yang terletak diantara lapisan masukan dan

lapisan keluaran, atau yang sering disebut juga lapisan tersembunyi.

Biasanya terdapat sebuah vektor bobot diantara dua lapisan yang

berdekatan (input, hidden, atau output). Jaringan lapis majemuk dapat

menyelesaikan masalah yang kompleks dibandingkan jaringan lapis

tunggal, tetapi proses pembelajaran akan menjadi lebih sulit. Jaringan ini

dapat menyelesaikan kasus yang tidak adapt dipelajari menggunakan

jaringan lapis tunggal. Gambar 2.8 mengilustrasikan arsitektur jaringan

(49)

Gambar 2.8 Jaringan Lapis Majemuk

b. Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik

JSTPB dikembangkan oleh ilmuwan komputer Amerika bernama Paul

Werbos (1974), David Parker (1984/1985), dan David Rumelhart, Ronald

Williams, dan lainnya (1985). JSTPB membandingkan perhitungan keluaran

jaringan saraf tiruan dengan target keluaran dan menghitung nilai error untuk

setiap unit pada jaringan. Jaringan saraf tiruan menyelesaikan bobot pada link

dengan nilai error pada setiap unit, dimulai dari hubungan antara lapisan

tersembunyi dan lapisan keluaran terakhir. Setelah jaringan melakukan

pembaruan bobot pada sejumlah hubungan, jaringan menghitung nilai error

untuk lapisan sebelumnya dan melakukan penyesuaian. Algoritma JSTPB

diteruskan dengan menyesuaikan seluruh bobot antara lapisan tersembunyi

dan lapisan masukan. Gambar 2.9 menunjukkan hubungan antar lapisan dalam

(50)

Backpropagation

Error

Gambar 2.9 Hubungan Antar Lapisan

Proses pelatihan menggunakan JSTPB terdiri dari proses feedforward,

backpropagation-error (perhitungan error propagasi balik), dan update weight

(pembaruan nilai bobot). Satu siklus pembelajaran melewati 3 tahap tersebut,

disebut dengan 1 epoch. Semakin banyak pembelajaran yang dilakukan maka

akan semakin kecil pula tingkat error yang dihasilkan di lapisan keluaran, dan

dengan demikian semakin kecil juga error suatu sistem. Gambar 2.10

menunjukkan hubungan antar nodes.

Gambar 2.10 Hubungan Antar Nodes

Output Leyer

Hidden Layer

(51)

Algoritma Pelatihan

Langkah 0 Inisialisasi nilai bobot (gunakan nilai random yang kecil)

Langkah 1 Selama kondisi benar, lakukan langkah 2-9

Langkah 2 Untuk pasangan training, lakukan langkah 3-8

Feedforward

Langkah 3 Setiap unit masukan ) menerima sinyal

masukan x, dan melepaskan sinyal ini ke seluruh unit pada

lapisan berikutnya (unit tersembunyi).

Langkah 4 Setiap unit tersembunyi ) menjumlahkan

nilai bobot sinyal masukan,

(2.23)

Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal keluaran,

(2.24)

Dan kirim sinyal ini ke seluruh unit pada lapisan di atasnya

(lapisan keluaran).

Langkah 5 Setiap unit keluaran ) menjumlahkan nilai

bobot sinyal masukan,

(2.25)

Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal keluaran,

(52)

Penghitungan Error Propagasi Balik

Langkah 6 Setiap unit keluaran ) menerima pola

target yang sesuai dengan pola yang dilatih, menghitung

error,

(2.27)

untuk menghitung koreksi bobot (untuk pembaruan bobot

)

(2.28)

untuk menghitung koreksi bias (untuk pembaruan bias )

(2.29)

kemudian nilai dikirim ke unit pada lapisan di

bawahnya.

