• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN. Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor: 064/G/2014/PTUN Smg. antara:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIMPULAN. Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor: 064/G/2014/PTUN Smg. antara:"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN

Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor: 064/G/2014/PTUN Smg antara: 1. Joko Prianto 2. Sukimin 3. Suyasir 4. Rutono 5. Sujono 6. Sulijan

7. Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Untuk Selanjutnya disebut PARA PENGGUGAT)

melawan:

Gubernur Jawa Tengah

(Untuk Selanjutnya disebut TERGUGAT) Dan

PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

(Untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT II INTERVENSI) Dengan Objek Sengketa

Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di

Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah

Tim Advokasi Peduli Lingkungan

(2)

2 Semarang, 2 April 2015 Perihal: Kesimpulan

Kepada

Yth. Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang

Yang memeriksa dan mengadili perkara sengketa Tata Usaha Negara No. 064/G/2014/PTUN Smg

di

Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang Jalan Abdurrahman Saleh Nomor 89 Semarang

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini para advokat yang tergabung dalam Tim Advokasi Peduli Lingkungan yang memilih domisili hukum di Jalan Jomblangsari IV Nomor 17, Semarang, Kode Pos 50256, yaitu: Muhnur, S.H., Evarisan, S.H., M.H., Siti Rakhma Mary Herwati, S.H., M.Si., Tandiono Bawor Purbaya, S.H., Judianto Simanjuntak, S.H., Mualimin Pardi Dahlan, S.H., Wahyu Wagiman, S.H., Asep Mufti, S.H., Eko Roesanto Fiaryanto, S.H.,M.H., dan Zainal Arifin, S.H.I., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 30 Agustus 2014, dan memberikan kuasa kepada Alvon Kurnia Palma, S.H., Bahrain, S.H., Ridwan Bakar, S.H., M. Ainul Yaqin, S.H.I., Wahyu Nandang Herawan, S.H., dan Syamsul Munir, S.H.I., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 23 Oktober 2014, bertindak untuk dan atas nama PARA PENGGUGAT dengan ini hendak mengajukan kesimpulan atas perkara sengketa Tata Usaha Negara Nomor 064/G/2014/PTUN.Smg.

Mengawali kesimpulan ini, kiranya patut kita ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan kesehatan bagi kita semua, hingga kita semua bisa melalui proses persidangan yang cukup panjang. Kami ucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang yang menangani perkara nomor 064/G/2014/PTUN.Smg yang telah menyidangkan perkara a quo dan terus memberikan kesempatan kepada para pihak untuk membuktikan dalil-dalilnya. Semoga melalui proses panjang dan melelahkan ini, serta ditutup dengan kesimpulan masing-masing pihak, Majelis Hakim dapat

(3)

3 menggunakan kemampuan, hati nurani dan keadilan dalam memberikan pertimbangan serta putusan perkara a quo.

Kami juga berterima kasih kepada Tergugat dan Tergugat II Intervensi, termasuk di dalamnya para kuasa hukum masing-masing pihak yang telah mengikuti proses persidangan ini dengan baik dan lancar. Semoga proses yang telah dijalani ini memberikan manfaat besar kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam perkara ini, Kami menggugat Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dalam rangka rencana penambangan dan pembangunan pabrik semen di kawasan Pegunungan Watuputih Kabupaten Rembang oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk -. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pembangunan merupakan suatu usaha yang memerlukan kerja sama raksasa yang meliputi berbagai bidang yang jalin-menjalin (vide: Satjipto Raharjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Jakarta, 1981, hal. 131). Pembangunan sebagai suatu perubahan sosial yang terencana lebih nampak lagi apabila diperhitungkan pula akibat-akibat yang harus ditanggulangi. Sejak terjadi proses pengeksploitasian dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup atas nama pembangunan yang berakibat pada kehancuran dan kepunahan nilai-nilai ekologis yang terkandung di dalam alam. Sehingga dengan cepat terjadi penurunan daya dukung lingkungan serta kerusakan lingkungan, termasuk berkurangnya dan hilangnya keanekaragaman hayati [biodiversity]. Menurut Muladi:

Sumber daya alam [SDA] menjadi aspek yang sangat penting karena Indonesia adalah negara yang “basis ekonominya” tergantung dari sumber daya alam. Komoditas yang diekspor sebagian besar adalah sumber daya alam, baik berupa kayu, minyak, timah, biji besi dan bahan tambang lainnya. Pemanfaatan sumber daya alam selama ini lebih berorientasi pada kepentingan ekonomi, sumber daya alam dipandang sebagai aset untuk mengeruk devisa sebesar-besarnya dengan kurang memperdulikan kelestariannya. (vide:Demokrasi Pengelolaan Sumber Daya Alam: Reformasi Hukum dan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan serta Berbasis Kerakyatan; Urgensi dan Prioritas, ICEL, Jakarta, 1999, hal. 2)

Berdasarkan Kajian Potensi Kawasan Karst Kendeng Utara Pegunungan RembangKabupaten Rembang, Jawa Tengah, ditemukan jumlah debit yang terukur di lapangan. Dari 109 mata air yang ada di kawasan pegunungan karst Watuputih dapat diperhitungkan estimasi volume air yang dihasilkan oleh mata air dalam satu hari. Bila disimulasikan, mata air yang terkecil adalah 0,02 liter/detik dalam 1 hari/24 jam/3600 menit/86400 detik sehingga akan menghasilkan air sejumlah 1728 liter dalam satu hari. Mata air dengan debit terbesar 600 liter/detik dalam 1 hari akan menghasilkan 51.840.000 liter air dimana kurang dari 10% dimanfaatkan langsung untuk kebutuhan masyarakat dan sisanya terdistribusi ke lahan pertanian.

(4)

4 Hal ini menunjukkan bahwa air yang dihasilkan dari sumber-mata air yang ada di sekitar kawasan karst CAT Watuputih melebihi kebutuhan dasar masyarakat akan air yang rata-rata membutuhkan 15 – 20 liter/hari/orang. Jika nilai ini divaluasi sebagai potensi ekonomi, maka jumlah air yang dihasilkan akan melebihi nilai yang didapat dari sektor pertambangan yang justru berpotensi mengurangi bahkan menghilangkan pasokan dan distribusi air pada sumber-mata air yang ada di sekitar kawasan karst CAT Watuputih. Mata air Sumber Semen menjadi sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di 14 Kecamatan Kabupaten Rembang, dengan estimasi memenuhi kebutuhan 607.188 jiwa di 14 kecamatan Kabupaten Rembang (PDAM, 2013). Kebutuhan air tersebut sebagian besar disuplai dari CAT Watuputih dan sebagian lagi dari sayap antiklin yang membentang antara Gunung Butak – Tengger dan sekitarnya maupun dari selatan Desa Tahunan.

Oleh karena itu, dalam kasus ini mohon kepada Majelis Hakim untuk mempertimbangkan azas In Dubio Pro Natura guna melindungi kawasan karst dan CAT Watuputih yang menjadi tempat penyimpanan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Konsep perlindungan lingkungan bukan semata-mata untuk manusia, tetapi juga makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Pengelolaan yang berorientasi hanya pada manusia dan bermotif ekonomi ternyata sangat merusak lingkungan hidup. Bahkan cenderung mengabaikan hak-hak makhluk hidup lain.

Hakim Agung Takdir Rahmadi banyak menyinggung tentang penghargaan manusia terhadap hak-hak makhluk hidup lain. “Ada legal right for natural objects,” sebuah pernyataan yang mendukung dan mendorong penerapan doktrin in dubio pro natura. Jika dalam menangani suatu perkara, hakim mengalami keragu-raguan mengenai bukti, maka hakim mengedepankan perlindungan lingkungan dalam putusannya. Dalam hukum pidana dikenal doktrin in dubio pro reo, yang berarti jika ada keragu-raguan mengenai suatu hal, hakim harus menjatuhkan hukuman yang meringankan terdakwa.

Doktrin ini terutama digunakan berkaitan dengan prinsip kehati-hatian (precautionary principle) yang dirumuskan dalam Dekralasi Rio. Pembuktian kerusakan lingkungan harus merujuk pada mekanisme pro justisia. Tetapi jika proses pembuktian ilmiah tidak bisa atau terlambat, maka hakim harus mendahulukan kepentingan perlindungan lingkungan. Bagi Takdir, langkah-langkah perlindungan lingkungan tetap perlu dilakukan meskipun terdapat ketidakpastian ilmiah tentang dampak negatif suatu rencana kegiatan.

