• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Lubuklinggau tentang Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA NOMOR 18 TAHUN 2006

10

RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

TENTANG

WALIKOTA LUBUKLINGGAU,

Menimbang : a. bahwa dengan telah berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Lubuklinggau, maka Pemerintah Kota Lubuklinggau berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna menyelenggarakan Pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dalam Kota Lubuklinggau;

b. bahwa untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab di perlukan pembiayaan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah khususnya yang bersumber dari Retribusi Daerah dalam bentuk Retribusi

c. bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, maka di pandang perlu untuk menetapkan Peraturan Daerah Kota

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41 tambahan lembaran Negara Nomor 3685 ) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lebaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048 ); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lubuklinggau ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4114 );

4. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389 );

5. Undang………..

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

(2)

5. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang – Undang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

6. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 );

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258 );

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 );

10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02 / KPTS / 1985 tentang Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung;

11. Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan Daerah;

12. Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Ketentraman, Ketertiban dan Polisi Pamong Praja ( Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau Tahun 2003 Nomor 22 Seri D ).

Dengan persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU dan

WALIKOTA LUBUKLINGGAU MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN.

(3)

Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah

Retribusi pemilikan alat pemadam kebakaran yang selanjutnya di pergunakan untuk upaya Pemadam Kebakaran pada Lokasi tersebut. Alat Pemadam Kebakaran adalah Alat Pemadam Kebakaran yang

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Lubuklinggau.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Lubuklinggau yang selanjutnya disebut Pemerintah Kota.

3. Kepala Daerah adalah Walikota Lubuklinggau yang selanjutnya disebut Walikota.

4. Pejabat adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Lubuklinggau.

6. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Lubuklinggau.

7. Kantor adalah Kantor Ketentraman, Ketertiban dan Polisi Pamong Praja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembinaan bidang kebakaran Lubuklinggau.

8. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Ketentraman, Ketertiban dan Polisi Pamong Praja Kota Lubuklinggau yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan urusan kebakaran di Kota Lubuklinggau.

9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komenditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah yang nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

10.

11.

sebut Retribusi adalah biaya yang di pungut atas pelayanan pemeriksaan alat pemadam dan pencegahan kebakaran.

12.

retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atas fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

(4)

Kebakaran dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian Pemadam Kebakaran Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat

pencegah kebakaran.

13. Retribusi pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemeriksaan secara berkala kepada orang pribadi atau badan untuk penyediaan alat pemadam kebakaran atau

14. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

15. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dari Pemerintah Kota Lubuklinggau.

16. Surat Ketetapan Retribusi daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.

17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.

18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayaran, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang.

19. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

20. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib retribusi.

21. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan pengolah data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah.

22. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2

pemerikasaan alat-alat pemadam kebakaran.

(5)

Pasal 3

Objek Retribusi adalah pemakaian dan / atau pelayanan pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran yang diberikan oleh Pemerintah Kota.

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang atau badan yang mendapat pelayanan dari Pemerintah Kota di bidang Pelayanan Pemeriksaan alat-alat Pemadam dan Pencegahan Kebakaran.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi alat pemadam dan pencegahan kebakaran merupakan golongan retribusi jasa usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA RETRIBUSI Pasal 6

Cara mengukur tingkat Retribusi adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau.

BAB V

TATA CARA PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 7

(1) Penetapan retribusi berdasarkan SKRD.

(2) Dalam hal SKRD tidak dipenuhi oleh Wajib retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) , maka diterbitkan SKRD secara jabatan.

(3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 8

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan dan pengurangan jumlah retribusi yang terhutang maka dikeluarkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Tambahan (SKRDT).

(6)

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 9

(1) Dalam Penetapan Retribusi adalah jumlah pelayanan pemeriksaan alat-alat Pemadam Kebakaran.

(2) Besarnya tarif Retribusi sebagimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah sebagai berikut :

a. Pemakaian mobil pompa dan mobil tangki : 1. bantuan khusus penjagaan yang bersifat

komersial oleh swasta selama 24 ( dua puluh empat ) jam atau kurang, tiap

unit ………. Rp. 100.000,-

2. bantuan khusus penjagaan untuk swasta non komersial dan atau yang di selenggarakan oleh Instansi Pemerintah Daerah yang komersial selama 24 ( dua puluh empat ) jam atau kurang, tiap

unit……….. Rp 50.000,-

3. Bantuan pompa pada waktu berlangsungnya bantuan penjagaan sebagaimana tersebut pada huruf a angka

1 dan 2, tiap

jam……… Rp. 25.000,-

4. Bantuan khusus memompa kurang dari 1 (satu) jam dihitung 1 (satu) jam

……….. ……….. Rp. 50.000,-

5. Bantuan khusus memberikan air dengan

mobil tangki ……… Rp. 3.000,-/M3 6. Selain dari pungutan tersebut dari angka

1,2,3,4 dan 5 dikenakan pungutan uang tiap kilometer, kurang dari 1 kilometer

dihitung 1 kilometer dan seterusnya…… Rp 1.000,- b. Pemakaian mobil tangga dan motor tangga :

1. Mobil tangga resque, brekquit, snorkel :

a) bersifat komersial …………....…… Rp. 50.000,-/jam b) bersifat non komersial ………. Rp. 10.000,-/jam 2. Motor pompa tidak termasuk olie…….. Rp. 50.000,-/jam

(7)

c. Penelitian gambar rencana dan / atau pengujian terakhir pemasangan instansi Proteksi Kebakaran pada pelaksana pembangunan gedung dalam rangka penggunaan gedung :

1. Hidran Kebakaran

Minimal 2 (dua) titik……… Rp. 10.000,-/titik

2. Pemercik Rp. 5.000,-/M3

3. Alarm Kabakaran :

a) otomatis ……… Rp. 50,-/M3 b) manual Minimal 2 (dua) titik……… Rp. 5.000,-/titik

4. Fire Dampre :

a) dengan motor ……….. Rp. 10.000,-/buah b) sambungan lebur……….. Rp. 2.000,-/buah 5. Kipas angin bertekanan :

a) 0 s/d 7.000 cfm………. Rp. 15.000,-/buah b) 7.001 s/d 10.000 cfm……… Rp. 25.000,-/buah c) 10.001 cfm keatas………. Rp. 50.000,-/buah 6. Instalasi pemadam khusus Rp. 3.500,-/m3 7. Instalasi lainnya yang belum

Termasuk butir 1 s/d 6 :

a) berdasarkan luas lantai……….. Rp. 85,-/m3 b) berdasarkan jumlah peralatan yang

dipasang……….…………... Rp. 4.500,-/buah 8. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

a) Jenis air bertekanan :

1) 0 s/d 91………. Rp. 7.500,-/tabung 2) lebih dari 91……….. Rp. 12.500,-/tabung b) Jenis busa kimia :

1) 0 s/d 91……… Rp. 7.500,-/tabung 2) lebih dari 91………. Rp. 8.500,-/tabung c) Jenis busa mekanik :

1) 0 s/d 91……… Rp. 7.500,-/tabung 2) lebih dari 91………. Rp. 8.500,-/tabung

d) Jenis kimia kering seba guna ( dry chemical )

1) 0 s/d 6 kg……….. Rp. 8.500,-/tabung 2) lebih dari 6 kg………... Rp. 12.500,-/tabung e) Jenis hallon dan carbon Dioksida ( CO2 )

1) 0 s/d 6 kg……….. Rp. 8.500,-/tabung 2) lebih dari 6 kg………... Rp. 12.500,-/tabung

(8)

9. Pemeriksaan visual : a) 0 s/d 2.000 m2……….. Rp. 100,-/m2 b) 2.001 s/d 5.000 m2………... Rp. 75,-/m2 c) 5.001 s/d 10.000 m2………. Rp. 50.-/m2 d) 10.001 s/d 20.000 m2……… Rp. 40,-/m2 e) 20.001 s/d 40.000 m2……… Rp. 30,-/m2 f) lebih dari 40.000 m2………. Rp. 25,-/m2 g) bahan-bahan berbahaya :

1) bahan yang mudah menyala……… Rp. 2.500,- 2) bahan yang beracun……… Rp. 1.900,- 3) bahan-bahan perusak ( corrosive ).. Rp. 50,-/kg 4) bahan-bahan pada kondisi normal

mudah menyala……….. Rp. 25.000,- 5) bahan-bahan karena pengaruh

panas benda lain-lain mudah

terbakar……….. Rp. 7.500,- 6) bahan-bahan lain yang belum

termasuk dalam rangka

1) s/d 5) huruf g)……… Rp. 5.500,- d. Pemeriksanan berkala atas kelengkapan sarana proteksi kebakaran,

sarana penyelamatan jiwa dan bahan-bahan berbahaya: 1. Pemeriksaan / visual : a) 0 s/d 2.000 m2……… Rp. 250,-/m2 b) 2.001 S/D 5.000 m2……… Rp. 200,-/m2 c) 5.001 s/d 10.000 m2……….. Rp. 150,-/m2 d) 10.001 s/d 20.000 m2………. Rp. 100,-/m2 e) 20.001 s/d 40.000 m2 ……… Rp. 75,-/m2 f) lebih dari 40.000 m2……….. Rp. 60,-/m2 g) bahan – bahan berbahaya :

1) bahan yang mudah menyala……. Rp. 100,-/kg 2) bahan yang beracun………. Rp. 100,-/kg 3) bahan – bahan perusak ( carrasive ) Rp. 60,-/kg 4) bahan – bahan pada kondisi

normal sangat mudah terbakar

minimal 1 ton ………. Rp. 25.000,-/ton 5) bahan – bahan karena pengaruh

panas benda lain – lain mudah

terbakar………. Rp. 12.500,-/ton

e. Pembuatan Surat Izin Khusus dan Perpanjangan ( setalah 3 Tahun ) bagi Perusahaan atau Badan Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan atau mengedarkan untuk Penjualan segala jenis alat pencegah dan pemadam kebakaran dan bahan – bahan berbahaya dalam Daerah :

(9)

1. Produsen ………. Rp 160.000,- Perpanjangan ( setelah 3 tahun )………….. Rp. 100.000,- 2. Penyalur / Agen……… Rp. 125.000,- Perpanjangan ( setelah 3 tahun )………….. Rp. 75.000,- 3. Importir………. Rp. 300.000,- Perpanjangan……… Rp. 160.000,- 4. Pengecer ……….. Rp. 100.00,- Perpanjangan……… Rp. 65.000,-

5. Penyimpanan bahan – bahan berbahaya ( B3 ) tarifnya sama dengan huruf c angka 9 g).

f. Pengujian Alat Pemadam dan Pencegah Kebakaran : 1. Jenis air bertekanan ukuran

a) 0 s/d 5 liter……….. Rp. 2.500,- b) 6 s/d 10 liter ………. Rp. 3.000,- c) 11 s/d 15 liter……….. Rp. 3.750,- d) 16 s/d 20 liter……….. Rp. 4.000,- e) 21 s/d 30 liter……….. Rp. 5.500,- f) lebih dari 30 liter………. Rp. 6.500,- 2. Jenis busa dan busa mekanik ukuran

a) 0 s/d 5liter……… Rp 5.000,- b) 6 s/d 10 liter………. Rp. 6.500,- c) 11 s/d 15 liter………... Rp. 7.500,- d) 16 s/d 20 liter………. Rp 8.500,- e) 21 s/d 30 liter……… Rp 9.500,- f) lebih dari 30 liter………. Rp. 10.000,- 3. Jenis Carbon Dioksida ( CO2 )

a) 0 s/d 5liter……… Rp. 7.500,- b) 6 s/d 10 liter………. Rp. 8.750,- c) 11 s/d 15 liter……….. Rp. 9.750,- d) 16 s/d 20 liter………... Rp. 10.500,- e) 21 s/d 30 liter……….. Rp. 12.500,- f) lebih dari 30 liter……….. Rp. 15.000,- 4. Jenis Kimia Kering ukuran

a) 0 s/d 5liter……… Rp. 8.500,- b) 6 s/d 10 liter………. Rp. 9.000,- c) 11 s/d 15 liter………... Rp. 11.500,- d) 16 s/d 20 liter……….. Rp. 18.500,- e) 21 s/d 30 liter……….. Rp. 20.000,- f) lebih dari 30 liter………. Rp. 22.000,-

(10)

5. Jenis Hallon ukuran a) 0 s/d 5 liter……….. Rp. 10.500,- b) 6 s/d 10 liter……… Rp. 12.500,- c) 11 s/d 15 liter……….. Rp. 14.500,- d) 16 s/d 20 liter……….. Rp 16.500,- e) 21 s/d 30 liter……….. Rp. 18.500,- f) lebih dari 30 liter………. Rp. 20.000,- g. Pengajuan dan Pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran :

1. Mobil Kebakaran……….. Rp. 75.000,- 2. Slang Kebakaran……… Rp. 50.000,- 3. Motor Pompa Pertable……….. Rp. 40.000,- 4. Baju Tahan Panas……….. Rp. 25.000,- 5. Helmet Safety……… Rp. 15.000,- 6. Alat Pernapasan / Birthing Aparus………… Rp. 50.000,- h. Pengujian dan Pemeriksaan Alat Evakuasi :

1. Tali Lukneur ………. Rp. 5.000,- 2. Sliding Rool, Spiral……… Rp. 8.000,- 3. Tangga Darurat……….. Rp. 1.500,-

BAB VII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG Pasal 10

Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 ( satu ) Tahun. Pasal 11

Terhutangnya retribusi adalah pada saat diterbitnya SKRD atau dokumen yang dipersamakan.

BAB VIII

TATA CARA PENDATAAN DAN PENDAFTARAN Pasal 12

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPORD.

(2) SPDORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya, bersamaan dengan pengajuan permohonan.

(3) Bentuk isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPDORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Walikota.

(11)

BAB IX

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13

Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB X

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 14

(1) Pembayaran Retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (Lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan STRD.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XI

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15

(1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi di keluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib reribusi harus melunasi retribusinya yang terhutang.

(3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

BAB XII K E B E R A T A N

Pasal 16

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepala Walikota .

(12)

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam hal wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan Retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDBT, dan SKRDLB diterbitkan kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) pasal ini tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 17

(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya, atau sebagian, menolak, atau menambah besar retribusi yang terhutang. (3) Apabila jangka waktu Walikota sebagaimana pada ayat (1) pasal ini telah

lewat dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XIII

TATA CARA PERHITUNGAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 18

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan pengembalian kepada Walikota.

(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) pasal ini, harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu ) bulan.

(13)

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 19

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Walikota dengan sekurang-kurangnya menyebutkan. a. Nama dan alat wajib retribusi;

b. Masa retribusi;

c. Besarnya kelebihan pembayaran; dan / atau d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti penerimaan pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota.

Pasal 20

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud, dalam pasal 18 ayat (4) pembayaran di lakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XIV

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 21

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur.

(14)

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada Wajib Retribusi dalam rangka pengangkutan khusus korban bencana alam dan atau kerusuhan.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan reribusi ditetapkan oleh walikota.

BAB XV

KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 22

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhitungnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tidnak pidana dibidang retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertanggung apabila :

a. Diterbitkan Surat Tegoran; atau

b. Adanya Pengakuan hutang dari wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVI PENYIDIKAN

Pasal 23

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang keberadaan perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

(15)

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidik tindak pidana di bidang retribusi daerah;

g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan; dan / atau

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana untuk dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVII

KETENTUAN PIDANA Pasal 24

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terhutang.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka semua ketentuan yang mengatur tentang Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dalam daerah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(16)

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2007 NOMOR 10 Pasal 26

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota sepanjang mengenai pelaksanaannya.

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundang.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau. Ditetapkan di Lubuklinggau WALIKOTA LUBUKLINGGAU, H. RIDUAN EFFENDI Diundangkan di Lubuklinggau

SEKRETARIS DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU,

H. JOKO IMAM SENTOSA

pada tanggal 30 Agustus 2007

pada tanggal 30 Desember 2006

cap/ttd

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa anak PAUD Bakti Bunda Tabing Padang, (1) mampu menggunakan verba,

Disampaikan kepada seluruh jemaat bahwa dalam rangka Hari Pekabaran Injil dan Hari Perjamuan Kudus se-Dunia maka pada Hari Minggu 1 Oktober 2017 akan digunakan Tata Ibadah dari

Berkaitan dengan Produk pengiriman Pos Expess yang telah diamati oleh penulis, tidak sedikit pelanggan pengguna produk pengiriman barang bergaransi Pos Express

 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Kalimantan Barat pada Triwulan I tahun 2014 (q-to-q) mengalami penurunan dibandingkan dengan Triwulan IV

Tri juga mengapresiasi warga Pulau Sebira yang masih antusias memelihara pohon tua dengan usia ratusan tahun di depan rumah mereka, termasuk upaya menanam pohon mangrove di

Wijarnako dan Prasetiono (2012) dalam penelitiannya menguji perbedaan likuiditas saham yang diukur oleh trading volume activity (TVA), menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas IV dan V di SDN 1 Munggugebang Kabupaten Gresik dengan jumlah 45 siswa.Data dikumpulkan dengan

Hasil analisis menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, hal ini menunjukkan bahwa semakin