• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE HIWAR QUR’ANI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD 1 TUMPANGKRASAK JATI KUDUS TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE HIWAR QUR’ANI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD 1 TUMPANGKRASAK JATI KUDUS TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

9

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Deskripsi Pustaka

1. Metode Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam membutuhkan metode yang tepat, guna menghantar tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Senada dengan firman Allah SWT, dalam QS. Al-Maidah: 35 sebagai berikut:1















































Artinya: “Hai orang-orang yang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 35).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa mencari suatu metode dianjurkan oleh Allah SWT., untuk menyelesaikan sebuah masalah. Begitu juga dengan proses pembelajaran dalam memahamkan siswa. Pengertian metode pembelajaran sendiri yaitu, metode ditinjau dari segi bahasa, berasal dari dua kata “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan/cara).2 Sumber lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman artinya ajaran tentang metode, dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata metodos (jalan/cara).3 Dengan demikian metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.

1

Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 35, Al-Qur‟an & Terjemahannya Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, CV. Diponegoro, Bandung, 2005, hlm, 90.

2

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 61.

3

(2)

Menurut Muhibbin Syah metode adalah, cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan mengunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.4 Sedangkan Menurut M. Basyiruddin Usman metode pembelajaran merupakan, suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan bagian integral dalam sistem pengajaran.5 Berangkat dari pembahasan metode diatas menurut beberapa ahli, bila dikaitkan dengan pembelajaran, metode adalah cara yang ditempuh pendidik berisi prosedur yang sitematis, untuk melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan mendukung, bagi kelancaran proses belajar mengajar.

Proses interaksi edukatif (mendidik), kedudukan metode pengajar-an spengajar-angat penting, maka penggunapengajar-an metode harus diperhatikpengajar-an dengpengajar-an menggunakan beberapa ketentuan, sehingga pembelajaran benar-benar fungsional. Adapun yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode antara lain:6

a. Bahan ajar/materi yang akan disampaikan. b. Tujuan yang hendak dicapai.

c. Penggunaan metode yang dianggap paling tepat. d. Pengunaan alat bantu yang sesuai.

e. Hubungan antara metode dengan fasilitas, waktu dan tempat.

Banyak pilihan metode pembelajaran yang dapat digunakan, tetapi ada sejumlah metode yang mendasar. Sedangkan selebihnya adalah kombinasi atau modifikasi dari dasar terebut.7 Hal tersebut dimaksudkan, agar secara personal dan kelompok peserta didik, mampu memahami dan mengamalkan agama Islam, yang dikemas dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Rosda Karya, Bandung, 2013 hlm. 198.

5

M. Basyirudin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2005 hlm. 31.

6

Zainal Asril, Micro Teaching, Rajawali Pres, Jakarta, 3013, hlm. 4-5.

7

(3)

Adapun ciri-ciri dalam pemilihan sebuah metode yang baik untuk pembelajaran sebagai berikut;8

a. Berpadunya metode dengan segi tujuan, fasilitas, materi, dan pengajarannya dalam sebuah konsep harus disajikan dengan etika yang baik.

b. Bersifat fleksibel, luwes, dan memiliki daya yang sesuai dengan kondisi siswa dan materi.

c. Bersifat fungsional, dalam menyatukan teori dengan praktik dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis.

d. Tidak mereduksi materi, tapi harus mengembangkan materi.

e. Memberikan keleluasan kepada siswa, untuk menyatakan pendapat. f. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat dan terhormat

dalam keseluruahan proses pembelajaran.

Oleh karena itu, pendidik dalam memilih sebuah metode, sebaiknya mempertimbangkan atau memilih sesuai dengan tuntunan pembelajaran. Sehingga dalam proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, dan mampu tercipta pembelajaran efektif dan efisien sesuai yang diharapakan. Adapun macam macam metode pengajaran Pendidikan Islam sebagai berikut:9

a. Metode Pendidikan dengan Hiwar Qur‟ani dan Nabawi. b. Metode Pendidikan dengan Kisah Qur‟ani dan Nabawi. c. Metode Pendidikan dengan Perumpamaan.

d. Metode Pendidikan dengan Keteladanan.

e. Metode Pendidikan dengan Latihan dan Pengalaman. f. Metode Pendidikan dengan „Ibrh dan Mau‟izah. g. Metode Pendidikan dengan Targhib dan Tarhib.

Sesuai dengan judul penelitian peneliti, peneliti akan menjelaskan metode pembelajaran Hiwar Qur‟ani. Berikut ini akan diuraikan tentang Implementasi metode Hiwar Qur‟ani untuk meningkatkan kemampuan

8

Mastur Faizi, Ragam Metode Mengajar Eksakta pada Murid, Diva Press,Yogyakarta, 2013, hlm. 45.

