1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QUR’AN MELALUI
METODE RESITASI PADA
PESERTA DIDIK KELAS XII SMK SULTAN FATTAH
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
MUFIDATUL MAHMUDAH
NIM 11112121
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
3
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QUR’AN MELALUI
METODE RESITASI PADA
PESERTA DIDIK KELAS XII SMK SULTAN FATTAH
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
MUFIDATUL MAHMUDAH
NIM 11112121
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
7
MOTTO HIDUP
“
Sebaik-baik gantungan bagi tiap harapan
adalah pundakmu sendiri
”
8
PERSEMBAHAN
Kupersembahakan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah
membantu mewujudkan harapanku:
1. Kedua orangtuaku, Bapak H. Nashaq Efendi dan Ibu Hj. Thoyibah
yang tiada henti mendoakanku dan banyak pengorbanan yang tak
tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani segala rintangan hidup di
kota orang.
2. Saudara-saudaraku tercinta, Mbak Istianatul Khoiriyah, Mbak Khoirotun Nisa’, dan Adik Maulidia Nashrul Ummah yang selalu memberiku semangat canda, tawa selama perjalanan hidup.
3. Abah KH.Mahfudz Ridwan, Lc., Ibu Hj. Nafisah, Gus Muhammad
Hanif, M.Hum. dan Bu Rosyidah, Lc. Beliau orangtua keduaku yang
senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat
menemukan ketentraman hidup di Pondok Pesantren tercinta Edi
Mancoro.
4. Almamater tercinta Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga yang saya banggakan.
5. Guru-guruku yang hebat dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Perguruan
Tinggi yang saya hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing
dengan penuh kesabaran.
6. Seseorang yang kusebut Tigahuruf (DIA) yang selalu menguatkan,
membuat saya tersenyum, memotivasi dan menambah indahnya hidup.
7. Sahabatku tercinta Indah Asfaradina yang hampir dari bangun tidur
sampai tidur lagi selalu bersama, Ahjuma Dedew, Siti Mujayanah.
Teman-teman Kamar Pengurus Ijup, Iqoh, Uswah, Puri, Laila, Nidut, Isma, Marin, Hiday, Mar’ah, Hesti, dan Indy yang telah menghibur setiap saat dengan kekocakan dan membantu saya dalam
mengkondisikan santri putri PP. Edi Mancoro.
8. Keluarga Besar Yaa Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi dari angkatan
2012 saudara seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan
9
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikut
setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
sarjana dalam bidang Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI.
4. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.
5. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.
6. Bapak Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yeng telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Drs. H. Noor Rofiq selaku Kepala Sekolah SMK Sultan Fattah
10
8. Ibu Faridah Rahmawati, S.Ag selaku Guru PAI kelas XII SMK Sultan
Fattah Salatiga yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.
9. Karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah menyediakan
fasilitasnya.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan
apapun. Hanya ucapan kata terimakasih yang bisa penulis sampaikan, semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang
telah membantu penulis.
Penulis berharap apabila dalam penulisan dan penyusunan skripsi
ini kurang memenuhi syarat, pembaca hendaknya memberikan saran maupun
kritik yang membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 11 Agustus 2016
11 ABSTRAK
Mahmudah, Mufidatul. 2016. Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Metode Resitasi Pada Peserta Didik Kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd.
Kata Kunci : Kemampuan Membaca Al-Qur’an dan Metode Resitasi
Membaca Al-Qur’an bagian dari pendidikan agama Islam dan di sekolah mulai di tingkat dasar termasuk materi yang penting, disamping peserta didik diharapkan menjadi anak yang berbudi pekerti baik, rajin beribadah dan kuat imannya, maka tidak ada suatu alasan melainkan anak harus dimotivasi untuk membaca Al-Qur’an. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017?
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan pada tiap siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah untuk mengetahui penerapan metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Membaca Al-Qur’an...17
1. PengertianMembaca Al-Qur’an...17
2. KeutamaanMembaca Al-Qur’an...18
3. AdabMembaca Al-Qur’an...20
4. Kesulitan-kesulitandalamMembaca Al-Qur’an...23
5. Faktor-faktorKesulitanMembaca Al-Qur’an...27
6. Metodedalampengajaran Al-Qur’an...33
B. Metode Resitasi...34
C. KaitanMetodeResitasidanMembaca Al-Qur’an...39
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Diskripsi Awal...41
1. GambaranUmumLokasiPenelitian...41
a. Identitas...41
b. Letak Geografis...42
c. SejarahSingkatBerdirinya SMK Sultan Fattah Salatiga...42
d. Visi, MisidanTujuan SMK Sultan Fattah Salatiga...42
e. Saranadan Prasarana...43
f. Keadaan Guru...44
g. KeadaanPesertaDidik yang Diteliti...45
2. Waktu Penelitian...47
B. Deskripsi Penelitian...47
1. DeskripsiPelaksanaanSiklus I...47
14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DeskripsiKondisi Awal...54
B. Deskripsi Per Siklus...56
1. Hasilpenelitiansiklus I...56
2. HasilPenelitianSiklus II...62
C. Pembahasan Penelitian...67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...69
B. Saran...69
DAFTAR PUSTAKA...71
15
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana SMK Sultan Fattah...43
Tabel 3.2 Data Guru SMK Sultan Fattah...45
Tabel 3.3 Data Peserta Didik SMK Sultan Fattah kelas XII...46
Tabel 4.1 Perolehan Nilai Pre Test membaca Al-Qur’an...54
Tabel 4.2 Lembar pengamatan guru siklus I...56
Tabel 4.3 Lembar pengamatan peserta didik siklus I...59
Tabel 4.4 Data hasil evaluasi siklus I...60
Tabel 4.5 Lembar pengamatan guru siklus II...63
Tabel 4.6 Lembar pengamatan peserta didik siklus II...64
Tabel 4.7 Data hasil evaluasi siklus II...65
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Subhi al-Salih merumuskan definisi Al-Qur’an adalah firman Allah
yang berfungsi sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan
dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang ibadah (Zuhdi,
2001:1). Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai
pegangan hidup umat Islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah
saw untuk seluruh umat manusia. Ia juga mengajarkan kepada manusia
tentang akidah tauhid. Di samping itu, Al-Qur’an juga mengajarkan
manusia cara beribadah kepada Allah untuk membersihkan sekaligus
menunjukkan kepada manusia di mana letak kebaikan dalam kehidupan
pribadi dan kemasyarakatannya (Makhdlori, 2008:15). Maka untuk
mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia
maupun di akhirat, setiap umat Islam harus berusaha belajar dan
memahami Al-Qur’an. Untuk itu betapa pentingnya kita membaca Al
-Qur’an agar kita dapat memahami isinya dan mengamalkan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Al-Qur’an tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi ia sekaligus
merupakan pedoman hidup, sumber ketenangan jiwa serta membaca dan
mengamalkan Al-Qur’an akan mendapat Rahmat dari Allah SWT.
