• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DESA CINTARASA KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT NOMOR : 5 TAHUN 2016 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KEJA PEMERINTAH DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DESA CINTARASA KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT NOMOR : 5 TAHUN 2016 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KEJA PEMERINTAH DESA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DESA CINTARASA

KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT NOMOR : 5 TAHUN 2016

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KEJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA CINTARASA

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Amanat Peraturan Bupati Garut Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa

b. bahwa untuk maksud seperti huruf a tersebut diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

(2)

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5879);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2008 Nomor 39) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi

(3)

Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2012 Nomor 8);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2016 Nomor 4);

10. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 6 Tahun 2016 tetang Urusan Pemerintahan Konkuren Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2016 Nomor 6);

11 Peraturan Bupati Garut Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa

Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Dan

KEPALA DESA CINTARASA M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DESA CINTARASA TENTANG SUSUNAN

ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA CINTARASA TAHUN 2016

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan : 1. Desa adalah Desa Cintarasa

2. Pemerintah Desa adalah Pemerintah Desa Cintarasa

3. Desa Cintarasa adalah Desa Cintarasa Kecamatan Samarang yaitu Kesatuan Masyarakat Hukum yang memiliki batas – batas Wilayah yang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal – usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia. 4. Kepala Desa adalah Kepala Desa Cintarasa selaku Kepala Pemerintah Desa yang dipilih

langsung oleh warga Masyarakat melalui Pemilihan Kepala Desa.

5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia..

(4)

6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

7. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

8. Badan Permusyawaratan Desa Cintarasa selanjutnya disingkat BPD adalah Lembaga yang merupakan Perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

9. Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat Desa dan unsur pendukung tugas Kepala desa dalam pelaksanaan kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur kewilayahan.

10. Peraturan Desa adalah semua peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah mendapat Persetujuan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) dan diundangkan dalam Berita Daerah.

11.Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang dibuat oleh Kepala Desa sebagai pelaksanaan dari Peraturan Desa.

12.Keputusan Kepala Desa adalah Keputusan yang dibuat oleh Kepala Desa sebagai pelaksaan dari Peraturan Desa dan/atau Peraturan Kepala Desa.

BAB II

KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI

Bagian Pertama Kedudukan

Pasal 2

(1) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa. (2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Sekretariat Desa;

b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis.

(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa.

(5)

Paragraf 2 Sekretariat Desa

Pasal 3

(1) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a dipimpin oleh Sekretaris Desa dan dibantu oleh unsur staf sekretariat.

(2) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan dan paling sedikit 2 (dua) urusan.

(3) Apabila Pemerintah Desa menetapkan 3 (tiga) urusan, maka urusan yang berada di bawah Sekretariat Desa terdiri atas:

a. urusan tata usaha dan umum; b. urusan keuangan; dan

c. urusan perencanaan.

(4) Apabila Pemerintah Desa menetapkan 2 (dua) urusan, maka urusan yang berada di bawah Sekretariat Desa terdiri atas:

a. urusan umum dan perencanaan; dan b. urusan keuangan.

(5) Masing-masing urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dipimpin oleh Kepala Urusan.

Paragraf 3 Pelaksana Kewilayahan

Pasal 4

(1) Pelaksana kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan.

(2) Pelaksana kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh KepalaDusun.

(3) Jumlah unsur pelaksana kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dengan kemampuan keuangan Desa serta memperhatikan luas wilayah kerja, karakteristik, geografis, jumlah kepadatan penduduk, serta sarana prasarana penunjang tugas.

(6)

(4) Tugas kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi, penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Paragraf 4 Pelaksana Teknis

Pasal 5

(1) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional.

(2) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi dan paling sedikit 2 (dua) seksi.

(3) Apabila Pemerintah Desa menetapkan 3 (tiga) seksi sebagai pelaksana teknis, maka seksi sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. seksi pemerintahan; b. seksi kesejahteraan; dan c. seksi pelayanan.

(4) Apabila Pemerintah Desa menetapkan 2 (dua) seksi sebagai pelaksana teknis, maka seksi sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. seksi pemerintahan; dan

b. seksi kesejahteraan dan pelayanan.

(5) Masing-masing seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh Kepala Seksi.

Bagian Kedua Tugas dan Fungsi

Paragraf 1 Kepala Desa

Pasal 6

(1) Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

(2) Dalam kedudukannya sebagai Kepala Pemerintah Desa, Kepala Desa bertugas : a. menyelenggarakan pemerintahan Desa;

b. melaksanakan pembangunan; c. pembinaan kemasyarakatan; dan

(7)

d. pemberdayaan masyarakat.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. menyelenggarakan pemerintahan Desa, seperti tata praja pemerintahan, penetapan peraturan di Desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat, administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah;

b. melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan;

c. pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan; d. pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi masyarakat di

bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna; dan

e. menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga lainnya; Paragraf 2

Sekretaris Desa Pasal 7

(1) Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan Sekretariat Desa

(2) Sekretaris Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Desa mempunyai fungsi:

a. melaksanakan urusan ketatausahaan, seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip, dan ekspedisi;

b. melaksanakan urusan umum, seperti penataan administrasi Perangkat Desa, penyediaan prasarana Perangkat Desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum; c. melaksanakan urusan keuangan, seperti pengurusan administrasi keuangan,

administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya; dan

(8)

d. melaksanakan urusan perencanaan, seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja Desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

Paragraf 3 Kepala Urusan

Pasal 8

(1) Kepala Urusan berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat.

(2) Kepala Urusan bertugas membantu Sekretaris Desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Urusan mempunyai fungsi:

a. Kepala Urusan Tata Usaha Dan Umum memiliki fungsi melaksanakan urusan ketatausahaan , seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip, dan ekspedisi, dan penataan administrasi Perangkat Desa, penyediaan prasarana Perangkat Desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum;

b. Kepala Urusan Keuangan memiliki fungsi melaksanakan urusan keuangan, seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan Desa lainnya; dan

c. Kepala Urusan Perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan perencanaan, seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja Desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

Paragraf 4 Kepala Seksi

Pasal 9

(1) Kepala Seksi berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis.

(2) Kepala Seksi bertugas membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Seksi

mempunyaifungsi:

a. Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi: 1. pelaksanaan manajemen tata praja pemerintahan;

(9)

2. penyusunan rancangan regulasi Desa; 3. pembinaan masalah pertanahan;

4. pembinaan ketentraman dan ketertiban; 5. pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat; 6. pelaksanaan kependudukan;

7. penataan dan pengelolaan wilayah; dan 8. pendataan dan pengelolaan profil Desa. b. Kepala Seksi Kesejahteraan mempunyai fungsi:

1. melaksanakan pembangunan sarana prasarana perdesaan; 2. pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan; dan

3. tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna. c. Kepala Seksi Pelayanan mempunyai fungsi:

1. melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat;

2. meningkatkan upaya partisipasi masyarakat; dan

3. pelestarian nilai sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan. Paragraf 5

Kepala Dusun Pasal 10

(1) Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur satuan tugas kewilayahan yang bertugas membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugasnya di wilayahnya.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Dusun memiliki fungsi:

a. pembinaan ketenteraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah; b. mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya;

c. melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya; dan

d. melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

(10)

BAB III

TATA KERJA ORGANISASI PEMERINTAH DESA

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa bertanggungjawab memimpin dan mengoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

Pasal 12

(1) Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Desa dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Sekretaris Desa.

(2) Dalam hal Kepala Desa berhalangan menjalankan tugas, maka Sekretaris Desa dapat mewakili tugas Kepala Desa.

(3) Dalam hal Sekretaris Desa berhalangan menjalankan tugas, maka salah seorang Kepala Urusan, Kepala Seksi atau Kepala Dusun dapat mewakili tugas Sekretaris Desa atas perintah Kepala Desa dengan memperhatikan kemampuan dan pengalaman tugasnya.

Pasal 13

(1) Sekretaris Desa dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

(2) Kepala Urusan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.

(3) Kepala Seksi dan Kepala Dusun dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

BAB IV

PENGANGKATAN PERANGKAT DESA

Bagian Kesatu Persyaratan Pengangkatan

Pasal 14

(1) Perangkat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diangkat oleh Kepala Desa dari warga Desa yang telah memenuhi persyaratan umum dan khusus.

(2) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat;

(11)

b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;

c. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan

d. memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi.

(3) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. bersedia dicalonkan menjadi perangkat desa; c. berkelakuan baik;

d. sehat jasmani dan rohani;

e. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;

f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;

g. tidak boleh rangkap jabatan; h. bebas narkoba; dan

i. bersedia menandatangani pakta integritas. Pasal 15

Kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d, antara lain terdiri dari:

a. Kartu Tanda Penduduk dan Surat keterangan bertempat tinggal paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat;

b. surat pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat di atas kertas bermaterai cukup dan ditandatangani oleh calon perangkat desa;

c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika, yang dibuat di atas kertas bermaterai cukup dan ditandatangani oleh calon perangkat desa;

d. ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan ijazah terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau surat pernyataan dari pejabat yangberwenang;

(12)

e. akte kelahiran atau surat keterangan kenal lahir yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

f. surat keterangan berbadan sehat dari Puskesmas atau aparat kesehatan yang berwenang;

g. surat keterangan catatan kepolisian (SKCK);

h. surat keterangan dari Ketua Pengadilan bahwa tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara atau tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih;

i. surat permohonan menjadi Perangkat Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas bermaterai cukup.

BAB V

LARANGAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Bagian Kesatu Larangan Perangkat Desa

Pasal 16

Perangkat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d, dilarang: a. merugikan kepentingan umum;

b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu;

c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya;

d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan masyarakattertentu;

e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;

f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;

g. menjadi pengurus partai politik;

h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;

i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah RepublikIndonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan

(13)

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan;

j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau pemilihan kepala daerah;

k. melanggar sumpah/janji jabatan; dan

l. meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 17

(1) Perangkat desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.

(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.

Bagian Kedua

Pemberhentian Perangkat Desa Paragraf 1

Pemberhentian Pasal 18 (1) Perangkat Desa berhenti karena:

a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; dan c. diberhentikan.

(2) Perangkat Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena: a. usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;

b. berhalangan tetap;

c. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

d. melanggar larangan sebagai perangkat desa; atau e. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat desa.

(14)

Pasal 19

(1) Pemberhentian perangkat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Kepala Desa melakukan konsultasi dengan Camat mengenai pemberhentian perangkat desa;

b. Camat memberikan rekomendasi tertulis yang memuat mengenai pemberhentian perangkat desa yang telah dikonsultasikan dengan kepala desa; dan

c. rekomendasi tertulis Camat dijadikan dasar oleh Kepala Desa dalam pemberhentian perangkat desa dengan keputusan Kepala Desa.

(2) Rekomendasi tertulis Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, didasarkan pada persyaratan pemberhentian perangkat desa.

(3) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disampaikan kepada Camat paling lambat 14 (empat belas) hari setelah ditetapkan.

Paragraf 2

Pemberhentian Sementara Pasal 20

(1) Perangkat Desa diberhentikan sementara oleh Kepala Desa, karena: a. ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan;

b. ditetapkan sebagai terdakwa; c. tertangkap tangan dan ditahan; dan

d. melanggar larangan sebagai perangkat desa yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Apabila perangkat desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c diputus bebas atau tidak terbukti bersalah oleh Pengadilan dan telah berkekuatan hukum tetap, maka dikembalikan kepada jabatan semula.

(3) Pemberhentian sementara perangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Desa setelah berkonsultasi dengan Camat.

(15)

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

Selama belum ditetapkan Peraturan Pelaksanaan dari Peraturan Desa ini, seluruh instruksi, petunjuk atau pedoman yang ada atau yang diadakan oleh Pemerintah Desa jika tidak bertentangan dengan Peraturan Desa ini, dinyatakan tetap berlaku.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Dengan berlakunya Peraturan Desa ini, maka semua ketentuan yang mengatur mengenai Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa Cintarasa dan ketentuan-ketentuan lainnya yang tidak sesuai dan atau bertentangan dengan Peraturan Desa ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 23

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Desa ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Desa oleh Kepala Desa.

Pasal 24

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap warga Desa Cintarasa dapat mengetahui, memerintahkan penetapan atau

pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa Cintarasa. Disahkan di : Cintarasa

Pada tanggal : 8 Agustus 2016 Kepala Desa Cintarasa

Ttd;

S I R O D

Diundangkan di : Cintarasa Pada tanggal : 8 Agustus 2016 Sekretaris Desa Cintarasa

Ttd;

(16)

PERATURAN BUPATI KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA

KEPALA DESA S I R O D SEKDES ELIS KORYATI KAUR PERENCANAAN KUSWANDI KAUR TATA USAHA KAUR KEUANGAN MIA AUDINA KADUS I

JEJEN ASEP ROHMANKADUS II

KASI PEMERINTAHAN KASI KESEJAHTERAAN INGKI RAJALI KASI PELAYANAN MAMAN S

(17)

PERATURAN DESA CINTARASA

KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT

NOMOR : TAHUN 2016

TENTANG

(18)

Referensi

Dokumen terkait

merupakan langkah pertamanya untuk memahami kebenaran. Setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti, karena itu beri kesempatan untuk bereksplorasi dengan lingkungan

Melihat hasil analisis penelitian, persepsi guru terhadap keterampilan hubungan manusia yang dimiliki oleh kepala sekolah SMA swasta di Kecamatan Sintang berkategori cukup baik, hal

Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompresi JPEG yang disimulasikan dengan perangkat lunak menggunakan tiga citra digital ternyata dapat memberikan hasil berupa kualitas

Hal ini terlepas bahwa sebelum itu, pikiran- pikiran untuk berhenti telah disampaikannya kepada kalangan dekat dan keluarga, bahkan masyarakat pada umumnya, ketika

Hasil dari penggunaan metode bagging MARS dalam pemodelan anomali luas panen dan faktor-faktor yang berpengaruh memberikan hasil yang sangat baik yakni lebih dari 90%

Tulisan Nur Syam, 6 yang mengkaji Islam pesisir melalui tinjauan teori konstruksi sosial, diperoleh gambaran bahwa Islam pesisir yang sering ditipologikan sebagai islam murni,

Solusi untuk kendala dalam mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010, peneliti dapat memberikan solusi seharusnya saat diberlakukan