Meskipun secara ekonomi ada keuntungan besar yang diperoleh dengan membiarkan kerusakan, alasan itu tak dapat dibenarkan. Alasan ekonomi tidak boleh dijadikan dasar pandangan bahwa perlindungan lingkungan tidak perlu. Bahwa

(5)

5 dalam kegiatan-kegiatan yang sangat beresiko, perlindungan lingkungan tetap harus dikedepankan.

Mencermati seluruh dalil-dalil serta bukti-bukti yang terungkap di persidangan, penting bagi kami untuk menyampaikan hal-hal yang relevan serta memiliki fakta yang kuat sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan majelis hakim dalam memberikan putusan.

Karenanya, dalam kesimpulan ini kami mohon kepada Majelis Hakim agar menggunakan fakta-fakta persidangan, ketentuan peraturan perundang-undangan, pengetahuan, hati nurani, dan keadilan dalam memberikan pertimbangan sebelum memberikan putusan.

Selanjutnya, agar sistematis, maka kesimpulan ini akan dibagi menjadi sub bagian sebagai berikut:

I. Fakta dan Analisa Persidangan

I.1.Para Penggugat memiliki legal standing

I.2.Pegunungan Watu putih sudah ditetapkan sebagai Cekungan Air Tanah (CAT)

I.3.Bentang Alam Kars dan Kawasan Imbuhan Air Tanah adalah Kawasan Lindung Geologi;

I.4.Keputusan A-quo Mengandung Cacat Hukum, Kekeliruan, Penyalahgunaan, serta Ketidakbenaran dan atau Pemalsuan Data, Dokumen dan atau Informasi;

I.5.Keputusan A-quo Bertentangan Dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik

I.6.Alat Bukti Tergugat dan Tergugat II Intervensi tidak relevan, tidak berdasar dan/atau justru memperkuat dalil Para Penggugat

II. Kesimpulan III.Permohonan

I. Fakta dan Analisa Persidangan

a. Bahwa hal–hal yang telah dikemukakan dalam gugatan dan replik PARA PENGGUGAT mohon dianggap sebagai suatu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari kesimpulan ini;

b. Bahwa PARA PENGGUGAT menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil jawaban dan duplik TERGUGAT dan TERGUGAT II INTERVENSI, kecuali yang diakuinya secara tegas;

(6)

6 c. Bahwa pada intinya, perkara Tata Usaha Negara Nomor 064/G/2014/PTUN.Smg adalah Gugatan Penggugat untuk membatalkan Keputusan Tergugat berupa Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah tertanggal 7 Juni 2012 yang pada pokoknya KTUN Objek Sengketa telah bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut:

Peraturan yang

bertentangan Pokok Alasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Airjo. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan

Cekungan Air Tanah

Konservasi sumberdaya air dilaksanakan salah satunya di cekungan air tanah

Cekungan Watuputih sudah ditetapkan sebagai cekungan air tanah

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang jo.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Bentang alam karst dan kawasan imbuhan air tanah adalah kawasan lindung geologi

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Keputusan a-quo mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta

ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi

Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2030 jo. Keputusan Presiden

Cekungan Watuputih adalah kawasan lindung imbuhan air yang seharusnya dilindungi

(7)

7 Republik Indonesia

Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan

Cekungan Air Tanah

Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tahun 2011 – 2031 jo. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah

Cekungan Watuputih adalah kawasan lindung imbuhan air yang seharusnya dilindungi Luas konsesi melebihi kawasan yang

diperuntukkan untuk industri pertambangan besar

d. Bahwa selain bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan, KTUN Objek sengketa juga bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik atau sebagaimana yang tertuang dalam asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas;

e. Bahwa PARA PENGGUGAT telah mengajukan sebanyak 56 bukti surat yang terangkum dalam P.1 hingga P.46 yang kesemuanya telah dibubuhkan materai secukupnya sehingga sah menurut hukum. Kami juga sudah menghadirkan saksi dan ahli yang keteranganya ada di lampiran yang tidak terpisahkan dari kesimpulan ini,

f. Bahwa alat bukti diatas memperkuat gugatan PARA PENGGUGAT dan membuktikan dalil-dalil pada gugatan serta replik, yang jika diuraikan sebagai berikut:

I.1. Para Penggugat Memiliki Legal Standing

a. Bahwa dalam proses persidangan PARA PENGGUGAT telah menghadirkan alat bukti tertulis untuk memperkuat dan membuktikan dalil-dalil gugatan sebagai berikut:

(8)

8

KODE BUKTI MEMBUKTIKAN

P.1 Anggaran Dasar Yayasan Lingkungan Hidup Indonesia, Nomor 11, tertanggal 10 Maret 1983, dibuat oleh kantor Notaris Doctorandus Haji Erwal Gewang, SH. di Jakarta.

Membuktikan bahwa Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia didirikan pada tanggal 15 Oktober 1982 dimana tujuan didirikan yayasan tersebut adalah mendorong peran serta lembaga swadaya masyarakat dalam usaha pengembangan lingkungan hidup, serta menyalurkan aspirasinya dalam lingkungan nasional.

P.2 Akta Pendirian Yayasan Lingkungan Hidup Indonesia Nomor :05, yang dibuat Arman Lany, SH., Notaris di Jakarta pada tanggal 24 Mei 2007.

Membuktikan bahwa Akta Pendirian Yayasan ini pada pasal 2 menyatakan tentang maksud dan tujuan didirikan Yayasan, yaitu mendorong peran serta lembaga swadaya masyarakat dalam usaha pengembangan lingkungan hidup, serta menyalurkan aspirasinya dalam lingkungan nasional.

P.3 Akta Perbaikan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Nomor 4, yang dibuat oleh Arman Lany, SH., Notaris Di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 2007;

Perubahan pada halaman 4, halaman 5, pasal 2, pasal 3 dan pasal 4. Akta ini merupakan tindak lanjut dari Surat Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Umum Nomor : C2-HT.01.02.A-3307 tertanggal 24 Mei 2007. Dalam pasal 3 huruf C disebutkan tujuan Yayasan Walhi adalah “menghimpun permasalahan lingkungan hidup dan sumberdaya yang ada serta menemukan berbagai alternatif pemecahannya”.

P.4 Surat Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor : C2-HT.01.02.A-3307 tertanggal 6 Agustus 2007 yang terdapat

Surat ini membalas surat dari Notaris tentang perubahan perbaikan akta. Selanjutnya memerintahkan kepada Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia untuk mengirimkan Akta Perbaikan Yayasan dalam jangka waktu 30 hari;

(9)

9 dalam Lampiran

Salinan Akta Nomor : 4 Tanggal 27 Agustus 2007, Perihal Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. P.5 Keputusan Menteri

Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : C – 2898. HT.01.02.TH 2007, tetanggal 10 September 2007, perihal pengesahan pendirian Yayasan Wahana Lingkungan Indonesia

Surat Keputusan Ini Memutuskan Bahwa : Menetapkan Memberikan Pengesahan Akta Pendirian Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Berkedudukan Di Jakarta. Surat Keputusan ditandatangani atas nama Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia DR. Syamsudin Manan Sinaga, S.H., M.H. Surat Keputusan Sekaligus Memberikan Dasar Penetapan Badan Hukum Yayasan; P.6 Akta Pernyataan keputusan Rapat Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Nomor : 04, yang dibuat oleh Armany Lany, S.H pada tanggal 17 Juni 2008.

Akta ini menyatakan perubahan pengurusan terhadap diri Chalid Muhammad, Muhammad Ridha, Farah Sofa, Yuliana Erasmus Dan Sofwan Yang Masing-Masing Dan Berturut-Turut Selaku Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Dan Anggota Yayasan, Serta Mengangkat Berry Nahdian Forqan, Tegar M Erwin Usman, Muhammad Fadli, Muhammad Teguh Surya, masing-masing dan berturut-turut selaku Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota Yayasan.

P.7 Surat Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Surat Nomor : AHU-AH.01.08-426, tertanggal Jakarta 11 Juli 2008, Perihal : Surat dari

Pemberitahuan Dirjen AHU Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia bahwa perubahan susunan pembina, pengurus dan pengawas Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia yang berkedudukan di Jakarta sesuai dengan Akta Nomor 04 tanggal 17 Juni 2008, telah diterima dan dicatat oleh Dirjen AHU.

(10)

10 Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia tentang perubahan susunan Pembina, pengurus, dan pengawas Yayasan Walhi. P.8 Surat Keputusan Kementerian

Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Surat Nomor : AHU.2-AH.01.09-13641, Jakarta 28 November 2011, Perihal : Pemberitahuan Perubaan Pengurus Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.