17
kerugian. (Qs. Al-Isra’ :82) (Departemen Agama RI, 2007:290).
Pembelajaran Al-Qur’an bisa dilakukan diberbagai tempat,
misalnya di rumah, di sekolah, di mushola, di masjid, di pondok pesantren,
di TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) dan sebagainya. Lingkungan pertama
anak adalah keluarga, diharapkan dalam keluarga sejak kecil anak telah
mendapatkan pengajaran Al-Qur’an dari orang tuanya. Ketika orang tua
kurang mampu untuk mengajari anaknya membaca Al-Qur’an maka dapat
menitipkan anaknya ke tempat pembelajaran Al-Qur’an misalnya TPQ
(Taman Pendidikan Qur’an), pondok pesantren, dan sebagainya.
Pembelajaran Al-Qur’an di SMA atau sederajatnya merupakan
lanjutan dari tingkat SD dan SMP. Idealnya siswa SMA dan sederajatnya
sudah bisa membaca Al-Qur’an. Maka sebelum memahami ayat
Al-Qur’an, peserta didik harus dapat membaca Al-Qur’an terlebih dahulu.
Akan tetapi masih didapati keluhan guru PAI bahwa beberapa peserta
didiknya belum bisa membaca Al-Qur’an. Salah satu sekolah tersebut
adalah SMK Sultan Fattah Salatiga. Keluhan guru PAI disebabkan karena
masih banyak peserta didik yang belum mampu membaca Al-Qur’an
(Hasil wawancara dengan Ibu Faridah Rahmawati guru PAI SMK Sultan
18
disebabkan oleh berbagai macam faktor. Beberapa faktor tersebut antara
lain ialah lingkungan pendidikan agama di masyarakat yang kurang
mendukung, faktor pendidikan agama dalam keluarga, atau bisa juga
karena faktor internal diri siswa itu sendiri.
Dugaan tersebut dikuatkan oleh temuan penulis di lapangan bahwa
sebagian peserta didik yang tidak pernah belajar membaca Al-Qur’an
karena orang tua tidak pernah mengajari atau memasukkannya ke TPQ
yang ada di desanya (Hasil wawancara dengan Titik Ananti peserta didik
SMK Sultan Fattah Salatiga). Sebagian peserta didik yang lain beralasan
bahwa dikampungnya tidak ada kegiatan TPQ atau semacamnya. Juga di
dapati peserta didik yang memang tidak mau mengaji dengan alasan malas
(Hasil wawancara dengan Arif Budiman peserta didik SMK Sultan Fattah
Salatiga).
Peserta didik berasal dari latar belakang pendidikan agama
keluarga yang berbeda-beda. Jika anak hidup dalam keluarga yang
memperhatikan dan mendukung dalam pendidikan agamanya maka orang
tua akan membiasakan dan mengajarkan anaknya mengaji dari kecil. Jika
orang tuanya kurang mampu untuk mengajari mengaji maka anak tersebut
akan dititipkan di TPQ atau seorang guru mengaji agar dibina yang lebih
mampu. Berbeda dengan anak yang hidup di lingkungan keluarga yang
tidak mendukung. Orang tua tidak peduli, tidak mengajari dan
menyuruhnya mengaji, mereka hanya membiarkan anaknya yang penting
19
Teman bermain juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan, jika
siswa tersebut berteman dengan anak yang rajin dan bisa mengaji, maka
siswa tersebut akan ikutan belajar mengaji dan tidak mau kalah dengan
temannya. Berbeda dengan siswa yang berteman dengan anak yang malas
dan tidak bisa mengaji, maka ia tidak akan mempunyai keinginan untuk
belajar dan bisa mengaji.
Dalam memahami materi setiap peserta didik memiliki
kemampuan yang tidak sama, ada peserta didik yang mudah menghafal
dan memahami huruf hijaiyah, namun ada juga peserta didik yang
kesulitan dalam memahami huruf hijaiyah, kadang bingung dengan huruf
yang mirip. peserta didik yang sudah bisa membaca Al-Qur’anpun bisa
saja kesulitan membaca jika tidak dibaca secara rutin. Hal ini terjadi
karena jika seseorang sudah bisa membaca dan tidak dibaca secara rutin
maka akan lupa bacaannya. Namun demikian dugaan ini belum bisa
dijadikan sebagai kesimpulan, karena temuan fakta ini belum cukup dan
belum mencakup keseluruhan peserta didik.
Dalam kegiatan belajar membaca Al-Qur’an tidak selalu lancar
sesuai dengan yang diharapkan, kadang mereka mengalami kesulitan dan
hambatan. Kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam membaca
Al-Qur’an misalnya masih belum lancar membaca, belum mampu
mempraktikan bacaan tajwidnya, terkadang bacaan yang harus dibaca
panjang dibaca pendek dan sebaliknya. peserta didik juga sering
20
malah dibaca tidak dengung dan sebaliknya. Penulis mencoba
mewawancarai guru PAI terkait masalah kemampuan peserta didik dalam
membaca Al-Qur’an, beliau mengatakan:
“Masih terdapat banyak peserta didik SMK Sultan Fattah Salatiga
yang belum bisa membaca Al-Qur’an, sedikit peserta didik yang sudah
bisa membaca Al-Qur’an, namun bacaannya belum lancar dan belum
mampu menerapkan bacaan sesuai dengan ilmu tajwid”.
Dari observasi yang telah dilakukan di SMK Sultan Fattah
Salatiga, peneliti mendapatkan informasi bahwa pembelajaran PAI kelas
XII yaitu berjumlah 26 peserta didik, hanya 5 peserta didik yang mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu dengan
nilai 75. Berarti masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM.
Sejak tahun 2007 nuansa Imtaq di SMK Sultan Fattah Salatiga
yaitu mengedepankan kegiatan keagamaan seperti: pengajian kelas,
membaca asmaul husna setiap hari, dan kegiatan ekstrakurikuler qiro’ah.
