• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DETERMINAN PELAPORAN KEUANGAN DI INTERNET OLEH PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA. (Studi pada Pulau Jawa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DETERMINAN PELAPORAN KEUANGAN DI INTERNET OLEH PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA. (Studi pada Pulau Jawa)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS DETERMINAN PELAPORAN KEUANGAN DI INTERNET OLEH PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

(Studi pada Pulau Jawa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Disusun Oleh : ROSITA PUTRI DIANI

F0312109

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

ii

(Studi pada Pulau Jawa)

ROSITA PUTRI DIANI NIM. F0312109

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah di Indonesia yang difokuskan pada Pulau Jawa. Sejak dikeluarkannya undang-undang mengenai keterbukaan informasi publik,pemerintah harus transparan dan salah satu caranya dengan melaporkan informasi terkait pengelolaan keuangan daerahnya melalui website-nya.Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik.Observasi dilakukan pada awal November 2015 hingga akhir Desember 2015. Terdapat 95 website yang dapat diakses dan dianalisis lebih lanjut, dari sampeltersebut terdapat 58(61,05%) pemerintah daerah yang melakukan pelaporan keuangan dan 37 (38,95%) yang tidak melakukan pelaporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah dan kekayaan pemerintah daerah memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah di Pulau Jawa. Tiga variabel lain yaitu kompetisi politik, leverage, dan tipe pemerintah daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah di Pulau Jawa.

Kata kunci : pelaporan keuangan di internet, kompetisi politik, ukuran pemerintah daerah, leverage, kekayaan pemerintah daerah, dan tipe pemerintah daerah, Pulau Jawa.

(3)

iii ABSTRACT

DETERMINANTS ANALYSES INTERNET FINANCIAL REPORTING BY LOCAL GOVERNMENT IN INDONESIA

(Study in Java)

ROSITA PUTRI DIANI NIM. F0312109

The objective of this study is to empirically examine determinants of internet financial reporting by local government in Indonesia which focused in Java. Since the issuance of regulations about public disclosure, the government must be transparent one through reporting information related financial management on its website. Analysis method used in this research is logistic regression. Observation was conducted in early November 2015 until the end of Desember 2015. There are 95 websites which can be accessed and analyzed, 58 (61.05%) local governments do financial reporting and 37 (38.95%) local governments do not do financial reporting.The result shows that local government size and local government wealth have a significant positive influence tointernet financial reporting by the local government in Java. Three other variables, political competition, leverage, and local government type do not significantly affect internet financial reporting by the local government in Java.

Keywords : internet financial reporting, political competition, local government size, leverage, local government wealth, local government type, Java.

(4)

iv Skripsi

Disusun oleh: Rosita Putri Diani

NIM: F0312109

Telah disetujui pembimbing Pada tanggal:

Pembimbing,

Ibrahim Fatwa Wijaya, S.E., M.Sc., Ak. NIP. 198307172014041001

Mengetahui,

Kepala Program Studi Akuntansi

Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. NIP. 196909241994021001

(5)

v

ANALISIS DETERMINAN PELAPORAN KEUANGAN DI INTERNET OLEH PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

(Studi pada Pulau Jawa)

Disusun oleh: Rosita Putri Diani

NIM: F0312109

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal: 2016

Ketua Tim Penguji : Drs.Agus Budiatmanto, M.Si., Ak. NIP. 195912161990031001

Penguji : Agung Nur Probohudono, S.E.,M.Si.,Ph.D.,Ak. NIP. 198302042008011003

Pembimbing : Ibrahim Fatwa Wijaya, S.E., M.Sc., Ak. NIP. 198307172014041001

Mengetahui,

Kepala Program Studi Akuntansi

Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. NIP. 196909241994021001

(6)

vi Nama : Rosita Putri Diani

NIM : F0312109

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul“ Analisis Determinan Pelaporan Keuangan di Internet oleh Pemerintah Daerah di Indonesia (Studi pada Pulau Jawa)” adalah murni karya saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh atas skripsi tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Surakarta, April 2016 Mahasiswa yang menyatakan,

Rosita Putri Diani NIM. F0312109

(7)

vii

HALAMAN MOTTO

“Before you say you can’t do something, try it!” (Sakichi Toyoda – Toyota Motor Corp.)

”Verily with every hardship comes ease” (QS. Al Inshirah: 5)

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakal (kepada-Nya)”

(QS. Ali Imran:159)

“The only way to do a great work is by loving what you do” (Penulis)

(8)

viii

Serta junjungan kita Nabi Muhammad SAW

Teruntuk :

Ibuku tercinta yang selalu memberi dukungan dan semangat yang tiada henti kepadaku, sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar

dan penuh semangat.

Bapakku tersayang yang selalu memberiku insiprasi serta pelajaran hidup. Adekku tersayang yang selalu membuatku tersenyum setiap hari. Sahabatku, AndhikaHenny (Diko) dan ApriliaAyu(Kipli) yang setia menjadi

temanku di bangku kuliah

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat danhidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Determinan Pelaporan Keuangan di Internet oleh Pemerintah Daerah di Indonesia (Studi pada Pulau Jawa)” dengan lancar. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Hunik Sri Runing S, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

3. Bapak Sulardi, SE, M.Si,Akselaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama masa studi penulis.

4. Bapak Ibrahim Fatwa Wijaya, S.E., M.Sc., Ak.selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan untuk memberikan bimbingan dan ilmunya, selalu memberikan bantuan dan meluangkan waktu setiap saat penulis

(10)

x

Probohudono, S.E.,M.Si.,Ph.D.,Ak. selaku dosen penguji dalam ujian skripsi, terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini bisa menjadi lebih baik lagi.

6. Ibu Dr. Palikhatun, M.Si,Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah metodologi penelitian yang telah memberikan banyak wejangan dan memberikan inspirasi bagi penulis.

7. Bapak Sutaryo, SE, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing magang yang telah memberikan banyak bantuan dalam proses magang.

8. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak., serta Ibu Dr. Palikhatun, M.Si,Ak., dan Bapak Sutaryo, SE, M.Si, Ak.selaku dosen penguji ujian komprehensif yang telah memberikan banyak sekali ilmu dan wejangan kepada penulis.

9. Ariyanto Adhi Nugroho S.E, M.Ec,Dev selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang telah berbaik hati banyak memberikan bimbingan selama KKN berlangsung.

10. Seluruh dosen FEB UNS yang telah memberikan ilmu bagi penulis, serta kepada seluruh staff FEB UNS yang membantu penulis dalam mengurus berbagai keperluan administrasi.

