• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ASAP CAIR SERBUK KAYU LIMBAH INDUSTRI TERHADAP MUTU BOKAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ASAP CAIR SERBUK KAYU LIMBAH INDUSTRI TERHADAP MUTU BOKAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ASAP CAIR SERBUK KAYU LIMBAH INDUSTRI

TERHADAP MUTU BOKAR

(THE EFFECT FROM LIQUID SMOKE OF INDUSTRIAL WASTE WOOD

ON BOKAR QUALITY)

Eli Yulita

Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Jl. Kapt. A.Rivai No. 92/1975 Palembang 30135 pradana_1303@yahoo.com

ABSTRAK

Asap cair limbah serbuk kayu industri hasil pirolisis mempunyai potensi sebagai bahan pembeku lateks karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asap cair serbuk kayu karet (Hevea brasiliensis M) dan kayu gelam (Melaleuca leucadendron L) terhadap mutu bokar. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu asap cair serbuk kayu karet (K0%, K5%, K10% dan K15%) dan kayu gelam (G0%, G5%, G10% dan G15%). Parameter yang diamati adalah kadar karet kering (%), ketebalan sit angin (mm), diameter zona hambat (mm) dan angka lempeng total (CFU/ml). Hasil penelitian menunjukkan penambahan asap cair pada perlakuan konsentrasi asap cair kayu karet 10% (K10G0) dapat meningkatkan mutu bokar yang dihasilkan, hal ini ditunjukkan dengan kadar karet kering tertinggi 99,79% dan ketebalan terendah yaitu 2,03 mm. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan penambahan asap cair dapat menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan terbentuknya diameter zona hambat 20,00 mm pada perlakuan konsentrasi asap cair kayu karet 10% dan kayu gelam 15% (K10G15) dan angka lempeng total 2,92 log CFU/ml pada perlakuan asap cair kayu karet 10% (K10G0).

Kata Kunci : kayu karet, kayu gelam, bokar

ABSTRACT

Liquid smoke from sawdust pyrolysis products of industrial waste has a potential as a material of coagulant rubber lateks. This study aims to determine the effect of liquid smoke sawdust rubber wood (Hevea brasiliensis M) and gelam wood (Melaleuca leucadendron L) against to quality bokar. This study used a complete randomized factorial design with two factors : liquid smoke rubber wood (K0%, K5%, K10% and K15%) and gelam wood (G0%, G5%, G10% and G15%). The parameters observed were dry rubber content (%), thickness of rubber sheet (mm), diameter of inhibition zones (mm) and total plate count (CFU/ml). This study results showed the addition of liquid smoke on the concentration of liquid smoke treatment of rubber wood 10% (K10G0) can increase dry rubber content and can produce a thin bokar as indicated by the value of dry rubber content 99.79% highest and lowest thickness values of 2,03 mm. In addition the research also shows the addition of liquid smoke to inhibit bacterial growth with the formation of the inhibitory zone diameter of 20,00 mm on the concentration of liquid smoke treatment of rubber wood 10% and gelam wood 10% 15% (K10G15) and total plate count 2,92 CFU / ml of the liquid smoke treatment of rubber wood 10% (K10G0).

Keywords : rubber wood, gelam wood, bokar

karet yang kredibel. Pemakaian bahan

PENDAHULUAN

penggumpal dapat mempengaruhi mutu bokar, untuk menghasilkan mutu bokar Bokar (bahan olah karet) merupakan

yang baik dapat menggunakan bahan lateks kebun dan gumpalan lateks kebun

penggumpal asap cair. Asap cair yang yang diperoleh dari pohon karet (Hevea

ditambahkan dalam proses penggumpalan brasiliensis M) (Badan Standardisasi

dapat meningkatkan mutu dari bokar yang Nasional : 2002), pada umumnya bokar

dihasilkan, selain itu asap cair dapat dihasilkan dari penggumpalan lateks karet

menghambat perkembangbiakan bakteri di ( H e v e a b r a s i l i e n s i s M ) d e n g a n

dalam bokar sehingga nilai plastisitas awal menggunakan asam formiat, asam asetat

