• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR’AN MELALUI METODE RESITASI PADA PESERTA DIDIK KELAS XII SMK SULTAN FATTAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR’AN MELALUI METODE RESITASI PADA PESERTA DIDIK KELAS XII SMK SULTAN FATTAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA

AL-QUR’AN MELALUI

METODE RESITASI PADA

PESERTA DIDIK KELAS XII SMK SULTAN FATTAH

SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

MUFIDATUL MAHMUDAH

NIM 11112121

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

3

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA

AL-QUR’AN MELALUI

METODE RESITASI PADA

PESERTA DIDIK KELAS XII SMK SULTAN FATTAH

SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

MUFIDATUL MAHMUDAH

NIM 11112121

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

7

MOTTO HIDUP

Sebaik-baik gantungan bagi tiap harapan

adalah pundakmu sendiri

(8)

8

PERSEMBAHAN

Kupersembahakan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah

membantu mewujudkan harapanku:

1. Kedua orangtuaku, Bapak H. Nashaq Efendi dan Ibu Hj. Thoyibah

yang tiada henti mendoakanku dan banyak pengorbanan yang tak

tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani segala rintangan hidup di

kota orang.

2. Saudara-saudaraku tercinta, Mbak Istianatul Khoiriyah, Mbak Khoirotun Nisa’, dan Adik Maulidia Nashrul Ummah yang selalu memberiku semangat canda, tawa selama perjalanan hidup.

3. Abah KH.Mahfudz Ridwan, Lc., Ibu Hj. Nafisah, Gus Muhammad

Hanif, M.Hum. dan Bu Rosyidah, Lc. Beliau orangtua keduaku yang

senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat

menemukan ketentraman hidup di Pondok Pesantren tercinta Edi

Mancoro.

4. Almamater tercinta Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga yang saya banggakan.

5. Guru-guruku yang hebat dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Perguruan

Tinggi yang saya hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing

dengan penuh kesabaran.

6. Seseorang yang kusebut Tigahuruf (DIA) yang selalu menguatkan,

membuat saya tersenyum, memotivasi dan menambah indahnya hidup.

7. Sahabatku tercinta Indah Asfaradina yang hampir dari bangun tidur

sampai tidur lagi selalu bersama, Ahjuma Dedew, Siti Mujayanah.

Teman-teman Kamar Pengurus Ijup, Iqoh, Uswah, Puri, Laila, Nidut, Isma, Marin, Hiday, Mar’ah, Hesti, dan Indy yang telah menghibur setiap saat dengan kekocakan dan membantu saya dalam

mengkondisikan santri putri PP. Edi Mancoro.

8. Keluarga Besar Yaa Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi dari angkatan

2012 saudara seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan

(9)

9

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah

SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikut

setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

sarjana dalam bidang Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI.

4. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

5. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.

6. Bapak Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yeng telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. H. Noor Rofiq selaku Kepala Sekolah SMK Sultan Fattah

(10)

10

8. Ibu Faridah Rahmawati, S.Ag selaku Guru PAI kelas XII SMK Sultan

Fattah Salatiga yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.

9. Karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah menyediakan

fasilitasnya.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan

apapun. Hanya ucapan kata terimakasih yang bisa penulis sampaikan, semoga

Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang

telah membantu penulis.

Penulis berharap apabila dalam penulisan dan penyusunan skripsi

ini kurang memenuhi syarat, pembaca hendaknya memberikan saran maupun

kritik yang membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 11 Agustus 2016

(11)

11 ABSTRAK

Mahmudah, Mufidatul. 2016. Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Metode Resitasi Pada Peserta Didik Kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Kata Kunci : Kemampuan Membaca Al-Qur’an dan Metode Resitasi

Membaca Al-Qur’an bagian dari pendidikan agama Islam dan di sekolah mulai di tingkat dasar termasuk materi yang penting, disamping peserta didik diharapkan menjadi anak yang berbudi pekerti baik, rajin beribadah dan kuat imannya, maka tidak ada suatu alasan melainkan anak harus dimotivasi untuk membaca Al-Qur’an. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017?

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan pada tiap siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah untuk mengetahui penerapan metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

(12)
(13)

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Membaca Al-Qur’an...17

1. PengertianMembaca Al-Qur’an...17

2. KeutamaanMembaca Al-Qur’an...18

3. AdabMembaca Al-Qur’an...20

4. Kesulitan-kesulitandalamMembaca Al-Qur’an...23

5. Faktor-faktorKesulitanMembaca Al-Qur’an...27

6. Metodedalampengajaran Al-Qur’an...33

B. Metode Resitasi...34

C. KaitanMetodeResitasidanMembaca Al-Qur’an...39

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Diskripsi Awal...41

1. GambaranUmumLokasiPenelitian...41

a. Identitas...41

b. Letak Geografis...42

c. SejarahSingkatBerdirinya SMK Sultan Fattah Salatiga...42

d. Visi, MisidanTujuan SMK Sultan Fattah Salatiga...42

e. Saranadan Prasarana...43

f. Keadaan Guru...44

g. KeadaanPesertaDidik yang Diteliti...45

2. Waktu Penelitian...47

B. Deskripsi Penelitian...47

1. DeskripsiPelaksanaanSiklus I...47

(14)

14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DeskripsiKondisi Awal...54

B. Deskripsi Per Siklus...56

1. Hasilpenelitiansiklus I...56

2. HasilPenelitianSiklus II...62

C. Pembahasan Penelitian...67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...69

B. Saran...69

DAFTAR PUSTAKA...71

(15)

15

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana SMK Sultan Fattah...43

Tabel 3.2 Data Guru SMK Sultan Fattah...45

Tabel 3.3 Data Peserta Didik SMK Sultan Fattah kelas XII...46

Tabel 4.1 Perolehan Nilai Pre Test membaca Al-Qur’an...54

Tabel 4.2 Lembar pengamatan guru siklus I...56

Tabel 4.3 Lembar pengamatan peserta didik siklus I...59

Tabel 4.4 Data hasil evaluasi siklus I...60

Tabel 4.5 Lembar pengamatan guru siklus II...63

Tabel 4.6 Lembar pengamatan peserta didik siklus II...64

Tabel 4.7 Data hasil evaluasi siklus II...65

(16)

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Subhi al-Salih merumuskan definisi Al-Qur’an adalah firman Allah

yang berfungsi sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan

dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang ibadah (Zuhdi,

2001:1). Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai

pegangan hidup umat Islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah

saw untuk seluruh umat manusia. Ia juga mengajarkan kepada manusia

tentang akidah tauhid. Di samping itu, Al-Qur’an juga mengajarkan

manusia cara beribadah kepada Allah untuk membersihkan sekaligus

menunjukkan kepada manusia di mana letak kebaikan dalam kehidupan

pribadi dan kemasyarakatannya (Makhdlori, 2008:15). Maka untuk

mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia

maupun di akhirat, setiap umat Islam harus berusaha belajar dan

memahami Al-Qur’an. Untuk itu betapa pentingnya kita membaca Al

-Qur’an agar kita dapat memahami isinya dan mengamalkan dalam

kehidupan kita sehari-hari.