9

(4)

berfikir kritis siswa, yang memungkinkan diterapkan di kelas saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Metode Pembelajaran Hiwar Qur’ani

a. Pengertian Metode Hiwar Qur’ani

Metode untuk menanamkan rasa Iman atau keagamaan yang dikenal dengan metode Hiwar Qur‟ani, yang berarti dialog yaitu percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih, mengenai suatu topik dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki oleh guru.10

Dalam redaksi Al-Qur’an lafadzh

ﺭﻭﺣﻟﺍ

“al-Hiwar” disebut– sebut sebanyak 7 kali, tapi tidak mengisyaratkan dialog akan tetapi memakai lafadz

ﻝﺎﻗ

“Qaala” (dia telah berkata),

ﻲﻟﻭﻗﻳ

“Yaquuli” (dia sedang/ akan berkata),

ﻟﻗ

“Qul” (katakanlah),ﻭ

ﻟﺎﻗ

“Qaalu” (mereka telah berkata),

ﻥﻭﻟﻭﻗﻳ

Yaquuluuna” (mereka sedang/akan berkata) dan ﻭ

ﻠﻭﻗ

“Quuluu”

(katakanlah oleh kamu) diturunkan dari kata dasar

ﻝﻭﻗﻠﺍ

“al-Qawl” yang berarti pendapat, karena dalam dialog kedua belah pihak atau lebih saling mengemukakan pendapatnya. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an secara berulang-ulang lebih dari 1.700 kata.11 Sehingga pembelajaran mengunakan metode Hiwar Qur‟ani (dialog) menjadi petunjuk, bahwa pengajaran seperti itu dapat kita gunakan dalam pembelajaran. Dengan kata lain, metode dialog merupakan metode pengajaran yang pernah digunakan Allah SWT, dalam mengajari hamba-Nya.

Hiwar Qur‟ani” dapat diartikan sebagai dialog, yaitu suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti, antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab. Didalamnya terdapat kesatuan topik pembicaraan dan tujuan yang hendak dicapai. Dialog-dialog tersebut banyak dijumpai dalam Al-Qur’an. Jenis dan bentuk dialog dicontohkan dalam

10

Didin Jamaluddin, Metode Pendidikan Anak: teori dan praktik, Pustaka Al-Fikriis, Bandung, 2010, hlm.54.

11

(5)

Qur’an yaitu dialog antara manusia dengan dirinya atau dengan sesama manusia, dengan makhluk lain, maupun dialog manusia dengan Tuhan-Nya, seperti dialog para nabi dan para malaikat.12 Hasyim Ali A. Dalam bukunya yang berjudul Tarbiyah Dzatiyah, menjelaskan bahwa:13

“Metode hiwar/dialog adalah metode pembicaraan antara

dua individu minimal, dimana keduanya saling bertukar sudut pandang dan masing-masing punya kesempatan yang seimbang, untuk menyampaikan pendapat dan membantahnya. Biasanya hiwar memiliki ciri tenang dan mengalir, berbeda dengan debat yang identik dengan perseturuan dan suara keras. Terkadang dalam hiwar dapat terlihat pemahaman-pemahaman yang keliru, atau perkara-perkara yang ambigu, atau pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan sedangkan salah satu atau kedua pihak tidak menemukan jawaban sampai hiwar itu dilakukan. Al-Qur’an al-Karim telah memberi perhatian yang besar terhadap hal ini. Karena pentingnya untuk mempersuasi diri. Hiwar merupakan metode ideal untuk mencapai kepuasan yang biasanya timbul dari dalam hati seseorang.”

H.M. Arifin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner

menjelaskan bahwa:14

“Metode Hiwar (dialog) mampu melahirkan sikap saling

keterbukaan antara guru dan murid, akan mendorong untuk saling take and give (memberi dan mengambil), antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar. Dalam penerapan metode ini pikiran, kemauan, perasaan dan ingatan serta pengamatan akan terbuka terhadap ide-ide baru yang timbul dalam proses belajar mengajar tersebut. Maka peserta didik tidak lagi dipandang sebagai objek pendidikan, melainkan juga sebagai subjek (pelaku). Dari metode ini, proses belajar mengajar akan berjalan secara demokratis, dimana peserta didik ditempatkan sebagai pribadi yang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kemampuannya yang makin mandiri, tidak bergantung pada guru.”

Oleh karena itu, metode Hiwar Qur‟ani (dialog) dapat diartikan sebagai, percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih, mengenai suatu topik dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki oleh guru, mampu melahirkan sikap saling keterbukaan antara guru dan

12

Didin Jamaludin, Op.Cit., hlm. 54.

13

Hasyim Ali A. Tarbiyah Dzatiyah, Robbani Press, Jakarta, 2008, hlm. 182-183.

