• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY VARIASI TALKING STICK BERBASIS MAGIC DISC PADA KELAS IV DI MIN 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY VARIASI TALKING STICK BERBASIS MAGIC DISC PADA KELAS IV DI MIN 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY VARIASI

TALKING STICK BERBASIS MAGIC DISC PADA

KELAS IV DI MIN 1 SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Diyah Sri Handayani

NIM. 115 14 156

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Diyah Sri Handayani

NIM : 115 14 156

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Fakultas : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh Perpustakaan

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)

Orang-orang yang sukses, telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yangharus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. (Aldus Huxley)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ibuku (Zuariyah) dan Bapakku (Muhammad Slamet) sebagai wujud baktiku

padanya, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya. Suamiku (Achmadi) yang selalu mendukung dan memberi semangat.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur

kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang

tiada henti. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

COURSE REVIEW HORAY VARIASI TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA MAGIC DISC PADA KELAS IV DI MIN 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2017/2018” Penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah.

4. Ibu Dra, Siti Farikhah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengarahkan, membimbing, memberi petunjuk, memberI motivasi, dan

(8)

viii

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staff perpustakaan yang telah memberikan layanan serta

bantuan kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing

serta memotivasi penulis, baik moral maupun spiritual.

7. Bapak Drs. Amin Murtadlo, M.PdI selaku Kepala Sekolah MIN 1

Semarang beserta guru-guru yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian di MIN 1 Semarang.

8. Bapak Lestariyo, M.PdI selaku wali kelas IV MIN 1 Semarang yang telah

mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga segala

bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dan ridho dari Allah SWT

serta tercatat dalam bentuk amalan ibadah. Amin.

Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi

penulis dan pembaca pada umumnya.

Salatiga, 16 Juli 2018

(9)

ix ABSTRAK

Sri Handayani, Diyah. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Course Review Horay Variasi Talking Stick Berbasis Magic Disc Pada Kelas IV Di MIN 1 Semarang Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga Pembimbing Dra, Siti Farikhah, M.Pd.

Kata Kunci : Matematika, Bangun Datar, Course Review Horay, Talking Stick, Magic Disc

Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV MIN 1 Semarang Tahun 2017/2018 pada pelajaran Matematika materi bangun datar masih rendah dengan rata-rata kelas hanya mencapai 61.30 sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 68. Hal ini karena guru belum menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran tidak banyak melibatkan siswa dan terkesan teacher centered. Hal tersebut membuat pembelajaran monoton. Suasana pembelajaran juga kurang menyenangkan dan tampak menegangkan, sehingga membuat siswa kurang semangat mengikuti pembelajaran. Siswa tidak merespon dan hanya diam ketika guru bertanya.. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran Matematika. Model ini mengarahkan pemahaman siswa pada pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih mampu memahami materi, dan belajar Matematika menjadi lebih menyenangkan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbantuan media Magic Disc. Data dalam peneliti ini diambil dengan teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan observasi terhadap siswa.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

(11)

xi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ... 21

1. Hasil Belajar ... 21

2. Matematika ... 24

3. Materi Bangun Datar ( Keliling dan Luas Bangun Datar Gabungan; Persegi, Persegi panjang ... 26

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 31

5. Course Review Horay (CRH) ... 35

6. Talking Stick ... 39

7. Course Review Horay (CRH) Variasi Talking Stick ... 42

8. Media Pembelajaran ... 44

9. Magic Disc ... 46

B. Kajian Pustaka ... 51

C. Kaitan Model Pembelajaran Kooperatif Course Review Horay (CRH) Variasi Talking Stick Berbantuan Media Magic Disc dan Pembelajaran Matematika ... 54

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 59

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 59

2. Tempat Penelitian ... 59

(12)

xii

4. Visi dan Misi ... 60

5. Keadaan Guru dan Siswa ... 61

B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 64

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 66

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 79

1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 79

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 82

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 93

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penskoran Kelompok ... 44

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 59

Tabel 3.2 Guru dan Tenaga Kependidikan MIN 1 Semarang ... 61

Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MIN 1 Semarang ... 63

Tabel 3.4 Rekapitulasi Nilai Tes Kondisi Awal Siswa ... 65

Tabel 4.1 Nilai Kondisi Awal Siswa ... 80

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 83

Tabel 4.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 84

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 85

Tabel 4.5 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 88

Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 89

Tabel 4.7 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 95

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 98

Tabel 4.9 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 99

Tabel 4.10 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 101

Tabel 4.11 Jumlah Perolehan Nilai Sswa Per Siklus ... 104

Tabel 4.12 Jumlah Perolehan Nilai Siswa Siklus I ... 106

Tabel 4.13 Hasil Penilaian Afektif Siswa Siklus I ... 106

Tabel 4.14 Jumlah Perolehan Nilai Siswa Siklus II ... 107

Tabel 4.15 Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus ... 108

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Design PTK Menurut Kemmis dan Mc.Taggart ... 11

