6.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH KEGIATAN PENDAMPINGAN KAB SELAYAR
A. GAMBARAN UMUM SULAWESI SELATAN.
1. Geografi Wilayah
Kondisi geografis Provinsi Sulawesi Selatan sangat di pengaruhi oleh kondisi
wilayahnya, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah kurang lebih 45.519,24
Km2. Secara administratif dibagi dalam 24 (dua puluh empat) wilayah
kabupaten/kota. Wilayah yang terluas adalah Kabupaten Luwu Utara dengan luas
wilayah kurang lebih 7.502,68 km2 atau 16,48 % dari total luas keseluruhan wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan kabupaten/kota yang memiliki wilayah terkecil
adalah Kota Parepare dengan luas 99,33 km2 atau 0,22 % dari total luas wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan, secara geografis Provinsi Sulawesi Selatan berada pada
0º12´ - 8º LS dan 116º48´ - 122º36´ BT dengan batas administrasi wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores
Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
2. Kondisi Geologi dan Jenis Tanah
Struktur lapisan dan jenis tanah serta batuan di Provinsi Sulawesi Selatan
pada umumnya terdiri atas 3 jenis batuan beku meliputi Batuan metamorf dan
batuan vulkanik serta endapan alluvial yang hampir mendominasi seluruh wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan. Batuan beku yang dijumpai secara umum terdiri dari
intrusi batuan beku granit dan gabro serta beberapa intrusi kecil lainnya, juga
dijumpai batuan beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku dan
bersusun blastik hingga andesitik. Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu
gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri
dari material yang bersusunan brangkal, kerakal, kerikil, pasir hingga lempung.
Kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan untuk
3. Hidrologi
Keadaan hidrologi Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan hasil observasi
lapangan yang dilakukan ditemukan daerah-daerah wialayah kota yang mengalami
genangan periodik. Sumber air permukaan berasal dari beberapa sungai yang ada di
wilayah kab/kota provinsi Sulawesi Selatan. Pada kondisi tertentu terutama pada
saat musim hujan sungai tersebut mempengaruhi sebahagian wilayah kab/kota
provinsi Sulawesi Selatan.
4. Tata Guna Lahan
Kondisi tata guna lahan di Provinsi Sulawesi Selatan secara umum terdiri
atas; sawah, perkebunan, perumahan/permukiman, tambak, fasilitas sosial
ekonomi, dan lahan yang tidak dimanfaatkan (kosong). Pergeseran pemanfaatan
lahan Provinsi Sulawesi Selatan secara umum belum mengalami perubahan yang
cukup siniknifikan hanya pada beberapa bagian wilayah, akibat terjadinya
peningkatan pembangunan yang dilakukan pemerintah,swasta dan masyarakat.
5. Demografi dan Kependudukan
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan hingga akhir tahun 2010
berdasarkan registrasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan
sebesar 8.034.776 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.896.635 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.138.141 jiwa.
a. Perkembangan Jumlah Penduduk
Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun
2010-2014 untuk masing-masing kabupaten mengalami kenaikan dengan rata-rata
laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,1 % dengan tingkat
laju pertumbahn tertinggi berada di Kota Palopo sebsar 2,7 persen, kemudian
Kabupaten Luwu Timur dengan tingkat pertubuhan 2,5 persen, Kabupaten Gowa
1,6 persen. Sementara itu kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan penduduk
terendah berada pada Kabupaten Soppeng dengan tingkat pertumbuhan sebesar
0,2 persen, kemudian Kabupaten Wajo dengan 0,4 persen, Kabupaten Barru dengan
0,4 persen, Kabupaten Bone 0,6 persen, Kabupaten Tanah Toraja dan Bantaeng dan
Bulukumba 0,7 persen, Kabupaten Sinjai dan Toraja Utara 0,8 persen. Sementara
kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan dengan laju pertumbuahan antara 1-2
persen. Lebih jelasnya terkait laju pertumbuhan dan perkembangan penduduk
kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan dapat di lihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1.
