1
URGENSI PROGRAM LEGISLASI DAERAH
DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
DI KOTA MAKASSAR
Muhammad Askari Utomo
ABSTRACT
The local legislation program (Prolegda) is an important part in local regulation
estabilishment. This program will be a guide for locale government and local
representative to make a priority scale of locale legislation enactment. Without Prolegda,
there are judicially problem in this program because there are no clarity about mechanism
of local regulation and priority scale.
ABSTRAK
Program legislasi daerah (Prolegda) merupakan bagian penting dalam proses
pembentukan Peraturan Daerah. Program ini akan menjadi pedoman bagi pemerintah
lokal dan DPRD untuk membuat skala prioritas dalam pembentukan Perda. Tanpa
Prolegda ada masalah secara hukum dalam program ini karena tidak ada kejelasan
mekanisme penyusunan perda dan skala prioritas yang harus didahulukan
Kata Kunci : Prolegda, Peraturan Daerah
PENDAHULUAN
Peraturan daerah sebagai bagian dari proses legislasi daerah merupakan peraturan
perundang-undangan dalam sistem hukum nasional yang dibentuk oleh Pemerintah
Daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, tugas pembantuan dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi. Mengingat peranan Peraturan Daerah yang demikian
penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah, maka penyusunannya perlu
diprogramkan, agar berbagai perangkat hukum yang diperlukan dalam rangka
penyelenggarakan otonomi daerah dapat dibentuk secara sistematis, terarah dan terencana
berdasarkan skala prioritas yang jelas.
Peraturan Daerah harus direncanakan sebaik-baiknya. Hamzah Halim (2009)
mengemukakan bahwa Perda yang baik dapat terwujud apabila didukung oleh standard
dan metode yang tepat, sehingga memenuhi teknis pembentukan peraturan
perundang-undangan sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Lebih lanjut, Hamzah Halim mengemukakan Tahapan pembentukan Perda
dimulai dengan Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang bertujuan mendesain Perda
secara berencana, bertahap, terarah dan terpadu.
Melalui pembentukan Perda yang berencana, aspiratif dan berkualitas dalam
membentuk Prolegda, maka dapat diharapkan Perda akan menjadi penggerak utama bagi
perubahan mendasar yang diperlukan daerah (Djajaatmaja, 2006).
Dasar hukum Prolegda tercantum dalam pasal 15 ayat (2) Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2004 yang menentukan sebagai berikut:
2
•
Perencanaan Penyusunan Peraturan Daerah dilakukan dalam suatu Program
Legislasi Daerah.
•
Prolegda dimaksudkan untuk menjaga agar produk peraturan perundang-undangan
daerah tetap berada dalam kesatuan sistem hukum nasional.
Prolegda adalah instrument perencanaan pembentukan Peraturan Daerah yang
disusun secara berencana, terpadu dan sistematis.
Mengapa Prolegda diperlukan? A.A. Oka Mahendra (2005) mengemukakan
bahwa ada beberapa alasan obyektif mengapa Prolegda diperlukan dalam proses
pembentukan Peraturan Daerah :
1.
Memberikan gambaran obyektif tentang kondisi umum mengenai permasalahan
pembentukan Peraturan Daerah;
2.
Menetapkan skala prioritas penyusunan rancangan Peraturan Daerah untuk
jangka panjang, menengah atau jangka pendek sebagai pedoman bersama dalam
pembentukan Peraturan Daerah;
3.
Menyelenggarakan sinergi antar lembaga yang berwenang membentuk Peraturan
Daerah;
4.
Mempercepat proses pembentukan Peraturan Daerah dengan memfokuskan
kegiatan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah menurut skala prioritas yang
ditetapkan;
5.
Menjadi sarana pengendali kegiatan pebentukan Peraturan Daerah.
Sehubungan dengan urgensi penyusunan Prolegda tersebut lebih lanjut Usman
(2006) menyebutkan, pertama, Prolegda diperlukan dalam perencanaan pembangunan
secara keseluruhan (makro perencanaan). Kedua, Prolegda dapat mengurangi berbagai
kelemahan dalam penyusunan Perda yang ditemukan selama ini. Berkenaan makro
perencanaan, bahwa otonomi daerah memberikan kewenangan luas kepada daerah dalam
penyelenggaraan pembangunan. Dalam pembangunan daerah yang dilaksanakan harus
memiliki kerangka hukum yang memberikan arah serta legalitas kegiatan pembangunan
yang dilakukan dalam bentuk Perda. Untuk memperoleh Perda yang berkualitas,
pembentukan perda perlu dilakukan secara terencana, sistematis dan partisipatif.
