• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN EFEK SEGERA ANTARA RSWT DAN USD TERHADAP LUAS GERAK SENDI PERGELANGAN KAKI PADA PALSI SEREBRAL DENGAN SPASTISITAS OTOT PLANTAR FLEKSOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN EFEK SEGERA ANTARA RSWT DAN USD TERHADAP LUAS GERAK SENDI PERGELANGAN KAKI PADA PALSI SEREBRAL DENGAN SPASTISITAS OTOT PLANTAR FLEKSOR"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA AKHIR

PERBANDINGAN EFEK SEGERA ANTARA RSWT DAN USD

TERHADAP LUAS GERAK SENDI PERGELANGAN KAKI

PADA PALSI SEREBRAL DENGAN SPASTISITAS

OTOT PLANTAR FLEKSOR

Oleh : dr. Nur Sulastri

Peserta PPDS I Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Pembimbing :

dr. SM Mei Wulan, Sp KFR-K dr. Noor Idha H, Sp KFR

Staf Pengajar Dep/SMF Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya akhir mengenai “Perbandingan Efek Segera Antara RSWT dan USD

Terhadap Luas Gerak Sendi Pergelangan Kaki Pada Palsi Serebral Dengan Spastisitas Otot

Plantar Fleksor”.

Karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan keahlian dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Soetojo, dr., SpU sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas yang diperlukan dalam menyelesaikan karya akhir ini.

2. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., MKes, SpPD.K-EMD, FINASIM sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya periode sebelumnya, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas yang diperlukan dalam menyelesaikan karya akhir ini.

3. Harsono, dr. sebagai PLT Direktur RSUD Dr.Soetomo Surabaya yang telah memberi kesempatan dan fasilitas yang diperlukan dalam menyelesaikan karya akhir ini.

4. Dodo Anondo, dr., MPH sebagai Direktur RSUD Dr.Soetomo Surabaya periode sebelumnya yang telah memberi kesempatan dan fasilitas yang diperlukan dalam menyelesaikan karya akhir ini.

(4)

iii

6. Prof. H. Muh. Dikman Angsar, dr., Sp.OG-K sebagai Direktur Utama RS Universitas Airlangga yang telah memberi kesempatan dan fasilitas yang diperlukan dalam menyelesaikan karya akhir ini.

7. Prof. Dr. Muhammad Amin, dr., Sp.P-K sebagai Direktur Pelayanan dan Penunjang Medis RS Universitas Airlangga yang telahmemberi kesempatan dan fasilitas yang diperlukan dalam menyelesaikan karya akhir ini.

8. Bayu Santoso, dr, Sp.KFR-K sebagai Direktur Keuangan dan Kepala Departemen/ SMF Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode sebelumnya, serta guru dan staf pengajar senior Departemen/ SMF Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr.Soetomo Surabaya, atas bimbingan, arahan dan masukan selama pendidikan dan dalam penyelesaian karya akhir ini.

9. Dr. Hening L Putra, dr., Sp.KFR-K sebagai Kepala Departemen/ SMF Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya serta guru dan staf pengajar senior Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas bimbingan, arahan dan masukan selama pendidikan dan dalam penyelesaian karya akhir ini.

10. Sri Mardijati Mei Wulan, dr., Sp.KFR-K sebagai pembimbing karya akhir saya serta guru dan staf pengajar senior Departemen/ SMF Ilmu Kedkoteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas bimbingan, arahan dan masukan selama pendidikan dan dalam penyelesaian karya akhir ini.

(5)

Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas bimbingan, arahan dan masukan selama pendidikan dan dalam penyelesaian karya akhir ini. 12. Subagyo, dr., Sp.KFR-K sebagai Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr.

Soetomo Surabaya, yang telah memberikan bimbingan, kesempatan serta fasilitas yang diperlukan dalam penyelesaian karya akhir ini, serta atas bimbingan, arahan dan masukan selama pendidikan.

13. Meisy Andriana, dr.,Sp.KFR-K sebagai Ketua Program Studi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama pendidikan.