Jumlah dan Pekembangan Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Dirinci Berdasarkan Kabupaten Tahun 2010-2014
Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
No Kabupaten/Kota Perkembangan Jumlah Penduduk (Jiwa) PertumbuLaju han (%)
22 Makassar 1.216.746 1.235.239 1.365.000 1.387.000 1.408.100
23 Parepare 115.008 116.309 131.500 133.400 135.200
24 Palopo 133.293 137.595 152.600 156.600 160.800
Pada Tabel 2.2 tersebut, menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar
berada di Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1.369.606 jiwa. Sedangkan
penduduk terendah berada di Kepulauan Selayar dengan jumlah penduduk
sebanyak 122,055 jiwa.
b. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 berjumlah 8,034,776
jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 176 jiwa/km2. Penduduk Provinsi Sulawesi
terdistribusi pada 24 (dua puluh empat) wilayah kabupaten/kota, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3, menunjukkan bahwa kepadatan penduduk terbesar berada di Kota
Makassar dengan kepadatan penduduk sebesar 761jiwa/km2, sedangkan kepadatan
penduduk terendah berada di Kabupaten Luwu Timur dengan kepadatan penduduk
sebesar 4 jiwa/km2.
Tabel 6.2.
20 Luwu Timur 6.944,88 263.000 3,500
Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
6. Fasilitas Sosial Ekonomi
Fasilitas diartikan sebagai wadah atau tempat manusia melakukan berbagai
aktifitas, berfungsi melayani kebutuhan masyarakat di dalam suatu unit lingkungan.
Jenis aktifitas pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar, yaitu fasilitas
ekonomi dan fasilitas sosial. Fasilitas sosial diartikan sebagai wadah aktifitas yang
melayani kebutuhan penduduk yang bersifat memberi kepuasan sosial, mental, dan
spiritual dalam bentuk; perumahan, peribadatan, pendidikan, kesehatan, olah raga
dan rekreasi. Fasilitas ekonomi diartikan sebagai wadah untuk melakukan aktifitas
ekonomi dalam bentuk fasilitas perdagangan, industri, dan aktifitas ekonomi
lainnya.
a. Perumahan dan Permukiman
Klasifikasi perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan pada dasarnya di lihat dari
segi; luas kavling, tipe perumahan, kondisi perumahan, dan pola pembentukan
permukiman. Kondisi perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan di bedakan atas tiga
jenis, antara lain; rumah permanen, semi permanen, dan darurat/temporer. Hasil
survey di lapangan secara umum menunjukkan bahwa kondisi bangunan/rumah
yang ada mayoritas termasuk dalam klasifikasi permanen, semi permanen dan
sebagian kecil temporer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat
/ perorangan, masih bersifat alami. Pola perumahan yang terbentuk cenderung
mengelompok (concentric) pada suatu kawasan, dan berkembang secara linear
mengikuti jaringan jalan dan garis pantai. Hasil survey lapangan yang dilakukan
menunjukkan perkembangan perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan menganut
tahun 2014 sebanyak 2.008.696 unit yang tersebar pada 24 wilayah kabupaten/kota.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 6.3
Jumlah Unit Rumah di Provinsi Sulawesi Selatan No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
Tabel di atas, menujukkan bahwa jumlah rumah terbanyak berada di Kota
Makassar, jumlah rumah sebanyak 334.666 unit atau 16,66 %. Sedangkan jumlah
rumah terkecil berada di Kepulauan Selayar sebanyak 30.514 unit atau 1,52 %.
b. Pendidikan
Ketersediaan sarana pendidikan diperlukan untuk meningkatkan wawasan
luar sekolah. Ketersediaan sarana tersebut merupakan indikator untuk menilai
tingkat pendidikan dan wawasan berpikir masyarakat, termasuk partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Jumlah dan jenis fasilitas pendidikan di Provinsi
Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 6. 4.