Gambar 2.1 Persegi Panjang ... 27

Gambar 2.2 Persegi ... 29

Gambar 2.3 Persegi ... 29

Gambar 2.4 Bangun Datar Gabungan ... 30

Gambar 2.5 Bangun Datar Gabungan ... 30

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Siklus I ... 117

Lampiran 2 RPP Siklus II... 125

Lampiran 3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 133

Lampiran 4 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 136

Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 138

Lampiran 6 Lembar Obeservasi Siswa Siklus II ... 141

Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus I ... 143

Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus II ... 144

Lampiran 9 Materi Pelajaran ...145

Lampiran 10 Silabus ... 148

Lampiran 11 Lembar Hasil Kerja Siswa Siklus I ... 150

Lampiran 12 Lembar Hasil Kerja Siswa Siklus II ... 151

Lampiran 13 Dokumentasi ... 152

Lampiran 14 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 155

Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 156

Lampiran 16 Lembar Konsultasi Pembimbing ... 157

Lampiran 17 Daftar SKK ... 158

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan suatu ilmu yang penting untuk dipelajari

khususnya pada bangku sekolah dasar. Matematika di sekolah diberikan

sebagai mata pelajaran yang harus dikuasai siswa. Beberapa kurikulum

yang pernah diterapkan di Indonesia memasukkan mata pelajaran

matematika sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa.

Menurut Johnson dan Myklebust, sebagaimana dikutip oleh Sam’s

(2010: 11), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan pemikiran.

Sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat yang lain. Ia memandang

matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu teologi.

Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan

yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi (sebagaimana

dikutip oleh Fathani,2009: 21).

Proses pembelajaran suatu mata pembelajaran akan efektif bagi

siswa jika guru memiliki pengetahuan tentang objek yang akan diajarkan

supaya dalam menyampaikan materi tersebut penuh dengan dinamika dan

inovatif. Demikian juga dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar,

(17)

2

sepakat bahwa sasaran dalam pembelajaran matematika adalah abstrak.

Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh

guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat

mulai dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks (Sam’s,2010:

29).

Permasalahannya yaitu tidak sesuainya kemampuan siswa terhadap

materi yang disajikan guru. Guru hanya ingin menyelesaikan bahan

pelajaran yang tercantum dalam silabus, sedangkan siswa belum

memahami materi yang diajarkan. Sehingga yang sering terjadi yaitu siswa

belum bisa menemukan konsep dalam belajar matematika. Hal ini yang

menyebabkan matematika terlihat sulit dan tidak disukai dikalangan

banyak siswa. Padahal yang diharapkan siswa dapat menyukai pelajaran

matematika dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-harinya.

Berdasarkan temuan Depdiknas (2007: 10-18) dalam mengkaji

pelaksanaan kebijakan kurikulum Mata Pelajaran Matematika di sekolah

dasar, menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan

standar isi mata pelajaran Matematika. Berdasarkan aspek pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas masih konvensional,

model pembelajaran kurang bervariasi, guru cenderung menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab, sehingga kurang mengaktifkan siswa

(18)

3

Proses pembelajaran matematika kebanyakan masih belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Upaya guru ke arah peningkatan

kualitas proses pembelajaran belum optimal. Metode, pendekatan dan

evaluasi yang dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional. Hal ini

berdampak negatif terhadap daya serap siswa yang masih lemah.

Fenomena pelaksanaan pembelajaran Matematika tersebut,

merupakan gambaran yang terjadi di kelas IV MIN 1 Semarang.

Berdasarkan refleksi awal melalui data tes dan observasi bahwa

pembelajaran Matematika pada materi bangun datar masih belum optimal.

Guru belum menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan.

Pembelajaran tidak banyak melibatkan siswa dan terkesan teacher centered. Hal tersebut membuat pembelajaran monoton. Suasana pembelajaran juga kurang menyenangkan dan tampak menegangkan,

sehingga membuat siswa kurang semangat mengikuti pembelajaran. Siswa

tidak merespon dan hanya diam ketika guru bertanya. Siswa kurang berani

menyampaikan pendapat dan lebih banyak diam meskipun guru sudah

menunjuk mereka untuk mengajukan pendapat.

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dalam KD 4.9

Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling dan luas daerah persegi,

persegi panjang dan segi tiga menunjukkan bahwa sebanyak 16 siswa dari

23 siswa atau 69,56% siswa belum mencapai KKM yang telah ditetapkan

yaitu 68. Melihat data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran tersebut,

(19)

4

kualitas pembelajaran matematika materi bangun datar, sebagai upaya

untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

Berdasarkan diskusi, peneliti dan guru kelas menetapkan alternatif

tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan dengan bantuan

media yang menarik. Model pembelajaran yang dipilih adalah model

pembelajaran kooperatif Course Review Horay (CRH).

Model pembelajaran kooperatif Course Review Horay (CRH) dipilih sebagai alternatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika bangun datar karena model ini dapat menciptakan suasana

kelas menjadi menyenangkan, tidak menegangkan, sehingga dapat

menumbuhkan rasa nyaman, keberanian, dan semangat dalam diri siswa

ketika mengikuti pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran kooperatif

Course Review Horay juga dapat melatih skill kerja sama antar siswa. Model ini mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalam situasi

pembelajaran. Siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu permainan

yang diberikan guru kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan

disampaikan.

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Kurniasih (2016: 81) bahwa

penggunaan model Course Review Horay dapat menguji pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau

kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang

(20)

5

harus berteriak “Horee!!” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Model

ini bersifat menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga

dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa, serta membantu

siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah.