14. Budiono, dr., MKes., dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat–Kedokteran Pencegahan, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan bimbingan metodologi penelitian dan statistik dalam karya akhir ini. 15. I Putu Alit Pawana, dr., Sp.KFR sebagai dosen wali saya, atas bimbingan, arahan dan

masukan yang diberikan selama saya mengikuti pendidikan dan dalam penyelesaian karya akhir ini.

16. Damayanti Tinduh, dr., Sp.KFR sebagai Sekretaris Program Studi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas bimbingan, arahan dan masukan selama pendidikan dan dalam penyelesaian karya akhir ini.

(6)

v

18. Seluruh subyek penelitian dan keluarganya, yang berkenan meluangkan waktu berpartisipasi dalam karya akhir ini, serta para pasien yang merupakan guru terbaik saya.

19. Ketua Yayasan Pendidikan Anak Cacat Semolowaru Surabaya, Kepala Sekolah beserta guru TKLB, SDLB, SD-D1, SD-D, atas dukungannya dalam penyelesaian karya akhir ini.

20. Fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, beserta tim medis YPAC Semolowaru Surabaya atas dukungannya dalam penyelesaian karya akhir ini.

21. Teman sejawat Peserta PPDS I Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Unversitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya, yang telah membantu penyelesaian karya akhir ini dan memberikan dukungan selama menjalani pendidikan dokter spesialis.

22. Seluruh fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasional, prostetis ortesis, kesekretariatan, dan karyawan karyawati Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya, yang telah membantu saya selama mengikuti program pendidikan dokter spesialis.

23. Seluruh staf dokter, PPDS, fisoterapis RS Universitas Airlangga Surabaya, yang telah menerima saya dengan baik dan membantu proses penyelesaian karya akhir ini. 24. Yang tercinta dan tersayang suami saya Khurniawan Dhardani beserta putra-putri

kami Nadhifa Shafira dan Hamid Satria Ibrahim atas curahan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungannya hingga saat ini.

(7)

26. Semua sahabat yang selalu mendukung saya dan semua teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu saya selama menjalani pendidikan dokter spesialis dan menyelesaikan karya akhir ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa karya akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu saya mengharapkan saran yang akan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan penderita. Mohon maaf atas segala sikap dan tutur kata yang tidak berkenan selama menjalani masa pendidikan dokter spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Semoga Allah SWT mengaruniakan anugerah-Nya bagi kita semua.

Surabaya, November 2015 Peneliti

(8)

vii

RINGKASAN

PERBANDINGAN EFEK SEGERA ANTARA RSWT DAN USD

TERHADAP LUAS GERAK SENDI PERGELANGAN KAKI

PADA PALSI SEREBRAL DENGAN SPASTISITAS OTOT

PLANTAR FLEKSOR

Kebanyakan anak dengan palsi serebral (PS) akan mempunyai spastisitas sebagai gangguan motorik utama akibat lesi upper motor neuron (UMN) (Shamsoddini et al, 2014). Namun selain spastisitas, pasien dengan lesi UMN juga mengalami perubahan jaringan ikat yaitu kontraktur otot dan retraksi sendi yang merupakan efek sekunder dari imobilisasi otot pada posisi yang memendek (Gracies, 2005). Sebagian besar pasien akan mengalami deformitas sendi dan keterbatasan luas gerak sendi (LGS) pada ekstremitasnya sehingga akan menyebabkan gangguan fungsi seperti keseimbangan, berjalan, dan duduk (Thompson et al, 2005; de Bruin et al, 2013). Luas gerak sendi pergelangan kaki merupakan faktor penting untuk efisiensi pola jalan pada penderita PS (Ballaz et al, 2010).

Keterbatasan LGS merupakan salah satu komplikasi utama dari spastisitas, sehingga salah satu tujuan utama tatalaksana spastisitas adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan luas gerak sendi (Giebler, 1990). Latihan peregangan merupakan salah satu tatalaksana yang penting dalam meningkatkan LGS. Pemberian terapi modalitas fisik sebelum peregangan diketahui dapat meningkatkan efektivitas latihan peregangan (Sahin et al, 2011).

