DI MI NGLOROG PRINGSURAT TEMANGGUNG
TAHUN 2008
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Saijana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I) Dalam Ilmu Tarbiyah
SITI ZULAIK AH
N IM : 114 06 567
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2008
SKRIPSI
Oleh :
SALATIGA
Ji. Stadion No. 03 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721
DEKLARASI
B i smi 11 ahi rrohmann i rrohim
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar
referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan
kembali keaslian ini dihadapan sidang munaqosyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 20 Agustus 2008
SITI ZULA1KAH
NIM 11406567
SALATIGA
Jl. Stadion No. 03 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721
Dra. Siti Asdiqoh
Setelah kami meneliti mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini naskah
saudari:
N a m a : SITI ZULAIKAH
NIM : 11406567
Jurusan/Fakultas : PAI/Tarbiyah
Judul : UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA KELAS III
DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN FIQIH
MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI
DI MI NGLOROG, PRINGSURAT, TEMANGGUNG
TAHUN 2008
Demikian ini kami mohon agar skripsi saudari tersebut dapat dimunaqosyahkan.
Demikian harap menjadi perhatian.
W assalam u’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Dra. SITI ASPIOOH
SALATIGA
JL Stadion No. 03 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721
PENGESAHAN SKRIPSI
JUDUL : UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA KELAS III
DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DI MI NGLOROG, PRINGSURAT, TEMANGGUNG TAHUN 2008
NAMA : SITIZULAIKAH
NIM : 11406567
V
Dewan Penguji
Salatiga, 23 Agustus 2008
Sekretaris
Suwardi, M.Pd. NIP. 150295657
Pembimbing
Dra. Siti Asdigoh NIP. 150267136
U .oA /aL M '
• Ibunda tercinta
• Suami dan anak tercinta
• Kakak dan adik tersayang
• Dosen pembimbing dan seluruh dosen dan
staf STAIN Salatiga
• Teman-temanku mahasiswa yang senasib
dan seperjuangan
• Almamater tercinta
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
berkenan melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini, penyusun telah
banyak melibatkan orang lain dalam melancarkan tugas dari awal sampai akhir.
Untuk itu, tiada kata yang pantas untuk diucapkan, kecuali ungkapan rasa terima
kasih yang setulus-tulusnya terutama yang terhormat:
1. Bapak DR. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, selaku Dosen Pembimbing yang telah mencurahkan tenaga
dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dan tanpa kenal lelah
sehingga tersusunnya skripsi ini.
3. Bapak Drs. Djoko Sutopo, selaku Ketua Program Ekstensi.
4. Ibu Yeni Kumiawanti, selaku Kepala MI Nurul Islam yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di MI yang beliau pimpin.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi
dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penyusun menghadapkan para pembaca untuk berkenan
menyampaikan kritik dan saran yang konstruktif demi baiknya hasil penyusunan
skripsi ini. Akhirnya semoga bermanfaat.
Salatiga, 20 Agustus 2008
SITIZULAIKAH
HALAMAN JUDUL,... i
HALAMAN DEKLARASI... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Hasil Penelitian... 4
E. Hipotesis Tindakan... 4
F. Definisi Istilah / Operasional... 5
G. Metode Penelitian... 6
H. Sistematika Skripsi... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Minat... 13
B. Pembelajaran... 21
C. IlmuFiqih... 28
D. Metode Demonstrasi... 30
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1... 49
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I I ... 54
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus DI... 60
E. Data Lengkap... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Meningkatkan Minat Siswa... 68
B. Meningkatkan Kemampuan dan Hasil Prestasi Siswa... 72
C. Faktor Kegiatan dan Keberhasilan... 73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 75
B. Saran-saran... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menuntut Ilmu adalah wajib bagi setiap kaum muslim dan muslimat. Ilmu
adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-
makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Menurut al-Qur’an,
manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan
seizin Allah.1 Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia
menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut, seperti dalam firman
Allah SWT dalam surat Al Alaq ayat 1 - 5 :
( T ) ^ c d j j j i jS i ( T ) j i u d (*)
(jLud
A rtinya:
1. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah, yang
2. Berasal dari air mani laki-laki dan sel telur manusia.
3. Bacalah dan Tuhanmu yang paling pemurah.
4. Yang mengajari dengan pena.
5. Dia mengajar manusia sesuatu yang tidak ia (manusia) ketahui.2
1 M. Quraish Shihab, Wawasan a l Q ur'an, Penerbit Mizan, Jakarta, 1996, him. 435. 2 A l Jum anatul A li, Depag RI, CV Penerbit J-Art, Jakarta, 2004, him. 598.
Die ra teknologi seperti sekarang ini, kebutuhan akan ilmu pengetahuan
sangatlah tinggi, sebab manusia terlibat langsung dengan produk teknologi
sehingga harus mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman. Sedangkan
dalam dunia pendidikan, meskipun teknologi mempunyai dampak positif yang
begitu banyak, namun di satu sisi juga mempunyai dampak negatif terutama
terhadap siswa.
Karena hidup ini seakan telah dimanjakan oleh teknologi, banyak siswa
yang terpengaruh oleh hal-hal yang negatif meskipun tanpa mereka sadari,
mereka lupa akan kewajiban mereka sebagai seorang pelajar. Hal ini yang
membuat mereka menjadi tidak memperhatikan pentingnya pendidikan formal/
kurang berminat mengikuti pelajaran karena mereka merasa telah mendapatkan
berbagai pengetahuan dari luar sekolah.
Untuk membentengi moral ataupun mental anak agar tidak terpengaruh
oleh hal-hal negatif tersebut, maka dibutuhkan penanaman pendidikan agama
kepada siswa karena siswa masih labil jiwanya sehingga masih butuh bimbingan
dan tuntunan. Pendidikan agama yang sesuai dengan permasalahan tersebut yaitu
fiqih karena fiqih berhubungan langsung dengan kegiatan ibadah siswa sehari-
hari maupun perilaku dan sikap dalam masyarakat. Untuk itu, seorang guru fiqih
harus mampu menciptakan suasana kondusif di dalam kelas, sehingga siswa yang
tadinya kurang berminat menjadi lebih berminat. Dengan adanya minat tersebut,
diharapkan siswa bisa mengikuti dan memahami pelajaran tersebut.
Untuk menumbuhkan minat siswa tersebut/banyak cara yang dilakukan
oleh seorang guru, diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran yang
digunakan tentunya yang sesuai dan bisa menarik perhatian siswa, sebab materi
fiqih bukan hanya untuk dipahami, tetapi juga untuk diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Diantara metode-metode yang digunakan, metode yang
paling efektif yaitu demonstrasi. Dengan metode ini siswa bisa memahami
sekaligus mempraktekkan secara langsung. Berbeda dengan metode lain seperti
ceramah, diskusi dan dikte. Dalam metode tersebut hanya disajikan teori-teori
pembelajaran sehingga siswa kurang memahami pelaksanaannya.
