• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PENDEK DEKOK

BIJI Persea americana Mill. TERHADAP AKTIVITAS ALT-AST PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh: Angelia Rosari NIM : 108114115

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kekuatan Di Hidupku

Ku Dapat Dalam Yesus

Dia Tak Pernah Tinggalkanku

Setia Menopangku

Berseru, Berharap Dalam Yesus

(edward chen)

Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh,

demikianlah pula dalam hidup manusia bukan? Karena ada

angan-angan mudah mati, kadang-kadang timbullah angan-angan-angan-angan lain,

yang lebih sempurna, yang boleh menjadikan buah.

(R. A. Kartini)

Kupersembahkan tulisan kecil ini untuk Yesus Kristus Dan Bunda Maria sumber kuat dan harapanku, yang mencintai, memberkati dan menyertai segala jalanku Mamaku, Papaku, dan adikku yang tak pernah berhenti menyayangi

(5)
(6)
(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa atas berkat, kasih, anugerah, dan kuasaNya, sehingga skripsi yang berjudul EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PENDEK DEKOK BIJI Persea americana Mill. TERHADAP

AKTIVITAS ALT-AST PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON

TETRAKLORIDA dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S. Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi tersebut. 3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini

yang telah memberikan saran kepada penulis.

(8)

viii

5. Ibu Rini Dwiastuti., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan dan keberlangsungan skripsi tersebut.

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam determinasi biji Persea americana.

7. Bapak Heru, Bapak Parjiman, Bapak Kayat, Bapak Kunto, dan Bapak Suparlan selaku laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan dukungannya kepada penulis selama proses pngerjaan skripsi tersebut.

8. Keluargaku Mama Li Sian Lay, Papa Mikael NES, adikku Maria Charin da Christa, Kokoku Harry Siestanto, Mbah, Om Agus, dan Ce Fretty atas segala cinta, doa, nasihat, dukungan, dan batuan yang selalu mengiringiku.

9. Rekan-rekan Tim Persea americana: Ni Luh Putu Dian P.P., Lydia Setiawan, Gidion Krisnadi Yoseph, Inneke Devi P. S., Irene, Rotua, Komang Ayu N., Ike Kumalasari, Priscilla D.V.V., Liana Risha G., Robert Dwijantara Putra, Maria Malida V. S., Yudhytha Anggarhani Q., dan Adrienne Roma A. atas segala kerja sama, dukungan, dan bantuannya.

10.Sahabat dan partner segala tugas praktikum serta diskusi Agriva Devaly A., Yudhytha Anggarhani Q., Evan Gunawan, dan Stefanus Indra.

11.Para sahabat tercinta Hendy Larsen, Denny Krisandi, Priscilla Novelia Sari, Gabriella Indria, Arellia Oktaviori, Eva Christiana, dan Wuri Kinanti atas doa, motivasi, dan sarannya.

(9)

ix

13.Keluarga besar Wisma Ananda: Mbak Sum, Ocha, Eva, Helen, Maria, Indah, Kak Liza atas semua dukungan dan doa yang mengiringiku.

14.Om Budi (Alm.), Tante Hastuti, Mas Bowo, Mbak Asri, dan Mbak Risty terima kasih buat semua dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis. 15.Teman-teman FKK B 2010 dan teman-teman Fakultas Farmasi USD 2010

atas kebersaamaan dan dukungannya.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang telah ikut membantu selama proses penyusunan skripsi tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga berharap semoga skripsi tersebut dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada bidang farmasi, maupun masyarakat.

Yogyakarta, Oktober 2013

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

1. Rumusan masalah ... 2

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 3

B. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan umum ... 4

(11)

xi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Anatomi dan Fisiologi Hati ... 5

B. Fungsi Hati ... 7

C. Jenis Kerusakan Hati ... 8

1. Perlemakan (Steatosis) ... 8

2. Nekrosis hati ... 9

3. Kolestasis ... 9

4. Sirosis ... 10

D. Hepatotoksin ... 10

1. Hepatotoksin teramalkan (Tipe A) ... 10

2. Hepatotoksin tak teramalkan (Tipe B) ... 10

E. ALT dan AST ... 11

F. Karbon Tetraklrorida ... 11

G. Persea americana Mill. ... 12

1. Taksonomi ... 12

2. Nama lain ... 13

3. Morfologi ... 13

4. Kandungan kimia ... 14

5. Khasiat dan kegunaan ... 14

H. Landasan Teori ... 15

I. Hipotesis ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN ... 17

(12)

xii

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 17

1. Variabel utama ... 17

2. Variabel pengacau ... 17

3. Definisi operasional ... 18

C. Bahan Penelitian ... 19

1. Bahan utama ... 19

2. Bahan kimia ... 19

D. Alat Penelitian ... 21

E. Tata Cara Penelitian ... 21

1. Determinasi serbuk biji P. americana ... 21

2. Pengumpulan bahan uji ... 21

3. Pembuatan serbuk biji P. americana ... 21

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering biji P. americana ... 22

5. Pembuatan dekok serbuk biji P. americana ... 22

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% ... 22

7. Uji pendahuluan ... 23

8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ... 24

9. Pembuatan serum ... 24

10.Pengukuran aktivitas ALT dan AST ... 24

F. Tata Cara Analisis Hasil ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Penyiapan Bahan ... 27

(13)

xiii

2. Penetapan kadar air serbuk kering biji P. americana ... 27

B. Uji Pendahuluan ... 28

1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ... 28

2. Penentuan waktu pencuplikan darah ... 29

C. Hasil Uji Waktu Protektif Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka pendek pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ... 32

1. Kontrol negatif (olive oil 2 ml/kgBB) ... 36

2. Kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 ml/kgBB) ... 39

3. Kontrol perlakuan (dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB ... 40

4. Kelompok praperlakuan dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB ... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 52

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Rata-Rata Aktivitas ALT-AST Tikus Setelah Induksi

Karbon Tetraklorida dengan Dosis 2 ml/kgBB Saat

Pencuplikan Darah pada Jam ke-0, 24, dan 48 (n=3) ... 29 Tabel II. Hasil Uji Scheffe Aktivitas ALT Tikus Terinduksi Karbon

Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada Pencuplikan Darah

Jam ke-0, 24, dan 48 ... 30 Tabel III. Hasil Uji Scheffe Aktivitas AST Tikus Terinduksi Karbon

Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada Pencuplikan Darah

Jam ke-0, 24, dan 48 ... 31 Tabel IV. Pengaruh Waktu Protektif Pemberian Dekok Biji P.

americana Secara Jangka pendek Terhadap

Hepatotoksisitas Karbon Tetraklorida pada Aktivitas

Serum ALT dan AST ... 33 Tabel V. Hasil Analisis Statistik Uji Post Hoc Mann Whitney dari

Kebermaknaan ALT Antar Kelompok ... 34 Tabel VI. Hasil Analisis Statistik Uji Post Hoc Scheffe dari

Kebermaknaan AST Antar Kelompok ... 36 Tabel VII. Perbandingan Kontrol Olive Oil Jam ke-0 dan 24 pada