14

(6)

murid. Sehingga mampu mendorong untuk saling take and give (memberi dan mengambil) proses belajar mengajar. Adapun jenis dialognya memiliki beragam jenis seperti yang telah banyak dijumpai dalam

Al-Qur’an yaitu: Hiwar Khitobi (seruan Allah) dan Ta‟abudi (penghambaan

terhadap Allah), Hiwar Washasfi (dialog deskriptif), Hiwar Qishashi (dialog naratif), Hiwar Jadali (dialog argumentatif).

b. Contoh Jenis metode HiwarQur’ani dalam Al-Qur’an

Demikian bentuk Hiwar dalam Al-Qur’an beragam antara lain,

Hiwar Khitobi (seruan Allah) dan Ta‟abudi (penghambaan terhadap Allah), Hiwar Washasfi (dialog deskriptif), Hiwar Qishashi (dialog naratif), Hiwar Jadali (dialog argumentatif).15

1) Hiwar Khitabi atau Ta‟abudi merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dan hamban-Nya. Tuhan memanggil hamba-Nya

dengan mengatakan, “Wahai, orang-orang yang beriman,” dan

hamba-Nya menjawab dengan kalbunya dengan mengatakan, “Ku sambut

panggilan Engkau, ya Rabbi.” Dialog antara Tuhan dan hamba-Nya ini menjadi petunjuk bahwa pengajaran seperti itu dapat kita gunakan dalam pembelajaran dengan kata lain, metode dialog merupakan metode pengajaran yang pernah digunakan Tuhan dalam mengajari hamba-Nya.

2) Hiwar Washfi (dialog deskriptif) ialah dialog yang mengambarkan dialog antara Tuhan dengan Malaikat atau dengan makhluk goib lainnya, misalnya dalam QS. al-A’raf ayat 44-45 yang berisi dialog antara Tuhan dengan penghuni neraka. Menggambarkan/menyajikan kepada kita gambaran yang hidup tentang kondisi psikis ahli neraka dan ahli surga, dengan imajinasi dan deskripsi yang rinci.16

3) Hiwar Qishashi (dialog naratif) terdapat dalam Al-Qur’an, baik jenis maupun rangkaian ceritannya sangat jelas. Merupakan bagian dari uslub kisah dalam dalam Al-Qur’an. Kalaupun disana terdapat kisah

15

Didin Jamaludin, Ibid., hlm. 55.

16

(7)

yang keseluruhannya merupakan dialog langsung, yang sekarang disebut sandiwara sebagai contoh kisah Nabi Suy’aib dan kaumnya dalam surat Hud. Sepuluh pertama surat ini merupakan Hiwar kemudian Allah mengakhiri kisah ini, dengan dua ayat menerangkan

akibat yang diterima oleh kaum Nabi Syu’aib. Berikut terjemahannya

pada QS. Hud ayat 84-95.17

Artinya: “84. Dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara

mereka, Syu‟aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah

Allah, sekali-kali tiada tuhan selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (maupun) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari

yang membinasakan (kiamat).”

85. Dan Syu‟aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah

takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan

janganlah kamu membuat kerusakaan.”

86. “Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu.”

87. Mereka berkata: “Hai Syu‟aib, Apakah sembayangmu menyuruh kamu agar kami meningalkan apa yang disemabah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.”

88. Syu‟aib berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu

jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugrahi-Nya, aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa

yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali

(mendatangkan) perbaikan selama aku masih

berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku

bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku kembali.”

89. “Dan wahai kaumku! Janganlah pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu berbuat dosa, sehingga kamu ditimpa siksaan seperti yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak jauh dari kamu.”

17

(8)

90. “Dan mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian

bertobatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha

Penyayang lagi Maha Pengasih.”

91. Mereka berkata, “Wahai Syu'aib! Kami tidak banyak

mengerti tentang apa yang engkau katakan itu sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah diantara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam engkau, sedang engkaupun bukan seorang yang terpandang disisi kami.”

92. Dia (Syu'aib) menjawab, “Wahai kaumku! Apakah

keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu dari pada Allah, bahkan Dia kamu tempatkan dibelakangmu (diabaikan)?. Ketahuilah (pengetahuan) Tuhanku meliputi

apa yang kamu kerjakan.”

93. “Dan wahai kaumku! Berbuatlah menurut keadaan

kamu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah! Sesungguhnya aku bersamamu adalah orang yang menunggu.”