Dengan metode demonstrasi, biasanya siswa merasa lebih tertantang
untuk mencoba dan untuk biasa, sehingga mereka lebih bersungguh-sungguh
dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya ketertarikan dan kesungguhan
diharapkan akan bisa mencapai hasil yang maksimal.
Karena begitu pentingnya minat dalam mengikuti pelajaran fiqih, maka
penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini melalui penelitian dengan judul
“Upaya Meningkatkan Minat Siswa Kelas III dalam Mengikuti Pembelajaran
Fiqih melalui Penerapan Metode Demonstrasi di MI Nglorog, Pringsurat,
Temanggung Tahun 2008”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana minat siswa kelas III dalam mengikuti pembelajaran fiqih di
MI Nglorog, Pringsurat, Temanggung tahun 2008 ?
2. Bagaimana penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan minat siswa
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan pemasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui minat siswa kelas III dalam mengikuti pembelajaran fiqih
di MI Nglorog, Pringsurat, Temanggung tahun 2008.
2. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan minat
siswa pada pembelajaran fiqih di MI Nglorog, Pringsurat, Temanggung
tahun 2008 ?
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis, yaitu :
1. Secara teoritis, diharapkan bisa menambah khasanah teori yang sudah ada
dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu metode
pembelajaran fiqih yang efektif dalam pengolahan pembelajaran di MI
khususnya dan di sekolah pada umumnya.
E. HIPOTESIS TINDAKAN
Sesuai dengan kajian teori di atas, penulis dapat mengajukan hipotesis
dalam penelitian tindakan di kelas ini, yaitu : “akan teijadi peningkatan minat
siswa kelas III dalam mengikuti pembelajaran fiqih melalui penerapan metode
F. DEFINISI ISTILAH / OPERASIONAL
Berikut ini akan penulis uraikan mengenai beberapa istilah yang ada
dalam judul untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam pengertian judul,
antara lain:
1. Upaya, yaitu usaha untuk mencapai tujuan. Yang dimaksud disini yaitu usaha
atau cara yang dilakukan untuk bisa meningkatkan minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran fiqih di kelas3.
2. Meningkatkan, yaitu menaikkan (derajat, taraf dan sebagainya). Dalam hal
ini yaitu menaikkan minat siswa4.
3. Minat, yaitu perhatian, kesukaan atau kecenderungan hati. Maksudnya yaiiu
apakah siswa mempunyai keinginan atau tidak dalam mengikuti
pembelajaran5.
Indikator minat terdiri d ari:
- Anak aktif di kelas.
- Anak menjalankan tugas dari guru.
- Anak aktif bertanya
- Anak dapat mempraktekkan materi sholat.
4. Pembelajaran, yaitu suatu proses/kegiatan belajar materi tertentu yang
melibatkan pengajar (guru) dan yang diajar (siswa)6 7.
5. Penerapan, yaitu pemasang pengenaan perihal mempraktekkan. Dalam hal ini
6. Metode, yaitu cara yang telah diatur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
sesuatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. Yang dimaksud
yaitu cara yang dilakukan untuk meningkatkan minat siswa8.
7. Demonstrasi, yaitu peragaan atau praktek. Jadi siswa mengikuti pembelajaran
dengan cara mempraktekkan materi yang disampaikan guru9.
Jadi yang dimaksud dengan upaya meningkatkan minat siswa kelas III
dalam mengikuti pembelajaran fiqih melalui penerapan metode demonstrasi
dalam penelitian ini adalah usaha untuk bisa meningkatkan keinginan siswa kelas
III dalam mengikuti pembelajaran fiqih dengan cara mempraktekkan materi yang
disampaikan guru.
G. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 10 minggu mulai dari tanggal 23
April 2008 sampai dengan 23 Juni 2008. Penelitian ini dilaksanakan di MI
Nglorog, Pringsurat, Temanggung dengan sasaran siswa kelas III semester 2
dengan jumlah siswa 12 siswa. Guru yang terlibat yaitu tiga orang guru, satu
guru kelas III sebagai peneliti dan dua orang guru lainnya sebagai
kolaborator.
2. Subjek Penelitian
a. Siswa
Untuk mengukur seberapa jauh minat siswa kelas III dalam
mengikuti pembelajaran fiqih dan penerapan metode demonstrasi di MI
Nglorog, Pringsurat, Temanggung tahun 2008.
8 Ib id , him. 286.
9 Ib id , him. 117.
b. Guru
Mengamati guru dalam menyampaikan materi melalui metode
demonstrasi agar siswa merasa tertarik terhadap pembelajaran tersebut,
c. Orang tua
Bagaimana dukungan dan dorongan orang tua terhadap siswa
dalam kegiatan belajar di rumah dan pengawasan terhadap tingkah laku
anak.
3. Langkah-langkah / Siklus Penelitian
Langkah penelitian terdiri dari :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilaksanakan pada minggu pertama dengan
menyusun:
1) Jadwal mengajar dan koordinasi dengan guru peneliti
Tahap persiapan ini meliputi:
No. H ari / Tanggal Kegiatan
1. Rabu, 23 April 2008 Koordinasi dengan kolaborator dan siswa
2. Sabtu, 26 April 2008 Pembuatan RPP
3. Minggu, 27 April 2008 Pembuatan instrumen penelitian 4. Senin, 28 April 2008 Pelaksanaan praktek ke 1 dan
perekapan hasil
5. Selasa, 29 April 2008 Koordinator dengan kolaborator 6. Senin, 5 April 2008 Penyebaran angket untuk siswa 7. Selasa, 6 April 2008 Pengumpulan angket dan
perekapan hasil
8. Senin, 26 Mei 2008 Pelaksanaan praktek ke 2 dan perekapan hasil
9. Selasa, 27 Mei 2008 Koordinator dengan kolaborator 10. Senin, 16 Juni 2008 Pelaksanaan praktek ke 3 dan
perekapan hasil
2) Persiapan bahan / materi praktek
Penelitian menggunakan pedoman Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
3) Membuat instrumen pengamatan kelas yang terdiri dari
a) Dokumen siswa
b) Lembar tes praktek
c) Lembar wawancara
d) Lembar pengamatan siswa dalam kegiatan PBM
b. Siklus-siklus penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi tiga siklus yang setiap siklus
berlangsung selama 2 - 3 minggu, dengan uraian minggu pertama untuk
persiapan, 8 minggu untukpelaksanaan siklus I, II dan III serta satu
minggu terakhir untuk penyusunan laporan kegiatan praktek.
Pengamatan diamati dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang telah disiapkan dan kemudian diadakan refleksi untuk menganalisis
hasilnya.