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang Mikroskopik Hati ... 7 Gambar 2. Struktur Mikroskopik Hepar yang Mengalami Steatosis ... 9 Gambar 3. Struktur Molekul Karbon Tetraklorida ... 11 Gambar 4. Mekanisme Oksidasi dan Biotransformasi Karbon

Tetraklorida ... 12 Gambar 5. Diagram Batang Orientasi Aktivitas ALT Tikus Setelah

Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada

Jam ke-0, 24, dan 48 ... 29 Gambar 6. Diagram Batang Orientasi Aktivitas AST Tikus Setelah

Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada

Jam ke-0, 24, dan 48 ... 31 Gambar 7. Diagram Batang Rata-Rata Pengaruh Waktu Protektif

Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka pendek terhadap Hepatotoksisitas Karbon Tetraklorida

pada Aktivitas Serum ALT ... 35 Gambar 8. Diagram Batang Rata-Rata Pengaruh Waktu Protektif

Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka pendek terhadap Hepatotoksisitas Karbon Tetraklorida

pada Aktivitas Serum AST ... 35 Gambar 9. Diagram Batang Rata-Rata Perbandingan ALT Kontrol

(16)

xvi

Gambar 10. Diagram Batang Rata-Rata Perbandingan AST Kontrol

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Foto Serbuk Biji P. americana ... 53

Lampiran 2. Foto Dekok Biji P. americana ... 53

Lampiran 3. Surat Determinasi Biji P. americana ... 54

Lampiran 4. Data Organoleptis dan Mikroskopis Hasil Determinasi Serbuk Biji P. americana ... 55

Lampiran 5. Surat Ethical Clearance ... 61

Lampiran 6. Analisis Statistik Data ALT dan AST Uji Pendahuluan Waktu Pencuplikan Darah Hewan Uji Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB ... 62

Lampiran 7. Analisis Statistik Data ALT dan AST Kelompok Kontrol Olive Oil Dosis 2 ml/kgBB ... 69

Lampiran 8. Analisis Statistik Data ALT dan AST Kelompok Perlakuan Dekok Biji P. americana Dosis 360,71 mg/kgBB Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB ... 75

Lampiran 9. Perhitungan Persen Hepatoprotektif ALT ... 89

Lampiran 10. Penetapan Kadar Air Serbuk ... 90

Lampiran 11. Perhitungan Konversi Dosis dan Waktu Untuk Manusia ... 92

(18)

xviii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek hepatoprotektif dekok biji Persea americana jangka pendek terhadap penurunan kadar ALT dan AST serum pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida dan mengetahui waktu pemberian efektif dekok.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan dengan membagi acak 30 ekor tikus ke dalam 6 kelompok sama banyak. Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tertraklorida yang dilarutkan dalam olive oil

(1:1) dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kelompok kontrol dekok) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kg BB, kemudian setelah 6 jam diberikan diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kg BB, kemudian secara berturut-turut pada jam ke 1, 4 dan 6 setelah pemberian dekok dilakukan pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB. Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST, dan data dihitung dengan menggunakan ANOVA satu arah.

Dari peneltian diperoleh bahwa pemberian dekok biji P. americana

360,71 mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT-AST serum pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan waktu 1, 4, dan 6 jam; dengan waktu efektif pada jam ke-1 setelah pemberian dekok biji P. americana.

(19)

xix

ABSTRACT

The aim of study research are to prove the hepatoprotective effect of short term Persea americana seed decoction to decrease serum levels of ALT and AST in rats induced carbon tetrachloride and to know the most effective time in giving decoction.

This research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total of 30 male Wistar rats were divided randomly into 6 groups in the same amount. Group I (hepatotoxins controlled-group) was given carbon tetrachloride dissolved in olive oil (1:1) at a dose of 2 ml/kgBW in intraperitonial. Group II (negative-controlled-group) was given a dose of 2 ml/kgBW olive oil in intraperitonial. Group III (decoction controlled-group) was given oral decoction of P. americana seeds at a dose of 360.71 mg/kgBW, then after 6 hours, their blood was drawn. Group IV, V, and VI (treatment group) were given decoction of P. americana seeds at a dose of 360.71 mg/kgBW, then successively on the 1, 4, and 6 hour after administration of decoctoin dose, 2 ml/kgBW of carbon tetrachloride was adminstered intraperitonially. At the 24th hour after administration of carbon tetrachloride, blood samples from all group were taken through the eyes orbital sinus for measuring the ALT and AST activities. The data were analyzed by one way ANOVA.

The result of this study showed that short-term seeds of P. americana

decoction at a dose of 360.71 mg/kgBW had effect to reduce ALT-AST activitities in male rats induced carbon tetrachloride 2 ml/kgBW with a time of 1, 4, and 6 hours; with effective time 1 hour after administration decoction of P. americana seeds.

(20)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Penelitian

Hepar merupakan organ sekaligus kelenjar terbesar di dalam tubuh yang memproduksi empedu dan juga mengeluarkan hasil produksi dari makanan yang sudah dicerna. Fungsi utama dari organ yang sekaligus kelenjar ini adalah metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009). Adanya kerusakan pada hepar disebabkan karena adanya pemejanan terhadap senyawa kimia dan mikroorganisme (Donatus, 1992).

Menurut Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari (2009), prevalensi perlemakan hati di Indonesia sebesar 30,6%. Menurut WHO (2013), 500 juta penduduk dunia terkena infeksi virus hepatitis B atau C, yang setiap tahunnya membunuh 1,5 juta manusia. Dari angka tersebut dapat terlihat bahwa prevalensi penyakit hati di masyarakat tinggi.

(21)

penelitian ini menggunakan pelarut air dengan harapan dapat memperoleh antioksidan lebih banyak. Adapun bentuk sediaan yang diuji adalah dekok karena betuk sediaan tersebut banyak digunakan dalam masyarakat sebagai salah satu cara untuk memperoleh khasiat dari suatu tanaman.

Radikal bebas dalam penelitian ini terbentuk sebagai hasil pengubahan karbon tetraklorida menjadi radikal triklormetil (CCl3•) dan kemudian diubah

menjadi radikal trikorometilperoksi (CCl3O2•) yang bersifat lebih reaktif

(Hodgson, 2010). Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian terkait aktivitas

P. americana untuk mengetahui kemampuannya sebagai hepatoprotektif jangka pendek pada tikus jantan yang sudah diinduksi karbon tetraklorida untuk diketahui pengaruh pemberian dan waktu pemberian efektif dekok tersebut yang mampu memberikan efek hepatoprotektif yang optimal. Penelitian serupa mengunakan waktu jangka panjang juga dilakukan bersamaan dengan penelitian tersebut.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apakah pemberian dekok biji Persea americana jangka pendek memberi pengaruh hepatoprotektif dengan menurunkan kadar AST-ALT serum pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi karbon tetraklorida?

