• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGGUNAAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU AYAM BAKAR TALIWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENGGUNAAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU AYAM BAKAR TALIWANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

29

KAJIAN PENGGUNAAN ASAP CAIR TERHADAP

MUTU AYAM BAKAR TALIWANG

Study of Liquid Smoke Using on Taliwang Grilled Chicken Quality

Wiharyani Werdiningsih 1, Sri Widyastuti 1, Nazaruddin 1, Baiq Rien Handayani 1 1

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram

E-mail: wiharyani@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of this research was to identify the use of the concentration of liquid smoke with time of marination on grilled chicken. Chickens used were male chicken with taliwang herbs adopted from the merchants of taliwang grilled chicken. The design used was a completely randomized design with laboratory experiments. The result indicated that 2% liquid smoke concentration with 30 minutes marination time resulted in 67.92% moisture content, 2.74% ash content, with a rather preferred criteria, rather soft texture, rather strong grilled chicken flavor, and flavorful smoke of grilled chicken. Total microbial, fungal and coliform were almost undetectable <1.0 x 101 CFU / g, which indicates that hygienic processing and safe to consume.

Keywords: grilled chicken, liquid smoke, time of marination ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah identifikasi penggunaan konsentrasi asap cair yang tepat dengan lama perendamannya pada ayam bakar taliwang. Ayam yang digunakan adalah ayam pejantan dengan bumbu taliwang yang diadopsi dari para pedagang ayam bakar taliwang yang ada. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan percobaan di laboratorium. Penelitian yang dihasilkan yaitu perlakuan konsentrasi asap cair 2% dengan lama perendaman 30 menit menghasilkan kadar air 67,92%, kadar abu 2,74%,, dengan kriteria agak disukai, tekstur agak empuk, rasa ayam bakar agak kuat, dan beraroma asap. Total mikroba, jamur dan koliform hampir tidak terdeteksi <1,0 x 101 CFU/gram, yang menandakan pengolahan yang higienis dan aman untuk dikonsumsi.

Kata kunci : ayam bakar, asap cair, lama perendaman.

PENDAHULUAN

Ayam taliwang merupakan makanan tradisional khas NTB dimana dahulunya bumbu-bumbu yang digunakan sebagai pelengkap dibuat oleh warga Karang Taliwang, Cakranegara sehingga dinamakan ayam taliwang. Tujuan pembuatan ayam bakar taliwang adalah menambah kuliner makanan tradisional khas NTB dan menjaga ketahanan terhadap serangan jamur (kapang) dan bakteri agar tidak mudah rusak karena daging merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Daging banyak mengandung nutrisi yaitu 74% air, 22% protein, 13 mg

kalsium, 190 mg fosfor dan 1,5 mg zat besi pada setiap 100 gram daging.Tingginya kandungan air dan aktivitas air (aw) memungkinkan mikroba tumbuh sehingga cepat terjadi kerusakan. Beberapa mikroba patogen yang biasa mencemari daging antara lain Escherechia coli, Salmonella sp., dan Staphylococcus sp.

Pemanggangan daging yang disertai perendaman dengan senyawa antimikroba dapat mempengaruhi penampilan, rasa, tekstur, penyusutan, kematangan, kemunculan flavor, dan daya simpannya. Asap cair merupakan bahan kimia hasil destilasi asap dari pembakaran biomassa dan juga bersifat

(2)

30 desinfektan sehingga bahan makanan dapat

bertahan lama tanpa membahayakan konsumen. Menurut Darmadji (1996), pirolisis tempurung kelapa yang telah menjadi asap cair akan memiliki senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%. Kandungan kadar asam yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan mikrobia karena mikrobia hanya bisa tumbuh pada kadar asam yang rendah (Pszczola, 1995) dan adanya fenol dengan titik didih tinggi dalam asap juga merupakan zat antibakteri yang tinggi. Menurut Widyastuti, dkk (2012), kandungan benzopyrene asap cair grade I tidak terdeteksi sehingga sesuai untuk syarat pengawet makanan.