Al-Qur’an tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi ia sekaligus

merupakan pedoman hidup, sumber ketenangan jiwa serta membaca dan

mengamalkan Al-Qur’an akan mendapat Rahmat dari Allah SWT.

(17)

17

kerugian. (Qs. Al-Isra’ :82) (Departemen Agama RI, 2007:290).

Pembelajaran Al-Qur’an bisa dilakukan diberbagai tempat,

misalnya di rumah, di sekolah, di mushola, di masjid, di pondok pesantren,

di TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) dan sebagainya. Lingkungan pertama

anak adalah keluarga, diharapkan dalam keluarga sejak kecil anak telah

mendapatkan pengajaran Al-Qur’an dari orang tuanya. Ketika orang tua

kurang mampu untuk mengajari anaknya membaca Al-Qur’an maka dapat

menitipkan anaknya ke tempat pembelajaran Al-Qur’an misalnya TPQ

(Taman Pendidikan Qur’an), pondok pesantren, dan sebagainya.

Pembelajaran Al-Qur’an di SMA atau sederajatnya merupakan

lanjutan dari tingkat SD dan SMP. Idealnya siswa SMA dan sederajatnya

sudah bisa membaca Al-Qur’an. Maka sebelum memahami ayat

Al-Qur’an, peserta didik harus dapat membaca Al-Qur’an terlebih dahulu.

Akan tetapi masih didapati keluhan guru PAI bahwa beberapa peserta

didiknya belum bisa membaca Al-Qur’an. Salah satu sekolah tersebut

adalah SMK Sultan Fattah Salatiga. Keluhan guru PAI disebabkan karena

masih banyak peserta didik yang belum mampu membaca Al-Qur’an

(Hasil wawancara dengan Ibu Faridah Rahmawati guru PAI SMK Sultan

(18)

18

disebabkan oleh berbagai macam faktor. Beberapa faktor tersebut antara

lain ialah lingkungan pendidikan agama di masyarakat yang kurang

mendukung, faktor pendidikan agama dalam keluarga, atau bisa juga

karena faktor internal diri siswa itu sendiri.

Dugaan tersebut dikuatkan oleh temuan penulis di lapangan bahwa

sebagian peserta didik yang tidak pernah belajar membaca Al-Qur’an

karena orang tua tidak pernah mengajari atau memasukkannya ke TPQ

yang ada di desanya (Hasil wawancara dengan Titik Ananti peserta didik

SMK Sultan Fattah Salatiga). Sebagian peserta didik yang lain beralasan

bahwa dikampungnya tidak ada kegiatan TPQ atau semacamnya. Juga di

dapati peserta didik yang memang tidak mau mengaji dengan alasan malas

(Hasil wawancara dengan Arif Budiman peserta didik SMK Sultan Fattah

Salatiga).

Peserta didik berasal dari latar belakang pendidikan agama

keluarga yang berbeda-beda. Jika anak hidup dalam keluarga yang

memperhatikan dan mendukung dalam pendidikan agamanya maka orang

tua akan membiasakan dan mengajarkan anaknya mengaji dari kecil. Jika

orang tuanya kurang mampu untuk mengajari mengaji maka anak tersebut

akan dititipkan di TPQ atau seorang guru mengaji agar dibina yang lebih

mampu. Berbeda dengan anak yang hidup di lingkungan keluarga yang

tidak mendukung. Orang tua tidak peduli, tidak mengajari dan

menyuruhnya mengaji, mereka hanya membiarkan anaknya yang penting

(19)

19

Teman bermain juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan, jika

siswa tersebut berteman dengan anak yang rajin dan bisa mengaji, maka

siswa tersebut akan ikutan belajar mengaji dan tidak mau kalah dengan

temannya. Berbeda dengan siswa yang berteman dengan anak yang malas

dan tidak bisa mengaji, maka ia tidak akan mempunyai keinginan untuk

belajar dan bisa mengaji.

Dalam memahami materi setiap peserta didik memiliki

kemampuan yang tidak sama, ada peserta didik yang mudah menghafal

dan memahami huruf hijaiyah, namun ada juga peserta didik yang

kesulitan dalam memahami huruf hijaiyah, kadang bingung dengan huruf

yang mirip. peserta didik yang sudah bisa membaca Al-Qur’anpun bisa

saja kesulitan membaca jika tidak dibaca secara rutin. Hal ini terjadi

karena jika seseorang sudah bisa membaca dan tidak dibaca secara rutin

maka akan lupa bacaannya. Namun demikian dugaan ini belum bisa

dijadikan sebagai kesimpulan, karena temuan fakta ini belum cukup dan

belum mencakup keseluruhan peserta didik.

Dalam kegiatan belajar membaca Al-Qur’an tidak selalu lancar

sesuai dengan yang diharapkan, kadang mereka mengalami kesulitan dan

hambatan. Kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam membaca

Al-Qur’an misalnya masih belum lancar membaca, belum mampu

mempraktikan bacaan tajwidnya, terkadang bacaan yang harus dibaca

panjang dibaca pendek dan sebaliknya. peserta didik juga sering

(20)

20

malah dibaca tidak dengung dan sebaliknya. Penulis mencoba

mewawancarai guru PAI terkait masalah kemampuan peserta didik dalam

membaca Al-Qur’an, beliau mengatakan:

“Masih terdapat banyak peserta didik SMK Sultan Fattah Salatiga

yang belum bisa membaca Al-Qur’an, sedikit peserta didik yang sudah

bisa membaca Al-Qur’an, namun bacaannya belum lancar dan belum

mampu menerapkan bacaan sesuai dengan ilmu tajwid”.

Dari observasi yang telah dilakukan di SMK Sultan Fattah

Salatiga, peneliti mendapatkan informasi bahwa pembelajaran PAI kelas

XII yaitu berjumlah 26 peserta didik, hanya 5 peserta didik yang mencapai

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu dengan

nilai 75. Berarti masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM.

Sejak tahun 2007 nuansa Imtaq di SMK Sultan Fattah Salatiga

yaitu mengedepankan kegiatan keagamaan seperti: pengajian kelas,

membaca asmaul husna setiap hari, dan kegiatan ekstrakurikuler qiro’ah.