(11)

xi

11. Orang tua saya, Bapak Larsita, S.E., M.Sc. dan Ibu Dra.Dwi Jarwanti yang selalu memberi kasih sayang, cinta dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

12. Denny Pratama Widiarso, orang paling setia yang selalu menemani penulis dalam mengerjakan skripsi, menemani ketika penulis konsultasi skripsi dan selalu memotivasi saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Sahabat - sahabat saya, Tiara, Dita, Ratna, dan Fifi yang tiada hentinya menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 14. Sahabat kuliah saya, Andhika (Diko) dan Aprilia (Kipli) yang telah

menjadi teman setia selama perkuliahan dan selalu memotivasi saya serta berbagi ilmu bersama.

15. Teman saya Irwan Tri Kurniawan yang telah banyak membantu penulis selama kuliah, membantu penulis dalam persiapan ujian komprehensif dan skripsi.

16. Teman-temankosSrikandi (Mbak Irma, Ida, Emilia, Tanty) yang selaluberbagicandatawadanmotivasi.

17. Keluarga KKN Denanyar Periode Juli-Agustus 2015 ( Ucup, kak Fariza, Adet, Aifa, Amy, Septi, Nadita, Hanik, dan Ana) yang telah memberikan banyak inspirasi dan pelajaran bagaimana menjalani hidup dengan benar kepada penulis.

(12)

xii

19. Teman-teman S1 Akuntansi FEB UNS kelas C angkatan 2012 yang telah memberikan kenangan indah di masa kuliah dan telah berjuang bersama menghadapi perkuliahan dan ujian.

20. Pihak-pihak lain yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini akan tetapi pasti masih terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dansaran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap, semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Surakarta, Maret 2016

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 8 E. Sistematika Penulisan... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

(14)

xiv

5. Pelaporan Keuangan di Internet ... 19

6. Pengungkapan (Disclosure) ... 19

7. Electronic Government (E-Government) ... 21

8. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 ... 23

9. Kompetisi Politik (Political Competition) ... 23

10. Ukuran Pemerintahan Daerah (Size) ... 24

11. Leverage ... 24

12. Kekayaan Pemerintahan Daerah(Wealth) ... 25

13. Tipe Pemerintah Daerah(Local Government Type) ... 25

B. Penelitian Terdahulu ... 26

C. Pengembangan Hipotesis ... 31

D. Kerangka Teoritis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36

A. Desain Penelitian ... 36

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

C. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 37

D. Identifikasi dan Pengukuran Variabel ... 38

1. Variabel Dependen ... 38

2. Variabel Independen ... 39

(15)

xv

1. Uji Multikolinearitas ... 43

2. Statistik Deskriptif ... 43

3. Pengujian dengan Regresi Logistik ... 43

a. Menilai Model Fit ... 43

b. Uji Estimasi Parameter atau Koefisien Regresi ... 44

BAB IV PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 46

2. Analisis Data ... 47

a. Uji Multikolinearitas ... 47

b. Analisis Deskriptif ... 48

c. Menilai Model Fit ... 50

1. Uji Nilai Likelihood ... 50

2. Uji Nilai Hosmer and Lemeshow ... 51

3. Uji Nilai Nagelkerke R2 ... 52

d. Hasil Pengujian Hipotesis ... 52

1. Uji Estimasi Parameter atau Koefisien Regresi ... 52

B. Pembahasan ... 55 BAB V PENUTUP ... 62 A. Kesimpulan ... 62 B. Keterbatasan ... 64 C. Saran ... 64 D. Implikasi ... 64

(16)
(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Ringkasan Perhitungan Sampel ... 46

Tabel 4.2 Informasi Keuangan yang Dipublikasikan di Website ... 47

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas ... 48

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif ... 49

Tabel 4.5 Uji Nilai Likelihood ... 50

Tabel 4.6 Uji Nilai Hosmer and Lemeshow ... 51

Tabel 4.7 Uji Nilai Nagelkerke 𝑅2 ... 52

(18)

xviii

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Sampel Pemerintah Daerah

Lampiran 2. Statistik Deskriptif

Lampiran 3. Uji Multikolinearitas

Lampiran 4. Hasil Pengujian dengan Logistic Regression

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD. Laporan keuangan yang dibuat tersebut harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) agar informasi terkait pengelolaan keuangan bisa dinilai keandalannya. Dalam lingkup pemerintahan daerah, pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah seharusnya tidak hanya diberikan kepada DPRD sebagai wakil rakyat , namun juga kepada masyarakat luas.

Di era demokrasi ini, masyarakat memegang peran penting dalam mengawasi keberlangsungan pemerintahan di daerah. Pemilih (voters) yaitu masyarakat memegang peran penting atas terpilihnya pejabat terpilih (walikota/bupati). Monir dkk. (2014) menyatakan bahwa pemilih dapat mempengaruhi hasil pemilu, kelompok kepentingan memiliki insentif untuk mencari informasi tentang tindakan agen politik. Jika pengusaha politik ingin terpilih, mereka tidak bisa mengabaikan kepentingan kelompok tersebut (Monir dkk. 2014). Berdasarkan hal tersebut, kepala daerah harus melakukan

(21)

2

pertanggungjawaban serta transparansi untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat.

Akuntabilitas dan transparansi ini sesuai dengan pedoman Good Public Governance (GPG). Seperti yang diungkapkan Komite Nasional Kebijakan Governance (2010) yaitu selain akuntabilitas, transparansi juga merupakan salah satu asas yang harus dipenuhi demi terwujudnya Good Public Governance (GPG). Martani (2014) merumuskan bahwa transparansi diperlukan agar masyarakat dan dunia usaha dapat mengawasi pelaksanaan pemerintahan secara objektif. Pemerintahan daerah yang menjalankan asas transparansi dapat dilihat dari ketersediaan informasi keuangan secara terbuka serta dapat diakses oleh masyarakat luas dan pihak lain yang berkepentingan. Asas transparansi ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, di dalam undang-undang tersebut menyatakan salah satu informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala oleh pemerintah daerah sebagai badan publik adalah informasi mengenai laporan keuangan. Dengan adanya Undang-undang tersebut pemerintah daerah harus lebih transparan, terlebih lagi tuntutan masyarakat yang lebih tinggi atas transparansi keuangan daerah.

Bentuk transparansi yang dapat dilakukan pemerintah daerah yaitu melakukan pelaporan keuanganmelalui website. Bertot dkk. (2010) menyatakan kesempatan untuk mengakses informasi tentang pemerintah, seperti yang dapat dilakukan dalam pengungkapan sukarela laporan keuangan di internet, sekarang ini perlu diperhatikan untuk menjamin partisipasi demokrasi, kepercayaan kepada

(22)

pemerintah, mencegah korupsi, menginformasikan keputusan, akurasi informasi pemerintah, ketersediaan informasi bagi publik, perusahaan, dan jurnalis.