(Po) dan plastisitas setelah dipanaskan dan asam-asam organik lainnya. Menurut

o

selama 30 menit pada suhu 140 C atau Peraturan Menteri Perdagangan nomor 53

plasticity retention indeks (PRI) menjadi tahun 2009, disebutkan bahwa bahan

tinggi (Solichin, 2006). penggumpal yang digunakan adalah asam

formiat atau bahan penggumpal lain yang Untuk meningkatkan mutu bokar yang direkomendasikan oleh lembaga penelitian dihasilkan dapat menggunakan asap cair

(2)

dari serbuk kayu, karena di dalam asap cair serbuk kayu gelam dan karet karet, asam serbuk kayu terdapat berbagai jenis formiat 5%, media nutrein agar, media senyawa-senyawa kimia yang berfungsi nutrient broth, media plate count agar, sebagai antioksidan yang dapat melindungi media buffered pepton water, media Triple partikel-partikel karet dari bakteri perusak Sugar Iron Agar (TSIA), bakteri uji yang

antioksidan. diisolasi dari bahan olah karet dari PT.

Hoktong Palembang. Alat-alat yang Limbah yang berasal dari pengolahan

digunakan yaitu seperangkat alat pirolisis, kayu karet (Hevea brasiliensis M) dan kayu

neraca analitik, labu ukur 100 mL, gelam (Melaleuca leucadendron L) belum

Erlenmeyer 250 mL, seperangkat alat pH dimanfaatkan secara maksimal dan sering

meter, gilingan krep (creper). oven, nampan menimbulkan pencemaran lingkungan.

plastik ukuran (cm) 30 x 25 x 7, gelas ukur. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh asap cair serbuk kayu karet dan

Metode Penelitian

kayu gelam terhadap mutu bokar, karena di

dalam asap cair ini banyak mengandung Kegiatan penelitian dilaksanakan

senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai dengan penelitian skala laboratorium untuk

antioksidan dan antibakteri. memanfaatkan asap cair hasil pirolisis

serbuk kayu limbah industri sebagai koagulan lateks, sehingga setelah

METODE PENELITIAN

mengalami proses penggilingan dihasilkan bokar jenis sit angin. Selanjutnya dilakukan Alur penelitian “Pengaruh Asap Cair

pengujian terhadap mutu sit angin yang Serbuk Kayu Limbah Industri terhadap

dihasilkan meliputi parameter kadar karet Mutu Bokar“ dapat dilihat pada Gambar 1.

kering, ketebalan sit serta total plate count dan dilakukan pengujian terhadap

Bahan dan Alat

kemampuan asap cair yang dihasilkan Bahan-bahan yang digunakan dalam

dalam menghambat pertumbuhan bakteri penelitian ini yaitu lateks kebun yang

uji dengan terbentuknya zona hambat. berasal dari petani daerah Sekayu Musi

Banyuasin, serbuk kayu gelam yang diambil Rancangan yang digunakan dalam

dari industri penggergajian kayu Musi II penelitian ini adalah rancangan acak Palembang dan serbuk kayu karet yang lengkap yang disusun secara faktorial yang diambil dari PT. Sumatera Prima Fibreboard terdiri dari dua faktor. Masing-masing Km. 19 Ogan Ilir, asap cair hasil pirolisis

perlakukan dilakukan dengan 3 ulangan.

Sit angin Serbuk Kayu Karet Serbuk Kayu Gelam 500 ml Asap cair + 5 ml Asam Formiat 5%

Asap cair perl akuan+ Lateks

Pengujian mutu sit 1. Kadar karet kering (%) 2. Ketebalan (mm)

3. Angka lempeng total (CFU/ml) 4. Zona Hambat (mm)

Pirolisis

Pengenceran sesuai perlakuan

Proses koagulasi

(3)

Faktor pertama adalah konsentrasi asap lateks 20 mesh. Pencampuran asap cair ke cair dari serbuk kayu karet (K) yaitu : dalam lateks disertai pengadukan secara K0 = a s a p c a i r k a y u k a r e t , merata, kemudian lateks dibiarkan

konsentrasi 0 % menggumpal selama 2-6 jam sampai

K5 = a s a p c a i r k a y u k a r e t , terbentuk gumpalan dan siap untuk digiling.

