B
B
A
A
B
B
6
6
K
K
E
E
R
R
A
A
N
N
G
G
K
K
A
A
K
K
E
E
L
L
E
E
M
M
B
B
A
A
G
G
A
A
A
A
N
N
D
D
A
A
N
N
R
R
E
E
G
G
U
U
L
L
A
A
S
S
I
I
K
K
A
A
B
B
U
U
P
P
A
A
T
T
E
E
N
N
A
A
G
G
A
A
M
M
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak
RPIJM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu
organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk
melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana
merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang
diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen
tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan
terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu
kesatuan.
6 .1 ARAH AN K EBI J AK AN K ELEM BAGAAN BI DAN G CI PT A K ARY A
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan
kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya,
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan
daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah
adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.
Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan
faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi
sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah
kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang
bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana
penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah
bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang
wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban
untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta
Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang
wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM
bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu
melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,
Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan
sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3
sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Gambar 10.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan
kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan
kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia
aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan
sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh
upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi
pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan
e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah
diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki system ketatalaksanaan dengan
menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan
mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan
Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini,
reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012,
dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan
pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai
mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan
pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah
dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3
(tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya
Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari
sembilan program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen
perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan
internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan
berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh
K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas
dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi,
tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas
dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem
rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar
kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan system manajemen kinerja organisasi dan
penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada
unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada
Gambar 6.2 berikut ini.
Sumber:Road Map Reformasi Birokrasi
Gambar 10.2
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya 6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender
sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masingmasing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai
menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu
diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk
memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM
Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU
yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar
yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai
bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang
ke-PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam
dokumen RPIJM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam
koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar
bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab
di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat
daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah
adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD
Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar
untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar
pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan
perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis
pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana
jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam
menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka
penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok
yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan
waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan
pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan
dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk
mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan
perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum
dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya.
Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan
pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan
kinerja pelayanan kelembagaan.
6 .2 K ON DI SI K ELEM BAGAAN SAAT I N I
Peraturan yang menjadi dasar dalam pennetapan struktur organisasi pemerintahan
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 3041), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890).
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), Sebagaimana Telah Dua Kali Diubah, Terakhir
Dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan,
Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4263);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah ( Lembaran Daerah
Kabupaten Agam Tahun 2008 Nomor 7 ), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 5 Tahun 2011 ( Lembaran Daerah
Tahun 2011 Nomor 5 ).
6.2.1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mepunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang perencanaan pembangunan
daerah. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis perencanaan;
2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan;
4. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan
fungsinya.
Susunan organisasi Badan Perencaan Pembangunan Daerah terdiri dari :
1. Kepala;
Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan dibidang perencanaan pembangunan daerah, yang meliputi perumusan kebijakan daerah serta
memberikan data dan informasi mengenai situasi bidang perencanaan pembangunan daerah serta memberikan saran dan pertimbangan kepada
Bupati sebagai bahan dalam mengambil keputusan;
memimpin, mengkoordinasikan, mengendalikan serta mengawasi semua kegiatan dalam bidang perencanaan pembangunan daerah;
mempertanggungjawabkan tugas BAPPEDA baik teknis operasional maupun fungsional kepada Bupati sebagai bahan dalam mengambil
keputusan;
menjalin kerjasama dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal untuk kepentingan BAPPEDA dalam kelancaran pelaksanaan
tugas;
memelihara dan mengupayakan peningkatan kinerja pegawai,disiplin,meningkatkan dedikasi, loyalitas dan kejujuran dalam
lingkungan BAPPEDA ;
Mengatur,mendistribusikan dan mengkoordinasikan tugas-tugas bawahan sesuai dengan bidang dan fungsinya masing-masing;
Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan kepada bawahan;
Mengusulkan penetapan pegawai dalam jabatan tertentu dalam lingkungan BAPPEDA berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
2. Sekretariat;
Sekretariat mempunyai tugas melakukan pengelolaan aset, urusan rumah tangga, perlengkapan, surat-menyurat, kepegawaian, kearsipan,
keuangan, penyusunan perencanaan dan pelaporan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sekretariat mempunyai fungsi;
Membantu kepala BAPPEDA dalam mengkoordinasikan kebijakan perencanaan pembangunan daerah bersama bidang-bidang lain;
Pengelolaan urusan rumah tangga yang meliputi administrasi, surat menyurat, perlengkapan, aset, kearsipan dan kepegawaian;
Penyusunan program, anggaran dan pelaporan kegiatan BAPPEDA;
Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan atasan;
3. Bidang Ekonomi;
Bidang Ekonomi mempunyai tugas menyusun dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan daerah di bidang ekonomi.
Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Ekonomi mempunyai fungsi ;
Perumusan kebijakan perencanaan dibidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan,
ketahanan pangan, perindusrian, perdagangan, koperasi, usaha mikro,
kecil dan menengah;
Pengkoordinasian penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang perencanaan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan,
perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, ketahanan pangan,
perindusrian, perdagangan, koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah;
Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan atasan.
4. Bidang Sosial dan Budaya;
Bidang Sosial dan Budaya mempunyai tugas menyusun dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan daerah dibidang sosial
dan budaya.
Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Sosial dan Budaya mempunyai
fungsi :
Perumusan kebijakan perencanaan dibidang pendidikan, kesehatan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan, keluarga
berencana, sosial, tenaga kerja, kebudayaan, pariwisata, pemuda dan
olahraga, kesatuan bangsa, pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan
umum.
dan olahraga, kesatuan bangsa, pemberdayaan masyarakat dan
pemerintahan umum.
Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan atasan.
5. Bidang Sumber Daya Alam dan Prasarana;
Bidang Sumber Daya Alam dan Prasarana mempunyai tugas menyusun dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan daerah dibidang
sumber daya alam dan prasarana pembangunan daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Sumber Daya Alam dan Prasarana
mempunyai fungsi:
Perumusan kebijakan perencanaan dibidang pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perhubungan, lingkungan hidup, energi dan sumber daya
mineral.
Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perhubungan, lingkungan hidup,
energi dan sumber daya mineral.
Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan atasan.
6. Bidang Statistik,Evaluasi dan Pelaporan;
Bidang Statistik, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mendata, menyusun dan mengkoordinasikan perencanaan di bidang statistik,
evaluasi dan pelaporan perencanaan pembangunan daerah .
Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Statistik, Evaluasi dan Pelaporan
mempunyai fungsi;
Perumusan kebijakan pengumpulan data, pengolahan dan penyajian data statistik pembangunan dan potensi daerah.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah.
Koordinasi dan pelaksanaan pelaporan pelaksanaan pembangunan daerah
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional perencanaan melaksanakan sebagian tugas perencanaan pembangunan daerah di Bappeda sesuai dengan keahlian
dan kebutuhan.
Kelompok Jabatan Fungsional perencanaan terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang Jabatan Fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Kelompok Jabatan Fungsional perencanaan dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati;
Jumlah dan jenis serta jenjang tenaga fungsional perencanaan diatur dan ditetapkan oleh Bupati berdasarkan kebutuhan dan beban kerja serta
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional perencana diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Kelompok jabatan fungsional perencanaan mempunyai tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6.2.2 Dinas Pekerjaan Umum
Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Agam ini ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Agam. Dimana tugas pokok dan fungsinya yaitu
melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan
Daerah di bidang Perencanaan dan Pengawasan Teknis, bidang Tata Ruang, bidang
Bina Marga, bidang Pemukiman dan Perumahan, bidang Pengelolaan Sumber Daya
Air dan bidang Kebersihan dan Pertamanan.