Ultrasound Diathermy (USD) mempunyai potensi untuk meningkatkan

(9)

2010). Diketahui bahwa stretching window USD adalah 3.3 menit setelah terapi (Draper, 1995). Hal ini sesuai dengan hasil studi yang membandingkan efek jangka pendek antara infrared dan USD terhadap spastisitas dan LGS pada pasien hemiplegia dengan spastisitas plantar fleksor. Pada pengukuran LGS, diketahui bahwa baik infrared maupun USD dapat meningkatkan LGS segera setelah pemberian USD, dan

sampai 15 menit setelah terapi masih ada efek peningkatan LGS walaupun sudah mulai menurun. Sedangkan pada pengukuran Asworth scale tidak didapatkan perubahan yang signifikan (Ansari et al, 2009).

Selain itu terdapat beberapa studi yang menunjukkan bahwa RSWT dapat meningkatkan LGS dan menurunkan Modified Asworth Scale (MAS) pada pasien dengan lesi UMN akibat PS (Gonkova et al, 2013; Vidal et al, 2011), GPDO (Kim et al, 2013), dan multiple sclerosis (Marinelli et al, 2015). Dari studi terdahulu juga

disebutkan bahwa RSWT merupakan terapi yang aman, tidak invasif dan tidak nyeri, sehingga sesuai untuk anak-anak (Gonkova et al, 2013; El-Shamy et al, 2014). Radial shock wave therapy memiliki efek biologis dan mekanik pada jaringan. Mekanisme

yang mendasari diduga bahwa RSWT bekerja langsung pada fibrosis otot dan komponen reologis otot yang hipertoni (Smania et al, 2010). Dari berbagai studi tersebut, pengukuran LGS setelah pemberian RSWT paling cepat dilakukan pada 1 jam setelah aplikasi, dan peningkatan LGS masih bertahan hingga 1 bulan setelah terapi (Gonkova et al, 2013).

(10)

ix

Tujuan penelitian ini yaitu membandingkan efek RSWT dengan USD terhadap LGS pergelangan kaki pada PS dengan spastisitas otot plantar fleksor yang diukur setelah 5 menit terapi, serta menit ke 15 dan 30 setelah terapi. Desain penelitian ini adalah pre-post test group design pada 12 subyek dengan 22 otot plantar fleksor yang diteliti (11 di kelompok RSWT dan 11 di kelompok USD). Subyek di kelompok RSWT mendapatkan satu sesi terapi dengan dosis 1,5 bar, 5 Hz, 1500 impuls. Subyek di kelompok USD mendapatkan satu sesi terapi dengan dosis 3 MHz, 1,5 W/cm2, dan

durasi 5 menit. Penelitian ini telah disetujui Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Variabel yang diamati adalah LGS pergelangan kaki dan spastisitas otot plantar fleksor menggunakan Modified Asworth Scale (MAS).

Luas gerak sendi pergelangan kaki mengalami perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok (p<0,05), namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan jika dibandingkan antara kedua kelompok (p>0,05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap MAS pada kedua kelompok (kelompok RSWT p=0,261; kelompok USD p=0,232).

(11)

SUMMARY

COMPARISON OF IMMEDIATE EFFECT BETWEEN

RSWT AND USD ON ANKLE ROM IN CEREBRAL PALSY

WITH PLANTAR FLEXOR SPASTICITY

Most children with cerebral palsy (CP) will have spasticity as the main motoric problem due to upper motor neuron lesion (UMN) (Shamsoddini et al, 2014). Beside spasticity, patient with UMN lesion will have connective tissue changes such as muscle contracture and joint retraction which is secondary effect from muscle immobilization in shortened position (Gracies, 2005). Most of patient will have joint deformity and range of motion (ROM) limitation that will cause function disturbance such as balance, walking, and sitting (Thompson et al, 2005; de Bruin et al, 2013). Ankle ROM is important for gait efficiency in CP children (Ballaz et al, 2010).

