i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY VARIASI
TALKING STICK BERBASIS MAGIC DISC PADA
KELAS IV DI MIN 1 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Diyah Sri Handayani
NIM. 115 14 156
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Diyah Sri Handayani
NIM : 115 14 156
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Fakultas : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh Perpustakaan
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)
Orang-orang yang sukses, telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yangharus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. (Aldus Huxley)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ibuku (Zuariyah) dan Bapakku (Muhammad Slamet) sebagai wujud baktiku
padanya, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya. Suamiku (Achmadi) yang selalu mendukung dan memberi semangat.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang
tiada henti. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul
“
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERIBANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
COURSE REVIEW HORAY VARIASI TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA MAGIC DISC PADA KELAS IV DI MIN 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2017/2018” Penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
4. Ibu Dra, Siti Farikhah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
mengarahkan, membimbing, memberi petunjuk, memberI motivasi, dan
viii
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staff perpustakaan yang telah memberikan layanan serta
bantuan kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing
serta memotivasi penulis, baik moral maupun spiritual.
7. Bapak Drs. Amin Murtadlo, M.PdI selaku Kepala Sekolah MIN 1
Semarang beserta guru-guru yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian di MIN 1 Semarang.
8. Bapak Lestariyo, M.PdI selaku wali kelas IV MIN 1 Semarang yang telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dan ridho dari Allah SWT
serta tercatat dalam bentuk amalan ibadah. Amin.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 16 Juli 2018
ix ABSTRAK
Sri Handayani, Diyah. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Course Review Horay Variasi Talking Stick Berbasis Magic Disc Pada Kelas IV Di MIN 1 Semarang Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga Pembimbing Dra, Siti Farikhah, M.Pd.
Kata Kunci : Matematika, Bangun Datar, Course Review Horay, Talking Stick, Magic Disc
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV MIN 1 Semarang Tahun 2017/2018 pada pelajaran Matematika materi bangun datar masih rendah dengan rata-rata kelas hanya mencapai 61.30 sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 68. Hal ini karena guru belum menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran tidak banyak melibatkan siswa dan terkesan teacher centered. Hal tersebut membuat pembelajaran monoton. Suasana pembelajaran juga kurang menyenangkan dan tampak menegangkan, sehingga membuat siswa kurang semangat mengikuti pembelajaran. Siswa tidak merespon dan hanya diam ketika guru bertanya.. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran Matematika. Model ini mengarahkan pemahaman siswa pada pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih mampu memahami materi, dan belajar Matematika menjadi lebih menyenangkan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbantuan media Magic Disc. Data dalam peneliti ini diambil dengan teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan observasi terhadap siswa.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 8
F. Metode Penelitian ... 10
xi BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ... 21
1. Hasil Belajar ... 21
2. Matematika ... 24
3. Materi Bangun Datar ( Keliling dan Luas Bangun Datar Gabungan; Persegi, Persegi panjang ... 26
4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 31
5. Course Review Horay (CRH) ... 35
6. Talking Stick ... 39
7. Course Review Horay (CRH) Variasi Talking Stick ... 42
8. Media Pembelajaran ... 44
9. Magic Disc ... 46
B. Kajian Pustaka ... 51
C. Kaitan Model Pembelajaran Kooperatif Course Review Horay (CRH) Variasi Talking Stick Berbantuan Media Magic Disc dan Pembelajaran Matematika ... 54
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 59
1. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 59
2. Tempat Penelitian ... 59
xii
4. Visi dan Misi ... 60
5. Keadaan Guru dan Siswa ... 61
B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 64
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 66
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 79
1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 79
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 82
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 93
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 113
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penskoran Kelompok ... 44
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 59
Tabel 3.2 Guru dan Tenaga Kependidikan MIN 1 Semarang ... 61
Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MIN 1 Semarang ... 63
Tabel 3.4 Rekapitulasi Nilai Tes Kondisi Awal Siswa ... 65
Tabel 4.1 Nilai Kondisi Awal Siswa ... 80
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 83
Tabel 4.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 84
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 85
Tabel 4.5 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 88
Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 89
Tabel 4.7 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 95
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 98
Tabel 4.9 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 99
Tabel 4.10 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 101
Tabel 4.11 Jumlah Perolehan Nilai Sswa Per Siklus ... 104
Tabel 4.12 Jumlah Perolehan Nilai Siswa Siklus I ... 106
Tabel 4.13 Hasil Penilaian Afektif Siswa Siklus I ... 106
Tabel 4.14 Jumlah Perolehan Nilai Siswa Siklus II ... 107
Tabel 4.15 Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus ... 108
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Design PTK Menurut Kemmis dan Mc.Taggart ... 11
Gambar 2.1 Persegi Panjang ... 27
Gambar 2.2 Persegi ... 29
Gambar 2.3 Persegi ... 29
Gambar 2.4 Bangun Datar Gabungan ... 30
Gambar 2.5 Bangun Datar Gabungan ... 30
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Siklus I ... 117
Lampiran 2 RPP Siklus II... 125
Lampiran 3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 133
Lampiran 4 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 136
Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 138
Lampiran 6 Lembar Obeservasi Siswa Siklus II ... 141
Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus I ... 143
Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus II ... 144
Lampiran 9 Materi Pelajaran ...145
Lampiran 10 Silabus ... 148
Lampiran 11 Lembar Hasil Kerja Siswa Siklus I ... 150
Lampiran 12 Lembar Hasil Kerja Siswa Siklus II ... 151
Lampiran 13 Dokumentasi ... 152
Lampiran 14 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 155
Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 156
Lampiran 16 Lembar Konsultasi Pembimbing ... 157
Lampiran 17 Daftar SKK ... 158
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan suatu ilmu yang penting untuk dipelajari
khususnya pada bangku sekolah dasar. Matematika di sekolah diberikan
sebagai mata pelajaran yang harus dikuasai siswa. Beberapa kurikulum
yang pernah diterapkan di Indonesia memasukkan mata pelajaran
matematika sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa.
