EVALUASI PROGRAM
( Studi Kasus: Pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Payakumbuh)
F . N. HALIM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Juni 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK NEGERI 2 PAYAKUMBUH
F. N. HALIM
Artikel ini disusun berdasarkan tesis F. N. HALIM untuk persyaratan wisuda periode Juni 2013 yang telah direviu dan disetujui oleh kedua pembimbing
1
EVALUASI PROGRAM
( Studi Kasus: Pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Payakumbuh)
F. N. Halim1, Nizwardi Jalinus2, Syahril3 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
FT Universitas Negeri Padang Email: mas_bens75@yahoo.co.id
Abstrak
Program prakerin dapat menjadi wadah pembentukan sikap dan pengembangan potensi diri serta kompetensi, tetapi sampai saat ini tujuan dari pelaksanaan prakerin belum tercapai seperti yang diharapkan. Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan input,process, hasil pelaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) SMK Negeri 2 Payakumbuh. metoda evaluasi dengan model Contenance Stake,s.. Informan penelitian adalah ketua prakerin, Wakil kepala sekolah, guru pembimbing, pembimbing industri dan siswa. Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner/angket, dan wawancara. Hasil analisis data ditemukan tingkat ketercapaian pelaksanaan program prakerin pada tahap. input program prakerin dengan kategori sangat baik. tahap process program prakerin dengan kategori cukup. tahap hasil program prakerin dengan kategori baik. Secara umum disimpulkan bahwa pelaksanaan program prakerin SMK N 2 Payakumbuh berjalan baik. Namun perlu perbaikan pada tahap proses.
Abstract
Program prakerin can make the form of attitude and improvement self potency and skill, bur until now the process of prakerin noy yet run well as do we hope paper was aimed for describing the inputs, processes, and Outcomes, of internship program at SMK Negeri 2 Payakumbuh. Method evaluation research model of Contenance Stake,s. Informants prakerin research were chairman of prakerin, treasurer prakerin, teachers, mentors and industry students. The technique of collecting data was observation, questionnaires, and interviews. Based on the analysis of the data found that the level of achievement of the program in the phase of input was in category in the very good. Bat at the process phase the achievievement of program was in enough category. while at the phase of output the prakerin program was in good category. In general we can conclude that the prakerin process at SMK N 2 Payakumbuh is run well. But we still need the improvement on process stage.
Pendahuluan
Tujuan Pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 Sistim
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu, kemudian peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, menjelaskan Sekolah Menengah
Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu.
Salah satu persoalan di bidang pendidikan yang telah lama menjadi wacana
publik adalah adanya kesenjangan atau gap antara kualitas SDM yang dihasilkan
oleh institusi pendidikan dengan kualitas SDM yang dibutuhkan oleh dunia usaha.
Persoalan tersebut nampaknya telah menjadi perhatian serius dari para pengambil
kebijakan di bidang pendidikan di tingkat Nasional dalam hal ini Kementerian
Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud). Dalam Rencana Strategis (renstra)
Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun 2005-2009 disebutkan
bahwa tingginya angka pengangguran terdidik dari lulusan pendidikan menengah
yaitu mencapai 65% (berdasarkan data Sakernas, BPS 2004), diartikan sebagai
kurangnya penguasaan keterampilan lulusan pendidikan menengah sehingga
mereka menghadapi kesulitan untuk memasuki lapangan kerja.
Beberapa kritikan pihak industri tentang mutu lulusan Sekolah Menengah
Kejuruan (Streicher 2012). Adalah:1). Tidak relevan dengan kebutuhan industri,
meliputi topik/mata diklat yang dipelajari, topik yang relevan sangat sedikit. 2).
jumlah materi yang seharusnya tuntas menjadi belum tuntas. 3). Lulusan tidak
siap kerja di dunia industri.
Untuk menciptakan para lulusan sekolah menengah kejuruan yang memiliki
keahlian dan keterampilan, maka melalui Renstra Kemdikbud 2005-2009.
