• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang M asalah

M anusia tida k lepas dari kebutuhan m aterial dan non -m ateria l. Adapun yang dim aksud dengan kebutuhan m aterial adalah kebutuhan prim er, sekunder dan tersier, sedangkan dalam pengupayaan pem enuhan kebutuha n non -m ateria l, dapat dila kukan dalam beberapa cara, sa lah satunya dengan karya sastra. Sastra dianggap sebaga i karya seni yang dinila i dapat m em enuhi kebutuhan m anusia, sehingga keberadaan karya sastra m erupakan ke inginan dasar m anusia untuk m em enuhi kebutuhan non-m aterialnya. Dengan dem ikian sastra m uncul se bagai ekspresi pengarang dalam m em berikan reaksi dan atau kritik m engenai situasi saat itu kepa da pihak la in (Nurwa hid, 2013:1).

Karya sastra m erupakan ungkapan ekspresi pengarang sebagai reaksi terhadap situasi nyata yang diwujudkan dalam bentuk im ajinasi (Sangidu, 2007:1). W ellek da n Austin W arren juga m enekankan bahwa sa stra dapat dikata kan sebagai kegiatan kreatif sebua h karya tulis yang indah karena dapat dim anfaatkan seba gai konsum si intelektual dan em osional (1993:3 via Sangidu, 2007:34) .

Karya sastra bukan sem ata-m ata perm ainan kata atau kalim at, m elainkan sastra juga m engandung nilai se ni dalam berbaha sa. Sastra juga m erupakan cara bagi pengarangnya untuk m enje laskan m asalah yang berhubunga n dengan perbuatan baik, im ajinasi dan em osi ya ng diperliha tkan oleh tokoh-tokohnya

(2)

(Sem i, 1993: 1 via N urwahid, 2013:1). M elalui tokoh -tokoh tersebut pengarang dapat m enyam paikan pesan kepada orang lain secara tidak langsung, term asuk juga keinginan pengarang itu sendiri seba gai usaha untuk m em uaskan diri.

Tokoh dalam karya sastra fiksi hanyala h rekaan atau im ajinasi pengarang. M eskipun begitu, penokoha n m erupakan bagian penting dalam m em bentuk sebuah cerita. Tokoh dalam cerita biasanya lebih dari satu orang, berfungsi sebagai penghubung cerita, juga sebagai penyam pai ide, m otif, alur da n tem a, sehingga kem ahiran pengarang dalam m endeskripsikan karakter tokoh cerita yang disesuaika n dengan tuntuta n cerita dapat digunakan sebaga i indikator kekuatan sebuah karya fiksi (Fananie, 2002:86 -87).

Karakter tokoh dapat dite ntukan dari apa yang diuc apkan dan dilakukan tokoh tersebut (Abram s, 1981:20 via Fananie, 2002:87). Identifikasi ini berdasarkan konsiste nsi dari beberapa hal, se perti m oralitas, perilaku, pem ikiran dalam m em ecahkan sesuatu, m em andang dan bersikap dalam m enghadapi setiap kejadian. Oleh karena itu, untuk m em aham i karakter tokoh dalam suatu cerita tidak m ungkin terle pas dengan alur cerita de ngan fungsinya da lam cerita. (Frye, 1973:52 via Fananie, 2002:87).

Penyam paian berupa penuturan ataupun tindakan yang dila kuka n oleh tokoh dalam cerita m em iliki pesan yang ingin diungkapkan pengarang terhadap pem baca karya sastranya, sehingga pe ngarang yang baik tentu akan m erancang pesan yang m engena dalam hati pem baca. Pesan tersebut berujung pada tem a suatu karya sa stra. Hal ini m enyebabkan tem a m enjadi hal yang sangat penting

(3)

karena tem a m erupakan ide atau gagasan dasar, bahkan pandangan hidup pengarang yang m elatarbelakangi terciptanya karya sastra. Oleh karena karya sastra m erupakan cerm inan dari kehidupan m asyarakat, m aka tem a diangkat sangat beragam , m eliputi m asalah m oral, etika, agam a, sosial budaya, ekonom i, bahkan politik (Fananie, 2002:84).