Menurut Johnson dan Myklebust, sebagaimana dikutip oleh Sam’s
(2010: 11), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan pemikiran.
Sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat yang lain. Ia memandang
matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu teologi.
Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan
yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi (sebagaimana
dikutip oleh Fathani,2009: 21).
Proses pembelajaran suatu mata pembelajaran akan efektif bagi
siswa jika guru memiliki pengetahuan tentang objek yang akan diajarkan
supaya dalam menyampaikan materi tersebut penuh dengan dinamika dan
inovatif. Demikian juga dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar,
2
sepakat bahwa sasaran dalam pembelajaran matematika adalah abstrak.
Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh
guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat
mulai dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks (Sam’s,2010:
29).
Permasalahannya yaitu tidak sesuainya kemampuan siswa terhadap
materi yang disajikan guru. Guru hanya ingin menyelesaikan bahan
pelajaran yang tercantum dalam silabus, sedangkan siswa belum
memahami materi yang diajarkan. Sehingga yang sering terjadi yaitu siswa
belum bisa menemukan konsep dalam belajar matematika. Hal ini yang
menyebabkan matematika terlihat sulit dan tidak disukai dikalangan
banyak siswa. Padahal yang diharapkan siswa dapat menyukai pelajaran
matematika dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-harinya.
Berdasarkan temuan Depdiknas (2007: 10-18) dalam mengkaji
pelaksanaan kebijakan kurikulum Mata Pelajaran Matematika di sekolah
dasar, menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan
standar isi mata pelajaran Matematika. Berdasarkan aspek pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas masih konvensional,
model pembelajaran kurang bervariasi, guru cenderung menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab, sehingga kurang mengaktifkan siswa
3
Proses pembelajaran matematika kebanyakan masih belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Upaya guru ke arah peningkatan
kualitas proses pembelajaran belum optimal. Metode, pendekatan dan
evaluasi yang dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional. Hal ini
berdampak negatif terhadap daya serap siswa yang masih lemah.
Fenomena pelaksanaan pembelajaran Matematika tersebut,
merupakan gambaran yang terjadi di kelas IV MIN 1 Semarang.
Berdasarkan refleksi awal melalui data tes dan observasi bahwa
pembelajaran Matematika pada materi bangun datar masih belum optimal.
Guru belum menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan.
Pembelajaran tidak banyak melibatkan siswa dan terkesan teacher centered. Hal tersebut membuat pembelajaran monoton. Suasana pembelajaran juga kurang menyenangkan dan tampak menegangkan,
sehingga membuat siswa kurang semangat mengikuti pembelajaran. Siswa
tidak merespon dan hanya diam ketika guru bertanya. Siswa kurang berani
menyampaikan pendapat dan lebih banyak diam meskipun guru sudah
menunjuk mereka untuk mengajukan pendapat.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dalam KD 4.9
Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling dan luas daerah persegi,
persegi panjang dan segi tiga menunjukkan bahwa sebanyak 16 siswa dari
23 siswa atau 69,56% siswa belum mencapai KKM yang telah ditetapkan
yaitu 68. Melihat data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran tersebut,
4
kualitas pembelajaran matematika materi bangun datar, sebagai upaya
untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
Berdasarkan diskusi, peneliti dan guru kelas menetapkan alternatif
tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan dengan bantuan
media yang menarik. Model pembelajaran yang dipilih adalah model
pembelajaran kooperatif Course Review Horay (CRH).
Model pembelajaran kooperatif Course Review Horay (CRH) dipilih sebagai alternatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika bangun datar karena model ini dapat menciptakan suasana
kelas menjadi menyenangkan, tidak menegangkan, sehingga dapat
menumbuhkan rasa nyaman, keberanian, dan semangat dalam diri siswa
ketika mengikuti pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran kooperatif
Course Review Horay juga dapat melatih skill kerja sama antar siswa. Model ini mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalam situasi
pembelajaran. Siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu permainan
yang diberikan guru kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan.