Pemerintah telah menetapkan perlunya memperluas akses terhadap pendidikan di
SMK. Perluasan akses SMK itu dilaksanakan melalui penambahan program
pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja atau
industri yang selalu berkembang.
Kemudian dipertegas dengan keluarnya dalam Renstra Kementerian
Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud) 2010-2014, disebutkan beberapa arah
kebijakan pembangunan pendidikan nasional diantaranya adalah perlunya
keselarasan antara pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri. Pada
penjabarannya ditegaskan bahwa hasil pendidikan harus mampu memenuhi
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Untuk mewujudkannya, maka salah satu
langkah atau kebijakan yang harus diambil adalah menyelaraskan rencana
pengembangan layanan pendidikan dengan rencana pengembangan industri,
rencana pengembangan wilayah dan rencana investasi. Langkah ini dengan
sendirinya mengisyaratkan pentingnya membangun kemitraan antara pemerintah,
lembaga pendidikan dengan pelaku dunia usaha untuk merancang pengembangan
pendidikan agar sesuai dengan pengembangan ekonomi. Bersamaan dengan itu,
salah satu strategi pencapaian tujuan strategis yang dimuat dalam strategi dan arah
kebijakan pembangunan pendidikan Nasional tahun 2010-2014 adalah penyediaan
berkualitas yang berbasis keunggulan lokal dan relevan dengan kebutuhan daerah
yang merata di seluruh provinsi, kabupaten dan kota.( Renstra Kemdikbud).
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai model penyelenggaraan pendidikan
yang dianggap relevan untuk menjembatani kesenjangan antara hasil pendidikan
dan kebutuhan dunia usaha/industri, dalam perkembangannya justru tidak
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. SMK Negeri 2 Payakumbuh yang
merupakan salah satu penyelenggara pendidikan kejuruan kelompok Teknologi
Rekayasa berlokasi di Kota Payakumbuh yang juga menyelenggarakan Praktek
kerja industri (prakerin) dengan sistem block (block release) pada semester IV
(empat) selama lebih kurang 5 (lima) bulan.
Berdasarkan pengamatan dan keterangan wakil kepala sekolah Hubungan
masyarakat dan industri, masih banyak industri yang dijadikan industri pasangan
kurang layak dijadikan sebagai tempat pelaksanaan prakerin, sehingga
keterampilan/skill yang diharapkan tidak bertambah (sesuai kompetensi), namun
secara kasat mata hal tersebut tidak diangap sebagai suatu persoalan untuk lebih
jelas lihat tabel berikut:
Tabel 1. Data Klasifikasi Industri Tahun 2010-2012
Sumber wakil humas SMK Negeri 2 Payakumbuh
Tahun pelaksanaan Prakerin Jumlah siswa Klasifikasi Industri
Industri Kecil Industri Menengah Industri Besar
2010 407 250 orang 100 orang 57 orang
2011 444 250 orang 120 orang 74 orang
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa siswa sebagian besar
melaksanakan program prakerin pada industri kecil, sama sama sudah diketahui
industri kecil memiliki layanan yang tidak lengkap, tidak memiliki manajemen
perusahaan serta peralatan yang tidak lengkap hal ini diduga sangat
mempengaruhi efektifitas pencapaian tujuan program prakerin. Peneliti juga
menemukan sejumlah pelanggaran disiplin berdasarkan informasi dari pihak
industri sewaktu melakukan monitoring. Misalnya siswa bermasalah dengan
industri, yang pada umumnya disebabkan oleh ketidaksiapan siswa secara psikis
di industri. Tidak cocoknya industri tempat prakerin dengan kompetensi siswa
menjadi salah satu penyebab pelangaran disiplin.
Dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan Prakerin, terkadang tidak ada
korelasi (hubungan) yang sesuai dengan industri, sehingga pelaksanaan Prakerin
di industri terlihat kurang sesuai dengan kurikulum di sekolah. sementara
tantangan kedepan sesuai dengan renstra kemendiknas 2010-2014 sangat berat.
Hal ini memberikan gambaran masih perlunya penyempurnaan proses
pembelajaran serta kurang link and match sekolah dengan dunia industri.