Secara keseluruhan, struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Agam ini
terdiri atas:
1. Kepala Dinas;
c. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan
3. Bidang Tata Ruang, membawahi:
a. Seksi Penataan & Pemanfaatan Tata Ruang
b. Seksi Pengendalian, Pengawasan Tata Ruang & Bangunan
4. Bidang Bina Marga, membawahi:
a. Seksi Jalan
b. Seksi Jembatan
c. Seksi Peralatan & Pengujian
5. Bidang Pemukiman & Perumahan, membawahi:
a. Seksi pemukiman & Prasarana Wilayah
b. Seksi Penyehatan Lingkungan
6. Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air, membawahi:
a. Seksi Irigasi dan Pengelolaan Tata Guna Air
b. Seksi Sungai, Danau, Pantai dan Rawa
c. Seksi Konservasi Sumber Air
7. Bidang Kebersihan dan Pertamanan, membawahi:
a. Seksi Kebersihan
b. Seksi Pertamanan
8. Kelompok jabatan fungsional
6.3 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Agam bidang
Kebersihan dan Pertamanan sudah cukup menggambarkan tata laksana kerja.
Tata laksana kerja ini harus mendefinisikan lingkup tugas, wewenang, tanggung
jawab serta bentuk interaksi antar unit kerja. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menyusun tatalaksana kerja yang baik antara lain sebagai berikut:
1.
Menciptakan pengendalian otomatis;
2.
Tingkat pembebanan merata;
3.
Pendelegasian wewenang yang proporsional dan berimbang;
4.
Birokrasi yang pendek;
6.4 Kondisi Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya
Jumlah pegawai Bidang Kebersihan Dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Agam tahun 2012 adalah sebanyak 50 orang, dengan rincian
sebagai berikut :
(PNS) : 13 orang (26%)
Non PNS : 37 orang (74%)
- PTT (Pegawai Tidak Tetap) : 24 orang
- Kontrak : 3 orang
- PHL (Pegawai Harian Lepas) : 10 orang
Tabel 6.1
Jumlah SDM di Dinas PU Kab. Agam Tingkat
Pendidikan
Jenis Pegawai
Jumlah PNS Non PNS
1 S2 1 - 1
3 SMA 4 5 9
4 SMP 3 25 28
5 SD 5 7 12
Jumlah 13 37 50
6.5 ANALISIS KELEMBAGAAN
6.5.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Kesepakatan untuk mewujudkan kondisi sarana dan prasarana yang baik bagi seluruh
masyarakat Kabupaten Agam, merupakan komitmen yang telah dinyatakan secara
tegas oleh Pemerintah Kabupaten dalam RPJMD Kabupaten Agam. Dalam rencana
pembangunan ini, Pemerintah Kabupaten Agam telah menegaskan bahwa
pembangunan sarana dan prasarana bidang keciptakaryaan merupakan salah satu
sektor pembangunan yang menempati posisi prioritas dalam upaya untuk mencapai
visi Kabupaten Agam.
Dalam rangka pencapaian visi pembangunan secara efektif, Pemerintah Kabupaten
ditopang dengan kelembagaan yang kuat. Kelembagaan yang kuat dalam konteks ini
dipahami oleh Pemerintah Kabupaten sebagai suatu jaringan relasi sosial yang
melembaga, yang melibatkan Pemerintah Kabupaten, masyarakat, kelompok adat,
LSM dan swasta, dengan struktur, aturan, norma, serta cara kerja yang sistematis dan
terarah pada pencapaian target pembangunan yang ingin dicapai.
6.5.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Dengan kelembagaan yang kuat maka diharapkan pembangunan dan pengelolaan
sarana dan prasarana bidang keciptakaryaan di Kabupaten Agam dapat didukung
dengan sebuah sistem dan mekanisme yang menjamin:
1. Adanya kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, kelompok adat,
LSM dan swasta.
Artinya kelembagaan ini hendaklah dapat memperlihatkan sebuah kondisi
pembagian ruang peran aktif yang jelas antara Pemerintah Kabupaten ,
masyarakat termasuk kelompok adat, dan LSM di dalamnya serta swasta.