94. “Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sedang orang yang zalim dibinasakan oleh

suara yang mengguntur, sehingga mereka mati

bergelimpangan di rumahnya,”

95. “Seolah-olah mereka belum pernah tinggal ditempat itu. Ingatlah, binasalah penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud (juga) telah binasa.””18

4) Hiwar Jadali (dialog argumentatif). Dalam dialog argumentatif, kita akan menemukan suatu diskusi dan perdebatan yang diarahkan pada pengokohan hujjah-hujjah (alasan) atas kaum musyrikin agar mereka mengakui akan kekeliruan dalam memahami pentingnya keimanan kepada Allah SWT.19

Dialog argumentatif secara dominan menyentuh kekuatan logika dan bertujuan untuk mematahkan argumentasi pihak lawan bicara. Namun demikian dialog seperti ini tidak saja menyentuh akal seseorang, akan tetapi dapat menyentuh pula perasaannya. Dengan

18

Al-Qur’an Surat Hud ayat 84-95, Al-Qur‟an & Terjemahannya Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, CV. Diponegoro, Bandung, 2005, hlm, 184-185.

19

(9)

Hiwar Jadali ini diharapkan siswa yang diajak berdialog dapat memihak yang benar dan membenci pihak yang salah. Berikut contoh Hiwar Jadali yang bertujuan untuk memantapkan hujjaah (alasan). Bisa dilihat dalam Firman Allah SWT terjemahan Q.S Al-Najm ayat 1-5 yang artinya sebagai berikut:20

Demi bintang ketika terbenam, kawan kalian (Muhammad)

tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanya wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. Al-Najm:1-5).

Hiwar Jadali mempunyai implikasi pedagogis yang sama

dengan hiwar sebelumnya yaitu:21

a) Hiwar Jadali, mendidik orang menegakkan kebenaran dengan

menggunakan hujjah (alasan) yang kuat.

b) Hiwar Jadali, dengan alasan kuat mendidik siswa menolak kebatilan karena pikiran itu rendah.

c) Hiwar Jadali, mendidik siswa menggunakan pikiran yang sehat.

c. Teknik Metode Hiwar Qur’ani

Adapun untuk merealisasikan teknik Hiwar Qur‟ani dapat mengunakan teknik-teknik sebagai berikut:

a) Teknik Tanya Jawab (Al-As‟ilah wa Ajwibah)

Teknik ini dilakukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat membimbing orang yang ditanya untuk mengemukakan kebenaran/hakikat yang sesungguhnya. Pelaku dalam teknik ini dapat dilakukan oleh pendidik atau oleh peserta didik. Dalam Al-Qur’an dapat kita jumpai teknik tanya jawab seperti pertanyaan Allah kepada

roh: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”, mereka menjawab, “Tentu

Engkau Tuhanku.” (QS. al-A’raf).22

20

Ahmad Tafsir, Ibid., hlm. 139.

21

Ahmad Tafsir, Ibid., hlm. 140.

22

(10)

Teknik tanya jawab ini dapat berfungsi dengan baik jika pada tahap awalnya tedapat rumusan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat membangkitkan minat dan mendorong siswa untuk aktif. Adapun bentuk pertanyaan dapat berupa pemahamaan, penerapan, ingatan, analisis, sistematis, dan evaluatif.

b) Teknik Diskusi (Al- Niqasy)

Dalam teknik ini pendidik memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah. Baik secara individu maupun kelompok dan mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau meyusun alternatif pemecahan suatu masalah. Segi positif dalam teknik ini dapat membantu peserta didik untuk mengambil keputusan sendiri, dapat meningkatkan motifasi berfikir kritis.23

c) Teknik Bantah-Bantahan (Al-Mujadalah)

Teknik ini hampir sama dengan teknik diskusi hanya saja, teknik ini diikuti oleh peserta yang heterogen, yang memungkinkan berbeda ideologi, agama, prinsip, filsafat hidup atau perbedaan-perbedaan lainya. Tujuan diterapkannya teknik ini yaitu, untuk mempengaruhi atau bahkan memaksa peserta, agar mengikuti keinginannya sehingga terkesan saling menjatuhkan.24

d) Teknik Sumbang Saran (Brainstorming)

Teknik Brainstorming dilakukan dengan cara mengajar, yang mana seorang pendidik didalam kelas melontarkan sejumlah pertanyaan dan masalah, untuk kemudian peserta didik dituntut untuk menjawab dan menyatakaan pendapat atau komentar. Sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, dapat pula diartiakan cara untuk mendapatkan ide dan gagasan dari seklompok peserta dalam waktu yang singkat. Tujuan teknik ini

23

Abdul Mujib & Jusuf Mudzakkir, Ibid., hlm. 188.

24

(11)

adalah, menguras habis pengetahuan yang diketahui peserta dalam menanggapi masalah yang diajukan.25

d. Prinsip Metode Hiwar Qur’ani

Adapun prinsip yang harus dipatuhi pendidik dan peserta didik dalam penggunaan metode Hiwar Qur‟ani adalah:26

1) Pendidik tidak boleh memihak salah satu individu atau kelompok, apalagi memihak salah satu individu atau kelompok yang berpendapat tidak benar, sebab hakikat metode ini digunakan untuk mencari kebenaran.