Adapun hasil dari siklus-siklus adalah sebagai berikut:
1) Siklus I
Hari Senin, 28 April 2008 hasil belum seperti yang diharapkan
oleh peneliti meskipun sudah menarik perhatian siswa, tetapi ada yang
masih kurang berminat dalam mengikuti:
a) Perencanaan pembelajaran
(1) Penjelasan materi tentang wudlu
(3) Siswa mendemonstrasikan
(4) Guru mengamati, membimbing dan menilai
b) Hasil pengamatan
(1) Perhatian dan minat siswa sudah ada meski ada yang masih
malas-malasan.
(2) Hasil yang dicapai siswa rata-rata baik.
(3) Siswa merasa senang jika mereka bisa melaksanakannya
dengan baik.
(4) Siswa lebih bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan
memahami materi.
c) Diskusi balikan / refleksi
(1) Peneliti dan kolaborator setuju untuk lebih meningkatkan
pengawasan sehingga siswa tidak ada yang bermalas-malasan.
(2) Perbaikan penyajian dan pengelolaan kegiatan sehingga siswa
tidak bosan.
(3) Memberikan penghargaan bagi siswa yang hasilnya bagus.
(4) Pemusatan konsentrasi siswa dengan kegiatan yang menarik.
2) Siklus II
Hari Senin, 26 Mei 2008 kegiatanyang dilakukan adalah
praktek sholat subuh,
a) Perencanaan pembelajaran
(1) Guru memberikan contoh cara melakukan sholat subuh
lengkap dengan bacaannya, siswa diminta memperhatikan.
(2) Membuka kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal
(3) Guru meminta siswa mempraktekkan satu persatu lengkap
dengan bacaannya.
(4) Guru mengamati dan memberikan penilaian.
b) Hasil pengamatan
(1) Perhatian dan minat siswa sudah meningkat dibuktikan
dengan keseriusan mereka dalam mengikuti kegiatan.
(2) Hasil yang dicapai sudah baik meskipun ada dua anak yang
belum menguasai bacaan sholat subuh.
(3) Siswa sudah bisa menjaga ketenangan dan konsentrasi dalam
mengikuti kegiatan.
c) Diskusi balikan / refleksi
(1) Guru membimbing siswa yang masih mempunyai
kekurangan.
(2) Guru tetap mengawasi dan memberikan pengarahan selama
kegiatan berlangsung.
(3) Pemberian penghargaan bagi siswa yang hasilnya terbaik
tetap dijalankan.
3) Siklus UI
Hari Senin, 16 Juni 2008, kegiatan yang dilakukan adalah
praktek Sholat Maghrib,
a) Perencanaan pembelajaran
(1) Guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan latihan
bersama, kemudian guru meminta siswa mempraktekkan satu
persatu.
b) Hasil pengamatan
(1) Siswa mempunyai minat yang tinggi dibuktikan dengan
kesungguhan mereka untuk menguasai materi dan keseriusan
dalam praktek.
(2) Hasil yang dicapai baik.
c) Diskusi balikan / refleksi
(1) Bimbingan dan pengarahan guru harus selalu diberikan.
(2) Apabila dibutuhkan, guru bisa memberikan penghargaan
sebagai salah satu motivasi siswa disamping nilai.
(3) Karena minat siswa bagus, maka dalam pembelajaran fiqih
lebih efektif jika diterapkan metode demonstrasi.
4. Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Dokumen siswa
Berupa catatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang
dilihat setiap akhir pertemuan berupa hasil rangkuman dan pekerjaan
rumah yang ditugaskan pada pertemuan sebelumnya.
b. Lembar tes praktek
Berupa tes hasil praktek siswa.
c. Lembar pedoman wawancara
Untuk mewawancarai siswa dan guru.
d. Lembar pengamatan siswa dalam kegiatan PBM.
5. Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga
dapat menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan aktivitas belajar
dan perhatian siswa membaik sesudah guru mengajar menggunakan metode
demonstrasi. Hal ini terbukti dari data hasil wawancara dan observasi di
kelas, yaitu dengan banyaknya anak yang bertanya secara tepat dan terarah.
Data hasil tes sesudah tindakan diberikan merupakan data kuantitatif yang
teknik analisisnya menggunakan statistik. Dari hasil prestasi belajar siswa
dapat diketahui tingkat kemajuan dalam belajar.
H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat hasil penelitian, hipotesis, definisi istilah, metode penelitian.
Bab II Kajian Pustaka
Yang meliputi penjabaran tentang minat, pembelajaran, Ilmu Fiqih dan
metode demonstrasi.
Bab III Pelaksanaan Penelitian
Berisi gambaran lokasi penelitian dan deskripsi pelaksanaan siklus I,
siklus II, siklus III.
Bab IV Hasil Penelitian
Berisi meningkatkan minat siswa, meningkatkan minat siswa dan hasil
prestasi siswa.
Bab V Penutup
A. MINAT
1. Pengertian Minat
“Minat adalah perhatian, kesukaan atau kecenderungan hati.”1 Sedangkan
dalam buku Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam disebutkan bahwa
“Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusaan sesuatu hal yang
berharga agi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuai
dengan kebutuhannya”. Menurut Decroly, “minat itu ialah pernyataan suatu
kebutuhan yang tidak terpenuhi”. Kebutuhan itu timbul dari dorongan hendak
memberi kepuasan kepada suatu instink. Minat anak terhadap benda-benda
tertentu dapat timbul dari berbagai sumber antara lain perkembangan instink
dan hasrat, fungsi-fungsi entelektual, pengaruh lingkungan, pengalaman,
kebiasaan, pendidikan dan sebagainya. Kebutuhan yang paling penting dan
umum menurut Declory yang menjadi pusat minat anak adalah :
a. Kebutuhan akan makan
b. Kebutuhan akan perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan
rumah)
c. Kebutuhan mempertahankan diri terhadap bermacam-macam bencana dan
musuh. Kebutuhan akan keijasama, akan permainan dan sport.2
1 Dwi Adi, K., K am us P raktis B ahasa Indonesia, Surabaya, Penerbit Fajar Mulya, 2001, him 287. 2 M etodik K husus P engajaran A gam a Islam , Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, Cet. Ke-H, 1984/1985, him. 102-103.
Sedangkan menurut Cony Semiawan yang dimaksud dengan minat
adalah suatu keadaan mentaal yang menghasilkan respons terarah kepada
suatu situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan
kepadanya (Satisfied). Carl Safran (1985) juga mendefinisikan minat sebagai
suatu sikap atau perasaan yang positif terhadap suatu aktivitas, orang,
pengalaman, atau benda.3
Dalam buku Pengantar Perilaku Manusia juga disebutkan bahwa minat
adalah suatu fungsi untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan
kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Dalam
menjalankan fungsinya minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan.