Dengan demikian pembangunan dan pengelolaan hasil pembangunan sarana
dan prasarana keciptakaryaan bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata,
melainkan menjadi tugas yang terbagi secara proporsional terhadap seluruh
elemen publik Kabupaten Agam .
2. Adanya kelengkapan dalam penanganan seluruh fungsi pengelolaan sarana dan
prasarana.
Artinya kelembagaan ini haruslah mampu memperlihatkan sebuah kondisi bahwa
seluruh rangkaian fungsi dalam pembangunan dan pengelolaan sarana dan
prasarana bidang keciptakaryaan, yang meliputi fungsi perencanaan,
pengadaan, pemeliharaan, serta monitoring dan evaluasi pembangunan dapat
dijalankan dan ditangani dengan baik. Selain itu seluruh rangkaian fungsi
pembangunan tersebut haruslah ditangani oleh lembaga atau organisasi atau
pihak yang tepat dengan mekanisme penanganan yang jelas.
Artinya kelembagaan ini haruslah mampu memperkuat kemampuan Pemerintah
melalui unit-unit pelaksana yang ada dalam memberikan layanan kepada
seluruh masyarakat Kabupaten Agam.
4. Sinergisitas antar pelaksanaan fungsi
6.5.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM)
Kelembagaan Kabupaten Agam haruslah mampu memperlihatkan suatu kondisi
dimana keterlibatan berbagai lembaga atau pihak dalam pembangunan dan
pengelolaan diwarnai dengan keterkaitan antar institusi dan antar fungsi secara
harmonis. Dengan demikian diperlukan adanya sistem, mekanisme, kebijakan
atau norma yang mengatur keterkaitan antar fungsi dan lembaga agar dapat
mewujudkan satu kesatuan tindak yang efektif dan efisien dalam rangka
meningkatkan sarana dan prasarana.
6.5.4 Analisis SWOT Kelembagaan
Untuk mengetahui potensi dan permasalahan dalam bidang kelembagaan di
digunakan Analisis SWOT. Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu
metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil
keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi
kelemahan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O);
bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan untuk menjawab
tantangan yang ada (strategi W-T).
Berdasarkan informasi serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan
SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat
Tabel: 6.1
Adanya dukungan dana dari pusat dan provinsi untuk menunjang pengembangan sanitasi
Pengembangan SPAM untuk seluruh kota
Adanya kemungkinan kerjasama dengan pengembang, khususnya pengembangan di perumahan baru
Kesempatan kerjasma dg perusahaan swasta dalam memanfaatkan dana CSR
Adanya kesempatan untuk mengikuti Bimtek/ pelatihan dari pusat terkait dengan tugas pokok dan fungsi
Adanya kesempatan mendapatkan bantuan hibah dari lembaga donor (Ausaid, INDII, IBRD, ADB)
Promosi perumahan berwawasan lingkungan
ANCAMAN (T)
Bertambahnya jumlah penduduk Law Inforcement dalam penegakan hukum terkait lingkungan.
Terbatasnya dana untuk allokasi bidang sanitasi
Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang sanitasi
KEKUATAN (S)
Secara kelembagaan, lembaga yang ada dan terkait dengan bidang Cipta Karya mempunyai kewenangan yang kuat karena ditetapkan ber dasarkan Perda Tersedianya dokumen perencanaan yg lengkap seperti RPJMD, RISPAM, SSK, SPPIP, KSPD, Bisnis plan PDAM dll Pembagian tugas dan fungsi antara satuan kerja telah merata demikian pula wewenang dan tanggungjawab sudah jelas Uraian tugas para pimpinan telah ada yang dirumuskan dalam SK
Segera menyiapkan persaratan/dokumen yang dibutuhkan pemerintah pusat dan lembaga donor sebagai persaratan untuk mendapatkan bantuan hibah
Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, pengembang terkait dengan isu2 lingkungan.
Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pegawai untuk mengikuti pelatihan/ bimtek Meningkatkan disiplin dan motivasi kerja kepada pegawai dengan menerapkan sistem
Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan swasta dalam menanggulangi masalah sanitasi Meningkatkan penegakan hukum bagi masyarakat dan badan hukum yang melakukan pelanggaran peraturan
latar belakang pendidikan KELEMAHAN (W)
Koordinasi external antara lembaga terkait bidang Cipta Karya masih kurang.
Kurangnya koordinasi antara pemerintah Kota/ Pusat dengan pihak swasta (developer) dalam pengembangan, penanganan dan pengelolaan kawasan masih kurang.
Kinerja lembaga pengelola bidang cipta karya belum maksimal Dukungan dana APBD untuk operasi & pemeliharaan serta pembangunan sanitasi sangat kurang
SDM yang tersedia kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas khususnya dalam bidang Cipta Karya
Kurangnya sarana dan prasarana bidang Cipta Karya seperti sarana & prasarana persampahan, air limbah, drainase.
Jangkauan pelayanan sarana dan prasarana kota belum memadai dan merata.
Adanya tambahan pegawai namun sering tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan seperti keahlian dan latar belakang pendidikan
Pegawai yang memiliki kemampuan dibidang Cipta Karya di mutasi ke satuan kerja yang tidak terkait dengan bidang Cipta Karya
Pemberian reward bagi SDM yang berprestasi dan funishment kepada SDM yang melakukan kesalahan belum berjalan sebagaimana mestinya
Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga yang terkait dengan bidang Cipta karya
Pengadaan pegawai yang memiliki pendidikan dan kemampuan di bidang Cipta Karya
Menerapkan reward dan funishment kepada pegawai. Menerapkan program karier pegawai
Campaign kepada pengambil keputusan terkait (DPR dan eksekutip) terkait dengan isu2 lingkungan.
Meningkatkan kinerja pegawai dalam melasanakan fungsi koordinasi dan penyuluhan kepada masyarakat
Meningkatkan kinerja pembiayaan bidang Cipta karya dg memanfaatkan dana dari masyarakat, swasta/CSR, pemerintah pusat, dan lembaga donor dalam pengembangan sanitasi.
Pelaksanaan pembangunan infrasuktur yang disiapkan masih belum terencana dengan
baik, terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan yang berkelanjutan. Disamping itu
pendayagunaan sumber daya , baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia
belum optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan pemerataan
pembangunan di berbagai Kecamatan.
Berdasarkan gambaran yang telah dijalankan oleh berbagai pihak di Kabupaten Agam,
maka nampak bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam aspek kelembagaan di
Kabupaten Agam yang perlu ditangani secara sistematis. Permasalahan tersebut
terwujud dalam bentuk:
1. keterbatasan cakupan dan efektivitas layanan pengelolaan air limbah domestik,
sampah, dan drainase lingkungan yang saat ini dapat diberikan oleh institusi
Pemerintah Kabupaten Agam;
2. masih terdapatnya fungsi pengelolaan prasarana yang terabaikan atau tidak
tertangani oleh pihak manapun di Kabupaten Agam;
3. masih kurangnya sinergisitas yang terbangun antara Pemerintah, masyarakat, dan
swasta dalam pelaksanaan fungsi pengelolaan air limbah domestik, sampah dan
drainase lingkungan.
Ketiga permasalahan tersebut di atas muncul karena faktor penyebab yang sangat
bervariasi. Masalahpertama, keterbatasan kinerja layanan pengelolaan yang dihadapi oleh institusi Pemerintah Kabupaten Agam yang pada dasarnya terjadi karena faktor:
1. Kekurangjelasan dan ketidaksesuaian tupoksi
Kekurangjelasan dan ketidakjelasan batasan tupoksi saat ini terlihat dalam tupoksi
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH).
Tupoksi Bidang Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pekerjaan Umum belum
mendeskripsikan secara tegas tugas yang diemban sebagai dinas daerah
(operator) yang bertanggungjawab dalam kegiatan pengelolaan kebersihan dan lingkungan, disisi lain BPLH mempunyai tupoksi yang hampir sama.