Sebagai sekolah IMTAQ (Iman dan Taqwa), SMK Sultan Fattah Salatiga
melaksanakan program peningkatan Imtaq dalam mewujudkan salah satu
misinya yaitu Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat
judul penelitian " PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
21
KELAS XII SMK SULTAN FATTAH SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2016/2017.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka
peneliti menarik beberapa masalah yaitu:
Apakah metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca
Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga Tahun
Pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan:
Untuk mengetahui apakah metode resitasi dapat meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK Sultan
Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini
yaitu melalui penggunaan metode resitasi dapat meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur'an pada peserta didik kelas XII SMK
Sultan Fattah Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila hasil
evaluasi pembelajaran para siswanya diperoleh KKM kelas (dari total
22 E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya
berkaitan dengan masalah metode mengajar.
b. Sebagai pertimbangan penelitian yang sejenis di masa yang akan
datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua peserta didik sebagai bahan masukan untuk lebih
membimbing anak belajar Al-Qur'an.
b. Bagi para guru sebagai pertimbangan tentang pentingnya
mengupayakan metode mengajar yang baik agar tercapai
ketuntasan belajar pada peserta didik secara optimal.
c. Bagi para peserta didik dapat menambah pengetahuan tentang
manfaat belajar Al-Qur'an.
F. Penegasan Istilah
1. Membaca Al-Qur’an
Membaca adalah melihat, melafalkan dan mengucapkan serta
memahami isi dari apa yang tertulis. Al-Qur’an adalah kalam Allah
yang diturunkan kepada nabi atau rasul, dimulai dari surat Al-Fatihah,
Al-23
Qur’an adalah melafalkan huruf-huruf atau ayat-ayat Al-Qur’an serta
memahami isi dari Al-Qur’an yang membacanya merupakan ibadah.
2. Metode Resitasi
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir (Djamarah
2006:46). Metode berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk
mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar
mengajar. Menurut Djamarah (2006: 85), beliau juga memaparkan
bahwa: Resitasi atau penugasan adalah sebuah metode penyajian bahan
di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Masalahnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa
dapat dilakukan di dalam kelas, dihalaman sekolah, dilaboratorium,
diperpustakaan, di bengkel, dirumah siswa, atau dimana saja asal tugas
itu dapat dikerjakan.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang
dilaksanakan dalam tiga siklus. Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Mukhlis, PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
24
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang
pada dasarnya “melekat” menghasilkan misi profesional kependidikan
yang diemban oleh guru (Wartono, 2004:62).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan, maka peneliti ini menggunakan model penelitian tindakan
dari Kemmis dan Taggart (Hamalik, 2003:6), yaitu berbentuk spiral
dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi
planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Sabelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan
di kelas XII SMK Sultan Fattah Salatiga dengan jumlah siswa
sebanyak 26 orang anak pada semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.
3. Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas dimulai dari
perencanaan berdasarkan analisis awal, kemudian pelaksanaan
pembelajaran diikuti dengan tindakan observasi atau pengamatan dan
diakhiri dengan kegiatan refleksi. Dari kegiatan refleksi tersebut
25
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1 alur PTK (Arikunto, 2008:105)
Penjelasan alur di atas adalah:
a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana
tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan
perangkat pembelajaran.
b. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
26
pembelajaran, pengajaran terarah melalui kegiatan memahami
secara utuh, memahami lebih jauh dan memahami secara
mendalam sebagaimana tuntutan metode resitasi.
c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
d. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi menjadi tiga putaran, dimana masing-masing
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif
di akhiri masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi
dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat
dijabarkan dalam uraian berikut :
a. Perencanaan
Kegiatan ini meliputi:
1) Peneliti menentukan alternatif peningkatan kemampuan
27
2) Peneliti membuat perencanaan yang mengacu kepada
pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan meminta masukan
pada guru lain atau sumber yang ada.
3) Peneliti melakukan simulasi mengembangkan pembelajaran
melalui metode resitasi.
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah
direncanakan.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Selain observasi oleh peneliti sendiri, peneliti juga
meminta rekan guru yang lain untuk mengobservasi selama
peneliti terlibat dalam pembelajaran. Hal ini selain karena peniliti
tidak memungkinkan melakukan sendiri, juga untuk menjaga
obyektifitas.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
dan dianalisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil observasi
tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran
28
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui
kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada
siklus berikutnya. Penelitian ini akan dilaksanakan tiga siklus,
sehingga pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini benar-benar
akan memberikan hasil yang baik pada peningkatan kemampuan
membaca Al-Qur’an dengan melalui metode resitasi.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Pedoman atau lembar pengamatan observasi bagi siswa digunakan
untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam
proses pembelajaran melalui metode resitasi.
b. Materi pembelajaran sebuah bahan yang digunakan oleh guru
untuk menerapkan sebuah pembelajaran yang baik dan mudah di
mengerti para siswanya.
c. Silabus yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu merupakan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam
mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP
berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
29
e. Soal Tes, tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
terhadap materi yang disampaikan.
5. Pengumpulan Data
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian
dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Tehnik
ini digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya mencari
dan menggali data melalui pengamatan secara langsung dan
mendalam terhadap subjek dan objek penelitian (Paizaluddin dan
Ermalinda, 2013:113). Tehnik ini digunakan oleh peneliti untuk
mengetahui proses belajar peserta didik pada saat pembelajaran
dengan diterapkannya metode resitasi.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik penelitian yang menggunakan
teknik Tanya jawab antara peneliti dengan objek yang diteliti.
Sebelum melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrument
wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide).
Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
30
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda dengan
suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen-dokumen yang
dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah
(Sukmadinata, 2012:222). Digunakan untuk penguat data misalnya
gambaran umum SMK Sultan Fattah Salatiga, sejarah berdirinya,
struktur organisasi, kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah,
sarana maupun fasilitas yang dimiliki, dan lain-lain.
6. Analisis Data
Analisis data adalah usaha (proses) memilih, memilah,
membuang dan menggolongkan data untuk menjawab permasalahan
pokok (Basrowi dan Suwandi, 2008:131).
Penulis menganalisis data dengan menyusun dan mengolah
data yang terkumpul dari catatan observasi dengan melakukan analisis
peningkatan hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
dimana dalam ranah kognitif peningkatan diukur dahulu dengan
persentase peningkatan antara pre test dan post test kondisi awal,
kemudian dibandingkan dengan presentase peningkatan pada siklus I
dan siklus II. Pada ranah afektif dan psikomotor juga dihitung
peningkatannya dari awal sampai akhir dan disesuaikan dengan KKM.
Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus menerus pada saat
penelitian sehingga pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan
31 H. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari V bab yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, mengulas tentang pengertian metode
resitasi, membaca Al-Qur'an dan Kaitan Metode Resitasi
dan Membaca Al-Qur’an.
BAB III Pelaksanaan Penelitian, berisi tentang deskripsi
pelaksanaan siklus.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi deskripsi per siklus
(pengamatan, refleksi keberhasilan dan kegagalan) dan
pembahasan.
32 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Membaca Al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
membaca adalah, “Melihat serta memahani isi dari apa yang tertulis”.
(Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007:83). Dengan
kata lain membaca berarti berbuat atau melakukan sesuatu pekerjaan
atau kegiatan atau perbuatan seseorang yang dilakukan untuk
memperoleh pesan atau informasi yang berbentuk teks atau tulisan.
Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata arab qara’a- yaqra’u-
qira’atan- qur’anan, yang berarti bacaan atau hal membaca. (Yunus,
2011:79). Sedangkan secara terminologi, para ahli mengemukakan
pengertian yang berbeda-beda.
Imam Fathlur Razi dan Syeikh Mahmud Syaltut, menyatakan:
“Al-Qur’an adalah lafal Arab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw yang diturunkan kepada kita secara mutawattir”.
Sedangkan Abdul Wahab Khallaf, mendefinisikan Al-Qur’an
dengan: Kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat
Jibril (Ar-Ruh Al-Amin) ke dalam hati Rasulullah saw dengan
menggunakan bahasa Arab serta makna-makna yang benar untuk
dijadikan hujjah (argumentasi) dalam pengakuannya sebagai Rasul
33
manusia, dimana mereka mendapatkan petunjuk dari pada-Nya
disamping merupakan amal ibadah bagi kaum Muslimin yang
membacanya. (Jumantoro, 2009:8).
Lebih lanjut Totok Jumantoro menyimpulkan pengertian
Al-Qur’an sebagai berikut: Wahyu atau firman Allah SWT, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan perantara malaikat
Jibril, atau dengan cara lain, dengan menggunakan bahasa Arab untuk
pedoman dan petunjuk bagi manusia, dan merupakan mukjizat Nabi
Muhammad saw yang terbesar, yang diterima oleh umat Islam secara
mutawattir, dan dinilai ibadah bagi orang yang yang membacanya.
(Jumantoro, 2009:7-8).
Dari pengertian membaca Al-Qur’an di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa membaca Al-Qur’an adalah suatu perbuatan
atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesan dan
pesan dari sebuah ajaran Ilahi dan sudah berbentuk kitab yang
merupakan ibadah bagi orang yang membacanya, karena merupakan
kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-Nya yaitu Nabi
Muhammad saw dan sebagai pedoman serta petunjuk bagi manusia
kepada jalan yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia dan di
akhirat.
2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Bagi umat Islam, Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki
34
Muhammad saw baik di dunia maupun di akhirat. Membaca
Al-Qur’an tidaklah sama dengan membaca buku-buku lainnya, karena
dengan membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami dan
mengamalkannya akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih
baik dan kepada Al-Qur’anlah semua kehidupan umat Islam
dirujukan. Oleh karena itu, setiap orang Islam harus membacanya
supaya bisa memahami isinya kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk memompa semangat belajar membaca Al-Qur’an, sangat
penting mengetahui fadilah (keutamaan) membaca Al-Qur’an.
Diantaranya yaitu:
Irfan Abdul ‘Azhim dalam bukunya yang berjudul Agar Bacaan
Al-Qur’an Tak Sia-siamenjelaskan bahwa “Orang yang membaca Al
-Qur’an akan mendapat banyak kebaikan di dunia dan di akhirat,
hidupnya dinamis, penuh gairah, jauh dari duka dan dekat Yang Maha
Kuasa”. (Azhim, 2009:92-93). Hal ini terdapat dalam hadits yang
diriwayatkan dari ‘Utsman bin ‘Affan RA, ia berkata:
ُهَمَّلَعَو َنآْرُقْلا َمَّلَعَت ْنَم ْمُكُرْيَخ
“Rasulullah bersabda: paling baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Al-Bukhori No. 4556)
Kandungan dari hadits tersebut menegaskan bahwa orang yang
belajar Al-Qur’an dan setelah mampu, maka mengajarkannya kepada
orang lain adalah orang yang terbaik, yaitu orang yang mendapat
35
Selanjutnya Ahmad Syarifuddin menjelaskan bahwa “Membaca
Al-Qur’an merupakan obat (terapi) jiwa yang gundah”. Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa “Membaca Al-Qur’an bukan saja amal ibadah,
namun bisa juga menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran
kusut, nurani tidak tentram dan sebagainya”. (Syarifuddin, 2006:47).
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’: 82, yang berbunyi:
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Departemen
Agama RI, 2007:290).
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi
hati, mereka menyatakan bahwa “Membaca Al-Qur’an merupakan
salah satu obat hati yaitu dengan cara membacanya secara khusyu’
seraya merenungkan makna kandungannya disamping lima hal yang
lain, yaitu berteman dengan orang shaleh, dzikir di waktu sunyi, shalat
malam, dan puasa”. (Syarifuddin, 2006:48).
3. Adab Membaca Al-Qur’an
Dalam membaca Al-Qur’an, sudah tentu harus memperhatikan
adab-adabnya (tata karma), karena yang dibaca itu adalah kitab suci,
wahyu ilahi, dan buku pedoman hidup umat islam. Al-Qur’an
merupakan lambang agama Islam. Menghormati dan mengagungkan
lambang agama merupakan bagian dari tuntutan beragama. Adapun
36
1) Berpenampilan bersih dan rapi, sebagai bagian dari berpenampilan
bersih dan rapi ialah terlebih dahulu berwudhu untuk
menghilangkan hadats (kotoran) kecil, bahkan kalau perlu mandi
dan memakai wangi-wangian sebelum menyentuh dan membaca
Al-Qur’an.
2) Membersihkan mulut, mulut sebagai tempat keluarnya bacaan
Al-Qur’an hendaknya terlebih dahulu dibersihkan dengan menggosok
gigi (bersiwak) dan berkumur-kumur.
3) Di tempat yang bersih, tempat yang utama adalah masjid seraya
duduk dengan tenang menghadap kiblat, memegang mushaf
dengan tangan kanan, dan meletakkan mushaf di atas tempatnya.
4) Tidak duduk dengan sikap sombong. (Nawawi, 2001:79).
