• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - STUDI TENTANG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DI SMP AL-MA’ARIF KRAPYAK TAHUNAN JEPARA - UNISNU Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - STUDI TENTANG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DI SMP AL-MA’ARIF KRAPYAK TAHUNAN JEPARA - UNISNU Repository"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu pokok pikiran penting dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 adalah adanya kesadaran bahwa pendidikan nasional Indonesia tidak hanyamembentuk manusia yang cerdas, namun juga manusia yang berkepribadian atau berkarakter, sehingga akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan agama.1

Indonesia saat ini sedang menghadapi ujian berat yang berkepanjangan, yaitu terjadinya krisis multidimensi.Buktinya, Indonesia sampai saat ini masih mengalami krisis ekonomi yang berlarut-larut, dan krisis tersebut merambat keberbagai aspek kehidupan lainnya, seperti; aspek politik, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Dampak adanya krisis multidimensi ini mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan dengan membudayanya praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), berbagai konflik merajalela (antar etnis, agama, politis, ormas dan lain- lain), meningkatnya kriminalitas di berbagai kalangan, serta menurunnya etos kerja di berbagai instansi pemerintahan, merosotnya nilai-nilai keadilan, spiritual, kemanusiaan dan masih banyak lagi. Dari berbagai macam krisis multidimensi di Indonesia, korupsi menempati peringkat pertama. Sebagaimana hasil survey PERC (Political and Economic Risk

1

(2)

Consultacy) yang berkedudukan di Hongkong pada tahun 2002 dan 2004 menjelaskan bahwa peringkat Indonesia dalam skor korupsi adalah tertinggi di Asia dengan nilai skor 8,16 (dari total skor 10).2

Kabupaten Jepara menduduki peringkat lima teratas Kabupaten di Jawa Tengah dengan penderita HIV AIDS tertinggi. Beberapa langkah pencegahan terus dipayakan diantaranya Visite Mobile dan IMS Mobile.3Jumlah kasus narkoba di Jepara juga cukup tinggi dibanding kota lain di Jawa Tengah. Jepara masuk dalam sepuluh besar (peringkat 6) sebagai kota dengan penyalahgunaan narkoba se-Jawa Tengah. Dari 212 tahanan dan narapidana yang menghuni Rutan Jepara, sebanyak 44 orang adalah tahanan dan narapidana kasus narkoba. Peringkat dua ditempati tahanan dan narapida kasus kekerasan dan pelecehan seksual.4

Di Jepara, beberapa kasus kriminal yang ditangani polisi tidak hanya menjerat orang dewasa, tapi juga anak remaja bahkan di bawah umur. Beberapa kasus memang berkenaan dengan kenakalan remaja biasa.Akan tetapi, sebagian lainnya tergolong tindakan kriminal yang sebenarnya lebih tepat dilakukan pelaku yang sudah cukup umur.Balapan liar maupun perkelahian yang dilakukan oleh anak di bawah umur meski memang melanggar hukum, tapi sudah menjadi pemandangan biasa.Akan tetapi, beberapa kasus kriminal seperti pemerkosaan atau pencabulan, pencurian sepeda motor, hingga pencurian dan perampasan (begal), justru dilakukan anak di bawah umur.5

2

Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter; Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa, (Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004), hlm. 4.

3

www.jaringnews.com, 20 Maret 2015. 4

www.jaringnews.com, 20 Maret 2015. 5

(3)

Berbagai penyimpangan di atas menyebabkan rendahnya kredibilitas Indonesia di mata dunia. Hal tersebut merupakan salah satu cerminan dari perilaku masyarakat Indonesia yang tidak berkarakter. Jika kondisi seperti itu dialami terus-menerus, maka untuk menjadi bangsa yang maju dikemudian hari perlu dipertanyakan kembali, akankah Indonesia lebih maju dari saat ini, atau sebaliknya.Menurut Thomas Lickona yang dikutip oleh Ratna Megawangi, bahwa ada sepuluh tanda suatu negara menuju kehancuran, yaitu: 1) kekerasan di kalangan remaja semakin meningkat, 2) penggunaan bahasa dan kata-kata semakin menyebar, 3) pengaruh peer groupyang kuat dalam tindakan kekerasan, 4) meningkatnya tindakan untuk merusak diri, seperti: penggunaan narkoba, seks bebas dan penggunaan obat-obat terlarang lainnya,5) menurunnya etos kerja, 6) semakin merendahnya rasa hormat kepada pihaklainnya. 7) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, 8) membudayanya ketidakjujuran, 9) timbulnya rasa saling curiga dan kebencian, 10) ketiadaan rasa bangga terhadap negara.6