2. Ketidakseimbangan kapasitas layanan dengan beban kerja institusi
keterbatasan untuk memberikan layanan ke seluruh cakupan wilayah Kabupaten
Agam. Oleh karena itu penambahan kapasitas dan penempatan mitra untuk
memberikan layanan pengelolaan air limbah domestik dan sampah sangat
diperlukan agar pengelolaan masing-masing sub sektor tersebut dapat dilakukan
secara optimal. Dalam kondisi keterbatasan kapasitas yang dihadapi saat ini,
sesungguhnya terdapat SKPD lain yang dapat didayagunakan untuk menjalankan
fungsi penyuluhan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
termasuk dalam pengelolaan air limbah domestik dan sampah.
Masalah kelembagaan yang kedua berupa masih terdapatnya fungsi pengelolaan prasarana yang terabaikan atau tidak tertangani oleh pihak manapun di Kabupaten
Agam, dapat terlihat dalam fungsi pembersihan sampah dan pemeliharaan fisik
sarana pengelolaan drainase lingkungan. Hal ini terjadi karena faktor:
1. Tidak adanya tugas pembersihan sampah dan pemeliharaan fisik dalam tupoksi
institusi manapun di Pemerintah Kabupaten Agam.
2. Belum terbangunnya pengetahuan, kesadaran dan kepedulian dalam pengelolan
drainase lingkungan di antara Pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.
Masalah kelembagaan yang ketiga yakni kurangnya sinergisitas yang terbangun antara
Pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam pelaksanaan fungsi pengelolaan air
limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan, berakar dari faktor:
1. Belum terbangunnya pengetahuan, kesadaran dan kepedulian dalam pengelolan
prasarana di antara Pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.
2. Belum terdapatnya kebijakan yang mengatur tentang peran antar Pemerintah,
masyarakat dan swasta dalam pengelolaan prasarana.
3. Adanya keterbatasan dalam beberapa substansi kebijakan terkait dengan sektor
prasarana.
Sesuai dengan Peraturan tentang Penataan Bangunan pada dasarnya telah
mengatur kewajiban bagi wajib IMB untuk menyediakan sarana atau fasilitas
pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan sampah dan drainase lingkungan.
Namun demikian Perda tersebut belum didukung dengan petunjuk-petunjuk teknis
tentang syarat kesehatan yang harus dipatuhi oleh pemilik bangunan dalam
penyediaan fasilitas-fasilitas prasarana tersebut di atas. Oleh karena itu
terinformasikan secara lengkap kepada para pemilik bangunan. Selain itu Perda
ini masih lemah dari sisi ancaman sanksi serta penegakaannya.
Selain itu, kebijakan-kebijakan yang berlaku di Kabupaten Agam dalam hal
pengelolaan prasarana saat ini masih terbatas pada pengaturan tentang retribusi
yang diwajibkan bagi pengguna jasa dalam pengelolaan air limbah domestik
khususnya penyedotan kakus, dan layanan pengelolaan sampah. Sementara
kebijakan yang mengatur tentang peran nyata masyarakat, dan sektor swasta
untuk mengelola prasarana melalui bentuk-bentuk aktivitas lain yang memberi
dampak positif pada kondisi prasarana Kabupaten Agam belum terformulasikan
hingga saat ini. Tidak adanya kebijakan yang mengatur substansi tentang peran
tersebut telah menjadi kendala bagi pelaksanaan peran yang nyata dari
masyarakat dan swasta. Dengan kondisi kebijakan yang demikian, maka saat ini
titik tumpu kegiatan pembangunan dan pengelolaan prasarana masih ada di pihak
Pemerintah.
4. Belum adanya rencana kerja pembangunan prasarana yang terintegrasi dan
sistematis yang disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan di
Kabupaten Agam.