Menurut Ahsin W. Alhafidz dalam bukunya yang berjudul
Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, bahwa adab membaca
Al-Qur’an ada delapan, yaitu:
1) Berwudhu, lebih lanjut dia menjelaskan bahwa membaca
Al-Qur’an sesudah berwudhu, termasuk Zikrullah yang paling utama.
(Alhafidz, 2005:32).
2) Membacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini maksudnya
untuk menjaga keagungan Al-Qur’an.
3) Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hikmat Allah
37
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis
dan mereka bertambah khusyu'.” (Departemen Agama RI, 2007:293).
4) Bersiwak sebelum memulai membaca.
5) Membaca ta’awuz sebelum memulai membaca ayat Al-Qur’an.
Allah berfirman QS. An-Nahl/16: 98:
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Departemen Agama RI, 2007:278).
6) Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali
At-Taubah.
7) Membacanya dengan tartil. (Azhim, 2009:146-147). Allah
berfirman:
“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzamil/73: 4) (Departemen Agama RI, 2007:574).
8) Tadabbur/memikirkan terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Allah
berfirman dalam surat Shaad/38: 29 :
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
38
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
(Departemen Agama RI, 2007:455).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dengan membaca seperti itu,
artinya penuh perhatian terhadap ayat-ayat yang dibacanya, maka
seorang pembaca akan membaca ‘tasbih’ ketika ia bertemu dengan
ayat-ayat yang mengandung perintah bertasbih, membaca ta’awudz
ketika membaca ayat-ayat yang bernada ancaman, dan lain
sebagainya. (Alhafidz, 2005:33).
Jadi jelas bahwa tidaklah sama Al-Qur’an dengan buku
ensikopedia, kamus, atau buku-buku yang lainnya. Meski zahir-nya
sama-sama terbuat dari kertas yang ditulisi tinta dan dicetak serta
dijual dipasaran, namun di dalamnya menuntut perlakuan yang
berbeda terhadap Al-Qur’an. Seperti adab-adab tersebut yang harus
kita lakukan untuk memulai bacaan Al-Qur’an, yaitu apabila ingin
membaca Al-Qur’an harus diawali dengan membersihkan diri terlebih
dahulu dengan cara berwudhu, bersiwak, atau gosok gigi dan
sebagainya.
Demikian antara lain adab membaca dan menyikapi Al-Qur’an
yang terpenting, yang harus kita pelihara demi menjaga kesucian
Al-Qur’an menurut arti yang sesungguhnya.
4. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an
Membaca hakekatnya adalah proses komunikasi antara pembaca
dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di
39
tulis. Kegiatan membaca melibatkan tiga unsur, yaitu makna sebagai
unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawa makna, dan
simbol tertulis sebagai unsur visual.
Dalam makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku
kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan
baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun
lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. (Hermawan,
2011:143).
Kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an adalah
dasar untuk memahami apa yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Kemampuan membaca Al-Qur’an pada peserta didik hendaknya
dibentuk dan dilatih pada masa balita. Jika pelatihan membaca
Al-Qur’an ini dimulai ketika anak sudah beranjak dewasa atau remaja
maka proses pembelajaran yang akan dilakukan cendrung lebih sulit
dari pada dilakukan pada masa anak-anak.
Membaca merupakan aktifitas kompleks yang mencakup fisik
dan mental. Aktifitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak
mata dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan
dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu
melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara
lincah, menginggat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki
40
Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi
bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai
oleh anak-anak, terutama pada saat awal pelajaran membaca. Banyak
anak yang dapat membaca secara lancar tetapi tidak memahami isi apa
yang mereka baca. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca
bukan hanya terkait erat dengan kemampuan gerak motorik mata
tetapi juga tahap perkembangan kognitif. Mempersiapkan anak untuk
belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat panjang.
(Abdurrahman, 2012:158).
Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan
lainnya karena Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. Oleh karena itu
membacanya punya etika zahir, yaitu membacanya dengan tartil.
Makna tartil adalah dengan perlahan-lahan sambil memperhatikan
huruf dan barisnya. Karena tartil lebih dekat dengan pemuliaan dan
penghormatan terhadap Al-Qur’an, dan lebih berpengaruh bagi hati
daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat (Qardawi,
2003:235).
Dalam Islam anak harus mulai dididik mulai mereka masih
dalam kandungan. Seorang anak akan sulit untuk membaca Al-Qur’an
jika telingga mereka tidak biasa untuk mendengar ayat-ayat suci
Al-Qur’an. Islam selalu menganjurkan bagi ibu yang sedang mengandung
41
pendidikan prenatal yang dilakukan seorang ibu pada janin yang
mereka kandung adalah memperbanyak bacaan Al-Qur’an.
Jika masih dalam kandungan janin sudah biasa didengarkan
bacaan Al-Qur’an, maka begitu pada usia anak-anak mereka dilatih
untuk mengenal huruf hijaiyah mereka akan lebih mudah untuk
menangkap apa yang telah diajarkan pada mereka. Ini adalah sebuah
langkah awal yang baik bagi seorang anak dalam belajar membaca
Al-Qur’an. Hal ini terjadi karena, janin yang ada pada ibu dapat
merespon apa yang terjadi pada sekeliling mereka.
Terdapat lima tahapan dalam perkembangan membaca, yaitu
kesiapan membaca, membaca permulaan, keterampilan membaca
cepat, membaca luas, dan membaca yang sesunguhnya. Anak
berkesulitan membaca sering memperlihatkan kebiasaan membaca
yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adannya
gerakan-gerakan yang penuh dengan ketegangan seperti mengeryitkan kening,
gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga
sering memperlihatkan adannya perasaan tidak aman yang ditandai
dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau mencoba
melawan guru. (Abdurrahman, 2012:162).
Dyslexia adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang
menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata,
tulisan dan suara. Istilah dyslexia banyak digunakan dalam dunia
42
neurologist. Bryan mendefiniskan dyslexia sebagai suatu syndrome
kesulitan dalam mempelajari keomponen-komponen kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam
belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa
(Wijaya, 2007:66).
Anak berkesulitan membaca sering mengalami kekeliruan dalam
mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencakup penghilangan,
penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat,
tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak. Penghilangan huruf atau
kata sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar membaca karena
adannya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa (fonik), dan
bentuk kalimat. (Abdurrahman, 2012:163-165).
Dari beberapa uraian diatas yang paling terpenting agar dapat
membaca Al-Qur’an terlebih dahulu yaitu seorang anak harus dapat
mengenal huruf-huruf hijaiyah dan terus praktek bagaimana cara
mengucapkan makhraj yang baik dan benar, kemudian selalu berlatih
membaca Al-Qur’an di rumah.
