• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM ( Studi Kasus: Pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Payakumbuh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PROGRAM ( Studi Kasus: Pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Payakumbuh)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM

( Studi Kasus: Pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Payakumbuh)

F . N. HALIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Juni 2013

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK NEGERI 2 PAYAKUMBUH

F. N. HALIM

Artikel ini disusun berdasarkan tesis F. N. HALIM untuk persyaratan wisuda periode Juni 2013 yang telah direviu dan disetujui oleh kedua pembimbing

(3)

1

EVALUASI PROGRAM

( Studi Kasus: Pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Payakumbuh)

F. N. Halim1, Nizwardi Jalinus2, Syahril3 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

FT Universitas Negeri Padang Email: mas_bens75@yahoo.co.id

Abstrak

Program prakerin dapat menjadi wadah pembentukan sikap dan pengembangan potensi diri serta kompetensi, tetapi sampai saat ini tujuan dari pelaksanaan prakerin belum tercapai seperti yang diharapkan. Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan input,process, hasil pelaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) SMK Negeri 2 Payakumbuh. metoda evaluasi dengan model Contenance Stake,s.. Informan penelitian adalah ketua prakerin, Wakil kepala sekolah, guru pembimbing, pembimbing industri dan siswa. Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner/angket, dan wawancara. Hasil analisis data ditemukan tingkat ketercapaian pelaksanaan program prakerin pada tahap. input program prakerin dengan kategori sangat baik. tahap process program prakerin dengan kategori cukup. tahap hasil program prakerin dengan kategori baik. Secara umum disimpulkan bahwa pelaksanaan program prakerin SMK N 2 Payakumbuh berjalan baik. Namun perlu perbaikan pada tahap proses.

Abstract

Program prakerin can make the form of attitude and improvement self potency and skill, bur until now the process of prakerin noy yet run well as do we hope paper was aimed for describing the inputs, processes, and Outcomes, of internship program at SMK Negeri 2 Payakumbuh. Method evaluation research model of Contenance Stake,s. Informants prakerin research were chairman of prakerin, treasurer prakerin, teachers, mentors and industry students. The technique of collecting data was observation, questionnaires, and interviews. Based on the analysis of the data found that the level of achievement of the program in the phase of input was in category in the very good. Bat at the process phase the achievievement of program was in enough category. while at the phase of output the prakerin program was in good category. In general we can conclude that the prakerin process at SMK N 2 Payakumbuh is run well. But we still need the improvement on process stage.

(4)

Pendahuluan

Tujuan Pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 Sistim

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk dapat

bekerja dalam bidang tertentu, kemudian peraturan Pemerintah No. 19 Tahun

2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, menjelaskan Sekolah Menengah

Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan

pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu.

Salah satu persoalan di bidang pendidikan yang telah lama menjadi wacana

publik adalah adanya kesenjangan atau gap antara kualitas SDM yang dihasilkan

oleh institusi pendidikan dengan kualitas SDM yang dibutuhkan oleh dunia usaha.

Persoalan tersebut nampaknya telah menjadi perhatian serius dari para pengambil

kebijakan di bidang pendidikan di tingkat Nasional dalam hal ini Kementerian

Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud). Dalam Rencana Strategis (renstra)

Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun 2005-2009 disebutkan

bahwa tingginya angka pengangguran terdidik dari lulusan pendidikan menengah

yaitu mencapai 65% (berdasarkan data Sakernas, BPS 2004), diartikan sebagai

kurangnya penguasaan keterampilan lulusan pendidikan menengah sehingga

mereka menghadapi kesulitan untuk memasuki lapangan kerja.

Beberapa kritikan pihak industri tentang mutu lulusan Sekolah Menengah

Kejuruan (Streicher 2012). Adalah:1). Tidak relevan dengan kebutuhan industri,

meliputi topik/mata diklat yang dipelajari, topik yang relevan sangat sedikit. 2).

(5)

jumlah materi yang seharusnya tuntas menjadi belum tuntas. 3). Lulusan tidak

siap kerja di dunia industri.

Untuk menciptakan para lulusan sekolah menengah kejuruan yang memiliki

keahlian dan keterampilan, maka melalui Renstra Kemdikbud 2005-2009.

Pemerintah telah menetapkan perlunya memperluas akses terhadap pendidikan di

SMK. Perluasan akses SMK itu dilaksanakan melalui penambahan program

pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja atau

industri yang selalu berkembang.