Sebagai sekolah IMTAQ (Iman dan Taqwa), SMK Sultan Fattah Salatiga

melaksanakan program peningkatan Imtaq dalam mewujudkan salah satu

misinya yaitu Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah

Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat

judul penelitian " PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA

(21)

21

KELAS XII SMK SULTAN FATTAH SALATIGA TAHUN

PELAJARAN 2016/2017.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka

peneliti menarik beberapa masalah yaitu:

Apakah metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca

Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga Tahun

Pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan:

Untuk mengetahui apakah metode resitasi dapat meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK Sultan

Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini

yaitu melalui penggunaan metode resitasi dapat meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK

Sultan Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila hasil

evaluasi pembelajaran para siswanya diperoleh KKM kelas (dari total

(22)

22 E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya

berkaitan dengan masalah metode mengajar.

b. Sebagai pertimbangan penelitian yang sejenis di masa yang akan

datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua peserta didik sebagai bahan masukan untuk lebih

membimbing anak belajar Al-Qur'an.

b. Bagi para guru sebagai pertimbangan tentang pentingnya

mengupayakan metode mengajar yang baik agar tercapai

ketuntasan belajar pada peserta didik secara optimal.

c. Bagi para peserta didik dapat menambah pengetahuan tentang

manfaat belajar Al-Qur'an.

F. Penegasan Istilah

1. Membaca Al-Qur’an

Membaca adalah melihat, melafalkan dan mengucapkan serta

memahami isi dari apa yang tertulis. Al-Qur’an adalah kalam Allah

yang diturunkan kepada nabi atau rasul, dimulai dari surat Al-Fatihah,

(23)

Al-23

Qur’an adalah melafalkan huruf-huruf atau ayat-ayat Al-Qur’an serta

memahami isi dari Al-Qur’an yang membacanya merupakan ibadah.

2. Metode Resitasi

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir (Djamarah

2006:46). Metode berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk

mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar

mengajar. Menurut Djamarah (2006: 85), beliau juga memaparkan

bahwa: Resitasi atau penugasan adalah sebuah metode penyajian bahan

di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan

kegiatan belajar. Masalahnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa

dapat dilakukan di dalam kelas, dihalaman sekolah, dilaboratorium,

diperpustakaan, di bengkel, dirumah siswa, atau dimana saja asal tugas

itu dapat dikerjakan.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang

dilaksanakan dalam tiga siklus. Penelitian ini menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Mukhlis, PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

(24)

24

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang

pada dasarnya “melekat” menghasilkan misi profesional kependidikan

yang diemban oleh guru (Wartono, 2004:62).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian

tindakan, maka peneliti ini menggunakan model penelitian tindakan

dari Kemmis dan Taggart (Hamalik, 2003:6), yaitu berbentuk spiral

dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi

planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan

reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Sabelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan

di kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga dengan jumlah siswa

sebanyak 26 orang anak pada semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

3. Langkah-langkah

Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas dimulai dari

perencanaan berdasarkan analisis awal, kemudian pelaksanaan

pembelajaran diikuti dengan tindakan observasi atau pengamatan dan

diakhiri dengan kegiatan refleksi. Dari kegiatan refleksi tersebut

(25)

25

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.1 alur PTK (Arikunto, 2008:105)

Penjelasan alur di atas adalah:

a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana

tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan

perangkat pembelajaran.

b. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

(26)

26

pembelajaran, pengajaran terarah melalui kegiatan memahami

secara utuh, memahami lebih jauh dan memahami secara

mendalam sebagaimana tuntutan metode resitasi.

c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil

atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi oleh pengamat.

d. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan

pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi menjadi tiga putaran, dimana masing-masing

putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif

di akhiri masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran

dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah

dilaksanakan.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi

dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat

dijabarkan dalam uraian berikut :

a. Perencanaan

Kegiatan ini meliputi:

1) Peneliti menentukan alternatif peningkatan kemampuan

(27)

27

2) Peneliti membuat perencanaan yang mengacu kepada

pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan meminta masukan

pada guru lain atau sumber yang ada.

3) Peneliti melakukan simulasi mengembangkan pembelajaran

melalui metode resitasi.

b. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah

melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah

direncanakan.

c. Observasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dipersiapkan. Selain observasi oleh peneliti sendiri, peneliti juga

meminta rekan guru yang lain untuk mengobservasi selama

peneliti terlibat dalam pembelajaran. Hal ini selain karena peniliti

tidak memungkinkan melakukan sendiri, juga untuk menjaga

obyektifitas.

d. Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

dan dianalisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil observasi

tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran

(28)

28

Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui

kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada

siklus berikutnya. Penelitian ini akan dilaksanakan tiga siklus,

sehingga pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini benar-benar

akan memberikan hasil yang baik pada peningkatan kemampuan

membaca Al-Qur’an dengan melalui metode resitasi.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Pedoman atau lembar pengamatan observasi bagi siswa digunakan

untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam

proses pembelajaran melalui metode resitasi.

b. Materi pembelajaran sebuah bahan yang digunakan oleh guru

untuk menerapkan sebuah pembelajaran yang baik dan mudah di

mengerti para siswanya.

c. Silabus yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu merupakan

pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam

mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP

berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan

(29)

29

e. Soal Tes, tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

terhadap materi yang disampaikan.

5. Pengumpulan Data

Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian

dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Tehnik

ini digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya mencari

dan menggali data melalui pengamatan secara langsung dan

mendalam terhadap subjek dan objek penelitian (Paizaluddin dan

Ermalinda, 2013:113). Tehnik ini digunakan oleh peneliti untuk

mengetahui proses belajar peserta didik pada saat pembelajaran

dengan diterapkannya metode resitasi.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik penelitian yang menggunakan

teknik Tanya jawab antara peneliti dengan objek yang diteliti.

Sebelum melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrument

wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide).

Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang

(30)

30

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda dengan

suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen-dokumen yang

dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah

(Sukmadinata, 2012:222). Digunakan untuk penguat data misalnya

gambaran umum SMK Sultan Fattah Salatiga, sejarah berdirinya,

struktur organisasi, kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah,

sarana maupun fasilitas yang dimiliki, dan lain-lain.

6. Analisis Data

Analisis data adalah usaha (proses) memilih, memilah,

membuang dan menggolongkan data untuk menjawab permasalahan

pokok (Basrowi dan Suwandi, 2008:131).

Penulis menganalisis data dengan menyusun dan mengolah

data yang terkumpul dari catatan observasi dengan melakukan analisis

peningkatan hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

dimana dalam ranah kognitif peningkatan diukur dahulu dengan

persentase peningkatan antara pre test dan post test kondisi awal,

kemudian dibandingkan dengan presentase peningkatan pada siklus I

dan siklus II. Pada ranah afektif dan psikomotor juga dihitung

peningkatannya dari awal sampai akhir dan disesuaikan dengan KKM.

Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus menerus pada saat

penelitian sehingga pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan

(31)

31 H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari V bab yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, kegunaan

penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, mengulas tentang pengertian metode

resitasi, membaca Al-Qur'an dan Kaitan Metode Resitasi

dan Membaca Al-Qur’an.

BAB III Pelaksanaan Penelitian, berisi tentang deskripsi

pelaksanaan siklus.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi deskripsi per siklus

(pengamatan, refleksi keberhasilan dan kegagalan) dan

pembahasan.