5. Faktor-faktor Kesulitan Membaca Al-Qur’an
Faktor penyebab kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an
dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:
1) Faktor intern peserta didik, meliputi gangguan atau kekurangan
43
a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti
rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik.
b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya
emosi dan sikap.
c) Yang bersifat psikomotorik (ranah rasa), antara lain
terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor ekstern peserta didik, meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar. Faktor
ini dapat dibagi tiga macam:
a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan
hubungan ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan
ekonomi keluarga.
b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan
yang nakal.
c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi letak gedung sekitar
yang buruk seperti pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar
yang berkualitas rendah. (Syah, 2010:173).
Dalam diri peserta didik memiliki intelegensi yang berbeda-beda
untuk menerima suatu pelajaran. Peserta didik yang memiliki
intelegensi yang rendah akan menemui kesulitan dalam menerima
pelajaran, yang demikian dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar.
44
penting adalah lisan (alat ucapan), mata (alat lihat), dan telinga (alat
dengar). Jika alat indera ini berfungsi kurang baik, maka hal ini akan
menjadikan hambatan dan kesulitan bagi anak untuk menerima
pengajaran dengan baik dan sempurna.
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.
Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan dalam belajar.
Yang termasuk dalam faktor ini adalah orang tua. Orang tua yang
kurang memperhatikan pendidikan anaknya dalam belajar agama
khususnya belajar membaca Al-Qur’an, tidak memperhatikan
kemajuan belajar anaknya dalam membaca Al-Qur’an, akan
menyebabkan anak tersebut sulit untuk membaca Al-Qur’an.
Demikian juga bagi seorang guru dapat menjadi faktor kesulitan
dalam belajar membaca Al-Qur’an, apabila:
1) Guru tidak kualified dalam pengambilan metode yang
digunakan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga cara
menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh
murid-muridnya.
2) Hubungan guru dengan peserta didik kurang baik. Hal ini
bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh
murid-muridnya, seperti: kasar, suka marah, tidak pernah
senyum, tidak pandai menerangkan, menjengkelkan, tinggi
45
3) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan
peserta didik dalam belajar Al-Qur’an, antara lain:
a) Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga
atau media yang memungkinkan semua alat inderanya
berfungsi.
b) Metode belajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga
anak tidak ada aktifitas.
c) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya
tinggi atau tidak menguasai bahan.
d) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak
variasi. Hal ini menunjukkan metode guru yang sempit,
tidak mempunyai kecakapan diskusi, tanya jawab,
eksperimen, sehingga menimbulkan aktivitas murid dan
suasana menjadi hidup. (Ahmadi, 2004:84-85).
Dari uraian di atas guru juga dapat menjadi faktor kesulitan
dalam belajar membaca Al-Qur’an, karena seorang guru juga berperan
di dalam peningkatan kemampuan membaca peserta didik dan metode
yang digunakan guru menjadi pengaruh besar faktor kesulitan dalam
belajar Al-Qur’an.
Sedangkan menurut Jalaluddin, kesulitan membaca Al-Qur’an
memiliki empat faktor, yaitu:
46
Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi
pemikiran orang. Kemajuan teknologi dengan segala hasil
yang disumbangkan bagi hidup manusia, dapat mengalihkan
perhatian untuk hidup lebih erat kepada alam kebendaan.
Hal ini mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang
diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran praktis dan
dapat menunjang prestise kehidupan duniawi. Maka tidak
heran kalau pengetahuan tentang Al-Qur’an dan cara
membacanya kalah bersaing dengan kepentingan hidup
yang lain hingga hampir diabaikan.
2) Kesempatan dan tenaga
Arah berpikir yang material telah mendudukkan status
wajib belajar Al-Qur’an ke proporsi yang lebih kecil.
Pengaruh ini telah menimbulkan gejala baru, yaitu belajar
Al-Qur’an secara sambilan. Akibatnya terjadi kelangkaan
tenaga. Waktu yang digunakan untuk belajar Al-Qur’an
lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang digunakan
untuk menuntut pengetahuan lain. Akhirnya tenaga pengajar
yang tersedia tidak sempat berkembang seimbang dengan
kebutuhan.
3) Metode
Perkembangan teknologi telah merubah
47
secara lebih mudah dan lebih cepat, yaitu dengan
memanfaatkan jasa teknologi untuk media pendidikan baik
media-visual, audio-visual atau komputer dengan cara yang
semakin tepat guna.
Khusus untuk pendidikan Al-Qur’an cara ini masih
langka dan mahal. Metode lama dengan beberapa seginya
mungkin sudah kurang serasi dengan keinginan yang tepat
guna ini. Akibatnya metode yang demikian berangsur
kurang diminati. Akhirnya miat untuk mempelajari
Al-Qur’an kian menyurut.
4) Aksara
Kitab suci Al-Qur’an ditulis dengan aksara dan
bahasa Arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang
berpendidikan non pesantren/madrasah karena pengetahuan
itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum.
Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagian
besar buta aksara Kitab Sucinya. (Jalaluddin, 2012:6-7).
Faktor-faktor diatas menurut Jalaluddin banyak
mempengaruhi kecenderungan yang menimbulkan sikap
masa bodoh dan anggapan siswa bahwa belajar Al-Qur’an
48
6. Metode dalam pengajaran Al-Qur’an
Prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya dilakukan dengan
bermacam-macam metode. Di antara metode-metode itu ialah sebagai
berikut.
Pertama, guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak.
Dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf
dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak akan dapat melihat
dan menyaksika langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru
untuk ditirukannya, yang disebut dengan musyafahah ‘adu lidah’.
Metode ini diterapkan oleh Nabi saw kepada kalangan sahabat.
Kedua, peserta didik membaca di depan guru, sedangkan guru
menyimaknya. Metode ini dikenal dengan metode sorogan atau ‘ardul
qira’ah‘setoran bacaan’. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulullah saw
bersama dengan malaikat Jibril kala tes bacaan Al-Qur’an di bulan
Ramadhan.
Ketiga, guru mengulang-ulang bacaan, sedang peserta didik
menirukannya kata per kata dan kalimat per kalimat juga secara
berulang-ulang hingga terampil dan benar. (Syarifuddin, 2004:83).
Dari ketiga metode ini, metode yang banyak diterapkan di
kalangan anak-anak pada masa kini ialah metode kedua, karena dalam
metode ini terdapat sisi positif yaitu aktifnya peserta didik (cara
belajar peserta didik aktif). Untuk tahap awal, proses pengenalan
49
sehingga anak telah mampu mengekspresikan bacaan huruf-huruf
hijaiyah secara tepat dan benar. Sedangkan metode ketiga cocok untuk
mengajar anak-anak menghafal.