Manusia memberi corak dan menentukan sesudah memilih dan mengambil
keputusan. Perbuatan minat memilih dan mengambil keputusaan disebut
keputusan kata hati.4
Menurut Winkel (1984), minat dapat diartikan sebagai kecenderungan
yang ada dan menetap pada diri subyek untuk merasa tertarik dan merasa
senang terhadap obyek tertentu. Minat merupakan suatu keinginan yang kuat
untuk merasa senang terhadap obyek tertentu. Dalam hal ini perasaan senang
atau tidak senang sangat menentukan seseorang berminat atau tidak berminat
terhadap suatu obyek. Menurut Fuyer dalam Japar dan Tawil (1998)
mengemukakan bahwa minat atau interes adalah gejala psikis yang berkaitan
dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.
3 Paimun, et-al., P sikologi P erkem bangan, Diijen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan UT, Jakarta, 1995, him. 45-46.
4 Heri Purwanto, P engantar P erilaku M anusia, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 1998, him. 60.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa minat merupakan
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (gairah/keinginan). Minat
berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap suatu
obyek.5
2. Proses Tumbuhnya Minat
Tumbuhnya minat berlangsung melalui empat proses, yaitu :
a. M otif (alasan, dasar, pendorong)
b. Perjuangan motif. Sebelum mengambil keputusan pada batin terdapat
beberapa motif yang bersifat luhur dan rendah dan di sini harus dipilih.
c. Keputusan. Inilah yang sangat penting yang berisi pemilihan antara motif-
motif yang ada dan meninggaalkan kemungkinan yang lain, sebab tak
mungkin seseorang mempunyai macam-macam keinginan pada waktu
yang sama.
d. Bertindak sesuai keputusan yang diambil6
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat dan Timbulnya Minat
a. Faktor Lingkungan
Termasuk dalam faktor ini adalah lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat. Seseorang yang hidup dalam keluarga seniman
berkecenderungan memiliki minat yang tinggi dalam bidang seni.
b. Faktor intern pada diri individu
Yaitu pemahaman seseorang tentang manfaat, kegunaan pengetahuan /
ketrampilan yang ia pelajari. Seseorang yang memahami betul tentang
5 Jumeno, H ubungan A ntara P ersepsi Sisw a terhadap G uru P em bing dan Sikap Sisw a terhadap Layanan B im bingan dan K onseling dengan M inat Berkonsultasi, Skripsi, M agelang, 2003, him . 11-12.
6 Heri Purwanto, iop. C it, him. 60.
ilmu berhitung akan dengan penuh minat mempelajari bidang
matematika. Demikian juga seseorang yang bercita-cita menjadi arsitek
akan memiliki minat yang tinggi dalam bidang tekhnik pengembangan
perspektif.
Selanjutnya Tijan (1981) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi minat yaitu:
a. Faktor keturunan
Minat seorang anak sedikit banyak dipengaruhi oleh kedua orang tuanya.
Seorang anak yang orang tuanya sebagai seorang guru, maka minat
anaknya akan terpengaruhi. Tetapi hal ini tidak mutlak, hanya ada
kecenderungan terpengaruh terhadaap minat anak itu.
b. Faktor lingkungan
Seorang anak yang dilahiran di daeraah pedesaan akan berbeda dengan
anak yang dilahirkan di daerah perkotaan. Demikian pula seorang anak
yang dilahirkan di lingkungan masyarakat yang telah maju akan berbeda
dengan seorang anak yang dilahirkan dalam masyarakat yang terbelakang,
baik mengenai lingkungan pergaulan dengan teman sebaya maupun
dengan orang-orang yang telah dewasa juga mengenai hal minat.
Timbulnya minat menurut Tijan (1981) dibedakan dua yaitu :
a. Minat spontan yaitu minat yang timbul sendiri atau secara spontan.
b. Minat disengaja yaitu minat yang timbul karena dibangkitkan individu
secara sengaja mengarahkan minatnya yaitu dengan cara memusatkan
perhatian, kemampuan, perasaan serta pikiran pada suatu tertentu di luar
Menurut pendapat Johanes dalam Tijan (1981) timbulnya minat dapat
digolongkan menjadi dua yaitu :
a. Minat ekstrinsik yaitu kecenderungan orang untuk memiliki aktivitas
tersebut berdasarkan tujuan agar dapat memenuhi harapan orang tertentu
dan sebagainya.
b. Minat intrinsik adalah kecenderungan yang berhubungan dengan aktivitas
pilihan seseorang.7
4. Hal-hal Yang Berkaitan dengan Minat
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan minat, yaitu :
a. Jika pekeijaan tidak jelas dan tidak menentu
b. Makin sulit suatu tugas makin besar minat dan tenaga untuk
menyelesaikaan tugas itu.
c. Pekeijaan yang dilakukan secara cepat dan bersama-sama menimbulkan
minat.8
5. Upaya Meningkatkan Minat Siswa
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat siswa
dalam mengikuti pelajaran yaitu dengan pemberian motivasi. “Ketika berada
di ruang kelas guru memegang peranan kunci dalam memotivasi siswa. Guru
harus dapat membuat keseimbangan antara materi pelajaran yang mudah dan
yang sulit agar siswa tidak menjadi bosan atau frustasi. Untuk itu guru perlu
mengenal tingkat kemampuan, minat dan latar belakang pengalaman siswa”.9
■t. 7 Jumeno, op. cit., him. 14-16.
8 Heri Purwanto, op. cit., him. 60-61.
Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu
kegiatan/pekeijaan. “Motivation is an essential condition o f learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Ada tiga fungsi otivasi,
yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikeijakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengana demikiaan motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikeijakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikeijakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Seseorang siswa yang akan menghadapi ujiaan dengan harapan dapat
lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik,
sebab tidak serasi dengan tujuan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan
suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanyaaa motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
seorang siswa akan sangat menentukaan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya.10
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah, yaitu :
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang
baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau
nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian. Karena hadiah untuk suaatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/kompetisi
Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi
yang cukup tinggi.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giaat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
Tetapi yang harus dingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya
setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekeijaan, apalagi kalau teijadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang
positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement negative tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus
memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan
yang tanpa maksud.
j. Minat
Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya
dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga
Proses belajar itu akan beijalan lancar kalau disertai dengan minat.
Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara
sebagai berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar,
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan
menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.11 12
B. PEMBELAJARAN
1. Pengertian Pembelajaran
“Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam
12 lingkungannya”.