Range of motion limitation is one of the main complication caused by spasticity, and one of the main purpose management of spasticity is to maintain and increase the ROM (Giebler, 1990). Stretching exercise is one of the important therapy to increase ROM. Giving physical modalities before stretching could increase the stretching effect (Sahin et al, 2011).

Ultrasound Diathermy (USD) has potency to increase muscle stretching

(12)

xi

There are another study that show increase of ROM and decrease Modified Asworth Scale (MAS) after RSWT in CP patients (Gonkova et al, 2013; Vidal et al, 2011), stroke (Kim et al, 2013), and multiple sclerosis (Marinelli et al, 2015). From previous study also found that RSWT is save, non invasive, less painfull, appropriate for children (Gonkova et al, 2013; El-Shamy et al, 2014). Radial shock wave therapy has biological and mechanical effect on tissues. The underlying mechanism is RSWT has direct effect on muscle fibrosis and rheological component of hypertonic muscle (Smania et al, 2010). From all studies, the immediate ROM measurement was done 1 hour after session, and the ROM improvement was maintained until 1 month (Gonkova et al, 2013).

On clinical setting, it is often difficult to do stretching immediate after application of physical modalities. Based on short stretching window of USD, RSWT can be alternative physical modalitiy before stretching. There is no data about immediate effect after RSWT.

The objective of this study is to compare the effect of RSWT and USD on ankle ROM in CP children with plantar flexor spasticity, measured after 5 minutes therapy, 15 and 30 minutes after therapy. Design of this study is pre-post test group design in 12 subject with 22 plantar flexor muscles (11 on RSWT group and 11 on

(13)

Ankle ROM increase significantly within each group when measured immediate after, 15 minutes and 30 minutes after treatment (p<0.05), but after compare between groups there is no significant difference (p>0.05). On MAS measurement, there is no significant improvement within both group (group RSWT p=0,261; group USD p=0,232).

(14)

xiii

ABSTRAK

Perbandingan Efek Segera Antara RSWT dan USD Terhadap Luas

Gerak Sendi Pergelangan Kaki Pada Palsi Serebral Dengan Spastisitas

Otot Plantar Fleksor

Nur Sulastri, SM Mei Wulan, Noor Idha Handajani

Tujuan: Membandingkan efek radial shock wave therapy (RSWT) dan ultrasound diathermy

(USD) terhadap luas gerak sendi (LGS) pergelangan kaki pada palsi serebral (PS) dengan spastisitas plantar fleksor.

Desain: randomisasi, trial

Partisipan: Dua belas anak PS (rata-rata usia 8,7 tahun), dengan tipe spastik diplegia dan

quadriplegia, dan skor Modified Asworth Scale (MAS) memiliki median 3.

Intervensi: Tiap subyek mendapat salah satu dari radial shock wave therapy (RSWT) 1,5

bar, 5 Hz, 1500 impuls, atau USD 3 MHz, 1,5 W/cm2, durasi 5 menit, keduanya diaplikasikan pada otot plantar fleksor.

Penilaian keluaran: Luas gerak sendi pergelangan kaki, spastisitas plantar fleksor

menggunakan MAS, diukur pada saat sebelum terapi, segera setelah, 15 menit dan 30 menit setelah terapi.

Hasil: Perbandingan karakteristik demografis dan klinis diantara kedua kelompok tidak

menunjukkan perbedaan (p>0,05). Luas gerak sendi pergelangan kaki mengalami peningkatan yang signifikan pada masing-masing kelompok (p<0,05), namun tidak ada perbedaan yang bermakna setelah dibandingkan di antara kedua kelompok (p>0,05). Pengukuran MAS tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok (p>0,05)

Simpulan: Baik RSWT maupun USD sama efektifnya dalam meningkatkan LGS

pergelangan kaki yang diukur hingga 30 menit setelah satu sesi terapi pada anak PS dengan spastisitas plantar fleksor.