(32)

32 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa

membaca adalah, “Melihat serta memahani isi dari apa yang tertulis”.

(Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007:83). Dengan

kata lain membaca berarti berbuat atau melakukan sesuatu pekerjaan

atau kegiatan atau perbuatan seseorang yang dilakukan untuk

memperoleh pesan atau informasi yang berbentuk teks atau tulisan.

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata arab qara’a- yaqra’u-

qira’atan- qur’anan, yang berarti bacaan atau hal membaca. (Yunus,

2011:79). Sedangkan secara terminologi, para ahli mengemukakan

pengertian yang berbeda-beda.

Imam Fathlur Razi dan Syeikh Mahmud Syaltut, menyatakan:

“Al-Qur’an adalah lafal Arab yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw yang diturunkan kepada kita secara mutawattir”.

Sedangkan Abdul Wahab Khallaf, mendefinisikan Al-Qur’an

dengan: Kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat

Jibril (Ar-Ruh Al-Amin) ke dalam hati Rasulullah saw dengan

menggunakan bahasa Arab serta makna-makna yang benar untuk

dijadikan hujjah (argumentasi) dalam pengakuannya sebagai Rasul

(33)

33

manusia, dimana mereka mendapatkan petunjuk dari pada-Nya

disamping merupakan amal ibadah bagi kaum Muslimin yang

membacanya. (Jumantoro, 2009:8).

Lebih lanjut Totok Jumantoro menyimpulkan pengertian

Al-Qur’an sebagai berikut: Wahyu atau firman Allah SWT, yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan perantara malaikat

Jibril, atau dengan cara lain, dengan menggunakan bahasa Arab untuk

pedoman dan petunjuk bagi manusia, dan merupakan mukjizat Nabi

Muhammad saw yang terbesar, yang diterima oleh umat Islam secara

mutawattir, dan dinilai ibadah bagi orang yang yang membacanya.

(Jumantoro, 2009:7-8).

Dari pengertian membaca Al-Qur’an di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa membaca Al-Qur’an adalah suatu perbuatan

atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesan dan

pesan dari sebuah ajaran Ilahi dan sudah berbentuk kitab yang

merupakan ibadah bagi orang yang membacanya, karena merupakan

kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-Nya yaitu Nabi

Muhammad saw dan sebagai pedoman serta petunjuk bagi manusia

kepada jalan yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia dan di

akhirat.

2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Bagi umat Islam, Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki

(34)

34

Muhammad saw baik di dunia maupun di akhirat. Membaca

Al-Qur’an tidaklah sama dengan membaca buku-buku lainnya, karena

dengan membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami dan

mengamalkannya akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih

baik dan kepada Al-Qur’anlah semua kehidupan umat Islam

dirujukan. Oleh karena itu, setiap orang Islam harus membacanya

supaya bisa memahami isinya kemudian mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk memompa semangat belajar membaca Al-Qur’an, sangat

penting mengetahui fadilah (keutamaan) membaca Al-Qur’an.

Diantaranya yaitu:

Irfan Abdul ‘Azhim dalam bukunya yang berjudul Agar Bacaan

Al-Qur’an Tak Sia-siamenjelaskan bahwa “Orang yang membaca Al

-Qur’an akan mendapat banyak kebaikan di dunia dan di akhirat,

hidupnya dinamis, penuh gairah, jauh dari duka dan dekat Yang Maha

Kuasa”. (Azhim, 2009:92-93). Hal ini terdapat dalam hadits yang

diriwayatkan dari ‘Utsman bin ‘Affan RA, ia berkata:

ُهَمَّلَعَو َنآْرُقْلا َمَّلَعَت ْنَم ْمُكُرْيَخ

Rasulullah bersabda: paling baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Al-Bukhori No. 4556)

Kandungan dari hadits tersebut menegaskan bahwa orang yang

belajar Al-Qur’an dan setelah mampu, maka mengajarkannya kepada

orang lain adalah orang yang terbaik, yaitu orang yang mendapat

(35)

35

Selanjutnya Ahmad Syarifuddin menjelaskan bahwa “Membaca

Al-Qur’an merupakan obat (terapi) jiwa yang gundah”. Lebih lanjut ia

menjelaskan bahwa “Membaca Al-Qur’an bukan saja amal ibadah,

namun bisa juga menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran

kusut, nurani tidak tentram dan sebagainya”. (Syarifuddin, 2006:47).

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’: 82, yang berbunyi:





penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Departemen

Agama RI, 2007:290).

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi

hati, mereka menyatakan bahwa “Membaca Al-Qur’an merupakan

salah satu obat hati yaitu dengan cara membacanya secara khusyu’

seraya merenungkan makna kandungannya disamping lima hal yang

lain, yaitu berteman dengan orang shaleh, dzikir di waktu sunyi, shalat

malam, dan puasa”. (Syarifuddin, 2006:48).

3. Adab Membaca Al-Qur’an

Dalam membaca Al-Qur’an, sudah tentu harus memperhatikan

adab-adabnya (tata karma), karena yang dibaca itu adalah kitab suci,

wahyu ilahi, dan buku pedoman hidup umat islam. Al-Qur’an

merupakan lambang agama Islam. Menghormati dan mengagungkan

lambang agama merupakan bagian dari tuntutan beragama. Adapun

(36)

36

1) Berpenampilan bersih dan rapi, sebagai bagian dari berpenampilan

bersih dan rapi ialah terlebih dahulu berwudhu untuk

menghilangkan hadats (kotoran) kecil, bahkan kalau perlu mandi

dan memakai wangi-wangian sebelum menyentuh dan membaca

Al-Qur’an.

2) Membersihkan mulut, mulut sebagai tempat keluarnya bacaan

Al-Qur’an hendaknya terlebih dahulu dibersihkan dengan menggosok

gigi (bersiwak) dan berkumur-kumur.

3) Di tempat yang bersih, tempat yang utama adalah masjid seraya

duduk dengan tenang menghadap kiblat, memegang mushaf

dengan tangan kanan, dan meletakkan mushaf di atas tempatnya.

4) Tidak duduk dengan sikap sombong. (Nawawi, 2001:79).

Menurut Ahsin W. Alhafidz dalam bukunya yang berjudul

Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, bahwa adab membaca

Al-Qur’an ada delapan, yaitu:

1) Berwudhu, lebih lanjut dia menjelaskan bahwa membaca

Al-Qur’an sesudah berwudhu, termasuk Zikrullah yang paling utama.

(Alhafidz, 2005:32).

2) Membacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini maksudnya

untuk menjaga keagungan Al-Qur’an.

3) Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hikmat Allah

(37)

37

“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis

dan mereka bertambah khusyu'.” (Departemen Agama RI, 2007:293).

4) Bersiwak sebelum memulai membaca.

5) Membaca ta’awuz sebelum memulai membaca ayat Al-Qur’an.

Allah berfirman QS. An-Nahl/16: 98:



perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Departemen Agama RI, 2007:278).

6) Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali

At-Taubah.

7) Membacanya dengan tartil. (Azhim, 2009:146-147). Allah

berfirman:

“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan

perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzamil/73: 4) (Departemen Agama RI, 2007:574).

8) Tadabbur/memikirkan terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Allah

berfirman dalam surat Shaad/38: 29 :





“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh

(38)

38

supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

(Departemen Agama RI, 2007:455).

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dengan membaca seperti itu,

artinya penuh perhatian terhadap ayat-ayat yang dibacanya, maka

seorang pembaca akan membaca ‘tasbih’ ketika ia bertemu dengan

ayat-ayat yang mengandung perintah bertasbih, membaca ta’awudz

ketika membaca ayat-ayat yang bernada ancaman, dan lain

sebagainya. (Alhafidz, 2005:33).

Jadi jelas bahwa tidaklah sama Al-Qur’an dengan buku

ensikopedia, kamus, atau buku-buku yang lainnya. Meski zahir-nya

sama-sama terbuat dari kertas yang ditulisi tinta dan dicetak serta

dijual dipasaran, namun di dalamnya menuntut perlakuan yang

berbeda terhadap Al-Qur’an. Seperti adab-adab tersebut yang harus

kita lakukan untuk memulai bacaan Al-Qur’an, yaitu apabila ingin

membaca Al-Qur’an harus diawali dengan membersihkan diri terlebih

dahulu dengan cara berwudhu, bersiwak, atau gosok gigi dan

sebagainya.

Demikian antara lain adab membaca dan menyikapi Al-Qur’an

yang terpenting, yang harus kita pelihara demi menjaga kesucian

Al-Qur’an menurut arti yang sesungguhnya.

4. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an

Membaca hakekatnya adalah proses komunikasi antara pembaca

dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di

(39)

39

tulis. Kegiatan membaca melibatkan tiga unsur, yaitu makna sebagai

unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawa makna, dan

simbol tertulis sebagai unsur visual.

Dalam makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku

kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan

baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun

lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. (Hermawan,

2011:143).

Kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an adalah

dasar untuk memahami apa yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Kemampuan membaca Al-Qur’an pada peserta didik hendaknya

dibentuk dan dilatih pada masa balita. Jika pelatihan membaca

Al-Qur’an ini dimulai ketika anak sudah beranjak dewasa atau remaja

maka proses pembelajaran yang akan dilakukan cendrung lebih sulit

dari pada dilakukan pada masa anak-anak.

Membaca merupakan aktifitas kompleks yang mencakup fisik

dan mental. Aktifitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak

mata dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan

dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu

melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara

lincah, menginggat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki

(40)

40

Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi

bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai

oleh anak-anak, terutama pada saat awal pelajaran membaca. Banyak

anak yang dapat membaca secara lancar tetapi tidak memahami isi apa

yang mereka baca. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca

bukan hanya terkait erat dengan kemampuan gerak motorik mata

tetapi juga tahap perkembangan kognitif. Mempersiapkan anak untuk

belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat panjang.

(Abdurrahman, 2012:158).

Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan

lainnya karena Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. Oleh karena itu

membacanya punya etika zahir, yaitu membacanya dengan tartil.

Makna tartil adalah dengan perlahan-lahan sambil memperhatikan

huruf dan barisnya. Karena tartil lebih dekat dengan pemuliaan dan

penghormatan terhadap Al-Qur’an, dan lebih berpengaruh bagi hati

daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat (Qardawi,

2003:235).

Dalam Islam anak harus mulai dididik mulai mereka masih

dalam kandungan. Seorang anak akan sulit untuk membaca Al-Qur’an

jika telingga mereka tidak biasa untuk mendengar ayat-ayat suci

Al-Qur’an. Islam selalu menganjurkan bagi ibu yang sedang mengandung

(41)

41

pendidikan prenatal yang dilakukan seorang ibu pada janin yang

mereka kandung adalah memperbanyak bacaan Al-Qur’an.

Jika masih dalam kandungan janin sudah biasa didengarkan

bacaan Al-Qur’an, maka begitu pada usia anak-anak mereka dilatih

untuk mengenal huruf hijaiyah mereka akan lebih mudah untuk

menangkap apa yang telah diajarkan pada mereka. Ini adalah sebuah

langkah awal yang baik bagi seorang anak dalam belajar membaca

Al-Qur’an. Hal ini terjadi karena, janin yang ada pada ibu dapat

merespon apa yang terjadi pada sekeliling mereka.

Terdapat lima tahapan dalam perkembangan membaca, yaitu

kesiapan membaca, membaca permulaan, keterampilan membaca

cepat, membaca luas, dan membaca yang sesunguhnya. Anak

berkesulitan membaca sering memperlihatkan kebiasaan membaca

yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adannya

gerakan-gerakan yang penuh dengan ketegangan seperti mengeryitkan kening,

gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga

sering memperlihatkan adannya perasaan tidak aman yang ditandai

dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau mencoba

melawan guru. (Abdurrahman, 2012:162).

Dyslexia adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang

menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata,

tulisan dan suara. Istilah dyslexia banyak digunakan dalam dunia

(42)

42

neurologist. Bryan mendefiniskan dyslexia sebagai suatu syndrome

kesulitan dalam mempelajari keomponen-komponen kata dan kalimat,

mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam

belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa

(Wijaya, 2007:66).

Anak berkesulitan membaca sering mengalami kekeliruan dalam

mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencakup penghilangan,

penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat,

tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak. Penghilangan huruf atau

kata sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar membaca karena

adannya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa (fonik), dan

bentuk kalimat. (Abdurrahman, 2012:163-165).

Dari beberapa uraian diatas yang paling terpenting agar dapat

membaca Al-Qur’an terlebih dahulu yaitu seorang anak harus dapat

mengenal huruf-huruf hijaiyah dan terus praktek bagaimana cara

mengucapkan makhraj yang baik dan benar, kemudian selalu berlatih

membaca Al-Qur’an di rumah.

5. Faktor-faktor Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Faktor penyebab kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an

dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:

1) Faktor intern peserta didik, meliputi gangguan atau kekurangan

(43)

43

a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti

rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik.

b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya

emosi dan sikap.

c) Yang bersifat psikomotorik (ranah rasa), antara lain

terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.

2) Faktor ekstern peserta didik, meliputi semua situasi dan kondisi

lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar. Faktor

ini dapat dibagi tiga macam:

a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan

hubungan ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan

ekonomi keluarga.

b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah

perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan

yang nakal.

c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi letak gedung sekitar

yang buruk seperti pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar

yang berkualitas rendah. (Syah, 2010:173).

Dalam diri peserta didik memiliki intelegensi yang berbeda-beda

untuk menerima suatu pelajaran. Peserta didik yang memiliki

intelegensi yang rendah akan menemui kesulitan dalam menerima

pelajaran, yang demikian dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar.