Selain menggunakan model Course Review Horay, peneliti juga menggunakan model Talking Stick. Model ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari

guru setelah mempelajari materi pokoknya. (Shoimin, 2014:224)

Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi peserta didik SD, SMP dan SMA/SMK. Selain dapat mendorong peserta didik untuk berani

mengemukakan pendapat, model ini juga mampu menguji kesiapan siswa,

melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami isi materi

pelajaran dengan cepat, serta mengajak mereka untuk terus siap dalam

situasi apapun.

Pada penelitian ini, peneliti menggabungkan kedua model tersebut

dalam proses pembelajaran. Dengan penerapan model Course Review Horay dengan Talking Stick tersebut siswa tidak hanya mampu dalam kecakapan akademik saja, akan tetapi juga kecakapan sosial. Proses

pembelajaran yang berlangsung dapat memenuhi tuntutan kurikulum yang

berorientasi pada kompetensi dan life skill, sehingga potensi dan kompetensi siswa yang selama ini terpendam dapat berkembang secara

(21)

6

Selain penggunaan dua model di atas, peneliti juga menggunakan

media Magic Disc. Media Magic Disc merupakan media baru sebagai alat bantu guru dalam mengajar. Media ini seperti media kemudi pintar yang

berbentuk lingkaran dan dapat diputar, diamana dilingkaran tersebut juga

terdapat materi pelajaran. Media ini dapat menarik perhatian siswa dengan

desain yang menarik dan siswa akan lebih bersemangat dalam belajar.

Dengan adanya media ini, siswa akan lebih tertarik dengan

Matematika karena media ini dirancang dengan desain yang menarik

sehingga siswa tidak bosan ketika belajar. Selain itu, Pembelajaran akan

lebih fokus dan terarah. Maka dari itu dalam hal ini peneliti memilih

model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick dengan menggunakan media Magic Disc dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.

Dari latar belakang diatas penulis mengadakan penelitian dengan

judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BANGUN DATAR MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY VARIASI TALKING STICK BERBASIS MAGIC DISC PADA SISWA KELAS IV DI MIN 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan model pembelajaran

(22)

7

dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun datar pada

siswa kelas IV di MIN 1 Semarang Tahun Ajaran 2017/2018?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian disesuaikan dengan rumusan

masalah yang sudah disebutkan di atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi bangun datar

melalui model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc pada siswa kelas IV di MIN 1 Semarang Tahun Ajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diambil dari hasil penelitian tindakan

kelas ini adalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika melalui model

pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pendukung teori dan sumber informasi untuk penelitian-penelitian

beriikutnya yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Menambah pengalaman belajar siswa pada mata pelajaran

(23)

8

2) Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

Matematika terutama pada materi bangun datar.

3) Pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan menjadi lebih

bermakna dan menyenangkan bagi siswa.

b. Bagi Guru

1) Menambah informasi dan pengalaman bagi guru dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

2) Menjadi referensi guru untuk meningkatkan kreativitas dan

kemampuan mengadakan pembelajaran yang inovatif dan

menyenangkan terutama dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick.

3) Menambah pengetahuan tentang PAIKEM (Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)

4) Menambah wawasan guru tentang penggunaan media yang

menarik dan menyenangkan, terutama penggunaan media

pembelajaran Magic Disc. c. Bagi Madrasah

Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka

memperbaiki kualitas pembelajaran yang dapat meningkatkan

(24)

9

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap terhadap

masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling

tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui

PTK (Mulyasa, 2011:63).

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

pada penelitian ini hipotesis alternatif yaitu penerapan model pembelajaran

kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc pada mata pelajaran matematika materi bangun datar dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas IV semester 1 MIN 1 Semarang tahun pelajaran

2017-2018.

Penerapan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai, adapun indikator yang dirumuskan peneliti

adalah:

a. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dan

siklus selanjutnya.

b. Siswa kelas IV MIN 1 Semarang dapat mencapai target Kriteria

Ketuntasan Minimal ( KKM ) dalam pembelajaran matematika materi

bangun datar yang telah ditentukan oleh madrasah yaitu 68.

c. Siswa kelas IV MIN 1 Semarang dapat mencapai target Kriteria

Ketuntasan Klasikal yaitu 75%. Dari segi hasil, proses pembentukan

(25)

10

perilaku positif pada diri peserta didik seluruhnya atau

setidak-tidaknya sebagian besar 75% (Mulyasa, 2013:131).

F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas. Kemmis menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan

upaya mengujicobakan ide-ide dalam praktik untuk memperbaiki atau

mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas (Samsu

Sumadayo, 2013: 21).

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV

MIN 1 Semarang dengan jumlah keseluruhan 23 siswa yaitu 11 siswa

laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti menggunakan pola

kolaboratif yaitu peneliti sebagai pengamat. Waktu pelaksanaan

penelitian ini pada semester 1 tahun ajaran 2017/2018.

3. Langkah- Langkah Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas yang dirancang dalam penelitian

ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc yang dilaksanakan dalam dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari empat

(26)

11 a. Rencana ( plaining )

b. Pelaksanaan tindakan ( action ) c. Pengamatan ( observation )

d. Refleksi ( reflektion ) (Samsu Sumadayo, 2013: 27) Berikut gambaran keempat langkah siklus penelitian:

Gambar1.1 Design Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis

dan Mc Taggart (Sam’s,2010: 73).