(22)

2. Keaslian penelitian

Penelitian menggunakan ekstrak biji Persea americana Mill. pernah dilakukan oleh Arukwe, et al. (2012) yang menyatakan bahwa ekstrak biji Persea americana memiliki kandungan saponin, tanin, flavonoid, sianogenik glikosida, alkaloid, fenol, dan steroid. Ekstrak air biji Persea americana dinyatakan oleh Alhassan, Sule, Atiku, Wudil, dan Abubakar (2012) memiliki efek hipoglikemi pada tikus terinduksi aloksan. Selanjutnya, penelitian terkait dengan P. americana

telah dilakukan oleh Idris, Ndukwe, dan Gimba (2009) yang melaporkan bahwa biji P. americana memiliki aktivitas antimikroba. Selain itu, Malangngi, dkk. (2012) melaporkan ekstrak etanol biji P. americana memiliki kandungan antioksidan. Malangngi, dkk. (2012) juga melaporkan kandungan tanin dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol biji Persea americana dalam menangkap radikal bebas DPPH. Nwaoguikpe dan Braide (2011) juga melaporkan bahwa ekstrak air biji P. americana juga mampu mengontrol hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian terkait dengan efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji P. americana Mill. terhadap penurunan kadar ALT dan AST serum pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

(23)

mengenai pengaruh pemberian dekok biji Persea americana yang memiliki efek hepatoprotektif jangka pendek.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi kepada masyarakat terkait waktu efektif dalam pemberian dekok biji Persea americana yang memiliki efek hepatoprotektif.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian dekok biji P. americana

terhadap hepar tikus jantan galur Wistar.

2. Tujuan khusus

a.Mengetahui pengaruh pemberian dekok biji P. americana jangka pendek terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi karbon tetraklorida.

(24)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hepar merupakan organ sekaligus kelenjar terbesar di dalam tubuh yang memproduksi empedu dan juga mengeluarkan hasil produksi dari makanan yang sudah dicerna. Fungsi utama dari organ yang sekaligus kelenjar ini adalah metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009). Hepar memiliki berat sekitar 1400 g pada orang dewasa dan dibungkus oleh suatu fibrosa. Hepar menerima hampir sekitar 1500 ml darah per menit melalui vena porta dan arteri hepatica (McPhee dan Ganong, 2011).

Hepar secara keseluruhan tertutup oleh dinding thorax. Hepar memiliki dua facies, yaitu (1) facies diaphragmatica yang terletak di sisi atas dengan bentuk sesuai dengan lengkung diafragma dan memiliki tekstur permukaan yang halus, serta terbagi menjadi bagian anterior dan posterior; (2) facies visceralis

yang memiliki permukaan yang ireguler karena berbatasan dengan gaster, duodenum, esofagus, flexura coli dextra, ren dextra, dan vesica fellea. Facies ini menghadap ke bawah dan ke belakang dengan garis horizontal yang membentang yang dinamakan porta hepatis (Wibowo dan Paryana, 2009).

(25)

antara deretan sel hati ke vena sentral. Di bagian dalam sinusoid ini terdapat sel yang berfungsi untuk menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang melewatinya dalam darah. Sel ini disebut sel Kupffer (Sherwood, 2007), dan tidak jarang disebut sebagai sel fagositik (Price dan Wilson, 2005). Lapisan endotel sinusoid vena memiliki pori-pori yang sangat besar, berdiameter hampir 1 mikrometer. Di bawah lapisan ini terdapat ruang Disse atau disebut juga ruang

perisinusoidal. Jutaan disse menghubungkan pembuluh limfe di dalam pembuluh septum interlobularis. Kelebihan cairan dalam ruang ini akan dikeluarkan melalui aliran limfatik (Guyton dan Hall, 2006).

Hepar menerima darah dari dua sumber: (a) Darah arteri, yang menyediakan O2 bagi hati dan mengandung metabolit darah untuk diproses oleh

hati, disalurkan oleh arteri hepatika;dan (b) Darah vena yang berasal dari saluran cerna, dibawa oleh vena porta hepatika untuk pemrosesan dan penyiapan nutrien yang baru diserap (Sherwood, 2007). Kedua pembuluh darah ini bercabang mengikuti ductus biliaris sampai akhirnya bermuara ke dalam sinusoid. Dari sini, darah akan dialirkan menuju vena hepatica dan bermuara pada vena cava inferior

(26)

Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)

B. Fungsi Hati

Pada awal kehidupan, fungsi hati pada neonatus masih kurang efektif (Guyton dan Hall, 2006). Namun peran hati sesungguhnya dalam sistem pencernaan adalah sekresi garam empedu. Hati juga memiliki fungsi lain, yaitu: 1. Memetabolisme nutrien utama: karbohidrat, protein, lemak

2. Mendetoksifikasi zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh, hormon, serta senyawa asing lain yang masuk ke dalam tubuh

3. Membentuk protein plasma

4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan vitamin 5. Bersama ginjal, mengaktifkan vitamin D (Sherwood, 2007).

(27)

hepar mendapat suplai darah dari vena portae hepatis yang kaya akan makanan dan tidak mengandung oksigen, namun terkadang bersifat toksik; serta dari arteri hepatika yang mengandung oksigen. Karena sistem peredaran darah yang tidak biasa ini, sel-sel hepar mendapatkan suplai darah yang relatif kurang oksigen yang mengakibatkan hepar memiliki potensi besar untuk mengalami kerusakan dan juga penyakit (Wibowo dan Paryana, 2009).

Setelah hati mengalami kehilangan jaringannya, hati akan melakukan regenerasi atau mengembalikan dirinya sendiri. Proses regenerasi ini berlangsung selama 5 hingga 7 hari pada tikus dimana pada saat ini hepatosit diperkirakan mengalami replikasi sebanyak satu atau dua kali, dan setelah mencapai ukuran yang sebenarnya, hepatosit akan kembali lagi pada keadaan semula (Guyton dan Hall, 2007).

C. Jenis Kerusakan Hati

Macam-macam jenis kerusakan hati yang dapat terjadi sebagai akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain:

1. Perlemakan (Steatosis)

(28)

protein dari lipoprotein dan penekanan konjugasi trigliserid dengan lipoprotein (Lu, 1995).

Gambar 2. Struktur mikroskopik hepar yang mengalami steatosis

(Mercer University School of Medicine, 2012) 2. Nekrosis hati

Nekrosis hati merupakan kematian dari hepatosit yang termasuk dalam kerusakan akut. Kematian sel ini ditandai dengan edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma, dan disagregasi polisom (Lu, 1995). Di daerah terjadinya nekrosis terjadi peningkatan eosinofil di sitoplasma dan juga neutrofil di daerah terjadinya kerusakan tersebut (Hodgson, 2010).

3. Kolestasis

(29)

mengakibatkan akumulasi retensi garam empedu, akumulasi bilirubin, dan peristiwa yang mengarah jaundice (Hodgson, 2010).

4. Sirosis

Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya kolagen di seluruh hati yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Dalam banyak kasus, hal ini terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang mengakibatkan terjadinya akumulasi di matriks ekstra seluler yang menghambat aliran darah, metabolisme normal hepar, dan proses detoksifikasi (Hodgson, 2010). Pada manusia, penyebab utama terjadinya sirosis hati adalah konsumsi kronis dari minuman beralkohol (Lu, 1995).