2. Kegiatan/proses pembelajaran
Proses pembelajaran ialah proses individu mengubah perilakunya dalam
upaya memenuhi kebutuhannya. Proses pembelajaran akan teijadi apabila
11 Ibid., him. 92-95.
individu menghadapi situasi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan
insting atau kebiasaan. Secara keseluruhan proses pembelajaran akan
merupakan suatu rangkaian aktivitas sebagai berikut:
a. Individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin
dicapai.
b. Kesiapan {readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan.
c. Pemahaman situasi, yaitu segala sesuatu yang ada di lingkungan individu
dan mempunyai hubung kait dengan aktivitas individu dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuannya.
d. Menafsirkan situasi, yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai
aspek yang terdapat dalam situasi.
e. Tindak balas {respons). Dalam fase ini individu melakukaan ativitas
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengan yang
telah dirancangkannya dalam fase ketiga dan keempat.
f. Akibat/hasil pembelajaran. Dalam fase ini individu akan memperoleh
umpan balik dan apa yang telah dilakukannya.
3. Tujuan Pembelajaran
Tugas pokok guru agama adalah menanamkan ideologi Islam yang
sesungguhnya pada jiwa anak. Dalam hubungan ini Dokter Muhamad S. A.
Ibrahimmy, sarjana pendidikan Bangladesh mengatakan, “Islamic education
in true sense o f term, is a system o f education which enables a man to lead his
life according to the Islamic ideology, so that he maay e asily mould his life in 13
according with tenets o f Islam. The scope o f Islamic education has been
changing at different time. In view o f the demands o f the age and the
development o f science and technology, its scope has also widened. ” Menurut
pandangan Ibrahimmy tersebut, pendidikan Islam dalam pengertian
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang menginginkan seseorang
dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga ia
dengan mudah dapat membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan ajaran
Islam. Ruang lingkup pendidikan Islam harus mengalami perubahan menurut
tuntutan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Ruang
lingkup pendidikan Islam itu juga makin meluas.14
Hal tersebut sesuai dengan tujuan khusus pendidikan Islam, yaitu :
1. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam, serta
mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks
kehidupan modem.
2. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebajikan, baik
pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan, lingkungan sosial, dan
pembangunan nasional.
3. Mengembangkan kemampuan pada diri anak didik untuk menghargai dan
membenarkan superioritas komparatif kebudayaan dan peradaban Islami
di atas kebudayaan lain.
4. Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga
kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-
norma Islam yang benar dan yang salah.
5. Membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar secara logis dan
membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan
konsep-konsep tentang pengetahuan yang dituntut.
6. Mengembangkan wawasan relational dan lingkungan sebagaimana yang
dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan yang baik.
7. Mengembangkan, menghaluskan dan memperdalam kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.15
Adapun rumusan tujuan pendidikaaan Islam yang dihasilkan dari
seminar pendidikan Islam se-dunia tahun 1980 di Islamabad adalah :
“Education aims at the balanced growth o f total personality o f man through
the training o f man's spirit, intelect, the rational self feeling and bodile
sense. Education should therefore, cater fo r the growth o f man in all it aspect,
spiritual, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both
individually and collectively. And motivate all these aspects toward goodness
and attainment o f perfection. The ultimate aim o f education lies in the
realization o f complete submission to Alloh on the level o f individual, the
community and humanity at large. ”
Maksudnya, pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan
yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan
spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indera. Oleh karena itu,
pendidikan seharusnyaa memberikan pelayanan bagi pertumbuhan manusia
dalam segala aspeknya yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi,
fisik, ilmiah, linguistik, baik secara individu maupun secara kolektif
disamping memotivasi semua aspek tersebut ke arah kebaikan dan pencapaian
kesempurnaan. Tujuan utama pendidikan bertumpu pada realisasinya
ketundukan kepada Allah SWT baik dalam level individu, komunitas dan
manusia secara luas.16
Dalam buku lain disebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam menurut
Abdurrahman Saleh Abdullah dibangun atas tiga komponen sifat dasar
manusia yaitu tubuh, ruh, dan akal yang masing-masing harus dijaga.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan agama Islam dapat
diklasifisikan kepada:
1. Tujuan Pendidikan Jasmani (ahdaf al-jismiyah)
Rasululloh SAW bersabda “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih
disayangi Alloh ketimbang orang mukmin yang lemah. (HR. Imam
Muslim)
2. Tujuan Pendidikan Rohani
Tujuan pendidikan Islam harus membawa daan mengembalikan ruh yang
kadang menyimpang kepada kesucian dan kebenaran
3. Tuj uan Pendidikan akal (al-ahdaf al-a 'qliyah)
Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegensi yang
mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan
kebenaran yang sebenar-benarnya.
4. Tuj uan social (al-ahdaf al-ijtima 'iyah)
Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah
menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang
unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar
masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya.17
Sedangkan menurut Sardinian, A.M, menyatakan bahwa tujuan
pengajaran/pembelajaran biasanya dibagi dua yaitu :
1. Tuj uan Umum Pengaj aran (TUP)
Ada beberapa rumusan mengenai TUP/TIU, yaitu :
a. Menurut SK Menteri Pendidikan daan Kebudayaan No. 8/U/1975,
Tujuan Instruksional Umum diartikan sebagai tujuan-tujuan yang
pencapaiannya dibebankan kepada program pengajaran suatu bidang
pelajaran.
b. Menurut Gene E. Hall dan Howard L. Jones, TIU adalah pernyataan
umum mengenai hasil suatu program pengajaran.
c. Dick dan Carey mengemukakan bahwa TIU adalah suatu pernyataan
yang menjelaskan mengenai apakah kemampuan yang harus dimiliki
oleh siswa setelah ia selesai mengikuti suatu pengajaran.
d. Briggs mengatakan bahwa TIU adalah pernyataan umum mengenai
tujuan akhir dari program pengajaran.
2. Tujuan Khusus Pengajaran (TKP)
Yang disebut tujuan pengajaran/instruksional khusus (TKP/TIK) itu
merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang bersifat khusus sebagai
penjabaran dari tujuan umum pengajaran.18
3. Hasil Pembelajaran
Dengan memperhatikan pengertian pembelajaran, maka hasil proses
pembelajaran adalah perubahan perilaku individu. Perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaraan ialah perilaku secara keseluruhan yang
mencakup aspek kognitif, afektif, konatif, dan motorik. Beberapa pakar
menyebutkan adanya beberapa jenis perilaku sebagai hasil pembelajaran.