(44)

44

penting adalah lisan (alat ucapan), mata (alat lihat), dan telinga (alat

dengar). Jika alat indera ini berfungsi kurang baik, maka hal ini akan

menjadikan hambatan dan kesulitan bagi anak untuk menerima

pengajaran dengan baik dan sempurna.

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.

Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan dalam belajar.

Yang termasuk dalam faktor ini adalah orang tua. Orang tua yang

kurang memperhatikan pendidikan anaknya dalam belajar agama

khususnya belajar membaca Al-Qur’an, tidak memperhatikan

kemajuan belajar anaknya dalam membaca Al-Qur’an, akan

menyebabkan anak tersebut sulit untuk membaca Al-Qur’an.

Demikian juga bagi seorang guru dapat menjadi faktor kesulitan

dalam belajar membaca Al-Qur’an, apabila:

1) Guru tidak kualified dalam pengambilan metode yang

digunakan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga cara

menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh

murid-muridnya.

2) Hubungan guru dengan peserta didik kurang baik. Hal ini

bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh

murid-muridnya, seperti: kasar, suka marah, tidak pernah

senyum, tidak pandai menerangkan, menjengkelkan, tinggi

(45)

45

3) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan

peserta didik dalam belajar Al-Qur’an, antara lain:

a) Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga

atau media yang memungkinkan semua alat inderanya

berfungsi.

b) Metode belajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga

anak tidak ada aktifitas.

c) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya

tinggi atau tidak menguasai bahan.

d) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak

variasi. Hal ini menunjukkan metode guru yang sempit,

tidak mempunyai kecakapan diskusi, tanya jawab,

eksperimen, sehingga menimbulkan aktivitas murid dan

suasana menjadi hidup. (Ahmadi, 2004:84-85).

Dari uraian di atas guru juga dapat menjadi faktor kesulitan

dalam belajar membaca Al-Qur’an, karena seorang guru juga berperan

di dalam peningkatan kemampuan membaca peserta didik dan metode

yang digunakan guru menjadi pengaruh besar faktor kesulitan dalam

belajar Al-Qur’an.

Sedangkan menurut Jalaluddin, kesulitan membaca Al-Qur’an

memiliki empat faktor, yaitu:

(46)

46

Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi

pemikiran orang. Kemajuan teknologi dengan segala hasil

yang disumbangkan bagi hidup manusia, dapat mengalihkan

perhatian untuk hidup lebih erat kepada alam kebendaan.

Hal ini mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang

diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran praktis dan

dapat menunjang prestise kehidupan duniawi. Maka tidak

heran kalau pengetahuan tentang Al-Qur’an dan cara

membacanya kalah bersaing dengan kepentingan hidup

yang lain hingga hampir diabaikan.

2) Kesempatan dan tenaga

Arah berpikir yang material telah mendudukkan status

wajib belajar Al-Qur’an ke proporsi yang lebih kecil.

Pengaruh ini telah menimbulkan gejala baru, yaitu belajar

Al-Qur’an secara sambilan. Akibatnya terjadi kelangkaan

tenaga. Waktu yang digunakan untuk belajar Al-Qur’an

lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang digunakan

untuk menuntut pengetahuan lain. Akhirnya tenaga pengajar

yang tersedia tidak sempat berkembang seimbang dengan

kebutuhan.

3) Metode

Perkembangan teknologi telah merubah

(47)

47

secara lebih mudah dan lebih cepat, yaitu dengan

memanfaatkan jasa teknologi untuk media pendidikan baik

media-visual, audio-visual atau komputer dengan cara yang

semakin tepat guna.

Khusus untuk pendidikan Al-Qur’an cara ini masih

langka dan mahal. Metode lama dengan beberapa seginya

mungkin sudah kurang serasi dengan keinginan yang tepat

guna ini. Akibatnya metode yang demikian berangsur

kurang diminati. Akhirnya miat untuk mempelajari

Al-Qur’an kian menyurut.

4) Aksara

Kitab suci Al-Qur’an ditulis dengan aksara dan

bahasa Arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang

berpendidikan non pesantren/madrasah karena pengetahuan

itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum.

Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagian

besar buta aksara Kitab Sucinya. (Jalaluddin, 2012:6-7).

Faktor-faktor diatas menurut Jalaluddin banyak

mempengaruhi kecenderungan yang menimbulkan sikap

masa bodoh dan anggapan siswa bahwa belajar Al-Qur’an

(48)

48

6. Metode dalam pengajaran Al-Qur’an

Prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya dilakukan dengan

bermacam-macam metode. Di antara metode-metode itu ialah sebagai

berikut.

Pertama, guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak.

Dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf

dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak akan dapat melihat

dan menyaksika langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru

untuk ditirukannya, yang disebut dengan musyafahah ‘adu lidah’.

Metode ini diterapkan oleh Nabi saw kepada kalangan sahabat.

Kedua, peserta didik membaca di depan guru, sedangkan guru

menyimaknya. Metode ini dikenal dengan metode sorogan atau ‘ardul

qira’ah‘setoran bacaan’. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulullah saw

bersama dengan malaikat Jibril kala tes bacaan Al-Qur’an di bulan

Ramadhan.

Ketiga, guru mengulang-ulang bacaan, sedang peserta didik

menirukannya kata per kata dan kalimat per kalimat juga secara

berulang-ulang hingga terampil dan benar. (Syarifuddin, 2004:83).

Dari ketiga metode ini, metode yang banyak diterapkan di

kalangan anak-anak pada masa kini ialah metode kedua, karena dalam

metode ini terdapat sisi positif yaitu aktifnya peserta didik (cara

belajar peserta didik aktif). Untuk tahap awal, proses pengenalan

(49)

49

sehingga anak telah mampu mengekspresikan bacaan huruf-huruf

hijaiyah secara tepat dan benar. Sedangkan metode ketiga cocok untuk

mengajar anak-anak menghafal.

B. Metode Resitasi

1. Pengertian Metode Resitasi

Resitasi adalah suatu persoalan yang bergayut dengan masalah

pelaporan anak didik setelah mereka selesai mengerjakan suatu tugas.

Selanjutnya Djamarah menambahkan bahwa tugas yang diberikan

bermacam-macam, tergantung dari kebijakan guru, yang penting

adalah tujuan pembelajaran tercapai (Djamarah, 2005:235).

Sedangkan menurut Ladjid metode pemberian tugas adalah

cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk

melakukan suatu pekerjaan (Ladjid, 2005:124).

Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena

peserta didik diberi tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran.

Sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran

berlangsung di mana peserta didik disuruh untuk mencari informasi

atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium,

perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya. Metode ini

dilakukan apabila guru mengharapkan pengetahuan yang diterima

peserta didik lebih mantap dan mengaktifkan mereka dalam mencari

atau mempelajari suatu masalah dengan lebih banyak membaca,

(50)

50

Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik

misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti

mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau

disuruh mengamati orang atau masyarakatnya setelah membaca buku

itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang

harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat (Djamarah,

2005:235).