D. Hepatotoksin

Hepatotoksin diklasifikasi menjadi dua, yaitu:

1. Hepatotoksin teramalkan (Tipe A)

Hepatotoksin ini merupakan senyawa yang dapat merusak hepar jika diberikan dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Jadi jenis hepatotoksin ini bergantung dari jumlah dosis pemberian senyawa. Parasetamol dan karbon tetraklorida merupakan contoh hepatotoksin teramalkan (Forrest, 2006).

2. Hepatotoksin tak teramalkan (Tipe B)

(30)

pada dosis pemberian. Contoh senyawa yang termasuk jenis ini adalah isoniazid dan clorpromazine (Forrest, 2006).

E. ALT dan AST

ALT (alanin aminotransferase) dan AST (aspartat aminotransferase) serum sering digunakan dalam uji fungsi hati yang terletak normal di dalam hepatosit. Maka jika kedua enzim tersebut ditemukan di dalam serum, hal ini mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati (McPhee dan Ganong, 2007). Kadar aminotransferase dalam level yang tinggi menunjukkan adanya infeksi virus, ischemic, atau keracunan pada hepar (Dipiro, 2008).

ALT merupakan enzim yang konsentrasi terbesarnya terdapat pada hepar yang merupakan petunjuk spesifik adanya nekrosis hepar dibandingkan AST yang terdapat pada hampir semua jaringan, hepar, dan otot rangka (Zimmerman, 1999).

F. Karbon Tertaklorida

Gambar 3. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995)

(31)

lemak (Wahyuni, 2005). Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan senyawa kimia

yang bersifat lebih ekstensif dalam merusak hepar jika dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya. CCl4 dikonversi menjadi radikal triklormetil(CCl3•) dan

kemudian diubah menjadi radikal trikorometilperoksi (CC3O2•) yang bersifat lebih

reaktif (Gambar. 4). Nekrosis yang terjadi karena CCl4 paling parah terjadi pada centrilobular sel hati yang banyak mengandung isozim CYP dalam konsentrasi tinggi yang bertanggung jawab mengaktifkan CCl4 (Hodgson, 2010), dan

pemejanan senyawa ini dalam jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya sirosis dan tumor hati, juga kerusakan ginjal (Timbrell, 2009).

Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2008)

G. Persea americana Mill. 1. Taksonomi

(32)

Sub kerajaan : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua atau dikotil) Sub kelas : Magnoliidae

Bangsa : Laurales Keluarga : Lauraceae

Marga : Persea

Varietas : Persea americana Mill. (Proseanet, 2012)

2. Nama lain

Avocado (Amerika), Butter fruit, Avocado-pear, Alligator pear (Inggris), Alligatorbine, Avocadobirne (Jerman), Avokad, Adpukat (Indonesia), Awokado (Thailand), Apukado, Avokado (Malaysia) (World Agroforestry Centre, 2002).

3. Morfologi

(33)

ramping dengan kepala putik tunggal (simple papillate stigma). Buah berdaging dan berair, besar dan bulat, berbiji tunggal, permukaan buah halus, dengan panjang 7-20 cm (Proseanet, 2012).

4. Kandungan kimia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arukwe, et al. (2012), biji Persea americana memiliki kandungan saponin, tanin, flavonoid, sianogenik glikosida, alkaloid, fenol, dan steroid. Di antara senyawa kimia ini, kandungan saponin memiliki prosentase terbesar dari berbagai kandungan kimia yang terdapat pada biji Persea americana.

5. Khasiat dan kegunaan

(34)

H. Landasan Teori

Hepar merupakan organ yang berperan sebagai organ metabolisme. Hepar memperoleh darah dari vena portae hepatis (70%) dan arteria hepatica (30%). Kedua pembuluh darah ini bercabang mengikuti ductus biliaris sampai akhirnya bermuara ke dalam sinusoid. Dari sini, darah akan dialirkan menuju vena hepatica

dan bermuara pada vena cava inferior. Sel-sel yang membawa darah menuju hepar ini sering bersifat toksik dan tidak membawa oksigen yang memperbesar kemungkinan terjadinya kerusakan hepar (Wibowo dan Paryana, 2009). Aktivitas ALT dan AST dapat digunakan sebagai uji fungsi hati untuk mengetahui adanya kerusakan hepar jika kadar kedua serum tersebut tinggi dalam darah (Dipiro, 2008).

Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan senyawa kimia yang dapat merusak

hepar. CCl4 di dalam hepar akan dikonversi menjadi radikal triklormetil(CCl3•)

dan kemudian diubah menjadi radikal trikorometilperoksi (CC3O2•) yang bersifat

lebih reaktif. Nekrosis yang terjadi karena CCl4 paling parah terjadi pada centrilobular sel hati (Hodgson, 2010).

(35)

biji P. americana, aktivitas ALT dan AST serum pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dapat diturunkan, berikut dengan waktu pemberian efektifnya.

I. Hipotesis

(36)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Variasi waktu pemberian dekok biji P. americana jangka pendek dengan dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

b. Variabel tergantung

Penurunan kadar ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian P. americana jangka pendek.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

(37)

hepatotoksin secara intraperitonial; cara pemberian dekok biji P. americana secara per oral; frekuensi waktu pemberian dekok biji P. americana (selama 1, 4, dan 6 jam); dan biji P. americana yang diperoleh dari Sumatera Barat.

b. Variabel pengacau tak terkendali

Dalam penelitian tersebut, variabel pengacau tak terkendali adalah kondisi patologis hewan uji.

3. Definisi operasional

a. Dekok P. americana

Dekok P. americana adalah sediaan yang diperoleh dengan menginfundasi 8,0 g serbuk kering biji P. americana dalam air sebanyak 16,0 ml; kemudian dipanaskan dalam 100,0 ml air pada suhu 900C selama 30 menit sehingga diperoleh ekstrak dekok biji P. americana.

b. Efek hepatoprotektif

Efek hepatoprotekif adalah kemampuan dekok P. americana

terhadap penurunan kadar ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian P. americana secara jangka pendek.

c. Jangka pendek

(38)

C. Bahan Penelitian

1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan adalah serbuk biji P. americana yang diperoleh dari Sumatera Barat pada Bulan Januari 2013.

2. Bahan kimia

a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Kontrol negatif yang digunakan adalah olive oil (Bertolli®).

c. Pelarut untuk dekok digunakan aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

d. Pelarut hepatotoksin digunakanolive oil (Bertolli®).

e. Blanko pengukuran kadar ALT dan AST menggunakan aquabidestilata yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis dan Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(39)

g. Reagen serum ALT

Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT Diasys yang digunakan adalah sebagai berikut.

Komposisi pH Konsentrasi

R1: TRIS 7,15 140 mmol/L

L-alanine 700 mmol/L

LDH (lactate

dehydrogease)

≥ 2300 mmol/L

R2: 2-oxogultarate 85 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Komposisi dan konsentrasi dari reagen AST Dyasis yang digunakan adalah sebagai berikut.