Berdasarkan gambar di atas, langkah-langkah siklus penelitian

(27)

12 a. Perencanaan

1) Menyiapkan RPP Matematika dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc pada mata pelajaran matematika. 2) Menyiapkan fasilitas, sarana dan media yang digunakan dalam

pembelajaran.

3) Menyiapkan soal sebagai tes tertulis.

4) Mempersiapkan instrumen penilaian.

b. Pelaksanaan tindakan

Tahap ini guru melaksanakan satuan perencanaan tindakan

yang telah tertulis di RPP matematika. RPP tersebut terdiri dari

tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan

penutup.

c. Pengamatan

Bagian pengamatan guru melakukan pengamatan yang

meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan

pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar

dapat dievaluasi dan dijadikan dasar dalam melakukan refleksi.

d. Refleksi

Tahap refleksi diantaranya: menganalisis, mensintesis,

memaknai, dan menyimpulkan. Kegiatan refleksi dipandang

sebagai upaya untuk memahami dan memaknai proses dan hasil

(28)

13

kegiatan pengamatan mengahasilkan tentang cerita apa yang terjadi.

Refleksi didasarkan pada bukti-bukti empiris yang telah terkumpul

serta teori-teori yang relevan (Samsu Somadayo, 2013:51-60).

Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, dan pengamatan

peneliti bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai

proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan

dengan refleksi sesuai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

melalui model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dimaksudkan adalah alat yang digunakan oleh guru

atau observer untuk mengukur dan mengambil data yang akan

dimanfaatkan untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan

yang dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Silabus

Silabus sebagai pedoman pokok dalam pengembangan

pembelajaran lebih lanjut, salah satunya sebagai pedoman dalam

pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) . Berdasarkan

silabus tematik kelas IV tema Berbagai Pekerjaan, dapat diketahui

KD yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu KD 3.9

Menjelaskan dan menentukan keliling dan luas daerah persegi,

(29)

14

berkaitan dengan keliling dan luas daerah persegi, persegi panjang,

dan segi tiga.

b. RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan salah

satu persiapan yang harus disiapkan guru sebelum mengajar.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran

untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran yaitu mencakup satu

kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa

indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Berdasarkan KD

diatas, dapat dirumuskan indikator pencapaian kompetensi sebagai

berikut :

3.9.4 Menemukan cara mencari luas dan keliling bangun datar

gabungan (persegi dan persegi panjang) menggunakan benda

konkret.

4.9.4 Menyelesaikan masalah tentang luas dan keliling bangun

datar gabungan (persegi dan persegi panjang).

c. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran pada penelitian ini yaitu tentang luas

dan keliling bangun datar gabungan. Bangun datar gabungan

adalah bangun datar yang terbentuk dari beberapa bangun datar

(30)

15

dipelajari adalah bangun datar gabungan persegi dan persegi

panjang.

d. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah daftar kegiatan kegiatan yang

mungkin timbul dan akan diamati. Lembar observasi yang

digunakan yaitu lembar observasi untuk mengamati guru dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc dan lembar observasi untuk siswa. Disamping itu juga observer mendokumentasikan

dengan foto-foto serta mencatat proses pembelajaran untuk

mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung.

e. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian yang akan digunakan peneliti adalah

tes tertulis, peneliti akan menyajikan sederetan pertanyaan atau soal

latihan. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc dalam mata pelajaran matematika. 5. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

(31)

16 a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui

pengamatan dan pencatatan secara sistematis. Metode ini

digunakan untuk mengetahui tingkat kelemahan dan kelebihan

dalam pembelajaran berkaitan dengan proses kegiatan belajar

mengajar oleh guru dan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran matematika.

b. Wawancara

Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur untuk

mendapatkan informasi dari narasumber yaitu Bapak Lestariyo,

M.PdI selaku wali kelas IV dan Bapak Drs. Amin Murtadlo, M.PdI

selaku Kepala Sekolah MIN 1 Semarang. Wawancara tidak

terstruktur adalah wawancara bebas, dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang berisi

pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari

masalah yang ingin digali dari responden.

6. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai

tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 68 (sesuai KKM

matematika kelas IV di MIN 1 Semarang). Siswa dikatakan tuntas

belajarnya atau mencapai KKM jika nilai perolehan siswa 68.

Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya atau belum

(32)

17

Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui

siklus-siklus digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu kelas

dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut >75% siswa telah

tuntas belajarnya (Mulyasa, 2013:131). Presentase ketuntasan klasikal

dapat dihitung menggunakan rumus (Daryanto, 2011:192):

P = ∑

∑ X 100%

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini

digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut

dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga juga dijadikan sebagai

bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau

bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model

pembelajaran yang tepat (Zainal, 2014: 41)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini masing-masing bab dapat

dirinci sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan

Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi yang mengantarkan

pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk

apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu, bab

pendahuluan pada skripsi ini memuat (1) latar belakang masalah, (2)

rumusan masalah, (3) hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan P = ∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟

(33)

18

(4) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) metode penelitian,

dan (6) sistematika penelitian.

