• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek teknis BAB VI - 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aspek teknis BAB VI - 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kota Sibolga mencakup empat sektor utama yakni

pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta

pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase.

6.1.

Pengembangan Permukiman

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan

perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan

fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari

pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman

kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan

kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

A. Arah Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara

lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,

sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal

tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan

permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan

kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

BAB

(2)

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan

rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang

diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan

sebesar 10% pada tahun 2014.

Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No.

1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang.

B. Lingkup Kegiatan

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis

dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan

perdesaan;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di

perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh

termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan

tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana

alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta

masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

6.1.2.1 Isu Strategis

Dimana dinamika pembangunan Kota Sibolga yang semakin intens tentunya diarahkan untuk

mendukung fungsi dan peran Kota baik secara internal maupun eksternal. Perumahan dan permukiman

sebagai salah satu sektor pembangunan memerlukan perhatian serius, melalui scenario umum

(3)

permasalahan perumahan dan permukiman yang berkembang di Kota Sibolga. Beberapa issue pokok

perumahan dan permukiman di Kota Sibolga antara lain :

1. Masalah Kelembagaan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Permasalah kelembagaan pembangunan perumahan dan permukiman menyangkut aspek:

 aspek peraturan perundangan yang harus mendukung berbagai aspek kemudahan pengembangan perumahan dan permukiman, dalam hal ini juga yang termasuk aspek

perijinan.

 Belum tersedianya pranata/lembaga yang secara khusus mengangani sektor perumahan dan permukinan dari tingkat nasional – kota/kabupaten

 Belum mantapnya pelayanan

2. Permasalahan perkembangan kawasan/lingkungan kumuh kota Sibolga serta masalah kualitas

lingkungan termasuk kesenjangan sosial/konflik social.

Kawasan/lingkungan kumuh di Kota Sibolga berkembang seiring dengan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi, faktor kemiskinan dan kurangnya perhatian pemerintah kota dalam memberikan ”pelayanan” sarana dan prasarana lingkungan perukiman yang memadai. Seringkali pemerintah kota tidak mampu melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana karena

keterbatan pendanaan.

3. Permasalahan backlog perumahan yang cukup tinggi

Dengan asumsi bahwa 1 KK menempati 1 rumah, maka terdapat ketimpangan antara jumlah KK

dengan jumlah rumah yang tersedia, becklog Kota Sibolga Masih tinggi dikarenakan didalam 1

rumah masih dihuni beberapa keluarga.

4. Kurangnya masyarakat miskin untuk memperoleh akses yang luas dalam bidang perumahan dan

permukiman

 Belum mantapnya pelayanan perumahan khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah

 Ketidakmampuan masyarakat golongan miskin dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau yang memenuhi standar lingkungan

permukiman yang responsif (sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan)

 Terbatasnya akses terhadap sumber daya kunci dan informasi, terutama bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah/miskin, yang berkaitan dalam penyediaan tanah, rumah dan

kredit bagi sistem penyediaan perumahan dan permukiman.

5. Percepatan pencapaian target MDGs 2015 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh

perkotaan yang membutuhkan perhatian khusus

6. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat

organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan

(4)

6.1.2.2 Kondisi Eksisting

Kondisi Permukiman di Kota Sibolga dapat diuraikan berikut ini:

- Jumlah bangunan Rumah di Kota Sibolga tercatat sebanyak 16.072 Unit yang menyebar di 4

(empat) Kecamtan.

- Bangunan Semi Permanen Sebanyak 5.882 Unit (36,7%), Non Permanen sebanyak 5.331 Unit

(33,3%), dan Bangunan Permanen sebanyak 4914 Unit (30,7%).

- Penyebaran Permukiman keatas air laut dan ke atas perbukitan

- Masih banyaknya pelanggaran permukiman, seperti bangunan rumah diatas lahan ilegal, bantaran

sungai dan pantai.

- Masih banyak bangunan yang tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

- Kecenderungan bertumbuhnya permukiman kumuh dan permukiman yang sangat padat di

pinggiran pantai dan diaas air laut

- Masih adanya beberapa kawasan yang tidak mendapakan pelayanan sarana dan prasarana

A. Kawasan Perumahan

Tujuan pengembangan kawasan perumahan di Kota Sibolga adalah menyediakan tanah untuk

pengembangan rumah tinggal dengan kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk yang

bervariasi di seluruh Kota, mengakomodasi bermacam tipe rumah tinggal dalam rangka mendorong

penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat di Kota Sibolga, serta merefleksikan pola-pola

pengembangan yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan

untuk masa yang akan datang. Pengembangan kawasan perumahan direncanakan tersebar di seluruh

wilayah kota. penataan ruang pusat-pusat permukiman melalui konsolidasi lahan guna mengurangi

lingkungan permukiman kumuh di kawasan pusat kota. Luas penggunaan lahan untuk permukiman di

Kota Sibolga adalah 240,68 Ha.

Dalam kaitannya dengan pendistribusian penduduk serta pengembangan karakter ruang kota serta

pertimbangan pertimbangan daya dukung dan daya tampung ruang, maka kawasan perumahan di

Kota Sibolga diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan

tinggi, kawasan perumahan

Dengan tingkat kepadatan sedang dan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah.

a. Kawasan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di sekitar pusat pasar belakang, Aek Habil,

Ketapang

b. Kawasan perumahan kepadatan sedang diarahkan pada kawasan bagian Kotaberingin,

kawasan pusat kota

c. Kawasan Perumahan kepadatan rendah diarahkan di Pancuran Gerobak

Dala kaitannya dengan pengembangan karakteristik yang sesuai dengan kondisi sosial budaya

(5)

nelayan dengan tingkat kepadatan rendah sampai sedang.

Perumahan nelayan adalah perumahan yang dibangun dengan ketentuan atau persyaratan teknis

bangunan/konstruksi tahan gempa, sehingga perumahan yang dibangun tahan terhadap bencana

seperti gempa dan tsunami. Perumahan ini juga ditata dengan baik dengan dilengkapi dengan

jalur-jalur penyelamatan dari bencana. Perumahan nelayan dibatasi pertumbuhannya dan hanya

diperuntukkan untuk penduduk yang benar-benar tinggal dan bermata pencaharian di pantai

khususnya nelayan. Pembangunan perumahan di daerah perkotaan akan mengarah pada model

bangunan vertikal karena keterbatasan lahan.

Pengembangan kawasan perumahan nelayan ini diarahkan di kawasan yang telah ada sebelumnya

yaitu di kawasan tepi pantai.

B. Kawasan Permukiman Kumuh Kota Sibolga

Jumlah permukiman Kumuh di Kota Sibolga = 5 kawasan tersebar di 3 Kecamatan (Luas = 46,37 Ha)

Kategori Kumuh di Kota Sibolga terdiri dari :

Kumuh Berat : Kecamatan Sibolga Kota Kelurahan Pasar Belakang (luas 11,35 Ha)

Kumuh Sedang : Kecamatan Sibolga Selatan Kelurahan Aek Muara Pinang (luas 14,63 Ha)

Kecamtan sibolga Kota Kelurahan Pancuran Gerobak (luas 2,74 Ha)

Kumuh Ringan : Kecamatan Sibolga Selatan Kelurahan Aek Manis (luas 5,13 Ha)

Kecamatan Sibolga Sambas Kelurahan Pancuran Bambu (Luas 15,52 Ha)

Kondisi Fisik Kawasan Kumuh secara umum :

Pada umumnya tidak memiliki keteraturan bangunan dengan konstruksi semi permanen dan temporer,

aksebilitas buruk dan rusak serta tidak dilengkapi dengan saluran samping, Drainase lingkungan juga

tidak berfungsi dengan konstruksi beton, rata-rata rumah memiliki fasilitas jamban/ septick, tetapi hanya

sebagian kecil yang terlayani saluran pembuangan air kotor. Sebagian kecil saja yang terlayani oleh

sistem pengelolaan persampahan, Hanya sebagian kecil yang dilayani dengan air minum sistem

perpipaan sedangkan pada umumnya masyarakat masih menggunakan sumur atau sungai, Lahan

(6)
(7)

C. Jalur Evakuasi Bencana ALam

Pendekatan pembangunan kota saat ini adalah penataan ruang berbasis mitigasi bencana.

Artinya, bagaimana penataan kota tersebut dapat meminimalkan korban jika terjadi bencana. Untuk

konteks Kota Sibolga, bencana yang dialami adalah bencana alam gempa bumi dan

kemungkinan terjadinya tsunami akibat gempa tersebut karena Kota Sibolga merupakan salah satu

daerah yang di lewati jalur sesar semangko.

Ruang Evakuasi atau jalur penyelamatan (Escape Road) di Kota Sibolga telah dibuat

dengan memanfaatkan jalan-jalan kota yang dikembangkan/direncanakan sebagai jalur pelarian ke

bangunan/bukit penyelamatan dan wilayah yang aman apabila terjadi bencana alam (gempa).

Strategi yang dapat dilakukan adalah :

 Pemanfaatan RTH sebagai salah satu kawasan evakuasi.

 Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem kota secara umum;

 Meningkatkan kualitas jalan yang ada menjadi jalan evakuasi dengan cara : pelebaran jalan, perbaikan agliment jalan eksisting, peningkatan kualitas badan jalan penambahan jalan-jalan

baru untuk meningkatkan aksesibilitas, efektivitas dan efisiensi kota;

 Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting tersebut dengan rencana jalur penyelamatan yang merupakan urban sistem lama sehingga menjadi suatu sistem kota yang terpadu dan

dapat memitigasi bencana alam;

 Pembangunan jalur penyelamatan harus disertai dengan: penyadaran public (pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, demo evakuasi dan sebagainya);

 Penanaman pohon-pohon besar sebagai peneduh jalan dan taman secara teratur memberikan keteduhan kota dan jiwa warga kota. Jenis pohon yang ditanam adalah jenis tanaman lokal.

Pohon-pohon besar tersebut akan dirancang sebagai pohon penyelamatan (Escape Trees) di

sepanjang rute-rute penyelamatan, taman penyelamatan, atau bangunan penyelamatan lainnya

 Jalan-jalan yang dapat dikembangkan sebagai jalur penyelamatan (Escape Road) di Kota Sibolga adalah

 Sutomo, Jl, Thamrin, Jl. Katamso yang mengarah ke Jl. Sibolga-Tarutung

 Jl. Imam Bonjol, Jl. Diponegoro dan Jl. Kakap mengarah ke perbukitan yang ada di Kel. Pancuran Gerobak.

 Daerah yang berada di Kec. Sibolga Sambas dan Sibolga Selatan dapat mengarah ke perbukitan yang ada di Kel. Aek Parombuna

(8)
(9)

D. Kawasan Prioritas Permukiman Kota Sibolga

Berikut daftar kawasan permukiman yang diusulkan dinilai penetapan prioritasnya, yakni :

1. Kawasan Pasar Belakang

2. Kawasan Tangkahan

3. Kawasan Sibolga Julu

4. Kawasan Aek Parombunan Bawah

5. Kawasan Sibolga Ilir

6. Kawasan Muara Pinang

7. Kawasan Aek Manis

8. Kawasan Cendrawasih-Merpati-Sianturi

Penilaian (scoring) Kawasan permukiman dilakukan dengan memberikan kesempatan pertama bagi

instansi/SKPD yang berkewenangan untuk memberikan data/informasi dan pandangan terkait kondisi

indikator kriteria yang ada di suatu kawasan permukiman. Misalnya, masukan atas indikator kriteria

permasalahan sanitasi akan disampaikan oleh Dinas KPRP (Kebersihan, Penataan Ruang dan

Permukiman). Kemudian, peserta lainnya, termasuk narasumber, memberikan pertimbangan lainnya.

Atas dasar masukan dari seluruh peserta, kemudian diambil kesepakatan penilaian (scoring) terhadap

setiap indikator kriteria pada masing-masing kawasan permukiman.

(10)

Tabel 6.1.1 Hasil Skoring Penetapan Kawasan Prioritas Permukiman Kota Sibolga Pada Kegiatan SPPIP Sibolga

Sumber: Hasil Skoring Penetapan Kawasan Prioritas, FGD 2 – Kegiatan SPPIP Sibolga

1 2a 2b 2c 2d 2e 2f 3 4 5 1 2a 2b 2c 2d 2e 2f 3 4 5

Gambar

Tabel 6.1.1 Hasil Skoring Penetapan Kawasan Prioritas Permukiman Kota Sibolga Pada Kegiatan SPPIP Sibolga

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan-keputusan yang diambil akan di laporkan dalam laporan tahunan oleh dewan direktur yang dipimpin oleh direktur utama yang berisi laporan

Penambahan suplemen Spirulina platensis dan Curcuma longa serta kombinasi induksi Oodev dapat menghasilkan induk tengadak yang bertelur 100% dan induk matang gonad 60-220%

Dititrasi natrium thiosulfat dengan kalium iodide sampai terjadi perubahan warna kuning hamper hilang dan kemudian ditambahkan 1 ml indicator

taylor terutama bidang kreatif pro- duktif dapat mengembangkan kete- rampilan berpikir kreatif. Modifikasi konten, proses, produk, dan lingkungan. Anak yang tinggi dalam

Berhasil Menu Tentang Aplikasi Mengakses halaman Tentang Aplikasi dengan meng-klik Tombol Tentang Aplikasi Menampilkan menu Tentang Aplikasi yang berisi deskripsi

Bila terdapat dokumen Business Requirements List yang terpisah dari dokumen Functional Specification maka tuliskan disini ringkasannya.. Namun apabila tidak ada maka

Hasil penelitian di kota Banjarmasin menunjukkan pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian masih sangat kurang, dari total 30 apotek yang diteliti hanya 1 apotek

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa Program Autotuning Kendali PD menggunakan Logika Fuzzy metode Tsukamoto telah berhasil dibuat dalam