Jumlah dan Jenis Fasilitas Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan No Kabupaten/Kota Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit)
TK SD SLTP SMU PT
Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
Tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah fasilitas pendidikan terbanyak
berada di Kota Makassar, dengan total jumlah sarana pendidikan sebanyak 1.348
unit mulai dari tingkat TK sampai Perguruan SMU sederajat. Sedangkan jumlah
fasilitas pendidikan terkecil berada di Kota Parepare, dengan jumlah sarana
c. Kesehatan
Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan indikator peningkatan kualitas
hidup masyarakat. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat akan membantu
untuk meningkatkan usaha produksi terutama bagi masyarakat yang belum
terjangkau akan pelayanan kesehatan. Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan di
Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.5
Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan No Kabupaten/
Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
Tabel di atas, menunjukkan bahwa jenis fasilitas kesehatan di Provinsi
Sulawesi Selatan yang dominan adalah Posyandu dengan jumlah 8.944 unit,
unit. Untuk fasilitas kesehatan pada tiap kabupaten/kota, yang terbanyak berada di
Kota Makassar dengan jumlah 1.102 unit dan fasilitas kesehatan yang paling sedikit
berda di Kota Parepare dengan jumlah sebanyak 146 unit.
d. Peribadatan
Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Jumlah dan jenis
fasilitas peribadatan di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini.
Tabel 6. 6.
Jumlah dan Jenis Fasilitas Peribadatan di Provinsi Sulawesi Selatan No Jenis Fasilitas
4 Gereja Katholik & Gereja Protestan 2.436 14,16
5 Pura 2.065 12,01
6 Vihara 26 0,15
Jumlah 17.197 100,00
Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
7. Prasarana Wilayah
Aspek prasarana merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu
wilayah. Prasarana yang dimaksud meliputi; prasarana jalan, jaringan irigasi, jaringan
listrik dan jaringan telepon dipergunakan untuk mendukung kelancaran aktifitas
atau kegiatan dalam rangka peningkatan pertumbuhan suatu wilayah.
a. Karakteristik dan Fungsi Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan
yang berfungsi sebagai prasarana trasnportasi, disamping fungsi tersebut jaringan
jalan dapat digunakan sebagai transformasi aliran barang dan penumpang yang
demikian kondisi tersebut memerlukan pemikiran dengan penataan jaringan agar
tidak terjadi tumpang tindih fungsi setiap jalan.
Hubungan utama antar kawasan internal dan eksternal lokasi perencanaan
dilakukan dengan menggunakan transportasi darat dengan dukungan ketersediaan
jaringan jalan. Sediaan sistem jaringan jalan menurut jenis permukaan di lokasi
perencanaan dikategorikan sebagai berikut; aspal/beton, pengerasan dan jalan
tanah. Kondisi jaringan jalan menurut jenis permukaan di wilayah perencanaan
untuk masing-masing kabupaten umumnya dalam kondisi aspal, jalan perkerasan,
jalan tanah dan sebahagian menggunakan jalan paving blok.
b. Kondisi Jaringan Drainase
Fungsi jaringan drainase digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan air
buangan baik yang bersumber dari air hujan, air buangan rumah tangga dan air yang
bersumber dari jalan. Jaringan drainase di wilayah perencanaan terdiri dari drainase
primer, sekunder dan tersier dengan kondisi permanen dan temporer (tanah).
c. Kondisi Jaringan Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena
itu air bersih yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa,
bau dan tidak berwarna. Sumber air bersih yang digunakan masyarakat diwilayah
perencanan bersumber dari PDAM dan air tanah dalam (artesis). Dari hasil survey
lapangan, kondisi air bersih yang ada sampai saat ini masih aman untuk dikomsumsi
dan belum mengalami pencemaran, baik yang disebabkan oleh kegiatan industri
rumah tangga maupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya menggunakan air.
d. Kondisi Jaringan Listrik
Jaringan listrik merupakan salah satu prasarana yang dibutuhkan untuk
menunjang penerangan rumah tangga, kegiatan industri dan kegiatan lainnya, oleh
penerangan. Pemenuhan kebutuhan akan jaringan listrik di wilayah perencanaan
dewasa ini umumnya sudah terlayani jaringan listrik.
e. Kondisi Jaringan Telepon
Salah satu prasarana yang efisien dan cepat untuk mendapatkan akses
pelayanan informasi dan komunikasi adalah penyediaan prasarana jaringan telepon.
Penggunaan jaringan telepon sangat penting dalam penerimaan informasi baik
untuk kegiatan bisnis dan proses yang dilakukan masyarakat untuk berinteraksi.
Ketersediaan prasarana telepon yang ada saat ini berupa telepon rumah tangga,
warung telekomunikasi (wartel) dan penggunaan telepon seluler.
f. Kondisi Sistem Pelayanan Persampahan
Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan.
Kondisi sistem pelayanan persampahan di wilayah perencanaan perlu ditingkatkan
dengan penyediaan tempat pembuangan sementara maupun pembuangan akhir,
sehingga umumnya pola pengolahan sampah saat ini menggunakan sistem
pewadahan dengan tersedianya countainer dan armada pengangkutan ke lokasi
TPA.
g. Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Air limbah merupakan air hasil buangan yang memerlukan pewadahan dan
tempat, baik yang bersumber dari limbah domestik (rumah tangga) maupun dari
industri. Kondisi pengolahan air limbah di wilayah perencanaan untuk jangka
pendek tidak membahayakan lingkungan oleh karena produksi limbah umumnya
berasal dari aktifitas limbah hasil rumah tangga, namun untuk jangka panjang
diperlukan suatu pewadahan untuk mengalirkan dan membuang hasil limbah
tersebut. Sedangkan limbah yang berasal dari industri besar umumnya sudah
tersedia tempat penampungan atau pengelolaan limbah yang dikelola oleh unit-unit
B. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SELAYAR.
2.1. Kondisi Umum
Sebagai satu – satunya kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh
wilayahnya terpisah dari jazirah pulau Sulawesi dan dikelilingi oleh laut yang
sangat luas yang membentang dari utara ke selatan, bahkan laut Flores
menjadi cakupan wilayah administrasi dan wilayah eksploitasi, maka basis
pembangunan Kabupaten Kepulauan Selayar diarahkan secara proporsional
dengan fokus kelautan yang bertumpu pada sektor perikanan dan pariwisata.
2.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Kepulauan Selayar yang ber-ibukota di kota Benteng
merupakan wilayah kepulauan yang terletak antara 5° 42' - 7° 35' Lintang
Selatan dan 120° 15' - 122° 30' Bujur Timur yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan
Sebelah Timur : Laut Flores (Nusa Tenggara Timur)
Sebelah Selatan : Laut Flores (NTT) dan Sulawesi Tenggara
Sebelah Barat : Laut Flores (NTT) dan Selat Makassar
Wilayah Kepulauan Selayar terdiri atas 130 Pulau Besar dan Pulau Kecil.
Gugusan Kepulauan tersebut sebagian dihuni penduduk, sebagian lagi adalah
pulau yang tidak berpenghuni. Pulau-pulau berpenghuni tersebut antara lain
Pulau Pasi Tanete, Pulau Pasi Gusung, Malibu, Guang, Bahuluang,
Tambolongang, Polassi, Jampea, Lambego, Bonerate, Pasi Tallu, Jinato,
Kayuadi, Rajuni, Rajuni Bakka, Rajuni Ki’di, Kalaotoa, Latondu, Karumpa, Pulo
Madu dan lain-lain.
Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar adalah
10.503,69 km2 dimana luas daratan 1.357,03 km2 dan luas wilayah lautnya
adalah 9.146,66 km2 . Secara administratif sejak awal tahun 2014 Pemerintah
kelurahan. Sebanyak 5 (lima) kecamatan berada di Kepulauan,
masing-masing:
1. Kecamatan Pasimarannu dengan ibukotanya Bonerate;
2. Kecamatan Pasimasunggu dengan ibukotanya Benteng Jampea; 3. Kecamatan Pasimasunggu Timur ibukotanya Ujung Jampea; 4. Kecamatan Taka Bonerate ibukotanya Kayuadi, dan;
5. Kecamatan Pasilambena ibukotanya Kalaotoa.
Selain itu terdapat 6 (enam) kecamatan lainnya berada di daratan
Pulau Kepulauan Selayar, masing-masing: 1. Kecamatan Benteng ibukotanya Benteng, 2. Kecamatan Bontoharu ibukotanya Matalalang, 3. Kecamatan Bontosikuyu ibukotanya Pariangan, 4. Kecamatan Bontomanai ibukotanya Polebunging, 5. Kecamatan Bontomatene ibukotanya Batangmata, dan 6. Kecamatan Buki ibukotanya Buki
Tabel 6.7.
Jumlah Desa,Dusun, dan Kelurahan di Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2015
No Kecamatan Desa Dusun/Lingk. Kelurahan
1 Pasimarannu 6 25 -
2.1.2. Kondisi Topografi
Fisiografi Pulau Kepulauan Selayar terbagi dalam beberapa morfologi
bentuk lahan. Satuan-satuan morfologi bentuk lahan Pulau Kepulauan Selayar
dikelompokkan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu:
Satuan morfologi daratan alluvial pantai.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang.
Satuan morfologi perbukitan dengan lereng terjal.
Satuan morfologi tersebut di atas dikontrol oleh batuan dan struktur dan
formasi geologi yang ada di Pulau Kepulauan Selayar. Satuan morfologi
daratan alluvial pantai menempati daratan sempit di pantai Barat Pulau
Kepulauan Selayar terbentuk oleh endapan pasir, pantai lempungan, krikil
yang bersifat lepas dan lapisan tipis batu gamping koral. Sedangkan batuan
morfologi perbukitan gelombang dan satuan morfologi perbukitan dengan
lereng terjal umumnya menempati bagian Barat dengan ketinggian 356-657
meter di atas permukaan laut, diantaranya puncak Gunung Bontoharu (435
m), Gunung Bontokali (353 m), serta Gunung Bontosikuyu (607 m). Satuan
morfologi ini ditempati oleh endapan hasil gunung api berupa; breksi, lafa,
konglomerat, tufa dengan batuan dengan selingan batuan sedimen laut.
Persentase kelas lereng Pulau Kepulauan Selayar umumnya didominasi oleh lereng
landai (2-15%), semakin ke Selatan semakin besar. Kecamatan Bontosikuyu
mempunyai kelas sangat terjal (>40%) mencapai 43,97% terhadap luas wilayah
kecamatan, sedangkan di Kecamatan Bontoharu lereng sangat terjal mencapai
33,12%, akan tetapi kebalikannya di Kecamatan Bontomatene dimana lereng sangat
terjal hanya mencapai 4,21% dari luas wilayah kecamatan.
Berikut diuraikan posisi dan tinggi wilayah Di atas Permukaan Laut
(DPL) menurut kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar:
1. Kecamatan Pasimarannu terletak 120030’25” - 121015” BT dan 7015 – 7024”
2. Kecamatan Pasilambena terletak 121030’30” - 122020’ BT dan 7025 – 7030’
LS dengan ketinggian DPL 0 – 351 m.
3. Kecamatan Pasimasunggu terletak 120030’ - 120030’20” BT dan 600’ –
7030” LS dengan ketinggian DPL 0 – 530 m.
4. Kecamatan Takabonerate terletak 120030’39” - 1210 40’ BT dan 60 45’ – 7005’ LS dengan ketinggian DPL 0 – 287 m
5. Kecamatan Pasimasunggu Timur terletak 120030’12” - 120030’24” BT dan 6045 – 7001’ LS dengan ketinggian DPL 0 – 530 m
6. Kecamatan Bontosikuyu terletak 120025’20” - 1200 32’10” BT dan 6015’ – 6030’13” LS dengan ketinggian DPL 0 – 607 m
7. Kecamatan Bontoharu terletak 120025’ - 120035’ BT dan 6006’ – 6005’ LS dengan ketinggian DPL 0 – 512 m
8. Kecamatan Benteng terletak 120027’ - 120030’ BT dan 6006’ – 6008’ LS dengan ketinggian DPL 0 – 106,25 m
9. Kecamatan Bontomanai terletak 120020’48” - 120052’ BT dan 6005’05” – 6007’07” LS dengan ketinggian DPL 0 – 608 m
10. Kecamatan Buki terletak 120046’50”
- 120057’10” BT dan 6005’05” –
6004’05” LS dengan ketinggian DPL 0 – 397 m
Gambar 2.3. Peta Administrasi Sulawesi Selatan
2.1.1. Kondisi Demografi
2.1.1.1. Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2013 berjumlah
127.220 orang yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah penduduk
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki,
yang tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Pada
tahun 2013, jumlah penduduk perempuan sebesar .66129 orang dan laki-laki
sebanyak 61.091 orang atauy dengan rasio jenis kelamin sebesar 92,38 persen.