Surat Ini Merupakan Balasan Dari Surat Yayasan Wahana Lingkungan Indonesia Yang Menanyakan Tentang Perubahan Kepengurusan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Surat Ini Menyatakan Bahwa Perubahan Pembina, Pengawas Dan Pengurus Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Telah Tercatat Dalam Daftar Yayasan dengan Nomor : AHU-AH.01.08-426 tanggal 11 Juli 2008; P.9 Pernyataan Keputusan Rapat Pembina Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Nomor : 01, yang dibuat oleh Arman Lany, S.H., Notaris berkedudukan di Kota Jakarta Selatan, tertanggal 3 Agustus 2012.

Akta Ini Menyatakan Pergantian Pembina Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Pengurus Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, dan Pengawas Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.

P.10 Surat Keputusan Kementerian

Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum

Surat Ini Merupakan Balasan Dari Kantor Notaris Arman Lany Nomor

141/Lap/Not.Al/VIII/2012

Tanggal 06 Agustus 2012, Dengan Ini Memberitahukan Bahwa

(11)

11 Umum, Surat Nomor : AHU-AH.01.06-679 Tertanggal 11 September 2012, Yang Ditandatangani Oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum DR. Aidir Amin Daud, S.H., M.H., Tentang Perubahan Susunan Pembina, Pengurus, Dan Pengawas Yayasan Walhi Sesuai Akta Nomor 1 tanggal 3 Agustus 2012.

Susunan Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia yang berkedudukan di Jakarta, sesuai Akta 01 tanggal 03 Agustus 2012 telah diterima dan dicatat dalam daftar Yayasan. P.11 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup [PPLH].

Membhuktikan Bahwa hak gugat organisasi yang diatur dalam Pasal 1 (27), Pasal 92 (1), Pasal 92 (3) Undang-undang 32 tahun 2009 menyatakan bahwa Walhi sebagai salah satu organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

b. Bahwa selama persidangan PARA TERGUGAT selain menyerahkan bukti tertulis juga menghadirkan saksi dan keterangan ahli, adapun untuk memperkuat dali bahwa PARA TERGUGAT memiliki hak gugat (legal standing), ahli yang dihadirkan adalah Dr. Riawan Tjandra, yang menerangkan bahwa baik NGO maupun individu memiliki legal standing untuk mengajukan gugatan dalam kasus lingkungan; c. Bahwa PENGGUGAT I sampai PENGGUGAT VI telah memiliki legal

standing berdasarkan Undang-undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 53 (1) menyatakan :

Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis

(12)

12 kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi.

d. Bahwa selain menghadirkan ahli PENGGUGAT VII juga menyertakan bukti-bukti tertulis (P.1, P.2, P.3, P.5) yang mana pada intinya adalah bukti-bukti tersebut menerangkan tentang kedudukan hukum PENGGUGAT VII sebagai organisasi Lingkungan Hidup yang sudah berdiri dan aktif melakukan kegiatan advokasi penyelamatan lingkungan; e. Bahwa kedudukan hukum PENGGUGAT VII didalam Undang-undang

Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 angka (27), berbunyi sebagai berikut:

Organisasi lingkungan hidup adalah kelompok orang yang terorganisasi dan terbentuk atas kehendak sendiri yang tujuan dan kegiatannya berkaitan dengan lingkungan hidup.

Lebih lanjut, dalam Pasal 92 ayat (1), berbunyi:

Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhakmengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Lebih lanjut, dalam Pasal 92 ayat (3), berbunyi:

Organisasi lingkungan hidup dapatmengajukan gugatan apabila memenuhipersyaratan:

a. berbentuk badan hukum;

b. menegaskan di dalam anggarandasarnya bahwa organisasi tersebutdidirikan untuk kepentingan pelestarianfungsi lingkungan hidup; dan

c. telah melaksanakan kegiatan nyatasesuai dengan anggaran dasarnya palingsingkat 2 (dua) tahun.

f. Bahwa berdasarkan bukti-bukti tersebut diatas baik bukti tertulis maupun bukti keterangan ahli PARA PENGGUGAT mempunyai hak gugat (legal standing) untuk mengajukan gugatan perkara a quo;

(13)

13 I.2. Pegunungan Watu putih sudah ditetapkan sebagai Cekungan

Air Tanah (CAT)

a. Bahwa dalam proses persidangan PARA PENGGUGAT telah menghadirkan alat bukti tertulis untuk memperkuat dan membuktikan dalil-dalil gugatan sebagai berikut:

KODE BUKTI MEMBUKTIKAN

P.13 Hasil Penelitian Air Bawah Tanah Gunung Watuputih dan sekitarnya Kecamatan Sale, Kabupaten

Rembang oleh Dinas Pertambangan Provinsi Jawa Tengah.

Membuktikan bahwa dalam kajian ini menyimpulkan Gunung

Watuputih dan sekitarnya secara fisiografis tergolong dalam tipe bentang alam karst. Terdapat

fenomena alam unik dengan adanya goa-goa alam dan sungai bawah tanah. P.14 Kajian Potensi Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara Pegunungan Rembang Madura Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

(Kajian Ini Juga Telah Dipresentasikan Dalam Seminar Nasional Kebumian Ke-7 dan Simposium Pendidikan Geologi Nasional di Yogyakarta pada 30-31 Oktober 2014)

Membukitikan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih sebagai kawasan Karst dimana aquifer air masih berjalan sangat baik. Di kawasan tersebut (pada saat kajian dilakukan) ditemukan 49 goa yeng tersebar dan 4 diantaranya merupakan goa yang memiliki sungai bawah tanah aktif. Selain itu juga terdapat 109 mata air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air parenial yang mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan. Hilangnya fungsi epikarst akan mengakibatkan hilangnya fungsi resapan air pada kawasan CAT Watuputih, dimana mata air yang ada di sekitar kawasan karst CAT Watuputih mampu memenuhi kebutuhan 607.198 jiwa di 14 kecamatan, Kabupaten Rembang.

(14)

14 P.19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Pasal 20 ayat (1) dan (2)

Pasal 21 ayat (1) dan (2)

Pasal 25 ayat (1)

Membuktikan bahwa konservasi sumberdaya air dilaksanakan salah satunya di cekungan air tanah. Sementara tindakan konservasi yang menjadi mandat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air TIDAK termasuk kegiatan-kegiatan bisa dilakukan berdasarkan Keputusan A-quo yaitu: pertama, penambangan batu kapur; kedua, penambangan tanah liat; ketiga membangun pabrik dan utilitas; keempat

membangun jalan produksi, dan

kelima, membangun jalan tambang. P.20 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah.

Membuktikan bahwa Cekungan Watuputih sudah ditetapkan sebagai cekungan air tanah, dengan demikian bahwa Cekungan Air Tanah

Watuputih adalah cekungan air yang harus dikonservasi P.21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Membuktikan bahwa bentang alam karst dan kawasan imbuhan air tanah (yang dalam aturan lain disebutkan sebagai kawasan lindung geologi) adalah kawasan lindung Nasional.

P.22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Membuktikan bahwa bentang alam karst dan kawasan imbuhan air tanah adalah kawasan lindung geologi. Bahwahasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada Maret 1998 (Vide P.13) menunjukkan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya secara fisiografis tergolong dalam tipe bentang alam karst. Di dalam bentang alam karst terdapat fenomena alam unik dengan adanya goa-goa alam dan

(15)

15 sungai bawah tanah.

Oleh karena itu, Keputusan a-quo bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

P.25 Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2030.

Membuktikan bahwa dalam pasal 30, pasal 31, pasal 40, pasal 60, pasal 63, peraturan ini menerangkan Cekungan Air Tanah Watuputih adalah kawasan imbuhan air yang merupakan bagian dari kawasan lindung geologi yang seharusnya dilindungi. P.26 Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tahun 2011 – 2031.

Membuktikan bahwa dalam Pasal 19 aturan ini menyebutkan Cekungan Watuputih adalah kawasan lindung imbuhan air yang seharusnya dilindungi.

Sementara itu, bahwa dalam rencana penggunaan lokasi penambangan Batu Gamping di Desa Tegaldowo, Kajar, Kecamatan Gunem di dalam dokumen ANDAL disebutkan akan menggunakan luas lahan 520 ha. Angka ini JAUH LEBIH BESAR dari luas peruntukan yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) peraturan ini yaitu seluas 205 ha; P.29 Surat Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang, Nomor: 01/JMPPK-R/III/2014, kepada Presiden Republik Indonesia dan Kepala Badan Geologi

Kementrian ESDM RI, Perihal:

Konfirmasi Data

Bahwa Warga Yang Tergabung Dalam JMPPK Rembang Telah Melayangkan Surat Kepada Badan Geologi Untuk Meminta Informasi Terkait Batas-batas Cekungan Air Tanah Watuputih Yang Ada Di Rembang sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 26 tahun 2011

(16)

16 Koordinat Batas CAT Watuputih dalam Kepres RI No 26 tahun 2011, tertanggal 3 Maret 2014.

P.30 Surat Badan Geologi Kementrian ESDM Nomor:

1855/40/BGL/2014, Kepada Sekjend Kementrian ESDM RI, Perihal: Data Koordinat Batas CAT Watuputih Rembang, tertanggal 23 April 2014.