konsentrasi 5% Gumpalan yang diperoleh dikeluarkan dari

K10 = a s a p c a i r k a y u k a r e t , nampan, kemudian dipipihkan dengan

konsentrasi 10 % menekan gumpalan menggunakan tangan

K15 = a s a p c a i r k a y u k a r e t , atau alat lain di atas alas yang benar-benar

konsentrasi 15 % bersih. Selanjutnya lembaran koagulum

digiling tipis menggunakan gilingan tangan Faktor kedua adalah konsentrasi asap cair polos sebanyak 4 kali, setiap kali menggiling dari serbuk kayu gelam (G) yaitu : j a r a k g i g i p e n g a t u r d i s e t e l a g a r

G0 = asap cair kayu gelam, menghasilkan lembaran karet setebal ± 5

konsentrasi 0 % mm. Setelah itu lembaran karet digiling

G5 = asap cair kayu gelam, menggunakan gilingan beralur (kembang) 1

konsentrasi 5% kali sehingga tebal sit mencapai ± 2 mm.

G10 = asap cair kayu gelam,

konsentrasi 10 % 3. Penentuan Kadar Karet Kering Sit

G15 = asap cair kayu gelam, Angin (Badan Standardisasi Nasional :

konsentrasi 15 % 2002)

Ditimbang sebanyak 0,5 kg contoh

Prosedur Kerja Tahapan Penelitian (Wt), selanjutnya dilakukan identifikasi

terhadap contoh meliputi berat, ciri dan

1. Prosedur Pirolisis Serbuk Kayu p e n a m p a k a n k e m u d i a n d i l a k u k a n

(Zaman, 2007) penggilingan contoh, berulang-ulang

Serbuk kayu karet dan serbuk kayu sampai sit merata, bersih dan tipis dengan gelam yang berumur antara 10 sampai ketebalan ± 2 mm. Selama penggilingan dengan 40 tahun dibersihkan, kemudian dihindarkan kehilangan butiran/remahan d i t i m b a n g s e b a n y a k 6 0 0 g r a m . karet dalam air cucian, jika terdapat butiran B a h a n – b a h a n t e r s e b u t k e m u d i a n yang terjatuh harus dikembalikan lagi ke dimasukkan ke dalam alat pirolisa yang dalam gilingan. Selanjutnya setelah digiling,

telah dihubungkan dengan kondensor, lembaran basah diseka dengan kain kering

selanjutnya alat pirolysis dijalankan dengan atau ditiriskan. Hasil penimbangan dicatat 0

mengatur temperatur menjadi 400 C dan sebagai (W).

asap hasil pirolysis ditampung dalam labu Selanjutnya dilakukan perhitungan

Erlenmeyer dalam bentuk cair. untuk mengetahui kadar karet kering sit

angin, dengan rumus :

2. Prosedur Pembuatan Sit Angin (Badan Standardisasi Nasional, 2002)

Disiapkan 500 ml asap cair hasil

pirolisis kemudian ditambahkan asam Keterangan :

formiat 5% sebanyak 5 ml, selanjutnya K : Kadar karet kering contoh

campuran asap cair dan asam formiat

W : Berat awal sit angin contoh tersebut diencerkan sesuai konsentrasi

Wt : Berat akhir sit angin contoh perlakuan. Kemudian diteruskan dengan

pembuatan sit angin dengan cara 1. Penentuan Ketebalan Sit Angin yang

ditambahkan 100 ml campuran asap cair Dihasilkan (Badan Standardisasi

dan asam formiat sesuai perlakuan ke Nasional : 2002)

dalam 1000 ml lateks kebun yang belum

C o n t o h s i t a n g i n y a n g s u d a h mengalami pra koagulasi (membubur).

disiapkan diukur jarak tegak lurus antara 2 Lateks kebun yang telah ditambahkan asap

permukaan berhadapan, pengukuran cair kemudian disaring dengan saringan

x 100% ...(1) K = W

(4)

dilakukan pada tiga tempat yang berbeda. pengujian, dengan parameter yaitu :

Hasil pengukuran dinyatakan dalam a. Kadar karet kering (%)

millimeter (mm) sebagai rata-rata dari tiga b. Ketebalan (mm)

pengukuran. c. Zona hambat (mm)

d. Angka lempeng total (CFU/ml)

1. Penentuan Zona Hambat (Wijaya,

2003)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan zona hambat dilakukan