Setelah melakukan pengamatan dan wawancara dengan waka humas SMK
Negeri 2 Payakumbuh, Penulis mendapatkan informasi bahwa belum ada
dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program prakerin SMK
Negeri 2 Payakumbuh.
Maka perlu suatu penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program
prakerin SMK Negeri 2 Payakumbuh, penelitian berjenis penelitian evaluasi
Contenance Stake,s. model evaluasi ini memiliki tiga tahap yang akan diteliti
terhadap pelaksanaan program prakerin SMK Negeri 2 Payakumbuh. Ketiga tahap
tersebut adalah: a. Tahap input (Antecedens), b. Proses (Transactions), c. Hasil
(Outcomes).
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
Kombinasi (Mixed Metod) Sugiyono (2011:415) menyatakan “metode penelitian
yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana
pada tahap awal dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan tahap ke
dua menggunakan metode kualitatif”. Metode kuantitatif berperan untuk
memperoleh data kuantitatif yang terukur yang dapat bersifat deskriptif,
komparatif asosiatif dan metode kualitatif berperan untuk membuktikan,
memperdalam, memperluas, memperlemah dan menggugurkan data kuantitatif
yang telah diperoleh pada tahap awal. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri
2 Payakumbuh, Informan penelitian ini adalah Ketua Prakerin, wakil kepala
sekolah, Guru Pembimbing, Pembimbing Industri dan siswa SMK Negeri 2
Payakumbuh yang duduk di kelas XII semua program studi keahlian yang telah
melaksanakan prakerin pada 15 Januari-25 Mai 2012 pada semester IV (empat)
tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data evaluasi pelaksanaan program
Praktik Kerja Industri SMK Negeri 2 Payakumbuh dikumpulkan dengan
menggunakan 1) observasi, 2) Kuesioner/Angket, dan 3) wawancara. Uji coba
instrumen dilakukan pada siswa yang tidak termasuk dalam sampel penelitian.
Analisis data uji coba dilakukan dengan komputerisasi melalui program analisis
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir pernyataan
dari masing-masing indikator dan variabel.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 2. Indikator Tahap Input Untuk Tujuan Program Prakerin
No Indikator
Kriteria Pernyataan Skor
Rata Rata Skor Max Ideal TPR (%) Kategori SS SR KD JR JS % % % % % 1 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa 92, 6 4,8 7 2,4 3 0 0 4,9 5 98 Sangat Baik 2 Mendapatkan pengalaman industri 87, 8 4,8 7 4,8 7 2,4 3 0 4,8 5 96 Sangat Baik 3 Peningkatan dan pembinaan sikap siswa 73, 2 14, 6 2,4 2,4 7,3 4,4 5 91 Sangat Baik
Nilai rata rata keseluruhan 4,7 5 95 Sangat
Baik
Data menunjukan evaluasi untuk tahap input (Antecedens) yang dianalisis
tujuan pelaksanaan program prakerin dengan katagori sangat baik. Hasil data kualitatif prakerin memiliki manfaat bagi siswa, meningkatkan pengetahuan siswa
serta menjembatani kesenjangan pembelajaran disekolah dengan di industri,
program prakerin dilaksanakan untuk mempersiapkan siswa siap pakai dan
memiliki kompetensi yang dapat diandalkan dan sesuai kebutuhan industri. Oleh
sebab itu program prakerin sangat penting dilaksanakan sebagai salah satu cara
pembelajaran yang efektif mempersiapkan siswa yang siap pakai.
Hal ini sesuai dengan tujuan prakerin yaitu membantu siswa dalam
jurusanya (Depdikbud, 1995). Kenyataan bahwa program prakerin di butuhkan
oleh siswa dan industri sebagai lingkunganya, hal ini didukung oleh pendapat
Djojonegoro (1999) yang menyatakan konsep link and match pada pendidikan
kejuruan pada dasarnya adalah dunia pendidikan sebagai lembaga yang
mempersiapkan Sumber daya Manusia, sedangkan masyarakat dan industri
sebagai pihak yang membutuhkanya.