Komposisi pH Konsentrasi

R1: TRIS 7,65 110 mmol/L

L-aspartate 320 mmol/L

MDH (malate

R2: 2-oxoglutarate 65 mmol/L

(40)

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain oven, mesin penyerbuk, ayakan, panci enamel, termometer, stopwatch, beaker glass, gelas ukur, penangas air, kain flannel, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik Mettler Toledo®, sentrifuge Centurion Scientific®, vortex Genie Wilten®, spuit injeksi per oral dan syringe 3 cc Terumo®, spuit i.p. dan syringe 1 cc Terumo®, pipa kapiler, tabung Eppendorf, Microlab 200 Merck®, moisture balance, dan stopwatch.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi serbuk biji P. americana

Determinasi dilakukan dengan mencocokkan serbuk biji P. americana

yang diperoleh dari Sumatera Barat dengan serbuk yang diketahui secara pasti merupakan serbuk biji P. americana yang dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah biji P. americana yang masih segar dan tidak busuk.

3. Pembuatan serbuk biji P. americana

(41)

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering biji P. americana

Serbuk kering biji P. americana yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance sebanyak ± 5 g kemudian diratakan. Bobot serbuk kering biji tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan (bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 1050C. Serbuk kering biji P. americana yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B). Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk biji P. americana.

5. Pembuatan dekok serbuk biji P. americana

Serbuk kering biji P. americana ditimbang 8,0 g dan dimasukkan ke dalam 16,0 ml pelarut aquadest dan kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100,0 ml, kemudian dipanaskan pada suhu 900C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut selama 30 menit. Waktu 30 menit dihitung ketika suhu campuran mencapai 900C. Setelah 30 menit, campuran tersebut diambil dan diperas menggunakan kain flanel kemudian tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok biji P. americana yang dikehendaki.

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50%

(42)

7. Uji Pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Merie (2002), dosis karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan hepar pada tikus jantan galur Wistar adalah 2 ml/kg BB. Dosis ini mampu merusak sel-sel hepar pada tikus jantan yang ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT-AST tetapi tidak menimbulkan kematian pada hewan uji.

b. Penetapan waktu pencuplikan darah

Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke–0, 24, dan 48 setelah pemejanan karbon tertraklorida. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata.

(43)

8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok sama banyak. Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tertraklorida yang dilarutkan dalam olive oil

(1:1) dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kelompok kontrol dekok) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB, kemudian setelah 6 jam diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB, kemudian secara berturut-turut pada jam ke 1, 4 dan 6 setelah pemberian dekok dilakukan pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB. Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST.

9. Pembuatan serum

Darah diambil melalui sinus orbitalis mata hewan uji dan ditampung dalam tabung eppendrof dan didiamkan selama 15 menit, lalu disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm, lalu dipisahkan bagian supernatannya.

10. Pengukuran aktivitas ALT dan AST

(44)

Kisaran nilai ALT dan AST kontrol serum Roche/Hitachi Cobas C series adalah 26,2-41,8 U/L dan 35,4-56,6 U/L untuk AST.

Pengukuran ALT dilakukan dengan mencampur 100 μl serum dengan

1000 μl reagen I, kemudian divortex selama 5 detik, didiamkan selama 2 menit,

setelah itu dicampur dengan 250 μl reagen II, kemudian divortex selama 5 detik

dan dibaca serapan setelah 1 menit.

Pengukuran aktivitas AST dilakukan dengan mencampur 100 μl serum

dengan 1000 μl reagen I, kemudian divortex selama 5 detik, didiamkan selama 2

menit, setelah itu dicampur dengan 250 μl reagen II, kemudian divortex selama 5

detik dan dibaca serapan setelah 1 menit.

Aktivitas ALT dan AST dinyatakan dalam U/L yang diukur pada panjang gelombang 340 nm, suhu 370C, dengan faktor koreksi -1745. Pengukuran aktivitas ALT dan AST ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data aktivitas ALT-AST diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way

(45)

tidak normal, maka dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas ALT dan AST antar kelompok. Setelah itu dilanjutkkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan tiap kelompok.

Perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin karbon tetraklorida diperoleh dengan rumus:

purata ALT CCl4−purata ALT 𝑜𝑙𝑖𝑣𝑒𝑜𝑖𝑙 −(purata ALT perlakuan−purata ALT𝑜𝑙𝑖𝑣𝑒𝑜𝑖𝑙)

(46)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyiapan Bahan

1. Hasil determiasi serbuk biji P. americana

Biji P. americana merupakan biji uji yang digunakan di dalam penelitian tersebut. Untuk memastikan bahwa serbuk yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah benar serbuk biji tanaman P. americana, maka peneliti melakukan determinasi tanaman. Determinasi tanaman dilakukan oleh Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Determinasi tersebut dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis serbuk uji pembandingnya (Lampiran 4). Dari determinasi ini diperoleh bukti bahwa serbuk yang peneliti gunakan dalam penelitian tersebut adalah benar biji P. americana.

2. Penetapan kadar air serbuk kering biji P. americana

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam serbuk, sehingga dapat diketahui apakah serbuk biji P. americana memenuhi salah satu persyaratan serbuk yang baik atau tidak, yaitu memiliki kandungan kadar air kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

(47)

Pemanasan pada suhu tersebut dimaksudkan supaya kandungan air menguap dalam batas waktu 15 menit, sehingga dapat memenuhi persyaratan serbuk yang baik. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar air serbuk biji P. americana

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 7,4%. Hal ini menyatakan bahwa kadar air serbuk biji P. americana telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

B. Uji Pendahuluan

1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Pada penelitian ini dilakukan penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida. Tujuan dari penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida tersebut adalah untuk menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat mengakibatkan kerusakan hepar berupa steatosis yang ditandai dengan adanya peningkatan pada kadar serum ALT dan AST pada hewan uji.

(48)

2. Penentuan waktu pencuplikan darah

Penentuan waktu pencuplikan darah ini dilakukan untuk mengetahui waktu dimana karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB mampu memberikan efek hepatotoksik yang maksimal yang ditandai dengan peningkatan aktivitas ALT dan AST tertinggi pada hewan uji pada waktu tertentu. Karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB diujikan pada tikus jantan, dan dilakukan pencuplikan darah pada sinus orbitalis hewan uji pada jam ke-0, 24, dan 48. Berdasarkan uji tersebut diperoleh data aktivitas ALT dan AST yang masing-masing tertera pada Tabel. I dan Gambar 5.

Tabel. I. Rata-rata aktivitas ALT-AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)

Waktu pencuplikan jam ke-

Purata aktivitas ALT ± SE (U/L)

Purata aktivitas AST ± SE (U/L)

0 68,0 ± 9,6 88,3 ± 3,7

24 203,3 ± 15,9 407,7 ± 26,8

48 54,7 ± 5,5 147,3 ± 7,5

(49)

Uji menggunakan Kolmogorov Smirnov pada aktivitas ALT jam ke-0, 24, dan 48 menunjukkan signifikansi masing-masing 0,996 (p>0,05); 0,850 (p>0,05); dan 0,944 (p>0,05). Kemudian dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dan diperoleh signifikansi 0,143 (p>0,05). Data tersebut menunjukkan bahwa variansi data homogen. Lalu dilakukan uji menggunakan Scheffe untuk melihat kebermaknaan antar kelompok yang ditunjukkan pada Tabel. II.