2. Bab II Landasan Teori

Landasan teori pada bab II ini berisi tentang kajian teori dan kajian

pustaka. Kajian teori memuat tentang hasil belajar (pengertian belajar,

pengertian hasil belajar, klasifikasi hasil belajar), tentang matematika,

materi bangun datar (keliling dan luas bangun datar gabungan persegi

dan persegi panjang), model pembelajaan kooperatif, Course Review Horay (pengertian, kekurangan dan kelebihan Course Review Horay), Talking Stick (pengertian, langkah-langkah, kekurangan dan kelebihan Talking Stick), media pembelajaran dan tentang media Magic Disc. Selain itu dalam kajian teori juga memuat keterkaitan antara

pembelajaran matematika materi bangun datar dengan model

pembelajaran kooperatif Course Review Horay, keterkaitan antara pembelajaran matematika materi bangun datar dengan model Talking Stick, keterkaitan antara pembelajaran matematika materi bangun datar dengan media Magic Disc dan keterkaitan pembelajaran matematika materi bangun datar dengan model pembelajaran

(34)

19 3. Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan tiap siklus. Tiap siklus

membahas 4 tahap pelaksanaan siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi. Dimulai dari pembahasan pelaksanaan

siklus I, dilanjutkan siklus II dan siklus selanjutnya jika diperlukan.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penilitian per siklus akan di deskripsikan pada bab ini. Dimulai

dari pembahasan kondisi awal (pra siklus), siklus I, siklus II, dan

siklus selanjutnya jika diperlukan. Dalam bagian ini disajikan hasil

penelitian dan pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

untuk mengetahui bahwa model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

materi Bangun Datar kelas IV di MIN 1 Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018.

5. Bab V Penutup

Pada bagian penutup ini terdapat 2 poin pembahasan, yaitu

kesimpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan akan disimpulkan

mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay variasi Talking Stick berbasis Magic Disc pada mata pelajaran Matematika materi Bangun Datar dapat meningkatkan hasil belajar

(35)

20

setelah melakukan penelitian peneliti memberikan saran kepada pihak

(36)

21 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut kamus bahasa Indonesia belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku

atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (afandi, dkk,

2013: 2). Selaras dengan pengertian belajar di atas, sedangkan

menurut Drs. Slameto, sebagaimana dikutip oleh Djamarah (2011:

13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi

seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode tertentu

dan bukan merupakan hasil dari proses pertumbuhan (Sam’s, 2010:

31). Sedangkan menurut Djamarah, sebagaimana dikutip oleh

Muhamad Afandi, dkk (2013: 2) belajar adalah seragkaian kegiatan

jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

(37)

22 b. Pengertian Hasil Belajar

Seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar belajar

maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau

beberapa aspek tingkah laku sebagai akibat hasil belajar.

Selanjutnya Sanjaya mengemukakan bahwa hasil belajar tingkah

laku sebagai hasil belajar dirumuskan dalam bentuk kemampuan

dan kompetensi yang dapat diukur atau dapat ditampilkan melalui

performance siswa (Muhamad Afandi, dkk, 2013: 4).

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang

berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan

atau pengalaman yang diperoleh. Lebih jauh hubungannya dengan

hasil belajar Gagne dan Briggs, sebagaimana dikutip oleh Sam’s

(2010: 34) mengemukakan adanya lima kemampuan yang

diperoleh seseorang sebagai hasil belajar yaitu keterampilan

intelektual, strategi, kognitif, informasi verbal, keterampilan

motorik dan sikap.

Adapun hasil belajar menurut Bloom dalam Purwanto

menggolongkan kedalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam

setiap proses belajar mengajar. Tiga ranah tersebut adalah ranah

kognitif, efektif, dan psikomotor (sebagaimana dikutip oleh

Sams,2010: 35).

Berdasarkan Permendikbud no. 104 tahun 2014, penilaian

(38)

23

informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam

kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi

pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara

terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.

Dari beberapa definisi di atas hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses

pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, dan sintesis yang diraih siswa dan merupakan

tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar

(Sam’s,2010: 37)

c. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar

Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk

memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan

mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan.

Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilaksanakan untuk

memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian. Penilaian

Hasil Belajar oleh Pendidik memiliki tujuan untuk:

1) Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi;

2) Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi;

3) Menetapkan program perbaikan atau pengayaan

berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi; dan

(39)

24

d. Lingkup Penilaian Hasil Belajar

Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup

kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi

pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Berikut sasaran

penilaian hasil belajar di tiap kompetensinya (Permendikbud,2014:

4) :

1) Kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial

meliputi tingkatan sikap: menerima, menanggapi,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai spiritual

dan nilai sosial.

2) Kompetensi pengetahuan meliputi tingkatan kemampuan

mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan

mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,

pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.

3) Kompetensi keterampilan mencakup keterampilan abstrak

dan keterampilan konkrit.

2. Matematika

Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI), matematika

didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

mengenai bilangan (Fathani,2009: 22).

Matematika berasal dari kata Yunani "mathein" atau

(40)

25

dikutip oleh Subarinah kata matematika diduga erat hubungannya

dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian,

ketahuan atau intelegensia.

Johnson dan Myklebust, sebagaimana dikutip oleh Sam’s

(2010: 11-12), berpendapat bahwa matematika adalah bahasa simbolis

yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan pemikiran. Sedangkan menurut Mulyani Sumantri

matematika adalah pengetahuan yang tidak kurang pentingnya dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan pengajaran matematika

ialah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan mempergunakan

angka-angka dan bahasa dalam matematika.

Sujono mengemukakan beberapa pengertian matematika.

Diantaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan

yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika

merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan

masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan

matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai

ide dan kesimpulan (Fathani,2009: 19).

Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar

mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas

berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

(41)

26

terhadap materi Matematika. Menurut Hans Freudental dalam Susanto,

Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika merupakan

cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan

bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari

aktivitas insan tersebut. Pada hakikatnya, Matematika tidak terlepas

dari kehidupan sehari-hari, dalam arti Matematika memiliki kegunaan

yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan

yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau

harus berpaling kepada Matematika (Sam’s, 2010:25).

3. Materi Bangun Datar (Keliling dan Luas Bangun Datar

Gabungan; Persegi, Persegi Panjang)

Bangun datar merupakan bentuk-bentuk geometri berdimensi dua,

terletak pada bidang datar, dan memiliki dua unsur, yaitu panjang dan

lebar. Berikut ini bentuk-bentuk, keliling, dan luas bangun datar

(Firmanawaty, 2003: 61-63).

a. Persegi Panjang

Persegi panjang berbentuk segiempat khusus. Setiap bangun datar

dinamakan persegi panjang jika :

1) Memiliki 4 sudut yang semuanya merupakan sudut siku-siku.

2) Memiliki 4 sisi, setiap sisi yang berhadapan sama panjang.

(42)

27

4) Memiliki 2 diagonal yang sama panjang dan berpotongan di

satu titik.

Gambar 2.1 Persegi Panjang Rumus keliling dan luas persegi adalah :

1) Keliling persegi panjang

Keliling persegi panjang adalah jumlah sisi-sisi persegi panjang

atau jumlah panjang keempat sisinya. Pada Gambar persegi

panjang di atas, keliling ABCD = AB + BC + CD + DA pada

persegi panjang. Sisi yang lebih panjang disebut panjang yang

dinotasikan dengan p, dan sisi yang lebih pendek disebut lebar, yang dinotasikan dengan l. Jadi, rumus keliling persegi panjang adalah :

atau

2) Luas persegi panjang

Luas persegi panjang ABCD adalah jumlah persegi satuan yang

ada di dalam daerah persegi panjang ABCD . Luas ABCD yang

diperoleh itu sama dengan hasil kali, panjang, dan lebarnya. K = p + l + p + l

=

(43)

28

Dari uraian di atas maka diperoleh rumus luas persegi panjang

adalah :

b. Persegi/Bujur Sangkar

Persegi termasuk segiempat khusus karena memiliki sifat-sifat

sebagai berikut :

1) Semua sisinya sama panjang.

2) Semua sudutnya siku-siku dengan total sudut dalamnya adalah

360˚.

3) Memiliki diagonal yang sama panjang dan saling tegak lurus

membentuk sudut 90˚.

4) Memiliki 4 simetri lipat, 4 sumbu simetri, dan 4 simetri putar.

Gambar 2.2 Persegi Rumus keliling dan luas persegi adalah :

1) Keliling persegi

Keliling adalah ukuran panjang sisi yang mengitari bangun

datar AB, BC, CD, AD adalah sisi-sisi yang membentuk

persegi ABCD. Keliling jajar genjang sama dengan jumlah

panjang ruas garis yang membatasi persegi tersebut. L = p x l

(44)

29

Gambar 2.3 Persegi

Keliling persegi ABCD adalah jumlah panjang sisi-sisinya,

yaitu dirumuskan sebagai berikut

Karena panjang AB = CD = AD = BC maka rumus kelilingnya

ABCD dapat dituliskan :

2) Luas Persegi

Luas persegi adalah daerah yang berada di dalam batas

ruas-ruas persegi tersebut. Untuk menghitung luas persegi

menggunakan rumus yaitu :

c. Bangun Datar Gabungan

Bangun datar gabungan adalah bangun datar yang terbentuk dari

beberapa bangun datar sederhana (Irene,dkk,2016: 37-38). K = AB + BC + CD + AD

K = 4 x s

(45)

30

Gambar 2.4 Bangun Datar Gabungan

Bangun datar gabungan di atas terdiri dari bangun datar persegi

dan persegi panjang. Untuk mencari keliling dan luas bangun datar

gabungan diatas, dapat menggunakan cara sebagai berikut :

Keliling bangun datar gabungan

K = Jumlah anjang sisi luar bangun datar gabungan

= a + b + c + d + e + f

Luas bangun datar gabungan

L = Luas A + Luas B

Gambar 2.5 Bangun Datar Gabungan

Bangun datar gabungan diuraikan menjadi beberapa bangun datar

sederhana.

Luas bangun A (persegi panjang) = 10cm x 5cm = 50 cm²

Luas bangun B (persegi ) = 5cm x 5cm = 25 cm²

(46)

31

= 50 cm² + 25 cm²

= 75 cm²

4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas

daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model

pembelajaran mencakup suatu pendekatan pembelajaran yang luas

dan menyeluruh. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman untuk merencanakan pembelajaran di kelas. Model

pembelajaran ibarat bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

Model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan

metodologis dan prosedual.

Menurut Arends model pembelajaran mempunyai karakteristik

yang sama dengan strategi pengajaran dan metode pengajaran.

Namun model pembelajaran mempunyai keistimewaan. Model

pembelajaran menyiratkan sesuatu yang lebih besar daripada

strategi, metode, atau taktik pembelajaran tertentu karena model

(47)

32

keseluruhan dan bukan strategi atau teknik tertentu (sebagaimana

dikutip oleh Suprijono,2016: 51-52)

Adapun Soekamto, dkk, sebagaimana dikutip oleh Trianto

(2009: 22), mengemukakan maksud dari model pembelajaran

adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin menyatakan bahwa belajar kooperatif bukanlah sesuatu

yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah

menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat bekerja

dalam laboratorium. Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk

dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk

bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru.