Kondisi ini telah menyebabkan pelaksanaan kegiatan pembangunan dan
pengelolaan prasarana yang dilakukan di Kabupaten Agam masih dilakukan
secara parsial oleh masing-masing pemangku kepentingan. Kondisi ini juga dapat
menyebabkan setiap upaya untuk membangun dan mengelola prasarana tidak
dapat dipastikan berjalan dalam arah yang saling mendukung dan dilakukan
secara benar.
Berdasarkan pada pemahaman akan masalah kelembagaan di Kabupaten Agam ini,
maka dapat memetakan beberapa kebutuhan mendasar yang dibutuhkan dalam
rangka penguatan kelembagaan prasarana di Kabupaten Agam. Kebutuhan penguatan
tersebut adalah:
1. Penguatan kebijakan yang diarahkan pada aspek substansi maupun kelengkapan
Pembenahan ini diarahkan pada bentuk organisasi dan juga pada tupoksi. Upaya
pembenahan tersebut dapat dilakukan dengan mengacu pada ketentuan PP No.
38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah daerah Kabupaten / Kota, serta PP
No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
3. Pembenahan mekanisme pelibatan masyarakat dan sektor swasta dalam
pembangunan dan pengelolaan prasarana di Kabupaten Agam. Pembenahan
mekanisme tersebut diarahkan dengan tujuan untuk menciptakan pemberdayaan
dan menguatkan norma sosial dan norma adat yang telah berkembang kuat di
masyarakat Kabupaten Agam.
6.5 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisa SWOT, maka dapat dirumuskan
tiga kelompok strategi yaitu strategi pengembangan organisasi, strtegi pengembangan
tata laksana, dan strtegi pengembangan sumber daya manusia.
6.5.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian
1. Meningkatkan kinerja manajemen bidang cipta karya dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monev;
2. Meningkatkan jumlah pegawai untuk mengikuti pelatihan dan bimtekbidang cipta
karya;
3. Mengalokasikan dana APBD yang ada didukung dengan sumber pendanaan
lainnya seperti dari APBD Provinsi, APBN Pusat, swasta melalui dana CSR serta
lembaga donor untuk meningkatkan pelayanan sanitasi
4. Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya untuk melakukan tindakan hukum
bagi masyarakat atau badan usaha yang melakukan pelanggaran Perda yang
terkait dengan isu-isu lingkungan
5. Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya melakukan kegiatan sosialisasi
6.5.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan
1. Meningkatkan koordinasi dengan menambah intensitas pertemuan untuk
membahas permasalahan sanitasi
2. Pengadaan pegawai baru yang memiliki keahlian dan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan
6.5.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana
pengembangan SDM di Kabupaten Agam adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan pegawai baru yang memiliki keahlian dan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan
2. Meningkatkan kemampuan staf teknis dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi dengan memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan di bidang Cipta
karya
3. Meningkatkan kesejahteraan pegawai
4. Menerapkan reward dan funishment kepada semua pegawai
Beberapa strategi yang akan dikembangkan untuk aspek kelembagaan ini antara lain :
1. Meningkatkan status dan kapasitas lembaga pengelola kebersihan, dimana saat
ini ada di bawah Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum,
perlu pengkajian ulang untuk kembali menjadi Dinas tersendiri, mengingat
semakin tingginya beban pengelolaan sampah di Kabupaten Agam.
2. Menginisiasi terbentuknya sub sistem kelembagaan yang dapat menjalankan
fungsi sesuai perannya masing-masing. Hal ini menyangkut peningkatan peran
Kabupaten Agam lembaga formal maupun non formal yang telah ada, dan juga
pengembangan lembaga lain yang dibutuhkan kehadirannya.
3. Meningkatkan kinerja lembaga pengelola persampahan, salah satunya dengan
meningkatkan kualitas SDM.
Oleh sebab itu untuk mendukung rencana pengembangan Sumber Daya manusia
(SDM ) dapat dilakukan upaya sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan,
dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi.
