• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keputihan

1. Definisi keputihan

Prawirdjoharjo (2007) menjelaskan, keputihan (disebut juga

leukorea, white discharge, fluor albus) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genetalia yang tidak berupa darah. Keputihan ini biasanya terjadi wanita usia subur dan juga bayi.Wanita usia subur adalah semua wanita yang telah memasuki usiaantara 15-49 tahun tanpa memperhitungkan status perkawinannya (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Pernyataan diatas didapat pengertian bahwa keputihan adalah cairan yang keluar dari alat genetalia yang bukan darah dan merupakan salah satu pertanda infeksi.

a. Klasifikasi keputihan

Menurut Ayuningsih, et al. (2009, ) keputihan terdiri dari 2 jenis, yaitu :

1) Keputihan normal (keputihan fisiologis)

Keputihan normal merupakan respon tubuh normal yang biasa keluar sebelum, saat dan sesudah masa siklus haid. Ciri yang lain yaitu, lendir bening, tidak berwarna, tidak berbau,

(2)

tidak gatal dan jumlahnya tidak berlebihan (Ayuningsih, 2009).

2) Keputihan abnormal (keputihan patologis)

Di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora Doderleins. Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Namun keseimbangan itu dapat terganggu, sehingga cairan yang keluar berlebihan. Keputihan yang patologis mempunyai ciri-ciri : jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri) serta berbau (Wijayanti, 2009).Efek yang timbul dapat berupa nyeri diperut, panggul, pinggang atau alat kelamin luar merupakan gejala kelainan ginekologik (Prawirohardjo, 2007).

Menurut Maulana (2008) keputihan yang keluar dari mulut rahim dikenal dengan serviks sensitis atau radang mulut rahim. Hal ini sering menyerang wanita usia reproduktif dan biasanya diakibatkan oleh :

a) Jamur (candidiasis)

Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada kemaluan. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian

(3)

pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut (Susanto, 2013).

b) Bakteri (vaginosis)

Gejala bakterial vaginosis biasanya dicirikan dengan adanya noda (keputihan) hingga kekuningan dengan bau kurang sedap (Maulana, 2008).

c) Parasit (trikomoniasis)

Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan( Susanto, 2013).

2. Dampak

Keputihan menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), serta adanya benda asing. Namun tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan (Kasdu, 2008).

Bila penyakit keputihan ini tidak diobati secara tuntas, maka infeksi dapat menjalar ke rongga rahim kemudian ke saluran telur dan

(4)

sampai ke indung telur dan akhirnya ke dalam rongga panggul. Tidak jarang wanita menjadi mandul (Wijayanti, 2009).

Keputihan (Fluor albus) yang pisiologis tidak memberi dampak pada wanita. Keputihan yang memberi dampak pada ibu yaitu keputihan yangpatologis. Dengan adanya keputihan ibu merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau busuk, gatal, vulva terasa seperti terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka infeksi dapat menjalar ke rongga rahim kemudian sampai ke indung telur dan akhirnya sampai kerongga panggul. Banyak ditemukan wanita yang menderita keputihan yang kronik menjadi mandul(Jones, 2005).

3. Pencegahan

Menurut Annia (2008), cara mencegah keputihan antara lain : a. Pola hidup sehat yaitu diet seimbang, olah raga rutin, istirahat,

cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

b. Penggunaan cairan pembersih vagina yang tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina.

c. Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara dua sampaitiga jam. Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justrudapat mengakibatkan infeksi bakteri, jamur, serta jerawat ataubisul pada daerah genetalia. Meskipun lapisanatas pantyiner memiliki daya serap untuk menjaga higienitasdaerah kewanitaan, akan tetapi bagian dasar dari pantyliner initerbuat dari plastik, sehingga kulit

(5)

tidak bisa bernafas legakarena kurangnya sirkulasi udara. Jadi sebaiknya janganmenggunakan pantyliner terlalu sering (Kusmiran, 2011).

d. Hindari penggunaan bedak talk, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya, sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset WC umum atau biasakan mengelap kloset sebelum menggunakan.