Bahwa surat ini merupakan tindak lanjut dari permohonan informasi tentang batas CAT Watuputih yang dimohonkan oleh JMPPK yang didalamnya dilampirkan Data

Keadaan Umum Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih.

Bahwa surat ini beserta lampirannya dikirimkan ke JMPPK melalui akun email Pusat Komunikasi Publik Kementrian ESDM.

P.31 Data Keadaan Umum Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih (Lampiran Surat Badan Geologi Kementrian ESDM Nomor:

1855/40/BGL/2014, Kepada Sekjend

Kementrian ESDM RI, Perihal: Data Koordinat Batas CAT Watuputih Rembang, tertanggal 23 April 2014, Yang berisi Keadaan Umum Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih.)

Bahwa dalam data ini digambarkan secara detail batas-batas CAT Watuputih. Didalamnya juga dilampirkan peta morfologi, peta geologi, serta peta hidrogeologi yang menjelaskan keadaan CAT watuputih. Bahwa data ini juga menerangkan sebaran mata air dikawasan CAT yang selama ini berfungsi memenuhi

kebutuhan warga.

Bahwa dengan demikian Bukti P.31 membuktikan batas-batas Cekungan Air Tanah Watuputih secara detail yang dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan peta serta pembuatan kajian,

penelitian, dan perbandingan kritis terhadap dokumen-dokumen yang terdapat dalam Keputusan a-quo.

P.32 Surat Badan Geologi Kementrian ESDM RI Nomor:

3131/05/BGL/2014,

Bahwa Badan geologi telah

mengirimkan surat yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah yang menegaskan bahwa untuk menjaga

(17)

17 kepada Gubernur

Jawa Tengah, Perihal: Tanggapan Rencana Penambangan Batu Gamping di Wilayah Kabupaten Rembang, tertanggal 1 Juli 2014.

kelestarian akuifer CAT watuputih, maka agar TIDAK ADA kegiatan penambangan di batu gamping di Kawasan CAT watuputih.

P.33.a Laporan Kunjungan Lapangan CAT Watuputih di

Kabupaten Rembang pada tanggal 26-29 Juni 2014, oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi, Kementrian ESDM

(Lampiran Surat Badan Geologi Kementrian ESDM RI Nomor: 3131/05/BGL/2014, kepada Gubernur Jawa Tengah, Perihal: Tanggapan Rencana Penambangan Batu Gamping di Wilayah Kabupaten Rembang, tertanggal 1 Juli 2014)

Dengan demikian Bukti P.33.a dan P.33.b yang memaparkan terdapatnya ciri dan karakteristik karst di kawasan CAT watuputih, telah secara nyata membuktikan CAT Watuputih termasuk dalam kategori karst yang merupakan kawasan Lindung Geologi yang harus dilindungi dari kegiatan budidaya termasuk penambangan sebagaimana keputusan a-qou.

P.33.b Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 tahun 2012

tentang Penetapan Bentang Alam Karst P.34 Daftar temuan Goa, Mata Air, Ponor, dan Sumur hasil survey dan pemetaan partisipatif

masyarakat bersama

Bahwa warga (yang tergabung dalam JMPPK Rembang) bersama

Acintyacunyata Speleological Club (ASC) telah melakukan Survey lapangan dan Pemetaan partisipatif di kawasan CAT Watuputih. Dari

(18)

18 Acintyacunyata Speleol

ogical Club (ASC). Survey yang dilakukan warga menemukan 44 Ponor, 74 Goa, 128 Mata Air, dan 52 Sumur yang tersebar di kawasan CAT Watuputih.

Bahwa keberadaan Ponor, Goa, Mata Air, dan sumur merupakan ciri-ciri Kawasan Karst.

P.35 Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih beserta sebaran Goa, Mata Air, Sumur, dan Ponor

Bahwa Peta ini merupakan hasil overlay kawasan CAT Watuputih (Vide P.31) dengan data hasil temuan (survey) warga bersama ASC (vide P.34)

Bahwa dari peta ini dapat dilihat sebaran Ponor, Mata air, Goa, dan sumur yang berada di Kawasan CAT Watuputih.

Dengan demikian Bukti P.35 membuktikan bahwa CAT Watuputih merupakan Kawasan Karst.

P.36.a Peta Lokasi Pengamatan dan Pengambilan Sempel Lingkungan

Bahwa Bukti P.36.a merupakan lampiran dalam dokumen Kerangka Acuan Analisis damp[ak Lingkungan (KA-ANDAL) yang didalamnya terdapat koordinat batas-batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (persero) Tbk.

P.36.b Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Beserta Sebaran Goa, Mata Air, Sumur, Ponor, Dan Batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa bukti P.36.b dan P.36.c

merupakan peta hasil overlay kawasan CAT Watuputih (Vide P.31) dengan data hasil temuan (survey) warga bersama ASC (vide P.34), serta Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk (vide P.36.a) Bahwa dari overlay peta tersebut telah secara nyata membuktikan:

1. Bahwa Izin Usaha P.36.c Peta Cekungan Air

(19)

19 Tanah (CAT)

Watuputih Beserta Sebaran Goa, Mata Air, Sumur, Ponor, Dan Batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. detail dengan keterangan tata guna lahan

Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. berada di dalam Kawasan CAT Watuputih;

2. Bahwa terdapat 22 Ponor, 3 Goa, dan 4 Mata Air yang berada di dalam Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa dengan demikian secara nyata Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Berada di Kawasan CAT

watuputih yang merupakan Kawasan Karst dan sudah semestinya keputusan a-qou

dibatalkan karena kegiatan usaha sebagaimana keputusan a-quo

tidak sesuai dengan fungsi kawasan yang merupakan kawasan lindung geologi yang harus dilindungi dari segala kegiatan budidaya termasuk pertambangan.

P.38.a Foto Ponor Bahwa P.38.a merupakan Ponor yang terdapat dalam IUP Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. P.38.b Foto Goa Bahwa P.38.b terdapat gambar goa

Puthok, goa nwiyu, dan Goa ngendongan. Goa wiyu dan goa ngendongan menunjukan stalaktif yang masih aktif, artinya goa tersebut termasuk goa basah.

P.38.c Foto Mata Air Bahwa P.38.c terdapat gambar mata air yang berada di dalam IUP PT Semen Gresik (Persero) Tbk P.38.d Daftar Ponor, goa,

dan Mata air yang masuk dalam IUP PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa bukti P.38.a s/d P.38.d membuktikan keberadaan Ponor Goa dan mata air yang berada di CAT Watuputih.

P.39 Video tentang

(20)

20 (CAT) Karst

watuputih di

kabupaten rembang

pemetaan partisipatif yang dilakukan oleh warga. Hasil temuan warga tersebut kemudian dianalisis dan diperbandingkan keseesuaiannya dengan karakteristik dan ciri-ciri kawasan karst.

Selaian itu dalam bukti tersebut juga menggambarkan hubungan mata air, goa, dan ponor, dengan keterbutuhan warga yang berada di kawasan CAT Karst watuputih.

P.41 Surat Rekomendasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(KOMNAS HAM RI) kepada Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang Nomor: 0.679/K/PMT/II/20 15 Perihal: Rekomendasi Perlindungan Kawasan Bentang Alam Karst dan Cekungan Mata Air untuk Pemenuhan dan Perlindungan hak atas Air.

Bahwa dalam Surat Rekomendasi ini (Bukti P.41) KOMNAS HAM menyampaikan kesimpulan diantaranya:

1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah didalam mengeluarkan Izin Lingkungan terhadap Perusahaan Semen di Kabupaten Rembang (PT. Semen Indonesia) kurang

memperhatikan fungsi dan peran penting dari Kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih untuk konservasi sumber daya air dan sumber daya hayati;

2. Dipelihara dan dilindunginya kawasn karst dan CAT akan menjamin penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan hak atas air setiaporang sebagai bagian penting dari

perlindungan hak untuk hidup yang dijamin dalam konstitusi, UU tentang HAM, UU tentang sumber daya air, dan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 65/154 tanggal 29 Juli 2010; 3. Dokumen Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang disuse oleh PT Semen Indonesia di kabupaten Rembangdiduga tidak

memasukkan data-data tentang ponor serta fungsi kawasan karst dan cekungan

(21)

21

airt tanah sebagai kawasan lindung sumber daya air yang telah

dimanfaatkan oleh ribuan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum, sanitasi, dan irigasi;

4. Pemerintah dan investor masih memandang kawasan cekungan air tanah sebagai penyedia bahan baku untuk industry semen an sich; 5. Pemaksaan terhadap pendirian

pabriksemen dan penambangan bahan baku semen di kawasan cekungan air tanah di kabupaten Rembang

berpotensi memicu terjadinya pelanggaran HAM khususnya hak atas air.