Dapat disimpulkan bahwa metode resitasi adalah metode

penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta

didik melakukan kegiatan belajar.

2. Langkah-langkah dalam Metode Resitasi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah menyatakan metode resitasi

ada tiga fase yaitu:

a. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas dan

petunjuk-petunjuk yang diberikan terarah.

b. Fase belajar

Dalam fase ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai

tujuan dan petunjuk-petunjuk guru.

c. Fase resitasi

Dalam fase ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil

belajarnya, baik berbentuk laporan lisan maupun tertulis

(51)

51

3. Teknik Pemberian Tugas (Resitasi)

Kegiatan interaksi belajar mengajar harus selalu ditingkatkan

efektivitas dan efisiensinya, dalam usaha meningkatkan mutu dan

frekuensi isi pelajaran. Maka sangat menyita waktu peserta didik untuk

melaksanakan pembelajaran tersebut untuk mengatasi keadaan tersebut

guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Sebagai

selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa

pekerjaan rumah.

Teknik pemberian tugas ini bertujuan agar siswa memiliki

prestasi yang lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan-latihan

selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam

mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Dengan kegiatan

melaksanakan tugas siswa aktif belajar dapat merangsang untuk

meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani

bertanggung jawab.

Dalam pelaksanaan teknik pemberian tugas dan resitasi perlu

memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tujuan harus dirumuskan secara spesifik

b. Tugas-tugas yang diberikan harus jelas arahnya

c. Para siswa harus diberikan petunjuk-petunjuk dalam

(52)

52

d. Perumusan perhatian siswa pada hal-hal yang pokok dengan

tidak menghilangkan aspek-aspek lainnya yang berkaitan

(Usman, 2002:48).

Dari uraian diatas menjelaskan bahwa dalam pemberian tugas

langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan harus jelas sehingga

pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

4. Pelaksanaan Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Tugas dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan belajar baik

perorangan atau kelompok.

1) Jenis pemberian tugas yang diberikan kepada siswa dapat

dilakukan secara individu atau kelompok. Dalam pemberian tugas

untuk tiap siswa atau kelompok bisa sama dan bisa pula berbeda.

2) Agar pemberian tugas dapat menunjang peserta didik aktif

hendaknya:

a) Tugas harus dikerjakan oleh siswa secara individu atau

kelompok.

b) Dilakukan tindak lanjut hasil penugasan berupa presentasi

oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh kelompok

lain.

c) Kesimpulan/hasil (Ladjid, 2005:124).

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Resitasi

Setiap metode yang digunakan dalam pengajaran hampir dapat

(53)

53

Demikian juga metode resitasi memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan dan kelemahan metode resitasi dikemukakan

oleh Djamarah sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Pengetahuan yang peserta didik peroleh dari belajar sendiri

akan diingat lebih lama.

2) Peserta didik berkesempatan memupuk perkembangan dan

keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab, dan

berdiri sendiri.

b. Kelemahan

1) Seringkali peserta didik melakukan penipuan di mana peserta

didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau

bersusah payah mengerjakan sendiri.

2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.

3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan

individual (Djamarah, 2005:236).

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dapat

dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Sedapat mungkin diusahakan agar tugas yang telah diberikan

harus dikerjakan, dibaca dan ditulis sendiri oleh siswa, serta harus

dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri kepada guru. Dalam hal

ini guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan

(54)

54

b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya tetap

berpihak pada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan kurikulum,

tujuan intruksional umum maupun tujuan intruksional khusus

sehingga dengan demikian perbedaan individu anak dapat

terinteraksi.

c. Dalam memberikan tugas-tugas kepada peserta didik sedapat

mungkin disesuaikan dengan kemampuan anak untuk

mengerjakannya.

C. Kaitan Metode Resitasi dan Membaca Al-Qur’an

Pentingnya penerapan metode resitasi dalam membaca Al-Qur’an,

di dalam proses kependidikan, faktor metode merupakan faktor urgen.

Resitasi sebagai metode pembelajaran dalam pelaksanaannya pendidik

dapat memberikan beberapa tugas dalam kelas. Dalam bidang membaca

Al-Qur’an tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa

menerjemahkan ayat, menyalin, menghafal ayat, yang kemudian hasil

pekerjaan peserta didik tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada

guru. Dalam langkah ini peserta didik harus dapat mengerjakan atau

mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya dengan baik kapada guru

yang mengajarkannya.

Penggunaan metode resitasi dalam membaca Al-Qur’an secara

baik dan intensif akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka dalam bidang studi

(55)

sebaik-55

baiknya untuk belajar, sebab metode resitasi tepat digunakan dalam proses

belajar mengajar apabila:

1) Guru mengharapkan agar peserta didik dapat menerima

pengetahuan yang lengkap.

2) Untuk mengaktifkan peserta didik mempelajari sendiri suatu

masalah dengan membaca sendiri dan mencoba sendiri atau

mempratekkan pengetahuannya.

3) Metode ini mendorong/merangsang peserta didik untuk aktif dan

rajin.

Dengan menggunakan metode resitasi, yakni dengan

memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik

serta harus dipertanggungjawabkan kepada guru, akan mendorong

kemauan belajar peserta didik dan melatih mereka untuk senantiasa

belajar secara rajin, sehingga peserta didik akan dapat mencapai hasil

(56)

56 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN D. Diskripsi Awal

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Sultan Fattah Salatiga.

Dalam bagian ini penlis akan memaparkan lokasi dilaksanakannya

penelitian ini. Secara garis besar lokasi penelitian dapat penulis

sampaikan hal-hal sebagai berikut:

a. Identitas

Nama Sekolah : SMK Sultan Fattah

No. Statistik Sekolah : 342036204008

Alamat penelitian : Jl. Diponegoro No. 115 Salatiga

Nomor Telepon/Fax : (0298)313682/(0298)313682

Website : www.smksultanfattahsala-3.co.id

Email : smk_sultanfattah@yahoo.com

Kode Pos : 50714

Status Sekolah : Swasta

Tahun Berdiri : 2007

Status Tanah : Milik Yayasan

Luas Tanah : 1400 m2

(57)

57

b. Letak Geografis

SMK Sultan Fattah terletak di Jalan Diponegoro No. 115 Kota

Salatiga.

c. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Sultan Fattah Salatiga

SMK Sultan Fattah Salatiga berdiri sejak tahun 2007 yang

dipelopori oleh Bapak Drs. H. Noor Rofiq. SMK Sultan Fattah

terletak di lokasi yang sangat strategis dan mudah di lalui beragam

sarana transportasi. SMK Sultan Fattah memiliki 2 kampus utama

yaitu di jalan Diponegoro Nomor 115 Salatiga untuk jurusan

Akutansi dan Pemasaran, sedangka kampus 2 terletak di jalan

Bukit Sawo Salatiga untuk jurusan Teknik Multimedia dan Busana

Butik.

d. Visi, Misi dan Tujuan SMK Sultan Fattah Salatiga

1) Visi

Menyelenggarakan pendidikan dengan berorientasi mencetak

generasi yang berkarakter, kreatif, inovatif, dilandasi dengan

penguasaan IPTEK dan peningkatan kualitas IMTAQ.