A. Pirolisis Serbuk Kayu

dengan memakai nutrien agar soft 15 ml

Asap cair merupakan dispersi asap selanjutnya ke dalam media tersebut

hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang diinokulasikan 100 µL suspensi isolat murni

mengandung senyawa-senyawa bioaktif bakteri indikator, dan diteteskan 10 µL asap

yang dapat berfungsi sebagai antimikroba, cair sesuai perlakuan ke dalam cawan Petri

antioksidan pemberi warna coklat dan steril yang telah mengandung media nutrien

memiliki bau khas seperti bau asap agar hard (konsentrasi agar 1,5%)

Berbagai jenis kayu dapat digunakan diinkubasi pada suhu 37 C selama 16 jam.

sebagai bahan dasar pembuatan asap cair. Zona hambat dinyatakan sebagai zona

Untuk menghasilkan asap cair jernih yang tidak ditumbuhi oleh mikroba

dengan kualitas yang baik, harus indikator. Diameter zona hambat yang

menggunakan kayu keras seperti kayu t e r b e n t u k d i u k u r d e n g a n j a n g k a

bakau, kayu rasamala, serbuk dan sorong.

gergajian kayu jati serta tempurung kelapa

2. Total Plate Count (TPC) dengan sehingga diperoleh produk asapan yang M e t o d e A g a r T u a n g ( B a d a n mempunyai kualitas tinggi. Asap cair

Standardisasi Nasional, 1992) diperoleh dari pengembunan asap hasil

Sebanyak masing-masing 10 g bokar penguraian senyawa-senyawa organik

sesuai perlakuan dimasukkan secara yang terdapat dalam kayu sewaktu proses

aseptik ke dalam 90 ml Buffered Pepton pirolisis.

Water steril kemudian dihomogenkan. Pirolisis merupakan suatu proses

-Selanjutnya dilakukan pengenceran dari 10 pembakaran tanpa menggunakan oksigen

1 -6

sampai dengan 10 . Disiapkan cawan Petri yang berasal dari luar sehingga terjadi steril dengan medium Plate Count Agar, penguraian bahan-bahan penyusun kayu,

kemudian dari masing-masing pengenceran dengan adanya kondensor asap yang

diambil 0,1 ml suspensi dan diinokulasikan dihasilkan akan mengalami proses

ke dalam medium Plate Count Agar dan pengembunan. Menurut Widjaya (1982),

dihomogenkan. Inkubasi dilakukan selama pirolisis adalah penguraian yang tidak 24 jam pada suhu 37C. Selanjutnya jumlah teratur dari bahan-bahan organik yang

koloni yang tumbuh dikalikan dengan faktor disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa

pengenceran. berhubungan dengan udara luar. Hal

tersebut mengandung pengertian bahwa D a t a y a n g d i p e r o l e h d i o l a h

a p a b i l a t e m p u r u n g d a n c a n g k a n g menggunakan Analysis of Variance

dipanaskan tanpa berhubungan dengan (ANOVA) dilanjutkan dengan uji BNJ

udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, pada taraf 5% bila analisis keragaman

maka akan terjadi reaksi penguraian dari menunjukkan F-Hitung berpengaruh nyata

s e n y a w a - s e n y a w a k o m p l e k s y a n g atau sangat nyata dengan memakai

menyusun kayu keras dan menghasilkan program statistica 7.

zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan

Parameter yang diamati dan gas.

Terhadap asap cair yang dihasilkan Menurut Zaman (2007) senyawa yang

diuji kemampuannya dalam menghambat berhasil dideteksi di dalam asap cair

pertumbuhan bakteri uji dengan parameter dapat dikelompokkan menjadi beberapa

zona hambat (mm) sedangkan terhadap sit golongan yaitu fenol, karbonil, asam,

angin yang dihasilkan dilakukan beberapa

(5)

alkohol dan ester, lakton, hidrokarbon cair kayu gelam 0% (K10G0) dengan nilai

alifatik, eter dan aldehid. 99,79%, sedangkan kadar karet kering

tanpa perlakuan penambahan asap cair Asap cair hasil pirolisis serbuk kayu (K0G0) yaitu 93,89%. Hal ini menunjukan merupakan cairan bening berwarna kuning bahwa asap cair yang ditambahkan dapat k e c o k l a t a n s a m p a i d e n g a n h i t a m . meningkatkat kadar karet kering sit angin

