• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1503555448BAB 11 ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN PACITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1503555448BAB 11 ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN PACITAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.

Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

(2)

Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

11.1

Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta

Karya

Arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada prinsip keadilan, kepatutan dan manfaat sebagai konsekuensi hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Dalam rangka mendukung terwujudnya good and clean goverment, pengelolaan

keuangan Kabupaten Pacitan disusun sesuai dengan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah serta dilakukan secara profesional mengacu perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip :

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah:

(3)

politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan:

Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, criteria khusus, dan kriteria teknis.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah:

(4)

Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis

(5)

Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; Tingkat kerawanan air minum.

Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

kerawanan sanitasi;

cakupan pelayanan sanitasi.

Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non

Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang

(6)

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:

Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada

Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

(DDUB) dandana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk

pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala

provinsi/regional.

Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan

bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama

pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social

Responsibility (CSR).

Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar

negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan

direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

11.2

Profil APBD Kabupaten Pacitan

(7)

merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah pada tahun anggaran 2013 menekankan pada upaya menggali potensi dan memobilisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk mendukung kemandirian daerah, disamping itu pemerintah daerah juga berupaya membuat berbagai terobosan guna meningkatkan penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat, swasta serta masyarakat.

Kebijakan Pendapatan Daerah Kabupaten Pacitan diarahkan pada:

Peningkatan dan pencapaian target pendapatan daerah baik pajak langsung maupun tidak langsung yang terencana sesuai kondisi perekonomian dengan memperhatikan kendala dan potensi yang ada;

Ekstensifikasi dan intensifikasi kebijakan pendapatan daerah yang dapat diterima masyarakat, partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan;

Perluasan sumber-sumber pendapatan daerah.

Bedasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, sumber –

sumber pendapatan daerah terdiri dari :

Pendapatan asli daerah meliputi :

Pajak daerah ;

Retribusi Daerah;

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dana Perimbangan meliputi :

Dana bagi hasil pajak / bukan pajak;

Dana Alokasi Umum;

Dana Alokasi Khusus;

Lain – lain pendapatan daerah yang sah, meliputi :

Hibah;

Dana Darurat;

(8)

Dana penyesuaian dan otonomi khusus;

Bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya.

Dalam pengelolaan pendapatan daerah upaya yang dilakukan untuk peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah dapat ditempuh melalui :

Penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah;

Low inforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan retribusi daerah;

Peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi.

Tabel 11.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

URAIAN TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013

PENDAPATAN

ASLI DAERAH 23.692.306.074,35 27.666.707.833,39 29.488.179.487,72 44,340,003,127.00 51,523,694,167.71

67,334,102,157.98

Pajak Daerah 4.170.577.618,00 4.876.459.117,00 5.155.151.458,00 6,012,320,379.00 6,643,820,379.00 Retribusi Daerah 12.365.333.135,03 16.731.537.493,38 17.923.822.016,17 10,848,805,340.00 12,576,746,453.00 Bagian Laba

Usaha Daerah 1.222.258.104,90 1.805.264.804,79 1.617.267.165,11 2,903,227,692.00 3,154,400,000.00 Lain-lain

Pendapatan Asli Daerah

5.934.137.216,42 4.253.446.418,22 4.791.938.848,44 24,575,649,716.00 29,148,727,335.71

DANA

PERIMBANGAN 500.978.588.258,00 520.650.372.832,00 534.435.121.450,00 580,546,898,133.00 691,350,324,035.00 807,131,276,866.92gt

Bagian Hasil Pajak

dan Bukan Pajak 32.864.274.258,00 30.306.732.832,00 40.760.726.450,00 45,894,161,133.00 49,795,680,035.00 Dana Alokasi

Umum 406.718.314.000,00 429.136.640.000,00 435.690.795.000,00 480,580,537,000.00 589,929,914,000.00 Dana Alokasi

Khusus 61.396.000.000,00 61.207.000.000,00 57.983.600.000,00 54,072,200,000.00 51,724,730,000.00

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

31.907.503.899,00 47.188.828.576,00 131.792.082.116,00 217,782,733,777.00 198,712,311,896.00 198,729,308,544.00

Hibah 8.482.424.088,00 86.819.730,00 824.269.635,00 1,764,579,645.00 842,698,529.00 Dana Perimbangan

dari Propinsi 18.660.728.613,00 22.074.842.846,00 27.845.307.573,00 27,465,642,472.00 29,799,895,367.00 Dana Penyesuaian

otonomi khusus 4.195.851.198,00 18.351.031.000,00 67.320.004.908,00 175,238,937,160.00 145,048,698,000.00 Bantuan Keuangan

dari Propinsi 568.500.000,00 6.676.135.000,00 35.802.500.000,00 13,313,574,500.00 23,621,020,000.00

(9)

Tabel 11.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Belanja Tidak Langsung 365,959,332,047.49 420,304,925,369.93 530,738,223,715.08 583,072,765,826.77 674,545,396,897.42

Belanja Pegawai 308,307,730,347.49 358,986,729,326.93 457,906,856,798.08 506,826,605,258.77 578,457,293,697.42 Belanja Bunga - - - - - Belanja Subsidi - - - - - Belanja Hibah 7,095,000,000.00 3,632,000,000.00 14,981,877,150.00 7,927,956,868.00 8,711,842,000.00 Belanja Bantuan Sosial 4,587,180,000.00 6,382,180,000.00 10,295,830,000.00 11,775,430,000.00 16,734,274,000.00 Bantuan Pemda lain 39,429,110,000.00 46,801,060,000.00 43,177,830,000.00 48,435,860,000.00 65,520,620,000.00 Belanja Tidak Terduga 4,620,000,000.00 2,000,000,000.00 1,188,157,067.00 5,100,000,000.00 2,167,937,000.00

BELANJA LANGSUNG 252,051,143,845.00 204,209,874,950.00 194,800,764,196.00 306,137,284,332.00 321,238,171,748.00

Belanja Pegawai 25,726,217,550.00 22,956,632,300.00 18,899,457,100.00 27,271,317,905.00 34,904,577,000.00 Belanja Barang & Jasa 88,278,728,740.00 78,890,312,500.00 72,715,482,466.00 110,618,376,969.00 126,372,226,244.00 Belanja Modal 138,046,197,555.00 102,362,930,150.00 103,185,824,630.00 168,247,589,458.00 159,961,368,504.00

TOTAL BELANJA DAERAH 618,010,475,892.49 624,514,800,319.93 725,538,987,911.08 889,210,050,158.77 995,783,568,645.42

Tabel 11.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Pembiayaan Daerah TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013

PENERIMAAN

PEMBIAYAAN

Penggunaan SiLPA 72,507,243,761.80 40,589,509,931.24 35,096,966,559.62 49,040,415,121.77 56,947,238,546.71 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 0 Hasil Penjualan Kekayaan

Daerah 0 0 0 0 0

Penerimaan Pinjaman dan

Obligasi Daerah 0 0 0 0 0

Penyertaan Modal 1,530,000,000.00 2,969,000,000.00 1,500,000,000.00 2,750,000,000.00 2,750,000,000.00 Pembayaran Pokok Pinjaman - - - -

Pemberian Pinjaman Daerah 722,000,000.00 210,000,000.00 250,000,000.00 250,000,000.00 250,000,000.00

TOTAL PEMBIAYAAN

DAERAH 71,145,243,761.80 38,310,875,041.24 34,246,668,939.62 46,540,415,121.77 54,197,238,546.71

11.3

Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta

Karya

(10)

3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

11.3.1

Perkembangan

Investasi

Pembangunan

Cipta

Karya

Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut

Tabel 11.4 APBN Cipta Karya kabupaten Pacitan dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Alokasi Tahun daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah

pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk

memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.

Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan

(11)

kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 11.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Pacitan dalam 5

Tahun Terakhir

Jenis DAK Alokasi Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013

DAK Air Minum 2,962,000.00 2,658,000.00 881,200.00 1,030,600.00 1,432,950.00

DAK Sanitasi - - 572,600.00 1,148,700.00 1,096,220.00

11.3.2

Perkembangan

Investasi

Pembangunan

Cipta

Karya

Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun

Untuk perkembangan alokasi APBD untuk pembangunan bidang cipta karya kabupaten pacitan dalam 5 tahun terakhir bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kabupaten Pacitan dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Alokasi Tahun (dalam x 1000)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pengembangan Air Minum 400,000 150,000 30,000 4,455,000 1,500,000

Pengembangan PPLP 1,377,000 900,000 784,000 540,204 1,139,032

Pengembangan Permukiman 3,687,500 622,000 1,700,000 2,970,000 2,400,000 Penataan Bangunan dan

Lingkungan 2,068,478 3,109,760 3,177,707 4,438,352 4,364,899 Total 7,532,978 4,781,760 5,691,707 12,403,556 9,403,931

(12)

Tabel 11.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Alokasi Tahun (dalam x 1000)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pengembangan Air Minum - - - - -

Pengembangan PPLP - - - - -

Pengembangan Permukiman - - - - -

Penataan Bangunan dan Lingkungan - 670,000.00 768,000.00 690,000.00 137,500.00

Total - 670,000.00 768,000.00 690,000.00 137,500.00

11.3.3

Perkembangan

Investasi

Pembangunan

Cipta

Karya

Bersumber dari Swasta

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah

dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate

Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum

pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Tabel 11.8 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Kegiatan Tahun Komponen KPS Satuan Volume Nilai (Rp) Pembiayaan Skema

Pengembangan Air Minum

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

- Penataan mareci barat

aloon-aloon 2011 Kios mareci buah 11 241,000,000 Hibah langsung

- Penataan PK 5 Timur

(13)

11.4

Proyeksi Dan Rencana Investasi Pembangunan

Bidang Cipta Karya

11.4.1

Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir

menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan

dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 11.9 Realisasi Pendapatan APBD

Komponen APBD Realisasi

2010 2011 2012 2013

PENDAPATAN ASLI DAERAH 29,488,179,487.72 35,763,032,900.33 39,586,101,117.38

DANA PERIMBANGAN 534,435,121,450.00 580,546,898,133.00 691,350,324,035.00

LAIN-LAIN PENDAPATAN

YANG SAH 131,792,082,116.00 217,782,733,777.00 198,712,311,896.00

TOTAL APBD 695,715,383,053.72 834,092,664,810.33 929,648,737,048.38

1 Rata –Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan

Daerah tahun 2009 s/d 2013 DPPKA 16,28%

2. Rata –Rata Pertumbuhan Belanja Daerah

Tahun 2009 s/d 2013 DPPKA 13,80%

3. Rata- rata Pertumbuhan Pembiayaan Daerah

Tahun 2009 s/d 2013 DPPKA 11,80%

Tabel 11.10 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Komponen APBD Proyeksi

2013 2014 2015 2016 2017 2018 PENDAPATAN ASLI

DAERAH 45,174,795,843 51,552,492,462 58,830,580,847 67,136,176,691 76,614,341,653 DANA PERIMBANGAN 784,782,376,210 890,841,237,212 1,011,233,348,217 1,153,997,457,851 76,614,341,653 LAIN-LAIN

PENDAPATAN YANG SAH

229,242,449,298 264,463,233,601 305,095,335,269 348,168,147,267 76,614,341,653

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan.

(14)

tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja Pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Tabel 11.11 Perhitungan Net Public Saving Kabupaten Pacitan Tahun 2012

(15)

Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi).

Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

(16)

Tabel 11.12 Perhitungan DSCR Kabupaten Pacitan Tahun 2012

11.4.2

Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan.

11.4.3

Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta

Karya

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.

11.5

Analisis

Keterpaduan

Strategi

Peningkatan

Investasi Pembangunan Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber

11.5.1

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

(17)

Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) untuk kegiatan Cipta Karya Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 11.13 Ringkasan Proyeksi Dana APBN untuk Kegiatan Cipta Karya Kabupaten

Pacitan Tahun 2012

Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan pada bagian 9.4.1. Secara ringkas proyeksi dana dari pemerintah kota (APBD) untuk kegiatan Cipta Karya Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada Tabel 9.14 berikut.

Tabel 11.14 Ringkasan Proyeksi Kemampuan Dana APBD Kabupaten Pacitan Untuk

Kegiatan Cipta Karya

(18)

II. Kelompok Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran setelah Kelompok Prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan dananya.

Adapun ketentuan prioritas anggaran sebagai berikut:

Prioritas I, dialokasikan untuk mendanai Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama.

Prioritas II, dialokasikan untuk pendanaan:

Program prioritas dalam rangka pencapaian visi dan misi Bupati dan

Wakil Bupati periode 2011-2016, yang merupakan program

pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan (dedicated)

Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan

amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20% (duapuluh persen) dan bidang kesehatan 10% (sepuluh persen). Program tersebut harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas II juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Program prioritas dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang paling berdampak luas pada pelayanan masyarakat yang sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD.

Prioritas III, merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti: belanja-belanja hibah, belanja-belanja bantuan sosial serta belanja tidak terduga.

(19)

Tabel 11.15 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah

Kabupaten Pacitan Tahun 2011 s/d 2016

11.5.2

Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Pacitan dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM Kabupaten Pacitan merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:

Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

(20)

Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi

infrastruktur permukiman yang sudah ada;

(21)

BAB 11 aSPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN

PACITAN 11-1

11.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya ... 11-2 11.2 Profil APBD Kabupaten Pacitan ... 11-6 11.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya ... 11-9

11.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun ... 11-10 11.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun ... 11-11 11.3.3 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta 11-12

11.4 Proyeksi Dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya11-13

11.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan ... 11-13 11.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah ... 11-16 11.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya ... 11-16 11.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Cipta Karya

11-16

11.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah ... 11-16 11.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya ... 11-19

No table of figures entries found.

No table of figures entries found.

(22)

Gambar

Tabel 11.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 11.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 11.4 APBN Cipta Karya kabupaten Pacitan dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 11.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Universitas penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi dengan terus berinovasi ketika mengadakan kegiatan kemahasiswaan, khususnya LKMM, yang berguna untuk

Dari pemaparan ini, sebagian pengamat memandang bahwa pemikiran-pemikiran Nasr tersebut dari banyak segi cocok dan relevan hanya untuk menjadi solusi bagi masyarakat modern,

Sepanjang kontrak kerja adalah „bebas‟, apa yang diperoleh pekerja tidak ditentukan oleh nilai sesungguhnya dari barang-barang yang dihasilkannya, tetapi oleh kebutuhan

Rerata motilitas spermatozoa pada kelompok KM2 dibandingkan dengan KM3 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (p=0,000) berarti pemberian ekstrak kulit manggis

Penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan gambaran spatial dan temporal kasus DBD, mengidentifikasi faktor risiko perilaku, demografi, dan geografi terhadap penyebaran

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar yang menerapkan

Hasil penelitian menunjukan secara umum terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan (p= 0,00) antara kelas eksperimen yang belajar dengan menerapkan model project

Sebelum mendapatkan polis yang berisi syarat-syarat umum dan khusus, calon pemegang polis akan memperoleh gambaran 12 Terdapat dalam polis Unit Link Syariah PT. AXA Financial