Tabel 6.9
Pelatihan Bidang Cipta Karya No Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan 10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan
Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17 Diklat Jabatan Fungsional
Sumber : Pedoman Penyusun RPI2JM Kementerian Pekerjaan Umum, 2014
Dengan demikian dapat dirumuskan perencanaan pengembangan kapasitas
kelembagaan yang dapat diorentasikan dari penjabaran organisasi, tata laksana dan
Tabel: 6.6
Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Aspek Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
Organisasi Meningkatkan kinerja manajemen bidang
ciptakarya dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monev;
Mengalokasikan dana APBD yang ada
didukung dengan sumber pendanaan
lainnya seperti dari APBD Provinsi, APBN
Pusat, swasta melalui dana CSR serta
lembaga donor untuk meningkatkan
pelayanan sanitasi
Bekerjasama dengan instansi terkait
lainnya untuk melakukan tindakan hukum
bagi masyarakat atau badan usaha yang
melakukan pelanggaran Perda yang terkait
dengan isu-isu lingkungan
Bekerjasama dengan instansi terkait
lainnya melakukan kegiatan sosialisasi
kepada masyarakat terkait isu2 lingkungan
termasuk Perda.
Dinas/badan Lebih selektif dalam
pengadaan tenaga kontrak sesuai dengan
criteria yang dibutuhkan.
Sosialisasi dan penyebar
luasan semua dokumen
perencanaan yang ada
(RPJMD, SSK, RISPAM,
SPPIP, SPM dll) kepada semua
pegawai yang terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan
monev.
Menyusun program pelatihan
dan pengembangan karier
pegawai serta menyiapkan
anggaran yang memadai
Sosialisasi kepada masyarakat
terkait dengan PERDA tentang
Larangan membuang sampah
tidak pada tempatnya
Membentuk tim Penyidik PNS
(PPNS) untuk menindak
masyarakat/badan hukum yang
melanggar PERDA
Tata Laksana Meningkatkankoordinasi dengan
menambah intensitas pertemuan untuk
membahas permasalahan sanitasi
Pengadaan pegawai baru yang memiliki
keahlian dan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan
Sosialisasi kepada semua
instasi terkait di bidang
keciptakaryaan untuk
melakukan koordinasi secara
Aspek Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
Aspek Sumber Daya
Manusia (SDM)
Pengadaan pegawai baru yang memiliki
keahlian dan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan
Meningkatkan kemampuan staf teknis
dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi dengan memberi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan di bidang Cipta karya
Meningkatkan kesejahteraan pegawai
Menerapkan reward dan funishment
kepada semua pegawai
a. Pengadaan pegawai baru
sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan
b. Mengusulkan Pelatihan
kepada semua staf teknis
c. Mengusulkan penambahan
anggaran kesejahteraan
pegawai dalam APBD
Saat ini Pemerintah Kabupaten Agam telah melakukan upaya untuk membentuk unit
organisasi khusus Pemerintah yang memiliki tugas pokok untuk merencanakan
kebijakan di level teknis, menyelenggarakan, mengawasi kegiatan penanggulangan
masalah sarana dan prasarana bidang keciptakaryaan, salah satunya dengan
membentuk Bidang Kebersihan dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan Umum. Upaya
ini dilakukan untuk menjamin agar kegiatan pembangunan dan pengelolaan dapat
berjalan secara berkelanjutan. Dan dalam rangka peningkatan pengelolaan kualitas
lingkungan hidup, Pemerintah Kabupaten Agam juga telah membentuk lembaga teknis
Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH). Sedangkan untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan.
Disamping itu, perlu juga kegiatan-kegiatan yang bersifat pengembangan
kelembagaan bagi perusahaan daerah, swasta dan masyarakat berupa kegiatan
pembinaan, pendidikan dan pelatihan penyusunan kerangka regulasi, pengembangan
organisasi dan kegiatan lainnya, sehingga tercipta sinergisitas antara Pemerintah,
masyarakat, dan swasta serta mempertegas tugas dan fungsi yang diemban