2) Pernyataan yang digunakan harus disertai argumen yang kuat, sehingga dapat diakui kebenarannya tanpa diragukan.

3) Adanya komunikasi, dari masing-masing pihak berfungsi untuk menajamkan persoalan yang dihadapi sehingga menemukan suatu kebenaran.

e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Hiwar Qur’ani

Semua metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan begitu pula pada metode Hiwar Qur‟ani berikut penjelasan dari kelebihan dan kelemahan metode Hiwar Qur‟ani sebagai berikut:

1) Kelebihan Metode Hiwar Qur’ani

Adapun kelebihan metode Hiwar Qur‟ani sebagai berikut:27

a) Mampu melahirkan sikap saling keterbukaan antara guru dan murid, akan mendorong untuk saling take and give (memberi- dan mengambil) antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar.28

b) Metode ini dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang menemukan sendiri kesimpulannya.29

25

Abdul Mujib & Jusuf Mudzakkir, Ibid., hlm. 191.

26

Abdul Mujib & Jusuf Mudzakkir, Ibid., hlm. 187.

27

Ahmad Tafsir, Op.Cit., hlm. 136.

28

H.M. Arifin, Op.Cit., hlm. 153.

29

(12)

c) Menumbuhkan sikap menghargai pendapat orang lain. Bila

Hiwar Qur‟ani dilakukan dengan baik akan memenuhi akhlaq

tuntunan Islam. Maka cara berdialog sikap orang yang terlibat itu, akan mempengaruhi peserta sehingga meninggalkan penggaruh berupa pendidikan akhlaq, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain dan sebagainya.30

2) Kelemahan Metode Hiwar Qur’ani

Adapun kelemahan metode Hiwar Qur‟ani sebagai berikut:31

a) Kadang-kadang berakhir tanpa sampai pada kesimpulan atau sasaran yang direncanakan.

b) Jika tidak memperhatikan, tentu tidak dapat mengikuti jalan pikiran yang disampaikan pihak lain.

c) Penggunaan metode Hiwar Qur‟ani kadang memakan waktu yang sangat lama, sedang materi yang tersampaikan sangat terbatas/sedikit. Dibanding dengan waktu yang disampaikan.

3. Kemampuan Berfikir Kritis

a. Pengertian Kemampuan Berfikir Kritis

Kemampuan atau abilitiy mengandung makna kecakapan, sanggup dalam melakukan sesuatu.32 Kecakapan yang dimaksud yaitu, kapasitas individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan berfikir kritis, Adapun firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an surat Al- Hasyr: 21 menjelaskan:33

30

Didin Jamaluddin, Ibid., hlm. 55.

31

Ahmad Tafsir, Op.Cit., hlm. 136.

32

Tim Ganesa Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penabur Ilmu, Bandung, 2001, hlm. 281.

33

(13)



























































Artinya: “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah SWT. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”(QS. Al- Hasyr: 21).

Dalam ayat tersebut dijelaskan dengan tegas, bahwa manusia dimuka bumi ini dituntut untuk berfikir atas semua petunjuk yang diberikan Allah SWT kepada hambanya. Kemudian dipertegas lagi dalam QS. Asy-Syu’ara: 28 bahwa peran akal manusia terkait dengan kemampuan berfikir dan melakukan sesuatu harus berdasarkan pemikiran secara mendalam sebagai berikut:34



























Artinya: “Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada diantara keduanya: (Itulah Tuhanmu)

jika kamu mempergunakan akal.””(QS.Asy-Syu’ara: 28).

Kaitanya kedua ayat diatas bahwa Allah SWT, menciptakan manusia dimuka bumi ini diberikan akal supaya berfikir, tentang isi alam supaya mereka/manusia bersyukur. Tak hanya berfikir saja tapi harus dilandasi dengan dasar yang kuat, untuk itu dianjurkan berfikir secara mendalam atau yang disebut dengan berfikir kritis.

Adapun pengertian berfikir kritis menurut Edward Glasser mengembangkan gagasan Dawey dikutip oleh Alec Fisher, dalam bukunya yang berjudul Berfikir Kritis Sebuah Pengantar, mendefinisikan berfikir kritis sebagai berikut:35

34

Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara ayat: 28, Ibid., hlm. 293.

35

(14)

1) Suatu sikap mau berfikir secara mendalam, tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang.

2) Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis.

3) Semacam suatu ketrampilan menerapkan metode-metode tersebut. Berfikir kritis, menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif. Berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkan.