Melalu surat ini, KOMNAS HAM juga meminta warga untuk

mempertimbangkan untuk memohon Majelis Hakim yang memeriksa perkara Nomor:

064/G/2014/PTUN Smg di PTUN semarang untuk menghadirkan KOMNAS HAM untuk

kmemberikan pendapat

dalamperspektif HAM (Amicus Curiae). P.46 Anggaran Dasar Organisasi Acintyacunyata Speleological Club (ACS) Nomor 01, tertanggal 31 Desember 2014 dibuat oleh kantor Notaris Nur Indah Nidiasari, S.H,.M.Kn. di Kabupaten Bantul.

Membuktikan bahwa ASC adalah organisasi yang bersifat keilmuan dan profesi yang legal (sah secara hokum). Dengan demikian penelitian serta kajian mngenai karst dan kegoaan di kawasan CAT watuputih Rembang adalah penelitian yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara keilmuan maupun secara hukum.

b. Bahwa PARA PENGGUGAT telah menghadirkan ahli yaitu Heru Hendrayana yang menerangkan bahwa Pegunungan Watuputih yang terdapat di Kabupaten Rembang merupakan Cekungan Air Tanah

(22)

22 (CAT) Watuputih yang di sekitarnya terdapat kawasan imbuhan air atau kawasan resapan air;

c. Bahwa berdasarkan bukti P.20, P.25, dan P.26 serta fakta di persidangan, tidak satupun bukti tertulis maupun bukti saksi yang dihadirkan oleh TERGUGAT dan TERGUGAT II Intervensi melakukan bantahan terhadap dalil PARA PENGGUGAT terkait Kawasan Pegunungan Watuputih sudah ditetapkan sebagai cekungan air tanah;

d. Bahwa berdasarkan fakta persidangan bukti P19, P20, P22, P25, P26 serta keterangan yang disampaikan oleh ahli Heru Hendrayana, menguatkan dalil PARA PENGGUGAT bahwa cekungan air tanah adalah kawasan yang harus dikonservasi;

e. Bahwa berdasarkan fakta persidangan bukti P. 29, P. 30, P. 31, P. 32, P. 33a, P. 36c serta keterangan yang diberikan oleh Heru Hendrayana, ditemukan fakta secara meyakinkan bahwa KTUN Objek Sengketa berada di dalam kawasan CAT Watuputih;

f. Bahwa dari fakta-fakta yang terbukti dalam persidangan dengan demikian KTUN Objek sengketa berada di kawasan CAT Watuputih yang sudah ditetapkan berdasarkan peraturan dan merupakan kawasan yang harus dikonservasi.

I.3. Bentang Alam Kars dan Kawasan Imbuhan Air Tanah adalah Kawasan Lindung Geologi

a. Bahwa dalam proses persidangan PARA PENGGUGAT telah menghadirkan alat bukti tertulis untuk memperkuat dan membuktikan dalil-dalil gugatan sebagai berikut:

KODE BUKTI MEMBUKTIKAN

P.13 Hasil Penelitian Air Bawah Tanah Gunung Watuputih dan sekitarnya Kecamatan Sale, Kabupaten

Rembang oleh Dinas Pertambangan Provinsi Jawa

Membuktikan bahwa dalam kajian ini menyimpulkan Gunung

Watuputih dan sekitarnya secara fisiografis tergolong dalam tipe bentang alam karst. Terdapat

fenomena alam unik dengan adanya goa-goa alam dan sungai bawah tanah.

(23)

23 Tengah. P.14 Kajian Potensi Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara Pegunungan Rembang Madura Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

(Kajian Ini Juga Telah Dipresentasikan Dalam Seminar Nasional Kebumian Ke-7 dan Simposium Pendidikan Geologi Nasional di Yogyakarta pada 30-31 Oktober 2014)

Membuktikan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih sebagai kawasan Karst dimana aquifer air masih berjalan sangat baik. Di kawasan tersebut (pada saat kajian dilakukan) ditemukan 49 goa yeng tersebar dan 4 diantaranya merupakan goa yang memiliki sungai bawah tanah aktif. Selain itu juga terdapat 109 mata air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air parenial yang mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan. Hilangnya fungsi epikarst akan mengakibatkan hilangnya fungsi resapan air pada kawasan CAT Watuputih, dimana mata air yang ada di sekitar kawasan karst CAT Watuputih mampu memenuhi kebutuhan 607.198 jiwa di 14 kecamatan, Kabupaten Rembang. P.19 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Pasal 20 ayat (1) dan (2)

Pasal 21 ayat (1) dan (2)

Pasal 25 ayat (1)

Membuktikan bahwa konservasi sumberdaya air dilaksanakan salah satunya di cekungan air tanah. Sementara tindakan konservasi yang menjadi mandat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air TIDAK termasuk kegiatan-kegiatan bisa dilakukan berdasarkan Keputusan A-quo yaitu: pertama, penambangan batu kapur; kedua, penambangan tanah liat; ketiga membangun pabrik dan utilitas; keempat

membangun jalan produksi, dan

kelima, membangun jalan tambang.

P.20 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun

Membuktikan bahwa Cekungan Watuputih sudah ditetapkan sebagai cekungan air tanah, dengan demikian

(24)

24 2011 tentang

Penetapan Cekungan Air Tanah.

bahwa Cekungan Air Tanah

Watuputih adalah cekungan air yang harus dikonservasi P.21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Membuktikan bahwa bentang alam karst dan kawasan imbuhan air tanah (yang dalam aturan lain disebutkan sebagai kawasan lindung geologi) adalah kawasan lindung Nasional.

P.22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Membuktikan bahwa bentang alam karst dan kawasan imbuhan air tanah adalah kawasan lindung geologi. Bahwahasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada Maret 1998 (Vide P.13) menunjukkan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya secara fisiografis tergolong dalam tipe bentang alam karst. Di dalam bentang alam karst terdapat fenomena alam unik dengan adanya goa-goa alam dan sungai bawah tanah.

Oleh karena itu, Keputusan a-quo bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

P.25 Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2030.

Membuktikan bahwa dalam pasal 30, pasal 31, pasal 40, pasal 60, pasal 63, peraturan ini menerangkan Cekungan Air Tanah Watuputih adalah kawasan imbuhan air yang merupakan bagian dari kawasan lindung geologi yang seharusnya dilindungi. P.26 Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tahun

Membuktikan bahwa dalam Pasal 19 aturan ini menyebutkan Cekungan Watuputih adalah kawasan lindung imbuhan air yang seharusnya dilindungi.

(25)

25 2011 – 2031. Sementara itu, bahwa dalam rencana

penggunaan lokasi penambangan Batu Gamping di Desa Tegaldowo, Kajar, Kecamatan Gunem di dalam dokumen ANDAL disebutkan akan menggunakan luas lahan 520 ha. Angka ini JAUH LEBIH BESAR dari luas peruntukan yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) peraturan ini yaitu seluas 205 ha; P.29 Surat Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang, Nomor: 01/JMPPK-R/III/2014, kepada Presiden Republik Indonesia dan Kepala Badan Geologi Kementrian ESDM RI, Perihal: Konfirmasi Data Koordinat Batas CAT Watuputih dalam Kepres RI No 26 tahun 2011, tertanggal 3 Maret 2014.

Bahwa Warga Yang Tergabung Dalam JMPPK Rembang Telah Melayangkan Surat Kepada Badan Geologi Untuk Meminta Informasi Terkait Batas-batas Cekungan Air Tanah Watuputih Yang Ada Di Rembang sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 26 tahun 2011

P.30 Surat Badan Geologi Kementrian ESDM Nomor:

1855/40/BGL/2014, Kepada Sekjend Kementrian ESDM RI, Perihal: Data Koordinat Batas CAT Watuputih Rembang, tertanggal 23 April 2014.

Bahwa surat ini merupakan tindak lanjut dari permohonan informasi tentang batas CAT Watuputih yang dimohonkan oleh JMPPK yang didalamnya dilampirkan Data

Keadaan Umum Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih.

Bahwa surat ini beserta lampirannya dikirimkan ke JMPPK melalui akun email Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM.