Tidak sedikit pengarang karya sastra yang m enyam paikan pesan yang bersifat m oral. Secara um um , m oral adalah ajaran tentang batasa n baik buruk yang diterim a um um m engenai perbuatan, sikap, kewajiban da n sebaga inya (Kam us Besar Bahasa Indonesia, 1993:592).

Dalam cerita, m oral biasanya diarahkan sebagai sarana yang berhubungan dengan nilai m oral tertentu yang bersifat praktis yang dapa t diartikan m elalui cerita yang bersangkuta n dengan kepe ntingan pem baca (Kenny, 1966:89 via Nurgiyantoro, 1998:321). Perlu diperhatikan bahwa nilai m oral tidak terbatas hanya dalam lingkup m oral, tapi dapat m encakup seluruh persoalan da lam kehidupan ya ng berhubungan de ngan ha rka t dan m artabat m anusia. Secara um um , persoalan hidup m anusia dibedakan m enja di em pat ya itu, persoalan hubungan m anusia dengan diri sendiri, hubungan m anusia dengan m anusia lainnya da lam lingkup sosia l, hubungan m anusia denga n alam dan hubungan m anusia d engan Tuhannya (Nurgiyantoro, 1998:323-324).

Cerpen m erupakan salah satu jenis karya sastra ya ng cukup dim ina ti pem baca. Allan Poe (via Stanton, 2007:79) m engungkapka n, deskripsi cerpen yang ringkas, bisa langsung se lesai seka li baca dan langsung dapat m enyam paikan pesan yang ingin disam paika n oleh pengarang. Sum ardjo

(4)

m engem ukakan, cerpen m erupakan karya fiksi pendek yang efeknya cepat m engenai pem bacanya (1997:184). Jika tidak cerm at m em aham i, m aka sulit bagi pem baca untuk m enganalisis unsur-unsur dalam cerpen, fakta cerita, sarana sastra dan tem a atau pesan yang hendak disam paika n pengarang. Apabila pem baca gagal dalam m em aham i unsur-unsur tersebut, m aka m ereka tidak dapat m em aham i pesan intrinsik secara m endalam .

Cerpenis yang baik harus cerm at dalam m eng hadirkan unsur-unsur intrinsik dengan jelas. Da lam m engeksplorasi ide cerita, cerpenis harus cerm at dalam m em ilih kata, sehingga padat da n kaya dengan m akna.

Jepang ada lah sala h satu negara yang m em iliki banyak cerpenis yang berkualitas. Kusuyam a M asao ada lah salah satu sastrawan Jepang yang khusus m enulis cerpe n dan donge ng untuk anak-anak. Belia u juga adalah seorang penerjem ah cerita anak dari bahasa asing ke dalam bahasa Jepang.

Salah satu karya dari K usuyam a M asao adalah cerpen ya ng berjudul Shiroi

Tori. Cerpen ini diterbitka n pada tahun 1942 oleh Shinchosha bersam a dengan cerpen-cerpen karya Kusuyam a yang lain dalam buku Antologi Cerpen Anak Futari no Shonen to Koto. Cerpen Shiroi Tori m enceritakan tentang seorang pria m alas bernam a Ikagotom i yang beruntung karena dapat m enikahi seorang wa nita cantik yang w ujud asalnya adala h seekor burung putih. Nam un setelah m enikah perilaku Ika gotom i tidak begitu berubah, dia kerap berm ain dengan ka wan -kawan prianya sam pai pa gi. Di sisi lain, sang istrilah ya ng beke rja keras m em buat sake1 yang sangat enak dan tida k ada duanya. M asalah m uncul ke tika orang tua

1

(5)

Ikagotom i m em perm asalahkan kegiatan sang istri tiap hari yang tidak m em asak dan m engurus sawah. Nam un Ikagotom i tidak m em bela istrinya, yang m enyebabkan dia kehila ngan istri dan anak-ana knya.

Cerpen Shiroi Tori adalah cerpen yang unik. W alaupun cerpen tersebut

sudah diterbitkan dalam jangka waktu yang lam a, akan tetapi pesannya tetap bisa dijadikan acuan di m asa sekarang. Penulis berasum si bahwa zam an dahulu sang suam ilah yang pasti m enjadi tulang punggung keluarga, nam un cerpen ini m enceritakan hal yang sebaliknya, yaitu sang istrilah yang m enjadi tul ang punggung keluarga, hal yang um um terjadi di m asa sekarang.

Berdasarkan keunikan yang terdapat dalam karya Shiroi Tori, da lam

penelitian ini, pe nulis ingin m enge tahui tem a, fakta cerita dan sarana sastra yang terdapat dalam cerpen, dan ingin m engetahui keterkaitan antara tem a, fakta cerita dan sarana sastra, dan juga ingin m engetahui ajaran m oral da lam cerpen Shiroi Tori, yang tersirat m elalui tem a, fakta cerita dan sarana sastra.

1.1 Rumusan M asalah

Berdasarkan latar belakang m asala h di a tas, m aka penulis dapat m erum uskan perm asalahannya. Adapun rum usan m asalahnya sebagai berikut:

1. Apakah tem a besar yang terdapat da lam cerpen Shiroi Tori?

2. Bagaim anakah fakta cerita yang terdapat da lam cerpen Shiroi Tori?

3. Bagaim anakah sarana sastra yang terdapa t dalam cerpen Shiroi Tori?

4. Bagaim anakah keterkaitan antara tem a, fakta cerita dan sarana sastra da lam m em bangun totalitas m akna cerpen Shiroi Tori?

(6)

5. Nilai m oral apakah yang terkandung dalam cerpen Shiroi Tori, yang tersirat m elalui tem a, fakta cerita dan sarana sastra?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini m em iliki dua tujua n, yaitu tujuan teoritis dan tujuan praktik. Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk m engeta hui unsur -unsur intrinsik berupa tem a, fakta cerita dan sarana sa stra dari cerpen Shiroi Tori de ngan m enggunaka n teori struktural Robert Stanton. Selain itu penulis juga ingin m engetahui keterkaitan antar unsur intrinsik, serta nila i m oral yang terkandung dalam cerpen tersebut.

Secara praktis, penulis berusaha m em perkenalkan karya sastra Jepang m odern khususnya karya Kusuyam a M asao kepada pem baca di seluruh Indonesia dengan m em aham i karya sastra secara ilm iah dan m em beri apresiasi sastra dengan m engguna kan analisis tem a, fakta cerita dan sarana cerita.

1.3 Tinjauan Pustaka

Sejauh penge tahuan penulis, te ori struktural Robert Stanton sudah digunakan dalam berbagai penelitian. Beberapa di antaranya yaitu “Analisis Fakta Cerita dan Tema Cerpen “Filosofi Kopi” karya Dewi Lestari Menurut Stanton” yang ditulis oleh Anwari Eka Putra pada tahun 2008 dan “Ajaran

M oral dalam Cerpen Hashire Merosu Karya Dazai Osam u: Analisis Tem a dan

Fakta Cerita” yang ditulis oleh Sarah Aulia Nurwahid pada tahun 2013.

Perbedaan penelitian ini de ngan pe nelitian sebelum nya adalah pe nelitian ini sela in m engungkap tem a dan fakta cerita, juga m engungkap sarana sastra

(7)

dalam objek penelitian, sedangka n penelitian sebelum nya tidak m engungkap sarana sastra dalam objek pene litian.

Cerpen Shiroi Tori seba gai objek pene litian sebe lum nya perna h diteliti oleh Shella Marinda pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Perbandingan Struktur Cerita Dongeng Jaka Tarub dalam Kum pulan Cerita Anak Karya Ali

M uakhir dengan D onge ng Shiroi Tori karya Kusuyam a M asao”. Jurnal karya

m ahasisw i Fakulta s Ilm u Budaya Universitas Brawijaya ini berisi tentang

perbandingan struktur cerita dongeng Jaka Tarub dengan dongeng Shiroi Tori. 2

1.4 Landasan Teori

Pada penelitian ini, penulis m enggunakan teori struktural Robert Stanton untuk m enganalisis tem a, fakta cerita dan sarana sastra. Sedangkan untuk m eneliti nilai m oral, peneliti m enggunaka n pesan m oral yang disam paika n oleh Nurgiyantoro.

1.4.1 Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan “makna” dalam pengalam an m anusia, m erupakan hal yang m enjadikannya selalu diinga t (Stanton, 2007:36). Laya knya pe ngalam an m anusia, tem a m engacu dan m enyorot pada aspek-aspek kehidupan sehin gga akan ada nilai tertentu yang m elingkupi cerita. Dengan adanya tem a, cerita m enjadi lebih fokus, m enyatu, m engerucut, berpengaruh kuat dan m em bawa akibat (Stanton, 2007:37). Cara paling efektif untuk m engenali sebuah tem a adalah de ngan m engam ati secara teliti se tiap konflik yang ada dalam karya sastra (Stanton, 2007:42).

2

(8)

1.4.2 Fakta Cerita

Karakter, alur, latar merupakan fakta -fakta cerita. Ketiga elem en ini dijadikan satu, sehingga dinamakan “struktur faktual” atau “tingkatan faktual” cerita (Stanton, 2007:22).

1.4.2.1 K arakter

Stanton m enggunakan istila h utam a yaitu karakter dalam teorinya. Karakter itu sendiri terdiri dari dua konteks. Pertam a, karakter sebagai individu -individu yang m ucul dalam cerita. Yang kedua, karakter sebagai gabungan dari berm acam -m acam kepentingan, keinginan, em osi, dan prinsip m oral dari individu-individu tersebut (2007:33).

Dalam sebagian besar cerita terdapat satu karakter utam a, yaitu karakter yang berkaitan dengan sem ua peristiwa dalam cerita. Biasanya, peristiwa -peristiwa ini m em beri dam pak perubahan pada diri sang karakter atau pada sikap individu pada karakter tersebut (Stanton, 2007:33) .

Sikap dan perilaku karakter dalam sebuah cerita tentunya didasarka n oleh alasan tertentu. Alasan seorang karakter bertindak sebaga im ana yang dia lakukan disebut „motivasi‟. „Motivasi spesifik‟ adalah alasan dari reaksi spontan seorang karakter, yang diperlihatkan dengan adegan atau dialog tertentu. „M otivasi da sar‟ adalah hasrat dan m aksud yang m em andu sang karakter dalam m elewati keseluruhan cerita (Stanton, 2007:33).

1.4.2.2 Alur

Alur m erupakan rangkaia n peristiwa -peristiwa dalam suatu cerita. Kata alur biasanya terbatas pada peristiwa -peristiwa yang terhubung secara kausa l.

(9)

Peristiwa kausal adalah peristiwa yang m enjadi sebab atau m enjadi akibat dari berbagai peristiwa lain. Peristiwa kausal tidak hanya berupa hal fisik se perti tinda kan dan ucapan, tetapi juga m eliputi perubaha n sikap karakter, kilasan -kilasa n panda ngannya, keputusan-keputusannya da n sem ua hal yang m enjadi variabel pengubah da lam dirinya (Stanton, 2007:26).

Alur dise but sebaga i tulang punggung cerita, karena dapat m em buktikan dirinya sendiri walaupun jarang dibaha s panjang lebar dalam sebuah analisis. Sam a seperti elem en lainnya, alur m em iliki hukum sendiri, yaitu alur henda knya m em iliki bagian awal, bagian tengah, dan bagian a khir yang nyata, m eyakinkan dan logis, da pat m enciptakan berm acam -m acam kejutan, dan m em unculkan sekaligus m engakhiri ke teganga n tersebut (Stanton, 2007:28).

Berdasarkan urutan waktu, alur dibeda kan m enjadi tiga, yaitu : alur lurus, alur sorot ba lik, da n alur cam puran (N urgiyantoro, 1998:153 -156). A lur lurus atau progresif m erupakan peristiwa -peristiwa yang diceritakan secara berurutan.

Alur sorot balik atau flash-back adala h peristiwa-peristiwa yang diceritakan

secara tidak berurutan. Sedangka n, alur cam puran m erupakan peristiwa -peristiwa dalam cerita yang diceritakan secara beururutan, nam un terdapat peristiwa yang diceritakan secara flash back.

„Konflik‟ dan „klimaks‟ adalah unsur dasar dalam membangun alur. Setiap karya fiksi setidaknya memiliki „konflik internal‟ (yang tampak jelas) yang m uncul m elalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan lingkungannya. Konflik-konflik spesifik ini m erupakan bagian dari „konflik utama‟ yang dapat bersifat eksternal, internal atau keduanya. „Konflik

(10)

utama‟ bersifat fundamental membenturkan „sifat-sifat‟ dan „kekuatan-kekuatan‟ yang sa ling berlawa nan seperti ke jujuran de ngan kem unafikan, kenaifan de ngan pengalam an, atau individualitas dengan kem auan beradapta si. Sebuah cerita m ungkin m engandung lebih dari satu konflik kekuatan, te tapi konflik utam alah yang dapa t m erangkum peristiwa -peristiwa dalam alur. Sedangkan klim aks adalah titik yang pertem ukan kekuatan-ke kuatan konflik dan m enentukan bagaim ana pertentanga n tersebut terselesa ikan (Stanton, 2007:31 -32).

1.4.2.3 Latar

Latar adalah lingkunga n yang m elingkupi suatu peristiwa dalam cerita, sem esta yang berinteraksi dengan peristiwa -peristiwa yang berlangsung. Latar dapat berwujud tem pat tertentu, seperti sebuah kafe di Paris, pegunungan di California, sebuah jala n buntu di sudut kota Dublin dan se b againya. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu (hari, bulan, tahun), cuaca, atau satu periode sejarah. W ala upun tidak langsung m erangkum karakter utam a, latar dapat m erangkum orang-orang yang m enjadi penghia s dalam cerita (Stanton, 2007:35). Latar juga m em iliki daya untuk m enghadirkan tone dan mood em osiona l yang m elingkupi sang karakter (Stanton, 2007:36).

1.4.3 Sarana Sastra

Sarana-sarana sastra adalah m etode pengarang m em ilih dan m enyusun detail cerita agar tercapai pola -pola yang berm akna (Stanton, 2007:46).

1.4.3.1 Judul

Biasanya pem baca m enyangka bahwa judul selalu relevan de ngan karyanya sehingga keduanya m em bentuk sa tu kesa tuan. Pendapat ini bisa

(11)

diterim a ketika judul m engacu pada sang karakter utam a atau suatu latar tertentu. Tetapi, pentin g bagi kita untuk berhati-hati apabila judul tersebut m engacu pada hal yang tidak m enonjol (Stanton, 2007:51).

1.4.3.2 Sudut Pandang

Sudut pandang adalah pusat kesadaran ke tika kita m em aham i peristiwa -peristiwa dalam cerita. Dilihat dari tujua nnya, sudut pandang terbagi m enjadi em pat tipe utam a. Em pat tipe tersebut adalah sudut pa ndang orang pertam a utam a, sudut pandang orang pertam a sam pingan, sudut pandang orang ke tiga -terbatas, dan sudut pandang orang ketiga -tidak terbatas. Pada sudut pandang orang pertam a-utam a, karakter utam alah ya ng bercerita de ngan ka ta -katanya sendiri. Pada sudut pandang orang pertam a -sam pingan, sala h satu karakter sam pinga nlah yang m enuturkan cerita. Pada sudut pandang orang ketiga -terbata s, pengarang m engacu pada sem ua karakter da n m em posisikannya sebagai orang ketiga teta pi hanya satu karakter saja yang digam barkan oleh pengarang untuk dapat diliha t, didengar dan diketahui pikirannya. Pada orang ketiga -tidak terbata s, pengarang m engacu pada setiap karakter dan m em posisikannya seba gai orang ketiga. Pengarang juga dapat m em buat beberapa karakter m elihat, m endengar atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun yang hadir. W alaupun begitu, perlu diperhatikan bahwa kom bina si dan varia si dari keem pat tipe tersebut tidak terba tas (Stanton, 2007:53-54).

1.4.3.3 G aya dan Tone

Gaya adalah m etode pengarang da lam m enggunaka n bahasa. W alaupun ada dua pengarang yang m enggunakan karak ter, alur dan latar yang sam a, hasil

(12)

karyanya bisa sangat berbe da. Perbedaan tersebut secara um um terletak pada kerum itan, ritm e, panjang pendek kalim at, detail, hum or, kekonkre tan, dan banyaknya im aji dan m etafora. Gabungan dari beberapa aspek di atas ak an m em bentuk gaya (Stanton, 2007:61).

Elemen yang sangat berkaitan dengan gaya adalah „tone‟. Tone adalah

sikap em osional pengarang yang dim unculka n dalam cerita. Tone dapat berwujud

ringan, rom antis, ironis, m isterius, senyap, bagai m im pi ata u penuh peras aan (Stanton, 2007:63).

1.4.3.4 Simbolisme

Sim bol berwujud sebagai deta il-de tail faktua l dan konkret dan m em punyai kem am puan untuk m enerbitkan gagasan dan em osi dalam pikiran pem baca. Pada karya fiksi, sim bolism e dapat m em unculkan tiga efek yang m asing-m asing bergantung pada baga im ana sim bol tersebut dipaka i. Pertam a, sebuah sim bol yang m uncul pada satu kejadian penting dalam cerita m enunjukkan m akna peristiwa tersebut. Kedua, satu sim bol yang ditam pilkan berulang-ulang m em buat kita inga t akan beberapa elem en konstan dalam sem esta cerita. Ketiga, sebuah sim bol yang m uncul pada konteks yang berbeda -be da akan m em bantu dalam m enem ukan tem a (Stanton, 2007:64 -65).

1.4.3.5 Ironi

Ironi adalah cara untuk m enunjukka n bahwa hal yang terjadi berlawanan dengan apa yang sudah diduga sebelum nya. Ironi bisa ditem ukan dalam sebagian besar cerita, terutama cerita yang masuk dalam kategori „bagus‟ (Stanton, 2007:71).

(13)

1.4.4 M oral

M oral dalam karya sastra biasanya m engacu pada pandangan hidup pengarang te ntang nilai-nilai kebe naran yang ini disam pa ikan kepa da pem baca (Nurgiya ntoro, 1998:321). M oral dalam cerita m erupakan suatu saran yang berhubungan dengan ajaran m oral tertentu yang bersifa t praktis yang dapat ditafsirkan m elalui cerita yang bersangkutan oleh pem baca. Nilai m oral adalah “petunjuk” yang diberikan oleh pengarang tentang hal-hal yang berhubungan dengan m asalah kehidupan seperti sika p, tingka h laku dan sopa n santun dalam pergaulan (Kenny, 1966:89 via Nurgiyantoro, 1998:321).

Sebuah karya fiksi yang ditulis oleh pengarang bertujua n untuk m enawarkan m odel kehidupan yang diidealkan olehnya. Fiksi m engandung penerapan nilai m oral dalam sikap dan perilaku para karakter sesuai dengan pandanga n pengarang tentang m oral. M elalui cerita, sikap dan perilaku para karakter, pem baca diharapkan dapat m engam bil hikm ah dari pesan -pesan m oral yang diam anatkan. M oral dalam karya sastra dapat dipanda ng sebaga i am anat. Unsur am anat m erupakan gagasan yang m endasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan yang ingin disam pa ikan oleh pengarang (Nurgiya ntoro, 1998:321).

Setiap karya sastra m em iliki jenis dan wujud nilai m oral yang berbeda -beda. Jenis dan wujud nilai m oral berga ntung pad a keyakinan, keinginan dan m inat pengarang (Nurgiyantoro, 1998:323). Secara um um , persoalan hidup

(14)

m anusia dibedakan m enjadi em pat yaitu, persoalan hubungan m anusia dengan diri sendiri, hubungan m anusia denga n m anusia lainnya dalam lingkup sosia l, hubungan m anusia de ngan alam dan hubunga n m anusia denga n Tuha nnya (Nurgiya ntoro, 1998:323-324).

1.5 M etode Penelitian

Secara harfiah, m etode dapat diartikan seba gai cara atau jalan untuk m enganalisis (Hassan, 1977:16 via Sangidu, 2007:13). M enurut KBBI, m etode adalah cara kerja yang bersistem untuk m em uda hkan pe laksanaan suatu kegiatan (1993:580-581).

Dalam penelitian ini, penulis m enggunakan m etode objektif, yaitu m etode yang m em beri perhatian penuh pada karya sastra, m emaparkan fakta dan data yang ada da lam teks kem udian m enganalisis untuk m em berikan pem aham an dan penjelasa n secukupnya (Ratna, 2004:54 via Putra, 2008:17). Pada penelitian ini, penulis m eneliti unsur-unsur tem a, fakta cerita dan sarana sastra da lam cerpen Shiroi Tori.

Urutan langka h yang dilalui penulis da lam penelitia n ini, yang pertam a, m enentukan objek m aterial dan form al. Objek m aterial dalam penelitian ini adalah Cerpen Shiroi Tori, sedangkan obje k form alnya a dalah te ori struktural Robert Stanton untuk m engungkap tem a, fakta cerita dan sarana sastra. Kedua, setelah m enentukan objek m aterial dan form al, penulis m encari data -data terkait dengan tem a pene litian berupa data pusta ka dan data lainn ya. Ketiga, penulis m elakukan analisis data. Keem pat, setelah m elakukan analisis data, penulis m enyim pulkan hasil dari analisis dalam bentuk tulisan.

(15)

1.6 Sistematika Penyajian

Penelitia n ini tersusun dalam em pat bab. Bab I m erupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang M asalah, Rum usan M asalah, Tujuan Penelitia n, Tinja uan Pustaka, Landasan Te ori, M etode Penelitian dan Sistem atika Penulisa n. Bab II berisi riwayat hidup pengarang dan karir kepengarangannya. Bab III m erupakan sinopsis cerpen, ana lisis tem a, analisis fakta cerita, analisis sarana sastra dan keterka itan antara unsur tem a, fakta cerita dan sarana sastra dalam

cerpen Shiroi Tori. Nilai m oral cerpen tersebut juga akan diuraikan dalam bab ini.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat dari siklus ke siklus dengan setiap siklus mencapai nilai KBM yaitu 75 dan persentase

Dalam pelaksanaannya, raskin memiliki tim koordinasi yang terdiri dari beberapa lembaga negara di mana salah satunya Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum

Sehingga dengan melihat dari kondisi guru maka dalam pengabdian ini dilakukan pelatihan pembuatan blog bagi guru pada perwakilan BKS SD/MI Muhammadiyah/ Aisyiyah

Kedua, kebutuhan yang dipandang perlu dila- kukan sebagai solusi dari masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut: (1) guru perlu memberi ke- sempatan siswa

Antarcitra Trans, Diagram alir yang tersaji pada Gambar 5 merupakan alur logika aplikasi Sistem Informasi yang dikembangkan untuk penelitian ini. Gambar 5 Diagram Alir

Bahan pengikat berupa serbuk halus dari penggilingan klingker (bahan ini terutama terdiri dari Kalsium-cilicate dengan karakteristik hidrolik) dan gyp Stines

Regenerasi Massa Sel Embriogenik Kedelai yang Diseleksi dengan Polyethylen Glicol 6000 (PEG), Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman.Balai

Berbeda dengan iklan-iklan rokok lainnya yang menggunakan kegiatan-kegiatan seperti petualangan ataupun olahraga ekstrem seperti iklan Gudang Garam ,QWHUQDVLRQDO