Menurut Robert Ennis dikutip oleh Alec Fisher, menjelaskan berfikir kritis yaitu “Pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.” Sedangkan Menurut Richard Paul menjelaskan berfikir

kritis adalah “Model berfikir mengenai hal subtansi atau masalah apa

saja dimana “si pemikir” meningkatkan kualitas pemikiranya, dengan menanggapi secara trampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.”36

Berangkat dari pembahsan berfikir kritis terkait dengan pembelajaran, dapat digaris bawahi bahwa, berfikir kritis adalah suatu sikap diamana siswa dilatih, untuk mampu dalam berfikir mengunakan akalnya, didasari dengan landasan analisis yang kuat dan cermat/subtansi, memungkinkan siswa dapat menganalisis informasi secara cermat dan membuat keputusan yang tepat, dalam menghadapai isu-isu yang kotroversial, dengan membiasakan/melatih kemapuan siswa, untuk selalu berfikir kritis sehingga dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana

36

(15)

b. Ciri-Ciri Kemampuan Berfikir Kritis

Berikut ini merupakan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berfikir kritis sebagai berikut:37

1) Mencari kejelasan peryataan dan pertanyaan. 2) Mencari alasan.

3) Mencoba memperoleh informasi yang benar. 4) Menggunakan sumber yang dapat dipercaya. 5) Mempertimbangkan seluruh situasi.

6) Mencari alternatif. 7) Bersikap terbuka.

8) Mengubah pandangan bila ada bukti yang dapat dipercaya. 9) Mencari ketetapan suatu permasalahan.

10) Sensitif terhadap permasalahan.

Adapun ciri-ciri kemampuan berfikir kritis menurut Cece Wijaya sebagi berikut:38

1) Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan. 2) Pandai mendeteksi permasalahan.

3) Mampu membedakan ide yang relevan dengan tidak relevan. 4) Mampu membedakan fakta dengan fiksi dengan pendapat.

5) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan

–kesenjangan informasi.

6) Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis. 7) Mampu mengembangkan kriteria standar penilaian data. 8) Suka membuktikan data untuk pembuktian faktual.

9) Dapat membedakan diantara kritik membangun dan merusak. 10) Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat

ganda yang berkaitan dengan data. 11) Mampu mengetes asumsi dengan cermat.

37

Andi Prastowo, Pembelajaran Konstruktivistik-Scentific untuk Pendidikan Agama di

Sekolah/Madrasah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm. 272.

38

(16)

12) Mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan.

13) Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan situasi.

14) Mampu mendaftar semua akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah, ide dan situasi.

15) Mampu membuat hubungan, yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya.

16) Mampu menarik kesimpulan generalisasi, dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan.

17) Mampu memberikan gambaran konklusi dengan cermat dari data yang tersedia.

18) Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia.

19) Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya.

20) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.

21) Mampu membuat interprestasi pengertian, definisi, reasoning, dan isu kontroversi.

22) Sanggup memberikan pembuktian-pembuktian yang kondusif. 23) Mampu memberikan klarifikasi informasi dan ide.

24) Mampu menginterprestasi dan menjabarkan informasi ke dalam pola atau bagan-bagan tertentu.

25) Mampu mengintrprestasi membuat flow charts.

26) Mampu menganalisis isi, unsur, kecenderungan, pola, hubungan, prinsip, promosi, dan bias.

27) Sanggup membuat reasoning berdasarkan persamaan-persamaan (analog).

(17)

30) Trampil mengunakaan sumber-sumber pengetahuan yang dapat dipercaya.

31) Mampu menginterprestasi gambar atau kartun.

32) Mampu menentukan hubungan-hubungan sebab akibat.

Berangkat dari pembahasan ciri-ciri berfikir kritis menurut beberapa ahli diatas dapat digaris bawahi bahwa, berfikir kritis hanya dapat dikembangkan lewat latihan, dilakukan secara terus menerus, sehingga menjadi sebuah kebiasaan, dapat membantu siswa mengarahkan pada pembentukan sifat bijaksana. Mampu menganalisis informasi secara cermat dan membuat keputuasan yang tepat, dalam menghadapi informasi yang kontrofersial. Dengan demikian dapat membantu siswa terhindar dari tindakan profokator. Oleh karena itu, berfikir kritis siswa dalam pembelajaran mengunakan metode Hiwar

Qur‟ani pada mapel PAI, diharapkan peran pendidik untuk

membiasa-kan siswanya untuk berfikir kitis.

c. Prosedur Kemampuan Berfikir Kritis

Prosedur kemampuan berfikir kritis diadaptasi dari pendapatnya Kauchak dikitip oleh Dede Rosyada. Sebagai berikut:39

Tabel 2.1

Prosedur Kemampuan Berfikir Kritis

No Perbuatan Proses

1 Observasi Membandingkan

dan membuat klasifikasi 2 Perumusan berbagai macam pola

pilihan dan generalisasi 3 Perumusan kesimpulan

berdasarkan pada pola-pola yang telah dikembangkan

Penyimpulan, memprediksi, membuat hipotesis, mengidentifikasi kasus dan

efek-efeknya. 4 Mengevaluasi kesimpulan

berdasarkan data

Mendukung

kesimpulan dengan data, mengamati

39

(18)

konsistensinya, mengidentifikasi bias, pengulangan, serta mengangkat kembali berbagi asumsi yang tidak pernah terumuskan, memahami

kemungkinan generalisasi yang terlampau besar atau kecil, serta mengidentifikasi berbagai informasi yang relevan dan yang tidak relevan.