Menurut Tarwoto, et al. (2010, pp.51-53) cara untuk mencegah keputihan dengan vulva hygiene, sebagai berikut : 1) Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang menyerap keringat, misalnya dari bahan katun atau kaus.

Gantilah celana dalam sekurang-kurangnya dua sampai tigakali sehari. Sebaiknya tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon,jeans dan kulit (Kusmiran, 2011).

2) Memotong bulu pubis

Dengan mencukur bulu pubis, kebersihan bulu akan selalu terjaga sehingga tidak menjadi kehidupan kutu dan jasad renik serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang

(6)

dan lebat (khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil (Tarwoto, 2010)

3) Penggunaan pembalut wanita

Pada saat haid remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan wangi. Setelah buang air kecil atau air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru) (Tarwoto, 2010).

4. Faktor yang berhubungan dengan keputihan a. Pekerjaan

Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari – hari yang dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan (Notoatmodjo, 2007).

Keputihan tidak bisa dipungkiri salah satunya oleh kondisi fisik wanita yang terkuras energi maupun psikisnya sebab mengerjakan pekerjaan berat atau aktivitas ekstra lainnya. Penyebab keputihan dari keletihan ditandai muncul hanya pada waktu kondisi tubuh sangat capek dan biasa lagi ketika tubuh sudah normal kembali (Susanto, 2013).

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk memperoleh informasi (Depkes RI, 2003).

(7)

Menurut Sakernas (Notoatmodjo, 2012) jenis pekerjaan yaitu pedagang, buruh, tani, PNS, pensiunan, wiraswasta, IRT. b. Alat kontrasepsi

Estrogen sebagai kontrasepsi bekerja dengan jalan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium, mengharnbat perjalanan ovum atau implantasi. Sedangkan progesteron bekerja dengan cara membuat lendir serviks lebih kental, hingga penetrasi dan transportasi sperma menjadi sulit, menghambat kapasitasi sperma, perjalanan ovum dalam tuba, implantasi, dan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium (Syaifudin, 2006).

Efek samping pemberian kontrasepsi hormonal sesuai dengan kadar hormon yang dikandungnya. Kelebihan hormon estrogen dapat menimbulkan salah satunya keputihan, dan yang lainnya meliputi nausea, edema, kloasma, disposisi lemak berlebihan, eksotrofia serviks, teleangiektasia, nyeri kepala, hipertensi, superlaktasi, dan buah dada tegang. Sedangkan kelebihan progesteron dapat menimbulkan perdarahan yang tidak teratur, nafsu makan meningkat, cepat lelah, depresi, libido berkurang, jerawat, alopesia, hipomenore, dankeputihan.Keputihan yang keluar dari vagina disebabkan oleh hormon progesteron yang merubah flora dan Ph vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan (Manuaba, 2003).

(8)

1) Kontrasepsi hormonal a) Per-oral

Yaitu : pil kombinasi (POK), mini-pil, morning-after pill. b) Injeksi atau suntikan (DMPA, NET-EN)

c) Sub-kutis (implant)

d) Intra uterine devices (IUD/ AKDR) (Hartanto, 2004)

2) Kontrasepsi Non Hormonal a) Kondom

b) Kalender c) Suhu basal d) MOW, MOP c. Vulva hygiene

1) Definisi Vulva Hygiene

Banyak wanita mengeluhkan keputihan sangat tidak nyaman, gatal, berbau bahkan terkadang perih. Salah satu penyebabnya yaitu masalah kebersihan pada organ intim. Bila ingin terhindar dari keputihan, wanita harus selalu menjaga kebersihan daerah genetalia(Wijayanti, 2009).

Mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang

(9)

abnormal. Keputihan juga bisa timbul karena pengobatan abnormal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular seksual (Kusmiran Eni, 2011).

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu, 2010).

2) Cara Perawatan Vulva Hygiene

Menurut Kusmiran Eni (2011) beberapa cara merawat organ reproduksi remaja putri adalahsebagai berikut :

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh daerah kewanitaan.

b) Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Gunakan pembersih kewanitaan yang menggunakan Ph balance 3,5 untuk menghindari iritasi.

c) Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakaian sebab jika tidak dikeringkan kan menyebabkan celana dalam yang dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah dan lembab berpotensi mengundang bakteri dan jamur.