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Kurniasih (2016: 81) bahwa
penggunaan model Course Review Horay dapat menguji pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau
kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang
5
harus berteriak “Horee!!” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Model
ini bersifat menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga
dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa, serta membantu
siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah.
Selain menggunakan model Course Review Horay, peneliti juga menggunakan model Talking Stick. Model ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari
guru setelah mempelajari materi pokoknya. (Shoimin, 2014:224)
Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi peserta didik SD, SMP dan SMA/SMK. Selain dapat mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat, model ini juga mampu menguji kesiapan siswa,
melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami isi materi
pelajaran dengan cepat, serta mengajak mereka untuk terus siap dalam
situasi apapun.
Pada penelitian ini, peneliti menggabungkan kedua model tersebut
dalam proses pembelajaran. Dengan penerapan model Course Review Horay dengan Talking Stick tersebut siswa tidak hanya mampu dalam kecakapan akademik saja, akan tetapi juga kecakapan sosial. Proses
pembelajaran yang berlangsung dapat memenuhi tuntutan kurikulum yang
berorientasi pada kompetensi dan life skill, sehingga potensi dan kompetensi siswa yang selama ini terpendam dapat berkembang secara
6
Selain penggunaan dua model di atas, peneliti juga menggunakan
media Magic Disc. Media Magic Disc merupakan media baru sebagai alat bantu guru dalam mengajar. Media ini seperti media kemudi pintar yang
berbentuk lingkaran dan dapat diputar, diamana dilingkaran tersebut juga
terdapat materi pelajaran. Media ini dapat menarik perhatian siswa dengan
desain yang menarik dan siswa akan lebih bersemangat dalam belajar.
Dengan adanya media ini, siswa akan lebih tertarik dengan
Matematika karena media ini dirancang dengan desain yang menarik
sehingga siswa tidak bosan ketika belajar. Selain itu, Pembelajaran akan
lebih fokus dan terarah. Maka dari itu dalam hal ini peneliti memilih
model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick dengan menggunakan media Magic Disc dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.
Dari latar belakang diatas penulis mengadakan penelitian dengan
judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI BANGUN DATAR MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY VARIASI TALKING STICK BERBASIS MAGIC DISC PADA SISWA KELAS IV DI MIN 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan model pembelajaran
7
dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun datar pada
siswa kelas IV di MIN 1 Semarang Tahun Ajaran 2017/2018?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian disesuaikan dengan rumusan
masalah yang sudah disebutkan di atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi bangun datar
melalui model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc pada siswa kelas IV di MIN 1 Semarang Tahun Ajaran 2017/2018.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang dapat diambil dari hasil penelitian tindakan
kelas ini adalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika melalui model
pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pendukung teori dan sumber informasi untuk penelitian-penelitian
beriikutnya yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Menambah pengalaman belajar siswa pada mata pelajaran
8
2) Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
Matematika terutama pada materi bangun datar.
3) Pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan menjadi lebih
bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
b. Bagi Guru
1) Menambah informasi dan pengalaman bagi guru dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
2) Menjadi referensi guru untuk meningkatkan kreativitas dan
kemampuan mengadakan pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan terutama dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick.
3) Menambah pengetahuan tentang PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
4) Menambah wawasan guru tentang penggunaan media yang
menarik dan menyenangkan, terutama penggunaan media
pembelajaran Magic Disc. c. Bagi Madrasah
Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran yang dapat meningkatkan
9
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap terhadap
masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling
tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui
PTK (Mulyasa, 2011:63).
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
pada penelitian ini hipotesis alternatif yaitu penerapan model pembelajaran
kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc pada mata pelajaran matematika materi bangun datar dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV semester 1 MIN 1 Semarang tahun pelajaran
2017-2018.
Penerapan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai, adapun indikator yang dirumuskan peneliti
adalah:
a. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dan
siklus selanjutnya.
b. Siswa kelas IV MIN 1 Semarang dapat mencapai target Kriteria
Ketuntasan Minimal ( KKM ) dalam pembelajaran matematika materi
bangun datar yang telah ditentukan oleh madrasah yaitu 68.
c. Siswa kelas IV MIN 1 Semarang dapat mencapai target Kriteria
Ketuntasan Klasikal yaitu 75%. Dari segi hasil, proses pembentukan
10
perilaku positif pada diri peserta didik seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar 75% (Mulyasa, 2013:131).
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas. Kemmis menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan
upaya mengujicobakan ide-ide dalam praktik untuk memperbaiki atau
mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas (Samsu
Sumadayo, 2013: 21).
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV
MIN 1 Semarang dengan jumlah keseluruhan 23 siswa yaitu 11 siswa
laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti menggunakan pola
kolaboratif yaitu peneliti sebagai pengamat. Waktu pelaksanaan
penelitian ini pada semester 1 tahun ajaran 2017/2018.