4. Pendidikan Agama Islam (PAI)

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam di MI/SD

Menurut Andi Prastowo Pendidikan Agama Islam di SD/MI adalah Sebuah nama mata pelajaran agama yang disediakan dan bersifat wajib diambil untuk semua siswa beragama Islam di sekolah atau madrasah yang merupakan bagian yang tak terpiskan dari kurikulum sekolah.40 Menurut E.Mulyasa, pendidikan Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, penganut agama, dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama.41 Sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Sejatinya menurut buku Pedoman Umum Pendidikan untuk Agama Islam di Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Sekolah Luar

Biasa, dijelaskan bahwa, pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)

yaitu: Usaha sadar dan terencana, untuk menyiapkan siswa dalam

40

Andi Prastowo, Op.Cit., hlm. 39.

41

(19)

menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.42 Hal ini berarti, Pendidikan Agama Islam merupakan sebuah mata pelajaran Islam yang berisi kiat/usaha sadar yang dilakukan pendidik, dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan, yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah SWT (QS.

Ar-Ra’d: 11).43



































































Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya,

mereka menjaganya atas perintah Allah SWT.

Sesungguhnya Allah SWT., tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah SWT., menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d: 11).

Kaitanya Ayat tersebut dengan pelaksanaan pembelajaraan PAI khususnya oleh guru Pendidikan Agama Islam yaitu menjelaskan tentang usaha, yang mana merupakan kunci utama dalam keberhasilan pembelajaran. Apabila pendidikan dalam pelaksanaannya bisa dilaksanakan dengan usaha yang baik, maka akan tercapai hasil yang baik. Sebaliknya, jika tidak dilaksanakan dengan usaha yang kurang maksimal atau tidak baik, maka hasil yang dicapaipun tidak baik pula.

42

Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum

Tingkat Menengah dan Sekolah Luar Biasa, 2003, hlm. 2.

43

(20)

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Sebelum peneliti menjelaskan tujuan Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu peneliti, akan menjelaskan tujuan pendidikan secara umum. Tujuan pendidikan merupakan, faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan. Adapun Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrsah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik, tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara.44 Oleh karena itu membahas Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuan, haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam, dalam rangka menuai keberhasilan hidup Khazanah di dunia, bagi anak didik yang kemudian akan mampu

menumbuhkan kebaikan Khazanah di akhirat kelak.

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Adapun Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah menurut buku Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Sekolah Luar Biasa Departemem Agama,

yaitu: 45

1) Pengembangkan yaitu, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkup keluarga. Pada dasarnya uasaha menanamkan keimanan dan ketaqwaan menjadi tanggung jawab setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan kemampuan yang ada pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatiahan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan.

44

Departemen Agama RI, Ibid., hlm. 4.

45

(21)

2) Penyaluran yaitu, untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat kusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.

3) Perbaikan yaitu, untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

4) Pencegahan yaitu, untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkung-an atau dari budaya lain ylingkung-ang dapat, membahayaklingkung-an dirinya dlingkung-an menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

5) Penyesuaian yaitu, untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

6) Sumber nilai yaitu, memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Abdul Majid & Dian Andayani dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi bahwa, Kurikulum Pendidikan

Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:46 1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

peserta didik kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkup keluarga. Sedangkan sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan.

2) Penanaman nilai yaitu, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

46

(22)

3) Penyesuaian mental yaitu, penyesuaian diri dengan lingkunganya baik lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

4) Perbaikan yaitu, untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan yaitu, untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya, atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembanganya menuju manusia Indonesia.

6) Pengahayatan tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran yaitu, untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama Islam, agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, secara keseluruahanya dalam lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup tiga aspek yaitu: Al-Qur’an dan Al-Hadis, Keimanan, Akhlak dan Fiqih/ibadah. Sekaligus mengambarkan bahwa ruang lingkup lingkup Pendidikan Agama Islam, mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minnallah wa hablun minannas).47 Adapun ruang lingkup pengajarannya meliputi: segi Iman, Islam dan Ikhsan. Keimanan yang diamksud pengamalan pokok-pokok rukun Iman, sedangakan keislaman sesuai rukun Islam dan keikhsanan sebagai hasil perpaduan

47

(23)

antara Iman dan Islam yang diwujudkan dalam perbuatan kebijakan dalam melaksanakan hubungan diri dengan Allah SWT.48