Sepuluh tanda yang diungkapkan oleh Thomas Lickona jika dicermati ternyata sudah ada di Indonesia. Sebagai buktinya, diberbagai media masa telah diberitakan berbagai tindakan penyimpangan, contohnya; tiga pemuda nekat mencuri onderdail motor yang berada di kantor Mapolsek Talamate Makasar Sulawesi Selatan.7Lima pelajar SMK 1 Boyolangu Tulungagung membawa narkoba ke sekolah.8 Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi mengadakan demo terkait masalah curhatan presiden yang gajinya tidak naik

6

Ibid.,hlm. 7. 7

Jawa Pos,“Nekat Mencuri di Kantor Polisi”, 3 Januari 2011

8

(4)

selama tujuh tahun di kantor DPRD Surabaya.9 Ratusan guru mengadakan demo akibat tidak lulus ujian Sertifikasi di Universitas Negeri Jogyakarta.10Lima pemuda asal Rungkut Surabaya memalsukan uang dan mengedarkannya.11

Beberapa kasus kriminal di Jepara yang dilakukan oleh remaja diantaranya, kasus pencabulan terhadap Uf (16tahun), remaja warga Desa Kalipucang Wetan Kecamatan Welahan yang diperkosa beberapa kali oleh Rh (17 tahun), warga Desa Bakalan Kecamatan Kecamatan Kalinyamatan. Kasus perampasan dompet berisi Rp 2,25 juta milik Tifrikah (36 tahun), warga Desa Sengon Bugel Kecamatan Mayong yang dilakukan Mk (17 tahun) dan Af (17 tahun), warga Desa Rengging Kecamatan Pecangaan. Tindakan kriminal lain yang miris adalah kasus pencurian sepeda motor oleh seorang bocah berinisial ANC (14 tahun), warga Desa Kaliaman Kecamatan Kembang.12

Tindakan penyimpangan tersebut sebagai bukti bahwa Bangsa Indonesia telah mengalami kemerosotan dan jika dibiarkan maka akan menuju pada kehancuran. Saatnya sebagai warga negara yang sadar akan hal itu harus mengadakan perubahan, dan memperbaiki kondisi yang telah menuju keterpurukan. Adapun salah satu langkah awal yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki kondisi Bangsa Indonesia adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).Berbicara tentang peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), maka pendidikan menempati posisi yang penting dalam hal tersebut.Pendidikan harus menjadi sebuah sarana penting

9

Jawa Pos,“Demo Presiden Ricuh”, Jumat, 3 Januari 2011

10

Jawa Pos,“Ratusan Guru Demo, Rektor Bergeming”, Jumat, 4 Januari 2011

11

Jawa Pos,“Terancam Penjara 15 Tahun” Rabu, 2 Februari, 2011

12

(5)

untuk memperbaiki moral bangsa, khususnya Bangsa Indonesia.Pendidikan sebagai sebuah wahana pembaharuan dalam rangka mencetak generasi bangsa yang berkualitas.

Sebagaimana telah tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.13 Pendidikan harus mampu merubah Sumber Daya Manusia (SDM) yang biasa menjadi luar biasa, yang lemah menjadi kuat, yang pasif menjadi aktif, yang tidak berilmu menjadi berilmu, yang tidak beradab menjadi berakhlaq mulia dan yang tidak bertaqwa menjadi bertaqwa.Memperhatikan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, maka begitu ideal harapan penyelenggaraan pendidikan di negara Indonesia ini, namun pada prakteknya pendidikan belum mampu mewujudkan harapan tersebut.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia seringkali diselenggarakan hanya untuk memproduksi generasi bangsa yang hanya siap bekerja, pendidikan diorientasikan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan yang hanya mengembangkan aspek kognitif peserta didik, dan mengabaikan pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotorik peserta didik.Dari fenomena tersebut, maka perlu dipertanyakan kembali keberadaan

13

(6)

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.Sudahkah penyelenggaraan pendidikan yang seperti itu mampu mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003.

Sudah selayaknya para praktisi pendidikan mulai mengoreksi kembali sejauhmana keberhasilan pendidikan dalam membentuk kepribadian dan keberadaban bangsa. Memang, tidak serta merta bahwa lembaga pendidikan yang patut disalahkan dengan adanya demoralisasi yang ada, namun sejak dahulu lembaga pendidikan memiliki sumbangan yang berarti bagi proses pembudayaan masyarakat, dan sepantasnya jika lembaga pendidikan memiliki peranan yang berarti dalam menyelesaikan persoalan demoralisasi yang saat ini terjadi.

Berangkat dari fenomena di atas, maka akhir-akhir ini dunia pendidikanmulai tergerak untuk mengumandangkan konsep pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.14

Konsep pendidikan karakter tersebut sebenarnya bukanlah hal yang baru, konsep ini sudah lama dikenal.Pendidikan karakter sebenarnya tidak

14

Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum,

(7)

jauh dari pendidikan akhlak yang diajarkan dalam agama.15 Agama bersumber dari wahyu dan sunnah Rasul, sebagaimana umat Islam telah mengetahui bahwa misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlaq di muka bumi ini.