Terbentuknya warna hitam disebabkan yang dihasilkan dengan Grafik hasil

k a r e n a a d a n y a s e n y a w a - s e n y a w a pengujian kadar karet kering yang

golongan karbonil dan senyawa fenol. dihasilkan semua perlakuan terdapat pada

Kadar fenol dari asap cair serbuk kayu Gambar 2.

gelam dan serbuk kayu karet berturut-turut Pembekuan merupakan suatu

yaitu 0,3514 mg/L dan 0,1280 mg/L. bagian yang sangat penting dari proses Karakteristik asap cair serbuk kayu karet pengolahan sit, karena berlangsungnya

dan kayu gelam terdapat pada Tabel 1. proses ini mempengaruhi baik buruknya

proses penggilingan maupun proses

B. Kadar Karet Kering (%)

pengeringan, sehingga mempengaruhi M e n u r u t S t a n d a r N a s i o n a l

hasil atau mutu sit yang dihasilkan. Indonesia Nomor 06-2047-2002, kadar

T u j u a n p e m b e k u a n a d a l a h karet kering adalah jumlah karet yang

dikandung dalam bahan olah karet yang membentuk koagulasi yang mudah digiling dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi menjadi lembaran sit. Asap cair yang

kadar karet kering dari sit angin yang ditambahkan dapat membantu proses

dihasilkan maka semakin baik mutu sit angin pembekuan yang berfungsi sebagai agent tersebut.

untuk mempersatukan butir-butir karet yang Hasil pengujian kadar karet kering

terdapat dalam cairan lateks, agar menjadi yang terbaik terdapat pada kombinasi

satu gumpalan atau koagulum. Untuk antara asap cair kayu karet 10% dan asap

Tabel 1. Karakteristik Asap Cair Hasil Pirolisis Serbuk Kayu Karet dan Kayu Gelam

Karakteristik Karet (K) Jenis KayuGelam (G) Warna pH Fenol Coklat kehitaman 3,389 0,1280 mg/L Kuning kecoklatan 3,817 0,3514 mg/L 93.89 97.70 98.40 98.02 98.51 99.44 99.57 99.25 99.79 99.78 99.11 99.40 99.60 99.73 98.61 98.01 90 92 94 96 98 100 102 K0G 0 K0G 5 K0G 10 K0G 15 K5G 0 K5G 5 K5G 10 K5G 15 K10 G0 K10 G5 K10 G10 K10 G15 K15 G0 K15 G5 K15 G10 K15 G15 Kombinasi perlakuan K K K (% )

(6)

3.17 2.09 2.14 2.08 2.15 2.09 2.09 2.07 2.03 2.11 2.04 2.23 2.08 2.04 2.08 2.07 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 K0G0 K0G5 K0G1 0 K0G1 5 K5G0 K5G5 K5G1 0 K5G1 5 K10G 0 K10G 5 K10G 10 K10G 15 K15G 0 K15G 5 K15G 10 K15G 15 Kombinasi perlakuan K et eb al an (m m )

Gambar 3. Grafik hasil pengujian terhadap ketebalan pada semua perlakuan.

membuat koagulum ini, lateks perlu perlakuan K0G0 atau tanpa pemberian

ditambahkan koagulan yang bersifat asam asap cair seperti terlihat pada Gambar 3.

sehingga dapat terjadi proses koagulasi Konsentrasi asap cair kayu karet dan

adalah karena adanya penurunan pH. asap cair kayu gelam serta interaksi kayu Lateks segar yang diperoleh dari hasil gelam dan asap cair kayu karet memberikan sadapan mempunyai pH 6,5. Agar dapat pengaruh yang nyata terhadap ketebalan terjadi penggumpalan atau koagulasi, pH karet. Hal ini disebabkan asap cair mampu yang mendekati netral tersebut harus membentuk tekstur sit angin menjadi lunak diturunkan sampai 4,7. Pada tingkat dan mempunyai pori-pori yang halus tidak keasaman ini tercapai titik isoelektris atau terdapat rongga-rongga udara serta

keseimbangan muatan listrik pada memudahkan proses pembentukkan pada

permukaan partikel-partikel karet, sehingga saat penggilingan, sehingga nilai ketebalan partikel-partikel atau butir-butir karet sit angin dapat mencapai nilai 2,03 mm dan

tersebut dapat menggumpal menjadi satu melampaui nilai Standar Nasional

s e h i n g g a b u t i r - b u t i r k a r e t d a p a t Indonesia mutu I yaitu 3 mm.