Lindgren (1968) menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas : (1)
kecakapan, (2) informasi, (3) pengertian dan (4) sikap. Benyamin Bloom
(1956) menyebutkan ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil
pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan pakar lain
yaitu R.M Gagne (1957, 1977) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran
ialah berupa kecakapan manusiawi (human capabilities) yang meliputi :
(1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual yang meliputi : (a)
diskriminasi, (b) konsep konkrit, (c) konsep abstrak, (d) aturan, (e) aturan
yang lebih tinggi, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan
motorik.19
C. ILMU FIQIH
1. Pengertian
“Fiqih berasal dari kata bila dilihat dari sudut bahasa secara
terminologi yang artinya yaitu memahami, mengerti”. Sedangkan “ilmu fiqih
adalah ilmu hukum yang sangat luas pembahasannya meliputi seluruh aspek
hidup manusia baik pribadi maupun masyarakat, baik dalam hubungan
manusia dengan Alloh, hubungan manusia dengan makhluk lainnya.”20
Sedangkan arti fiqih yang sering dikenal sekarang yaitu “segala peraturan
hidup yang mengatur perbuatan manusia yang mencakup lima hukum yaitu ;
halal, haram, sunah, makruh dan mubah.”21 Dalam buku lain juga disebutkan
bahwa “fiqih berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti mengerti
atau faham” Dari sinilah ditarik perkataan fiqh yang memberi pengertian
kepahaman dalam hukum syariat yang sangat dianjurkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Jadi, “ilmu fiqh adalah suatu ilmu yang mempelajari syariat yang
bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil hukum yang
terinci dari ilmu tersebut.”22
Pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu
bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan
mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
20 P engantar Ilm u F iqih, Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta, 1981, him.
10.
21 Ibid., him. 12.
penggunaan pengamalan dan pembiasaan. Mata pelajaran fiqih di Madrasah
Ibtidaiyah ini meliputi : fiqih ibadah dan fiqih muamalah, yang
menggambarkan bahwa ruang lingkup fiqih mencakup perwujudan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah
SWT, dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun
lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).23
2. Obyek Fiqih
Ada pendapat yang mengemukakan bahwa yang dibahas oleh fiqih
adalah perbuatan orang-orang mukallaf, tentunya orang-orang yang telah
dibebani ketetapan-ketetapan hukum agama Islam. Berarti sesuai dengan
tujuannya. “Yang dibicarakan oleh fiqih (menurut tarif ahli ushul) atau yang
dijadikan maudhu’nya adalah segala pekeijaan pada mukallaf dari jurusan
hukum”.24 25 Pendapat lain juga mengemukakan bahwa “obyek penelitian ilmu
fiqih secara garis besarnya adalah masalah-masalah dalam kehidupan manusia
yang meliputi tiga hal yaitu; ibadah, muamalah daan uqubah”.
3. Tujuan Mempelajari Ilmu Fiqih
Dalam buku Pengantar Ilmu Fiqih disebutkan bahwa “dengan
mempelajari ilmu fiqih akan dapat diketahui mana yang diperintahkan atau
mana yang dilarang mengerjakannya, mana yang haram dan mana yang halal
untuk dilakukannya, mana yang sah dan mana yang bathal atau fashid dari
perbuatan yang telah dilakukan”.26 Dalam buku lain juga disebutkan bahwa
23 Standar K om petensi, Departemen Agama RI, Jakarta, 2004, him. 48. 24 A. Syafi’i Karim, op. cit., him. 47.
yang menjadi dasar dan pendorong bagi umat Islam untuk mempelajari fiqih
ialah:
a. Untuk mencari kebiasaan faham daan pengertian dari agama Islam.
b. Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan
kehidupan manusia.
c. Kaum muslimin harus bertafaqquh artinya memperdalam pengetahuan
dalam hukum-hukum agama baik dalam bidang aqaid daan akhlak
maupun dalam bidang ibadat dan muamalat.
D. METODE DEMONSTRASI
1. Pengertian metode dan jenis-jenis metode dalam pendiidkan Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwaa “Metode”
adalah “ Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan
guna mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Seiring dengan itu, oleh
Mahmud Yunus mengatakan metode adalah “Jalan yang hendak ditempuh
oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan
perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan
lainnya”. Dalam buku membiasakan Tradisi Agama disebutkan bahwa
“metode berarti jalan untuk mencapai tujuan. Jalan itu bermacam-macam,
begitu juga dengan metode. Metode pembelajaran merupakan cara guru
mengorganisir pembelajaran dan cara murid belajar”.27 28 29
27 A. Syafi’i Karim, op. cit., him. 53. 28 Armai Arief, op. cit., him. 87.
Adapun jenis-jenis metode pembelajaran dalam pendidikan Islam yaitu :
a. Metode Pembiasaan
b. Metode Keteladanan
c. Metode Pemberian Ganjaran
d. Metode Pemberian Hukuman
e. Metode Ceramah
f. Metode Tanya Jawab
g Metode Diskusi '
h. Metode Sorogan
i. Metode Bandongan
j. Metode Mudzakarah
k. Metode Kisah
i. Metode Pemberian Tugas
m. Metode Karya Wisata
n. Metode Eksperimen
o. Metode drill/latihan
p. Metode Sosiodrama
q. Metode Simulasi
r. Metode Keija Lapangan
s. Metode Demonstrasi
t. Metode Keija Kelompok30
Metode-metode pembelajaran PAI yang berorientasi pada nilai, menurut
Noeng Muhadjir, intinya ada empat metode, “yaitu metode dogmatik, metode
deduktif, metode induktif, dan metode reflektif’.31
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode
Guru dapat memilih metode yang paling tepat ia gunakan. Dalam pemilihan
tersebut banyak yang harus dipertimbangkan antara lain :
a. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan,
kematangan, perbedaan individu lainnya.
b. Tujuan yang hendak dicapai; jika tujuannya pembinaan daerah kognitif
maka metode drill kurang tepat digunakan.
c. Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi
lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak
sulit digunakan, apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah
harus mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru.
d. Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan
digunakan. Bila metode eksperimen yang akan dipakai maka alat-alat
untuk eksperimen harus tersedia; dipertimbangkan juga jumlah dan mutu
alat itu.
e. Kemampuan mengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik,
keahlian
f. Sifat bahan pengajaran. Disesuaikan dengan metode yang digunakan.32
Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikaan Islam menurut Omar
Muhammad Al-Toumy Al Salbany adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didik.
2) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum
pelaksanaan pendidikan.
3) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak
didik.
4) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik
5) Mengetahui kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan,
integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan
kebebasan berfikir.
6) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang
menggembirakan bagi anak didik.
7) Menegakkan nswah hasanah.32 33
3. Pengertian metode demonstrasi
Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar
dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu kepada siswa.
Berbeda dengan metode eksperimen, metode demonstrasi titik tekannya
adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu, sementara
metode eksperimen adalah melakukan percobaan/praktik langsung atau
dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama. Perbedaan lainnya
32 Ahmad Tafsir, m etodik K husus P endidikan A gam a Islam ., Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, him. 33-34.
adalah metode demonstrasi dilakukan oleh guru terlebih dahulu, baru diikuti
oleh siswa, sedangkan metode eksperimen dilakukan oleh guru dan siswa
secara bersama.