Kemudian dipertegas dengan keluarnya dalam Renstra Kementerian

Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud) 2010-2014, disebutkan beberapa arah

kebijakan pembangunan pendidikan nasional diantaranya adalah perlunya

keselarasan antara pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri. Pada

penjabarannya ditegaskan bahwa hasil pendidikan harus mampu memenuhi

kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Untuk mewujudkannya, maka salah satu

langkah atau kebijakan yang harus diambil adalah menyelaraskan rencana

pengembangan layanan pendidikan dengan rencana pengembangan industri,

rencana pengembangan wilayah dan rencana investasi. Langkah ini dengan

sendirinya mengisyaratkan pentingnya membangun kemitraan antara pemerintah,

lembaga pendidikan dengan pelaku dunia usaha untuk merancang pengembangan

pendidikan agar sesuai dengan pengembangan ekonomi. Bersamaan dengan itu,

salah satu strategi pencapaian tujuan strategis yang dimuat dalam strategi dan arah

kebijakan pembangunan pendidikan Nasional tahun 2010-2014 adalah penyediaan

(6)

berkualitas yang berbasis keunggulan lokal dan relevan dengan kebutuhan daerah

yang merata di seluruh provinsi, kabupaten dan kota.( Renstra Kemdikbud).

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai model penyelenggaraan pendidikan

yang dianggap relevan untuk menjembatani kesenjangan antara hasil pendidikan

dan kebutuhan dunia usaha/industri, dalam perkembangannya justru tidak

menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. SMK Negeri 2 Payakumbuh yang

merupakan salah satu penyelenggara pendidikan kejuruan kelompok Teknologi

Rekayasa berlokasi di Kota Payakumbuh yang juga menyelenggarakan Praktek

kerja industri (prakerin) dengan sistem block (block release) pada semester IV

(empat) selama lebih kurang 5 (lima) bulan.

Berdasarkan pengamatan dan keterangan wakil kepala sekolah Hubungan

masyarakat dan industri, masih banyak industri yang dijadikan industri pasangan

kurang layak dijadikan sebagai tempat pelaksanaan prakerin, sehingga

keterampilan/skill yang diharapkan tidak bertambah (sesuai kompetensi), namun

secara kasat mata hal tersebut tidak diangap sebagai suatu persoalan untuk lebih

jelas lihat tabel berikut:

Tabel 1. Data Klasifikasi Industri Tahun 2010-2012

Sumber wakil humas SMK Negeri 2 Payakumbuh

Tahun pelaksanaan Prakerin Jumlah siswa Klasifikasi Industri

Industri Kecil Industri Menengah Industri Besar

2010 407 250 orang 100 orang 57 orang

2011 444 250 orang 120 orang 74 orang

(7)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa siswa sebagian besar

melaksanakan program prakerin pada industri kecil, sama sama sudah diketahui

industri kecil memiliki layanan yang tidak lengkap, tidak memiliki manajemen

perusahaan serta peralatan yang tidak lengkap hal ini diduga sangat

mempengaruhi efektifitas pencapaian tujuan program prakerin. Peneliti juga

menemukan sejumlah pelanggaran disiplin berdasarkan informasi dari pihak

industri sewaktu melakukan monitoring. Misalnya siswa bermasalah dengan

industri, yang pada umumnya disebabkan oleh ketidaksiapan siswa secara psikis

di industri. Tidak cocoknya industri tempat prakerin dengan kompetensi siswa

menjadi salah satu penyebab pelangaran disiplin.

Dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan Prakerin, terkadang tidak ada

korelasi (hubungan) yang sesuai dengan industri, sehingga pelaksanaan Prakerin

di industri terlihat kurang sesuai dengan kurikulum di sekolah. sementara

tantangan kedepan sesuai dengan renstra kemendiknas 2010-2014 sangat berat.

Hal ini memberikan gambaran masih perlunya penyempurnaan proses

pembelajaran serta kurang link and match sekolah dengan dunia industri.

Setelah melakukan pengamatan dan wawancara dengan waka humas SMK

Negeri 2 Payakumbuh, Penulis mendapatkan informasi bahwa belum ada

dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program prakerin SMK

Negeri 2 Payakumbuh.