Pembentukan Perda merupakan bagian integral dalam pembangunan daerah perlu
menyesuaikan dengan kerangka perencanaan pembangunan daerah. Pembangunan daerah
dilakukan secara terencana dan sistematis terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) dan Rencana
Kerja Pemerintah daerah (RKPD).
Jika melihat kondisi yang ada di Kota Makassar sampai sekarang Prolegda belum
terbentuk. Padahal, sudah seharusnya tahapan perencanaan pembentukan perda dimulai
dengan Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang bertujuan mendesain Perda secara
terencana, bertahap, terarah dan terpadu. Daftar Raperda yang ada dalam Prolegda setiap
tahun mencerminkan skala prioritas yang disusun oleh DPRD dan Pemerintah Daerah
sampai dengan tahapan terakhir, yairu tahapan pengundangan dan penyebarluasan, suatu
Raperda diharapkan akan menjadi perda yang mampu memenuhi unsur-unsur pembuatan
perda yang baik, yaitu unsur filosofis, sosiologis dan yuridis.
3
PEMBAHASAN
Secara sederhana (Usman,2006) mengemukakan tentang mekanisme penyusunan
Prolegda tersebut dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Dari gambaran di atas, ada beberapa prinsip yang perlu ada dalam proses
penyusunan Prolegda, yaitu :
1.
Keselarasan materi prolegda dengan perencanaan pembangunan daerah lainnya serta
keselarasan dengan kebijakan nasional dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi;
2.
Sinergis antar SKPD;
3.
Partisipatif;
4.
Keputusan bersama DPRD dan Pemerintah Daerah.
Mencermati pembentukan peraturan daerah kota Makassar yang tanpa dibentuk
tanpa adanya Prolegda, berkaitan dengan point 1 diatas (keselarasan Materi Perda dengan
kebijakan nasional dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi) dapat dilihat
bahwa terdapat banyak Perda Kota Makassar yang dibatalkan dengan alasan Peraturan
TATIB DPRD DPRD
( Panitia Legilasi) DRAFT
PROLEGDA DPRD BAHAN PROLEGDA PLENO DPRD / PENETAPAN PROLEGDA MASUKAN DR MASYARAKAT SINKRONISASI DRAF PROLEGDA Kebijakan Nasional PERATURAN LEBIH TINGGI DRAFT PROLEGDA PEMDA PEMDA (Karo/Kabag Hukum) HARMONISASI, PEMBULATAN, PEMANTAPAN KEPALA DAERAH DAFTAR RAPERDA DARI SKPD FORUM KONSULTASI SKPD, PT, ORMAS, ORPROFESI, dll
4
Daerah yang dibatalkan tersebut bertentangan / sudah diatur oleh Peraturan yang lebih
tinggi, seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Daftar Peraturan Daerah Kota Makassar Yang Dibatalkan
Perda yang dibatalkan
Tentang
Dibatalkan oleh
Kepmendagri
Perda No.3 Tahun 2002
Pengaturan dan Pemungutan
Retribusi Usaha di Bidang
Perdagangan
No. 26 Tahun 2004
Perda No.5 Tahun 2002
Pengaturan dan Pemungutan
Retribusi Ketenagakerjaan
No. 53 Tahun 2004
Perda No.8 Tahun 2003
Penyertaan Modal Daerah Dalam
Rangka Pembentukan PT. Jangkar
Utama Perdana dan Penetapan
Jalan Lingkar Tengah Sebagai Jalan
Khusus serta Pengenaan Tarif
Retribusi Jasa Usaha Di Kota
Makassar
No. 166 Tahun 2004
Perda No.13 Tahun 2002
Pajak Parkir
No. 20 Tahun 2006
Perda No.14 Tahun 2002
Angkutan Jalan dan Retrubusi
Perizinan Angkutan dalam Wilayah
Kota Makassar
67 Tahun 2006
Lampiran No. 3, 4, 6 dan 10
Perda No.9 Tahun 2004
Pengaturan, Perlindungan dan Jasa
Pelayanan Ketenagakerjaan dalam
Wilayah Kota Makassar
284 Tahun 2009
Sumber : Website resmi Kepmendagri, http://www.depdagri.go.id
Selain itu, tidak responsifnya Peraturan Daerah di Kota Makassar yang dibentuk
tanpa adanya Prolegda dapat dilihat dari Perda yang di hasilkan selama periode 5 tahun
(2004 s/d 2009), hal ini terlihat pada bagan dibawah ini :
Klasifikasi Perda Kota Makassar
Periode 2004-2009
Sumber : Kopel Sulawesi, 2010
41
1 1
2 2 1 5 2 1
Pelayanan Adm Umum Pemerintah
UKM Tata Ruang
Sarana dan Prasarana Umum Amanah UU
Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan
Penanggulangan Masalah Sosial Pelayanan Dasar lainnya Penyelenggaraan Pendidikan