P.31 Data Keadaan

(26)

26 Tanah (CAT)

Watuputih (Lampiran Surat Badan Geologi Kementrian ESDM Nomor:

1855/40/BGL/2014, Kepada Sekjend

Kementerian ESDM RI, Perihal: Data Koordinat Batas CAT Watuputih Rembang, tertanggal 23 April 2014, Yang berisi Keadaan Umum Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih.)

Watuputih. Didalamnya juga dilampirkan peta morfologi, peta geologi, serta peta hidrogeologi yang menjelaskan keadaan CAT

Watuputih.

Bahwa data ini juga menerangkan sebaran mata air dikawasan CAT yang selama ini berfungsi memenuhi

kebutuhan warga.

Bahwa dengan demikian Bukti P.31 membuktikan batas-batas Cekungan Air Tanah Watuputih secara detail yang dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan peta serta pembuatan kajian,

penelitian, dan perbandingan kritis terhadap dokumen-dokumen yang terdapat dalam Keputusan a-quo.

P.32 Surat Badan Geologi Kementrian ESDM RI Nomor:

3131/05/BGL/2014, kepada Gubernur Jawa Tengah, Perihal: Tanggapan Rencana Penambangan Batu Gamping di Wilayah Kabupaten Rembang, tertanggal 1 Juli 2014.

Bahwa Badan geologi telah

mengirimkan surat yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah yang menegaskan bahwa untuk menjaga kelestarian akuifer CAT watuputih, maka agar TIDAK ADA kegiatan penambangan di batu gamping di Kawasan CAT watuputih.

P.33.a Laporan Kunjungan Lapangan CAT Watuputih di

Kabupaten Rembang pada tanggal 26-29 Juni 2014, oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi, Kementrian ESDM

Dengan demikian Bukti P.33.a dan P.33.b yang memaparkan terdapatnya ciri dan karakteristik karst di kawasan CAT watuputih, telah secara nyata membuktikan CAT Watuputih termasuk dalam kategori karst yang merupakan kawasan Lindung Geologi yang harus dilindungi dari kegiatan budidaya termasuk penambangan sebagaimana keputusan a-quo.

(27)

27 (Lampiran Surat Badan Geologi Kementrian ESDM RI Nomor: 3131/05/BGL/2014, kepada Gubernur Jawa Tengah, Perihal: Tanggapan Rencana Penambangan Batu Gamping di Wilayah Kabupaten Rembang, tertanggal 1 Juli 2014) P.33.b Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 tahun 2012

tentang Penetapan Bentang Alam Karst P.34 Daftar temuan Goa, Mata Air, Ponor, dan Sumur hasil survey dan pemetaan partisipatif

masyarakat bersama Acintyacunyata Speleol ogical Club (ASC).

Bahwa warga (yang tergabung dalam JMPPK Rembang) bersama

Acintyacunyata Speleological Club (ASC) telah melakukan Survey lapangan dan Pemetaan partisipatif di kawasan CAT Watuputih. Dari Survey yang dilakukan warga menemukan 44 Ponor, 74 Goa, 128 Mata Air, dan 52 Sumur yang tersebar di kawasan CAT Watuputih.

Bahwa keberadaan Ponor, Goa, Mata Air, dan sumur merupakan ciri-ciri Kawasan Karst.

P.35 Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih beserta sebaran Goa, Mata Air, Sumur, dan Ponor

Bahwa Peta ini merupakan hasil overlay kawasan CAT Watuputih (Vide P.31) dengan data hasil temuan (survey) warga bersama ASC (vide P.34)

Bahwa dari peta ini dapat dilihat sebaran Ponor, Mata air, Goa, dan sumur yang berada di Kawasan CAT

(28)

28 Watuputih.

Dengan demikian Bukti P.35 membuktikan bahwa CAT Watuputih merupakan Kawasan Karst.

P.36.a Peta Lokasi Pengamatan dan Pengambilan Sempel Lingkungan

Bahwa Bukti P.36.a merupakan lampiran dalam dokumen Kerangka Acuan Analisis damp[ak Lingkungan (KA-ANDAL) yang didalamnya terdapat koordinat batas-batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (persero) Tbk.

P.36.b Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Beserta Sebaran Goa, Mata Air, Sumur, Ponor, Dan Batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa bukti P.36.b dan P.36.c

merupakan peta hasil overlay kawasan CAT Watuputih (Vide P.31) dengan data hasil temuan (survey) warga bersama ASC (vide P.34), serta Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk (vide P.36.a) Bahwa dari overlay peta tersebut telah secara nyata membuktikan:

3. Bahwa Izin Usaha

Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. berada di dalam Kawasan CAT Watuputih;

4. Bahwa terdapat 22 Ponor, 3 Goa, dan 4 Mata Air yang berada di dalam Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa dengan demikian secara nyata Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Berada di Kawasan CAT

watuputih yang merupakan Kawasan Karst dan sudah semestinya keputusan a-qou

dibatalkan karena kegiatan usaha sebagaimana keputusan a-quo

P.36.c Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Beserta Sebaran Goa, Mata Air, Sumur, Ponor, Dan Batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. detail dengan keterangan tata guna lahan

(29)

29 tidak sesuai dengan fungsi

kawasan yang merupakan kawasan lindung geologi yang harus dilindungi dari segala kegiatan budidaya termasuk pertambangan.

P.37.a Daftar tanda tangan warga Rembang Tolak Pendirian Pabrik Semen PT Semen Indonesia tertanggal 10 Desember 2014;

Bahwa dalam bukti P.37.a terdapat 2.501 (Dua ribu Lima ratus satu) warga Rembang yang terlibat

melakukan penandatanganan terkait penolakan pendirian Pabrik semen oleh PT. Semen Indonesia.

P.37.b Rekomendasi hasil dialog terbuka “Dampak Sosial Pembangunan Pabrik Semen di Rembang” oleh Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Se-Indonesia di Lasem pada tanggal 10 Oktober 2014.

Bahwa Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Se-Indonesia adalah perkumpulan (majelis) yang berisi para ulama termasuk di

kabupaten Rembang. Secara cultural dan sosiologis kepercayaan

masyarakat terhadap ulama sangatlah besar, sehingga ulama memegang peranan penting dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap tata kelola pemerintahan di Kabupaten Rembang.

bukti P.37.b didalamnya berisi rekomendasi kepada Bupati dan Gubernur untuk memerintahkan PT semen Indonesia agar menghentikan aktivitas proyek pembangunan pabrik semen di gunem dan menarik semua alat berat.

\

Bahwa Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai

pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(30)

30 Bahwa dengan demikian bukti P.37.a dan P.37.b membuktikan terbitnya keputusan a-qou telah secara nyata terbit tanpa adanya kehendak masyarakat yang selama ini memanfaatkan sumber daya air dari CAT Watuputih. Oleh karena itu berdasarkan asas akuntabilitas ini sudah selayaknya keputusan a-quo dibatalkan.

P.38.a Foto Ponor Bahwa P.38.a merupakan Ponor yang terdapat dalam IUP Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. P.38.b Foto Goa Bahwa P.38.b terdapat gambar goa

Puthok, goa nwiyu, dan Goa ngendongan. Goa wiyu dan goa ngendongan menunjukan stalaktif yang masih aktif, artinya goa tersebut termasuk goa basah.

P.38.c Foto Mata Air Bahwa P.38.c terdapat gambar mata air yang berada di dalam IUP PT Semen Gresik (Persero) Tbk P.38.d Daftar Ponor, goa,

dan Mata air yang masuk dalam IUP PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa bukti P.38.a s/d P.38.d membuktikan keberadaan Ponor Goa dan mata air yang berada di CAT Watuputih.

P.39 Video tentang

Cekungan Air Tanah (CAT) Karst

watuputih di

kabupaten rembang

Bahwa bukti P.39 Menggambarkan ponor, mata air, goa, hasil survey dan pemetaan partisipatif yang dilakukan oleh warga. Hasil temuan warga tersebut kemudian dianalisis dan diperbandingkan keseesuaiannya dengan karakteristik dan ciri-ciri kawasan karst.

Selaian itu dalam bukti tersebut juga menggambarkan hubungan mata air, goa, dan ponor, dengan keterbutuhan warga yang berada di kawasan CAT Karst watuputih.

(31)

31 P.41 Surat Rekomendasi

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(KOMNAS HAM RI) kepada Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang Nomor: 0.679/K/PMT/II/20 15 Perihal: Rekomendasi Perlindungan Kawasan Bentang Alam Karst dan Cekungan Mata Air untuk Pemenuhan dan Perlindungan hak atas Air.