GRAFIK 6.1
PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2009-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014
GRAFIK 6.2
Penduduk berdasarkan jenis kelamin, kepadatan menurut
kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6.8. Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2015
No Kecamatan Laki-laki Perempua
n
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014
2.1.1. Kondisi Perekonomian
Pilar ekonomi dan Sektor unggulan Kabupaten Kepulauan Selayar senantiasa
melakukan akselerasi dalam menggerakkan pertumbuhan dan perkembangan
daerah sangat multi potensi makro. Daerah dataran tinggi mempunyai Sektor
unggulan pada bidang pertambangan. Daerah dataran rendah mempunyai Sektor
unggulan di bidang pertanian, kehutanan dan peternakan, sedangkan daerah pesisir
dan laut mempunyai Sektor unggulan di bidang perikanan dan jasa lingkungan.
Secara holistik Kecenderungan global yang kian menguat akan tuntutan
daya saing ekonomi daerah terutama daya saing komoditi ekspor unggulan,
perlunya didorong daya saing ekspor sebagai salah satu sumber penerimaan daerah
Regional Bruto (PDRB). Karena itu peluang-peluang untuk membangun jaringan
ekspor ke Negara tujuan perlu semakin ditingkatkan.
Dari sisi internal, perekonomian Kabupaten Kepulauan Selayar adalah bagian
integral dari perekonomian nasional dan regional terutama Kawasan Timur
Indonesia dan Provinsi Sulawesi Selatan pada khususnya. Keterkaitan yang kuat ini
akan memberi pengaruh positif maupun negative.
Pengaruh positif ditandai dengan adanya komitmen pemerintah pusat untuk
melakukan perbaikan ekonomi pada setiap daerah. Dengan Undang-Undang
otonomi daerah (UU Otoda 32/No.24/2004) memberikan ruang gerak kepada
pemerintah daerah untuk melakukan optimalisasi potensi local, meskipun dalam
kenyataan belum sepenuhnya dapat tercapai. Disamping itu APBN dengan kondisi
deficit juga tidak dapat menjamin alokasi dana yang cukup signifikan terhadap
pembangunan suatu daerah. Sungguhpun terbukti Dana Alokasi Umum (DAU)
sebagai dana perimbangan yang diperuntukkan untuk dana pengembangan
Kabupaten Kepulauan Selayar menunjukkan kenaikan yang berarti atau mengalami
pertumbuhan dengan persentase yang relatif baik, namun masih belum memadai
untuk menjadi sumber pendanaan utama pengembangan Kabupaten Kepulauan
Selayar yang tersebar di seluruh daratan dan kepulauan. Angka persentase kenaikan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.9. Sumber Pendapatan Daerah
NO. SUMBER PENDAPATAN TAHUN 2013 %
1. Pendapatan Asli Daerah 23572884000 42,03 2. Pendapatan Transfer 523437238000 17,03 3. Lain-lain Pendapatan yang
Sah
1350000000 43,67
J U M L A H 616012840000 21,71
Sementara itu, besar kecilnya produk domestik regional bruto (PDRB)
suatu daerah sangat bergantung pada potensi sumber daya ekonomi yang
dimiliki dan efektifitas pemanfaatannya.
Berdasarkan hasil penghitungan PDRB tahun 2013, nilai PDRB atas
dasar harga berlaku Kabupaten Kepulauan Selayar telah mencapai
2.0015.889.45 juta rupiah. Sedangkan PDRB atas harga konstan tahun 2000,
nilainya 600.583,85 juta rupiah.
Struktur ekonomi bisa memberikan gambaran masing-masing sektor
dalam pembentukan total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase
suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam
perekonomian daerah tersebut. Struktur di Kabupaten Kepulauan Selayar
masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2013 sektor ini
memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB yaitu
sebesar 37,17 persen. Semakin besar persentase suatu daerah. Semakin besar
persentase suatu sekotor semakin besar pula pengaruh sektor tersenut dalam
perekonomian daerah tersebut.