Tabel. II. Hasil uji Shceffe aktivitas ALT tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48

Waktu pencuplikan (jam ke-)

Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

0 - B TB

24 B - B

48 TB B -

Untuk data AST, hasil analisis menggunakan uji Kolmogorov Smirnov

(50)

Tabel. III. Hasil uji Sceffe aktivitas AST tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48

Waktu pencuplikan

Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

Jam ke-0 - B TB

Jam ke-24 B - B

Jam ke-48 TB B -

Gambar 6. Diagram batang orientasi aktivitas AST tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB saat pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48

(51)

(Zimmerman, 1999). Hal ini juga didukung oleh data AST yang menunjukkan peningkatan aktivitas AST tertinggi pada jam ke-24. Pada Gambar 5. dan Gambar 6. juga terlihat bahwa ada peningkatan aktivitas ALT dan AST pada jam ke 24, dimana nilai tersebut menunjukan perbedaan yang bermakna pada jam ke-24 dibandingkan pada jam ke-0 dan 48. Selain itu, pada jam ke-48, kedua aktivitas serum tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan seperti terlihat pada Gambar 5. dan Gambar 6. yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) terhadap aktivitas AST jam ke-0, dimana kerusakan hepar yang terjadi sudah kembali pada keadaan normal.

Berdasarkan keseluruhan data tersebut, terlihat bahwa efek hepatotoksik yang dimiliki karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB menunjukkan efek yang maksimal pada jam ke-24. Oleh karena itu, hasil orientasi ini digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji, yaitu pada jam ke-24 untuk dosis karbon tetraklorida 2 ml/kgBB.

C. Hasil Uji Waktu Protektif Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka Pendek Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida

(52)

jangka panjang terhadap penurunan aktivitas serum ALT dan AST yang dilakukan bersamaan dengan penelitian tersebut.

Dosis dekok biji P. americana yang digunakan dalam penelitian ini adalah 360,71 mg/kgBB. Pemilihan dosis ini didasarkan pada dosis yang digunakan oleh masyarakat. Hasil penelitian berupa penurunan aktivitas ALT dan AST (U/L) tersaji dalam bentuk purata ± SE dalam tabel dan diagram batang berikut.

Tabel. IV Pengaruh waktu protektif pemberian dekok biji P. americana secara jangka pendek terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida pada aktivitas serum

ALT dan AST

Keterangan: DPA = Dekok Persea americana

(53)

Tabel. V Hasil analisis statistik uji Post HocMann Whitney dari kebermaknaan

Keterangan: DPA = Dekok Persea americana

(54)

Gambar 7. Diagram batang rata-rata pengaruh waktu protektif pemberian dekok biji P. americana secara jangka pendek terhadap hepatotoksisitas

karbon tetraklorida pada aktivitas serum ALT

Gambar 8. Diagram batang rata-rata pengaruh waktu protektif pemberian dekok biji P. americana secara jangka pendek terhadap hepatotoksisitas

(55)

Tabel. VI Hasil analisis statistik uji Post HocScheffe dari kebermaknaan AST

Ket: B = berbeda bermakna (p < 0,05) TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)

1. Kontrol negatif (olive oil 2 ml/kgBB)

(56)

oil yang digunakan sama dengan dosis karbon tetraklorida, yaitu 2 ml/kg BB. Hal ini dilakukan agar diketahui apakah pada dosis yang sama dengan hepatotoksin yang diberikan pada hewan uji, olive oil memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST atau tidak, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk perlakuan hewan uji pada jam ke-1, 4, dan 6. Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh nilai aktivitas rata-rata ALT dan AST seperti terlihat pada Tabel. VII, dan diagram batang hasil pengukuran aktivitas ALT dan AST tersaji pada Gambar 9.

Tabel. VII Perbandingan kontrol olive oil jam ke-0 dan 24 pada aktivitas serum ALT dan AST hewan uji (n=5)

Perlakuan Purata ± SE

ALT Olive oil jam

ke-0

Olive oil jam ke-24

jam ke-0 41,6 ± 1,1 B

jam ke-24 47,6 ± 1,9 B

AST

jam ke-0 Olive oil jam ke-24

jam ke-0 50,2 ± 2,2 B

jam ke-24 60,2 ± 2,3 B

Ket: B = berbeda bermakna (p < 0,05) TB = tidak bermakna (p > 0,05)

Gambar 9. Diagram batang rata-rata perbandingan ALT kontrol olive oil

(57)

Gambar 10. Diagram batang rata-rata perbandingan AST kontrol olive oil

jam ke-0 dan 24

(58)

yang bermakna (p<0,05) antara aktivitas AST pada jam ke-0 dan 24 setelah pemberian olive oil, namun peningkatan nilai AST tersebut masih berada pada rentang nilai normal.

Dengan demikian, hasil pengukuran terhadap aktivitas ALT dan AST hewan uji setelah pemberian olive oil 2 ml/kgBB menunjukkan peningkatan. Akan tetapi, peningkatan tersebut masih di dalam batas normal aktivitas ALT dan AST, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil 2 ml/kgBB tidak menyebabkan hepatotoksik.

2. Kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 ml/kgBB)

(59)

Pada pengukuran AST, terjadi peningkatan aktivitas AST menjadi 476,8 U/L, dimana aktivitas AST ini meningkat sekitar 10 kali lipat dari rata-rata aktivitas AST pada kelompok kontrol olive oil, dimana kenaikan aktivitas AST ini telah sesuai dengan teori, yaitu empat kalinya (Zimmerman, 1999). Data yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol olive oil, seperti yang tertera pada Tabel. VI.

Berdasarkan uji tersebut, adanya peningkatan aktivitas ALT dan AST pada hewan uji menunjukkan bahwa karbon tetraklorida 2 ml/kgBB memiliki efek hepatotoksik pada hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Kontrol perlakuan (dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB)

(60)

karena adanya peningkatan AST di jaringan lain selain di hati, seperti jantung, otot rangka, dan ginjal.

Berdasarkan data-data tersebut, dapat diketahui bahwa pemberian dekok

P. americana 360,71 mg/kgBB tidak berdampak pada kerusakan hepar hewan uji.

4. Kelompok praperlakuan dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB

Kelompok perlakuan diberikan praperlakuan dekok biji P. americana

(61)

americana dosis 360,71 mg/kgBB jam ke-1 mampu memberikan efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang diinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB.

Pada kelompok praperlakuan dekok biji P. americana jam ke-4 diperoleh rata-rata aktivitas ALT sebesar 48,6 ± 2,4 U/L, dengan uji statistik terhadap kelompok hepatotoksin menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05), dan terhadap kelompok kontrol olive oil menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p<0,05) dimana aktivitas ALT pada kelompok praperlakuan jam ke-4 sudah kembali pada range normal ALT. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dekok biji P. americana 360,71 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif, dengan persen efek hepatoprotektif yang dihasilkan untuk aktivitas ALT sebesar 99,2%.