Bahwa dalam Surat Rekomendasi ini (Bukti P.41) KOMNAS HAM menyampaikan kesimpulan diantaranya:

6. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah didalam mengeluarkan Izin Lingkungan terhadap Perusahaan Semen di Kabupaten Rembang (PT. Semen Indonesia) kurang

memperhatikan fungsi dan peran penting dari Kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih untuk konservasi sumber daya air dan sumber daya hayati;

7. Dipelihara dan dilindunginya kawasn karst dan CAT akan menjamin penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan hak atas air setiaporang sebagai bagian penting dari

perlindungan hak untuk hidup yang dijamin dalam konstitusi, UU tentang HAM, UU tentang sumber daya air, dan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 65/154 tanggal 29 Juli 2010; 8. Dokumen Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang disusun oleh PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembangdiduga tidak

memasukkan data-data tentang ponor serta fungsi kawasan karst dan cekungan airt tanah sebagai kawasan lindung sumber daya air yang telah

dimanfaatkan oleh ribuan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum, sanitasi, dan irigasi;

9. Pemerintah dan investor masih memandang kawasan cekungan air tanah sebagai penyedia bahan baku untuk industry semen an sich; 10. Pemaksaan terhadap pendirian

(32)

32 baku semen di kawasan cekungan air tanah di kabupaten Rembang

berpotensi memicu terjadinya pelanggaran HAM khususnya hak atas air.

Melalu surat ini, KOMNAS HAM juga meminta warga untuk

mempertimbangkan untuk memohon Majelis Hakim yang memeriksa perkara Nomor:

064/G/2014/PTUN Smg di PTUN semarang untuk menghadirkan KOMNAS HAM untu

kmemberikan pendapat

dalamperspektif HAM (Amicus Curiae).

P.42.a Video tentang seruan penyelamatan

Lingkungan Gus Mus: Tafsir atas wawancara KH. A. Musthofa Bisri

tentang Pabrik Semen di Rembang.

Membuktikan bahwa adanya dukungan dari tokoh masyarakat terhadap perjuangan masyarakat dalammenolak pertambangan oleh PT Semen Indonesia.

Bukti P.42.a juga membuktikan bahwa kebijakan pertambangan yang ada di Kabupaten Rembang

khususnya rencana kegiatan

pertambangan dan pendirian pabrik oleh PT Semen Indonesia merupakan kebijakan secara sepihak yang

mengabaikan peran serta masyarakat termasuk pengabaian terhadap pendapat tokoh masyarakat. P.42.b Video (cuplikan)

Paralaya Karst Jawa – Eps.Citeureup

Membuktikan bahwa pertambangan oleh perusahaan semen yang telah berjalan memiliki dampak yang merugikan masyarakat di sekitar area pertambangan.

P.42.c Video yang berjudul “Samen vs Semen” P.43 Kliping Berita

Kompas dengan judul: “Pulau Jawa Diambang Krisis:

RPJMN

Membuktikan bahwa pertambangan semen di pulau jawa (termasuk pertambangan semen oleh PT Semen Indonesia di Rembang) tidak

(33)

33 Pembangunan tidak boleh mengganggu keseimbangan ekosistem”. terbit pada tanggal 11 Maret 2015 pada kolom Iptek (Lingkungan & Kesehatan)

yang akan berakibat pada potensi rusaknya ekosistem yang selama ini mencukupi kebutuhan masyarakat.

P.46 Anggaran Dasar Organisasi Acintyacunyata Speleological Club (ACS) Nomor 01, tertanggal 31 Desember 2014 dibuat oleh kantor Notaris Nur Indah Nidiasari, S.H,.M.Kn. di Kabupaten Bantul.

Membuktikan bahwa ASC adalah organisasi yang bersifat keilmuan dan profesi yang legal (sah secara hukum). Dengan demikian penelitian serta kajian mngenai karst dan kegoaan di kawasan CAT Watuputih Rembang adalah penelitian yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara keilmuan maupun secara hukum.

b. Bahwa dalam pemeriksaan di persidangan yang ditunjukkan dengan slide peta milik ahli TERGUGAT II INTERVENSI yaitu Heru Hendrayana, menyatakan: Pegunungan Watuputih yang terdapat di Kabupaten Rembang merupakan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang di sekitarnya terdapat kawasan imbuhan air atau kawasan resapan air. Kawasan imbuhan air adalah kawasan resapan air, yang berasal dari air hujan dan air-air lain yang berada di zona permukaan atau Zona Vados, yang kemudian diserap ke dalam tanah dan disimpan dalam zona akuifer;

c. Bahwa keterangan ahli yang dihadirkan PARA PENGGUGAT yaitu Budi Bramantyo, menyatakan: jika kawasan karst ini ditambang, maka akan membuka lapisan permukaan yang akan memungkinkan air masuk lebih banyak, tetapi akan hilang dengan cepat sehingga air di bawah kawasan karst yang sudah terkumpul selama ribuan tahun, dengan adanya penambangan akan hilang dalam sekejap.

d. Bahwa saksi Suwater menerangkan: berdasarkan penelusuran goa yang dilakukan beberapa warga Desa Tegaldowo dengan ASC dan SCA di Desa Tegaldowo terdapat 22 ponor, 3 goa, dan 4 mata air yang berada di dalam wilayah penambangan PT Semen Indonesia.

(34)

34 e. Bahwa, hal ini diperkuat dengan keterangan ahli PARA PENGGUGAT yaitu Budi Bramantyo, Petrasa Wacana, dan ahli TERGUGAT II INTERVENSI yaitu Eko Haryono yang menerangkan bahwa sebuah kawasan karst mengandung ciri-ciri: terdapat terdapat ponor, goa-goa, dan mata air yang mengalir melalui sungai-sungai yang ada di bawah kawasan karst. Sungai-sungai tersebut terhubung antara satu dengan lainnya, dan di dalam goa bisa saja terdapat air. Jarak antara satu mata air dengan mata air bervariasi, ada yang dekat dan ada yang jauh, dan sungai dan goa yang terdapat di bawah kawasan karst dapat berkilo-kilo meter jauhnya.

f. Bahwa dengan demikian terbukti dalam fakta persidangan bahwa penambangan pabrik semen yang dilakukan oleh Tergugat Intervensi telah berada di atas kawasan karst dengan ditemukannya 22 ponor, 3 goa, dan 4 mata air di dalam IUP PT Semen Indonesia tersebut.

g. Bahwa bentang alam karst dan kawasan karst yang akan ditambang oleh Tergugat Intervensi adalah kawasan lindung geologi.Ahli yang dihadirkan oleh TERGUGAT II INTERVENSI, Eko Haryono menerangkan bahwa fungsi kawasan karst diantaranya untuk hidrologi dan iklim. Sedangkan Budi Bramantyo menerangkan:bahwa potensi kars adalah untuk menyimpan air bersih dan bisa menjadi cadangan untuk masa depan. Kars merupakan menjadi habitat untuk flora fauna, misalnya codot yang memakan nyamuk.

h. Bahwa dari fakta-fakta yang terbukti dalam persidangan dengan demikian KTUN Objek sengketa berada di Bentang Alam Kars dan Kawasan Imbuhan Air Tanah adalah Kawasan Lindung Geologi

I.4. Keputusan A-quo Mengandung Cacat Hukum, Kekeliruan, Penyalahgunaan, serta Ketidakbenaran dan atau Pemalsuan Data, Dokumen dan atau Informasi

a. Bahwa dalam proses persidangan PARA PENGGUGAT telah menghadirkan alat bukti tertulis untuk memperkuat dan membuktikan dalil-dalil gugatan sebagai berikut:

(35)

35 P.23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Membuktikan bahwa dalam Pasal 22 ayat (1), jo Pasal 36 ayat (1) jo Pasal 36 ayat (2) jo Pasal 40 ayat (1) jo Pasal 41, Undang-undang ini mengatur prosedur keluarnya ijin lingkungan. Lebih lanjut Pasal 37 ayat (2) menerangkan bahwa Izin lingklungan dapat dibatalkan jika mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi.

Selain itu, dalam Pasal 2 huruf k jo Pasal 39 mengatur partisipasi masyarakat yang tidak dilakukan dalam proses terbitnya Keputusan A-quo. P.24 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen PT semen Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.

Membuktikan bahwa dalam Keputusan a-quo terdapat kekeliruan,

penyalahgunaan, serta

ketidakbenaran dan/atau

pemalsuan data, dokumen,

dan/atau informasi sebagai berikut: Bahwa dalam dokumen ANDAL, ditemukan informasi sebagai berikut:  Halaman I-10: “areal penambangan

merupakan kawasan karst yang memiliki beberapa mata air sehingga dikategorikan kawasan lindung sehingga perlu dikaji kelas-kelas karst yang boleh ditambang”. Halaman II-19: “Di kawasan

IUP merupakan kawasan

imbuhan/resapan air tanah, tempat masuknya air ketika terjadi hujan menuju akuifer yang dikeluarkan dalam bentuk mata air”.