Dengan demikian penggunaan asap cair sebagai pengawet alami pada pembuatan ayam bakar taliwang berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan konsentrasi asap cair yang tepat dengan lama perendamannya pada ayam bakar taliwang.

METODOLOGI PENELITIAN Bahan

Bahan yang digunakan adalah daging ayam pejantan, bumbu khas taliwang (bawang putih, cabai besar, cabai rawit, terasi, gula, jeruk limau), asap cair grade I, detergent pembersih alat-alat “mama lime”, air galon “narmada”, aquades, medium PCA, medium VRBA, medium PDA, larutan buffer phosphat, Na2SO4 anhidrat, H2SO4 pekat, Zn, NaOH 45%, HCl 0,1 N, fenolptalein 1%, dan alkohol. Metode

Daging ayam pejantan dengan berat rata-rata 263 gram yang diperoleh dari pasar dibersihkan dari kotoran dan bulu yang masih melekat dengan dicuci pada air mengalir kemudian ditiriskan. Setelah tiris, daging dikemas menggunakan kantong plastik satu per satu, kemudian dimasukkan kedalam box

plastik. Daging ayam dengan berat rata-rata 263 gram ditambahkan dengan bumbu dan asap cair sesuai dengan konsetrasi (0%, 1%, 2%, dan 3%) dan lama perendaman (0 menit, 15 menit, dan 30 menit) yang telah ditetapkan. Pencampuran dilakukan dengan cara melumuri seluruh permukaan daging secara merata dengan bumbu dan asap cair. Bumbu-bumbu yang digunakan diadopsi dari pedagang ayam bakar taliwang untuk setiap ayam yaitu 9,5 gram cabe merah keriting, 7,5 gram cabe rawit, 29 gram bawang merah, 9 gram bawang putih, 5 gram terasi bakar, 25 gram gula merah, 7,5 gram garam, 1 buah jeruk limau, 100 ml santan kental, 12 ml (4 sendok makan) minyak goreng. Ayam di panggang dalam oven (merk MEMMERT) pada suhu 180oC selama 23 menit tanpa membalik posisi ayam.

Parameter hasil percobaan yang diamati adalah kadar air, kadar abu, warna, rasa, tekstur, aroma, total bakteri, total kapang, dan total koliform. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 36 unit percobaan. Data hasil percobaan di analisis dengan analisis keragaman (analysis of variance) pada taraf nyata 5%. Apabila terdapat beda nyata, akan dilakukan uji lanjut (Hanafiah, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air

Perlakuan konsentrasi asap cair dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air ayam taliwang. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa kadar air ayam bakar taliwamg yang direndam pada asap cair dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3% selama 0 menit, 15 menit dan 30 menit berturut-turut adalah 67,11%, 66,37%, dan 67,31%; 67,16%, 67,45%, 67,92%; 67,80%, 67,61%, 66,41%. Sedangkan kadar air ayam bakar taliwang yang tidak direndam dengan bumbu diperoleh 67,68% (0 menit), 65,01% (15 menit), dan 67,36% (30 menit).

(3)

31

Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asap Cair dan Lama Perendaman Terhadap Kadar Air Ayam Bakar Taliwang

Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asap Cair dan Lama Perendaman Terhadap Kadar Abu Ayam Bakar Taliwang

Kadar air ayam bakar taliwang yang diperoleh (65%-68%) termasuk produk dengan kadar air yang tinggi, hal ini disebabkan karena daging ayam itu sendiri sudah mengandung kadar air cukup tinggi. Semakin tinggi konsentrasi asap cair yang diberikan dan semakin lama perendamannya, kadar air pada ayam bakar mempunyai kecenderungan mengalami penurunan. Penurunan kadar air ini dapat disebabkan karena asap cair yang ditambahkan pada selama perendaman berdifusi ke dalam daging, yang mengakibatkan terjadinya lisis dan denaturasi protein sehingga mengakibatkan keluarnya

cairan yang terdapat di dalam daging (Pelczar dan Chan, 1988). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani, dkk.(2012), yaitu penambahan 2,5% asap cair pada dendeng sapi siap makan menyebabkan penurunan kadar air karena asap cair dapat menyebabkan dehidrasi pada bahan pangan. Kadar Abu

Kadar abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik (deMan, 1997). Perlakuan konsentrasi asap cair dan lama perendamannya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar abu ayam 50 55 60 65 70 0 15 30 0 15 30 0 15 30 0 15 30

menit menit menit menit

0% 1% 2% 3% K ad ar A ir ( % ) 0 1 2 3 4 5 0 15 30 0 15 30 0 15 30 0 15 30

menit menit menit menit

0% 1% 2% 3% K ad ar A b u ( % )

(4)

32 bakar taliwang. Hal ini diduga karena

perbedaan waktu perendaman yang tidak terpaut jauh. Berikut disajikan gambar hubungan konsentrasi asap cair dan lama perendaman terhadap kadar abu ayam bakar taliwang.

Gambar 2 menunjukkan kisaran kadar abu yang dihasilkan adalah 2,31%-3,97%. Semakin tinggi konsentrasi asap cair yang diberikan, kadar abu yang dihasilkan agak bervariasi. Diduga karena adanya perbedaan umur ayam pada saat di sembelih dengan kisaran umur 2-3 bulan. Perbedaan umur

maupun makanan yang diberikan akan berpengaruh terhadap kandungan padatan terlarut termasuk kadar abu.

Warna

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan konsentrasi asap cair dan lama perendamannya memberikan pengaruh nyata terhadap warna yang diuji secara skoring, namun dari segi kesukaan (hedonik), perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asap Cair dan Lama Perendaman Terhadap Warna Yang Diuji Secara Skoring dan Hedonik Pada Ayam Bakar Taliwang

Gambar 4. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asap Cair dan Lama Perendaman Terhadap Rasa Yang Diuji Secara Skoring dan Hedonik Pada Ayam Bakar Taliwang

Warna daging ayam bakar taliwang (Gambar 3) yang dihasilkan adalah merah

kecoklatan dengan kriteria kesukaan agak suka sampai dengan suka. Semakin tinggi 0 1 2 3 4 5 0 15 30 0 15 30 0 15 30 0 15 30

menit menit menit menit

0% 1% 2% 3% War n a WARNA skoring WARNA hedonik 0 1 2 3 4 5 0 15 30 0 15 30 0 15 30 0 15 30

menit menit menit menit

0% 1% 2% 3%

R

asa

RASA skoring RASA hedonik

(5)

33 konsentrasi asap cair yang diberikan dan

semakin lama perendaman yang dilakukan, panelis cenderung untuk lebih menyukainya. Rasa

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian asap cair dengan konsentrasi yang berbeda dan lama perendaman yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap rasa yang diuji secara skoring, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan rasa. Gambar 4 menunjukkan bahwa panelis memberikan penilaian kesukaan terhadap rasa yaitu agak suka sampai dengan suka dengan rasa asap yang agak lemah sampai dengan agak kuat.

Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asap cair yang diberikan

maka rasa asapnya menjadi agak kuat dengan penerimaan panelis menunjukkan agak disukai sampai dengan suka Hal ini sejalan dengan penelitian Handayani dkk (2012) bahwa rasa dendeng sapi siap makan yang dihasilkan dengan pemberian asap cair mempengaruhi kesukaan terhadap rasanya.

Tekstur

Tekstur ayam bakar taliwang yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perlakuan konsentrasi asap cair dan lama perendamannya. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa panelis memberikan penilaian yang relatif sama terhadap tekstur (skoring) yaitu agak empuk sampai dengan empuk dengan tingkat kesukaan agak suka sampai dengan suka.

Gambar 5. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asap Cair dan Lama Perendaman Terhadap Tekstur Yang Diuji Secara Skoring dan Hedonik Pada Ayam Bakar Taliwang

Gambar 6. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asap Cair dan Lama Perendaman Terhadap AromaYang Diuji Secara Skoring dan Hedonik Pada Ayam Bakar Taliwang

Pola kecenderungan yang dihasilkan adalah bahwa semakin tinggi konsentrasi asap

cair yang diberikan, maka teksturnya semakin empuk dan disukai (3,35-3,90). Demikian juga 0 1 2 3 4 5 0 15 30 0 15 30 0 15 30 0 15 30

menit menit menit menit

0% 1% 2% 3% Tek stu r TEKSTUR skoring TEKSTUR hedonik 0 1 2 3 4 5 0 15 30 0 15 30 0 15 30 0 15 30

menit menit menit menit

0% 1% 2% 3% A ro m a AROMA skoring AROMA hedonik

(6)

34 dengan perlakuan lama perendamannya,

memberikan hasil yang semakin empuk dan disukai.

Aroma

Kriteria aroma ayam bakar taliwang yang dinilai oleh panelis adalah dari tidak beraroma asap sampai dengan beraroma asap sangat kuat dengan kriteria kesukaan sangat tidak suka sampai dengan sangat suka. Perlakuan pemberian asap cair dan lama perendaman yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap aroma ayam bakar taliwang yang diuji secara skoring, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna secara hedonik (kesukaan).

Pada Gambar 6, panelis memberikan penilaian aroma secara skoring pada ayam bakar yang dihasilkan dari beraroma asap lemah sampai dengan beraroma asap.dengan kriteria kesukaan agak disukai sampai dengan suka seiring dengan bertambahnya konsentrasi asap cair yang diberikan dan lama perendaman yang dilakukan. Hal ini diduga karena adanya senayawa fenol yang terdapat pada asap cair yang dapat mempengaruhi aroma ayam bakar yang dihasilkan. Menurut Girard (1992); Hadiwiyoto (1993), senyawa fenol berperan dalam memberikan aroma, rasa, dan warna karena asap yang terabsorbsi pada permukaan produk.

Total Mikroba

Jumlah mikroba terutama bakteri pembusuk dalam bahan pangan mempengaruhi kecepatan kerusakan suatu bahan pangan. Jumlah total mikroba pada ayam bakar taliwang dengan perlakuan konsentrasi asap cair 0% dengan lama perendaman 0 menit, 15 menit dan 30 menit berturut-turut <1,0 x 101 CFU/gram, <1,0 x 101 CFU/gram,, <1,7 x 101 CFU/gram; sedangkan jumlah total mikroba sampel dengan lama perendaman 0 menit, 15 menit dan 30 menit dengan konsentrasi asap cair 1% adalah <1,0 x 101 CFU/gram, <1,3 x 101 CFU/gram, <1,0 x 101 CFU/gram. Dengan perlakuan lama perendaman 0 menit, 15 menit dan 30 menit pada konsentrasi asap cair 2% yaitu <1,0 x 101 CFU/gram, <1,0 x 101 CFU/gram; <1,0 x 101 CFU/gram, sedangkan untuk perlakuan lama perendaman 0 menit, 15 menit dan 30 menit menggunakan konsentrasi asap cair 3% memperoleh perhitungan total mikroba berturut-turut <1,0 x 101 CFU/gram,

<1,0 x 101 CFU/gram. Rendahnya pertumbuhan mikroba menunjukkan bahwa ayam bakar taliwang yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Menurut Darmadji (1996), penambahan asap cair pada bumbu yang mempunyai senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam yang dapat berperan sebagai anti mikroba.

Total jamur yang terdapat pada ayam bakar taliwang sangat rendah <1,0 x 101 CFU/gram, bahkan tidak terdeteksi. Perlakuan perbedaan konsetrasi asap cair yang diberikan dengan lama perendaman yang berbeda-beda tidak mempengaruhi total jamur pada ayam bakar taliwang. Proses pengovenan dengan panas yang cukup diduga mampu mematikan pertumbuhan jamur.

Hasil pengamatan untuk total koliform menunjukkan bahwa total koliform yang terdapat pada produk ayam bakar taliwang sangat rendah <1,0 x 101 CFU/gram (tidak terdapat pertumbuhan koliform pada media uji VRBA). Koliform merupakan bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, maupun produk yang lain. Tidak ditemukannya bakteri koliform pada ayam bakar taliwang dapat disebabkan karena selama proses pengolahannya dilakukan secara aseptis, higienis dan dalam kondisi sanitasi yang baik.

KESIMPULAN

Konsentrasi asap cair 2% dengan lama perendaman 30 menit merupakan perlakuan terbaik dimana menghasilkan kadar air 67,92%, kadar abu 2,74%, dengan kriteria agak disukai, tekstur agak empuk, rasa ayam bakar agak kuat, dan beraroma asap. Total mikroba, jamur dan koliform hampir tidak terdeteksi <1,0 x 101 CFU/gram, yang menandakan pengolahan yang higienis dan aman untuk dikonsumsi

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini, terutama Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Lembaga Penelitian Universitas Mataram yang telah memberikan dana penelitian melalui Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Negeri 2013.

(7)

35

DAFTAR PUSTAKA

Darmadji, P., 1996. Antibakteri Asap Cair Dari Limbah Pertanian. Agritech 16(4):19-22.

deMan, J.M., 1997. Kimia Pangan. Penerbit ITB. Bandung.

Girard, J. P. 1992. Smoking in Technology of Meat and Meat Products. J.P. Girard (ed).Ellis Horwood. New York.

Hadiwiyoto, S., 1993. Teknologi Pangolahan Hasil Peikanan. Liberty. Yogyakarta. Hanafiah, 2001. Rancangan Percobaan Teori

dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Permata. Jakarta.

Handayani, B.R., Kertanegara, C.C.E. Margana, dan A. Hidayati, 2012. Laporan Akhir Penelitian Prioritas

Nasional MP3EI: Diversifikasi Dendeng Sapi “Jerky” tradisional Siao saji Menggunakan Asap Cair sebagai Pengawet Alami untuk Meningkatkan Keamanan Pangan dan Perekonomian Masyarakat NTB.

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S., 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi. U.I.Press. Jakarta. Pszczola, D.E., 1995. Tour Highlights

Production and Users of Smoke Based Flavours. Food Technology (1): 70-74. Widyastuti, S., S. Saloko, Murad, dan

Rosmilawati, 2012. Optimasi Proses Pembuatan Asap Cair dari Tempurung Kelapa sebagai Pengawet Makanan dan Prospek Ekonomisnya. Agroteksos 22 (1): 48-58.

Gambar

Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asap Cair dan Lama Perendaman Terhadap Kadar Abu  Ayam Bakar Taliwang
Gambar  2  menunjukkan  kisaran  kadar  abu  yang  dihasilkan  adalah  2,31%-3,97%.  Semakin  tinggi  konsentrasi  asap  cair  yang  diberikan,  kadar  abu  yang  dihasilkan  agak  bervariasi
Gambar  4  menunjukkan  bahwa  semakin  tinggi  konsentrasi  asap  cair  yang  diberikan

Referensi

Dokumen terkait

s Sampai batas kadar air 30 persen semakin tinggi kadar air bahan bakar maka asap yang dihasilkan akan semakin tebal, dan ha1 ini dapat terlihat jelas pada saat nyala

Secara umum dapat disimpulkan bahwa selai cakar ayam dan kulit pisang yang dihasilkan baik dari warna, aroma, rasa dan sifat olesan panelis mengemukakan penilaian tidak

produk yang direndam pada asap cair dan kandungan fenol merupakan pembentuk. utama aroma pada daging

Penyimpanan hari ke 0 memiliki kadar asam lemak bebas yang rendah disebabkan karena pada penyimpanan hari ke 0 belum dilakukan pengemasan terhadap ayam bakar

Walaupun mutu dan volume asap yang dihasilkan tergantung pada jenis kayu yang digunakan dalam proses pengasapan (Sulistijowati et al. , 2011), namun pada umumnya rasa pada ikan

Disimpulkan perendaman daging ayam dengan konsentrasi asap cair dan lama simpan asap cair berpengaruh terhadap jumlah total bakteri dan pH daging ayam, Asap cair dapat

Tidak berpengaruhnya perlakuan yang diberikan terhadap karkas yang dihasilkan diduga karena senyawa benzopiren yang terkandung dalam asap cair belum

Secara umum dapat disimpulkan bahwa selai cakar ayam dan kulit pisang yang dihasilkan baik dari warna, aroma, rasa dan sifat olesan panelis mengemukakan penilaian tidak