Maka perlu suatu penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program

prakerin SMK Negeri 2 Payakumbuh, penelitian berjenis penelitian evaluasi

(8)

Contenance Stake,s. model evaluasi ini memiliki tiga tahap yang akan diteliti

terhadap pelaksanaan program prakerin SMK Negeri 2 Payakumbuh. Ketiga tahap

tersebut adalah: a. Tahap input (Antecedens), b. Proses (Transactions), c. Hasil

(Outcomes).

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode

Kombinasi (Mixed Metod) Sugiyono (2011:415) menyatakan “metode penelitian

yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana

pada tahap awal dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan tahap ke

dua menggunakan metode kualitatif”. Metode kuantitatif berperan untuk

memperoleh data kuantitatif yang terukur yang dapat bersifat deskriptif,

komparatif asosiatif dan metode kualitatif berperan untuk membuktikan,

memperdalam, memperluas, memperlemah dan menggugurkan data kuantitatif

yang telah diperoleh pada tahap awal. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri

2 Payakumbuh, Informan penelitian ini adalah Ketua Prakerin, wakil kepala

sekolah, Guru Pembimbing, Pembimbing Industri dan siswa SMK Negeri 2

Payakumbuh yang duduk di kelas XII semua program studi keahlian yang telah

melaksanakan prakerin pada 15 Januari-25 Mai 2012 pada semester IV (empat)

tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data evaluasi pelaksanaan program

Praktik Kerja Industri SMK Negeri 2 Payakumbuh dikumpulkan dengan

menggunakan 1) observasi, 2) Kuesioner/Angket, dan 3) wawancara. Uji coba

instrumen dilakukan pada siswa yang tidak termasuk dalam sampel penelitian.

Analisis data uji coba dilakukan dengan komputerisasi melalui program analisis

(9)

selanjutnya dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir pernyataan

dari masing-masing indikator dan variabel.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 2. Indikator Tahap Input Untuk Tujuan Program Prakerin

No Indikator

Kriteria Pernyataan Skor

Rata Rata Skor Max Ideal TPR (%) Kategori SS SR KD JR JS % % % % % 1 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa 92, 6 4,8 7 2,4 3 0 0 4,9 5 98 Sangat Baik 2 Mendapatkan pengalaman industri 87, 8 4,8 7 4,8 7 2,4 3 0 4,8 5 96 Sangat Baik 3 Peningkatan dan pembinaan sikap siswa 73, 2 14, 6 2,4 2,4 7,3 4,4 5 91 Sangat Baik

Nilai rata rata keseluruhan 4,7 5 95 Sangat

Baik

Data menunjukan evaluasi untuk tahap input (Antecedens) yang dianalisis

tujuan pelaksanaan program prakerin dengan katagori sangat baik. Hasil data kualitatif prakerin memiliki manfaat bagi siswa, meningkatkan pengetahuan siswa

serta menjembatani kesenjangan pembelajaran disekolah dengan di industri,

program prakerin dilaksanakan untuk mempersiapkan siswa siap pakai dan

memiliki kompetensi yang dapat diandalkan dan sesuai kebutuhan industri. Oleh

sebab itu program prakerin sangat penting dilaksanakan sebagai salah satu cara

pembelajaran yang efektif mempersiapkan siswa yang siap pakai.

Hal ini sesuai dengan tujuan prakerin yaitu membantu siswa dalam

(10)

jurusanya (Depdikbud, 1995). Kenyataan bahwa program prakerin di butuhkan

oleh siswa dan industri sebagai lingkunganya, hal ini didukung oleh pendapat

Djojonegoro (1999) yang menyatakan konsep link and match pada pendidikan

kejuruan pada dasarnya adalah dunia pendidikan sebagai lembaga yang

mempersiapkan Sumber daya Manusia, sedangkan masyarakat dan industri

sebagai pihak yang membutuhkanya.

Tabel 3. Indikator Tahap Proses Untuk Industri Pasangan

No Indikator

Kriteria Pernyataan Skor

Rerat a Skor Max Ideal TPR (%) Kategor i SS SR KD JR JS % % % % % 4 Kesempatan kerja yang di berikan industry 36, 5 12, 2 12, 2 12, 2 24, 4 3,1 5 63,4 Cukup