Berdasarkan hasil pemetaan dengan metode APLIS terdapat dua kategori imbuhan air tanah sedang (40-60%) dan imbuhan air tanah tinggi (60-80):

(36)

36 Imbuhan sedang Karstifikasi sedang, Imbuhan tinggi

Karstifikasi tinggi.

Halaman III-20: “Kawasan UP sebagian besar merupakan kawasan resapan air yang air tanahnya mengarah ke arah timur atau di Desa Tahunan, Kecamatan Sale”.

Halaman III-20: “Maka dari itu perlu diketahui hubungan antara daerah resapan IUP ini dengan mata air di bagian timur yang merupakan mata air tahunan yaitu pada Sumber Semen dan Brubulan”.

Halaman III-20: “Daerah imbuh mata air Sumber Semen 635 l/detik seluas 7500 ha. Sumber Brubulan 100 l/dt seluas 220 ha”.

Halaman III-25: “Di daerah IUP: akuifer semi conduit, air meresap ke dalam lembah, masuk ke dalam lorong gua dan keluar menjadi mata air. Berdasarkan hasil pengeboran terdapat rongga (baca: gua)”.

Halaman III-30: “Mata air Brubulan mempunyai daerah tangkapan di IUP sebesar 40 % berdasarkan interpretasi foto”.

Halaman III-38: “Mata air Brubulan Pesucen adalah mata air vital bagi masyarakat khususnya untuk mandi, mencuci dan IRIGASI”

Halaman III-78: Kawasan karst Tegaldowo

1. mengalami proses pelarutan

2. membentuk struktur pelarutan sperti lekukan dan rongga-rongga dalam berbagai ukuran

3. membentuk sistem perguaan ciri utama karst

Bahwa berdasarkan data-data di atas, tim penyusun Amdal menyimpulkan (halaman III-80):

(37)

37 1. Bahwa lokasi petak termasuk

kawasan budidaya. Lokasi kawasan kars lindung berada di luar petak rencana penambangan. 2. Bahwa tidak ditemukan mata air,

goa, baik basah maupun kering di dalam petak.

3. Bahwa daerah penambangan bukan termasuk dalam kawasan kars lindung sehingga dapat dilakukan penambangan daerah penyelidikan

Bahwa kesimpulan ANDAL yang menjadi dasar keluarnya SK Kelayakan Lingkungan yang kemudian menjadi dasar keluarnya Ijin Lingkungan ternyata tidak berdasarkan informasi yang benar. P.26 Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tahun 2011 – 2031.

Membuktikan bahwa dalam Pasal 19 aturan ini menyebutkan Cekungan Watuputih adalah kawasan lindung imbuhan air yang seharusnya dilindungi.

Sementara itu, bahwa dalam rencana penggunaan lokasi penambangan Batu Gamping di Desa Tegaldowo, Kajar, Kecamatan Gunem di dalam dokumen ANDAL disebutkan akan menggunakan luas lahan 520 ha. Angka ini JAUH LEBIH BESAR dari luas peruntukan yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) peraturan ini yaitu seluas 205 ha;

P.34 Daftar temuan Goa, Mata Air, Ponor, dan Sumur hasil survey dan pemetaan partisipatif

masyarakat bersama Acintyacunyata Speleol ogical Club (ASC).

Bahwa warga (yang tergabung dalam JMPPK Rembang) bersama Acintyacunyata Speleological Club (ASC) telah melakukan Survey lapangan dan Pemetaan partisipatif di kawasan CAT Watuputih. Dari Survey yang dilakukan warga menemukan 44 Ponor, 74 Goa, 128

(38)

38 Mata Air, dan 52 Sumur yang tersebar di kawasan CAT Watuputih.

Bahwa keberadaan Ponor, Goa, Mata Air, dan sumur merupakan ciri-ciri Kawasan Karst.

P.35 Peta Cekungan Air

Tanah (CAT)

Watuputih beserta sebaran Goa, Mata Air, Sumur, dan Ponor

Bahwa Peta ini merupakan hasil overlay kawasan CAT Watuputih (Vide P.31) dengan data hasil temuan (survey) warga bersama ASC (vide P.34)

Bahwa dari peta ini dapat dilihat sebaran Ponor, Mata air, Goa, dan sumur yang berada di Kawasan CAT Watuputih.

Dengan demikian Bukti P.35 membuktikan bahwa CAT Watuputih merupakan Kawasan Karst.

P.36.a Peta Lokasi Pengamatan dan Pengambilan Sempel Lingkungan

Bahwa Bukti P.36.a merupakan lampiran dalam dokumen Kerangka Acuan Analisis damp[ak Lingkungan (KA-ANDAL) yang didalamnya terdapat koordinat batas-batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (persero) Tbk.

P.36.b Peta Cekungan Air

Tanah (CAT)

Watuputih Beserta Sebaran Goa, Mata Air, Sumur, Ponor, Dan Batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa bukti P.36.b dan P.36.c merupakan peta hasil overlay kawasan CAT Watuputih (Vide P.31) dengan data hasil temuan (survey) warga bersama ASC (vide P.34), serta Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk (vide P.36.a) Bahwa dari overlay peta tersebut telah secara nyata membuktikan:

5. Bahwa Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. berada P.36.c Peta Cekungan Air

Tanah (CAT)

(39)

39 Sebaran Goa, Mata

Air, Sumur, Ponor, Dan Batas Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. detail dengan keterangan tata guna lahan

di dalam Kawasan CAT Watuputih;

6. Bahwa terdapat 22 Ponor, 3 Goa, dan 4 Mata Air yang berada di dalam Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa dengan demikian secara nyata Izin Usaha Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Berada di Kawasan CAT watuputih yang merupakan Kawasan Karst dan sudah semestinya keputusan a-qou

dibatalkan karena kegiatan usaha sebagaimana keputusan a-quo

tidak sesuai dengan fungsi kawasan yang merupakan kawasan lindung geologi yang harus dilindungi dari segala kegiatan budidaya termasuk pertambangan.

P.38.a Foto Ponor Bahwa P.38.a merupakan Ponor yang terdapat dalam IUP Pertambangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. P.38.b Foto Goa Bahwa P.38.b terdapat gambar goa

Puthok, goa nwiyu, dan Goa ngendongan. Goa wiyu dan goa ngendongan menunjukan stalaktif yang masih aktif, artinya goa tersebut termasuk goa basah.

P.38.c Foto Mata Air Bahwa P.38.c terdapat gambar mata air yang berada di dalam IUP PT Semen Gresik (Persero) Tbk

P.38.d Daftar Ponor, goa, dan Mata air yang masuk dalam IUP PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Bahwa bukti P.38.a s/d P.38.d membuktikan keberadaan Ponor Goa dan mata air yang berada di CAT Watuputih.

P.39 Video tentang Cekungan Air Tanah

(CAT) Karst

watuputih di

Bahwa bukti P.39 Menggambarkan ponor, mata air, goa, hasil survey dan pemetaan partisipatif yang dilakukan oleh warga. Hasil temuan warga

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dasar pertimbangan majelis hakim dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung Nomor 16/G/2009/PTUN/BL tentang

Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung Nomor 16/G/2009/PTUN/BL mempertimbangkan eksekspi yang diajukan oleh Tergugat II Intervensi

Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung Nomor 16/G/2009/PTUN/BL mempertimbangkan eksekspi yang diajukan oleh Tergugat II Intervensi

Sistem desentralisasi yang dianut dalam konsep negara kesatuan pada akhirnya juga akan mempengaruhi hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, khususnya yang

30/2009, dan Peraturan LPSK 1/2009, namun keputusan pembentukan Tim Etik dan pembebastugasan sementara Penggugat dari jabatannya sebagai Wakil Ketua LPSK

Walaupun anak yang berstatus Warga Negara Asing tersebut dapat mewaris dari orang tuanya tetapi jika menerima warisan berupa hak milik menurut Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang

Agar gugatan sengketa TUN dapat diajukan ke PTUN, terdapat ketentuan- ketentuan hukum meliputi subjek hukum PTUN yang terdiri atas badan/pejabat TUN yang dapat digugat oleh orang

11 T-2: Putusan Pengadilan Negeri Praya Nomor 1/Pid.S/2019/PN.Pya, tanggal 18 Februari 2019 Fotokopi Sesuai Dengan Asli T-3: Surat Edaran Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia