137
PENILAIAN KECEMASAN MATEMATIKA PADA MAHASISWA MATEMATIKA BERBEASISWA PENUH
Moch. Lutfianto
Pendidikan Matematika, STKIP Al Hikmah Surabaya lutfi.format@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecemasan matematika mahasiswa berbeasiswa penuh yang fokus pada faktor internal seperti proses pembelajaran, dosen, teman sekelas dan faktor eksternal seperti orang tua dan teman di luar kelas. Subjek dipilih dan dengan tiga kategori yakni kemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Subjek diberi kuesioner untuk mendapatkan data kecemasan matematika dan ditindaklanjuti dengan wawancara. Data dianalisis dengan deskriptif kualitatif berdasarkan pada standar kecemasan matematika. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor internal lebih banyak mempengaruhi kecemasan matematika daripada faktor ekternal.
Kata Kunci: kecemasan matematika, mahasiswa, berbeasiswa penuh. Abstract
This study aims to determine the mathematical anxiety of students with full scholarship that focus on internal factors such as learning process, faculty, classmates and external factors such as parents and friends outside the classroom. Subjects selected and with three categories namely low ability, moderate, and high. Subjects were given a questionnaire to obtain mathematical anxiety data and followed up with interviews. Data were analyzed by qualitative descriptive based on mathematical anxiety standard. The results show that internal factors affect more mathematical anxiety than external factors.
Keywords:math anxiety, student, full funded scholarship,
PENDAHULUAN
Mahasiswa baru di perguruan tinggi akan menemukan lingkungan yang berbeda dibandingkan dengan sekolah (Joseph, 2004). Bedanya lebih besar dalam
kurikulum. Kurikulum perguruan tinggi berbeda dengan kurikulum sekolah. Pengetahuan dasar di sekolah bisa dijadikan referensi tapi tidak terlalu banyak membantu proses perkuliahan di
perguruan tinggi. Di lingkungan sekolah
mereka dibantu oleh guru dalam
mempelajari pelajaran sedangkan di perguruan tinggi mereka harus berusaha lebih mandiri. Dosen hanya menjadi fasilitator untuk mentransfer pengetahuan. Siswa melaksanakan semua kegiatan dengan inisiatif sendiri sesuai dengan target yang ingin dicapai di setiap semester. Teman baru dan budaya yang berbeda membuat sifat individualistik
menjadi lebih tinggi. Ada rasa
individualisme muncul.
Ketika mahasiswa ingin
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dengan kenyataan mereka tidak memiliki biaya maka mereka akan mencari beasiswa (Greenaway & Haynes,
2003). Beberapa beasiswa hanya
menyediakan dana untuk biaya
perkuliahan. Beasiswa yang lain
memberikan biaya perkuliahan dan biaya hidup. Beasiswa yang paling umum bagi siswa yang memiliki masalah dalam biaya adalah "beasiswa bidik misi" (Arifin, 2013). Beasiswa bidik misi atau beasiswa lain yang memiliki tujuan serupa memiliki
kriteria yang cukup tinggi bagi
penerimanya. Penerima beasiswa harus selalu memiliki nilai akademik yang baik ketika sudah berjalan perkuliahan. Nilai
akademik akan dipantau dan dilaporkan ke penyelenggara beasiswa pada waktu tertentu. Bagi perguruan tinggi swasta yang memberikan beasiswa serupa dengan "bidik misi" juga memiliki kriteria yang lebih ketat. Dana beasiswa kampus swasta bersifat pribadi dan dana non-pemerintah sehingga memiliki kewajiban yang lebih kompleks untuk transparan pendanaannya
kepada penyandang dana. Dalam
penelitian ini, beasiswa yang diperoleh menuntut penerima tidak hanya harus meraih nilai yang baik dalam bidang akademik tetapi juga dalam non akademik.
Target yang tinggi yang dikenakan pada mahasiswa yang menerima beasiswa yang didanai penuh menimbulkan dilema (Pascarella & Terenzini, 1978). Jika mahasiswa memiliki kemampuan mental yang baik maka mereka lebih termotivasi untuk maju dan mendapatkan hasil yang baik. Namun jika mahasiswa berpikir bahwa targetnya sulit dicapai sehingga mereka mendapat skor buruk tentu tekanan akan lebih meningkat. Kecemasan yang
muncul mengakibatkan kemampuan
mahasiswa untuk menjalani kuliah juga terpengaruh.