Pelaporan keuangan melalui websitejuga dilakukan sebagai salah satu upaya menjalankan asas akuntabilitas. Pemerintah daerah harus bisa mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya daerah serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa pelaporan informasi keuanganmelalui internet merupakan upaya yang efektif dan efisien dalam rangka mewujudkan Good Public Governance. Pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah di internet dinilai efisien (Woldenberg dalam Bertot dkk. 2010). Shim dan Eom (2008) menyatakan pengungkapan sukarela laporan keuangan pemerintah daerah di internet efektif untuk meningkatkan pengendalian terhadap perangkat pemerintahan daerah dari tindakan korupsi serta dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan daerah. Sifat interaktif dari teknologi digital government sering dianggap memiliki kemampuan meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya dalam operasi pemerintah serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sektor publik (Gil-Garcia dan Helbig, 2007). Internet dapat dijadikan ruang penyedia informasi publik yang mudah diakses oleh pengguna informasi dan biaya yang ditimbulkan efisien bagi pemerintah (Styles dan Tennyson, 2007). Roman dan Miller (2013) menyatakan beberapa wilayah hukum juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) sebagai mekanisme untuk melibatkan warga dalam pengembangan

(23)

4

kebijakan. Selain itu, penggunaan website dan teknologi informasi juga merupakan penerapan e-government yang memegang peran penting bagi kinerja pemerintah dimasa mendatang (Moon, 2002). Website dan teknologi berbasis web sering dianggap sebagai bagian penting dari setiap e-government (Yavus dan Welch, 2014). Berdasarkan hal tersebut, internet dapat mewujudkan terselenggaranya pengelolaan keuangan daerah yang baik.

Di Indonesia, penggunaan website sebagai implementasi e-government dimulai sejak diterbitkannya Instruksi Presiden No. 6 tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia yang kemudian diperjelas dengan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government.

Perkembangan e-government di Indonesia saat ini, sebagian besar pemda telah memiliki website resmi, namun masih terdapat beberapa pemda yang tidak menggunakan website-nyasebagai media pelaporan keuangan. Penelitian Muhammad dalam Rahman (2013) menyatakan bahwa pemerintah kota maupun kabupaten masih kurang optimal dalam mengembangkan pelaporan keuangan melalui website-nya. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata indeks tingkat pengungkapan informasi keuangan tahun 2012 lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata indeks non keuangan.

Beberapa penelitian terdahulu mencoba menganalisis faktor-faktor yang menjadi determinan pelaporan keuangan di internet (website) oleh pemerintah daerah. Namun, hasil dari penelitian-penetlitian tersebut belum memberikan hasil yang konsisten. Penelitian Laswad dkk. (2005), Sinaga dan Prabowo (2011)

(24)

membuktikan bahwa kompetisi politik tidak dapat digunakan untuk memprediksi ada tidaknya pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah. Sedangkan hasil penelitian Garcia dan Garcia (2010) serta Rahman dkk. (2013), membuktikan bahwa kompetisi politik dapat mendorong pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

Ukuran pemerintah daerah yang besar akan mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pelaporan keuangan melalui website resmi yang dimiliki (Garcia dan Garcia, 2010; Medina, 2012). Sedangkan penelitian Laswad dkk. (2005); Sinaga dan Prabowo (2011); Rahman dkk. (2010) menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

Hasil dari penelitian Laswad dkk. (2005) dan Rahman dkk. (2013) menunjukkan leverage memiliki pengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah. Namun penelitian Sinaga dan Prabowo (2011) serta Medina (2012) memberikan hasil yang berbeda, bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

Kekayaan pemerintah daerah akan mempengaruhi keputusan pemerintah daerah untuk melakukan pelaporan keuangan di internet (Laswad dkk., 2005; Rahman dkk., 2013). Sedangkan penelitian Sinaga dan Prabowo (2011) menunjukkn bahwa pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah tidak dipengaruhi oleh kekayaan pemerintah daerah.

Tipe pemerintah daerah berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah. Pemerintah kota cenderung melakukan pelaporan

(25)

6

keuangan di internet (Laswad dkk., 2005; Sinaga dan Prabowo, 2011; Medina, 2012). Namun hasil penelitian Rahman dkk., (2013) tidak memberikan bukti adanya hubungan antara tipe pemerintahan daerah terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

Berdasarkan uraian di atas, penting untuk mengidentifikasi karakteristik - karakteristik tertentu yang mempengaruhi pemerintah daerah yang melakukan pelaporan keuangan di internet serta bagaimana perkembangan e-government di Indonesia setelah 11 tahun diterbitkannya Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003. Penelitianini menggunakan variabel dalam penelitian Laswad dkk. (2005), penelitiandilakukan untuk membuktikan pengaruh kompetisi politik (political competition), ukuran pemerintah daerah (size), leverage, kekayaan pemerintahandaerah (wealth), dan tipe pemerintahan (type) terhadap pelaporankeuangan di internet.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul “Analisis Determinan Pelaporan Keuangan di Internet oleh Pemerintah Daerah di Indonesia (Studi pada Pulau Jawa)” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah kompetisi politik mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah?

(26)

2. Apakah ukuran pemerintahan daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah?

3. Apakah leverage mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah?

4. Apakah kekayaan pemerintahan daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah?

5. Apakah tipe pemerintahan daerahmempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah kompetisi politik memiliki pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

2. Untuk mengetahui apakah ukuran pemerintahan daerah memiliki pengaruh positif terhadap terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

3. Untuk mengetahui apakah leverage memiliki pengaruh positif terhadap terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

4. Untuk mengetahui apakah kekayaan pemerintahan daerah memiliki pengaruh positif terhadap terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

(27)

8

5. Untuk mengetahui apakah tipe pemerintahan daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan bahan evaluasi dan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk melaporkan keuangan di internet melalui website-nya.

2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah pusat, investor, dan kreditor untuk melakukan kerjasama di bidang keuangan dengan suatu pemerintahan daerahberupa donasi, investasi, maupun meminjamkan dana kepada pemerintahan daerah.

3. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat untuk mengevaluasi dan mengawasi kinerja keuangan pemerintah daerah.

4. Menambah informasi, pengetahuan bagi akademisi di bidang sektor publik serta menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini memiliki sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab. Masing-masing bab secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah dalam penelitian yang memuat uraian mengenai alasan dan motivasi untuk

(28)

melakukan penelitian, perumusan masalah yang diangkat, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan..