3. Langkah- Langkah Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang dirancang dalam penelitian
ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc yang dilaksanakan dalam dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari empat
11 a. Rencana ( plaining )
b. Pelaksanaan tindakan ( action ) c. Pengamatan ( observation )
d. Refleksi ( reflektion ) (Samsu Sumadayo, 2013: 27) Berikut gambaran keempat langkah siklus penelitian:
Gambar1.1 Design Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis
dan Mc Taggart (Sam’s,2010: 73).
Berdasarkan gambar di atas, langkah-langkah siklus penelitian
12 a. Perencanaan
1) Menyiapkan RPP Matematika dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc pada mata pelajaran matematika. 2) Menyiapkan fasilitas, sarana dan media yang digunakan dalam
pembelajaran.
3) Menyiapkan soal sebagai tes tertulis.
4) Mempersiapkan instrumen penilaian.
b. Pelaksanaan tindakan
Tahap ini guru melaksanakan satuan perencanaan tindakan
yang telah tertulis di RPP matematika. RPP tersebut terdiri dari
tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup.
c. Pengamatan
Bagian pengamatan guru melakukan pengamatan yang
meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan
pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar
dapat dievaluasi dan dijadikan dasar dalam melakukan refleksi.
d. Refleksi
Tahap refleksi diantaranya: menganalisis, mensintesis,
memaknai, dan menyimpulkan. Kegiatan refleksi dipandang
sebagai upaya untuk memahami dan memaknai proses dan hasil
13
kegiatan pengamatan mengahasilkan tentang cerita apa yang terjadi.
Refleksi didasarkan pada bukti-bukti empiris yang telah terkumpul
serta teori-teori yang relevan (Samsu Somadayo, 2013:51-60).
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, dan pengamatan
peneliti bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai
proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan
dengan refleksi sesuai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
melalui model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dimaksudkan adalah alat yang digunakan oleh guru
atau observer untuk mengukur dan mengambil data yang akan
dimanfaatkan untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan
yang dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Silabus
Silabus sebagai pedoman pokok dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut, salah satunya sebagai pedoman dalam
pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) . Berdasarkan
silabus tematik kelas IV tema Berbagai Pekerjaan, dapat diketahui
KD yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu KD 3.9
Menjelaskan dan menentukan keliling dan luas daerah persegi,
14
berkaitan dengan keliling dan luas daerah persegi, persegi panjang,
dan segi tiga.
b. RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan salah
satu persiapan yang harus disiapkan guru sebelum mengajar.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran
untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran yaitu mencakup satu
kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa
indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Berdasarkan KD
diatas, dapat dirumuskan indikator pencapaian kompetensi sebagai
berikut :
3.9.4 Menemukan cara mencari luas dan keliling bangun datar
gabungan (persegi dan persegi panjang) menggunakan benda
konkret.
4.9.4 Menyelesaikan masalah tentang luas dan keliling bangun
datar gabungan (persegi dan persegi panjang).
c. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada penelitian ini yaitu tentang luas
dan keliling bangun datar gabungan. Bangun datar gabungan
adalah bangun datar yang terbentuk dari beberapa bangun datar
15
dipelajari adalah bangun datar gabungan persegi dan persegi
panjang.
d. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah daftar kegiatan kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati. Lembar observasi yang
digunakan yaitu lembar observasi untuk mengamati guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc dan lembar observasi untuk siswa. Disamping itu juga observer mendokumentasikan
dengan foto-foto serta mencatat proses pembelajaran untuk
mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
e. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian yang akan digunakan peneliti adalah
tes tertulis, peneliti akan menyajikan sederetan pertanyaan atau soal
latihan. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc dalam mata pelajaran matematika. 5. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan
16 a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematis. Metode ini
digunakan untuk mengetahui tingkat kelemahan dan kelebihan
dalam pembelajaran berkaitan dengan proses kegiatan belajar
mengajar oleh guru dan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran matematika.
b. Wawancara
Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur untuk
mendapatkan informasi dari narasumber yaitu Bapak Lestariyo,
M.PdI selaku wali kelas IV dan Bapak Drs. Amin Murtadlo, M.PdI
selaku Kepala Sekolah MIN 1 Semarang. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara bebas, dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi
pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari
masalah yang ingin digali dari responden.
6. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai
tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 68 (sesuai KKM
matematika kelas IV di MIN 1 Semarang). Siswa dikatakan tuntas
belajarnya atau mencapai KKM jika nilai perolehan siswa 68.
Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya atau belum
17
Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui
siklus-siklus digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu kelas
dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut >75% siswa telah
tuntas belajarnya (Mulyasa, 2013:131). Presentase ketuntasan klasikal
dapat dihitung menggunakan rumus (Daryanto, 2011:192):
P = ∑
∑ X 100%
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini
digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut
dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga juga dijadikan sebagai
bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau
bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model
pembelajaran yang tepat (Zainal, 2014: 41)
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini masing-masing bab dapat
dirinci sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi yang mengantarkan
pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk
apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu, bab
pendahuluan pada skripsi ini memuat (1) latar belakang masalah, (2)
rumusan masalah, (3) hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan P = ∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
18
(4) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) metode penelitian,
dan (6) sistematika penelitian.