Metode demonstrasi dapat digunakan dalam penyampaian bahan
pelajaran fiqih, misaalnya bagaimana cara berwudlu’ yang benar, bagaimana
cara shalat yang benar, dan lain-lain. Sebab kata demonstrasi diambil dari
“demonstrasion ” (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan
proses kelangsungan sesuatu.34 Sedangkan menurut Dr s. M. Basyiruddin
Usman, M.Pd. mengatakan bahwa “metode demonstrasi adalah salah satu
teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang
dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan
kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Misalnya
demonstrasi tentang cara memandikan mayat orang muslim/muslimah dengan
menggunakan model atau boneka, demontrasi tentang cara-cara tawaf pada
saat menunaikan ibadah haji dan sebagainya”.
Metode demonstrasi ini cocok digunakan bilamana :
a. Untuk memberikan latihan ketrampilan tertentu kepada siswa
b. Untuk memudahkan penjelasan yang diberikan agar siswa langsung
mengetahui dan dapat terampil melakukannya untuk membantu siswa
dalam memahami suatu proses secara cermat dan teliti.35
34 Ibid., him. 190.
adalah metode demonstrasi dilakukan oleh guru terlebih dahulu, baru diikuti
oleh siswa, sedangkan metode eksperimen dilakukan oleh guru dan siswa
secara bersama.
Metode demonstrasi dapat digunakan dalam penyampaian bahan
pelajaran fiqih, misaalnya bagaimana cara berwudlu’ yang benar, bagaimana
cara shalat yang benar, dan lain-lain. Sebab kata demonstrasi diambil dari
“demonstrasion ” (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan
proses kelangsungan sesuatu.34 Sedangkan menurut Drs. M. Basyiruddin
Usman, M.Pd. mengatakan bahwa “metode demonstrasi adalah salah satu
teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang
dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan
kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Misalnya
demonstrasi tentang cara memandikan mayat orang muslim/muslimah dengan
menggunakan model atau boneka, demontrasi tentang cara-cara tawaf pada
saat menunaikan ibadah haji dan sebagainya”.
Metode demonstrasi ini cocok digunakan bilamana :
a. Untuk memberikan latihan ketrampilan tertentu kepada siswa
b. Untuk memudahkan penjelasan yang diberikan agar siswa langsung
mengetahui dan dapat terampil melakukannya untuk membantu siswa
dalam memahami suatu proses secara cermat dan teliti.35
34 Ibid., him. 190.
Pendapat lain mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah
metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada
anak didik.
Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan
oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik. Dengan metode
demonstrasi guru atau murid memperlihatkan pada seluruh anggota kelas
sesuatu proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan
ajaran/contoh Rasulullah SAW. Sebaiknya dalam mendemonstrasikan
pelajaran tersebut guru lebih dahulu mendemonstrasikan yang sebaik-
baiknya, lalu murid ikut mempraktekkan sesuai dengan petunjuk.36
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi
Ada pendapat yang mengatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah :
a. Rumuskan secara spesifik yang dapat dicapai oleh siswa
b. Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara
teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan.
c. Persiapan-persiapan peralatan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi
dimulai, dan atur sesuai dengan skenario yang direncanakan.
d. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya, dan jangan berlebih-lebihan.37
36 M etodik K husus Pengajaran A gam a Islam , Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta, 1980/1981, him. 236.
Sedangkan pendapat yang lain menyatakan bahwa aspek penting dalam
metode demonstrasi adalah:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa.
Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasan-penjelasannya tidak jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di
mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan daan menjadikan aktivitas
mereka sebagai pengalaman yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-
alat yang terlalu besar atau berada di tempat lain yang jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian daan landasan teori yang akan
didemonstrasikan.
f. Kelemahan metode demonstrasi seperti yang telah disebutkan pada bab
sebelumnya hendaknya dicarikan jalan keluar berupa persiapaan dan
perencanaan yang matang.38
5. Kelebihan Metode Demonstrasi
Di dalam buku Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam
disebutkan bahwa metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan antara
lain :
a. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b. Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar, tetapi
juga melihat bahkan mempraktekkan secara langsung.
c. Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran dalam
waktu yang relatif singkat
d. Dapat memusatkan perhatian anak didik
e. Dapat menambah pengalaman anak didik.
f. Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih jelas
dan konkrit
g. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap
siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung.39
Sedangkan di dalam buku Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,
disebutkan beberapa keuntungan atau kebaikan dalam metode demonstrasi,
yaitu:
a. Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap
penting oleh guru dapat diamati secara tajam,
b. Perhatian anak didik akan lebih terpusat kepada apa yang
didemonstrasikan, jadi proses belajar anak didik akan lebih terarah dan
akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
c. Apabila anak didik sendiri ikut aktif dalam sesuatu percobaan yang
bersifat demonstratif, maka mereka akan memperoleh pengalaman yang
melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan kecakapan.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi, maka
dalam bidang studi agama, banyak yang dapat didemonstrasikan, terutama
dalam bidang pelaksanaan ibadat, seperti pelaksanaan shalat, pelaksanaan
zakat, beberapa pelaksanaan rukun Haji dan lain-lain. Apabila teori
menjalankan shalat yang betul dan baik telah dimiliki oleh anak didik, maka
guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan murid. Atau dapat juga
dilakukan guru memilih seorang murid yang paling terampil, kemduiaan di
bawah bimbingan guru disuruh mendemonstrasikan cara shalat yang baik di
depan teman-temanya yang lain, pada saat anak didik mendemonstrasikan,
guru harus mengamati langkah demi langkah dari setiap gerak-gerik murid
tersebut, sehingga kalau ada segi-segi yang kurang, guru berkewajiban
memperbaikinya. Guru memberi contoh lagi tentang pelaksanaan yang baik
dan betul pada bagian-bagian yang masih dianggap kurang baik. Tindakan
mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya, akan memberi
kesan yang dalam pada diri anak didik karena guru berarti telah memberi
pengalaman kepada anak didik, baik bagi anak didik yang menjalankan
demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya. Dengan tambahan
pengalaman ini akan menjadi dasar pengembangan kecakapan dan
ketrampilan dari anak didik yang kita asuh. Di bidang studi umum, studi olah
ragalah yang paling tepat digunakan metode demonstrasi, yaitu murid yang
dianggap terampil mendemonstrasikan loncat tinggi, loncat jauh dan
sebagainya.40
40M etodik Khusus Pengajaran Agama Islam, op. cit.,
him. 236-237.
Dalam buku yang lain disebutkan pula mengenai keunggulaan metode
demonstrasi yaitu:
a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang
didemonstrasikan atau yang dieksperimenkan.
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang
kuat dan ketrampilan dalam berbuat.
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat teijawab melalui eksperimen.