Pada pengukuran aktivitas AST praperlakuan jam ke-4 pada hewan uji diperoleh hasil 110,0 ± 5,0 U/L; dengan uji statistik ditemukan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok kontrol olive oil dimana aktivitas AST hewan uji telah mengalami penurunan, namun penurunan aktivitas AST tersebut belum kembali pada aktivits normal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dekok P. americana 360,71 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang diinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB.

(62)

rerata nilai aktivitas kelompok praperlakuan jam ke-6 lebih kecil dibanding kelompok kontrol olive oil. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa pemberian dekok biji P. americana 360,71 mg/kgBB pada kelompok praperlakuan jam ke-6 memiliki efek hepatoprotektif, dimana berdasarkan perhitungan diperoleh efek hepatoprotektif sebesar 100,2%.

Rerata aktivitas AST pada kelompok praperlakuan jam ke-6 adalah 124,6 ± 8,1 U/L. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok kontrol olive oil dimana aktivitas AST hewan uji telah mengalami penurunan, namun penurunan aktivitas AST tersebut belum kembali pada aktivitas normal. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa praperlakuan dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB jam ke-6 mampu memberikan efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang diinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB.

Berdasarkan perbandingan aktivitas ALT dan AST secara statistik yang dilakukan antar kelompok praperlakuan (Tabel. V dan Gambar 8.) dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) pada kelompok praperlakuan jam ke-1, 4, dan 6. Hasil perhitungan secara statistik ini menunjukkan bahwa dekok biji P. americana pada kelompok praperlakuan jam ke-1, 4, dan 6 memiliki efek yang sama sebagai hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB.

(63)

normal. Sedangkan pada aktivitas AST, kelompok praperlakuan jam ke-1, 4 dan 6 memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05), dimana aktivitas AST telah mengalami penurunan, namum belum kembali pada aktivitas normal yang kemungkinan disebabkan karena kondisi patologis hewan uji yang berbeda. Di samping itu, peningkatan aktivitas AST tidak hanya disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada hepar saja, sebab enzim AST juga terdapat jantung, ginjal, dan otak (Cahyono, 2006).

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, jangka waktu jam ke-1 disarankan sebagai waktu pemberian dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB yang paling baik dimana terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) terhadap kelompok kontrol olive oil, dengan aktivitas ALT dan AST pada kelompok praperlakuan diketahui memiliki purata yang lebih kecil dibandingkan kelompok praperlakuan jam ke-4 dan jam ke-6, dengan efek hepatoprotektif yang ditimbulkan paling besar dibandingkan pada kelompok praperlakuan jam ke-4 dan jam ke-6. Secara keseluruhan, dekok biji P. americana

dosis 360,71 mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT dan AST pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklrorida dosis 2 ml/kgBB, yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusan hati (steatosis) pada hewan uji.

Hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini akan membentuk radikal bebas triklorometil (•CCl3) dengan adanya aktivitas metabolisme CYP2EI,

yang selanjutnya akan diubah mejadi radikal triklorometilperoksi (CC3O2•) yang

(64)

hydroxynoneal yang dapat menghambat sintesis protein dan menghambat enzim glukosa-6-phosphatese. Penghambatan sintesis protein ini mengakibatkan penurunan produksi lipoprotein yang berperan dalam transport lipid keluar dari sel hati, sehingga akan mengakibatkan terjadinya steatosis (Timbrell, 2009). Adanya peroksidasi lipid juga dapat mengakibatkan keluarnya enzim ALT dan AST (Wahyuni, 2005) karena peroksidasi lipid menghasilkan produk yang menyebabkan kerusakan berupa gangguan integritas pada membran sel dan kerusakan mitokondria (Timbrell, 2009).

Penurunan aktivitas ALT dan AST yang terjadi diduga disebabkan karena adanya kandungan flavoniod yang terdapat dalam dekok biji P. americana. Kemungkinan flavonoid menangkap radikal triklorometil (•CCl3) dan diubah

menjadi senyawa yang tidak toksik sehingga tidak merusak retikulum endoplasma sel hepar. Di samping itu, kemungkinan senyawa tersebut dapat meningkatkan sintesis enzim GST pada hepar sehingga radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh ditangkap oleh senyawa tersebut yang ditandai dengan penurunan aktivitas ALT dan AST.

(65)
(66)

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan uji statistik yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Pemberian dekok biji P. americana secara jangka pendek dosis 360,71 mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT dan AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan waktu 1, 4, dan 6 jam dengan hasil purata aktivitas ALT secara berturut-turut adalah 36,6 ± 1,4, 48,6 ± 2,4, 47,2 ± 3,5 U/L dengan purata penurunan aktivitas AST secara berturut-turut adalah 115,8 ± 13,1, 110,0 ± 5,0, dan 124,6 ± 8,1 U/L. 2. Jam ke-1 praperlakuan dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB

merupakan waktu efektif dalam menurunkan aktivitas ALT dan AST tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kg BB.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai:

1. Pengaruh waktu protektif pemberian dekok biji P. americana jangka pendek menggunakan senyawa model parasetamol terhadap aktivitas ALT-AST tikus jantan.

(67)

48

(68)

49

DAFTAR PUSTAKA

Alhassan, A. J., Sule, M. S., Atiku, M. K., Wudil, A. M., dan Abubakar, H., 2012, Effect of Aqueous Avocado Pear (Persea americana) seed extract on alloxan induced diabetes rats, GJMS, Vol. 2 (1), 005-011.

Arukwe, U., Amadi, B.,Duru, M., Agomuo,E., Adindu, E.,Odika, P., Lele, K., Egejuru, L., dan Anundike, J., 2012, Chemical Composition of Persea americana Leaf, Fruit and Seed, IJRRAS 11 (2), 345.

Benitz, K. F., 1970, Measurement of Chronic Toxicity, Methods in Toxicology, Blackwell Scientific Publications, Oxford.

Cahyono J.B.S.B, 2009, Hepatitis A, Kanisius, Yogyakarta, pp.78.

Dipiro, 2008, Pharmacotherapy A Pathophisiologic Approach, Edisi Ketujuh, McGrraw Hill, USA, pp. 636.

Direktorat Jenderal Pangawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pp. 7.

Donatus, I. A., 1992, Fitofarmaka Penyakit Hati, Kumpulan Naskah Lengkap Simposium Nasional Hepatitis, Jakarta, pp. 23.

Forrest, E., 2006, Hepatic Disorders, Edisi Kedua, Pharmaceutical Press, London, pp. 193, 201,202.

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2006, Textbook of Medical Physicology, diterjemahkan oleh Irawati Setiawan, Edisi 9, Penerbit EGC, Jakarta, pp. 904, 1103. Hastuti, T., 2008, Aktivitas Enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologi

Tikus yang Diberikan Kelapa Kopyor Pasca Induksi Parasetamol,

Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Haryanto, S., 2009, Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia, Palmall, Yogyakarta, pp 25-26.

Hodgson, E., 2010, A Textbook of Modern Toxicology, Edisi Keempat, John Wiley & Sons Inc., New Jersey, pp. 281, 282.