Menurut Artzt & Newman, sebagaimana dikutip oleh Trianto

(2009: 56), dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai

suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk

mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki

tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Johnson dan Johnson, sebagaimana dikutip oleh Huda (2011:

(48)

33

together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama). Dalam suasana kooperatif, setiap anggota

sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh

semua anggota kelompok.

Menurut Isjoni, sebagaimana dikutip oleh Slavin (2008:4-5),

model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Sedangkan menurut Suyatno, model kooperatif

adalah model belajar yang menekankan belajar dalam kelompok

heterogen saling membantu satu sama lain, bekerja sama

menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk

memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun

individual.

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif

memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah

berdasarkan penelitian dasar (yang dirangkum dalam buku ini)

yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk

meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibat-akibat

positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar

kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam

bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain

(49)

34

berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta

mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk

mencapai hal-hal semacam itu.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu

memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial

dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam

pembelajaran kooperatif (Trianto,2009: 56)

Pembelajaran kooperatif berjalan dengan baik dan dapat

diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang

khusus untuk anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, dan

bahkan untuk yang tingkat kecerdasan “rata-rata”, dan khususnya

sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat

kemampuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat

perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya masalah.

Karena sekolah bergerak dari sistem pengelompokan berdasarkan

kemampuan menuju pengelompokan yang lebih heterogen,

pembelajaran kooperatif menjadi semakin penting. Lebih jauh lagi,

pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar

(50)

35

etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus

terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini

jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan

pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda (Slavin

(terjemahan),2008: 5)

Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif yang

telah diuraikan, peneliti menarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah cara melaksanakan pembelajaran

yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar bersama

siswa lain dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif dapat

membantu siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Melalui pembelajaran kooperatif, selain

pemahaman materi, juga akan melatih siswa bersikap dengan baik

dalam berinteraksi sosial dengan orang lain.

5. Course Review Horay (CRH)

a. Pengertian Course Review Horay (CRH)

Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas yang meriah

dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab

benar diwajibkan berteriak “hore!” atau yel-yel lainnya yang

(51)

36

soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor

dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau

tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung

berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.

Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah satu pembelaaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan

cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil

(Kurniasih, 2016: 81)

b. Langkah-Langkah Model Course Review Horay

Ada beberapa langkah model Course Review Horay saat diterapkan dalam pembelajaran. Warso (2017: 103) menjelaskan

langkah- langkah model pembelajaran Course Review Horay (CRH) yaitu sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab

4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak

9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka

sesuai dengan seler masing-masing siswa.

5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan

jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru

dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda “√” dan

(52)

37

6) Siswa yang sudah mendapat tanda “√” vertikal atau

horisontal, atau diagonal harus berteriak horay... atau

yel-yel lainnya.

7) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan jumlah

horay yang diperoleh

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Course Review Horay adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan menerapkan model pembelajaran menarik dan menciptakan

suasana belajar menjadi menyenangkan, meriah dan tidak

menegangkan.

c. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Course Review

Horay (CRH)

Dalam setiap metode pembelajaran pasti memiliki

kelemahan ataupun kelebihannya masing-masing.

1) Kelebihan metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) a) Pembelajaran lebih menarik

Artinya, dengan menggunakan metode pembelajaran CRH

siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang

akan disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan

games ataupun simulasi lainnya.

b) Mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalam situasi

(53)

38

Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu

games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta

didiknya yang berkaitan dengan materi yang akan

disampaikan guru.

c) Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan

sehingga suasana tidak menegangkan, dengan begitu siswa

tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak

berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.

d) Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih

menyenangkan

Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh

apabila metode yang digunakan oleh guru adalah model

ceramah. Oleh karena itu, dengan menggunakan model

pembelajaran course review horay (CRH) mampu membangkitkan semangat belajar terutama anak Sekolah

Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.

e) Melatih kerjasama antar siswa di dalam kelas

Artinya, model ini dapat melatih siswa agar dapat berbicara

secara kritis, kreatif dan inovatif. Sehingga tidak akan

menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi

interaksi diantara guru dan siswa maupun kerjasama antar

(54)

39

2) Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) a) Siswa aktif dan siswa yang pasif nilai disamakan

Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak

mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan

guru dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa

membedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.

b) Adanya peluang untuk berlaku curang

Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan

baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan

memperhatikan per-kelompok yang menjawab horey,

sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar

(Kurniasih,2018: 81).

6. Talking Stick

a. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian banyak satu model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat. Tongkat

dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi

pelajaran.

Model ini sangat sederhana dan cukup mudah untuk

dipraktekkan, khususnya pada siswa-siswa SD, SMP, SMA/SMK.

(55)

40

untuk melatih siswa berani berbicara. Dengan model

pembelajaran ini suasana kelas bisa terlihat lebih hidup dan tidak

monoton.