menggumpal sempurna sedangkan air yang Penggilingan pada karet bertujuan

terdapat di dalam koagulum terbawa keluar menggiling lembaran-lembaran koagulum

bersama serum. menjadi lembaran-lembaran sit yang

mempunyai ukuran panjang, lebar dan

C. Ketebalan (mm) tebalnya tertentu, mengeluarkan serum yang terdapat di dalam koagulum, Menurut Standar Nasional Indonesia

m e m b u a n g b u s a y a n g t e r t i n g g a l , Nomor 06-2047-2002, ketebalan bahan

memberikan gambaran (print, batikan, olah karet adalah jarak terjauh antara

kembang) pada permukaan lembaran sit permukaan satu dengan permukaan yang

angin. Selain itu dengan penambahan asap lain secara vertikal yang dinyatakan dalam

cair dapat mencegah terbentuknya rongga-satuan milimeter. Semakin kecil nilai

rongga udara yang berukuran besar di ketebalan sit angin yang dihasilkan maka

dalam sit angin sehingga menyebabkan mutu dari sit angin tersebut semakin baik.

terbentuknya sit angin yang mempunyai K o m b i n a s i p e r l a k u a n y a n g

tekstur lembut dengan pori-pori yang halus. menghasilkan nilai ketebalan terkecil 2,03

Tidak terbentuknya rongga-rongga udara ini (mm) yaitu pada kombinasi perlakuan

disebabkan karena air dan serum yang antara asap cair kayu karet 10% dan kayu

terdapat di dalam lateks dapat didorong gelam 0% (K10G0) sedangkan yang

keluar dari koagulum (Solichin dan Anwar : terbesar 3,17 (mm) adalah kombinasi

(7)

D. Diameter Zona Hambat (mm) bakteri uji B1 terdapat pada perlakuan konsentrasi asap cair kayu karet 10% dan Uji antibakteri (zona hambat) dilakukan

asap cair kayu gelam 15% (K10G15) yaitu terhadap isolat bakteri uji yang didapat dari

20,00 mm. Sedangkan hasil pengujian zona hasil isolasi yang berasal dari bahan olah

hambat tertinggi terhadap bakteri uji B2 karet (slab).

terdapat pada perlakuan konsentrasi asap Diameter zona hambat adalah daerah

cair kayu karet 15% dan asap cair kayu kepekaan bakteri terhadap suatu zat kimia

gelam 10% (K15G10) yaitu 17,37 mm.

yang ditunjukkan dengan adanya daerah

Menurut Zaman (2007), kuantitas fenol jernih di sekeliling asap cair yang

pada asap cair dari kayu sangat bervariasi ditambahkan. Semakin besar diameter yang

yaitu antara 10-200 mg/kg. Beberapa jenis terbentuk maka semakin besar pengaruh

fenol yang biasanya terdapat dalam produk asap cair yang diberikan. Grafik hasil

asapan adalah guaiakol, dan siringol. pengujian zona hambat asap cair terhadap

Dengan adanya senyawa-senyawa fenol isolat bakteri pada semua perlakuan

tersebut dapat menghambat pertumbuhan terdapat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

bakteri sehingga dapat membentuk Pada Gambar 4 terlihat bahwa hasil

diameter zona hambat seperti yang pengujian zona hambat tertinggi terhadap

terdapat pada Gambar 6.

0 8.63 10.511.7910.97 10.87 12.50 13.90 13.93 11.43 19.10 20.00 17.13 12.5014.80 14.00 0 5 10 15 20 25 K0G0 K0G5 K0G10 K0G15 K5G0 K5G5 K5G10 K5G15K10G0 K10G5 K10G 10 K10G 15 K15G 0 K15G 5 K15G 10 K15G 15 Kombinasi perlakuan D ia m et er zo na ha m ba t( m m )

Gambar 4. Grafik hasil pengujian zona hambat asap cair terhadap isolat bakteri B1

pada semua perlakuan

0.00 8.97 9.17 9.83 14.10 15.03 13.90 15.93 13.51 12. 03 14. 20 15. 47 15.03 12.50 17.37 15.13 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 K0G 0 K0G 5 K0G 10 K0G 15 K5G 0 K5G 5 K5G 10 K5G 15 K10G 0 K10G 5 K10G 10 K10G 15 K15 G0 K15G 5 K15G 10 K15G 15 Kombinasi perlakuan D ia m e te r z o n a h a m b a t (m m )

Gambar 5. Grafik hasil pengujian zona hambat asap cair terhadap isolat bakteri uji B2

(8)

K10G10 K10G15 10G10 K10G15

Gambar 6. Diameter zona hambat bakteri terhadap asap cair. A : Diameter zona hambat bakteri

B1 pada perlakuanK10G10 dan K10G15 B : Diameter zona hambat bakteri B2 pada, perlakuanK10G10 dan K10G15

Semakin besar konsentrasi asap cair yang Dinding sel bakteri terdiri dari beberapa ditambahkan maka semakin besar diamater lapisan. Pada bakteri Gram positif struktur zona hambat yang terbentuk. Hal ini dinding selnya relatif sederhana dan Gram disebabkan pada asap cair mengandung negatif relatif lebih komplek. Dinding sel senyawa-senyawa fenol, karbonil, aldehid bakteri Gram positif tersusun atas lapisan dan asam asetat di dalam asap cair yang peptidoglikan relatif tebal, dikelilingi lapisan berfungsi sebagai antibakteri sehingga teichoic acid dan pada beberapa spesies mempengaruhi pertumbuhan bakteri uji mempunyai lapisan polisakarida. Dinding yang ditunjukkan dengan terbentuknya sel bakteri Gram negatif mempunyai lapisan

zona bening. peptidoglikan relatif tipis, dikelilingi lapisan

lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid dan Mekanisme kerja senyawa-senyawa

beberapa protein. Peptidoglikan pada antibakteri di dalam asap cair misalnya

kedua jenis bakteri merupakan komponen fenol, senyawa aldehhid dan asam asetat

yang menentukan rigiditas pada Gram terhadap penghambatan pertumbuhan

positif dan berperanan pada integritas Gram k e d u a b a k t e r i u j i y a i t u d e n g a n

negatif. Oleh karena itu gangguan pada mendenaturasikan enzim dan merusak

sintesis komponen ini dapat menyebabkan membran sel dari bakteri uji, memecah

sel lisis dan dapat menyebabkan kematian ikatan hidrogen. Struktur dinding sel dapat

sel. dirusak dengan cara menghambat

pembentukkannya atau mengubahnya

setelah terbentuk (Pelczar dan Chan : E. Total Plate Count (CFU/ml)

1988). Sedangkan menurut Suwandi Total plate count adalah pertumbuhan

(1992), dinding sel bakteri menentukan bakteri mesofil aerob setelah contoh

bentuk karakteristik dan berfungsi diinkubasikan dalam pembenihan yang

o

melindungi bagian dalam sel terhadap sesuai selama 24-48 jam pada suhu 37 C.

perubahan tekanan osmotik dan kondisi Hasil pengujian terbaik terdapat pada lingkungan lainnya. Di dalam sel terdapat kombinasi perlakuan K10G0 yaitu 2,92 sitoplasma yang dilapisi dengan membran (CFU/ml). Grafik hasil pengujian total plate

sitoplasma yang merupakan tempat count pada hari ke-14 pada semua

(9)

Gambar 7. Grafik hasil pengujian asap cair terhadap Total Plate Count

pada semua perlakuan

Sifat bakteriostatik dari asap cair juga pada perlakuan (K10G15) dan

bukan hanya disebabkan karena adanya angka lempeng total 2,92 (CFU/ml) pada

senyawa formaldehid tetapi juga karena perlakuan asap cair kayu karet 10%

adanya kombinasi antara komponen (K10G0).

fungsional fenol dan asam-asam organik

yang bekerja secara sinergis mencegah dan

DAFTAR PUSTAKA

mengontrol pertumbuhan mikrobia. Dengan

B a d a n S t a n d a r d i s a s i adanya aktivitas senyawa formaldehid dan

Nasional.2002.Bahan Olah Karet No. senyawa fenol yang terdapat dalam asap

02-2047-2002. Jakarta. BSN cair dapat menurunkan jumlah total plate

Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara count bakteri.