Idris, S., Ndukwe, G. I., dan Gimba, C. E., 2009, Preliminary Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity of Seed Extracts of Persea

(69)

Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of the dose and route of injection, and characterization of the time course of carbon tetrachloride-induced hepatotoxicity in the rat, J. Pharm. Tox. Methods, 48, 41-44. Lu, F. C., 1995, Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko,

Edisi kedua, UI Press, Jakarta, pp. 208-212.

Malangngi, L., Meiske, S., dan Jessy, J., 2012, Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana

Mill), Jurnal MIPA UNSRAT , 1 (1) 5-10.

Martha, L. R., 2013, Pengaruh Waktu Protektif Pemberian Infusa Daun

Macaranga tanarius L. Secara Jangka pendek Terhadap Kadar ALT-AST Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, 38, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

McPhee dan Ganong, 2007, Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis, Edisi Kelima, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 419-462.

Mercer University School of Medicine, 2012, Hepatic Pathology, http://library.med.utah.edu/WebPath/webpath.html, diakses tanggal 20 Maret 2013.

Nugraha, A. W., dan Hendra, P., 2011, Pengaruh Pemberian Secara Jangka pendek Infusa Macaranga tanarius L. Terhadap Kadar ALT Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol, Workshop & Seminar Nasional, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Nwaoguikpe. R . N., dan Braide. W, 2011, The Effect of Aqueous Seed Extract of Persea americana (Avocado pear) on Serum Lipid and Cholesterol Levels in Rabbits, AJPPR, Vol. 1(2) pp. 023-029.

Owolabi, M.A., Jaja, S.I., dan Coker, H. A., 2005, Vasorelaxant Action of Aqueous Extract of The Leaves of Persea americana on Isolated Thoracic Rat Aorta, Fitoterapia, 76, 567–573.

Price, S. A., Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6 , Vol 1, Penerbit EGC, Jakarta, pp.473-476.

Proseanet, 2012, Persea americana

http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?keywords=persea+ame ricana&do_search=Search+Now&pcategory=0, diakses tanggal 16 Maret 2013.

(70)

Sherwood, 2007, Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi Keenam, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 669-671.

Sofia, N.A., Nurdjanah, S., dan Ratnasari, N., 2009, Kadar Leptin pada Populasi non Diabetes dengan dan tanpa Non Alcoholic Fatty Liver (NAFL),

Berkala Kesehatan Klinik, 15 (1), 49-55.

Timbrell J. A., 2009, Principles of Biochemical Toxicology, Informa Healthcare USA, New York, pp. 308, 309.

Wahyuni, S., 2005, Pengaruh Daun Sambiloto (Andrographis paniculata, Ness) Terhadap Kadar ALT dan AST Tikus Putih, GAMMA, 1(1),45-53.

WHO, 2013, http://www.euro.who.int/en/what-we-do/health-topics/communicable-diseases/hepatitis/facts-and-figures, diakses tanggal 2 Mei 2013.

Wibowo, D.S., dan Paryana, 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu, Indonesia, hal. 347,348,351, 352.

World Agroforestry Centre, 2002, Botanic Nomenclature to Agroforestry trees: Persea

americana,http://www.worldagroforestry.org/sea/products/afdbases/af/as p/SpeciesInfo.asp?SpID=1274, diakses tanggal 3 Maret 2013

(71)

52

(72)

Lampiran 1. Foto biji serbuk P. Americana

(73)
(74)

Lampiran 4. Data organoleptis dan mikroskopis hasil determinasi serbuk biji

(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)

Lampiran 6. Analisis statistik data ALT dan AST uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah diinduksi karbon tetraklorida 2

ml/kgBB

ALT

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

alt0 3 68.0000 16.70329 50.00 83.00

alt24 3 2.0333E2 27.53785 185.00 235.00

alt48 3 54.6667 9.45163 44.00 62.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

alt0 alt24 alt48

N 3 3 3

Normal Parametersa Mean 68.0000 2.0333E2 54.6667

Std. Deviation 1.67033E1 2.75379E1 9.45163

Most Extreme Differences Absolute .238 .353 .304

Positive .193 .353 .219

Negative -.238 -.253 -.304

Kolmogorov-Smirnov Z .412 .611 .527

Asymp. Sig. (2-tailed) .996 .850 .944

(82)

Descriptives

Test of Homogeneity of Variances

(83)

Multiple Comparisons

ALT

Scheffe

(I) kelompok (J) kelompok

Mean

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

ALT

orientasi CCl4 jam ke-24 3 203.3333

Sig. .715 1.000

(84)

AST

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ast0 3 88.3333 6.50641 82.00 95.00

ast24 3 4.0767E2 46.54389 360.00 453.00

ast48 3 1.4733E2 13.01281 134.00 160.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ast0 ast24 ast48

N 3 3 3

Normal Parametersa Mean 88.3333 4.0767E2 1.4733E2 Std. Deviation 6.50641 4.65439E1 1.30128E1

Most Extreme Differences Absolute .187 .187 .187

Positive .187 .180 .181

Negative -.181 -.187 -.187

Kolmogorov-Smirnov Z .324 .323 .324

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 1.000

(85)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ast0 ast24 ast48

N 3 3 3

Normal Parametersa Mean 88.3333 4.0767E2 1.4733E2 Std. Deviation 6.50641 4.65439E1 1.30128E1

Most Extreme Differences Absolute .187 .187 .187

Positive .187 .180 .181

Negative -.181 -.187 -.187

Kolmogorov-Smirnov Z .324 .323 .324

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 1.000

Test of Homogeneity of Variances

AST

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(86)

ANOVA

AST

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 173228.222 2 86614.111 109.269 .000

Within Groups 4756.000 6 792.667

Total 177984.222 8

Multiple Comparisons

AST

Scheffe

(I) kelompok (J) kelompok

Mean

(87)

Scheffe

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

orientasi CCl4 jam ke-0 3 88.3333

orientasi CCl4 jam ke-0 3 147.3333

orientasi CCl4 jam ke-24 3 407.6667

Sig. .108 1.000

Gambar

Tabel II. Hasil Uji Scheffe Aktivitas ALT Tikus Terinduksi Karbon
Gambar 1. Penampang Mikroskopik Hati  ...................................................
Gambar 10.  Diagram Batang Rata-Rata Perbandingan AST Kontrol
Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Program Studi

TtrRTUMBUTLA.N DAN PRODUKSI RUM}M BXNGGAL{. (P@1

6 dan histamine yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibodi

Dalam hal ini menandakan bahwa bank sangatlah penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank dalam Pasal 1 angka 2 UU perbankan mendefinisikan fungsi bank

Mengacu dari uraian yang sudah dijelaskan di atas bahwa penerapan model Missouri Mathematics Project (MMP) menggunakan teknik permainan kartu arisan merupakan model

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 4437) sebagaimana telah

bal$a semburc Rrbar sangar berpore.si sebasai rumbuhar invdjt lnrna hampn scntra cin cni nmbL$6 invasil dinrilikinya, didblnya biji sedbu.g.. rmbll dlpal berkccmbji

sebagai pedoman kerja yang telah dimiliki yang meliputi: suasana kerja kondusif, perangkat kerja sesuai dengan tugas masing-masing sumber daya manusia telah tersedia,