Misi tersebut diwarisi oleh beberapa pahlawan Indonesia, seperti Soekarno, MohammadHatta, R.A. Kartini, Ki Hajar Dewantara. Pada masa pengabdiannya terhadap bangsa, parapahlawan telah menerapakan semangat pendidikan karakter sebagai pembentukan kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami.Dalam salah satu pesan Presiden Soekarno sebagaithe founding father’s bahwa“Tugas berat bangsa

Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan

nation and character building”.16Bung Karno mewanti-wanti, jika pembangunan karakter tidak berhasil, maka bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsakuli.17Tidak mau ketinggalan pula, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengharapkan dan menganggap perlu memberikan penegasan pentingnya character building. Salah satu bukti bentuk kepeduliannya yaitu dengan mencanangkan pendidikan karakter pada tanggal 2 Mei 2010 yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.18Selain itu, Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, juga menegaskan tentang pentingnya pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang disampaikan pada acara Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Hotel Bumikarsa, Jakarta, 14 Januari 2011.19

15

Thomas Lickona,op.cit.,hlm. xiii. 16

Misbahul Huda, “Pendidikan Karakter dalam Sebuah Festival”, Jawa Pos,7 Juli 2010 17

Ibid.,hlm. 4. 18

http: ///www.dikti.go.id., 24 Maret 2015 19

(8)

Melihat berbagai ungkapan dan harapan pihak pemerintahan yang penulis paparkan di atas, maka pendidikan karakter mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah, dan Kemendiknas menghimbau agar pendidikan karakter segera diimplementasikan di sekolah-sekolah sebagai program utama. Dalam hal ini, Kemendiknas telah mencanangkan visi penerapan pendidikan karakter pada tahun 2010-2014 pada semua jenjang pendidikan, dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Besar harapan masyarakat terhadap konsep pendidikan karakter, masyarakat berharap gagasan pendidikan karakter tidak hanya sebuah konsep normatif, akan tetapi sebuah implementatif dari konsep tersebut yang akan mampu menjadi solusi bagi bangsa dalam mengatasi demoralisasi di Indonesia dan sebagai upaya membangun kepribadian dan keberadaan bangsa.

Berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter di sekolah, maka menarik untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana model pendidikan karakter di sekolah, khususnya di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Maka, dalam hal ini peneliti memilih SMP Al-Ma’arif Krapyak

Tahunan Jeparasebagai subjek penelitian. Alasanmengambil SMP Al-Ma’arif

Krapyak Tahunan Jepara sebagai subjek penelitian ini karenaSMP Al-Ma’arif

sangat menekankan pendidikan moral karakter melalui penanaman nilai-nilai agama dan budaya bangsa khususnya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun perilaku sehari-hari.20

Penelitian pada jenjang Pendidikan tingkat Menengah sangat penting untuk dilakukan karena sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

20

(9)

Nasional, pasal 17 ayat 1, bahwa pendidikan lanjutan merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan perguruan tinggi.21Sebagai jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan berikutnya, maka sekolah lanjutan memiliki peranan yang begitu penting dalam kesinambungan pendidikan pada jenjang berikutnya, dan SMP memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian peserta didik pada masa puber.

SMP Al-Ma’arif Krapyak Tahunan Jeparasebagai lembaga pendidikan Islam swasta jugamampu merespon perubahan dengan baik yaitu ketika Kurikulum 2013 belum diberlakukan untuk semua sekolah, lembaga pendidikan inidengan sigap lebih awal melakukan uji coba. Dalam rangka memantapkan perkembangan kurikulum saat ini, maka SMP Al-Ma’arif

Krapyak Tahunan Jeparamemulai mendesain pembelajaran dengan arah membangun karakter (character building).22

Berdasarkan alasan di atas, maka perlunya dilakukan penelitian tentang

“Studi tentang Implementasi Pendidikan BerbasisKarakter di SMP Al-Ma’arif

Krapyak Tahunan Jepara”

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap judul penelitian, maka perlu kiranya ada penegasan istilah yang berkaitan dengan judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang ditegaskan pengertiannya adalah sebagai berikut:

21

Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

22

Wawancara denganYuhriadiselaku Wakil Kepala Urusan Kesiswaan SMP Al-Ma’arif

(10)

1. Studi

Studi adalah penelitian ilmiah, kajian, telaah atau pendekatan untuk meneliti gejala sosial dengan menganalisis suatu kasus secara mendalam dan utuh.

