Materi dan Evaluasi
Materi:
-Pendahuluan & Konsep Dasar
-Transformator
-Mesin Sinkron
-Saluran Transmisi
-Penyelesaian Aliran Daya
(Metode Gauss Seidel, Newton Raphson)
Evaluasi
-Absensi
-Tugas
-Quiz 1 & 2
-UTS
-UAS
Referensi
-Analisa Sistem Tenaga, William D. Stevenson JR.
-Power System Analysis, John J. Grainger
BAB I - Konsep Dasar
1.1 Pendahuluan
Sebuah arus dan tegangan yang diekspresikan sebagai fungsi
waktu adalah:
)
30
cos(
4
.
141
+
o
=
t
v
ω
i
=
7
.
07
cos
ω
t
Untuk menyatakan besaran2 ini sebagai sebagai phasor, kita gunakan identitas euler.
Jika arus adalah phasor referensi:
A
j
I
=
5
ε
j
0
o
=
5
∠
0
o
=
5
+
0
1.2 Notasi Subscript Tunggal
A
L
t
L
Z
V
V
I
=
−
V
t
=
E
g
−
I
L
Z
g
Sebuah rangkaian ac dengan emf Egdan impedansi beban ZL.
1.4 Arah Aliran Daya
Hubungan antara P, Q dan tegangan bus V, atau tegangan yang
dibangkitkan terhadap tanda P dan Q adalah penting ketika aliran
daya dalam sistem ditinjau.
Pertanyaan yang ada adalah apakah daya dibangkitkan atau diserap
oleh mesin saat tegangan dan arus ditentukan ?
Contoh 1.1
Dua sumber tegangan ideal didisain sebagai mesin 1 dan mesin 2
yang terhubung, seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.
Jika E
1=100
∠
0° V, E
2=100
∠
30° V, dan Z
0=0+j5
Ω
, Tentukan:
a. Apakah setiap mesin membangkitkan atau menyerap daya nyata?
b. Apakah setiap mesin menerima atau mensuplai daya reaktif?
1.5 Tegangan dan Arus
Dalam Rangkaian 3 Phase Seimbang
Pada generator, emf Ea’0, Eb’0, Ec’0, adalah sama dalam besarandan terpisah 120° masing-masing. Jika besaran adalah 100 V dengan Ea’0 sebagai reference:
Gambar diagram phasor dibawah menunjukkan emf dengan urutan phase abc
Tegangan terminal generator terhadap netral
Rangkaian diagram generator hubungan Y dan beban seimbang hubungan Y
1.5
Gambar disamping adalah diagram Phasor arus
dalam sebuah beban tiga phase seimbang.
b. Penambahan Phasor-phasor membentuk
segitiga tertutup
a. Phasor digambar dari sebuah titik bersama
Karena Ea’0, Eb’0, Ec’0, adalah sama dalam besaran dan terpisah 120° dalam phase, dan impedansinya identik, maka arus juga akan menjadi sama dalam besaran dan terpisah 120° dalam phase.
1.5
Huruf a digunakan secara umum untuk menandai operator yang menyebabkan perputaran 120° dalam arah berlawanan arah jarum jam. Sedemikian sebuah operator adalah sebuah bilangan komplex dari besaran unit dengan sudut 120° dan didefinisikan oleh
Phasor yang diputar 240° dan 360° adalah:
1.5
Metode penggambaran alternatif dari phasor-phasor.
Diagram Phasor tegangan line-to-line dalam hubungan dengan tegangan line-to-netral dalam sebuah rangkaian tiga-phase seimbang.
Contoh 1.2
Dalam sebuah rangkaian tiga fase seimbang tegangan V
abadalah 173.2
∠
0° V.
Tentukan semua tegangan dan arus dalam beban terhubung Y yang
1.5
Diagram rangkaian beban tiga phase terhubung ∆
Diagram phasor arus saluran dalam
hubungan dengan arus phase pada beban seimbang tiga phase terhubung ∆
Contoh 1.3
Tegangan terminal pada beban terhubung Y terdiri dari tiga impedansi yang
sama 20
∠
30°
Ω
adalah 4.4 kV line to line. Impedansi setiap tiga saluran yang
menghubungkan beban pada substation bus adalah Z
L= 1.4
∠
75°
Ω
.
Tentukan tegangan line-to-line di substation bus tersebut.
Penyelesaian: Tegangan line to netral di beban adalah: 4400/√3=2540 V. Dengan Van sebagai reference
Tegangan line to netral di bus substation :
1.6 Besaran Per-Unit
Contoh:
Untuk sebuah tegangan
line-to-line 108 kV dalam set tiga phase
seimbang, tegangan line-to-netral
adalah 108/√3 = 62.3 kV.
Untuk daya 3 phase 18,000 kW
dan daya per phase 6,000 kW
1.6
Base impedansi dan base arus dapat dihitung secara
langsung dari harga tiga phase kilovolts base dan
Contoh 1.4
Carilah penyelesaian pada contoh 1.3 dengan bekerja dalam per unit
pada base 4.4 kV, 127 A sehingga besaran tegangan dan arus akan
menjadi 1.0 per unit.
Penyelesaian:
Base impedansi adalah
Dan Impedansi saluran adalah:
1.6 Perubahan Besaran Base Per-Unit
Contoh 1.5
Reaktansi disain generator X’’ adalah 0.25 per unit berdasarkan pada
rating nameplate generator 18 kV, 500 MVA. Base untuk perhitungan
adalah 20 kV, 100 MVA. Tentukan X’’ pada base yang baru.
BAB 2.
Impedansi Seri Saluran Transmisi
Suatu saluran transmisi listrik mempunyai empat parameter
yang mempengaruhi kemampuannya untuk berfungsi sebagai
bagian dari suatu sistem tenaga :
1. Resistansi, 2. Induktansi, 3. Konduktansi, 4. Kapasitansi
Jika arus mengalir pada suatu rangkaian listrik, beberapa sifat rangkaian itu dapat djelaskan menurut medan magnet dan medan listrik yang timbul disekitarnya. Gambar 2.1 memperlihatkan suatu
saluran fasa‐tunggal serta medan magnet
dan listriknya.
Garis fluks magnetisnya membentuk lingkaran tertutup yang meliputi rangkaian, dan garis‐ garis fluks
listriknya bermula dari muatan positif pada salah satu penghantar dan berakhir pada muatan negatif pada penghantar yang lain.
2.1 Jenis-jenis Penghantar
Bermacam‐ macam jenis penghantar aluminium dapat dikenal dari lambang‐
lambang berikut ini:
AAC ''all‐aluminium conductors",seluruhnya terbuat dari aluminium
AAAC ''all-aluminium‐alloy conductors'', seluruhnya terbuat dari campuran
aluminium
ACSR "Aluminium conductor, steel‐reinforced'', penghantar aluminium yang
diperkuat dengan baja
ACAR ''aluminiumn conductor, alloy‐reinforced", penghantar aluminium yang
diperkuat dengan logam campuran
Gambar 2.2 Penampang
penghantar kabel ACSR dengan penguatan baja, Diperoleh 7 serat btta,dan 24 serat aluminium
2.2 RESISTANSI
Resistansi penghantar saluran transmisi adalah penyebab yang
terpenting dari rugi daya (power loss) pada saluran transmisi.
Resistansi dc dinyatakan
Perubahan resistansi penghantar logam
dengan berubahnya suhu boleh dikatakan
linear pada batas
‐
batas pengoperasian
yang normal.
Gb.2.3 Resistansi penghantar logam sebagai fungsi dari suhu.
2.3 Tabel Nilai Resistansi
Contoh 3 1. Tabel karakteristik listrik untuk penghantar berlilitan
Marigold
yang
terbuat seluruhnya dari aluminium memberikan resistansi dc O,01558
Ω
per
1000 ft pada 20
°
C dan resistansi ac O,0956
Ω
/mil pada 50
°
C. Penghantar
tersebut mempunyai 61 serat dan ukurannya ialah 1.113.000 cmil. Periksalah nilai
resistansi dc dan hitunglah perbandingan resistansi ac terhadap resistansi dc.
JAWABAN:
Pada 20
°
C dan peningkatan sebesar 2% karena lilitan, Dari persamaan (3.2)
memberikan
2.4 Definisi Induktansi
Persamaan yang menghubungkan
tegangan lnbas dengan kecepatan
perubahan fluks yang lneliputi
suatu rangkaian
Jika arus pada rangkaian
berubah
‐
ubah, medan magnet
yang ditimbulkannya pasti juga
berubah
‐
ubah.
Sehingga L adalah
Jika fluks gandeng berubah
secara linear maka
Jika
ψ
adalah lambang fasor untuk
fluks gandeng
Fasor jatuh
‐
tegangan (voltages
drop) karena fluks gandeng adalah
Jika arus I
2menghasilkan fluks
gandeng dengan rangkaian 1
sebesar
ψ
12 ,maka induktansi
timbal baliknya adalah
Fasor jatuh‐tegangan pada rangkaian 1
2.5 Induktansi Penghantar Yang Disebabkan
Oleh Fluks Internal
Gambar 3.1 hanya memperlihatkan garis
fluks yang berada di luar penghantar
(external). Tetapi sebenarnya sebagian
dari medan magnet juga berada di dalam
penghantar (internal)
Untuk mendapatkan nilai induktansi yang
teliti dari suatu saluran transmisi, fluks
internal dan eksternal perlu
dipertimbangkan
Gb.2.4 Penampang suatu penghantar berbentuk
2.6 Induktansi Antara Dua Titik Diluar
Penghantar Yang Tersendiri
Induktansi yang disebabkan oleh fluks
yang berada di antara P1 dan P2
adalah
Gb.2.5 Suatu penghantar dan titik eksternal P1 dan P2.
2.7 Induktansi Saluran Dua Kawat Berfasa
Tunggal
Gb.2.6 Penghantar dengan jari-jari yang berbeda dan medan magnet yang ditimbulkan oleh arus pada penghantar 1 saja.
Induktansi rangkaian yang disebabkan
oleh arus pada penghantar 1.
Untuk fluks eksternal
Untuk fluks internal
Induktansi total rangkaian yang
disebabkan oleh arus pada
penghantar 1 saia adalah
Induktansi untuk keseluruhan rang
kaian adalah
2.8 Induktansi Saluran Dengan Penghantar
Terpadu
Penghantar lilitan termasuk ke dalam
klasifikasi umum untuk penghantar
terpadu yaitu yang terbuat dari dua
elemen atau serat atau lebih, yang secara
elektris terhubung paralel.
Penghantar X tersusun dari n serat yang
terhubung paralel dan induktansinya
Gb.2.8 Saluran berfasa‐tunggal yang
terdiri dari dua penghantar terpadu.
2.8 Induktansi Saluran Dengan Penghantar
Terpadu
Perkalian m jarak untuk masing
‐
masing n serat menghasilkan suku mn.
Akar pangkat
mn
dari perkalian
mn
jarak dinamakan
jarak rata-rata
geometris (geometric mean distance)
antara penghantar X dan penghantar
Y. Singkatannya adalah D
matau GMD dan sering juga disebut GMD
bersama antara dua penghantar.
Akar pangkat n
2dari Suku
‐
suku ini disebut GMD sendiri dari penghantar X,
GMD sendiri disebut juga
jari-jari rata-rata geometris (Geometric Mean
Radius)
GMR yang dinyatakan dengan D
sInduktansi penghantar Y ditentukan dengan cara yang sama, dan
induktansi salurannya adalah
Contoh 3.2
Suatu rangkalan saluran transmisi fasa
tunggal terdiri dari tiga kawat padat dengan
jari-jari O,25 cm. Rangkaian
‐
kembali terdiri
dari dua kawat dengan jari-jari O,5 cm.
Susunan penghantar diperlihatkan dalam
Gambar 3.9. Hitunglah Induktansi akibat
arus di inasing
‐
masing sisi saluran dan
induktahsi keseluruhan saluran dalam henry
per meter(dan dalam milihenry per mil).
Gambar 3.9 Susunan penghantar untuk Contoh 3 2.
Contoh 3.2
Pertama
‐
tama kita hitung GMD antara
sisi
‐
sisi x dan y:
Contoh 3.2
dan untuk sisi Y
2.9 Pengguanan Tabel
Tabel nilai-nilai GMR biasanya sudah tersedia untuk penghantar-penghantar standard dan memberikan data yang cukup baik untuk menghitung reaktansi induktif maupun reaktansi kapasitif paralel dan resistansi.
Biasanya reaktansi induktif lebih diinginkan daripada induktansi. Reaktansi induktif sebuah penghantar dari saluran dua-penghantar fasa-tunggal adalah:
Contoh:
Hitunglah reaktansi induktif per mil untuk saluran fasa-tunggal yang bekerja pada 60 Hz. Penghantarnya adalah dari jenis Partridge, dan jarak pemisah antara pusat-pusatnya adalah 20 kaki.
2.10 Induktansi Saluran 3 Fasa
Dengan Jarak Pemisah Tidak
Simetris
Jika jarak pemisah penghantar-penghantar suatu saluran tiga-fasa tidak sama, persoalan untuk menemukan induktansi meniadi lebih sulit.
Dalam hal ini, fluks gandeng dan induktansi masing‐masing fasa menjadi berlainan. Induktansi yang berbeda pada setiap fasa menghasilkan suatu rangkaian yang tidak seimbang.
Keseimbangan ketiga fasa dapat dikembalikan dengan mempertukarkan
posisi‐posisi penghantar pada selang jarak yang teratur di sepaniang saluran
sedemikian rupa sehingga setiap penghantar akan menduduki posisi semula
penghantar yang lain pada suatu jarak yang sama. Pertukaran posisi penghantar semacam ini disebut transposisi (transposition).
2.10 Induktansi Saluran 3 Fasa Dengan Jarak
Pemisah Tidak Simetris
Contoh: Suatu saluran tiga fasa rangkaian tunggal yang bekerja pada frekuensi 60 Hz tersusun seperti dalam Gambar disamping.
Penghantar‐penghantarnya adalah ACSR Drake. Hitunglah induktansi per mil per fasa.
2.11 Penghantar Berkas
Dengan menggunakan dua penghantar atau lebih per fasa yang disusun berdekatan dibandingkan dengan jarak pemisah antara fasa‐fasanya, maka gradien tegangan tinggi pada penghantar dalam daerah EHV dapat banyak dikurangi.
Saluran semacam ini dikatakan sebagai tersusun dari penghantar berkas (bundled conductor). Berkas ini dapat terdiri dari 2, 3 atau 4
penghantar.
Untuk berkas 1 penghantar Untuk berkas 2 penghantar Untuk berkas 3 penghantar
Contoh
Masing‐masing penghantar pada saluran dengan penghantar berkas seperti terlihat pada Gambar disamping adalah jenis ACSR, 1.272,000 cmil Pheasant. Hitunglah reaktansi induktif dalam ohm per km(dan per mil) per fasa untuk d=45 cm. Hitunglah juga reaktansi seri per‐unit saluran jika panjangnya 160 km dan dasar yang dipakai adalah 100 MVA, 345 kV.
Jawaban:
Dari Tabel A.1 Ds=0.0466 kaki, dan dikalikan 0.3048 untuk dirubah menjadi meter
Gambar Jarak Pemisah Peng-hantar
2.12 Saluran 3 Fasa Rangkaian Paralel
Dua rangkaian tiga‐fasa yang identik susunannya dan secara elektris terhubung paralel mempunyai reaktansi induktif yang sama.
Gambar Susunan penghantar pada suatu saluran tiga-fasa rangkaian-paralel
Contoh
Gambar Susunan penghantar pada suatu saluran tiga-fasa rangkaian-paralel
Suatu saluran tiga‐fasa rangkaian ganda terdiri dari penghantar-penghantar ACSR Ostrich 300,000 cmil 26/7 yang disusun
seperti gambar dibawah. Tentukan reaktansi induktif dalam ohm per mil per fasa untuk 60 Hz.
Jawab: Menurut tabel A.1 untuk Ostrich Ds= 0.0229 ft
BAB 3.
Kapasitansi Saluran Transmisi
Admitansi shunt (Shunt admittance) suatu saluran transmisi terdiri dari konduktansi dan reaktansi kapasitif. Konduktansi ini biasanya diabaikan karena sumbangannya pada admitansi shunt sangat kecil. Alasan lain untuk mengabaikan konduktansi ialah karena tidak ada cara yang baik untuk memperhitungkannya karena konduktansi ini cukup berubah‐ubah. Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar(konduktor); kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang teriadi pada pelat kapasitor bila teriadi beda
potensial di antaranya. Kapasitansi antara penghantar adalah muatan per unit beda potensial.
3.1 Kapasitansi Saluran Dua Kawat
Kapasitansi antara dua penghantar pada saluran dua kawat didefinisikan sebagai muatan pada penghantar itu per unit beda potensial di antara keduanya. Dalam bentuk persamaan, kapasitansi per satuan panjang saluran adalah:
Jika ra = rb = r
Gambar penampang saluran kawat sejajar
Kapasitansi saluran ke netral
Gambar (a) dan (b) Hubungan konsep kapasitansi antar saluran dan
kapasitansi saluran ke netral.
Jika kapasitansi antar saluran dianggap terdiri dari dua kapasitansi yang sama dalam hubungan seri, maka tegangan antara saluran terbagi dua sama besar diantara kedua kapasitansi tersebut dan titik hubung antara keduanya berada pada potensial tanah. Jadi Kapasitansi ke netral adalah satu dari dua kapasitansi seri yang sama, atau dua kali kapasitansi antar saluran.
F/m Reaktansi Kapasitif antara
penghantar dan netral
Contoh 1
Carilah suseptansi kapasitif per mil saluran fase-tunggal yang bekerja pada 60 Hz. Penghantarnya adalah Partridge, dan jarak pemisahnya adalah 20 kaki antara pusatnya.
Jawaban: Dari tabel A1, Nilai diameter luar adalah 0.642 in.
Atau dengan reaktansi kapasitif pada jarak pemisah 1 kaki (Tabel A1) dan faktor pemisah reaktansi kapasitif (Tabel A3) diperoleh
Reaktansi kapasitif antar saluran:
3.2 Kapasitansi Saluran Tiga-Fasa Dengan Jarak
Pemisah Yang Tidak Simetris
Gambar penampang saluran tiga fasa dengan jarak pemisah tidak simetris.
Contoh 2
Carilah kapasitansi dan reaktansi kapasitif untuk 1 mil saluran seperti yang digambarkan dalam contoh 3.4, Jika panjang saluran 175 mil dan tegangan kerja normal 220 kV, tentukan reaktansi kapasitif ke netral untuk seluruh saluran, arus pengisian per mil, dan mega volt ampere pengisian total.
Contoh 3.4: Suatu saluran tiga fasa rangkaian tunggal yang bekerja pada frekuensi 60 Hz tersusun seperti dalam Gambar disamping.
Penghantar‐penghantarnya adalah ACSR Drake. Hitunglah induktansi per mil per fasa.
Jawaban:
Dari Tabel
Contoh 2
Arus Pengisian per mil:
Atau
Ichg = 0.681 x 175 = 119 A untuk saluran. Daya reaktif adalah
BAB 4. Model Sistem
Saluran Pendek
Kurang dari 80 km
(50 mi)
Saluran Menengah
antara 80 km – 240 km
(50 mi-150 mi)
Saluran Panjang
lebih 240 km (150 mi)
4.1 Saluran Transmisi
C. Saluran Transmisi Panjang
4.2 Mesin Sinkron
Rangkaian Ekivalen Generator ac
Xs
Xar
Xl
Ra
Ef
Er
Vt
Vt = Tegangan terminal
Xs = reaktansi sinkron
= Xar + Xl
Xar = Reaktansi jangkar
Pembangkitan 3 Fasa
Tiga coil a, b, c merepresentasikan tiga
kumparan jangkar stator. Satu coil f
merepresentasikan kumparan medan rotor.
Sumbu coil a dipilih pada θ
d=0º, dan coil
b,c dipilih pada
θ
d=120º, 240º .
Coil a, b dan c mempunyai induktansi diri:
Mutual induktansi L
ab, L
bcdan L
caadalah
negatif constan:
Mutual induktansi antara coil medan dan
stator:
Medan berputar pada kecepatan sudut
konstan
ω, untuk mesin dua kutub :
Mesin Sinkron
Persamaan fluks gandeng untuk coil
jangkar menjadi:
Persamaan
λa mempunyai dua komponen
fluks gandeng, yaitu akibat arus jangkar
i
adan akibat arus medan I
f.
Jika coil a mempunyai tahanan R, maka
drop tegangan v
aadalah:
Persamaan fluks gandeng untuk coil
jangkar:
Mesin Sinkron
e
a’ : tegangan terminal fasa a saat i
a=0
: tegangan tanpa beban
: tegangan open circuit
: tegangan internal sinkron
: emf dibangkitkan pada fasa a.
Sudut θ
d0menunjukkan posisi kumparan
medan sumbu d terhadap fasa a pada t=0.
Maka δ
= θ
d0-90º menunjukkan posisi
sumbu q yang terletak 90º dibelakang
sumbu d, sehingga θ
d0= δ
+ 90º dan
Mesin Sinkron
Rangkaian Ekivalen Generator ac
Xs
Xar
Xl
Ra
Ef
Er
Vt
E
f= e
a’
V
t= V
aX
ar= X
LsX
l= X
MsRa = R
X
d= X
sContoh Soal
Diagram Segaris
Diagram segaris sistem tenaga listrik
Diagram Segaris
•Resistansi sering diabaikan dalam perhitungan gangguan, karena reaktansi
induktif jauh lebih besar dari resistansinya.
•Pada transformator, admitansi shunt diabaikan karena arus magnetisasi
sangat kecil dibanding arus beban penuh.
•Beban-beban yang tidak menyangkut mesin yang berputar sangat kecil
pengaruhnya terhadap arus saluran total apabila terjadi gangguan dan biasanya
diabaikan.
•Beban berupa motor serempak selalu dimasukkan dalam perhitungan
gangguan karena emf yang dibangkitkan besar pengaruhnya terhadap arus
gangguan.
BAB 5. Penyelesaian Aliran Daya
5.1 Kesetaraan Sumber
Untuk rangkaian yang mempunyai emf konstan Eg
dan impedansi seri Zg, tegangan pada beban adalah
Untuk rangkaian yang mempunyai sumber arus
konstan Is dan impedansi shunt Zp, tegangan pada
beban adalah
Jika tegangan V
Lsama, kedua
sumber dengan masing-masing
impedansinya akan menjadi
setara (ekivalen). Dengan
membandingkan kedua
persamaan diatas, maka kedua
rangkaian akan menjadi identik
asal:
5.2 Persamaan Simpul
Titik-titik sambungan yang terbentuk, jika dua atau lebih elemen murni (R, L atau C atau
sumber tegangan atau arus ideal) dihubungkan satu sama lain pada ujung-ujungnya
dinamakan simpul-simpul (nodes).
Untuk mempelajari persamaan simpul dimulai dengan
diagram segaris pada gambar 7.2. Diagram reaktansi untuk sistem ditunjukkan pada
Persamaan Simpul
Diagram reaktansi pada gambar 7.3 ditunjukkan dalam persatuan. Simpul-simpul
ditunjukkan dalam titik-titik,
Nomor
ditunjukkan untuk simpul-simpul besar. Jika
rangkaian digambar kembali dengan emf dan impedansi seri yang menghubungkannya
ke simpul-simpul besar digantikan dengan
sumber arus ekivalen dan admitansi shunt
ekivalen
, hasilnya adalah seperti gambar 7.4. Nilai admitansi diperlihatkan dalam
Persamaan Simpul
Notasi subscript tunggal akan dipakai untuk menunjukkan tegangan masing-masing rel
(bus) terhadap netral yang diambil sebagai simpul pedoman 0 (reference node). Dengan
menerapkan hukum arus Kirchoff pada simpul 1, yaitu arus sumber yang menuju simpul
tersebut samadengan arus yang meninggalkannya, diperoleh :
simpul 1:
simpul 4:
Dengan mengatur kembali persamaan2 diatas
diperoleh:
simpul 1:
simpul 4:
Persamaan Simpul
Keempat persamaan dalam bentuk matriks adalah :
Admitansi yang lain adalah
admitansi bersama (mutual
admittance)
, masing-masing
sama dengan jumlah negatif
semua admitansi yang
dihubungkan langsung antara
simpul yang disebutkan menurut
subskrip gandanya.
Rumus umum
untuk arus sumber
yang mengalir menuju simpul k
suatu jaringan yang mengandung
N buah simpul, selain netral
adalah:
Disebut dengan matriks admitansi rel,
Y
rel(Y
bus)
Matriks ini simetris terhadap diagonal utamanya.
Admitansi
Y
11, Y
22, Y
33dan Y
44dinamakan
admitansi sendiri (self admitansi)
, masing2
sama dengan jumlah semua admitansi yang
berujung pada simpul yang ditandai dengan
subskrip yang berulang.
Contoh Soal
[Y
BUS
]
[Y
BUS
]
-1
[Y
BUS
]
-1
[Z
BUS
]=[Y
BUS
]
-1
Hasil perhitungan :Contoh Soal
5.3 Analisa Aliran Daya Metode Gauss Seidel
Merupakan metode iterasi yang paling umum digunakan.
Asumsikan bahwa diberikan himpunan n persamaan:
[A][X] = [C]
a
11x
1+ a
12x
2+ a
13x
3+ …… + a
1nx
n= c
1a
21x
1+ a
22x
2+ a
23x
3+ …… + a
2nx
n= c
2a
31x
1+ a
32x
2+ a
33x
3+ …… + a
3nx
n= c
3x
1= (c
1- a
12x
2- a
13x
3- …… - a
1nx
n)/ a
11x
2= (c
2- a
21x
1- a
23x
3- …… - a
2nx
n)/ a
22x
3= (c
3- a
31x
1- a
32x
2- …… - a
3nx
n)/ a
33Persamaan Umum Aliran Daya
Daya Masuk Bus = Daya Keluar Bus
1
2
3
S
1= S
12+ S
13P
1+jQ
1= (P
12+jQ
12) + (P
13+jQ
13)
= V
1I
12*+V
1I
13*= V
1(I
12*+I
13*)
= V
1(I
12+I
13)
*= V
1I
1*(P
1+jQ
1)
*= (V
1I
1*)
*P
1
-jQ
1
= V
1
*
I
1
Persamaan Umum Aliran Daya
P
1
– jQ
1
= V
1
*
I
1
P
1
– jQ
1
= V
1
*
(Y
11
V
1
+ Y
12
V
2
+ Y
13
V
3
+ Y
14
V
4
)
j
n
j
ij
i
i
i
jQ
V
Y
V
P
∑
=
=
−
1
*
Persamaan Umum
Aliran Daya
Klasifikasi Bus
A. Load Bus (PQ Bus)
1.
Terhubung dengan beban
2.
P dan Q tetap
3.
|V| dan
θ
dihitung
Slack/Swing Bus
P dan Q ditentukan setelah seluruh
iterasi terselesaikan. Biasanya slack
bus yang digunakan dalam analisa
ini jumlahnya hanya satu dan
dipilih sebagai bus ke satu atau
yang terakhir, yang terhubung
dengan generator berkapasitas besar.
Konsep Slack Bus ini diperlukan,
karena aliran daya kedalam sistem
pada setiap bus tidak dapat
ditetapkan sampai seluruh iterasi
diselesaikan. Karena bus ini
berfungsi sebagai referensi, maka
sudut fasa tegangannya sama
dengan nol.
B. Generator Bus (PV Bus)
1.
Terhubung dengan generator
2.
P dan |V| tetap
3.
Q dan
θ
dihitung
C. Slack/Swing Bus
1.
Terhubung dengan generator
2.
|V| dan
θ
tetap
Contoh Soal
Table 9.3
Bus Beban (PQ Bus)
Untuk memperbaiki konvergensi, digunakan faktor percepatan
α
.
Umumnya
α
diset sebesar 1.6 dan tidak lebih dari 2.
Bus Generator (PV Bus)
5.4 Analisa Aliran Daya Metode Newton Raphson
Gambar Metode Newton Raphson
Garis Tangen
Contoh soal
Hitunglah F(x) = x
3– 64 dengan menggunakan metode Newton Raphson
Maka Harga awal
Iterasi ke dua Proses Iterasi
Metode Newton Raphson dengan n Persamaan
Misal 2 Persamaan Non Linier adalah sbb: Persamaan Umum:
Matriks Jacobian dihitung secara numeri pada titik awal x1(0)dan x
2(0)
Matriks Jacobian
Contoh soal
Gunakan Metode Newton Raphson untuk
menyelesaikan persamaan berikut: Element Jacobian-nya adalah
Jawab.
Turunan Parsial adalah
Maka
Harga awal adalah
Contoh soal
Perhitungan Iterasi ke-dua Hasil iterasi kedua :
Element Jacobian-nya adalah Hasil iterasi ke-3 sampai ke-8 :
Metode Newton Raphson
Persamaan aliran daya.
Polar Form
Rectangular Form
Tegangan Bus
Admitansi
Power Mismatch
Hybrid Form
Metode Newton Raphson
Contoh soal
Contoh soal
Elemen Baris ke lima kolom ke 5
Contoh soal
Jadwal Kuliah
Pertemuan
ke-
Hari/Tanggal
Materi Pokok Bahasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16