Langkah 7 Setiap lapisan tersembunyi menjumlahkan

delta masukkannya (dari unit keluaran),

(2.30)

Pengalian dengan turunan fungsi aktivasi untuk

menghitung error,

(2.31)

untuk menghitung koreksi bobot (untuk pembaruan bobot

)

(53)

untuk menghitung koreksi bias (untuk pembaruan bias )

(2.33)

Pembaruan nilai bobot dan bias :

Langkah 8 Setiap unit keluaran ) mempengaruhi nilai

bias dan bobot :

(2.34)

Setiap unit tersembunyi mempengaruhi

nilai bias dan bobot :

(2.35)

Langkah 9 Kondisi perulangan

Metode pembelajaran dengan JSTPB memiliki beberapa

karakteristik yang menjadi kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan JSTPB antara lain (Yun, 2001) :

1) Kemudahan dalam mengimplementasikan algoritma pembelajaran.

2) Perolehan hasil klasifikasi yang cepat, walaupun masa pembelajaran

memerlukan waktu yang cukup lama bila dibandingkan dengan algoritma

yang lain.

3) Kekuatan generalisasi yang baik menghasilkan hasil yang akurat di luar

kumpulan sampel yang digunakan untuk pembelajaran.

4) JSTPB dengan banyak layer (multilayer network) sangat baik untuk

(54)

Kekurangan JSTPB antara lain (Yun, 2001) :

1) Kompleksnya fungsi-fungsi yang terdapat dalam JSTPB menyebabkan

proses pembelajaran membutuhkan waktu cukup lama.

2) JSTPB pada dasarnya merupakan sebuah “kotak hitam” karena tidak dapat

memberikan sebuah penjelasan yang intuitif / kasual mengenai hasil

perhitungan. Dimana pemetaan antara vector masukan dan keluaran (x, y)

yang terdapat didalamnya, tidak akan pernah diketahui mengapa x tertentu

dipetakan ke sebuah y tertentu. Jadi, JSTPB merupakan domain ilmu

abstrak yang mempelajari parameter-parameter operasional.

3) Penggunaan penurunan gradient (gradient descent) hanya menjamin

pengurangan error pada sebuah local minima.

Sebuah JSTPB yang baik membutuhkan lebih dari sekedar sebuah

algoritma pembelajaran (Yun, 2001). Maka untuk mendapatkan perfoma

JSTPB yang baik, ada beberapa parameter seperti epoch, kecepatan

pembelajaran, lapisan tersembunyi dan jumlah unit tersembunyi yang harus

dipilih secara selektif untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada JSTPB,

antara lain :

1) Epoch

Satu epoch berarti satu kali siklus pembelajaran (Yun, 2001).

Jumlah epoch menunjukkan kecepatan sistem. Semakin banyak epoch

yang dibutuhkan dalam mencapai target error, berarti kerja sistem akan

(55)

berarti meningkatkan akurasi arsitektur, namun membutuhkan waktu

pembelajaran yang lebih lama, begitu pula sebaliknya.

2) Kecepatan Pembelajaran

Kecepatan pembelajaran (learning rate) digunakan untuk

mengontrol perubahan nilai bobot, dengan nilai koefisiennya berkisar

antara 0 dan 1. Semakin tinggi kecepatan pembelajaran yang digunakan

akan menyebabkan perubahan yang semakin besar pada bobot, sehingga

pembelajaran menjadi kurang baik. Sedangkan dengan tingkat kecepatan

pembelajaran yang rendah akan menghasilkan pembelajaran yang akurat

namun prosesnya menjadi sangat lambat. Kecepatan pembelajaran yang

baik akan memberikan hasil yang efektif, namun bersifat relatif untuk

suatu sistem. Jadi kecepatan pembelajaran yang baik untuk sebuah sistem

belum tentu baik untuk sistem yang lain. (Chin – Lee, 1996).

3) Lapisan Tersembunyi

Sebuah lapisan tersembunyi sudah cukup memadai untuk sebuah

arsitektur JSTPB dengan akurasi yang baik. Jika fungsi yang akan

dipelajari sangat kompleks, dapat digunakan dua atau tiga lapisan

tersembunyi yang akan mengakibatkan kecepatan pembelajaran menjadi

semakin lama.

Tanpa adanya lapisan tersembunyi, hasil dapat diperoleh dengan

cepat. Namun hasilnya tidak optimal karena jangkauan dari error sistem

tidak dekat (data mesuk ke JSTPB tanpa melalui “rintangan”, dan

(56)

tersembunyi yang yang terlalu banyak dapat menurunkan perfoma dari

JSTPB itu sendiri karena adanya pemetaan rangkaian yang terlalu

kompleks serta prosedur pembelajaran yang terlalu subyektif.