Tabel 3. Indikator Tahap Proses Untuk Industri Pasangan
No Indikator
Kriteria Pernyataan Skor
Rerat a Skor Max Ideal TPR (%) Kategor i SS SR KD JR JS % % % % % 4 Kesempatan kerja yang di berikan industry 36, 5 12, 2 12, 2 12, 2 24, 4 3,1 5 63,4 Cukup
Nilai rata rata keseluruhan 3,1 5 63,4 Cukup
Data menunjukan evaluasi untuk tahap proses (Transactions) yang dianalisis
kesempatan kerja yang diberikan industri dengan katagori cukup. hasil data kualitatif kriteria tempat prakerin yaitu industri yang memenuhi standar, punya
izin usaha dan memiliki karyawan minimal 15 orang dan bersedia membina siswa
dan memberikan kesempatan kerja pada siswa berdasarkan temuan di atas
industri cendrung tidak memberikan kesempatan kerja kepada siswa, karena
industri tersebut tidak memiliki fasilitas standar, tidak ada pekerjaan, hal ini
bertentangan dengan Depdiknas (2005:3) menyatakan klasifikasi industri antara
lain: a) memiliki fasilitas sesuai dengan standar kompetensi, b) bidang usaha yang
Tabel 3. Indikator Tahap Proses Untuk Siswa
No Indikator
Kriteria Pernyataan Skor
Rerat a Skor Max Ideal TPR (%) Kategor i SS SR KD JR JS % % % % % 5
Sikap yang harus dimiliki siswa prakerin 34, 2 17 17 17 14, 6 3,3 5 68 Cukup
Nilai rata rata keseluruhan 3,3 5 68 Cukup
Data menunjukan sikap yang harus dimiliki siswa dengan katagori cukup.
Hasil wawancara persyaratan siswa dalam mengikuti program prakerin telah
ditentukan yaitu harus mengikuti pembekalan walaupun pembekalan sudah
dilakukan tetapi dilapangan masalah sikap menjadi persoalan rutin disetiap
pelaksanaan prakerin pada hal pembekalan sebelum pelaksanaan program
prakerin selalu di laksanakan sekolah sesuai dengan depdikbud (2009), hal-hal
yang menjadi fokus pembekalan antara lain: 1. pelaksanaan program parkerin
yang dituangkan di dalam jurnal yang mereka bawa, 2. tata tertib/aturan
yangberlaku di industri dimana mereka berada, 3. menjaga/memelihara nama baik
sekolah.
Tabel 4. Indikator Tahap Proses Untuk Guru Pembimbing
No Indikator
Kriteria Pernyataan Skor
Rerat a Skor Max Ideal TPR (%) Kategor i SS SR KD JR JS % % % % % 6 Tugas dan tangung jawab guru pembimbing 31, 7 51, 2 7,3 4,9 4,9 4,0 5 80 Baik
Data menunjukan tugas dan tangung jawab guru pembimbing dengan
katagori baik, data wawancara untuk kriteria dan persyaratan guru pembimbing
sudah ditetapkan sekolah diantaranya harus memiliki pengalaman industri, latar
belakang pendidikan sesuai dengan siswa yang di bimbing. Memiliki waktu untuk
membimbing siswa baik di industri maupun di sekolah tetapi dilapangan masih
ditemukan persoalan persoalan menyangkut dengan guru pembimbing, mulai dari
tidak melaksanakan pembimbingan, tidak memonitor kegiatan, tidak bertangung
jawab, jadi untuk kedepan sekolah harus mempertegas dan mengeluarkan SOP
yang lebih jelas dan terukur menyangkut guru pembimbig.
Tabel 5. Indikator Tahap Proses Untuk Kurikulum
No Indikator
Kriteria Pernyataan Skor
Rata Rata Skor Max Ideal TPR (%) Kategori SS SR KD JR JS % % % % % 1 Pembentukan kebiasaan kerja bagi siswa 51, 2 32 7,3 4,9 4, 9 4,1 5 84 Baik 2 Memehami tuntutan dunia kerja 48, 8 24, 4 14, 6 12, 2 0 4 5 82 Baik 3 Menumbuhkan kebiasaan bekerja efektif 52 32 7 8 2 4,2 5 86 Baik
Nilai rata rata keseluruhan 4,1 5 84 Baik
Data menunjukan pembentukan kebiasaan kerja bagi siswa, memahami
tuntutan dunia kerja, menumbuhkan kebiasaan bekerja efektif berkatagori baik.
Hasil wawancara menyatakan untuk menunjang kesiapan kerja siswa kurikulum
dirancang dan dikembangkan sesuai kebutuhan industri dengan memperbanyak
kemdikbud untuk lebih memberdayakan pendidikan kejuruan sangat diperlukan
suatu kebijakan yang benar benar di taati oleh sekolah kejuruan dan industri
tentang kesepakatan saling menguntungkan melalui prakerin dengan membuat
kurikulum bersama untuk diterapkan di industri maupun sekolah, melihat kondisi
sekarang, hanya sekolah yang butuh industri.
Tabel 6. Indikator Tahap Proses Untuk Peralatan Workshop Sekolah
No Indikator Kriteria Pernyataan Skor Rerata Skor Max Ideal TPR (%) Kategor i SS SR KD JR JS % % % % % 1 Memiliki peralatan yang lengkap dan modern 31, 7 51, 2 7,3 4,9 4,9 4,0 5 80 Baik 2 Memiliki jumlah peralatan yang memadai dengan jumlah siswa 36, 5 24, 3 24, 3 12, 1 2,4 4,0 5 81 Baik
Nilai rata rata keseluruhan 3,8 5 80,5 Baik
Data menunjukan peralatan workhsop sekolah dalam kondisi lengkap dan
modern, memiliki jumlah peralatan yang memadai dengan jumlah siswa
berkatagori baik, data ini didukung hasil wawancara yang menyatakan peralatan
workshop sekolah selalu diupayakan dan dipenuhi sesuai dengan perkembangan
industri, kita selalu mengajukan permintaan setiap tahun sesuai dengan
kebutuhan, begitu juga dengan bahan dan perawatan peralatan, hal ini harus di
Tabel 7. Indikator Tahap Proses Untuk Keterlaksanaan Program
No Indikator
Kriteria Pernyataan Skor
Rerata Skor Max Ideal TPR (%) Kategori SS SR KD JR JS % % % % % 1 Relevansi program 24, 3 29, 2 19, 5 12, 2 12, 2 3,3 5 67 Cukup 2 Hambatan pelaksanaan program 36, 5 44 14, 6 2,4 2,4 4,0 5 82 Baik
Nilai rata rata keseluruhan 3,6 5 74,5 Cukup
Data menunjukan relevansi program dengan katagori cukup, data
wawancara menyatakan karena keterbatasan industri pelaksanaan program
terpaksa dilakukan di industri kecil dengan akibat siswa banyak tidak mendapat
kesempatan kerja,siswa susah menyesuaikan diri dengan industri, inisiatif siswa
dalam melaksanakan pekerjaan relative kurang hambatan pelaksanaan program
berkatagori baik dari sekian banyak hambatan pelaksanaan prakerin pokja
prakerin berhasil menekan hambatan sedikit mungkin dengan kondisi tersebut
pelaksanaan prakerin dilaksanakan sesuai standar minimal, tidak relevanya
program dengan kondisi riil dilapangan akan menimbulkan persoalan persoalan
untuk kedepan harus dicarikan solusinya mungkin dengan meniadakan prakerin di
industri kecil. Dari keseluruhan indikator proses diambil rata rata dengan katagori
cukup dengan demikian tahap Proses (Transactions) perlu mendapatkan perhatian khusus.