B. Metode Resitasi
1. Pengertian Metode Resitasi
Resitasi adalah suatu persoalan yang bergayut dengan masalah
pelaporan anak didik setelah mereka selesai mengerjakan suatu tugas.
Selanjutnya Djamarah menambahkan bahwa tugas yang diberikan
bermacam-macam, tergantung dari kebijakan guru, yang penting
adalah tujuan pembelajaran tercapai (Djamarah, 2005:235).
Sedangkan menurut Ladjid metode pemberian tugas adalah
cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk
melakukan suatu pekerjaan (Ladjid, 2005:124).
Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena
peserta didik diberi tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran.
Sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran
berlangsung di mana peserta didik disuruh untuk mencari informasi
atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium,
perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya. Metode ini
dilakukan apabila guru mengharapkan pengetahuan yang diterima
peserta didik lebih mantap dan mengaktifkan mereka dalam mencari
atau mempelajari suatu masalah dengan lebih banyak membaca,
50
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik
misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti
mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau
disuruh mengamati orang atau masyarakatnya setelah membaca buku
itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang
harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat (Djamarah,
2005:235).
Dapat disimpulkan bahwa metode resitasi adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta
didik melakukan kegiatan belajar.
2. Langkah-langkah dalam Metode Resitasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah menyatakan metode resitasi
ada tiga fase yaitu:
a. Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas dan
petunjuk-petunjuk yang diberikan terarah.
b. Fase belajar
Dalam fase ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai
tujuan dan petunjuk-petunjuk guru.
c. Fase resitasi
Dalam fase ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil
belajarnya, baik berbentuk laporan lisan maupun tertulis
51
3. Teknik Pemberian Tugas (Resitasi)
Kegiatan interaksi belajar mengajar harus selalu ditingkatkan
efektivitas dan efisiensinya, dalam usaha meningkatkan mutu dan
frekuensi isi pelajaran. Maka sangat menyita waktu peserta didik untuk
melaksanakan pembelajaran tersebut untuk mengatasi keadaan tersebut
guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Sebagai
selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa
pekerjaan rumah.
Teknik pemberian tugas ini bertujuan agar siswa memiliki
prestasi yang lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan-latihan
selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam
mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Dengan kegiatan
melaksanakan tugas siswa aktif belajar dapat merangsang untuk
meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani
bertanggung jawab.
Dalam pelaksanaan teknik pemberian tugas dan resitasi perlu
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tujuan harus dirumuskan secara spesifik
b. Tugas-tugas yang diberikan harus jelas arahnya
c. Para siswa harus diberikan petunjuk-petunjuk dalam
52
d. Perumusan perhatian siswa pada hal-hal yang pokok dengan
tidak menghilangkan aspek-aspek lainnya yang berkaitan
(Usman, 2002:48).
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa dalam pemberian tugas
langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan harus jelas sehingga
pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Pelaksanaan Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Tugas dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan belajar baik
perorangan atau kelompok.
1) Jenis pemberian tugas yang diberikan kepada siswa dapat
dilakukan secara individu atau kelompok. Dalam pemberian tugas
untuk tiap siswa atau kelompok bisa sama dan bisa pula berbeda.
2) Agar pemberian tugas dapat menunjang peserta didik aktif
hendaknya:
a) Tugas harus dikerjakan oleh siswa secara individu atau
kelompok.
b) Dilakukan tindak lanjut hasil penugasan berupa presentasi
oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh kelompok
lain.
c) Kesimpulan/hasil (Ladjid, 2005:124).
5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Resitasi
Setiap metode yang digunakan dalam pengajaran hampir dapat
53
Demikian juga metode resitasi memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dan kelemahan metode resitasi dikemukakan
oleh Djamarah sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Pengetahuan yang peserta didik peroleh dari belajar sendiri
akan diingat lebih lama.
2) Peserta didik berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab, dan
berdiri sendiri.
b. Kelemahan
1) Seringkali peserta didik melakukan penipuan di mana peserta
didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri.
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
individual (Djamarah, 2005:236).
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Sedapat mungkin diusahakan agar tugas yang telah diberikan
harus dikerjakan, dibaca dan ditulis sendiri oleh siswa, serta harus
dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri kepada guru. Dalam hal
ini guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan
54
b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya tetap
berpihak pada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan kurikulum,
tujuan intruksional umum maupun tujuan intruksional khusus
sehingga dengan demikian perbedaan individu anak dapat
terinteraksi.
c. Dalam memberikan tugas-tugas kepada peserta didik sedapat
mungkin disesuaikan dengan kemampuan anak untuk
mengerjakannya.
C. Kaitan Metode Resitasi dan Membaca Al-Qur’an
Pentingnya penerapan metode resitasi dalam membaca Al-Qur’an,
di dalam proses kependidikan, faktor metode merupakan faktor urgen.
Resitasi sebagai metode pembelajaran dalam pelaksanaannya pendidik
dapat memberikan beberapa tugas dalam kelas. Dalam bidang membaca
Al-Qur’an tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa
menerjemahkan ayat, menyalin, menghafal ayat, yang kemudian hasil
pekerjaan peserta didik tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada
guru. Dalam langkah ini peserta didik harus dapat mengerjakan atau
mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya dengan baik kapada guru
yang mengajarkannya.
Penggunaan metode resitasi dalam membaca Al-Qur’an secara
baik dan intensif akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka dalam bidang studi
sebaik-55
baiknya untuk belajar, sebab metode resitasi tepat digunakan dalam proses
belajar mengajar apabila:
1) Guru mengharapkan agar peserta didik dapat menerima
pengetahuan yang lengkap.
2) Untuk mengaktifkan peserta didik mempelajari sendiri suatu
masalah dengan membaca sendiri dan mencoba sendiri atau
mempratekkan pengetahuannya.
3) Metode ini mendorong/merangsang peserta didik untuk aktif dan
rajin.
Dengan menggunakan metode resitasi, yakni dengan
memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
serta harus dipertanggungjawabkan kepada guru, akan mendorong
kemauan belajar peserta didik dan melatih mereka untuk senantiasa
belajar secara rajin, sehingga peserta didik akan dapat mencapai hasil
56 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN D. Diskripsi Awal
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Sultan Fattah Salatiga.
Dalam bagian ini penlis akan memaparkan lokasi dilaksanakannya
penelitian ini. Secara garis besar lokasi penelitian dapat penulis
sampaikan hal-hal sebagai berikut:
a. Identitas
Nama Sekolah : SMK Sultan Fattah
No. Statistik Sekolah : 342036204008
Alamat penelitian : Jl. Diponegoro No. 115 Salatiga
Nomor Telepon/Fax : (0298)313682/(0298)313682
Website : www.smksultanfattahsala-3.co.id
Email : smk_sultanfattah@yahoo.com
Kode Pos : 50714
Status Sekolah : Swasta
Tahun Berdiri : 2007
Status Tanah : Milik Yayasan
Luas Tanah : 1400 m2
57
b. Letak Geografis
SMK Sultan Fattah terletak di Jalan Diponegoro No. 115 Kota
Salatiga.
c. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Sultan Fattah Salatiga
SMK Sultan Fattah Salatiga berdiri sejak tahun 2007 yang
dipelopori oleh Bapak Drs. H. Noor Rofiq. SMK Sultan Fattah
terletak di lokasi yang sangat strategis dan mudah di lalui beragam
sarana transportasi. SMK Sultan Fattah memiliki 2 kampus utama
yaitu di jalan Diponegoro Nomor 115 Salatiga untuk jurusan
Akutansi dan Pemasaran, sedangka kampus 2 terletak di jalan
Bukit Sawo Salatiga untuk jurusan Teknik Multimedia dan Busana
Butik.
d. Visi, Misi dan Tujuan SMK Sultan Fattah Salatiga
1) Visi
Menyelenggarakan pendidikan dengan berorientasi mencetak
generasi yang berkarakter, kreatif, inovatif, dilandasi dengan
penguasaan IPTEK dan peningkatan kualitas IMTAQ.
2) Misi
a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa.
b) Meningkatkan prestasi akademik dan ketrampilan.
c) Meningkatkan kemandirian.
58
e) Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik.
f) Meningkatkan motivasi terhadap semua warga sekolah
untuk meningkatkan ketertiban kedisiplinan dan
kewirausahaan.
3) Tujuan
Mencetak pribadi anak didik yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia mampu
mewujudkan prestasi akademik yang memenangi kompetisi di
era global dan membantu mencapai tarap hidup yang lebih baik
dengan berbekal fundamental kemanusiaan (intelektual,
emosional, spiritual dan ketrampilan).
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMK Sultan Fattah
Salatiga secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana SMK Sultan Fattah
59
Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 secara rinci dapat dilihat pada
60
Tabel 3.2 Data Guru SMK Sultan Fattah
g. Keadaan Peserta Didik yang Diteliti
Peserta didik kelas XII Akuntansi dan XII Pemasaran SMK
Sultan Fattah Salatiga setiap mata pelajaran Pendidikan Agama No Nama Lengkap Mata Pelajaran
1 Drs. H. NOOR ROFIQ PA. Islam, ESQ
2 Drs. SURATMAN Bhs. Jawa
3 FUAD HASYIM, S.Pd, M.Pd Produktif TM, KKPI
4 ERWIN TRI SEPTIAN, S.Pd Akuntansi, Produktif PM
5 ARDIYAH, SE Akuntansi, Dasar Akuntansi
6 BAGAS WIDHI KURNIAWAN, S.Pd Kewirausahaan, Seni Budaya
7 FARIDAH RAHMAWATI, S.Ag PA. Islam, IPA, ESQ
8 DINAR KASIH RIANI, S.Pd Matematika, FISIKA
9 LASTUSIWI AULIA, S.Pd Bhs. Inggris, Multimedia
10 HARCAHYONO ADI, S.Pd Pemasaran, Peralatan Transaksi
11 BINTA MUTABAROH, S.Pd BK, PKn, IPS
12 SUTRISNO, S.Pd Penjaskes, PKn
13 PRATESA DEBULAELA, S.Pd Bhs. Inggris, Seni Budaya 14 ANJAR SUBAGIO, S.Pd Pemasaran
15 METTA MARETA, S.Pd Profesional Bekerja, Akuntansi 16 HARNO, S.Kom Produktif TM
17 SISKA NINGTYASTUTI Produktif TB 18 AMALIA SOFIYANA, S.Pd Matematika 19 MAYANGSARI LISTYOWATI, S.Pd Produktif TB
20 MUNDING SUPRIYADI, S.Pd Kewirausahaan, Pemasaran 21 ARI PUJIANTO, S.Pd KKPI
61
Islam di jadikan satu kelas berjumlah 26, terdiri dari 19 peserta
didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.3 Data Peserta Didik SMK Sultan Fattah kelas XII
62 2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu yang diperlukan peneliti untuk
melakukan penelitian. Penelitian survei tempat, kondisi dan keadaan
peserta didik dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2016. Kondisi Awal
dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2016, Penelitian siklus I pada
tanggal 25 Juli 2016. Penelitian siklus II pada tanggal 1 Agustus 2016.
E. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas empat kegiatan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan rincian sebagai
berikut:
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
1) Menyusun RPP.
2) Menyiapkan sumber belajar berupa materi berfikir kritis selalu
waspada dan demokratis.
3) Menyiapkan ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan materi
yaitu Surat Ali Imran ayat 190-191 dan 159.
4) Mengembangkan ayat Al-Qur’an itu dengan cara membaca
secara keseluruhan dan diperpadukan cara menulis (metode
resitasi/penugasan) sambil menunggu ayat Al-Qur’an yang
ditulis peserta didik guru memanggil satu persatu untuk
63
5) Menyiapkan perangkat dalam siklus I meliputi absensi untuk
mengetahui kehadiran siswa, soal-soal, lembar pengamatan
disusun dalam melakukan pengamatan terhadap seluruh
rangkaian proses kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
1) Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan
peserta didik memasuki materi yang akan diajarkan.
2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3) Guru Menjelaskan materi berfikir kritis selalu waspada dan
demokratis.
4) Kelas dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing
beranggotakan 5 sampai 6 peserta didik.
5) Setiap peserta didik menulis ayat Al-Qur’an dan perwakilan
dari masing-masing kelompok untuk membacakan ayat
Al-Qur’an didepan kelas.
6) Selama kegiatan berlangsung guru bertindak sebagai
pembimbing dan peserta didik mengamati temannya dalam
pembacaan ayat Al-Qur’an tersebut.
7) Guru bersama peserta didik menyimak tugas membaca
Al-Qur’an didepan kelas tadi.
8) Guru memberikan kepercayaan kepada peserta didiknya atas