4) Unit Tersembunyi

Jumlah unit tersembunyi yang diperlukan berhubungan dengan

kompleksitas tugas JSTPB yang akan dikerjakan untuk menjalankan tugas

secara maksimal. Sebuah JSTPB dengan unit tersembunyi yang terlalu

sedikit akan memiliki tingkat error pembelajaran dan error klasifikasi yang

tinggi karena tidak mampu memetakan masukan yang kompleks menuju

keluaran yang kompleks. Begitu pula sebaliknya, dengan unit tersembunyi

yang terlalu banyak akan dijumpai tingkat error pembelajaran yang rendah

namun tingkat error klasifikasi yang semakin tinggi.

Penentuan banyak unit tersembunyi yang akan digunakan dalam

penelitian dilakukan dengan melakukan percobaan dan membandingkan

hasil yang terbaik. Namun ada beberapa pedoman yang dapat digunakan

untuk menentukan banyak unit tersembunyi yang optimal. Menurut Yun

Peng (yun, 2001), banyak unit tersembunyi optimal dapat diperkirakan

dengan persamaan berikut :

(2.36)

dimana p adalah jumlah unit tersembunyi dan n adalah jumlah unit

masukkan. Untuk menghitung banyak unit tersembunyi optimal dapat

(57)

dimana h adalah jumlah unit tersembunyi, i adalah jumlah unit masukan, o

adalah jumlah unit keluaran, n adalah batas epoch, dan r adalah tingkat

noise dari data yang akan melakukan proses pembelajaran (biasanya

antara 5 dan 10). Pedoman-pedoman yang ada tidak sepenuhnya dapat

dipercaya, oleh karena itu, percobaan terhadap berbagai macam unit

tersembunyi tetap perlu dilakukan.

5) Lama Pembelajaran

Pada saat melakukan proses pembelajaran, perlu diperhatikan agar

proses yang berlangsung tidak melebihi tahap kebenaran data yang

diinginkan (overfitting / overtrained) sehingga menyebabkan error yang

lebih besar dari pada hasil yang diharapkan.

Selama error pada tahap pembelajaran menurun, maka proses

pembelajaran akan tetap dilanjutkan. Ketika error mulai meningkat, berarti

sistem mulai kehilangan kemampuannya untuk mengklasifikasi. Maka

pada titik ini, pembelajaran harus dihentikan.

Error yang ditemui pada tahap pembelajaran dikategorikan dalam

dua kondisi yaitu global minima yang merupakan kondisi error terendah,

dan local minima adalah kondisi error yang bukan merupakan terendah.

(58)

Gambar 2.11 Global dan Local Minima

Proses pembelajaran dengan JSTPB dimulai di titik A dan

dilakukan terus menerus dengan tujuan memperoleh error minimum.

Hanya ada satu lembah yang memberikan penyelesaian permasalahan /

error terkecil, yaitu lembah B disebut dengan global minima, yang

memberikan hasil yang sempurna. Lembah yang lebih dangkal, yaitu

lembah C merupakan kondisi local minima. Jika dijumpai lembah C dan

dianggap telah mencapai global minima dan pembelajaran tidak

diteruskan, maka akan diperoleh suatu hasil yang kurang baik. Oleh

karena itu, proses pembelajaran perlu dilakukan terus menerus sampai

diperoleh global minima.

6) Fungsi Aktivasi

Fungsi aktivasi yaitu penjumlahan bobot sinyal masukan dan

mengolah sebuah keluaran, fungsi yang memetakan suatu nilai masukan

tertentu ke suatu nilai keluaran tertentu. Fungsi aktivasi untuk JSTPB

mempunyai beberapa karakteristik penting. Fungsi aktivasi harus bernilai A

C

(59)

kontinu, dapat diturunkan. (Fausett, 1994).

Fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam JSTPB adalah fungsi

sigmoid biner dan fungsi sigmoid bipolar. Kedua fungsi aktivasi tersebut

memiliki karakteristik penting yang harus dimiliki oleh fungsi aktivasi.

Fungsi sigmoid biner mempunyai rentang (0,1) dan dirumuskan

dengan fungsi logistik :

(2.38)

dimana σ merupakan parameter kecuraman yang diketahui nilainya.

Umumnya nilai σ dipilih sama dengan 1.

Fungsi ini memiliki turunan pertama sebagai berikut :

(2.39)

Gambar 2.12 menunjukkan kurva yang diperoleh dari fungsi sigmoid

biner.

f (x)

1

0

Gambar 2.12 Fungsi Sigmoid Biner

Daerah hasil dari fungsi sigmoid biner adalah antara 0 sampai dengan 1.

Fungsi logistik ini khususnya digunakan sebagai fungsi aktivasi untuk

mendapatkan nilai output pada interval 0 sampai dengan 1.

(60)

hasil pada sembarang nilai interval sesuai dengan permasalahan yang ada.

Namun demikian, yang umum digunakan adalah rentang antara -1 sampai

dengan 1.

Fungsi sigmoid bipolar mempunyai rentang (-1, 1) dan dirumuskan

dengan :

(2.40)

dengan fungsi turunannya sebagai berikut :

(2.41)

dimana σ merupakan parameter kecuraman yang diketahui nilainya.

Umumnya nilai σ dipilih sama dengan 1. Gambar 2.13 menunjukkan

kurva dari fungsi sigmoid bipolar.

1

f(x)

x

-1

Gambar 2.13 Fungsi Sigmoid Bipolar

c. Inisialisasi Nilai Awal Bobot

Inisialisasi bobot, yaitu masukan unit tersembunyi, dirancang supaya dapat

(61)

masukan, sehingga jaringan akan memasukkan bobot awal ke dalam salah satu

unit tersembunyi yang nilainya akan berada dalam rentang dimana unit

tersembunyi akan melakukan pembelajaran secara cepat.

Inisialisasi bobot yang terlalu besar mengakibatkan sinyal masukan yang

telah diinisialisasikan akan jatuh pada daerah dimana turunan dari fungsi sigmoid

mempunyai nilai yang sangat kecil (daerah saturasi). Sedangkan jika inisialisasi

awal bobot terlalu kecil, masukan yang menuju unit tersembunyi atau unit

keluaran akan mendekati nol, dan akan menyebabkan proses pembelajaran

menjadi sangat lambat.

Prosedur umum dalam inisialisasi nilai awal bobot dan bias adalah dengan

nilai acak antara -0,5 dan 0,5 (atau antara -1 dan 1). Inisialisasi nilai awal bobot

Nguyen - Widrow merupakan suatu modifikasi dalam memberikan nilai awal

bobot yang akan membantu JSTPB melakukan proses pembelajaran lebih cepat.

Percobaan yang dilakukan oleh Laurene Fauset (Fausett, 1994, p302) mengenai

permasalahan XOR membuktikan hal ini. Dari tabel 2.1 terlihat bahwa percobaan

dengan algoritma Nguyen – Widrow memiliki banyak epoch yang jauh lebih

sedikit daripada percobaan tanpa algoritma Nguyen – Widrow.

Fungsi Aktivasi Random Nguyen-Widrow

Binary 2,891 epochs 1,935 epochs

Bipolar 387 epochs 224 epochs

(62)

Inisialisasi bobot awal Nguyen – Widrow dapat dihitung dengan

menggunakan algoritma sebagai berikut : untuk setiap unit tersembunyi ( j=1,..

,p), inisialisasikan nilai vector bobot dari unit tersembunyi Vij (old) dengan nilai

acak antara -0,5 sampai dengan 0,5 atau -γ sampai dengan γ, dimana γ adalah

rentang yang telah ditentukan oleh perancang sistem. Setelah itu, dihitung nilai

||Vj (old)|| (normalisasi), menggunakan rumus normalisasi :

(2.42)

dan hitung nilai β menggunakan rumus :

(2.43)

kemudian nilai bobot baru antara lapisan masukan dan lapisan tersembunyi dapat

diinisialisasikan dengan persamaan :

(2.44)

dengan inisialisasi nilai bias dan bobot antara lapisan tersembunyi dengan lapisan

keluaran merupakan nilai acak antara -0.5 dan 0.5 atau antara -γ dan γ. Variabel n

adalah banyak unit tersembunyi, variable p adalah banyak unit tersembunyi, dan

(63)

BAB III

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Bab ini menguraikan tentang analisa penelitian mencakup metode yang digunakan

untuk ekstraksi fitur sinyal musik digital, serta metode klasifikasi dengan JSTPB,

perancangan modul, serta perancangan layar yang diterapkan dalam program. Analisa

dilakukan untuk menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan selama pengujian

arsitektur JSTPB dan penentuan parameter terbaik dalam JSTPB untuk diterapkan ke

dalam aplikasi klasifikasi genre musik ini sehingga menghasilkan model sistem yang

optimal, yaitu sistem yang mempunyai tingkat akurasi dan kecepatan yang baik.

3.1 Analisa Kebutuhan

Sub bab ini dijelaskan mengenai analisa genre musik yang digunakan, pemilihan

aplikasi tambahan, sampel lagu untuk proses pembelajaran dan pengujian, analisa

pemilihan metode ektraksi fitur dengan MUGRAT dan metode klasifikasi dengan JSTPB,

3.1.1 Analisa Genre Musik

Genre musik yang dipilih dalam proses klasifikasi ini adalah House, Jazz,

Pop dan Rock karena lagu dengan genre-genre tersebut tersedia dalam jumlah

banyak dan digunakan masyarakat dunia pada umumnya (bersifat universal), serta

telah dapat didefinisikan atau dikategorikan dengan baik dibanding dengan

(64)

3.1.2 Analisa Aplikasi Tambahan

Penelitian ini menggunakan file lagu MP3 yang akan diubah (convert)

menjadi file WAV. Karena pengekstrakan file MP3 yang telah mengalami

pemampatan menyebabkan adanya sebagian informasi yang hilang sehingga tidak

dapat diekstrak langsung. Maka dari itu diperlukan aplikasi tambahan dalam

sistem untuk mengubah file audio MP3 menjadi file yang bisa diekstrak dan

diteliti yaitu menjadi file WAV dengan kanal suara mono dan 8 bit per sampel

dalam format PCM, yaitu aplikasi Sonic Foundry 6.0. Pemilihan komponen ini

didasarkan pada kemudahannya digunakan, yaitu pengguna program cukup

mengubah bit depth serta kanal suara dan menyimpan file tersebut sebagai file

yang berekstensi WAV.

3.1.3 Analisa Sampel Lagu

Penelitian ini menggunakan sampel-sampel lagu yang mewakili tiap-tiap

genre musik yaitu house, jazz, pop, dan rock untuk proses pembelajaran dan

pengujian. Sampel lagu yang digunakan untuk setiap genre musik yaitu 80 lagu,

sehingga total sampel yang digunakan sebanyak 320 lagu.

3.1.4 Analisa Metode

Dalam penelitian ini diperlukan metode untuk mengekstrak data mentah

(file musik) menjadi suatu informasi atau pola masukan yang berarti, yaitu dengan

menggunakan metode ekstraksi fitur dengan MUGRAT dan metode klasifikasi

(65)

a. Metode Ekstraksi Fitur MUGRAT

Jumlah data yang sangat besar pada setiap lagu serta pengaruh

temporal yang sangat kuat membuat pemrosesan sinyal suara digital

(pengekstrakan data mentah berdasarkan atribut – atribut spektral) dengan

hanya menghitung nilai koefisien FFT (Fast Fourier Transform) saja

mengakibatkan klasifikasi genre musik kurang optimal.

Metode ekstraksi fitur MUGRAT dipilih dalam penelitian ini karena

dapat mengatasi masalah diatas serta memiliki fitur – fitur yang lengkap untuk

proses klasifikasi sehingga klasifikasi dapat memberikan hasil yang optimal.

Pada tahap ekstraksi fitur, diperoleh 15 nilai yang akan menjadi

masukan dalam klasifikasi dengan JSTPB, antara lain : rata-rata Centroid,

rata-rata Rolloff, rata-rata Flux, rata-rata ZeroCrossing, varian Centroid,

varian Rolloff, varian Flux, varian ZeroCrossing, LowEnergy, amplitudo

relatif puncak pertama, amplitudo puncak kedua, rasio amplitudo, periode

amplitudo puncak pertama, periode puncak kedua dan jumlah dari seluruh

amplitudo pada beat histogram.

b. Metode Klasifikasi dengan JSTPB

Metode klasifikasi dengan JSTPB dipilih karena beberapa kelebihan

yang dimilikinya, yaitu kemudahannya untuk diimplementasikan, serta

kekuatan generalisasinya yang baik sehingga dapat memberikan hasil yang

akurat dengan sampel di luar kumpulan sampel yang digunakan untuk

(66)

Berdasarkan teori- teori nilai parameter JSTPB yang baik, dalam

arsitektur yang akan dirancang dipilih nilai parameter JSTPB sebagai berikut :

1) Epochs

Dalam penelitian ini digunakan batas epoch sebesar 3000.

2) Kecepatan Pembelajaran

Dalam penelitian ini, kecepatan pembelajaran yang akan dilakukan

sebesar 0,1.

3) Lapisan Tersembunyi

Keseluruhan rancangan arsitektur JSTPB yang diterapkan dalam

penelitian ini menggunakan satu lapisan tersembunyi.

4) Unit Tersembunyi

Unit tersembunyi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 225, 250, 275, 300, 325, 400, 425,

500.

5) Fungsi Aktivasi

Fungsi sigmoid bipolar dipilih karena dapat memetakan sinyal

masukan negative dengan tepat dan memiliki kecepatan yang lebih baik

daripada fungsi sigmoid biner.

6) Inisialisasi Bobot

Inisialisasi awal nilai bobot menggunakan metode Nguyen –

Widrow yang memberikan nilai bobot yang lebih baik daripada dengan

(67)

3.2 Perancangan Sistem

Sub bab ini berisi perancangan sistem yang menjelaskan urutan proses dalam

program. Terdapat proses Ekstraksi Fitur, proses pembentukan model dengan Back

Propagation dan five fold, analisa hasil dengan confusion matrik. Gambar 3.1

menunjukkan blok diagram sistem.

data

Training

Ekstraksi Fitur

Back Propagation

Model (net)

data

Ekstraksi Fitur

Back Propagation

Hasil Testing

Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem

3.2.1 Perancangan Ekstraksi Fitur

Sebelum perancangan Ekstraksi fitur dengan menggunakan metode

MUGRAT, terdapat fase sebelum ekstraksi fitur yang meliputi perancangan

Gambar

Gambar 2.11 Global dan Local Minima
Gambar 3.2 menunjukkan blok diagram proses modul utama.
Gambar 3.37 Perancangan Layar Ekstraksi Banyak
Gambar Spectogram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang sudah dilakukan bertujuan untuk membuat suatu sistem berbasis web yang dapat digunakan dalam pengolahan data pelayanan pendataan tumbuh kembang

Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa dari program latihan multi- ball terdapat pengaruh yang signifikan terha- dap ketepatan pukulan forehand

Sistem Administrasi Badan Hukum yang selanjutnya disingkat SABH adalah pelayanan jasa hukum pengesahan badan Perseroan, Yayasan dan Perkumpulan dengan

3. Ajid dibelikan sepeda dan Ajid nakal atau Ajid tidak nakal dan Ajid tidak dibelikan sepeda. Nilai kebenaran darin suatu implikasi tidak tergantung pada hubungan

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa untuk meningkatkan konsentrasi, maka seseorang perlu mengembangkan sikap dan perilaku jujur terhadap penutur apabila ia mempunyai

Eksperimen ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari peningkatan clockspeed yang didapat setelah dilakuakan Overclock terhadapap kinerja sistem, Pada sistem komputer yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Asset TurnOver secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio

Pada tahun ini, semasa saya mengetuai Bulan Bahasa sebagai pengerusi buat pertama kali, saya teruja dan terasa bersemangat kerana bakat, idea dan usaha yang saya lihat