Nilai rata rata keseluruhan 3,1 5 63,4 Cukup

Data menunjukan evaluasi untuk tahap proses (Transactions) yang dianalisis

kesempatan kerja yang diberikan industri dengan katagori cukup. hasil data kualitatif kriteria tempat prakerin yaitu industri yang memenuhi standar, punya

izin usaha dan memiliki karyawan minimal 15 orang dan bersedia membina siswa

dan memberikan kesempatan kerja pada siswa berdasarkan temuan di atas

industri cendrung tidak memberikan kesempatan kerja kepada siswa, karena

industri tersebut tidak memiliki fasilitas standar, tidak ada pekerjaan, hal ini

bertentangan dengan Depdiknas (2005:3) menyatakan klasifikasi industri antara

lain: a) memiliki fasilitas sesuai dengan standar kompetensi, b) bidang usaha yang

(11)

Tabel 3. Indikator Tahap Proses Untuk Siswa

No Indikator

Kriteria Pernyataan Skor

Rerat a Skor Max Ideal TPR (%) Kategor i SS SR KD JR JS % % % % % 5

Sikap yang harus dimiliki siswa prakerin 34, 2 17 17 17 14, 6 3,3 5 68 Cukup

Nilai rata rata keseluruhan 3,3 5 68 Cukup

Data menunjukan sikap yang harus dimiliki siswa dengan katagori cukup.

Hasil wawancara persyaratan siswa dalam mengikuti program prakerin telah

ditentukan yaitu harus mengikuti pembekalan walaupun pembekalan sudah

dilakukan tetapi dilapangan masalah sikap menjadi persoalan rutin disetiap

pelaksanaan prakerin pada hal pembekalan sebelum pelaksanaan program

prakerin selalu di laksanakan sekolah sesuai dengan depdikbud (2009), hal-hal

yang menjadi fokus pembekalan antara lain: 1. pelaksanaan program parkerin

yang dituangkan di dalam jurnal yang mereka bawa, 2. tata tertib/aturan

yangberlaku di industri dimana mereka berada, 3. menjaga/memelihara nama baik

sekolah.

Tabel 4. Indikator Tahap Proses Untuk Guru Pembimbing

No Indikator

Kriteria Pernyataan Skor

Rerat a Skor Max Ideal TPR (%) Kategor i SS SR KD JR JS % % % % % 6 Tugas dan tangung jawab guru pembimbing 31, 7 51, 2 7,3 4,9 4,9 4,0 5 80 Baik

(12)

Data menunjukan tugas dan tangung jawab guru pembimbing dengan

katagori baik, data wawancara untuk kriteria dan persyaratan guru pembimbing

sudah ditetapkan sekolah diantaranya harus memiliki pengalaman industri, latar

belakang pendidikan sesuai dengan siswa yang di bimbing. Memiliki waktu untuk

membimbing siswa baik di industri maupun di sekolah tetapi dilapangan masih

ditemukan persoalan persoalan menyangkut dengan guru pembimbing, mulai dari

tidak melaksanakan pembimbingan, tidak memonitor kegiatan, tidak bertangung

jawab, jadi untuk kedepan sekolah harus mempertegas dan mengeluarkan SOP

yang lebih jelas dan terukur menyangkut guru pembimbig.

Tabel 5. Indikator Tahap Proses Untuk Kurikulum

No Indikator

Kriteria Pernyataan Skor

Rata Rata Skor Max Ideal TPR (%) Kategori SS SR KD JR JS % % % % % 1 Pembentukan kebiasaan kerja bagi siswa 51, 2 32 7,3 4,9 4, 9 4,1 5 84 Baik 2 Memehami tuntutan dunia kerja 48, 8 24, 4 14, 6 12, 2 0 4 5 82 Baik 3 Menumbuhkan kebiasaan bekerja efektif 52 32 7 8 2 4,2 5 86 Baik

Nilai rata rata keseluruhan 4,1 5 84 Baik

Data menunjukan pembentukan kebiasaan kerja bagi siswa, memahami

tuntutan dunia kerja, menumbuhkan kebiasaan bekerja efektif berkatagori baik.

Hasil wawancara menyatakan untuk menunjang kesiapan kerja siswa kurikulum

dirancang dan dikembangkan sesuai kebutuhan industri dengan memperbanyak

(13)

kemdikbud untuk lebih memberdayakan pendidikan kejuruan sangat diperlukan

suatu kebijakan yang benar benar di taati oleh sekolah kejuruan dan industri

tentang kesepakatan saling menguntungkan melalui prakerin dengan membuat

kurikulum bersama untuk diterapkan di industri maupun sekolah, melihat kondisi

sekarang, hanya sekolah yang butuh industri.