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan,
karena mereka mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi
atau eksperimen yang diadakan.41
6. Kelemahan metode demonstrasi
a. Memerlukan waktu yang cukup banyak. Namun hal ini dapat
ditanggulangi dengan menyediakan waktu khusus yang cukup memadai
untuk melaksanakan metode demonstrasi.
b. Apabila teijadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang
efektif. Oleh karena itu, perlu melengkapi semua alat yang diperlukan
dalam menggunakan metode ini.
c. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian alat.
Oleh karena itu, pihak sekolah perlu merencanakan pembelian alat-alat
tersebut.
d. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Oleh karena itu, guru dan siswa
perlu persiapan fisik, di samping penguasaan teori.
e. Bila siswa tiadak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif,
oleh karena itu, setiap siswa harus diikutsertakan daan melarang mereka
berbuat kegaduhan.42
7. Langkah-langkah penerapan Metode Demonstrasi
a. Perencanaan.
Hal yang dilakukan dalam perencanaan adalah :
1) Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau
kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demonstrasi
berikut:
a) Mempertimbangkan apakah metode itu wajar dipergunakan dan
merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan
yang telah direncanakan.
b) Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa
diperoleh dengan mudah dan apakah alat-alat itu sudah dicoba
terlebih dahulu agar sewaktu melakukan demonstrasi tidak teijadi
sesuatu yang tidak diinginkan.
c) Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk melaksanakan
demonstrasi dengan baik.
2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan, dan sebaiknya sebelum melakukan metode demonstrasi
hendaknya melakukan percobaan terlebih dahulu agar sesuatu yang
tidak diinginkan tidak akan terjadi di saat demonstrasi berlangsung.
3) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkaan. Apakah tersedia waktu
untuk memberi kesempatan kepada siswa menanyakan beberapa hal
dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. Menyiapkan beberapa
pertanyaan kepada siswa untuk merangsang observasi.
4) Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya instropeksi
diri apakah:
a) Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh siswa
b) Semua media yang dipergunakan telah ditempaatkan pada posisi
yang baik sehingga setiap siswa dapat melihatnya dengan jelas.
c) Siswa disarankan untuk membuat catatan yang dianggap perlu.
5) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik.
Namun sebaiknya terlebih dahulu mengadakan diskusi dengan siswa
mencoba melakukan demonstrasi kembali agar mereka memperoleh
kecakapan-kecakapan yang lebih baik.43
b. Pelaksanaan:
Hal-hal yang mesti dilakukan adalah :
1) Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian siswa.
3) mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar
demonstrasi mencapai sasaran.
4) Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti
demonstrasi dengan baik.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memikirkan lebih
lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarkannya dalam bentuk
mengajukan pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain, dan
mencoba melakukannya sendiri dengan bantuan guru.
6) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu
mencipatakan suasana yang harmonis.44
c. Evaluasi:
Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering
diimgi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya kegiatan ini dapat
berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan,
mengadakan latihan lebih lanjut, apakah di sekolah ataukah di rumah.
Selain itu, guru dan siswa mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi
yang dilakukan; apakah berjalan efektif sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, ataukah ada kelemahan-kelemahan tertentu beserta faktor
penyebabnya. Evaluasi dapat dilakukan pada semua aspek yang terlibat
dalam demonstrasi tersebut, baik yang menyangkut perencanaan,
pelaksanaan, maupun tindak lanjutnya.45
Kesimpulan :
Jadi langkah-langkah penerapan metode demonstrasi harus sesuai
dengan urutan tersebut di atas. Sehingga kalau penerapan metode secara
sistematis, maka akan dapat dikurangi kelemahan-kelemahan pada metode
demonstrasi. Penerapan yang baik akan mampu meningkaatkan minat siswa
dalam proses pembelajaran khususnya pada materi fiqh.
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Dalam bab III ini penulis ingin paparkan keadaan lokasi dilaksanakannya
penelitian skripsi ini. Hal ini penulis pandang perlu karena untuk menghindari
persepsi yang salah tentang lokasi penelitian yang nantinya juga sangat
berpengaruh pada analisa data yang akan dilakukan. Memaparkan kondisi riil
lokasi penelitian menjadi sangat penting ketika hasil dari penelitian ini akan
dijadikan referensi, karena keadaan dan kondisi yang ada tentunya juga
dipertimbangkan untuk penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih
ini. Secara garis besar lokasi penelitian dapat penulis sampaikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Profil MI Nurul Islam Nglorog
a. Nama dan Alamat : MI Nurul Islam Nglorog
b. Tahun Pendirian : 1 Maret 1964
c. Nomor Piagam Akreditasi : Mk.25/5.a/PP.00.4/2276/2000
d. Yayasan Pengelola : Ma’arif NU
e. Jumlah Lokal : 2 lokal
f. Jumlah Kelas 6 lokal
g- Kamar Mandi / WC : 2 lokal
h. Jumlah Guru : 8 orang
i. Jumlah Siswa 98 anak
j. Meja Guru 8 buah
k. Kursi Guru 8 buah
1. Meja Anak 54 buah
m. Kursi Anak 98 buah
n. Almari 6 buah
o. Status Tanah / Luas Hak milik / 1.500 m2
2. Letak Geografis
Penelitian ini dilaksanakan pada MI Nurul Islam Nglorog Kecamatan
Pringsurat Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. MI Nurul Islam
terletak di sebelah utara Desa Nglorog dan sebelah selatan Desa Piyatak dan
sebelah timur kurang lebih 350 m adalah SDN Tuksongo 2 dan Pondok
Pesantren Sabilil Huda Desa Nglorog Pringsurat Temanggung. Dari sisi
geografis MI Nurul Islam Nglorog tergolong strategis karena mudah
dijangkau oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum dan hubungan
daerah, kecamatan s?tu dan lainnya cukup berdekatan tidak ada daerah
terpencil. MI Nurul Islam Nglorog jauh dari pusat keramaian dan suasana
belajar begitu khitmad dan tetap terjaga karena terhaindar dari lalu lalang
kendaraan dan kebisingan kendaraan bermotor.
Gambar Letak MI Nurul Islam Nglorog Pringsurat Temanggung
4
K eterangan :
1. Desa Nglorog
2. MI Nurul Islam
3. Desa Piyatak
4. SDNTuksongo2
5. Pondok Pesantren Sabilil Huda
3. Sejarah Singkat MI Nurul Islam Nglorog
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan tokoh masyarakat
Nglorog Bapak Tahir diperoleh keterangan, bahwa sebelumnya pada tahun
1934 berdiri sekolah diniyah yang dibimbing oleh bapak A Sarbini, karena
muridnya yang banyak dan belum ada MI, maka pada tahun 1964 para alim
ulama, tokoh masyarakat dan pemerintah Desa bermusyawarah untuk merintis
mendirikan MI Nurul Islam dan tanah yang digunakan untuk bangunan