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang masih relevan dengan judul yang penulis angkat mengenai pembelajaran Hiwar Qur‟ani yaitu :

1. Implementasi Metode Hiwar Qur’ani untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa dalam Bidang Studi Aqidah Akhlaq di MTs As

Yarifiyyah Bandung. Oleh Elin Siti Nurlatifah, Prodi Pendidikan Agama Islam. Jurusan Tarbiyah, Tahun: 2012. Universitas Pendidikan Indonesia.49

Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui efektifitas penggunaan metode Hiwar Qurani dalam meningkatkan persestasi belajar siswa. Disain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Bentuk disain eksperimen yang digunakan adalah one grup. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan soal pre tes pos tes. setelah penelitian ini dilakukan maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengunakan metode Hiwar Qur‟ani dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs As Yarifiyyah Bandung.

Adapun persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu, sama-sama membahas tentang pengajaran mengunakan metode

Hiwar Qur‟ani dan sama-sama ingin mendorong siswa, untuk lebih aktif

dalam pembelajaran PAI. Perbedaanya terletak pada hasil dari pembelajar-an akhir yaitu, pada penelitipembelajar-an terdahulu fokus pada mapel Aqidah akhlaq untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangakan penelitian ini menggunkan penelitian kualitatif field research (penelitian lapangan) memfokuskan implementasi metode Hiwar Qur‟ani untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada mapel PAI di Sekolah Dasar.

48

Andi Prastowo, Op.Cit., hlm. 53.

49

(24)

2. Metode Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Al-Qur’an Surah

An-Nahl Ayat 125-126. Oleh Miftahul Jannah, Prodi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Tarbiyah dan Keguruan, Tahun: 2014. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.50

Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan Islam yang terkandung dalam surah Al-Nahl ayat 125-126. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah, metode deskriptif analisis, dengan mengunakan teknik analisis Library Research. Setelah penelitian ini dilakukan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa, dalam surah An-Nahl berisi metode pendidikan Islam yaitu: metode teladan, metode nasihat,metode kisah/amtsal metode diskusi dan Hiwar Qur‟ani dan metode punishment/hukuman.

Adapun letak persamaan dari penelitian peneliti yaitu, sama-sama membahas tentang metode pendidikan Islam khususnya, metode pembelajaran Qur‟ani, tentang metode pembiasaan rasa beragama yang digagas oleh Abdurrahman An-Nahlawi. Sedangkan perbedaannya yaitu, penelitian terdahulu memfokuskan macam-macam metode Qur‟ani salah satunya metode Hiwar Qur‟ani yang masih bersifat umum yang terkandung dalam QS An-Nahl Ayat 125-126. Sedangakan peneliti ini menggunkan penelitian kualitatif field research (penelitian lapangan) dan lebih memfokuskan pada implementasi metode Hiwar Qur‟ani untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.

C. Kerangka berfikir

Metode dalam pembelajaran harus dapat menumbuhkan interaksi guru dan peserta didik guna mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran yang monoton. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode yang dapat mengaktifkan peserta didik. Adanya

50

(25)

metode pembelajaran tersebut diharapkan dapat menumbuhkan minat dan semangat peserta didik terhadap pelajaran khususnya mapel PAI.

Salah satunya dengan mengunakan metode Hiwar Qur‟ani pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam digunakan untuk mendorong peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Metode tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik, untuk aktif berargumen (mengajukan ide-ide maupun gagasan) dari persoalan yang muncul atau sengaja dimunculkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Metode ini merupakan, teknik untuk merangsang diskusi dan mendapat pemahaman lebih mendalam tentang materi yang dibahas.

Gambar

Prosedur Kemampuan Berfikir KritisTabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang Fidel Castro menyebarkan komunisme di Kuba meliputi faktor intern yaitu campur tangan Amerika Serikat dalam urusan

Permasalahan Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh per Desa. Masih adanya masyarakat yang mengharapkan keuntungan pribadi dari partisipasi

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara kecerdasan emosi dan kepercayaan diri dengan pengambilan keputusan, ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan

and the function of using language style, which consist of metalinguistic function, directive function, referential function, expressive function, poetic function

Puji syukur ke hadirat Tian , Tuhan Yang Maha Esa dan bimbingan Nabi Kongzi atas tersusunnya Buku Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Agama Khonghucu Sekolah Dasar kelas I..

The researcher found eleven taboos from those events, they are: 1.It is forbidden to eat the dishes without being ritualized, to touch and make any sound from

pak, kalau sekarang bekerja sebagai anggota brimob yang pernah menjadi anggota eksekutor, apakah bapak masih ingat saat bertugas.. Ehehehe, masih

by using pictures to the fourth year students of elementary school in order to help the students master the vocabulary and to know how far the effectiveness