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori-teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka pemikiran yang melandasi timbulnya hipotesis penelitian serta keterkaitan antarvariabel dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang rencana dan metode penelitian, yang meliputi: populasi dan sampel, variabel, definisi operasional, dan mekanisme pengujian hipotesis yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian, menunjukkan hasil analisis data dan pembahasan hasil pengolahan data melalui instrumen penelitian yang digunakan. BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang disarikan dari permasalahan, tujuan, analisis data dan pembahasan hasil analisis penelitian. Bab ini juga berisi keterbatasan dan saran untuk penelitian berikutnya.

(29)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Agensi

Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak di mana satu orang atau lebih (principal) mengikutsertakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa atas nama mereka yang melibatkan penyerahan beberapa otoritas pembuatan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam teori agensi terdapat dua pihak yang melakukan kesepakatan atau kontrak, yakni pihak yang memberikan kewenangan yang disebut principal dan pihak yang menerima kewenangan yang disebut agent (Halim dan Abdullah 2006). Hubungan keagenan ini menyebabkan agency problem berupa asimetri informasi dan konflik kepentingan.

Menurut Lane (2003) teori agensi dapat diterapkan dalam organisasi publik. Negara demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal-agent. Banker dan Patton (1987) menyatakan hubungan keagenan antara political manager dan pemilih dapat dideskripsikan sebagai hubungan agensi dimana pemilih sebagai principal dan political manager sebagai agent. Masyarakat selaku principal memberikan amanat kepada pemerintah selaku agent untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Hilmi dan Martani, 2012; Medina, 2012). Hubungan keagenan ini dapat memunculkan agency problem berupa asimetri informasi dan

(30)

konflik kepentingan. Pada organisasi pemerintahan, agency problem terjadi antara pejabat pemerintah yang terpilih dan diangkat sebagai agent dengan para pemilih (masyarakat) sebagai principal. Pemerintah memiliki informasi pemerintahan lebih banyak daripada masyarakat, sehingga menimbulkan asimetri informasi. Masyarakat tentu tidak dapat mengawasi seluruh tindakan dan keputusan yang dibuat oleh pemda, sehingga pemda memiliki kesempatan untuk bertindak sesuai kepentingannya tanpa menghiraukan kepentingan masyarakat ( Medina, 2012). Untuk mengurangi agency problem, muncul agency cost yang harus ditanggung baik agent maupun principal. Publikasi informasi keuangan melalui internet merupakan salah satu cara efektif untuk mengatasi agency problem dengan biaya yang ringan (Puspita dan Martani, 2012).

Beberapa penelitian terdahulu menggunakan teori agensi sebagai teori utama dalam penelitian terkait pengungkapan di internet oleh pemerintah daerah. Hubungan antara pemerintah dan warga telah dianggap di bawah teori principal -agent (keagenan) yang telah digunakan luas dalam administrasi publik untuk memeriksa masalah yang terkait dengan manajemen dan administrasi di negara yang berlandaskan prinsip desentralisasi (Thompson dalam Medina 2011). Penelitian Alvares dan Hall (2006) menyatakan permasalahan yang timbul dalam hubungan principal – agent secara inheren terkait ketersediaan informasi yang diungkap oleh agent. Pelaporan informasi secara sukarela telah dianalisis dengan pendekatan teori agensi oleh Garcia dan Garcia (2010). Penelitian Laswad dkk. (2005) menggunakan teori agensi untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah

(31)

12

daerah di New Zealand, dalam penelitiannya Laswad, dkk (2005) menyatakan hubungan keagenan pada sektor publik memberikan insentif manajer sektor publik untuk mengungkapkan informasi secara sukarela yang mengizinkan pengawasan atas tindakan mereka. Pejabat terpilih menyediakan informasi untuk pengawasan dalam rangka menunjukkan mereka menghargai janji-janji pemilu dan motivasi mereka meningkat seiring dengan kompetisi politik meningkat (Baber, 1983). Pengungkapan laporan keuangan dan kinerja oleh pemerintah daerah melalui internet dapat digunakan sebagai alat untuk mengurangi biaya agensi (Martani, dkk. 2014). Teori principal – agent yang umumnya dikenal sebagai “teori keagenan” memberikan wawasan ke dalam hubungan akuntabilitas dari sudut pandang ekonomi serta wawasanalasan dibalik pelaporan keuangan dan nonkeuangan secara sukarela oleh pemerintah daerah (Monir dkk. 2014). Dengan demikian di bawah teori principal-agentdapat digunakan untuk mengidentifikasi insentif-insentif yang timbul dari beberapa pengungkapan di sektor publik (Gang, 1988).

2. Laporan Keuangan Sektor Publik

Bastian (2006) mendefinisikan laporan keuangan sektor publik sebagai representasi posisi keuangan dari sejumlah transaksi sektor yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik. Menurut Bastian (2006), bentuk dan penyusunan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti sifat lembaga sektor publik, sistem pemerintahan suatu negara, mekanisme pengelolaan keuangan, dan sistem anggaran negara.

(32)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan finansial dan CaLK. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporam Perubahan SAL). Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Laporan Arus Kas (LAK) .

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Dalam penyajian laporan realisasi anggaran setidaknya harus memuat unsur pendapatan- LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

c. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca menyajikan

(33)

14

secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang,dan ekuitas.

d. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa.

e. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

f. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

(34)

a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah.

b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah.

g. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan, penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi dan komitmen-komitmen lainnya.

3. Good Public Governance

Berdasarkan pedoman umum Good Public Governance yang dikeluarkan oleh KNKG (2010), Good Public Governance (GPG) merupakan sistem atau aturan perilaku terkait dengan pengelolaan kewenangan oleh para penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya secara bertanggungjawab dan akuntabel.GPG pada dasarnya mengatur pola hubungan antara penyelenggara negara dan masyarakat dan antara penyelenggara negara dan lembaga negara serta antar lembaga negara.

(35)

16

Setiap lembaga negara harus memastikan bahwa asas Good Public Governance diterapkan dalam setiap aspek pelaksanaan fungsinya. Asas Good Public Governance adalah :

1. Demokrasi 2. Transparansi 3. Akuntabilitas 4. Budaya hukum

5. Kewajaran dan kesetaraan

Diperlukan tiga pilar dalam rangka menciptakan situasi yang kondusif untuk melaksanakan GPG. Tiga pilar tersebut adalah.

1. Negara

Negara harus merumuskan dan menerapkan GPG sebagai pedoman dasar dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya. Negara juga berkewajiban untuk menciptakan situasi kondusif yang memungkinkan penyelenggara negara dan jajarannya melaksanakan tugasnya dengan baik. 2. Dunia Usaha

Dunia usaha harus merumuskan dan menerapkan good corporate governance (GCG) dalam melakukan usahanya sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional. Dunia usaha juga berkewajiban untuk berpartisipasi aktif memberikan masukan dalam perumusan danpelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik yang bertalian dengan sektor usahanya.