Pada tahun 2013, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan
Selayar sebesar 9,47 persen. PDRB per kapita di Kabupaten Kepulauan Selayar
setiap tahunnya mengalami peningkatan. PDRB atas harga berlaku pada
tahun 2013 sebesar 15.88.188 rupiah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dan grafik berikut:
GRAFIK 6.3
GRAFIK 6.4
STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2009-2013
Tabel 6.10
Perkembangan PDRB Kabupaten Kepulauan Selayar Selama Tahun 2009-2013
Oleh karena itu, dalam rangka menempatkan wilayah laut sebagai
tulang punggung ekonomi daerah, nilai-nilai tradisional sebagai produk
budaya masa lalu yang umumnya sangat memperhatikan aspek
kesinambungan dan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya perlu kembali
digali dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Kepulauan Selayar.
Dilihat dari sisi agama, masyarakat Kepulauan Selayar umumnya
beragama Islam, kecuali pada masyarakat dengan Etnik Tionghoa, 99%
diantaranya menganut agama nasrani. Sekalipun demikian, sepanjang
berdirinya Kepulauan Selayar sebagai salah satu Kabupaten yang berotonomi,
tidak pernah terjadi konflik sosial yang disebabkan oleh faktor suku, agama,
dan ras (SARA).
Dalam bidang kelembagaan, sekalipun beberapa kelembagaan
ditemukan tumbuh dan berkembang pada masyarakat Kepulauan Selayar,
namun perannya belum dapat memberikan kontribusi signifikan dalam
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi. Kelembagaan dimaksud,
juga sifatnya masih sangat tradisional dan merupakan warisan turun temurun
dari leluhur. Rera’ misalnya merupakan salah satu bentuk kelembagaan
masyarakat petani yang bertujuan membantu mempercepat pembukaan
lahan pertanian yang dilakukan secara gotong royong, tanpa ada imbalan jasa
didalamnya. Semuanya dilakukan atas dasar membantu sesama masyarakat.
Lampareng, juga merupakan salah satu bentuk kelembagaan yang dikenal
dalam masyarakat Kepulauan Selayar. Sebagaimana diketahui bahwa
sekalipun secara geografis Kepulauan Selayar dikelilingi oleh laut, namun
sebagian besar masyarakatnya hidup di sektor agraris. Lampareng sebagai
suatu kelembagaan bertujuan membangun kekuatan bersama dalam
melaksanakan aktifitas pertanian. Salah satu musuh utama petani di
Kepulauan Selayar adalah Babi Hutan. Melalui kelembagaan Lamparang, Babi
Hutan dicegah secara bersama sehingga tidak punya peluang menyerang
Baik rera’ maupun lamparang merupakan dua bentuk kelembagaan yang saat
ini sudah jarang ditemukan dalam kehidupan masyarakat petani di Kepulauan
Selayar. Nilai-nilai yang terkandung di dalam kelembagaan tersebut, melemah
seiring dengan kerasnya persaingan hidup dan terbatasnya kemampuan lahan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Kelembagaan yang ada saat ini,
dibentuk atas prakarsa masyarakat dan lebih berorientasi pada adanya
kepentingan yang sama dari para anggotanya. Nilai-nilai yang dikembangkan
didalamnya pun tidak menggambarkan ciri khas masyarakat Kepulauan
Selayar masa lalu. Hal tersebut menimbulkan keprihatinan tersendiri dari
pemerintah daerah yang tengah menggalakkan program pemberdayaan
masyarakat.
Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka menumbuhkan kembali
nilai-nilai kearifan lokal yang pernah tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat Kepulauan Selayar masa lampau, sampai saat ini, belum terlihat
hasilnya secara signifikan. Masyarakat semakin bergantung pada program
dan kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan
strategis guna mendorong kemandirian masyarakat, sehingga kondisi
kehidupan mereka terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan rumah
tangga dapat lebih meningkat kualitasnya.