2. Bab II Landasan Teori
Landasan teori pada bab II ini berisi tentang kajian teori dan kajian
pustaka. Kajian teori memuat tentang hasil belajar (pengertian belajar,
pengertian hasil belajar, klasifikasi hasil belajar), tentang matematika,
materi bangun datar (keliling dan luas bangun datar gabungan persegi
dan persegi panjang), model pembelajaan kooperatif, Course Review Horay (pengertian, kekurangan dan kelebihan Course Review Horay), Talking Stick (pengertian, langkah-langkah, kekurangan dan kelebihan Talking Stick), media pembelajaran dan tentang media Magic Disc. Selain itu dalam kajian teori juga memuat keterkaitan antara
pembelajaran matematika materi bangun datar dengan model
pembelajaran kooperatif Course Review Horay, keterkaitan antara pembelajaran matematika materi bangun datar dengan model Talking Stick, keterkaitan antara pembelajaran matematika materi bangun datar dengan media Magic Disc dan keterkaitan pembelajaran matematika materi bangun datar dengan model pembelajaran
19 3. Bab III Pelaksanaan Penelitian
Bab ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan tiap siklus. Tiap siklus
membahas 4 tahap pelaksanaan siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Dimulai dari pembahasan pelaksanaan
siklus I, dilanjutkan siklus II dan siklus selanjutnya jika diperlukan.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penilitian per siklus akan di deskripsikan pada bab ini. Dimulai
dari pembahasan kondisi awal (pra siklus), siklus I, siklus II, dan
siklus selanjutnya jika diperlukan. Dalam bagian ini disajikan hasil
penelitian dan pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui bahwa model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
materi Bangun Datar kelas IV di MIN 1 Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018.
5. Bab V Penutup
Pada bagian penutup ini terdapat 2 poin pembahasan, yaitu
kesimpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan akan disimpulkan
mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc pada mata pelajaran Matematika materi Bangun Datar dapat meningkatkan hasil belajar
20
setelah melakukan penelitian peneliti memberikan saran kepada pihak
21 BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut kamus bahasa Indonesia belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (afandi, dkk,
2013: 2). Selaras dengan pengertian belajar di atas, sedangkan
menurut Drs. Slameto, sebagaimana dikutip oleh Djamarah (2011:
13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi
seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode tertentu
dan bukan merupakan hasil dari proses pertumbuhan (Sam’s, 2010:
31). Sedangkan menurut Djamarah, sebagaimana dikutip oleh
Muhamad Afandi, dkk (2013: 2) belajar adalah seragkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
22 b. Pengertian Hasil Belajar
Seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar belajar
maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau
beberapa aspek tingkah laku sebagai akibat hasil belajar.
Selanjutnya Sanjaya mengemukakan bahwa hasil belajar tingkah
laku sebagai hasil belajar dirumuskan dalam bentuk kemampuan
dan kompetensi yang dapat diukur atau dapat ditampilkan melalui
performance siswa (Muhamad Afandi, dkk, 2013: 4).
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang
berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan
atau pengalaman yang diperoleh. Lebih jauh hubungannya dengan
hasil belajar Gagne dan Briggs, sebagaimana dikutip oleh Sam’s
(2010: 34) mengemukakan adanya lima kemampuan yang
diperoleh seseorang sebagai hasil belajar yaitu keterampilan
intelektual, strategi, kognitif, informasi verbal, keterampilan
motorik dan sikap.
Adapun hasil belajar menurut Bloom dalam Purwanto
menggolongkan kedalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam
setiap proses belajar mengajar. Tiga ranah tersebut adalah ranah
kognitif, efektif, dan psikomotor (sebagaimana dikutip oleh
Sams,2010: 35).
Berdasarkan Permendikbud no. 104 tahun 2014, penilaian
23
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses
pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, dan sintesis yang diraih siswa dan merupakan
tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar
(Sam’s,2010: 37)
c. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk
memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan
mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilaksanakan untuk
memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian. Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik memiliki tujuan untuk:
1) Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi;
2) Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi;
3) Menetapkan program perbaikan atau pengayaan
berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi; dan
24
d. Lingkup Penilaian Hasil Belajar
Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup
kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Berikut sasaran
penilaian hasil belajar di tiap kompetensinya (Permendikbud,2014:
4) :
1) Kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial
meliputi tingkatan sikap: menerima, menanggapi,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai spiritual
dan nilai sosial.
2) Kompetensi pengetahuan meliputi tingkatan kemampuan
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.
3) Kompetensi keterampilan mencakup keterampilan abstrak
dan keterampilan konkrit.
2. Matematika
Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI), matematika
didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan (Fathani,2009: 22).