(36)

Masyarakat harus melakukan kontrol sosial secara efektif terhadap pelaksanaan fungsi, tugas dan kewenangan negara. Masyarakat juga berkewajiban untuk berpartisipasi aktif memberikan masukan dalam perumusan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik. Untuk itu masyarakat harus:

 Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan kontrol sosial secara sehat dan bertanggungjawab.  Meningkatkan konsolidasi sumberdaya agar dapat memberikan

kontribusi secara maksimal.

4. Akuntabilitas dan Transparansi

Wujud nyata dari menjalankan prinsip akuntabilitas serta transparansi pengelolaan keuangan daerah ialah penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2009). Akuntabilitas publik terdiri dari dua jenis, yaitu : akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan akuntabilitas horisontal (horizontal accountability) (Mardiasmo, 2009). Pertanggungjawaban vertikal ialah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Sedangkan pertanggungjawaban horisontal ialah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

(37)

18

Dalam rangka untuk menjalankan akuntabilitas publik ini, perlu transparansi pada tingkat dimana warga, media, dan pasar modal dapat memperoleh informasi tentang strategi, kegiatan dan hasil kegiatan (Alt dkk., 2006). Dalam istilah yang lebih ringkas, Piotrowski dan Bertelli (2010) berpendapat bahwa transparansi merupakan akses bagi masyarakat untuk memperoleh informasi publik. Informasi yang sangat tersedia menjadi penting untuk memungkinkan warga untuk mendeteksi korupsi dan menjaga pemerintah mereka tetap akuntable (McGee dan Gaventa, 2013). Mardiasmo (2009) menyatakan transparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak – pihak yang membutuhkan informasi. Martani (2014) merumuskan bahwa transparansi diperlukan agar masyarakat dan dunia usaha dapat mengawasi pelaksanaan pemerintahan secara obyektif. Melalui transparansi fiskal - informasi tentang anggaran, audit, dan kebijakan keuangan yang terkait - warga mampu untuk membuat tuntutan untuk tindakan pemerintah, menerapkan tekanan untuk peningkatan kinerja, dan mengevaluasi efisiensi tindakan admiistratif (Harrison dan Sayogo, 2014).

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Pasal 12 menjelaskan salah satu tujuan penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah adalah menyajikan Informasi Keuangan Daerah secara terbuka kepada masyarakat. Dengan adanya transparansi laporan keuangan pemerintah daerah, maka masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah daerah.

(38)

5. Pelaporan Keuangan di Internet

Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses tentang bagaimana informasi keuangan untuk semua unit usaha dan pemerintahan harus disediakan dan dilaporkan dalam suatu negara untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomik (Suwardjono, 2005). FASB mengartikan pelaporan keuangan sebagai sistem dan sarana penyampaian (means of communication) informasi tentang segala kondisi dan kinerja entitas terutama dari segi keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat disampaikan melalui laporan keuangan (Suwardjono, 2010). Secara singkat, pelaporan keuangan lebih luas dari pada laporan keuangan (Bastian, 2006).

Informasi keuangan yang dibutuhkan berdasarkan riset terdauhulu diantaranya ialah informasi kondisi keuangan, kinerja, perencanaan dan penganggaran. Setidaknya infromasi tersebut masing-masing dapat dilihat dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) , Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Yentifa, dkk dalam Sinaga dan Prabowo 2011).

Saat ini pemerintah daerah telah menggunakan media internet untuk menyampaikan informasi kepada pengguna. Melalui website masing-masingpemerintah daerah, informasi akan tersampaikan dengan tepat waktu. Mardiasmo (2009) menyatakan semakin cepat waktu penyajian laporan keuangan, maka akan semakin baik untuk pengambilan keputusan.

(39)

20

Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan (Suwardjono, 2005). Pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Suwardjono (2005) menyatakan pengungkapan (disclosure) berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statemen keuangan utama. Peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan di Indonesia dikeluarkan oleh Ketua BAPEPAM melalui keputusan nomor 17/PM/2002 atau VIII.G.7.

Menurut Chariri dan Ghozali (2007), ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu:

a) Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Berkaitan dengan sektor pemerintahan di Indonesia, baik pemerintah pusat maupun daerah, pengungkapan wajib mengacu pada pengungkapan informasi dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

b) Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas (Suwardjono,2005). Menurut Suwardjono, secara umum tujuan

(40)

dari pengungkapan (disclosure) adalah menyajikan informasi keuangan yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju. Sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawasan berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan secara rinci (Rahman,dkk. 2013).

7. Electronic Government (E-Government)

Electronic government merupakan suatu proses sistem pemerintahan dengan memanfaatkan ICT (Information, Communication, and Technology) sebagai alat untuk memberikan kemudahan proses komunikasi dan transaksi kepada warga masyarakat, organisasi bisnis dan antara lembaga pemerintah serta stafnya, sehingga dapat dicapai efisiensi, efektivitas, transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakatnya (Hartono, 2010). E-government merupakan bentuk aplikasi dari teknologi informasi, khususnya teknologi internet untuk memperluas akses, menyampaikan informasi dan pelayanan pemerintah untuk rakyat, pegawai, unit bisnis, dan stakeholder lainnya. Norris dan Christopher (2013) mendefinisikan e-government sebagai suatu pengiriman layanan pemerintah dan informasi elektronik selama 24 jam per hari dan tujuh hari per minggu. E-government dapat didefinisikan sebagai penggunaan informasi dan teknologi untuk mendukung serta meningkatkan kebijakan publik

(41)

22

dan operasi pemerintah, melibatkan warga dan menyediakan pelayanan pemerintah yang komprehensif dan tepat waktu (Scholl 2008).Hermana (2012) menyebutkan bahwa e-government adalah penggunaan teknologi informasi dan aplikasinya oleh pemerintah untuk menyediakan informasi dan jasa umum bagi masyarakat. Sedangkan Durrant (2002) mendefinisikan e-government sebagai suatu komitmen pemerintah untuk meningkatkan hubungan antara warga negara dan pemerintah melalui peningkatan pelayanan, efektivitas dan efisiensi biaya pelayanan, serta informasi dan pengetahuan. Lee (2010) menyatakan e-government melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, terutama aplikasi berbasis web untuk menyediakan lebih cepat, akses yang lebih mudah dan lebih efisien untuk dan penyampaian informasi/layanan kepada publik. Pengembangan kapabilitas e-government merupakan pekerjaan yang penting karena tidak hanya secara cepat mengubah cara pemerintah memberikan informasi, memberikan layanan, dan berurusan dengan publik, tapi juga menjadi bagian integral dari strategi pemerintah (Zhang dkk. 2014).