Tabel 8. Indikator Hasil dan Dampak No Indikator Kriteria Pernyataan Skor Rerata Skor Max Ideal TPR (%) Kategori SS SR KD JR JS % % % % % 1 Hasil pelaksanaan program 47, 9 24 14, 6 12, 3 0 4 5 82 Baik 2 Dampak pelaksanaan prakerin 37 43 15 2,4 2,4 4 5 82 Baik
Nilai rata rata keseluruhan 4 5 82 Baik
Data menunjukan hasil pelaksanaan program dan dampak pelaksanaan
program dengan katagori baik, Didukung data wawancara menyatakan siswa dapat meraskan hasil positif dari pelaksanaan program prakerin, yaitu timbulnya
keinginan siswa untuk berwirausaha, serta ingin membuka usaha sendiri setelah
tamat.
Dampak lain dari pelaksanaan program prakerin, terjalinya hubungan baik
industri dengan sekolah membuat siswa ada yang mendapatkan tawaran kerja dari
industri setelah mereka tamat.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan analisis data kuantitatif, Pelaksanaan program prakerin pada
tahap input (Antecedens) berkatagori sangat baik. Didukung dengan temuan
kualitatif yang menyatakan bahwa siswa dapat belajar untuk meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi, dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari,
Berdasarkan analisis data kuantitatif Pelaksanaan program Prakerin tahap
Proses (Transactions) berkatagori cukup. Didukung dengan temuan kualitatif
yang menyatakan bahwa unsur unsur yang terkait dengan prakerin telah memiliki
persyaratan dan ketentuan yaitu: a. Industri pasangan, banyak siswa yang
melaksanakan program prakerin pada industri yang kurang memberikan
kesempatan kerja dan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, b. Siswa telah
memenuhi semua persyaratan yang ditentukan namun sikap dan inisiatif siswa
masih kurang saat melaksanakan prakerin, c. Guru pembimbing telah memenuhi
persyaratan sesuai kriteria namun pelaksanaan monitoring masih terkendala
karena tangung jawab yang kurang, d. Kurikulum telah diupayakan sesuai dengan
kebutuhan industri namun masih mendapat respon yang kurang dari pihak
industri, e. Peralatan workshop selalu di usahakan setiap tahun dilengkapi sesuai
standar, f. Relevansi program relative menyesuaikan dengan situasi dilapangan.
Hambatan bisa ditekan dengan kondisi pelaksanaan standar minimal.
Berdasarkan analisis data kuantitatif tahap Hasil (Outcomes) berada pada
katagori baik. Didukung data wawancara yang menyatakan:
a. Siswa merasakan dampak positif dari pelaksanaan prakerin dengan
timbulnya keinginan berwirausaha dan usaha sendiri setelah tamat.
b. Terjalinya kerja sama sekolah dengan industri.
c. Dampak dari pelaksanaan program prakerin positif dimata industri maupun
masyarakat.
d. Beberapa orang siswa mendapatkan tawaran dari industri untuk bekerja setelah
Pihak sekolah supaya membenahi pelaksanaan program prakerin dengan
melaksanakan pendataan dan pemetaan industri pasangan yang sesuai dengan
kriteria yang sudah ditetapkan; Pihak sekolah harus mengeluarkan SOP yang jelas
tentang program prakerin, mempersiapkan siswa dengan baik, seperti
kompetensi, disiplin, maupun mental; Guru pembimbing lebih maksimal dalam
memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada siswa bimbingannya,
sehingga dapat memberikan yang terbaik untuk industri; Industri supaya
membimbing siswa lebih maksimal, dan memberikan kesempatan kerja lebih
banyak.
Daftar Rujukan
Depdikbud. 1995. Pendidikan Sistim Ganda Strategi Operasional Link and match pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Data Sakernas. 2004. BPS
Djojonegoro. 1999. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta. Jayakarta Agus Offset.
Kemdikbud. 2005-2009. Renstra.
Kemdikbud. 2010-2014. Renstra.
Sugiyono. 2011, Metode penelitian pendekatan kuantitif, kualitatif dan R&D Bandung: Alfabeta.
Persantunan: Artikel ini disusun berdasarkan tesis F. N. Halim dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Smk Negeri 2 Payakumbuh. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing
I. Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M. Ed. dan Pembimbing II. Drs. Syahril. ST. MSCE.
Ph.D yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis