PANDUAN
PANDUAN
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
DI DAERAH
DI DAERAH
Deutsche Gesellschaft für
Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Good Governance/Decentralisation Program
Menara BCA, 46th Floor Jl. MH.Th amrin No.1 Jakarta 10310 - Indonesia T. +62-21-235 87 121/122/123 F. +62-21-235 87 120
I. www.giz.de
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
Jl. Medan Merdeka Utara No. 7 Jakarta Pusat 10110
T. +62-21-345 3510 F. +62-21-348 33648
PANDUAN
PANDUAN
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
DI DAERAH
iii
KATA SAMBUTAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
KATA SAMBUTAN iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN viii
01. PENDAHULUAN 9
Latar Belakang 9
Maksud dan Tujuan 9 Ruang Lingkup Panduan 10 Sistematika Penulisan 10
02. KERANGKA REGULASI TERKAIT SPM, PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 13
Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Perencanaan 14 Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Penganggaran 15 Pasal-Pasal Peraturan terkait Pelaporan SPM 16
03. PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM 17
Pengertian SPM 17
Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan 17 Ruang Lingkup SPM 18 Status Penyusunan dan Penetapan SPM 19
04. PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 23
Ruang Lingkup 23
Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM di Daerah 25
05. PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 27
Dasar Pemikiran 27 Pihak Yang Terlibat Dalam Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 27
v
Tujuan Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 29 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 29 Tugas dan Tanggung Jawab 30 Penyusunan Rencana Kerja 31
06. SOSIALISASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 35
Apa itu Sosialisasi? 35 Tujuan Yang Ingin Dicapai 35 Bentuk Kegiatan Sosialisasi 36 Siapa Yang Menjadi Sasaran Sosialisasi 37 Siapa Pelaku Sosialisasi 37
07. PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI 39
Langkah 1: Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator SPM, Target SPM dan Batas Waktu Yang Harus Dicapai 39 Langkah 2: Persiapan Pengumpulan Data dan Informasi 44 Langkah 3: Pengumpulan data dan informasi 48
08. EVALUASI PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH 51 09. PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR DI DAERAH 53
Apa itu Profi l Pelayanan Dasar? 53 Tujuan Penyusunan 53
Manfaat 54
Siapa Yang Terlibat dalam Penyusunan Profi l Pelayanan Dasar? 54 Tahapan Penyusunan Profi l Pelayanan Dasar 55
10. PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENCAPAIAN SPM 65
Pengertian 65
Langkah-langkah Penyusunan Program dan Kegiatan 65
11. PENENTUAN TARGET CAPAIAN SPM DI DAERAH 71
Apa itu Target Capaian SPM? 71 Bagaimana Menentukan Target Capaian SPM? 71 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Mengukur Kemampuan Daerah 73
12. PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN SPM 77
Apa itu Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM? 77 Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan SPM 77 Faktor-Faktor Perhitungan Pembiayaan 78 Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM di Daerah 79 Merumuskan Kebutuhan Pembiayaan Tahunan 82
13. PELAKSANAAN PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN
DAERAH 85
Penerapan SPM dalam Dokumen RPJMD 86 Penerapan SPM dalam Dokumen Renstra SKPD 87 Penerapan SPM dalam Dokumen RKPD 87 Penerapan SPM dalam Dokumen Renja SKPD 88
14. MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN SPM DI DAERAH 89
Monitoring Penerapan SPM di Daerah 89 Evaluasi Pencapaian SPM 90
15. PELAPORAN PENERAPAN SPM DI DAERAH 91
Mekanisme Pelaporan Penerapan SPM di Daerah 91 Waktu Pelaporan 92 Penyusunan Laporan Tahunan Kinerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 92 Memasukan Laporan Penerapan dan Pencapaian SPM dalam LPPD, LKPJ dan ILPD 93
16. PENUTUP 95
REFERENSI 97
LAMPIRAN 99
Lampiran I 99
vii
Daftar Gambar
Gambar 3.1 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan 18 Gambar 4.1 Alur Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 26 Gambar 5.1 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM
di Daerah 30
Gambar 11.1 Perhitungan Target Capaian SPM 72 Gambar 13.1 Hubungan Rencana Pencapaian SPM di Daerah dan Dokumen
Perencanaan dan Penganggaran 86
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Provinsi 20 Tabel 3.2 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Kabupaten/Kota 21 Tabel 5.1 Contoh Agenda Kerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 32 Tabel 7.1 Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator, Defi nisi Operasional,
Target dan Batas Waktu Capaian SPM 41 Tabel 7.2 Kebutuhan Data Indikator SPM 44 Tabel 8.1 Evaluasi Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Pembangunan
Daerah dan SKPD 52 Tabel 9.1 Kompilasi Indikator SPM 55 Tabel 9.2 Identifi kasi Permasalahan Pencapaian SPM 59 Tabel 9.3 Profi l Pelayanan Dasar 61 Tabel 11.1 Target Capaian SP 74 Tabel 12.1 Formula Perhitungan Biaya Indikator SPM 78 Tabel 12.2 Rencana Pencapaian SPM di Daerah 83
Daftar Kotak
Kotak 1 Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM (Usulan) 33 Kotak 2 Penyusunan ASB untuk penghitungan biaya pencapaian SPM 81 Kotak 3 Penyajian Laporan Kinerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 94
DAFTAR SINGKATAN
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
ASB Analisis Standar Belanja
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DSF Decentralization Support Facility
EKPPD Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
GIZ Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit
IKK Indikator Kinerja Kunci
ILPPD Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Juknis Petunjuk Teknis
K/L Kementerian/Lembaga
KUA Kebijakan Umum Anggaran
LKPJ Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
LPND Lembaga Pemerintah Non Departemen
LPPD Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri
PP Peraturan Pemerintah
PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
RAPBD Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Renja SKPD Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKP Rencana Kerja Pemerintah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SPM Standar Pelayanan Minimal
TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah
9
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia secara efektif dilaksanakan sejak tahun 2000 dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peranserta masyarakat. Sejalan dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Berbagai perubahan mendasar pengelolaan pemerintahan telah dilakukan termasuk penyediaan pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.
Sesuai dengan UU Pemerintahan Daerah, penyediaan dan pemenuhan pelayanan dasar bagi masyarakat harus memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan oleh setiap Kementerian/Lembaga. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan penyusunan dan penetapan SPM oleh Kementerian/Lembaga dan penerapannya di daerah. Hingga pertengahan 2012 telah ditetapkan 15 SPM oleh Kementerian/Lembaga.
Penerapan dan pencapaian SPM di daerah menghadapi banyak kendala, antara lain: masih terbatasnya kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan dasar, belum disusunnya rencana pencapaian SPM di daerah, dan tidak adanya laporan pencapaian pencapaian SPM. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah pusat adalah mendorong percepatan penerapan SPM di daerah sebagai kebijakan prioritas nasional yang perlu mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah. Untuk membantu percepatan penerapan SPM di daerah, maka perlu disusun sebuah buku panduan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Maksud dan Tujuan
Buku panduan ini dimaksudkan sebagai alat bantu (toolkit) yang dapat memberikan
tambahan pemahaman dan kapasitas pemerintah daerah dalam penyusunan rencana penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan panduan ini adalah untuk: 1. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menyusun database profi l
pelayanan dasar daerah;
2. Meningkatkan pemahaman tentang berbagai implikasi dari penerapan SPM dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
3. Memberikan panduan bagi penyelenggara pelayanan dasar di daerah dalam menyusun rencana program dan kegiatan serta kebutuhan anggaran untuk menerapkan SPM di daerah;
4. Mendorong pemerintah daerah untuk mengimplementasikan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah.
Ruang Lingkup Panduan
Buku panduan ini disusun berdasarkan substansi peraturan perundangan terkait SPM yang telah diterbitkan oleh Kementerian/Lembaga dengan tambahan penjelasan tahapan dan langkah-langkah penerapan dan pencapaian SPM berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Sesuai dengan tujuannya, panduan ini bersifat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana menyusun rencana pencapaian SPM di daerah dan menghitung kebutuhan pembiayaan pelaksanaan SPM. Penyajian panduan disusun
dalam format dan sistematika pembahasan yang mudah dipahami pengguna (
user-friendly), yaitu terutama SKPD di lingkup provinsi, kabupaten dan kota.
Lingkup materi yang disampaikan dalam panduan terdiri dari tahapan dan langkah-langkah penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah, termasuk didalamnya batas waktu, target capaian, rangkaian kegiatan dan penghitungan kebutuhan pendanaan;
Sistematika Penulisan
Bagian 1 : Pendahuluan menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup dan sistematika penulisan;
Bagian 2 : Kerangka Regulasi terkait SPM menguraikan peraturan perundangan
terkait SPM mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri;
Bagian 3 : Pengertian dan Status Penetapan SPM menguraikan pengertian,
kedudukan SPM dalam urusan pemerintahan, ruang lingkup, dan status penyusunan dan penetapan SPM;
Bagian 4 : Panduan Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian SPM
di Daerah menguraikan ruang lingkup, tahapan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah dan alur pembahasan panduan penyusunan;
PENDAHULUAN 11
Bagian 5 : Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di
Daerah menguraikan dasar pemikiran, pihak yang terlibat, tujuan pembentukan, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab serta penyusunan rencana kerja;
Bagian 6 : Sosialisasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah menguraikan
pengertian dan tujuan sosialisasi, bentuk kegiatan, kelompok sasaran dan siapa pelaku sosialisasi;
Bagian 7 : Pengumpulan Data dan Informasi menguraikan langkah-langkah
dalam pengumpulan data dan informasi pencapaian SPM;
Bagian 8 : Evaluasi Penerapan SPM Dalam Dokumen Rencana Pembangunan
Daerah menguraikan hasil telaahan dan evaluasi penerapan indikator SPM dalam dokumen rencana pembangunan daerah lima tahunan dan tahunan;
Bagian 9 : Penyusunan Profi l Pelayanan Dasar di Daerah menguraikan pengertian,
tujuan, manfaat, siapa yang terlibat dan tahapan penyusunannya; Bagian 10 : Penyusunan Program dan Kegiatan Pencapaian SPM menguraikan
pengertian dan langkah-langkah dalam penyusunan program dan kegiatan;
Bagian 11 : Penentuan Target Capaian SPM di Daerah menguraikan pengertian, bagaimana menentukan target dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan;
Bagian 12 : Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan Pencapaian SPM menguraikan
pengertian, petunjuk teknis perencanaan pembiayaan SPM, faktor-faktor yang perlu diperhatikan, perhitungan kebutuhan pembiayaan SPM di daerah dan perumusan kebutuhan pembiayaan tahunan;
Bagian 13 : Pelaksanaan Penerapan SPM Dalam Dokumen Rencana Pembangunan
Daerah menguraikan sinkronisasi penerapan SPM dalam dokumen RPJMD, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD;
Bagian 14 : Monitoring Penerapan SPM di Daerah menguraikan langkah-langkah dalam melakukan monitoring terhadap kinerja penerapan dan pencapaian SPM di daerah;
Bagian 15 : Pelaporan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah menguraikan sistematika penulisan bab per bab dari rencana pencapaian SPM di daerah;
13
02
KERANGKA REGULASI TERKAIT SPM,
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Kerangka regulasi terkait penyusunan dan penerapan SPM diurutkan mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri adalah sebagai berikut:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.05-76 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Tim Konsultasi Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.05-283 Tahun 2011 tentang
Pembentuan Tim Konsultasi Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/1023/SJ Tahun 2012 tentang
Percepatan Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013*)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013*) *) Dikeluarkan setiap tahun untuk tahun anggaran berikutnya
Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Perencanaan
Standar pelayanan minimum digunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
PP No. 20/2004 pasal 4 (2) Pemerintah Daerah menggunakan SPM yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai salah satu acuan untuk menyusun perencanaan dan penganggaran.
PP No. 65/2005 pasal 9 (2) Untuk menentukan gambaran kondisi awal rencana pencapaian dan penerapan SPM, Pemer-intah Daerah wajib menyusun, mengkaji dan menganalisis database profi ll pelayanan dasar.
KERANGKA REGULASI TERKAIT SPM, PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 15
Pemerintah Daerah menuangkan Rencana Pencapaian SPM dalam RPJMD dan Renstra SKPD.
PP No. 65/2005 pasal 9(4) Permendagri No. 79/2007 pasal 1(10) Pemerintah Daerah menuangkan target tahunan Rencana Pencapaian SPM dalam RKP dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyeleng-garaan pelayanan dasar.
PP No. 65/2005 pasal 9(5) Permendagri No. 79/2007 pasal 1(10) Program, kegiatan, alokasi dana indikatif dan sumber pendanaan yang dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD disusun berdasarkan ... c) urusan wajib yang mengacu pada SPM sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kebutuhan masyarakat, atau urusan pilihan yang menjadi tanggung jawab SKPD.
Permendagri No. 54/2010 pasal 11(1c) Pencapaian sasaran program SKPD mempertimbangkan pencapaian SPM yang telah disesuai-kan dengan ketentuan peraturan perundangan.
Permendagri No. 54/2010 pasal 88(1)
Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Penganggaran
Pemerintah Daerah menuangkan target tahunan Rencana Pencapaian SPM dalam KUA, PPA dan RKA-SKPD sesuai klasifi kasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.
PP No. 65/2005 pasal 9(5) Permendagri No. 79/2007 pasal 7(2) Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM.
Permendagri No. 79/2007 pasal 11 Penyusunan rencana pencapaian SPM dan anggaran kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM dilakukan berdasarkan analisis kemampuan dan potensi daerah dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan kegiatan mempedomani SPM yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja (ASB) dan standar satuan harga.
Penjelasan Permendagri No. 37 Tahun 2012
Pasal-Pasal Peraturan terkait Pelaporan SPM
Rencana pencapaian target tahunan SPM serta realisasinya diinformasikan kepada masyarakat sesuai peraturan perundangan.
PP No. 65/2005 pasal 11 Pemerintah Daerah menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan.
Permendagri No. 6/2007 pasal 17 (1)
Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan laporan umum tahunan kinerja penerapan
dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur
Gubernur menyampaikan ringkasan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan
pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri.
Permendagri No. 6/2007 pasal 16 (1-3) Tingkat pencapaian standar pelayanan minimal termasuk salah satu materi dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
PP No. 3/2007 pasal 3(4) Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya merupakan bagian dari LPPD, LKPJ, ILPPD.
Permendagri No. 79/2007 pasal 16 EKPPD pada tataran pelaksana kebijakan daerah meliputi aspek penilaian: c) tingkat penca-paian SPM.
17
PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN
SPM
Pengertian SPM
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Penekanan kata “minimal” dalam istilah SPM ini mengacu pada batas minimal tingkat cakupan dan kualitas pelayanan dasar yang harus mampu dicapai oleh setiap daerah pada batas waktu yang ditentukan. Dengan kata lain, jenis pelayanan dasar di daerah dapat terlaksana minimal mencapai indikator dan tingkat nilai pada batas waktu yang ditetapkan Pemerintah. Dari sisi waktu pencapaiannya, Pemerintah Daerah harus mampu mencapai tingkat cakupan yang minimal sama atau bahkan lebih cepat dibandingkan batas waktu yang telah ditetapkan Pemerintah untuk masing-masing indikator SPM masing-masing Kementerian/Lembaga terkait.
Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan
Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat (Pasal 1 PP Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota).
Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan terdiri dari 2 (dua) jenis urusan yaitu urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar,
kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan kependudukan. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Penjelasan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah).
Tidak semua bagian dari urusan wajib adalah pelayanan dasar. Namun, setiap pelayanan dasar termasuk dalam bagian urusan wajib. SPM ditetapkan berdasarkan pelayanan dasar tertentu, dimana pelayanan dasar tersebut adalah bagian dari urusan wajib, dan urusan wajib merupakan bagian dari urusan pemerintahan. Berikut digambarkan posisi SPM dalam urusan pemerintahan:
Gambar 3.1 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan
Posisi SPM
Standar Pelayanan
Minimal (SPM)
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar
Permendagri No.6/2007 pasal 1(8) Urusan Pemerintah Urusan Wajib Pelayanan Dasar
Ruang Lingkup SPM
SPM disusun dan diterapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Urusan wajib yang harus memenuhi SPM yang telah ditetapkan antara lain bidang:
PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM 19 1. Kesehatan
2. Lingkungan Hidup
3. Pemerintahan Dalam Negeri (kependudukan dan catatan sipil; dan pemerintahan umum)
4. Sosial 5. Perumahan
6. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 7. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 8. Pendidikan
9. Ketahanan Pangan
10. Ketenagakerjaan
11. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 12. Kesenian
13. Komunikasi dan Informatika 14. Perhubungan
15. Penanaman Modal
Besaran dan batas waktu pencapaian SPM ditetapkan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga yang selanjutnya menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintah daerah. Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM berdasarkan data dasar profi l pelayanan dasar yang tersedia. Selanjutnya rencana pencapaian SPM dan target tahunan menjadi dasar untuk dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan (RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja SKPD) dan dokumen penganggaran (KUA PPA dan RKA-SKPD).
Status Penyusunan dan Penetapan SPM
Hingga pertengahan 2012 telah ditetapkan 15 SPM oleh Kementerian/Lembaga. Beberapa K/L telah melengkapi peraturan SPM dengan petunjuk teknis/pedoman untuk pelaksanaanya.
Tabel 3.1 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Provinsi No Bidang Tahun Penetapan Juknis/P anduan Operasional Juknis/P edoman Pembiayaan Jenis Pelayanan Jumlah Indikator Target Pencapaian 1 Sosial 2008 V V 4 7 2015 2 Lingkungan Hidup 2008 V Draft 3 3 2013 3 Perumahan Rakyat 2008 V V 2 3 2025 4 Ketenagakerjaan*) 2010 V V 5 8 2016 5 Layanan T erpadu Bagi P erempuan
dan Anak Korban Kekerasan**)
2010 V V 5 8 2014 6 Ketahanan P angan 2010 V V 4 4 2015 7 Kesenian 2010 V Draft 2 7 2014 8 Perhubungan 2011 V Draft 4 17 2014 9 Penanaman Modal 2011 V Draft 7 10 2014 Total 9 5 36 67 Sumber: H impunan P roduk H ukum S tandar P elayanan M inimal (SPM), K ementerian D alam N
egeri, 2011; dan Catatan S
tatus P
enetapan SPM
, GIZ 2011
*) P
er
ubahan atas lampiran ditetapkan dalam P
ermenaker
trans N
o. 04/2011
**)
T
idak ada pemisahan indikator SPM untuk P
emerintah D aerah P ro vinsi dan P emerintah D aerah Kabupaten/K ota
PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM 21 Tabel 3.2 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Kabupaten/Kota No
Bidang Tahun Penetapan Juknis/P anduan Operasional Juknis/P edoman Pembiayaan Jenis Pelayanan Jumlah Indikator Target Pencapaian 1 Kesehatan 2008 V V 4 18 2015 2 Sosial 2008 V V 4 7 2015 3 Lingkungan Hidup 2008 V Draft 4 4 2013 4
Pemerintahan Dalam Negeri
2008 V Draft 3 6 2011 5 Perumahan Rakyat 2008 V V 2 3 2025 6 Layanan T erpadu Bagi P erempuan
dan Anak Korban Kekerasan*)
2010 V V 5 8 2014 7
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
2010 V V 3 9 2014 8 Pendidikan Dasar**) 2010 V V 2 27 9
Pekerjaan Umum dan P
enataan Ruang 2010 V Draft 8 23 2014 10 Ketenagakerjaan 2010 V V 5 8 2016 11
Komunikasi dan Informatika
2010 V Draft 2 6 2014 12 Ketahanan P angan 2010 V V 4 7 2015 13 Kesenian 2010 V Draft 2 7 2014 14 Perhubungan 2011 -Draft 4 26 2014 15 Penanaman Modal 2011 V Draft 7 10 2014 Total 15 8 65 169 Sumber: H impunan P roduk H ukum S tandar P elayanan M inimal (SPM), K ementerian D alam N
egeri, 2011; dan Catatan S
tatus P
enetapan SPM
, GIZ 2011
*)
T
idak ada pemisahan indikator SPM untuk P
emerintah D aerah P ro vinsi dan P emerintah D aerah Kabupaten/K ota **) T
23
PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI
DAERAH
Ruang Lingkup
Berdasarkan Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal, pemerintah daerah dapat menyusun Rencana Pencapaian SPM yaitu target pencapaian SPM di daerah mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan memperhatikan kemampuan daerah. Rencana pencapaian SPM ini dituangkan dalam dokumen rencana perencanaan pembangunan daerah dan penganggaran untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.
Rencana pencapaian SPM lebih merupakan strategi operasional dalam menerapkan SPM dan bukan dokumen perencanaan tersendiri, namun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan pembangunan daerah terutama RPJMD. Dalam hal Daerah sudah menyusun RPJMD, maka rencana pencapaian SPM di daerah menjadi ‘peta jalan’ yang menjelaskan kondisi daerah saat ini dan target pencapaian SPM sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Sejauh ini belum banyak daerah menyusun rencana pencapaian SPM untuk memperjelas target pencapaian SPM di daerah. Pedoman yang ada belum menjelaskan secara rinci kedudukan, fungsi dan muatan rencana pencapaian SPM di daerah.
Secara garis besar, ruang lingkup rencana penerapan dan pencapaian SPM yang meliputi:
a. Batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan jangka waktu pencapaian SPM di daerah;
Batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan masing-masing Kementerian/ Lembaga menjadi batas waktu maksimal dari jangka waktu rencana pencapaian dalam penerapan SPM di daerah. Pemerintah daerah dapat menetapkan rencana pencapaian SPM lebih cepat dari batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala
LPND sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki daerah. Rencana pencapaian SPM dalam batas waktu tertentu dijabarkan menjadi target tahunan pencapaian dan penerapan SPM. Target tahunan pencapaian dan penerapan SPM dituangkan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah.
b. Sinkronisasi rencana pencapaian SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran;
Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang dituangkan dalam RPJMD dan dijabarkan dalam target tahunan pencapaian SPM. Rencana pencapaian SPM menjadi salah satu faktor dalam menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran (PPA).
c. Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM;
Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM. Selanjutnya, nota kesepakatan tentang KUA dan PPA menjadi dasar penyusunan RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran tahunan berdasarkan tingkat prestasi kerja yang mengacu pada rencana pencapaian dan penerapan SPM.
Penyusunan RKA-SKPD program dan kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM mengacu pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja, Analisis Standar Belanja (ASB), dan satuan harga. RKA-SKPD yang disahkan oleh Kepala SKPD menggambarkan secara rinci dan jelas progam dan kegiatan dalam rangka pencapaian dan penerapan SPM.
Pendanaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi pemerintah dibebankan pada APBN. Sedangkan pendanaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi pemerintah daerah dibebankan pada APBD.
d. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target tahunan SPM kepada masyarakat;
Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya merupakan bagian dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), LKPJ, dan ILPPD. Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya dipublikasikan kepada masyarakat.
PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA PENERAPAN
DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 25
Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM di Daerah
Tahapan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada penjelasan Permendagri Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal. Pedoman tersebut menguraikan secara umum pentahapan dan pertimbangan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah, namun belum secara rinci menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan di setiap tahap. Dalam menyusun rencana pencapaian SPM di daerah diperlukan instrumen dan alat bantu yang memudahkan pemerintah daerah. Buku panduan ini menguraikan langkah-langkah penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah berdasarkan lingkup materi.PERSIAPAN PENYUSUNANPROFIL PELAYANAN
DASAR PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM PELAPORAN DAN MONITORING Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM Sosialisasi penerapan SPM di daerah Pengumpulan dan pengolahan data Evaluasi Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Penyusunan Profil Pelayanan Dasar Perumusan Program dan Kegiatan Penentuan Target Capaian SPM Penghitungan Kebutuhan PembiayaanSPM Pelaporan Rencana Pencapaian SPM di Daerah Monitoring Penerapan SPM SK Tim Koordinasi Rencana Kerja Kerja Tim Bahan Sosialisasi Kebutuhan Data Profil Pelayanan
Dasar Indikasi Programdan Kegiatan Pencapaian SPM berikut Kebutuhan Pendanaan
Dokumen Rencana Pencapaian SPM
Gambar 4.1 Alur Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah Pengolahan Data dan Informasi Peraturan Terkait SPM Pelaporan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah PERSIAPAN Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM Sosialisasi Penerapan & Pencapaian SPM PENYUSUNAN
PROFIL PELAYANAN DASAR
Pengumpulan Data dan Informasi
PENYUSUNAN RENCANA
PENCAPAIAN SPM MONEV DANPELAPORAN
Penentuan Program dan Kegiatan Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM Penyusunan Profil Pelayanan Dasar Penentuan Target Capaian SPM Monitoring dan Evaluasi Penerapan SPM di Daerah
Pelaksanaan Penerapan SPM dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD, Renstra, SKPD, RKPD,
27
PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI
DAERAH
Dasar Pemikiran
Penerapan dan pencapaian SPM di daerah merupakan upaya mensinergikan pencapaian SPM setiap urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar yang dilaksanakan SKPD pengampu. Gubernur dan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar yang sudah ditetapkan SPM-nya oleh Kementerian/Lembaga. Penyelenggaraan pelayanan dasar sesuai SPM secara operasional dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab sesuai dengan urusannya masing-masing.
Sampai saat ini sudah ada 15 SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga untuk dilaksanakan pemerintah daerah melalui SKPD pengampu SPM. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab penerapan dan pencapaian SPM di daerah tersebar di masing-masing SKPD pengampu SPM. Untuk mewujudkan upaya penerapan dan pencapaian SPM di daerah yang efektif perlu dibentuk Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah, terdiri dari SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan Daerah dan Sekretariat Daerah. Tim ini diusulkan kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Pihak Yang Terlibat Dalam Penerapan dan Pencapaian SPM di
Daerah
Dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah terdapat lima (5) pihak yang terlibat, yaitu: (1) Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga yang menangani urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar, (2) Pemerintah Provinsi dalam hal ini SKPD Provinsi pengampu SPM, (3) Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal ini SKPD Kabupaten/Kota pengampu SPM, (4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab untuk memastikan terlaksananya penyelenggaraan pelayanan
dasar kepada masyarakat, serta (5) Pihak lainnya yang membantu proses penerapan dan pencapaian SPM, misalnya lembaga swadaya masyarakat, lembaga kerjasama internasional dan lain-lain.
Adapun peran dan bentuk keterlibatan masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
Tingkatan Pihak Yang Terlibat Peran Bentuk Keterlibatan
Tingkat
Pusat Kementerian Dalam Negeri Sebagai koordinator penyelenggaraan pelayanan dasar
Melakukan koordinasi dan supervisi penerapan dan pencapaian SPM di daerah
Kementerian/
Lembaga Sebagai pembina teknis penyelenggaraan pelayanan dasar Fasilitasi penerapan SPM di provinsi dan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Provinsi Melakukan fungsi pembinaan secara teknis penerapan dan pencapaian SPM di daerah Melakukan fasilitasi penerapan SPM di Provinsi Melakukan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Provinsi Tingkat
Provinsi SKPD pengampu SPM Sebagai penanggung jawab penerapan dan pencapaian SPM
Fasilitasi penerapan SPM di kabupaten/ kota dan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di kabupaten/kota Menyusun dan melaksanakan rencana penerapan dan pencapaian SPM Melakukan fasilitasi penerapan SPM di Kabupaten/Kota Melakukan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Kabupaten/Kota SKPD pengelola
keuangan daerah Sebagai pelaksana pembiayaan SPM di tingkat provinsi
Menyusun rencana pembiayaan penerapan SPM tingkat provinsi Bappeda Provinsi Sebagai
koordinator dalam pengintegrasian SPM dalam perencanaan tingkat provinsi Mengintegrasikan rencana penerapan SPM dalam proses perencanaan pembangunan Sekretariat Daerah (Biro Organisasi/ Pemerintahan/Otda) Sebagai koordinator dalam penyusunan laporan perhitungan dan pencapaian SPM tingkat provinsi Menyiapkan laporan perhitungan dan pencapaian SPM
PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN
DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 29
Tingkatan Pihak Yang Terlibat Peran Bentuk Keterlibatan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sebagai pengawas penerapan dan pencapaian SPM di Provinsi Memastikan penerapan SPM di daerah dan dukungan anggaran Tingkat Kabupaten/ Kota SKPD pengampu
SPM Sebagai pelaksana penerapan SPM di daerah Menyusun dan melaksanakan rencana penerapan dan pencapaian SPM SKPD pengelola
keuangan daerah Sebagai pelaksana pembiayaan SPM di daerah
Menyusun rencana pembiayaan penerapan SPM
Bappeda
Kabupaten/Kota Sebagai koordinator dalam pengintegrasian SPM dalam perencanaan Mengintegrasikan rencana penerapan SPM dalam proses perencanaan pembangunan Sekretariat Daerah (Bag. Organisasi/ Pemerintahan/Otda) Sebagai koordinator dalam penyusunan laporan perhitungan dan pencapaian SPM Menyiapkan laporan perhitungan dan pencapaian SPM Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/ Kota Sebagai pengawas penerapan dan pencapaian SPM di Kabupaten/Kota Memastikan penerapan SPM di daerah dan dukungan anggaran
Tujuan Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan
Pencapaian SPM di Daerah
Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mensinergikan langkah-langkah dan kegiatan yang dilaksanakan SKPD pengampu SPM, SKPD Pengelola Keuangan Daerah, Bappeda dan pemangku kepentingan lainnya dalam penerapan dan pencapaian SPM. Tim Koordinasi ini memiliki tugas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan dasar SKPD pengampu SPM.
Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan
Pencapaian SPM di Daerah
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah dibagi menjadi dua (2) struktur utama sebagai berikut: 1) fungsi koordinasi dan 2) fungsi teknis. Struktur
koordinasi memiliki tugas untuk mengkoordinasikan penerapan dan pencapaian SPM di daerah termasuk penyusunan laporan pencapaian.
Struktur koordinasi dalam Tim sekurang-kurangnya terdiri dari unsur: 1) Sekretariat Daerah dalam hal ini Bagian Organisasi/Pemerintahan/Otonomi Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diuraikan dalam Perda mengenai SOTK, 2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sesuai dengan tupoksinya koordinasi perencanaan pembangunan daerah, 3) SKPD Pengelola Keuangan Daerah, 4) Inspektorat.
Struktur teknis dibentuk di masing-masing SKPD pengampu SPM dan sekurang-kurangnya terdiri dari: 1) Kepala Dinas/SKPD, 2) Sub. Bagian Perencanaan/ Program, 3) Sub-Dinas terkait dalam pengampu layanan sektor yang bertanggung jawab pada indikator SPM.
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH TIM TEKNIS SKPD TIM TEKNIS SKPD TIM TEKNIS SKPD - Koordinasi kepada SKPD terkait penerapan dan pencapaian SPM
- Pendalaman SPM - Penyusunan profil
pelayanan dasar - Penyusunan program dan
kegiatan beserta target pencapaian SPM - Kebutuhan pembiayaan
SPM
Tugas dan Tanggung Jawab
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM mempunyai tugas dan fungsi untuk mengkoordinasikan kepada seluruh SKPD terkait dengan penerapan dan pencapaian SPM yang meliputi:
PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN
DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 31
1) Mendalami jenis pelayanan, indikator, target dan batas waktu pencapaian yang telah ditetapkan secara nasional
2) Menyiapkan database profi l pelayanan dasar berdasarkan masing-masing jenis
pelayanan dan indikator yang telah ditetapkan
3) Merumuskan program dan kegiatan dalam rangka pencapaian SPM sekaligus penentuan target pencapaian SPM sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, melalui tahapan sebagai berikut:
Menyesuaikan dan mensinergikan program dan kegiatan dalam APBD sebagai
bagian dari program dan kegiatan pencapaian indikator dan target SPM;
Melakukan proyeksi kemampuan pembiayaan program kegiatan yang akan
dialokasikan untuk mendukung pencapaian indikator dan target SPM; dan
Merumuskan kesenjangan kemampuan keuangan daerah dalam pencapaian
indikator dan target SPM dibandingkan dengan target nasional sesuai batas waktu perencanaan yang telah ditetapkan.
4) Menyusun kebutuhan pembiayaan berdasarkan target yang telah ditetapkan secara nasional.
Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah, SKPD pengampu SPM membentuk Tim Teknis. Susunan keanggotaan Tim Teknis SKPD terdiri dari: unit kerja di lingkungan SKPD dan lembaga/organisasi non-pemerintah yang terkait SPM pelayanan dasar. Tim Teknis SKPD memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyiapkan data dan informasi serta menyusun secara teknis profi l pelayanan dasar dan rencana penerapan dan pencapaian SPM untuk pelayanan dasar yang menjadi urusan wajib SKPD tersebut.
Tim Teknis SKPD menyusun rencana kerja dan proses yang akan dilakukan, kerangka acuan pelaksanaan kegiatan, memastikan keterlibatan pemangku kepentingan dan menjaga konsistensi dan komitmen para pihak dalam proses.
Penyusunan Rencana Kerja
Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM menyusun rencana kerja percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah yang disepakati semua pihak yang terlibat. Rencana kegiatan tim koordinasi penerapan disusun kedalam agenda kerja yang dijadikan sebagai panduan kerja mulai dari persiapan hingga disusunnya rencana penerapan da pencapaian SPM di daerah. Contoh agenda kerja percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Contoh Agenda Kerja P enerapan dan P encapaian SPM di Daerah NO Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI 123412341234123412341234 A PERSIAP AN
Pembentukan tim, penyusunan agenda kerja Sosialisasi
B
PENYUSUNAN PROFIL PELAY
ANAN DASAR
Pendalaman indikator SPM Pengumpulan data dan informasi Analisis kondisi pelayanan dasar
C
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENCAP
AIAN SPM
Penyusunan Program dan Kegiatan Penentuan T
arget Capaian SPM
Penghitungan Kebutuhan P
embiayaan
D
PERUMUSAN RENCANA PENCAP
PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN
DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 33
Kotak 1 Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM (Usulan)
Susunan keanggotaan tim koordinasi penerapan dan pencapaian SPM sekurang-kurangnya sebagai berikut:
Penanggungjawab : Kepala Daerah Pembina : Wakil Kepala Daerah Ketua : Sekretariat Daerah
Sekretaris : Kepala Biro Organisasi/Pemerintahan/Otda untuk provinsi atau Kepala Bagian Organisasi/Pemerintahan/Otda untuk Kabupaten/Kota*)
Anggota : a. Bappeda
b. Inspektorat Daerah
c. SKPD yang membidangi keuangan d. SKPD yang membidangi organisasi; e. SKPD yang membidangi SPM; dan f. SKPD terkait lainnya
35
SOSIALISASI PENERAPAN DAN
PENCAPAIAN SPM DI DAERAH
Apa itu Sosialisasi?
Sosialisasi merupakan upaya penyampaian secara interaktif substansi peraturan perundangan, termasuk petunjuk teknis dan panduan penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan antara lain melalui media tatap muka dan media elektronik. Sosialisasi melalui media tatap muka antara lain dalam bentuk dialog, lokakarya, seminar dan diskusi. Sedangkan sosialisasi melalui media elektronik antara lain melalui pemberian informasi di media surat kabar, penyiaran di media radio dan televisi, rubrik tanya jawab melalui internet dan lain sebagainya. Sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM tidak hanya diartikan bagaimana SPM dapat dipahami oleh pemangku kepentingan baik substansi, tahapan maupun prosesnya. Begitu pula, sosialisasi bukan sekedar diseminasi atau media publikasi, melainkan bagian dari proses pemberdayaan dan transfer pengetahuan dimana diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan pemahaman pemangku kepentingan dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Oleh karena itu, sosialisasi merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus, dalam setiap tahapan dan kegiatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Pada dasarnya penerapan dan pencapaian SPM merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka memastikan tercapainya pelayanan dasar bagi semua warga masyarakat. Isu dan permasalahan SPM seringkali dlihat sebagai agenda pembangunan yang berasal dari pusat untuk diterapkan di daerah. Padahal, indikator SPM menggambarkan tingkat capaian pelayanan dasar yang menjadi tugas dan kewajiban pemerintahan daerah, sesuai dengan hakikat keberadaan pemerintahan daerah untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat.
Tujuan Yang Ingin Dicapai
Sosialisasi bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan, yaitu SKPD, DPRD, dan masyarakat tentang substansi, tahapan, dan proses penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Manfaat dari pelaksanaan sosialisasi ini adalah SKPD, DPRD dan pemangku kepentingan lainnya memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah serta mengetahui peran dan tanggung jawab setiap lembaga untuk mendorong penerapan SPM di daerah. Pada akhirnya, diharapkan melalui sosialisasi terjadi internalisasi penerapan indikator SPM di daerah serta terlembaganya mekanisme dalam penerapan dan pencapaian SPM beserta program dan kegiatan yang terintegrasi dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan.
Bentuk Kegiatan Sosialisasi
Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan dengan melibatkan pemangku kepentingan mulai dari SKPD, DPRD dan masyarakat, antara lain:
Sosialisasi melalui dialog dilakukan untuk mengkomunikasikan dan
menginformasikan berbagai peraturan dan perundangan mengenai SPM dan panduan penerapan dan pencapaian SPM di daerah, dalam hal ini dialog dapat dilakukan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk saling bertukar informasi terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Sosialisasi melalui seminar dilakukan dengan mengundang pakar untuk membahas
isu dan permasalahan penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Peserta seminar berasal dari SKPD, DPRD, pemangku kepentingan di daerah yang terlibat dalam pencapaian SPM pelayanan dasar. Seminar dilaksanakan dengan mengundang pembicara/narasumber dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/ Lembaga yang telah menetapkan SPM.
Sosialisasi melalui lokakarya dilakukan untuk membahas isu dan permasalahan
terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah dan adanya upaya untuk mencarikan solusinya. Peserta lokakarya berasal dari SKPD pengampu SPM yang sudah ditetapkan dan lembaga atau unsur masyarakat terkait dengan penerapan SPM.
Sosialisasi melalui diskusi dilakukan untuk membahas topik tertentu antara
dua orang atau lebih/kelompok sehingga meningkatkan pemahaman yang sama terhadap suatu topik, dalam hal ini, diskusi membahas topik penerapan dan pencapaian SPM di daerah agar terjadi kesamaan pandang dan pemahaman antara pemangku kepentingan di daerah.
Sosialisasi melalui pelatihan dan bimbingan teknis untuk meningkatkan
pemahaman dan kapasitas aparatur pemerintahan daerah dalam perencanaan, pemrograman dan penghitungan pembiayaan penerapan SPM di daerah. Peserta pelatihan dan bimbingan teknis berasal dari SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan Daerah serta melibatkan fasilitator pendampingan penerapan SPM di daerah.
Sosialisasi melalui media cetak (misalnya surat kabar, majalah, tabloid), media
SOSIALISASI PENERAPAN DAN
PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 37
(misalnya baliho, spanduk, fl yer, dll) dilakukan untuk menyampaikan pesan secara langsung dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat luas terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Siapa Yang Menjadi Sasaran Sosialisasi
Kelompok sasaran sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM dapat dibagi dalam beberapa kategori berikut ini:
Seluruh SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan Daerah
dan DPRD.
Para pemegang posisi kunci yang dianggap dapat mempengaruhi atau mendorong
terjadinya peningkatan pemahaman penerapan SPM di daerah, antara lain: pejabat pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dll.
Kelompok masyarakat yang peduli pada pelayanan publik terdiri dari: orang
dan kelompok yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah penerapan dan pencapaian SPM di daerah, misalnya pemerhati masalah pembangunan, pakar, akademisi, pengusaha, organisasi massa dan kemasyarakatan.
Masyarakat sebagai penerima manfaat utama perlu mendapatkan informasi
mengenai pelayanan-pelayanan apa saja yang menjadi haknya yang dapat diperoleh dari pemerintah daerah.
Kelompok sasaran diatas memiliki peran dan kepentingan yang berbeda dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Oleh karena itu sosialisasi pada kelompok sasaran yang berbeda harus memiliki tujuan dan perlakuan yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kelompok sasaran tersebut.
Siapa Pelaku Sosialisasi
Pelaku sosialisasi adalah Kementerian/Lembaga yang menangani urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar, pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) ataupun kelompok masyarakat yang peduli dengan peningkatan pelayanan dasar di daerah. Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan pada tingkatan nasional hingga kabupaten/ kota. Pada tingkat kabupaten/kota, sosialisasi dilakukan oleh SKPD yang menangani urusan wajib bersifat pelayanan dasar bersama dengan aparat pemerintahan dan kelompok masyarakat. Pada tingkatan provinsi, sosialisasi dilakukan oleh SKPD Provinsi dengan cakupan kabupaten/kota di wilayahnya. Demikian pula pada tingkat nasional, Kementerian/Lembaga yang menangani urusan wajib bersifat pelayanan dasar diharapkan melakukan sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM di daerah bersama dengan lembaga dan kelompok masyarakat yang peduli. Dalam melakukan sosialisasi di tingkat nasional perlu dilakukan koordinasi yang baik terutama antara K/L dan Tim Konsultasi Penyusunan SPM (terutama Kementerian Dalam Negeri selaku Koordinator, Kementerian Keuangan, BAPPENAS, dan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) serta bersama Pemerintah Daerah untuk sosialisasi di tingkat daerah.
Sosialisasi yang dilakukan pada tingkatan kabupaten/kota perlu diarahkan pada terbangunnya pemahaman dan kapasitas SKPD, DPRD dan masyarakat untuk melakukan kegiatan penerapan dan pencapaian SPMD di daerah secara terpadu dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan sebuah strategi sosialisasi yang efektif dengan penggunaan multi jalur komunikasi.
39
PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
07
Pengumpulan data dan informasi pencapaian SPM dimaksudkan untuk memastikan penghitungan pencapaian SPM di daerah didukung ketersediaan data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses pengumpulan data dan informasi menentukan kualitas informasi dan analisis pencapaian SPM di daerah yang akan menjadi dasar dalam penentuan target capaian SPM kedepan.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator SPM,
Target SPM dan Batas Waktu Yang Harus Dicapai
Pemerintah melalui kementerian/lembaga telah menetapkan indikator capaian SPM dan batas waktu pencapaian setiap indikator SPM yang dituangkan dalam bentuk peraturan menteri terkait. Beberapa kementerian/lembaga telah melengkapi peraturan SPM dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis untuk penerapannya di daerah.
Untuk menyusun rencana pencapaian SPM di daerah, setiap SKPD terkait perlu mendalami jenis pelayanan, indikator, target dan batas waktu pencapaian SPM. Pendalaman indikator SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman SKPD tentang pengertian, defi nisi operasional dari setiap indikator dan cara perhitungan/rumus.
SKPD pengampu SPM di daerah perlu memahami jenis pelayanan dan indikator SPM untuk setiap urusan yang menjadi tugas dan kewenangannya. Masing-masing indikator SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga dipelajari secara seksama berkaitan dengan:
Pengertian indikator kinerja SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan
kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM di Kab/Kota berupa masukan, proses, hasil dan/ atau manfaat pelayanan.
Defi nisi operasional indikator SPM dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator kinerja.
Cara perhitungan/rumus dimaksudkan untuk menyamakan cara perhitungan
dalam memperoleh capaian indikator kinerja selama periode kurun waktu tertentu, dengan cara membagi pembilang dengan penyebut.
Target capaian adalah besaran yang harus dicapai sebagaimana ditentukan sampai
dengan batas waktu pencapaian SPM.
Batas waktu pencapaian SPM adalah target waktu yang ditentukan dalam
41
Tabel 7.1 Menemukenali Jenis P
elayanan, Indikator, De
fi
nisi Operasional, T
arget dan Batas W
aktu Capaian SPM NO JENIS PELAY ANAN INDIKA TO R DEFINISI OPERASIONAL RUMUS TARGET CAP AIAN BA TAS W AKTU CAP AIAN 1
Pelayanan Dasar Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
95%
2015
Jumlah Bumil yang Memperoleh P
elayanan Antenatal
K4 di satu wilayah pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran Bumil di satu wilayah dalam kurun
waktu yang sama
= ———————————————————————————————————————————— X
100%
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan de
fi
nitif
sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)
80%
2015
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat
penanganan de
fi
nitif di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
= ———————————————————————————————————————————— X
100%
2
Pelayanan Pendidikan Dasar Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki Jarak rata-rata SD/MI pada radius 3 km dari kawasan permukiman permanen Jumlah SD/ MI Radius 3 km dari permukiman
Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/ MI Tidak melebihi 32 orang
Jumlah peserta didik SD/MI total (per sekolah)
Jumlah rombongan belajar SD/MI
= ————————————————————————————————————————— X
100%
Jumlah peserta didik SD/MI total (per sekolah)
J l h b b l j S /MI Batas Waktu Jenis Pelayanan Indikator SPM
Rumus Perhitungan (Pembilang dan
NO JENIS PELAY ANAN INDIKA TO R DEFINISI OPERASIONAL RUMUS TARGET CAP AIAN BA TAS W AKTU CAP AIAN 3 Penataan Ruang Informasi P enataan Ruang
Tersedianya informasi mengenai Rencana T
ata Ruang (RTR)
wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital
100%
2014 (kan/kota & kec)
Jumlah informasi RTRW di Kab/Kota peta analog
dan peta digital
Jumlah kelurahan di kab/kota
= ———————————————————————————————————————————— X
100%
90%
2014 (kelurahan)
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan
25%
2014
Luas RTH P
ublik di wilayah kota/kabupaten
Luas wilayah kota/kabupaten
= ———————————————————————————————————————————— X 100% 4 Lingkungan Hidup Pelayanan P encegahan Pencemaran Air
Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air
100%
2013
Jumlah usaha dan atau kegiatan yang telah mentaati
persy admin dan teknis
Jumlah usaha dan atau kegiatan yang diawasi
= ———————————————————————————————————————————— X
100%
Pelayanan P
encegahan
Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara
100%
2013
Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yg telah memenuhi persyaratan adm
dan teknis pengendalian
Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang potensial mencemari udara yg
telah diinventarisasi = ———————————————————————————————————————————— X 100% Target Capaian Definisi Operasional
43 NO JENIS PELAY ANAN INDIKA TO R DEFINISI OPERASIONAL RUMUS TARGET CAP AIAN BA TAS W AKTU CAP AIAN 5
Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu
Jumlah pengaduan atau laporan yang ditindaklanjuti
oleh unit pengaduan terpadu
Jumlah laporan dan pengaduan yang masuk ke unit
pelayanan terpadu
= ———————————————————————————————————————————— X
100%
100%
2014
Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di P
uskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah
Sakit
100%
2014
Jumlah korban KtP atau A yg memperoleh layanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di
puskesmas pd kurun waktu ttt
Jumlah seluruh korban KtP atau A yang terdata dan
datang ke P
uskemas pd kurun waktu ttt
= ———————————————————————————————————————————— X
100%
6
Pelaksanaan program/ kegiatan bidang sosial Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/Kota Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
80%
2008-2015
Jumlah PMKS skala kab/kota yang memperoleh
bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar
Jumlah PMKS skala kab/kota
= ———————————————————————————————————————————— X
100%
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial skala Kabupaten/Kota Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya
60%
2008-2015
Jumlah PMKS skala kab/kota yang menerima
program KUBE atau sejenisnya Jumlah PMKS skala kab/kota
= ———————————————————————————————————————————— X
Langkah 2: Persiapan Pengumpulan Data dan Informasi
Persiapan pengumpulan data dan informasi dilaksanakan melalui penyusunan daftar
data dan informasi yang dibutuhkan (check-list) untuk masing-masing indikator SPM
dirinci berdasarkan jenis dan unit data serta sumber data dan informasi. Check-list
data disusun dan dikembangkan berdasarkan petunjuk teknis SPM yang dikeluarkan Kementerian/Lembaga dan tambahan data-informasi yang relevan dengan indikator
SPM. Berikut disampaikan contoh daftar data dan informasi yang dibutuhkan
(check-list) untuk setiap indikator SPM sebagai berikut: Tabel 7.2 Kebutuhan Data Indikator SPM
INDIKATOR SPM/
JENIS DATA UNIT DATA SUMBER DATA
1. SPM Bidang Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4.
Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Data ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal pada:
- Puskesmas - Rumah Sakit
- Register Kader dan Dukun Bayi
- Pemantauan program KIA
- Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Laporan Bulanan LB3 (KIA/KB, Gizi, P2BM)
- Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) termasuk layanan swasta - Register kohort ibu
(sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin yang dikoleksi kader dan dukun bayi)
- Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA – sistem informasi untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah
Jumlah sasaran ibu hamil dalam suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
- Dihitung melalui estimasi dengan rumus: 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama)
- Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing-masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu
- Data Statistik CBR dari BPS
- Data Jumlah Penduduk dari BPS
45
INDIKATOR SPM/
JENIS DATA UNIT DATA SUMBER DATA
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan defi nitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Data ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal pada:
- Puskesmas - Rumah Sakit
- Laporan Audit Maternal dan Perinatal
- Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
- Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) termasuk layanan swasta
- Laporan Audit Maternal dan Perinatal (AMP) Jumlah ibu dengan
komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
- Dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari Total Ibu Hamil disatu wilayah pada kurun waktu yang sama - Total sasaran Ibu hamil
dihitung melalui estimasi dengan rumus: 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama)
- Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing-masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu
- Data Statistik CBR dari BPS
- Data Jumlah Penduduk dari BPS
2. SPM Bidang Pendidikan Dasar
Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki
Jarak rata-rata SD/MI pada radius 3 km dari kawasan permukiman permanen
Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI 3. SPM Bidang PU dan Penataan Ruang
Informasi Penataan Ruang
Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital
- Peta analog dapat terdiri dari peta RTRW Kabupaten/Kota dan peta Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kab/Kota - Peta analog harus memuat
informasi rencana struktur dan pola ruang dengan skala minimal 1:50.000 (RTRW Kab), 1: 5.000 (rencana rinci) yang dilengkapi dengan legenda peta
- Kabupaten/Kota Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun
- Peta analog yang dikeluarkan Dinas/ SKPD yang membidangi penataan ruang
INDIKATOR SPM/
JENIS DATA UNIT DATA SUMBER DATA
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik
Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/ kawasan perkotaan
- Jumlah luasan RTH publik yang tersedia di akhir tahun per jumlah RTH publik yang tersedia di wilayah kota akhir tahun pencapaian SPM
- Data penyebaran RTH publik yang tersedia di kabupaten/kota
4. SPM Bidang Lingkungan Hidup Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air
Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air
- Data semua jenis usaha dan.atau kegiatan rumah sakit, rumah makan dan permukiman/perumahan - Identifi kasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mencemari air
- Pemeriksaan kelengkapan dokumen persyaratan usaha dan/atau kegiatan - Laporan hasil pemantauan dan inventarisasi/identifi kasi lingkungan hidup kabupaten/kota
- Laporan instansi terkait bidng lingkungan di kabupaten/kota
- Sumber lain yang relevan
Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak
Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara
- Inventarisasi industri yang potensial mencemari udara - Inventarisasi cerobong yang
potensial mencemari udara dalam 1 (satu) industri, serta parameter dominan yang harus diukur
- Hasil pengawasan lapangan antara lain: laporan pemerintah daerah, laporan PROPER. - Laporan instansi yang
menangani bidang perindustrian dan perdagangan. - Sumber lain yang
47
INDIKATOR SPM/
JENIS DATA UNIT DATA SUMBER DATA
5. SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak
Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan
penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu
- Jumlah pengaduan/laporan yang ditindaklanjuti oleh petugas unit pelayanan terpadu
- Jumlah laporan/pengaduan yang masuk ke unit pelayanan terpadu
- KNPP, PPT/ PKT di RS, Puskesmas
- P2TP2A, Instansi Sosial - Unit PPA di Kepolisian,
RPTC, RPSA - BP4 dan lembaga-lembaga keumatan lainnya - Komnas Perempuan, Komnas Perlindungan Anak - Badan/Unit Pemberdayaan Perempuan
- Pelayanan warga pada perwakilan RI di luar negeri
- Dinas Tenaga Kerja, Badan Perlindungan dan Penempatan TKI Provinsi/ Kabupaten/Kota
- WCC, LBH - Unit lainnya yang
melaksanakan pelayanan terpadu
Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan
Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit
- Jumlah korban KtP/A yang memperoleh layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu
tatalaksana KtP/A atau PPT/ PKT di RS di suatu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.
- Jumlah seluruh korban KtP/A yang terdata datang ke Puskesmas mampu tatalaksana kasus KtP/A dan ke RS di suatu wilayah kerja tertentu dalam kurun waktu tertentu
- Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) - UPT - Badan/Unit Pemberdayaan Perempuan di wilayah setempat
- Dinkes Provinsi dan atau Kabupaten/kota: Laporan Kasus KtP/A di Puskesmas dan RS