(10)

d) Disediakan celana dalam ganti di dalam tas kemanapun pergi,hal ini menghindari kemungkinan celana dalam kita basah.

e) Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan denganmenggunakan shower toilet. Semprotlah permukaan luarvagina dengan pelan dan menggosoknya dengan tangan. f) Saat cebok setelah BAB atau BAK, bilas dari arah depan kebelakang. Hal ini untuk menghindari terbawanya kuman darianus ke vagina.

g) Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerahkemaluan.

h) Apabila kita menggunakan WC umum, sebaiknya sebelumduduk siram dulu WC tersebut (di-flishing) terlebih dahulubaru kemudian kita gunakan.

5. Wanita Usia Subur

Wanita Usia Subur atau bisa disebut masa reproduksi adalah wanita yang berumur antara 15-45 tahun yang ditandai dengan menstruasi untuk pertama kali (Menarche) dan diakhiri dengan menopause (Wiknjosastro, 2008).

Masa reproduksi tingkat kesuburan wanita mencapai puncaknya dan secara seksual sudah siap memiliki keturunan. Masa reproduksi dimulai ketika sudah terjadinya pengeluaran sel telur yang matang

(11)

(ovulasi) pada siklus menstruasi. Setelah berusia 40 tahun kesuburan seseorang wanita akan menurun ( Proverawati, 2009).

Setiap bulan wanita melepas sel telur dari ovariumnya. Bila sel telur tidak mengalami pembuahan maka akan terjadi perdarahan (menstruasi). Saat wanita tidak mampu lagi melepaskan ovum karena sudah habis tereduksi, menstruasi akan menjadi tidak teratur lagi setiap bulan, sampai kemudian terhenti sama sekali (menapause) (Proverawati, 2009).

(12)

B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi keputihan:

1. Faktor fisiologis

2. Faktor patologis

Keterangan :

Yang dicetak tebal: diteliti

Bagan 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi keputihan Sumber : Hamid Bahari (2012)

Keputihan pada WUS a. Kelelahan (pekerjaan) b. Hormonal c. Hygine d. Strees a. penyakit b. infeksi jamur,bakteri, virus

(13)

C. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Bagan 2.2 Kerangka Konsep faktor-faktor yang mempengaruhi keputihan pada wanita usia subur

D. Hipotesis

1. Ada hubunganpekerjaan dengan keputihan pada wanita usia subur di RT 04 RW 03 Kelurahan Rowosari Semarang.

2. Ada hubunganalat kontrasepsi dengan keputihan pada wanita usia subur di RT 04 RW 03 Kelurahan Rowosari Semarang.

3. Ada hubungan vulva hygiene dengan keputihan pada wanita usia subur di RT 04 RW 03 Kelurahan Rowosari Semarang.

Pekerjaan

Keputihan pada Wanita usia subur

Vulva hygiene Alat kontrasepsi

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian Izin perluasan bagi perusahaan industry yang telah memiliki IUI melalui persetujuan prinsip.. Pemberian izin perluasan bagi perusahaan industry yang telah

Koordinasi Perencanaan Pembangunan Bidang Sosial dan Budaya Pesisir Selatan Terlaksananya koordinasi dan monitoring lingkup bidang sosial budaya 100% 12.000

Mendorong pemerataan kesempatan kerja melalui upaya meningkatkan pembangunan pendidikan masyarakat Kepulauan Riau yang berkualitas dengan memperhatikan fasilitas dan

Dengan melihat hasil kedua siklus di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis

Berdasarkan penelitian ini yang dilakukan oleh saya, dapat diketahui perlindungan konsumen hukum bagi konsumen yang mengkonsumsi obat tradisional yang mengandung

[r]

perhitungan nilai rata-rata sebagai berikut: Berdasarkan hasil penghitungan nilai rata-rata sebesar 70,25 maka kemampuan menganalisis makna gaya bahasa metafora dalam

Penyusunan Renja Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bantul mengacu pada Rancangan Awal RKPD