Kata kunci: Palsi serebral, radial shock wave therapy, ultrasound diathermy, luas gerak

(15)

ABSTRACT

Comparison of Immediate Effect Between RSWT and USD on Ankle

ROM in Cerebral Palsy With Plantar Flexor Spasticity

Nur Sulastri, SM Mei Wulan, Noor Idha Handajani

Objective: To compare the immediate effect of radial shock wave therapy (RSWT) and

ultrasound diathermy (USD) on ankle range of motion in cerebral palsy patient with plantar flexor spasticity.

Design: Randomized, trial.

Participants: A total of 12 children with cerebral palsy (mean age, 8.7 years), with spastic

diplegia and quadriplegia type, median Modified Asworth Scale was 3.

Interventions: Radial shock wave therapy 1.5 bar, 5 Hz, 1500 shots, or USD 3 MHz, 1.5

W/cm2, 5 minutes duration, both were applied on plantar flexor muscles.

Main Outcome Measures: Ankle range of motion, plantar flexor spasticity using Modified

Asworth Scale were measured at initial before treatment (baseline), immediate after, 15 minutes and 30 minutes after therapy.

Results: Baseline comparisons of demographic and clinical characteristics between the

groups showed no difference (p>0.05). The ankle range of motion increase significantly within both groups, but there is no difference between groups (p>0.05). The measurement of MAS showed no significant improvement within groups (p>0.05).

Conclusion: Both RSWT and USD are effective to increase ankle ROM until 30 minutes

measurements after one session therapy for CP children with plantar flexor spasticity.

Keywords: Cerebral palsy, radial shock wave therapy, ultrasound diathermy, range of

(16)

xv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

(17)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1 Palsi serebral ...6

2.1.1 Klasifikasi ...6

2.1.2 Diagnosis...7

2.1.3 Penatalaksanaan ...8

2.2 Perubahan jaringan lunak pada palsi serebral akibat spastisitas ...8

2.3 Radial shock wave therapy...10

2.3.1 Efek mekanikal dan biologis SWT ...12

2.3.2 Aplikasi RSWT pada lesi UMN ...14

2.3.3 Efek samping RSWT ...15

2.4 Ultrasound Diathermy...16

2.4.1 Efek ekstensibilitas USD ...16

2.4.2 Stretching window USD...18

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN...19

3.1 Kerangka Konseptual ...19

3.2 Hipotesis Penelitian...20

BAB 4 METODE PENELITIAN ...21

4.1 Rancangan Penelitian ...21

4.2 Populasi Penelitian ...22

4.3. Besar Sampel...22

4.4 Kriteria Inklusi, Eksklusi...22

(18)

xvii

4.4.2 Kriteria Eksklusi ...23

4.5 Variabel Penelitian ...24

4.6 Definisi Operasional...24

4.7 Instrumen Penelitian...26

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian...27

4.9 Alur Penelitian...28

4.10 Cara Kerja ...29

4.11 Analisis Data ...30

4.12 Kelaikan Etik...30

4.13 Jadwal dan Biaya Penelitian...30

4.14 Personalia Penelitian ...31

BAB 5 HASIL PENELITIAN ...32

5.1 Karakteristik subyek penelitian ...32

5.2 Hasil pengukuran LGS ...34

5.3 Hasil pengukuran MAS ...36

BAB 6 PEMBAHASAN...38

6.1 Karakteristik subyek penelitian ...38

6.2 Penilaian peningkatan LGS ...38

6.3 Penilaian perubahan MAS...41

6.4 Pemanfaatan temuan penelitian...42

(19)

BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN...44

7.1 Simpulan...44

7.2 Saran...44

DAFTAR PUSTAKA ...45

(20)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbedaan karakterisitik fisik antara ESWT (fokus) dengan RSWT (radial) ...11

Tabel 2. 2 Penelitian shock wave therapy pada anak palsi serebral...15

Tabel 2. 3 Kecepatan pemanasan USD per menit durasi terapi ...17

Tabel 5. 1 Data karakteristik subyek penelitian……… 33

Tabel 5. 2 Hasil rerata pengukuran LGS sebelum terapi, segera, 15 menit dan 30 menit setelah terapi pada kelompok RSWT dan USD...34

Tabel 5. 3 Perbedaan rerata delta peningkatan LGS pergelangan kaki antar kelompok ...35

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Gross Motor Function Classification System (GMFCS) untuk anak ...7 Gambar 2. 2 Imunohistokimia kolagen tipe I pada otot spastik anak PS pada derajat keparahan spastisitas (MAS) dan balance (B) yang berbeda. (a) MAS ringan, B baik; (b) MAS sedang, B baik; (c) MAS sedang-berat, B poor; (d) MAS berat, B sedang ...9 Gambar 2. 3 Ilustrasi skematik terbentuknya shock wave ...11 Gambar 2. 4 Penyebaran gelombang pada RSWT...12 Gambar 2.5 Shock wave therapy menginduksi terbentuknya pembuluh darah baru dengan

(22)

xxi

DAFTAR SINGKATAN

eNOS Endothelial nitric oxide synthase ESWT Extracorporeal Shock Wave Therapy

GMFCS Gross Motor Function Classification System

GPDO Gangguan Pembuluh Darah Otak

LGS Luas Gerak Sendi

MAS Modified Asworth Scale

PCNA Proliferating cell antinuclear antigen

PS Palsi Serebral

RSWT Radial Shock Wave Therapy SWT Shock Wave Therapy

UMN Upper motor neuron USD Ultrasound Diathermy

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Informasi untuk Penderita ...48

LAMPIRAN 2 Surat Persetujuan Penelitian...50

LAMPIRAN 3 Lembar Pengumpulan Data...51

LAMPIRAN 4 Prosedur Terapi RSWT pada Otot Plantar Fleksor ...53

LAMPIRAN 5 Prosedur Terapi USD pada Otot Plantar Fleksor ...54

LAMPIRAN 6 Prosedur Pemeriksaan Spastisitas Menggunakan Modified Asworth Scale ...55

LAMPIRAN 7 Prosedur Pemeriksaan Luas Gerak Sendi Pergelangan kaki...56

LAMPIRAN 8 Skala Penilaian Modified Asworth Scale ...57

LAMPIRAN 9 Penatalaksanaan Kejadian Efek Samping Terapi RSWT ...58

LAMPIRAN 10 Kelaikan Etik...59

Gambar

Tabel 5. 4 Hasil mean ranks MAS pada kelompok RSWT dan USD .....................................37

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum air yang dihasilkan sistem plasma RF, meskipun tanpa proses perlakuan awal (pre treatment) memiliki nilai yang

Gateway GPRS Support Node (GGSN) merupakan antarmuka dari GPRS backbone ke external packet data network yang lain.. GGSN

Menurut Mohd Tajuddin !j Abd ahman ( -22B  9i  istilah simpulan bahasa merujuk kepada kata#kata ringkas atau rangkaian perkataan yang dirumuskan dalam susunan

• Karena penyelesaian operasi masukan/keluaran bagi proses blocked mungkin tak pernah terjadi atau dalam waktu tak terdefinisikan sehingga lebih baik di-suspend agar

Situasi dimana atmosfir yang berpeluang untuk terjadinya ledakan sering terjadi atau jika tidak sering terjadi dalam waktu cukup lama (primary) sering terjadi dalam waktu cukup

Hasil identifikasi dosen pembimbing klinik sebagai role model yang baik pada 8 rumah sakit, dilanjutkan dengan observasi oleh observer (insider observer) terhadap dosen

Pengujian kadar akrilamida dengan metode Kromatografi Cair Kinerja tinggi (KCKT) dalam berbagai sediaan roti kering telah dilakukan dimana analisis dilakukan

Dividen meningkat adalah diveden yang dibayarkan oleh sebuah perusahaan kepada investor dengan ketentuan pembayaran dividen lebih besar dari dividen yang