Tabel 6. Indikator Tahap Proses Untuk Peralatan Workshop Sekolah

No Indikator Kriteria Pernyataan Skor Rerata Skor Max Ideal TPR (%) Kategor i SS SR KD JR JS % % % % % 1 Memiliki peralatan yang lengkap dan modern 31, 7 51, 2 7,3 4,9 4,9 4,0 5 80 Baik 2 Memiliki jumlah peralatan yang memadai dengan jumlah siswa 36, 5 24, 3 24, 3 12, 1 2,4 4,0 5 81 Baik

Nilai rata rata keseluruhan 3,8 5 80,5 Baik

Data menunjukan peralatan workhsop sekolah dalam kondisi lengkap dan

modern, memiliki jumlah peralatan yang memadai dengan jumlah siswa

berkatagori baik, data ini didukung hasil wawancara yang menyatakan peralatan

workshop sekolah selalu diupayakan dan dipenuhi sesuai dengan perkembangan

industri, kita selalu mengajukan permintaan setiap tahun sesuai dengan

kebutuhan, begitu juga dengan bahan dan perawatan peralatan, hal ini harus di

(14)

Tabel 7. Indikator Tahap Proses Untuk Keterlaksanaan Program

No Indikator

Kriteria Pernyataan Skor

Rerata Skor Max Ideal TPR (%) Kategori SS SR KD JR JS % % % % % 1 Relevansi program 24, 3 29, 2 19, 5 12, 2 12, 2 3,3 5 67 Cukup 2 Hambatan pelaksanaan program 36, 5 44 14, 6 2,4 2,4 4,0 5 82 Baik

Nilai rata rata keseluruhan 3,6 5 74,5 Cukup

Data menunjukan relevansi program dengan katagori cukup, data

wawancara menyatakan karena keterbatasan industri pelaksanaan program

terpaksa dilakukan di industri kecil dengan akibat siswa banyak tidak mendapat

kesempatan kerja,siswa susah menyesuaikan diri dengan industri, inisiatif siswa

dalam melaksanakan pekerjaan relative kurang hambatan pelaksanaan program

berkatagori baik dari sekian banyak hambatan pelaksanaan prakerin pokja

prakerin berhasil menekan hambatan sedikit mungkin dengan kondisi tersebut

pelaksanaan prakerin dilaksanakan sesuai standar minimal, tidak relevanya

program dengan kondisi riil dilapangan akan menimbulkan persoalan persoalan

untuk kedepan harus dicarikan solusinya mungkin dengan meniadakan prakerin di

industri kecil. Dari keseluruhan indikator proses diambil rata rata dengan katagori

cukup dengan demikian tahap Proses (Transactions) perlu mendapatkan perhatian khusus.

(15)

Tabel 8. Indikator Hasil dan Dampak No Indikator Kriteria Pernyataan Skor Rerata Skor Max Ideal TPR (%) Kategori SS SR KD JR JS % % % % % 1 Hasil pelaksanaan program 47, 9 24 14, 6 12, 3 0 4 5 82 Baik 2 Dampak pelaksanaan prakerin 37 43 15 2,4 2,4 4 5 82 Baik

Nilai rata rata keseluruhan 4 5 82 Baik

Data menunjukan hasil pelaksanaan program dan dampak pelaksanaan

program dengan katagori baik, Didukung data wawancara menyatakan siswa dapat meraskan hasil positif dari pelaksanaan program prakerin, yaitu timbulnya

keinginan siswa untuk berwirausaha, serta ingin membuka usaha sendiri setelah

tamat.

Dampak lain dari pelaksanaan program prakerin, terjalinya hubungan baik

industri dengan sekolah membuat siswa ada yang mendapatkan tawaran kerja dari

industri setelah mereka tamat.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan analisis data kuantitatif, Pelaksanaan program prakerin pada

tahap input (Antecedens) berkatagori sangat baik. Didukung dengan temuan

kualitatif yang menyatakan bahwa siswa dapat belajar untuk meningkatkan

pengetahuan dan kompetensi, dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari,

(16)