Berdasarkan interaksi yang dilakukan pemerintah dengan stakeholdersnya, Gupta dkk.(2008) mengkasifikasikan e-government sebagai interaksi antara pemerintah dengan: (1) Klien internal dan penduduknya “Government to Citizen (G2C)”; (2) Unit bisnis terkait “Government to Business (G2B)”; (3) Pegawai Internal Pemerintah “Government to Employee (G2E)”; (4) Institusi Pemerintah lainnya “Government to Government (G2G)”; (5) hubungan antara penduduk dengan penduduk “Citizen to Citizen (C2C)”.

(42)

Di Indonesia, penerapan e-government diatur dalam sebuah Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-government, dalam Inpres tersebut e-government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas pemerintahan. Dalam peraturan ini juga dijabarkan bahwa e-government diperlukan untuk mewujudkan Good Public Governance.

8. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Undang-undang ini memberi jaminan kepada masyarakat untuk memperoleh informasi. Dijelaskan dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No.14 tahun 2008 bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah bagi Pengguna Informasi Publik. Pasal 2 ayat 3 menegaskan bahwa setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Dengan adanya keterbukaan informasi publik ini diharapkan mampu menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.

9. Kompetisi politik (Political Competition)

Kompetisi politik atau disebut juga dengan persaingan politik dapat dilihat dari persaingan antara partai politik dalam mendapatkan jumlah pemilih pada saat

(43)

24

pemilu. Menurut Downs (1957) Kompetisi politik diartikan sebagai kompetisi antara kandidat untuk mendapatkan suara terbanyak dari pemilih untuk menjalankan suatu platform kebijakan yang layak dijalankan.Bardhan dan Yang (2004) menyatakan kompetisi politik adalah kompetisi untuk mendapatkan kekuasaan mengendalikan pemerintahan dan mengalokasikan sumberdaya yang tersedia untuk kepentingan politik dan kepentingan masyarakat.

10. Ukuran Pemerintahan Daerah (Size)

Size dapat diartikan sebagai suatu nominal yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu. Sebagai informasi bahwa size perusahaan yang diukur dengan menggunakan total aktiva akan lebih baik karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan dan kapitalisai pasar dalam mengukur size perusahaan (Nasser, dkk. 2006). Ukuran pemerintahan daerah menunjukkan besar kecilnya pemerintahan daerah (Sinaga dan Prabowo).

11. Leverage

Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam menjamin dana yang dipinjam menggunakan jumlah aset yang dimiliki.Leverage mengindikasikan sejauh mana dana yang dipinjam digunakan untuk mendanai aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah (Sinaga dan Prabowo 2011). Leverage dapat digunakan untuk menaksirkan risiko yang melekat pada suatu perusahaan. Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin kecil leverage semakin besar kemampuan entitas dalam membiayai biaya operasional melaui dana internalnya. Sebaliknya, semakin

(44)

besar leverage semakin menunjukkan entitas tidak mampu dalam membiayai biaya operasionalnya sendiri karena membutuhkan dana dari pihak eksternal. Horne (1997) menyatakan bahwa dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingakan dengan total asetnya. Terdapat beberapa macam rasio leverage, antara lain debt ratio (debt to total asset), debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interested earned.

12. Kekayaan Pemerintahan Daerah (Wealth)

Kekayaan pemerintahan daerah dapat menggambarkan kemakmuran wilayah daerah tersebut. Jika terjadi peningkatan angka kekayaan daerah, menggambarkan secara ekonomi terjadi peningkatan tingkat kemakmuran daerah tersebut. Laswad dkk. (2005) menyatakan bahwa kekayaan pemerintahan daerah dapat diukur dari pendapatan per kapita. Sedangkan Rahman dkk. (2013) mendefinisikan kekayaan pemerintahan daerah dengan rasio pengelolaan belanja yang diukur dengan total Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan total belanja.

13. Tipe Pemerintahan Daerah(Local Government Type)

Tipe pemerintahan didefinisikan sebagai bentuk dari suatu pemerintahan daerah serta menggambarkan status pengakuan nasional sebuah daerah sebagai suatu kabupaten atau kota. Kabupaten dan kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah propinsi.

(45)

26

Secara umum, baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama yaitu mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri. Di Indonesia, pemerintahan daerah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pemerintahan provinsi, pemerintahan kota, dan pemerintahan kabupaten.

B. Penelitian Terdahulu

Berikut adalah penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengungkapan informasi keuangan :

Peneliti Variabel Penelitian Teori Hasil

Laswad dkk. (2005) Y:Voluntary Use of Internet Financial Reporting (IFR) X:Political Competition, size, leverage, municipal wealth, press visibility, council type Teori Agensi 1. Adanya hubungan positif IFR dengan leverage, wealth, dan press visibility. 2. Adanya hubungan

negatif antara IFR dengan council type. 3. Size dan political

competition tidak memiliki hubungan dengan IFR.

(46)

Garcia dan Garcia (2010) Y : 1. Voluntary reporting of financial information on the internet. 2. Reporting index X:Size,capital investment, political competition dan press visibility. Teori Agensi 1. Adanya hubungan positif pelaporan informasi keuangan di internet dengan size, capital investment, dan political competition. 2. Variabel press visibility memiliki hubungan negatif dengan pelaporan informasi keuangan di internet. 3. Variabel press visibility memiliki hubungan negatif dengan tingkat pelaporan. 4. Hubungan positif tingkat pelaporan keuangan dengan size, capital investment, dan political competition.

(47)

28 Sinaga dan Prabowo (2011) Y : Pelaporan keuangan di internet secara sukarela. X : Kompetisi politik, size,leverage, wealth, tipe pemerintah daerah. Teori Legitimasi dan Teori Stakeholder 1. Variabel kompetisi politik dan leverage tidak mempunyai pengaruh positif terhadap Pelaporan keuangan di internet secara sukarela. 2. Kekayaan pemerintah tidak memiliki pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela. 3. Ukuran pemerintah

daerah tidak memiliki pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela. 4. Tipe pemerintah kabupaten memiliki pengaruh negatif.

(48)

Medina (2012) Y : Tingkat pengungkapan informasi keuangan. X : Ukuran pemerintah, tingkat independensi, pendapatan perkapita dan kompleksitas pemerintah. Teori Agensi Metode logit : 1. Tingkat ketersediaan informasi keuangan dalam website pemerintah daerah dipengaruhi oleh ukuran pemerintah, tingkat independensi, dan kompleksitas pemerintah. 2. Pendapatan perkapita berpengaruh negatif dengan tingkat ketersediaan informasi keuangan dalam website pemerintah daerah. Metode regresi berganda : 1. Ukuran dan kompleksitas pemerintah berpengaruh positif

(49)

30 terhadap ketersediaan informasi keuangan dalam website pemerintah daerah. 2. Leverage dan pendapatan perkapita berpengaruh negatif terhadap ketersediaan informasi keuangan dalam website pemerintah daerah. Rahman dkk. (2013) Y : Internet Financial Local Government Reporting . X : Kompetisi politik, size,leverage, wealth, tipe pemerintah daerah. Teori Agensi 1. Kompetisi politik, Leverage dan wealth berpengaruh

terhadap IFLGR. 2. Tipe pemerintah

daerah dan size tidak terbukti signifikan terhadap IFLGR

(50)

C. Pengembangan Hipotesis

1. Kompetisi Politik (Political Competition)

Penelitian yang dilakukan oleh Laswad dkk. (2005) menjelaskan terdapat hubungan positif antara kompetisi politik dan pelaporan keuangan di Internet secara sukarela. Semakin tinggi level kompetisi politik, maka semakin tinggi pula kecenderungan pemerintah daerah untuk melakukan pelaporan keuangan di internet. Internet merupakan sarana yang efektif dan efisien bagi pemerintah daerah untuk melaporkan informasi keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi kepada masyarakat. Adanya bukti kinerja yang baik membuat pejabat terpilih agar mendapat kepercayaan dari masyarakat yang telah memilihnya dahulu, serta dapat berekspektasi untuk memenangkan pemilu periode berikutnya (Rahman dkk. 2013) .

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini.

H1 : Kompetisi politik mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

2. Ukuran Pemerintahan Daerah (Size)

Pemerintahan daerah dengan ukuran yang besar memiliki jumlah dan transfer kekayaan yang besar ( Rahman dkk. 2013). Pemerintahan daerah yang memiliki ukuran besar dituntut untuk melakukan transparansi atas pengelolaan keuangannya sebagai bentuk akuntabilitas publik melalui pengungkapan informasi yang lebih banyak dalam laporan keuangan. Rahman dkk. (2013)

(51)

32

menyatakan besarnya total aset mendorong pemerintah daerah untuk melaporkan informasi keuangan sebagai bukti telah menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan size sebagai salah satu variabel independen. Patrick (2007) menemukan bahwa ukuran organisasi berpengaruh positif dan sangat kuat terhadap penerapan sebuah inovasi administratif baru, yaitu GASB 34. Penelitian yang dilakukan Laswad dkk. (2005) mengaitkan pelaporan keuangan di internet secara sukarela dengan ukuran pemerintah daerah. Dari hasil penelitian tersebut, dijelaskan bahwa tidak terdapat hubungan antara ukuran pemerintahan daerah yang diukur dengan seberapa besar aset pemerintah daerah, dengan pelaporan keuangan di internet secara sukarela.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini.

H2 : Ukuran pemerintahan daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporankeuangan secara di internet oleh pemerintah daerah.

3. Leverage

Laverage dapat diartikan sebagai kemampuan pemerintah daerah untuk menjamin dana yang dipinjam menggunakan jumlah dari aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Penting untuk user mengetahui laporan keuangan yang lebih rinci agar informasi mengenai leverage antar pemerintah daerah dapat diperbandingkan (Rahman dkk., 2013). Hal tersebut dapat dicapai melalui pengungkapan informasi secara sukarela yang memfasilitasi pemantauan oleh kreditur (Gore, 2004 dalam Laswad dkk., 2005). Penelitian yang dilakukan

(52)

Laswad dkk. (2005) menemukan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap pelaporan keuangan di interenet.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini.

H3 : Leverage mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporankeuangan di internet oleh pemerintah daerah.

4. Kekayaan Pemerintahan Daerah (Wealth)

Kekayaan pemerintahan mencerminkan kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah. Ketika kinerja suatu pemerintah daerah baik, maka pemerintah daerah akan cenderung melaporkan informasi keuangannya. Sebaliknya, pemerintahan daerah dengan kekayaan yang lebih kecil akan cenderung membatasi akses informasi akuntansi kepada pengguna ( Craven dan Martson, 1999 dalam Laswad dkk., 2005). Hasil dari penelitian Laswad dkk. (2005) , menunjukkan bahwa municipal wealth berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini.

H4 : Kekayaan pemerintahan daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

(53)

34

5. Tipe Pemerintahan Daerah( Local Government Type)

Laswad dkk. (2005) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa di daerah kabupaten masih kurang untuk tingkat pengungkapan secara sukarela di internet, jika dibandingkan dengan daerah kota dan provinsi, hal ini mungkin dikarenakan tingkat masyarakat dalam mengakses internet yang masih kurang. Hasil dari penelitian Laswad dkk. (2005) membuktikan bahwa tipe pemerintahan mempunyai pengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini.

H5 : Tipe pemerintahan daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah.

D. Kerangka Teoritis

Penelitian ini menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian adalah kompetisi politik, ukuran pemerintahan daerah, leverage, kekayaan pemerintahan daerah, dan tipe pemerintahan daerah. Variabel dependen Pelaporan Keuangan di Internet (Internet Financial Reporting) diukur dengan ada atau tidaknya APBD, LKPD atau LAKIP pada website pemerintah daerah.

(54)

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (+)

H5 (+)

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Kompetisi Politik (Political Competition) Ukuran Pemerintahan Daerah (Size) Leverage Kekayaan Pemerintahan Daerah (Wealth) Tipe Pemerintahan Daerah (Type) Pelaporan Keuangan di Internet oleh Pemerintah Daerah (Internet Financial Reporting by local government)

(55)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengujian hipotesis (hypotesis testing) yang menjelaskan sifat hubungan-hubungan tertentu atau menetapkan perbedaan-perbedaan antara dua faktor (kelompok) independen atau lebih dalam sebuah situasi (Sekaran dan Bougi 2010). Jenis penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yaitu untuk menguji pengaruh kompetisi politik, ukuran pemerintah daerah, leverage, kekayaan pemerintah daerah, dan tipe pemerintah daerah terhadap pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi merupakan kumpulan atau kelompok orang, peristiwa, atau sesuatu yang menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian (Sekaran dan Bougi 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah di Indonesia, yaitu pemerintah provinsi,pemerintah kota, dan pemerintah kabupaten. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang diharapkan masih memiliki kharakteristik yang sama dengan populasi serta mampu mewakili keseluruhan populasi penelitian (Sekaran dan Bougi 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah kota dan kabupaten di Pulau Jawa tahun anggaran 2014.

(56)

Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Sekaran dan Bougi, 2010). Berikut kriteria yang ditetapkan peneliti dalam pengambilan sampel.

1. Pemerintah daerah mempunyai website resmi dan dapat diakses.

2. Pemerintah daerah yang menerbitkan laporan keuangan dantelah diaudit oleh BPK.

3. Data mengenai kompetisi politik dapat diperoleh di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

4. Pemerintah daerah menyediakan data penelitian secara lengkap untuk seluruh variabel independen.

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari individu-individu, kelompok-kelompok tertentu, serta responden yang telah ditentukan secara spesifik dan memiliki data secara spesifik (Sekaran dan Bougi 2010). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan studi pustaka dan studi dokumentasi. Data dan teori yang terdapat dalam penelitian ini diperoleh dari artikel, jurnal, literatur, maupun hasil dari penelitian terdahulu yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini. Studi dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data lain yang digunakan dalam penelitian, yaitu berupa data

(57)

38

sekunder yang diperoleh dari lembaga yang memiliki data tersebut, maupun dari website yang mempublikasikan data yang relevan.

Data keuangan berupa laporan keuangan audited pemerintah daerah kota (kabupaten) tahun 2014 diperoleh dari Pusat Informasi dan Komunikasi BPK RI. Data mengenai kompetisi politik diperoleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sedangkan data jumlah penduduk diperoleh dari website kementrian dalam negeri, yaitu www.kemendagri.go.id.

Data variabel dependen yaitu ada tidaknya pelaporan keuangan di internet diperoleh dengan mengamati website resmi pemerintah daerah, daftar website resmi pemerintah daerah di Indonesia dapat dilihat di www.kemendagri.go.id.

D. Identifikasi dan Pengukuran Variabel

Variabel merupakan sesuatu yang memiliki nilai dan dapat berubah (Sekaran dan Bougi 2010). Nilai ini dapat berbeda-beda pada berbagai waktu untuk objek/orang untuk waktu yang sama atau juga dapat berbeda pada waktu yang sama untuk objek/orang yang beda. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel dependen (variabel terikat) dan variabel independen (variabel bebas).

a. Variabel Dependen

Variabel terikat dalam penelitian ini ialah pelaporan keuangan di internet oleh pemerintah daerah di Pulau Jawa. Pelaporan keuangan di internet dinilai dari ada tidaknya APBD, Laporan Keuangan Pemerintah

(58)

Daerah (LKPD), atau LAKIP pada website resmi pemerintah daerah. Terdapat tujuh komponen pokok LKPD, yaitu sebagai berikut :

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);

3. Neraca;

4. Laporan Operasional (LO); 5. Laporan Arus Kas (LAK);

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); 7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pengukuran variabel ini sesuai dengan penelitian Laswad dkk. (2005), yaitu menggunakan variabel dummy untuk mengukur pelaporan keuangan di internet. Pemerintah daerah tergolong mengungkapkan LKPD jika salah satu komponen pokok LKPD tersebut tersedia di website resmi pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang melakukan pelaporan keuangan melalui website resminya diberi skor 1, sedangkan pemerintah daerah yang memiliki website resmi namun tidak digunakan sebagai media pelaporan keuangan diberi skor 0.

b. Variabel Independen

1. Kompetisi politik (POLCOM)

Kompetisi politik menggambarkan seberapa besar persaingan politik antara kepala daerah yang menjabat saat ini dengan para saingan

(59)

40

politiknya. Penelitian ini mengukur kompetisi politik dengan rasio koalisi partai pendukung kepala daerah pemenang pemilu, yaitu perbandingan jumlah anggota dewan partai pendukung kepala daerah dibagi dengan jumlah total anggota dewan.

2. Ukuran Pemerintahan Daerah (SIZE)

Ukuran pemerintahan daerah memberi gambaran besar kecilnya suatu pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan total aset untuk menilai ukuran pemerintahan daerah, pengukuran sesuai dengan pengukuran dalam penelitian Lasward dkk. (2005).

3. Leverage (LEV)

Leverage menunjukkan seberapa besar dana yang dipinjam pemerintah daerah untuk memdanai asetnya. Penelitian ini mengacu penilaian leverage dalam penelitian Laswad dkk. (2005). Leverage dinilai dengan membandingkan total kewajiban dengan total aset.

4. Kekayaan Pemerintahan Daerah (WEALTH)

Tingkat kemakmuran daerah dapat digambarkan dari kekayaan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Laswad dkk. (2005) melakukan pengukuran kekayaan pemerintahan daerah menggunakan pendapatan asli daerah perkapita. Penelitian ini menggunakan pengukuran

(60)

yang sama dengan Laswad dkk. (2005) yaitu dengan membandingkan total Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan populasi daerah tersebut.

5. Tipe Pemerintahan Daerah (TYPE)

Tipe pemerintahan daerah dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan daerah. Terdapat dua tipe pemerintahan daerah di Indonesia, yaitu pemerintahan kota dan pemerintahan kabupaten. Dari beberapa pemerintahan kota dan pemerintahan kabupaten tersebut membentuk suatu provinsi. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Laswad dkk. (2005) untuk menilai tipe pemerintahan daerah. Variabel tipe pemerintahan daerah ini merupakan variabel dummy, yaitu memberi nilai 0 untuk bentuk pemerintahan kota dan memberi nilai 1 untuk bentuk pemerintahan kabupaten.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis regresi logistik biner (binary logistic regression) digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Menurut Cath Robert dkk. dalam Yamin dan Heri (2014) regresi logistik biner dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara dua kategori (binary) variabel hasil (variabel dependen/terikat) dan dua atau lebih variabel penjelas (variabel independen/bebas). Regresi logistik biner (binary logistic regression) dipilih karena variabel dependen dalam penelitian ini adalah kategorikal atau dikotomi (nominal), yaitu pemerintah daerah yang melakukan pelaporan keuangan di

Gambar

Tabel 4.3  Uji Multikolinearitas
Tabel 4.4  Statistik Deskriptif
Tabel 4.5  Uji Nilai Likelihood
Tabel 4.7  Uji nilai Nagelkerke

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat terjadi karena proses mikroenkapsulasi susu probiotik dengan teknik spray drying merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

The analysis of the theme shows that the violation of the rights to freedom of expression is the central idea the writer wants to express.. It can

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Kantor Bea Cukai Kudustahun 2015 dan

17 (2004.17.1) penyusutan aktiva tetap adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi

1) How much can you afford: This is the most important decision you need to make even before selecting the vehicle. Money plays a very important role hence analyzing your budget is

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hakim dalam memutus tindak pidana anak tanpa hak atau melawan hukum menyimpan dan menguasai narkotika golongan I bukan

Dari penelitian dan pembelajaran yang sudah dilakukan penulis terhadap test TOEFL yang membutuhkan banyak biaya dari pembelian modul sampai percobaan test TOEFL tersebut, maka

2 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melaksanakan program magang ini pada bidang jasa salah satu perusahaan tour and travel yang ada di Padang,