Uji Cemaran Mikroba. No. 01-2897-1992. Jakarta. BSN

KESIMPULAN

D e p a r t e m e n P e r d a g a n g a n . 2 0 0 9 . Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan

Peraturan Menteri Perdagangan No. sebagai berikut :

5 3 / M - D a g / P e r / 1 0 / 2 0 0 9 t e n t a n g 1. Asap cair hasil pirolisis serbuk kayu

Pengawasan Mutu Bahan Olah dapat meningkatkan mutu dari bokar

Komoditi Ekspor Standard Indonesian yang dihasilkan dan dapat meningkatkan

Rubber yang Diperdagangkan. Jakarta. kadar karet kering serta menghasilkan sit

Departemen Perdagangan Republik yang tipis yang ditunjukkan dengan nilai

Indonesia berturut-turut yaitu 99,79% dan 2,03 mm

Fitrotin, U. Surahman, A dan Hastuti, A. pada perlakuan konsentrasi asap cair

2003. Pemanfaatan Limbah Gergaji kayu karet 10% dan kayu gelam 0%

Kayu sebagai Pendukung Bahan Bakar (K10G0).

Industri Keripik Singkong Skala Rumah 2. Penambahan asap cair di dalam bokar

Tangga. Balai Pengkajian Teknologi dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Pertanian. Nusa Tenggara Barat. yaitu dengan terbentuknya diameter

Hadioetomo. R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar zona hambat 20,00 mm pada perlakuan

dan Praktek (Teknik dan Prosedur konsentrasi asap cair kayu karet 10%

Dasar Laboratorium) Jakarta. PT. dan kayu gelam 15% (K10G15) untuk

Gramedia. bakteri uji B1 sedangkan zona hambat

(10)

Murtihapsari. 2008. Biodekomposisi Kayu Wijaya, A. 2003. Investigation into the

Keras. Bogor Influence of a Bacteriocin – Producing

Enterococcus Strain on the Intestinal Solichin, M dan A.Anwar. 2006. Deorub K

Microflora. Ph.D. Dissertation. Universitaet Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya

Karlsruhe, Karlsruhe, Germany Bau Busuk Karet. Sinar Tani. 11-17 Oktober

2006 Zaman. 2007. Penanggulangan dan

Pemanfaatan Limbah Serbuk Kayu Suwandi, U. 1992. Mekanisme Kerja

Gergajian melalui Proses Pirolisis. Karya Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran. No.7.

Ilmiah. Politeknik Negeri Sriwijaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan PT.

Gambar

Gambar 1. Pengaruh asap cair serbuk kayu limbah industri terhadap mutu bokar
Tabel 1. Karakteristik Asap Cair Hasil Pirolisis Serbuk Kayu Karet dan Kayu Gelam
Gambar 3. Grafik hasil pengujian terhadap ketebalan pada semua perlakuan.
Gambar 5. Grafik hasil pengujian zona hambat asap cair terhadap isolat bakteri uji B2 pada semua perlakuan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cahaya Haramain Tour Umroh dan Haji Khusus merancang kegiatan strategi pemasaran islami dengan menggunakan bauran pemasaran ( marketing mix ) tidak hanya itu untuk

Hal ini menunjukkan bahwa konsumen Restoran Karnivor Steak telah melakukan keempat dimensi word of mouth dengan baik, konsumen membagi pengalamannya tentang Restoran

(3) Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dalam suatu tahun pajak dihitung

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang

Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Anemia, Kehamilan Ganda, dan Letak Sungsang baik secara simultan maupun parsial dengan Kejadian

Penelitian ini bertujuan tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh bimbingan rohani Islam terhadap penurunan tingkat kecemasan ibu-ibu hamil anak pertama di Rumah

Indeks seismisitas merupakan harga yang menggambarkan jumlah total even gempa bumi yang terjadi dalam waktu satu tahun dengan magnitudo lebih besar dari magnitudo