Istilah talking stick (tongkat berbicara) sebenarnya istilah yang sudah berumur panjang. Karena metode ini berawal dari

kebiasaan penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang

berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum

(pertemuan antar suku). Dan dengan perkembangan informasi dan

teknologi, model ini diadopsi untuk dipergunakan dalam sistem

pembelajaran di sekolah-sekolah (Kurniasih,2016: 83).

Dalam penerapan pembelajaran talking stick guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 peserta

didik yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan

mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan, atau

minat yang berbeda. Model pembelajaran ini cocok digunakan

untuk semua kelas dan semua tingkatan umur

(Huda,2013:224-225).

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick yaitu :

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang penjangnya kira – kira

(56)

41

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membaca dan mempelajari materi pelajaran tersebut dalam

waktu yang telah ditentukan.

3) Setelah peserta didik selesai membaca materi pelajaran dan

mempelajari isinya, guru mempersilahkan peserta didik untuk

menutup bukunya.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah

satu anggota kelompok, dan tongkat disalurkan dari peserta

didik yang satu ke peserta didik yang lain, setelah itu guru

memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang

tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya

sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru (Warso, 2017: 99).

Ketika stick bergilir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi dengan musik.

5) Peserta didik yang lainnya boleh membantu menjawab

pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab

pertanyaan.

6) Setelah semuanya mendapat giliran, guru membuat kesimpulan

dan melakukan evaluasi, baik individu ataupun secara

berkelompok. Dan setelah itu menutup pelajaran

(57)

42

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick

Setiap model pembelajaran pastinya memiliki kelebihan

dan kelemahan. Berikut ini akan dipaparkan kelebihan dan

kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick adalah (Kurniasih, 2016: 83)

1) Menguji kesiapan peserta didik dalam penguasaan

pembelajaran

2) Melatih membaca dan memahami dengan cepat materi yang

telah disampaikan

3) Memacu agar peserta didik untuk lebih giat belajar, karena

peserta didik tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada

gilirannya.

d. Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Stick

Menurut Kurniasih (2016: 83) kelemahan dari model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick yaitu jika ada siswa yang tidak memahami pelajaran, siswa akan merasa gelisah dan

(58)

43

7. Course Review Horay (CRH)Variasi Talking Stick

Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting dan menjadi

kebutuhan seorang anak dalam masa pertumbuhan. Selain itu bermain

juga dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan yang biasanya

digunakan dalam pembelajaran tingkat sekolah dasar. Maka, dalam

penelitian ini, peneliti menggabungkan dua model pembelajaran

kooperatif yaitu model pembelajaran Course Review Horay (CRH) divariasikan dengan model pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran matematika, yang mana model pembelajaran ini

mengajak siswa bermain dan bernyanyi sambil belajar. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

2) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

3) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik

dengan tanya jawab.

4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, satu kelompok

berisi 5-6 siswa.

5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu

kelompok.

6) Guru menyalakan musik dan meminta siswa mengoper tongkat ke

kelompok yang lain sampai musik selesai diputar. Guru akan

memberikan pertanyaan kepada kelompok yang mendapat giliran

(59)

44

kelompok yang menjawab benar langsung berteriak “horee” atau

yel-yel yang mereka buat sendiri.

7) Guru memberikan tanda “√” untuk kelompok yang menjawab

benar pada tabel yang telah dibuat guru di papan tulis agar semua

kelompok mengetahui skor masing-masing.

Tabel 2.1 Penskoran Kelompok

Nomor

8) Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh

nilai tertinggi.

8. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk

jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar (Arief S. Sadiman dkk,2009: 9). Menurut Azhar Arsyad

secara bahasa media berarti pengantar pesan dari pengirim kepada

(60)

45

proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan

menyusun kembali informasi visual atau verbal (Sukiman,2012:

28).

AECT (Association for Education Communication Technology) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan sesuatu yang digunakan orang untuk mengeluarkan pesan atau

informasi (Arief S. Sadiman dkk,2009: 9). Sedangkan National Educaion Associaton (NEA) mengartikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau

dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan

tersebut (Sukiman,2012: 28).

Asnawir dan Basyiruddin Usman (2002: 11) menyimpulkan

bahwa pengertian media merupakan suatu yang bersifat

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan

kemauan audien (siswa) sehingga sangat mendorong terjadinya

proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan

memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat

meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Arief S. Sadiman kegunaan-kegunaan media

Gambar

Gambar 2.1 Persegi Panjang
Gambar 2.2 Persegi
Gambar 2.3 Persegi
Gambar 2.5 Bangun Datar Gabungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

38 Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan

Perusahaan pada bulan Februari memberikan bonus tahunan, termasuk pada Rina karena prestasi kerjanya yang bagus sebesar 5 kali

Hasil Pengujian secara Simultan (Uji F) yang telah dilakukan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa secara serempak atau simultan semua variabel independen yaitu variabel merek,

Jika di kemudian hari pernyataan saya ini terbukti bohong atau saya melanggar komitmen saya ini, maka saya bersedia dituntut secara hukum, termasuk mengembalikan uang Negara yang

Pada kesempatan itu, tokoh si Hutan (Indra Bangsawan) masuk ke istana menghadap Raja Kabir dengan membawa air susu harimau beranak muda. Akan tetapi, tokoh ini berpura-pura

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Sehubungan dengan penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penawaran paket pekerjaan

Satar Mese Barat, maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi terhadap Dokumen Penawaran saudara yang akan dilaksanakan pada :.