Kecemasan matematika adalah kecemasan yang timbul karena berbagai faktor yang membuat siswa menjadi lebih
139 sulit untuk membawa semua potensinya (Johnston-Wilder, Brindley, & Dent, 2015). Kecemasan matematika tidak selalu dikaitkan dengan ide karena tidak menyukai matematika (Wilson, 2012)
Emosi reaksi yang timbul karena
matematika juga disebut kecemasan
matematika. Kecemasan matematika
berhubungan dengan kemampuan kognitif dan kemampuan afektif. Hubungannya memang kompleks untuk membawa rasa kecemasan itu sendiri (Pourmoslemi, Erfani, & Firoozfar, 2013).
Terdapat beberapa faktor penyebab
kecemasan matematika (Hasbee Usop, Sam, Nur A’ain Sabri, & Wah, 2009). Dari beberapa faktor itu terdapat dua faktor yang dominan yakni faktor internal dari dalam diri mereka yang terkait dengan faktor kognitif dan afektif dan eksternal yang muncul karena interaksi dengan lingkungan (Wilson, 2012). Meski faktor eksternal bisa menimbulkan kecemasan
matematika namun faktor eksternal
tersebut tetap tedapat irisan dengan faktor internal.
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka mengetahui kecemasan matematika pada mahasiswa berbeasiswa penuh sangat penting. Subjek untuk penelitian ini adalah 30 mahasiswa yang
mendapatkan program beasiswa penuh yang mencakup semua kebutuhan baik kebutuhan pribadi dan kuliah. Mahasiswa diambil dari semester pertama dan ketiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data
diperoleh melalui kuesioner yang
dimodifikasi dari skala kecemasan
matematika dan dilanjutkan dengan
wawancara terbuka. Hasil data kemudian
dianalisis dan dijelaskan tingkat
kecemasan beserta penjelasan yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuesioner diberikan kepada 30 mahasiswa matematika yang mendapatkan beasiswa penuh. Mereka diberi kuesioner berisi 28 pertanyaan. 18 kuesioner
berpasangan yang memiliki arti
sebaliknya. Kuesioner tersebut bisa
menunjukkan tingkat kepercayaan diri dan kecemasan terhadap matematika. Setiap
pertanyaan ada kepercayaan atau
kecemasan skala dari pertanyaan yang dipilih. Nilai setiap pertanyaan berfungsi sebagai dasar untuk menentukan apakah siswa memiliki kepercayaan diri atau kecemasan.
Rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa semester pertama lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa semester
ketiga (Tabel 1) meskipun nilai
perbedaannya tidak terlalu signifikan yakni hanya 0,1. Sedangkan tingkat kepercayaan matematika mahasiswa juga tumbuh 0,1 dalam setahun.
Tabel 1. Rata-rata kecemanasan
matematika Mahasiswa Subyek keperc ayaan kecema san delta Mhs sem 1 0.53 0.47 0,22 Mhs sem 3 0.54 0.46 0,12
Berdasarkan tabel 1 di atas, selisih tingkat kecemasan semester tiga lebih sedikit yakni 0,12 sedangkan selisih kecemasan dari mahasiswa semester satu lebih besar yakni 0,22. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa semester tiga lebih seragam dalam tingkat kecemasan matematikanya sedangkan mahasiswa semester satu lebih heterogen. Bagi mahasiswa semester satu ada yang memiliki kecemasan yang tinggi dan ada yang memiliki kepercayaan matematika yang tinggi.
Uji kecemasan matematika
selanjutnya dilihat dari kriterian mahasiwa yang memiliki kemampuan menengah secara akademik. Data didapatkan dari dari total nilai UTS seluruh mata kuliah untuk
mahasiswa semester satu sedangkan untuk mahasiswa semester 3 diambil dari nilai IPK semester 2. Dari 3 mahasiswa yang
diambil data kecemasannya maka
didapatkan data seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Kecemasan matematika
mahasiswa berkemampuan menengah
Subyek kepercayaan kecemasan
Semester 1 0.49 0.51 Semester 3 0.48 0.52
Berdasarkan tabel 2, pada mahasiswa berkemampuan menengah nilai rata-rata kecemasan matematika semester tiga lebih tinggi dari semester pertama. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa semester tiga meskipun telah mengikuti perkuliahan selama 1 tahun masih memiliki kecemasan
matematikan yang cukup tinggi
dibandingkan mahasiswa semester 1. Salah satu penyebabnya yang didapatkan dari hasil wawancara adalah hasil belajar atau nilai IPK yang tidak sesuai dengan target pribadi.
Hasil yang menarik terkandung pada mahasiswa semester tiga. Berdasarkan tabel 3, mahasiswa dengan tingkat kompetensi rendah ternyata memiliki tingkat kecemasan matematika yang rendah pula. Mahasiswa dengan tingkat kompetensi rendah memiliki tingkat
141
kepercayaan tertinggi sebesar 0,60.
Meskipun masih ada mahasiswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yakni 0,47 pada mahasiswa semester 1.
Tabel 3. Kecemasan matematika pada mahasiswa berkemampuan rendah
Subyek kepercay aan kecema san Mahasiswa semester 1 R1 R2 R3 0.54 0.47 0.52 0.46 0.53 0.48 Mahasiswa semester 3 R1 R2 R3 0.57 0.56 0.60 0.43 0.44 0.40 Setelah pemberian kuesioner tetang kecemasan mamatika dilanjutkan dengan tahap wawancara. Dibuat dua kelompok dan dilakukan wawancara terbuka dengan pedoman yang dibuat. Subyek dipilih
dengan mempertimbangkan tingkat
kompetensi selama kuliah yaitu tinggi,
sedang dan rendah. Mahasiswa
berkemampuan rendah pada umumnya memiliki kecemasan yang tinggi akan tetapi mahasiswa berkemampuan tinggi juga mengalami kecemasan matematika. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam kuesioner. Kecemasan yang ada disebabkan karena faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi kecemasan adalah kurangnya kemampuan
dalam memahami isi perkuliahan
matematika dengan baik ketika membaca buku kuliah, meamhami penjelasan dosen atau pada saat diskusi dengan teman. Kecemasan internal terbukti memiliki pengaruh yang lebih dalam. Mahasiswa akan menumpuk kecemasan jika mereka tidak dapat mengerti tentang masalah matematika diperkuliahan pada bab-bab awal. Hal ini dikarenakan sifat ilmu matematika adalah interkoneksi. Jika pada
bab awal tidak bisa memahami
perkuliahan maka pada bab-bab
selanjutnya akan lebih sulit sehingga memunculkan kecamasan. Kecemasan internal juga menyebabkan munculnya bayangan kegagalan dalam kuliah di masa depan. Pada tahap tertentu, mahasiswa menjadi merasa stres. Sedangkan hal ini berbeda dengan faktor eksternal
Faktor eksternal tidak memberikan dampak yang lebih besar pada tingkat kecemasan matematika. Faktor eksternal bisa dibatasi karena mahasiswa sudah memiliki konsep diri yang muncul. Kegelisahan yang terjadi karena faktor pribadi bukan karena orang lain atau lingkungan. Teman yang mendapat nilai tinggi pada mahasiswa berkemampuan tinggi tidak menjadikan kecemasan akan tetapi menjadi bagian dari memotivasi diri agar bisa lebih baik. Namun pada
mahasiswa berkemampuan rendah jika mendapati teman yang mendapat nilai tinggi, dapat menimbulkan kegelisahan. Kecemasan muncul karena mereka merasa bahwa mereka akan tertinggal dari teman-temannya. Faktor eksternal lain yang memberi efek kecemasan matematika adalah orang tua. Tuntutan tinggi orang tua juga membuat tingkat kecemasan tinggi.
Ketidakmampuan mahasiswa
berkemampuan rendah dan menengah untuk memenuhi keinginan orang tua menimbulkan kecemasan matematika. Untuk tingkat mahasiswa berkemampuan tinggi faktor keluarga atau orang tua tidak
membuat munculnya kecemasan
matematika meningkat.