Matematika berasal dari kata Yunani "mathein" atau
25
dikutip oleh Subarinah kata matematika diduga erat hubungannya
dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian,
ketahuan atau intelegensia.
Johnson dan Myklebust, sebagaimana dikutip oleh Sam’s
(2010: 11-12), berpendapat bahwa matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan pemikiran. Sedangkan menurut Mulyani Sumantri
matematika adalah pengetahuan yang tidak kurang pentingnya dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan pengajaran matematika
ialah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan mempergunakan
angka-angka dan bahasa dalam matematika.
Sujono mengemukakan beberapa pengertian matematika.
Diantaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan
masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan
matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai
ide dan kesimpulan (Fathani,2009: 19).
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar
mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas
berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
26
terhadap materi Matematika. Menurut Hans Freudental dalam Susanto,
Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika merupakan
cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan
bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari
aktivitas insan tersebut. Pada hakikatnya, Matematika tidak terlepas
dari kehidupan sehari-hari, dalam arti Matematika memiliki kegunaan
yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan
yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau
harus berpaling kepada Matematika (Sam’s, 2010:25).
3. Materi Bangun Datar (Keliling dan Luas Bangun Datar
Gabungan; Persegi, Persegi Panjang)
Bangun datar merupakan bentuk-bentuk geometri berdimensi dua,
terletak pada bidang datar, dan memiliki dua unsur, yaitu panjang dan
lebar. Berikut ini bentuk-bentuk, keliling, dan luas bangun datar
(Firmanawaty, 2003: 61-63).
a. Persegi Panjang
Persegi panjang berbentuk segiempat khusus. Setiap bangun datar
dinamakan persegi panjang jika :
1) Memiliki 4 sudut yang semuanya merupakan sudut siku-siku.
2) Memiliki 4 sisi, setiap sisi yang berhadapan sama panjang.
27
4) Memiliki 2 diagonal yang sama panjang dan berpotongan di
satu titik.
Gambar 2.1 Persegi Panjang Rumus keliling dan luas persegi adalah :
1) Keliling persegi panjang
Keliling persegi panjang adalah jumlah sisi-sisi persegi panjang
atau jumlah panjang keempat sisinya. Pada Gambar persegi
panjang di atas, keliling ABCD = AB + BC + CD + DA pada
persegi panjang. Sisi yang lebih panjang disebut panjang yang
dinotasikan dengan p, dan sisi yang lebih pendek disebut lebar, yang dinotasikan dengan l. Jadi, rumus keliling persegi panjang adalah :
atau
2) Luas persegi panjang
Luas persegi panjang ABCD adalah jumlah persegi satuan yang
ada di dalam daerah persegi panjang ABCD . Luas ABCD yang
diperoleh itu sama dengan hasil kali, panjang, dan lebarnya. K = p + l + p + l
=
28
Dari uraian di atas maka diperoleh rumus luas persegi panjang
adalah :
b. Persegi/Bujur Sangkar
Persegi termasuk segiempat khusus karena memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
1) Semua sisinya sama panjang.
2) Semua sudutnya siku-siku dengan total sudut dalamnya adalah
360˚.
3) Memiliki diagonal yang sama panjang dan saling tegak lurus
membentuk sudut 90˚.
4) Memiliki 4 simetri lipat, 4 sumbu simetri, dan 4 simetri putar.
Gambar 2.2 Persegi Rumus keliling dan luas persegi adalah :
1) Keliling persegi
Keliling adalah ukuran panjang sisi yang mengitari bangun
datar AB, BC, CD, AD adalah sisi-sisi yang membentuk
persegi ABCD. Keliling jajar genjang sama dengan jumlah
panjang ruas garis yang membatasi persegi tersebut. L = p x l
29
Gambar 2.3 Persegi
Keliling persegi ABCD adalah jumlah panjang sisi-sisinya,
yaitu dirumuskan sebagai berikut
Karena panjang AB = CD = AD = BC maka rumus kelilingnya
ABCD dapat dituliskan :
2) Luas Persegi
Luas persegi adalah daerah yang berada di dalam batas
ruas-ruas persegi tersebut. Untuk menghitung luas persegi
menggunakan rumus yaitu :
c. Bangun Datar Gabungan
Bangun datar gabungan adalah bangun datar yang terbentuk dari
beberapa bangun datar sederhana (Irene,dkk,2016: 37-38). K = AB + BC + CD + AD
K = 4 x s
30
Gambar 2.4 Bangun Datar Gabungan
Bangun datar gabungan di atas terdiri dari bangun datar persegi
dan persegi panjang. Untuk mencari keliling dan luas bangun datar
gabungan diatas, dapat menggunakan cara sebagai berikut :
Keliling bangun datar gabungan
K = Jumlah anjang sisi luar bangun datar gabungan
= a + b + c + d + e + f
Luas bangun datar gabungan
L = Luas A + Luas B
Gambar 2.5 Bangun Datar Gabungan
Bangun datar gabungan diuraikan menjadi beberapa bangun datar
sederhana.