2) Misi

a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah

Tuhan Yang Maha Esa.

b) Meningkatkan prestasi akademik dan ketrampilan.

c) Meningkatkan kemandirian.

(58)

58

e) Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik.

f) Meningkatkan motivasi terhadap semua warga sekolah

untuk meningkatkan ketertiban kedisiplinan dan

kewirausahaan.

3) Tujuan

Mencetak pribadi anak didik yang beriman dan bertakwa

kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia mampu

mewujudkan prestasi akademik yang memenangi kompetisi di

era global dan membantu mencapai tarap hidup yang lebih baik

dengan berbekal fundamental kemanusiaan (intelektual,

emosional, spiritual dan ketrampilan).

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMK Sultan Fattah

Salatiga secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana SMK Sultan Fattah

(59)

59

Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 secara rinci dapat dilihat pada

(60)

60

Tabel 3.2 Data Guru SMK Sultan Fattah

g. Keadaan Peserta Didik yang Diteliti

Peserta didik kelas XII Akuntansi dan XII Pemasaran SMK

Sultan Fattah Salatiga setiap mata pelajaran Pendidikan Agama No Nama Lengkap Mata Pelajaran

1 Drs. H. NOOR ROFIQ PA. Islam, ESQ

2 Drs. SURATMAN Bhs. Jawa

3 FUAD HASYIM, S.Pd, M.Pd Produktif TM, KKPI

4 ERWIN TRI SEPTIAN, S.Pd Akuntansi, Produktif PM

5 ARDIYAH, SE Akuntansi, Dasar Akuntansi

6 BAGAS WIDHI KURNIAWAN, S.Pd Kewirausahaan, Seni Budaya

7 FARIDAH RAHMAWATI, S.Ag PA. Islam, IPA, ESQ

8 DINAR KASIH RIANI, S.Pd Matematika, FISIKA

9 LASTUSIWI AULIA, S.Pd Bhs. Inggris, Multimedia

10 HARCAHYONO ADI, S.Pd Pemasaran, Peralatan Transaksi

11 BINTA MUTABAROH, S.Pd BK, PKn, IPS

12 SUTRISNO, S.Pd Penjaskes, PKn

13 PRATESA DEBULAELA, S.Pd Bhs. Inggris, Seni Budaya 14 ANJAR SUBAGIO, S.Pd Pemasaran

15 METTA MARETA, S.Pd Profesional Bekerja, Akuntansi 16 HARNO, S.Kom Produktif TM

17 SISKA NINGTYASTUTI Produktif TB 18 AMALIA SOFIYANA, S.Pd Matematika 19 MAYANGSARI LISTYOWATI, S.Pd Produktif TB

20 MUNDING SUPRIYADI, S.Pd Kewirausahaan, Pemasaran 21 ARI PUJIANTO, S.Pd KKPI

(61)

61

Islam di jadikan satu kelas berjumlah 26, terdiri dari 19 peserta

didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.3 Data Peserta Didik SMK Sultan Fattah kelas XII

(62)

62 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu yang diperlukan peneliti untuk

melakukan penelitian. Penelitian survei tempat, kondisi dan keadaan

peserta didik dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2016. Kondisi Awal

dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2016, Penelitian siklus I pada

tanggal 25 Juli 2016. Penelitian siklus II pada tanggal 1 Agustus 2016.

E. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas empat kegiatan, yaitu perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan rincian sebagai

berikut:

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan

1) Menyusun RPP.

2) Menyiapkan sumber belajar berupa materi berfikir kritis selalu

waspada dan demokratis.

3) Menyiapkan ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan materi

yaitu Surat Ali Imran ayat 190-191 dan 159.

4) Mengembangkan ayat Al-Qur’an itu dengan cara membaca

secara keseluruhan dan diperpadukan cara menulis (metode

resitasi/penugasan) sambil menunggu ayat Al-Qur’an yang

ditulis peserta didik guru memanggil satu persatu untuk

(63)

63

5) Menyiapkan perangkat dalam siklus I meliputi absensi untuk

mengetahui kehadiran siswa, soal-soal, lembar pengamatan

disusun dalam melakukan pengamatan terhadap seluruh

rangkaian proses kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

1) Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan

peserta didik memasuki materi yang akan diajarkan.

2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Guru Menjelaskan materi berfikir kritis selalu waspada dan

demokratis.

4) Kelas dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing

beranggotakan 5 sampai 6 peserta didik.

5) Setiap peserta didik menulis ayat Al-Qur’an dan perwakilan

dari masing-masing kelompok untuk membacakan ayat

Al-Qur’an didepan kelas.

6) Selama kegiatan berlangsung guru bertindak sebagai

pembimbing dan peserta didik mengamati temannya dalam

pembacaan ayat Al-Qur’an tersebut.

7) Guru bersama peserta didik menyimak tugas membaca

Al-Qur’an didepan kelas tadi.

8) Guru memberikan kepercayaan kepada peserta didiknya atas

Gambar

Gambar 1.1 alur PTK (Arikunto, 2008:105)
Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana SMK Sultan Fattah
tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Data Guru SMK Sultan Fattah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhatikan setiap gerakan dalam gerak kebugaran jasmani, kemudian perhatikan pula kesalahan-kesalahan yang sering terjadi. Kesalahan yang sering terjadi ketika gerak kebugaran

Araştırma sonuçlarına göre araştırma modelinde bağımsız değişken olarak yer alan İKY uygulamaları etkililiğinin, hat yöneticilerinin İKY uygulamalarının etkililiği

KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB) NY.I USIA 24 TAHUN DI WILAYAH PUSKESMAS 1 KEMBARAN”.. Penulis

Hasil analisis semua kelompok sampel uji FTHJK dari masing-masing lama waktu fermentasi menunjukkan aktivitas imunostimulator tertinggi pada konsentrasi 100 µg/mL

Pokok masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Skripsi ini membahas tentang Akulturasi Budaya Lokal dengan Budaya Islam dalam adalah bagaimana

Pengujian ulserogenik menggunakan subjek hewan tikus wistar jantan dan betina yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu, kelompok kontrol negatif betina, kelompok kontrol negatif

Kedua , terdapat 6 (enam) aspek geologi lingkungan dan 2 (dua) Aspek Pembatas yang digunakan pada tahap penentuan lokasi TPA kota Palangka Raya, yaitu: (a) aspek

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi sarana sumur gali, kualitas fisik air sumur gali (bau, rasa,warna), dan mengetahui kualitas bakteriologis