Berdasarkan analisis data kuantitatif Pelaksanaan program Prakerin tahap

Proses (Transactions) berkatagori cukup. Didukung dengan temuan kualitatif

yang menyatakan bahwa unsur unsur yang terkait dengan prakerin telah memiliki

persyaratan dan ketentuan yaitu: a. Industri pasangan, banyak siswa yang

melaksanakan program prakerin pada industri yang kurang memberikan

kesempatan kerja dan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, b. Siswa telah

memenuhi semua persyaratan yang ditentukan namun sikap dan inisiatif siswa

masih kurang saat melaksanakan prakerin, c. Guru pembimbing telah memenuhi

persyaratan sesuai kriteria namun pelaksanaan monitoring masih terkendala

karena tangung jawab yang kurang, d. Kurikulum telah diupayakan sesuai dengan

kebutuhan industri namun masih mendapat respon yang kurang dari pihak

industri, e. Peralatan workshop selalu di usahakan setiap tahun dilengkapi sesuai

standar, f. Relevansi program relative menyesuaikan dengan situasi dilapangan.

Hambatan bisa ditekan dengan kondisi pelaksanaan standar minimal.

Berdasarkan analisis data kuantitatif tahap Hasil (Outcomes) berada pada

katagori baik. Didukung data wawancara yang menyatakan:

a. Siswa merasakan dampak positif dari pelaksanaan prakerin dengan

timbulnya keinginan berwirausaha dan usaha sendiri setelah tamat.

b. Terjalinya kerja sama sekolah dengan industri.

c. Dampak dari pelaksanaan program prakerin positif dimata industri maupun

masyarakat.

d. Beberapa orang siswa mendapatkan tawaran dari industri untuk bekerja setelah

(17)

Pihak sekolah supaya membenahi pelaksanaan program prakerin dengan

melaksanakan pendataan dan pemetaan industri pasangan yang sesuai dengan

kriteria yang sudah ditetapkan; Pihak sekolah harus mengeluarkan SOP yang jelas

tentang program prakerin, mempersiapkan siswa dengan baik, seperti

kompetensi, disiplin, maupun mental; Guru pembimbing lebih maksimal dalam

memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada siswa bimbingannya,

sehingga dapat memberikan yang terbaik untuk industri; Industri supaya

membimbing siswa lebih maksimal, dan memberikan kesempatan kerja lebih

banyak.

Daftar Rujukan

Depdikbud. 1995. Pendidikan Sistim Ganda Strategi Operasional Link and match pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Data Sakernas. 2004. BPS

Djojonegoro. 1999. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta. Jayakarta Agus Offset.

Kemdikbud. 2005-2009. Renstra.

Kemdikbud. 2010-2014. Renstra.

Sugiyono. 2011, Metode penelitian pendekatan kuantitif, kualitatif dan R&D Bandung: Alfabeta.

(18)

Persantunan: Artikel ini disusun berdasarkan tesis F. N. Halim dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Smk Negeri 2 Payakumbuh. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing

I. Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M. Ed. dan Pembimbing II. Drs. Syahril. ST. MSCE.

Ph.D yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

Gambar

Tabel 2. Indikator Tahap Input Untuk Tujuan Program Prakerin
Tabel 3. Indikator Tahap Proses Untuk Industri Pasangan
Tabel 3. Indikator Tahap Proses Untuk Siswa
Tabel 5. Indikator Tahap Proses Untuk Kurikulum
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan peruntukan kehutanan (hutan rakyat) direncanakan seluas kurang lebih 8.545 (delapan ribu lima ratus empat puluh lima) Hektar atau 16,86% (enam belas koma delapan

Adapun Nilai Tambah yang diperoleh praktikan setelah melaksanakn Praktik pengalaman lapangan 2 selama hampir 3 bulan ini adalah memperoleh pengalaman secara langsung

Dalam pembuatan ruangan Pringgitan ini juga dibentuk semi privasi karena berbeda dengan pendapa yang bersifat publik atau terbuka; (3) Dalem, merupakan ruang

7 Tahun 1992 tentang Perbankan maupun dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah karena tetap menegaskan akad murabahah sebagai akad yang

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui jumlah reponden berdasarkan tekanan darah sebelum dan sesudah adalah 21 responden didapatkan nilai rata-rata kelompok intervensi

Struktrur kepribadian tokoh utama akibat pergolakan jiwa sesudah menjadi mualaf yaitu adanya energi dari superego yang membuat Garina masih berpikir secara rasional dalam

digunakan untuk menampilkan halaman dari data jadwal yang telah dipilih seperti. terlihat pada gambar

Menu rekod akademik pula, terdapat tiga pilihan disediakan untuk kemudahan pengguna iaitu paparan senarai program akademik yang ditawarkan, paparan keputusan peperiksaan pelajar