Beasiswa yang didanai penuh yang diterima oleh mahasiswa juga memberi dampak pada tingkat kecemasan. Hampir 70% mahasiswa menyatakan bahwa target
bagi penerima beasiswa penuh
menyebabkan kecemasan. Meningkatnya kecemasan dikarenakan target yang harus merekacapai yakni memiliki nilai baik (sesuai standar) di setiap semester meskipun kesulitan yang dihadapi akan berbeda di setiap semesternya. Banyaknya uang yang diberikan dalam bentuk beasiswa juga berkontribusi terhadap kecemasan matematika. Sebagian besar
mahasiswa miliki latar belakang keluarga kurang mampu. Mereka percaya jika
mereka gagal maka akan harus
mengembalikan uang yang telah
diterimadan hal itu sangat sulit karena
faktor ekonomi keluarga. Keadaan
tersebut bisa meningkat sampai membuat mereka menjadi stres.
Faktor ekternal lain yang
menyebabkan kecemasan matematika
yakni komunikasi antar mahasiswa di luar
kampus. Mereka membandingkan
kehidupan mahasiswa yang tidak
menerima beasiswa penuh. Mahasiswa merasa bahwa mereka lebih santai dan
menyenangkan. Meskipun demikian
mahasiswa mengetahui bahwa mereka memiliki keuntungan yang signifikan dikarenakan target waktu yang jelas sehingga dapat lulus tepat waktu bahwan lebih awal.
SIMPULAN
Program beasiswa penuh pada
mahasiswa matematika memiliki
kecenderungan untuk meningkatkan
kecemasan matematika. Meskipun tingkat kecemasan masih dalam batas normal akan tetapi pada mahasiswa tertentu bisa menimbulkan efek ketakutan, cemas dan bahkan stres. Tidak ada perbedaan yang
143 signifikan antara mahasiswa semester satu dan mahasiswa semester tiga dalam hal kecemasan matematika. Faktor internal
lebih dominan dalam menyebabkan
munculnya kecemasan matematika
daripada faktor eksternal.
Temuan pada penelitian ini adalah mahasiswa dengan tingkat kompetensi
tinggi masih memiliki kecemasan
matematika. Sedangkan pada mahasiswa berkemampuan rendah juga ada yang memiliki kecemasan matematika yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA(
Arifin, B. (2013). Penggunaan Beasiswa Bidik Misi pada Mahasiswa FKIP
UNTAN. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran, 2(12).
Greenaway, D., & Haynes, M. (2003). Funding higher education in the UK:
The role of fees and loans. Economic
Journal, 113(485), 150–166.
http://doi.org/10.1111/1468-0297.00102
Hasbee Usop, ., Sam, H. K., Nur A’ain Sabri, ., & Wah, T. K. (2009). Factors causing Mathematics anxiety among
undergraduate students. Cosmed 09,
1–10. Retrieved from
http://www.recsam.edu.my/cosmed/c osmed09/AbstractsFullPapers2009/A
bstract/Mathematics Parallel
PDF/Full Paper/M11.pdf
Johnston-Wilder, S., Brindley, J., & Dent, P. (2015). A survey of Mathematics
Anxiety and Mathematical Resilience amongst existing apprentices, (July). Joseph, K. K. (2004). Do High Ability
Students Have Mathematics
Anxiety ? Journal of Science and
Mathematics Education in SE Asia,
27(2), 135–152. Retrieved from
http://www.recsam.edu.my/R&D_Jo urnals/YEAR2004/jour04no.2/josep h(135-152).pdf
Pascarella, E. T., & Terenzini, P. T. (1978). Student-Faculty Informal Relationships and Freshman Year
Educational Outcomes. The Journal
of Educational Research, 71(4), 183– 189.
http://doi.org/10.1080/00220671.197 8.10885067
Pourmoslemi, A., Erfani, N., & Firoozfar, I. (2013). Mathematics Anxiety ,
Mathematics Performance and
Gender differences among
Undergraduate Students.
International Journal of Scientific and Research Publicationsl, 3(7), 3– 8.
Wilson, S. (2012). Investigating
Pre-service Teachers’ Mathematics
Anxiety Using the Revised
Mathematics Anxiety Scale
(RMARS). Mathematics Education:
Expanding Horizons (Proceedings of the 35th Annual Conference of the Mathematics Education Research Group of Australasia), (2006).
Retrieved from
http://www.merga.net.au/publication s/counter.php?pub=pub_conf&id=20 28