Luas bangun A (persegi panjang) = 10cm x 5cm = 50 cm²
Luas bangun B (persegi ) = 5cm x 5cm = 25 cm²
31
= 50 cm² + 25 cm²
= 75 cm²
4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas
daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model
pembelajaran mencakup suatu pendekatan pembelajaran yang luas
dan menyeluruh. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman untuk merencanakan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran ibarat bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
Model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan
metodologis dan prosedual.
Menurut Arends model pembelajaran mempunyai karakteristik
yang sama dengan strategi pengajaran dan metode pengajaran.
Namun model pembelajaran mempunyai keistimewaan. Model
pembelajaran menyiratkan sesuatu yang lebih besar daripada
strategi, metode, atau taktik pembelajaran tertentu karena model
32
keseluruhan dan bukan strategi atau teknik tertentu (sebagaimana
dikutip oleh Suprijono,2016: 51-52)
Adapun Soekamto, dkk, sebagaimana dikutip oleh Trianto
(2009: 22), mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin menyatakan bahwa belajar kooperatif bukanlah sesuatu
yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah
menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat bekerja
dalam laboratorium. Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk
dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk
bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru.
Menurut Artzt & Newman, sebagaimana dikutip oleh Trianto
(2009: 56), dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai
suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Johnson dan Johnson, sebagaimana dikutip oleh Huda (2011:
33
together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama). Dalam suasana kooperatif, setiap anggota
sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh
semua anggota kelompok.
Menurut Isjoni, sebagaimana dikutip oleh Slavin (2008:4-5),
model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Sedangkan menurut Suyatno, model kooperatif
adalah model belajar yang menekankan belajar dalam kelompok
heterogen saling membantu satu sama lain, bekerja sama
menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk
memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun
individual.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif
memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah
berdasarkan penelitian dasar (yang dirangkum dalam buku ini)
yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibat-akibat
positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar
kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam
bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain
34
berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta
mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk
mencapai hal-hal semacam itu.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial
dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif (Trianto,2009: 56)
Pembelajaran kooperatif berjalan dengan baik dan dapat
diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang
khusus untuk anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, dan
bahkan untuk yang tingkat kecerdasan “rata-rata”, dan khususnya
sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat
kemampuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat
perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya masalah.
Karena sekolah bergerak dari sistem pengelompokan berdasarkan
kemampuan menuju pengelompokan yang lebih heterogen,
pembelajaran kooperatif menjadi semakin penting. Lebih jauh lagi,
pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar
35
etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus
terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini
jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan
pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda (Slavin
(terjemahan),2008: 5)
Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif yang
telah diuraikan, peneliti menarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah cara melaksanakan pembelajaran
yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar bersama
siswa lain dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif dapat
membantu siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Melalui pembelajaran kooperatif, selain
pemahaman materi, juga akan melatih siswa bersikap dengan baik
dalam berinteraksi sosial dengan orang lain.
5. Course Review Horay (CRH)
a. Pengertian Course Review Horay (CRH)
Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas yang meriah
dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab
benar diwajibkan berteriak “hore!” atau yel-yel lainnya yang
36
soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor
dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau
tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung
berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah satu pembelaaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan
cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil
(Kurniasih, 2016: 81)
b. Langkah-Langkah Model Course Review Horay
Ada beberapa langkah model Course Review Horay saat diterapkan dalam pembelajaran. Warso (2017: 103) menjelaskan
langkah- langkah model pembelajaran Course Review Horay (CRH) yaitu sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak
9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka
sesuai dengan seler masing-masing siswa.
5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan
jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru
dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda “√” dan
37
6) Siswa yang sudah mendapat tanda “√” vertikal atau
horisontal, atau diagonal harus berteriak horay... atau
yel-yel lainnya.
7) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan jumlah
horay yang diperoleh
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Course Review Horay adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan menerapkan model pembelajaran menarik dan menciptakan
suasana belajar menjadi menyenangkan, meriah dan tidak
menegangkan.
c. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Course Review
Horay (CRH)
Dalam setiap metode pembelajaran pasti memiliki
kelemahan ataupun kelebihannya masing-masing.
1) Kelebihan metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) a) Pembelajaran lebih menarik
Artinya, dengan menggunakan metode pembelajaran CRH
siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang
akan disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan
games ataupun simulasi lainnya.
b) Mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalam situasi
38
Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu
games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta
didiknya yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan guru.
c) Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan
sehingga suasana tidak menegangkan, dengan begitu siswa
tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak
berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.
d) Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih
menyenangkan
Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh
apabila metode yang digunakan oleh guru adalah model
ceramah. Oleh karena itu, dengan menggunakan model
pembelajaran course review horay (CRH) mampu membangkitkan semangat belajar terutama anak Sekolah
Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.
e) Melatih kerjasama antar siswa di dalam kelas
Artinya, model ini dapat melatih siswa agar dapat berbicara
secara kritis, kreatif dan inovatif. Sehingga tidak akan
menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi
interaksi diantara guru dan siswa maupun kerjasama antar
39
2) Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) a) Siswa aktif dan siswa yang pasif nilai disamakan
Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak
mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan
guru dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa
membedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
b) Adanya peluang untuk berlaku curang
Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan
baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan
memperhatikan per-kelompok yang menjawab horey,
sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar
(Kurniasih,2018: 81).
6. Talking Stick
a. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian banyak satu model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat. Tongkat
dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi
pelajaran.
Model ini sangat sederhana dan cukup mudah untuk
dipraktekkan, khususnya pada siswa-siswa SD, SMP, SMA/SMK.
40
untuk melatih siswa berani berbicara. Dengan model
pembelajaran ini suasana kelas bisa terlihat lebih hidup dan tidak
monoton.
Istilah talking stick (tongkat berbicara) sebenarnya istilah yang sudah berumur panjang. Karena metode ini berawal dari
kebiasaan penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum
(pertemuan antar suku). Dan dengan perkembangan informasi dan
teknologi, model ini diadopsi untuk dipergunakan dalam sistem
pembelajaran di sekolah-sekolah (Kurniasih,2016: 83).
Dalam penerapan pembelajaran talking stick guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 peserta
didik yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan, atau
minat yang berbeda. Model pembelajaran ini cocok digunakan
untuk semua kelas dan semua tingkatan umur
(Huda,2013:224-225).
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick yaitu :
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang penjangnya kira – kira
41
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membaca dan mempelajari materi pelajaran tersebut dalam
waktu yang telah ditentukan.
3) Setelah peserta didik selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan peserta didik untuk
menutup bukunya.
4) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah
satu anggota kelompok, dan tongkat disalurkan dari peserta
didik yang satu ke peserta didik yang lain, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya
sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru (Warso, 2017: 99).
Ketika stick bergilir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi dengan musik.
5) Peserta didik yang lainnya boleh membantu menjawab
pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab
pertanyaan.
6) Setelah semuanya mendapat giliran, guru membuat kesimpulan
dan melakukan evaluasi, baik individu ataupun secara
berkelompok. Dan setelah itu menutup pelajaran
42
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Setiap model pembelajaran pastinya memiliki kelebihan
dan kelemahan. Berikut ini akan dipaparkan kelebihan dan
kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick adalah (Kurniasih, 2016: 83)
1) Menguji kesiapan peserta didik dalam penguasaan
pembelajaran
2) Melatih membaca dan memahami dengan cepat materi yang
telah disampaikan
3) Memacu agar peserta didik untuk lebih giat belajar, karena
peserta didik tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada
gilirannya.
d. Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick
Menurut Kurniasih (2016: 83) kelemahan dari model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick yaitu jika ada siswa yang tidak memahami pelajaran, siswa akan merasa gelisah dan
43
7. Course Review Horay (CRH)Variasi Talking Stick
Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting dan menjadi
kebutuhan seorang anak dalam masa pertumbuhan. Selain itu bermain
juga dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan yang biasanya
digunakan dalam pembelajaran tingkat sekolah dasar. Maka, dalam
penelitian ini, peneliti menggabungkan dua model pembelajaran
kooperatif yaitu model pembelajaran Course Review Horay (CRH) divariasikan dengan model pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran matematika, yang mana model pembelajaran ini
mengajak siswa bermain dan bernyanyi sambil belajar. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
2) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
3) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik
dengan tanya jawab.
4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, satu kelompok
berisi 5-6 siswa.
5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu
kelompok.
6) Guru menyalakan musik dan meminta siswa mengoper tongkat ke
kelompok yang lain sampai musik selesai diputar. Guru akan
memberikan pertanyaan kepada kelompok yang mendapat giliran
44
kelompok yang menjawab benar langsung berteriak “horee” atau
yel-yel yang mereka buat sendiri.
7) Guru memberikan tanda “√” untuk kelompok yang menjawab
benar pada tabel yang telah dibuat guru di papan tulis agar semua
kelompok mengetahui skor masing-masing.
Tabel 2.1 Penskoran Kelompok
Nomor
8) Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh
nilai tertinggi.
8. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk
jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar (Arief S. Sadiman dkk,2009: 9). Menurut Azhar Arsyad
secara bahasa media berarti pengantar pesan dari pengirim kepada
45
proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal (Sukiman,2012:
28).
AECT (Association for Education Communication Technology) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan sesuatu yang digunakan orang untuk mengeluarkan pesan atau
informasi (Arief S. Sadiman dkk,2009: 9). Sedangkan National Educaion Associaton (NEA) mengartikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan
tersebut (Sukiman,2012: 28).
Asnawir dan Basyiruddin Usman (2002: 11) menyimpulkan
bahwa pengertian media merupakan suatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemauan audien (siswa) sehingga sangat mendorong terjadinya
proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan
memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Arief S. Sadiman kegunaan-kegunaan media