2. Implementasi

Implementasiberasal dari kata “implementation” yang berarti suatu

pelaksanaan23 atau penyelenggaraan24. Jadi arti implementasi di sini adalah mengaplikasikan sebuah teori ke dalam realita, sehingga akan menghasilkan manfa’at dari teori tersebut serta dapat mengembangkan

nya yang lebih sempurna.

Jadi implementasi merupakan aplikasi atau penerapan yang berasal dari teori, kemudian diterapkan pada lapangan sehingga dari permasalahan yang ada akan menghasilkan kesimpulan yang realistis. 3. Pendidikan Berbasis Karakter

Pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan (positif) di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai yang melahirkan akhlaq

al-23

Kata pelaksanaan di sini menurut pemikiran penulis sebuah penerapan suatu hal melalui sebuah proses, dimana proses tersebut mengandung apa yang harus di canangkan guna memperoleh tujuan yang dicapai.

24

(11)

karimah atau menanamkannya, sehingga dengan pendidikan dapat terbentuk manusia yang berbudi pekerti dan berpribadi luhur.25

Berbasis artinya berdasarkan pendekatan.26Karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu charassein, yang artinya adalah mengukir hingga terbentuk sebuah pola. Jadi, untuk mendidik anak agar memiliki karakter

diperlukan proses “mengukir”, yakni pengasuhan dan pendidikan yang

tepat. Karakter adalah sikap yang dapat dilihat atau ditandai dari perilaku, tutur kata, dan tindakan lainnya.Dalam padanannya dengan istilah bahasa Arab, karakter mirip artinya dengan akhlak mulia yaitu tabiat atau kebiasaan melakukan hal-hal yang baik.27

Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi disebutkan “Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.28

Berdasarkan pengertian di atas, maka maka pendidikan berbasis karakter adalah proses penggunaan sumber daya organisasi dalam rangka membimbing, mengarahkan potensi manusia yang berupa

kemampuan-25

M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.1. 26

Hasan Alwi, op.cit., hlm. 160. 27

Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Untuk Membangun Bangsa,(Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004), hlm. 25

28

(12)

kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan (positif) di dalam kehidupan pribadinyasehingga terbentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam pembahasan ini terdapat beberapa rumusan masalah yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini yaitu:

1 Bagaimanakah implementasi pendidikan berbasis karakter di

SMPAl-Ma’arif Krapyak Tahunan Jepara?

2 Faktor apayang menjadi pendukung dan penghambatimplementasi pendidikan berbasis karakter di SMP Al-Ma’arif Krapyak Tahunan

Jepara?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini di antaranya: 1. Mendiskripsikan implementasi pendidikan berbasis karakter di

SMPAl-Ma’arif Krapyak Tahunan Jepara.

2. Mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan berbasis karakter di SMP Al-Ma’arif Krapyak Tahunan

(13)

E. SignifikansiPenelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pengembangan manajemen pendidikan berbasis karakter di sekolah. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini berguna bagi:

a. Sekolah

1) Sebagai acuan perumusan kebijakan manajerial untuk mengembangkan karakter dalam pembelajaran.

2) Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan berbasis karakter di SMP Al-Ma’arif Krapyak Tahunan Jepara dan sekolah lainnya.

b. Guru

1) Sebagai bahan instrospeksi untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

2) Sebagai bahan evaluasi atas kinerja guru. c. KantorDIKPORA Jepara

1) Sebagai acuan perumusan kebijakan tentang pengelolaan Madrasah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan diatas maka sangat menarik untuk dapat menguraikan problematika mengenai “ PROSEDUR PENERIMAAN SAWIT RAKYAT KE PERKEBUNAN KELAPA SAWIT ( PKS ) DI PTPN

Dengan nilai OR 3,331, artinya balita yang tinggal di rumah dengan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko terjadinya pneumonia 3,33 kali lebih besar

Adanya pengaruh efektivitas pengguna berarti semakin tinggi efektivitas yang di berikan maka semakin tinggi pula tingkat kinerja individual teknologi sistem informasi akutansi

Pada tahun 2012 indeks produksi industri bulanan menggunakan tahun dasar baru (2010=100) dengan jumlah sampel sebanyak 1.703 perusahaan dan menggunakan KBLI 2009 atau ISIC Rev

Data yang digunakan dalam penelitian n ini n adalah a data a panel a yaitu berupa data tahunan dari a laporan keuangan masing-masing bank umum a syariah yang ada di

jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungan, c) mampu memenuhi kebutuhan dirinya dan mampu menyelesaikan masalahnya

Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak berdasarkan pendidikan non formal adalah responden yang tidak pernah mengikuti penyuluhan/sosialisasi/seminar

Musik memiliki kekuatan dalam mengobati penyakit seseorang dan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. Ketika musik diperdengarkan, maka akan menjadi otot