• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB SISWA MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH DAN UPAYA SEKOLAH MENGATASINYA DI SMA AL-ISTIQAMAH SIMPANG AMPEK KEC. PASAMAN, KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB SISWA MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH DAN UPAYA SEKOLAH MENGATASINYA DI SMA AL-ISTIQAMAH SIMPANG AMPEK KEC. PASAMAN, KAB."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB SISWA MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH

DAN UPAYA SEKOLAH MENGATASINYA DI SMA AL-ISTIQAMAH

SIMPANG AMPEK KEC. PASAMAN, KAB. PASAMAN BARAT

ARTIKEL

ADE FEBRIA IMELDA

11070032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Causes Students Violating Rules Schools and School Attempts To Overcome

at SMA Al-istiqamah Simpang Ampek Pasaman District of West Pasaman.

Ade Febria Imelda1, DR. Buchari Nurdin, M.Si2, Marleni, M.Pd3

Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

SMA Al-istiqamah Simpang Ampek have implemented school rules for students in order for the student to be someone who has character, high discipline to discipline in the schools and in the community appropriate values and norms are agreed upon, but in fact order orderly was often violated by students. The theory used in this research is the humanistic theory. The results showed that 1. Factors causing students violate school rules is a. Internal factors include: 1) lack of interest of students, 2) The desire of students to follow the trend, 3) Do not be afraid of sanctions, 4) student indifference towards the rules that exist in schools, 5) Students want to feel free. b. External factors include: 1) the factors of peers, 2) factor teachers. 2. Efforts by the school in dealing with students who violate school rules are: a. Preventive measures include: 1) Socialization of school discipline, 2) The principal gave a briefing during the ceremony, b. Repressive efforts include: 1) Conducting raids, 2) Provide sanctions.

Keywords: Violating,Rules,School, Students.

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011

2

Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3

(4)

PENDAHULUAN

Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa siswa. Disamping keluarga sebagai pusat pendidikan awal, sekolahpun mempunyai fungsi dalam pembentukan kepribadian siswa. Sekolah sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan, dapatlah ia digolongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, dengan guru sebagai ganti orang tua yang harus ditaati (Kadir, 2012 :163).

Di sekolah akan dijumpai tata tertib, yang menjadi standar bagi mereka untuk dapat memahami “bagaimana menjadi siswa yang baik”, sehingga tata tertib juga diposisikan sebagai standar keteraturan. Untuk dapat disebut sebagai siswa yang baik, patuh, dan taat, mereka harus berperilaku sesuai apa yang dituntutkan dalam tata tertib tersebut. Bila perilaku mereka mengikuti tata tertib tersebut, maka mereka dikatakan “memenuhi standar norma”. Ball (2013): Hoskin(1990) menyatakan bahwa, siswa juga harus mengikuti jadwal kegiatan sehari-hari: mereka harus sampai di sekolah pada jam tertentu, memulai pelajaran, waktu istirahat, dan waktu pulang sekolah telah

terjadwal dengan rapi. Penjadwalan harian

diwujudkan dalam kurikulum dan jadwal pelajaran (Martono, 2014:109).

Begitu juga di SMA Al-istiqamah

mempunyai peraturan seperti, hadir ke sekolah 5 menit sebelum bell dibunyikan, (bell dibunyikan jam 07.20 dan pintu gerbang ditutup jam 07.30),

siswa yang terlambat diberikan pembinaan

ditempat khusus, kemudian diperbolehkan

mengikuti pelajaran seperti biasa, siswa pulang atau meninggalkan sekolah pukul 14.30 dan bagi siswa siswi yang pulang lebih awal atau melaksanakan tugas sekolah harus mendapatkan izin guru pengajar dan piket diketahui kesiswaan, mengikuti Upacara setiap hari Senin dan hari hari besar, dengan memakai pakaian seragam yang sudah ditentukan, kehadiran siswa saat tatap muka pembelajaran minimal 85%, mengikuti ulangan formatif, sumatif, remidial dan ulangan perbaikan serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, siswa wajib mengerjakan tugas dari guru di dalam kelas, bila guru berhalangan hadir, ketidakhadiran siswa harus dibuktikan dengan surat keterangan dari orang tua atau dokter untuk disampaikan kepada wali kelas, siswa wajib memakai pakaian seragam sekolah dari hari senin-sabtu sebagaimana yang telah ditentukan oleh pihak sekolah dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas tidak sedikit siswa yang melanggar tata tertib sekolah, maka muncul pertanyaan penelitian kenapa fenomena melanggar tata tertib sekolah bisa terjadi, apa

penyebabnya dan bagaimana pula upaya

mengatasinya?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan faktor penyebab siswa

melanggar tata tertib sekolah di SMA AL-Istiqamah Simpang Ampek Pasaman Barat, mendeskripsikan upaya yang dilakukan sekolah untuk mengatasi siswa yang melanggar tata tertib sekolah di SMA AL-Istiqamah Simpang Ampek Pasaman Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori humanistik dari Kolb, menurut Kolb ada 4 tahapan pembelajaran, yaitu pengalaman konkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi dan eksperimentasi aktif (Jufri, 2011: 26).

Hubungan penelitian dengan teori yang digunakan bahwa siswa merupakan pribadi yang

utuh yang mempunyai kebebasan untuk

menentukan kehidupannya. Begitu juga dengan siswa di sekolah apakah dia berada pada tahap pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif, seorang individu sudah berada pada pengalaman konkret atau nyata dimana di sekolah individu hanya mampu mengikuti suatu kejadian seperti siswa memakai celana pensil dan dia ikut memakai celana pensil tanpa mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.Setelah itu individu melakukan tahap ke dua dengan pengalaman aktif dan reflektif yang mana maksudnya seorang individu lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu serta mulai memikirkan dan memahaminya. Setelah individu melakukan observasi aktif maka lanjut ke tahap konseptualisasi yang mana seorang individu mulai belajar untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang sesuatu hal yang pernah diamatinya. Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), dimana seorang individu sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru, begitu juga

dengan guru sebagai fasilitator dalam

pembelajaran.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan tipe deskriptif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong, 2010: 6). Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada kelas sekarang (Nazir,2009:54). Teknik pemilihan informan pada penelitian ini

dengan menggunakan purposive sampling.

Purposive sampling adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu (Bungin 2011:107). Informan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang.

(5)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ialah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan

keseharian manusia dengan menggunakan

pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya

selain pancaindera lainnya, seperti telinga,

penciuman, mulut dan kulit (Bungin, 2011:118). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu wawancara dan pewawancara atau orang yang mengajukan pertanyaan. Wawancara digunakan untuk mendapatkan data secara detail mengenai faktor penyebab siswa melanggar tata tertib sekolah dan upaya sekolah mengatasinya di SMA Al-istiqamah Simpang Ampek Pasaman Barat. Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam

adalah wawancara yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara mendalam adalah bersifat terbuka, pelaksanaan wawancara mendalam tidak hanya satu kali atau

dua kali melainkan berulang-ulang dengan

intensitas yang tinggi (Bungin, 2011: 157). Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu sebagai bagian dari kelompok siswa. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif dari Miles dan Huberman melalui tiga tahap yaitu, reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Penelitian dilakukan di SMA Al istiqamah Simpang Ampek Kec. Pasaman, Kab. Pasaman Barat. Penulisan skripsi ini disusun selama enam bulan yaitu dari bulan Mei sampai September.

PEMBAHASAN

A.

Temuan

Berdasarkan temuan penelitian, dapat dibahas secara rinci faktor-faktor penyebab siswa

melanggar tata tertib sekolah dan upaya sekolah mengatasinya di SMA Al-istiqamah Simpang Ampek Kec. Pasaman, Kab. Pasaman Barat antara lain adalah sebagai berikut:

1. Faktor Penyebab Siswa Melanggar Tata

Tertib Sekolah di SMA Al-Istiqamah

Simpang Ampek Kec. Pasaman,Kab.

Pasaman barat.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, dapat diketahui faktor-faktor penyebab siswa melanggar tata tertib sekolah di SMA Al-istiqamah yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang bersangkutan (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal) (Judjiran, 2007: 153).

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang tumbuh berdasarkan keinginan dan dorongan melalui hasrat yang mengarah ke dalam bentuk tindakan ataupun perbuatan. Adapun faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kurangnya minat siswa

Minat merupakan dorongan dan keiginan dalam diri seseorang yang membuat seseorang itu semangat atau tidak semangat dalam menjalankan aktivitasnya. Begadang dan terlambat bangun juga merupakan faktor yang menyebabkan siswa terlambat ke sekolah. Berdasarkan observasi pada tanggal 25 Mei 2015 dan penjelasan dari hasil wawancara bahwa siswa tidak datang ke sekolah dan alfa 3 kali berturut-turut disebabkan kurangnya minat datang ke sekolah, perasaan malas dan begadang serta paksaan orang tua dan tidak ada perhatian orang tua terhadap anak tentang perkembangan anaknya sehingga ketika di panggil datang untuk ke sekolah untuk menyelesaikan masalah anaknya yang tidak hadir ke sekolah barulah orang tua sadar bahwa anaknya selama ini tidak masuk ke sekolah.

2) Keinginan Siswa untuk Mengikuti Trend

Keinginan siswa untuk mengikuti trend khususnya dalam berpakaian. Hal tersebut sesuai pengamatan pada tanggal 20 Mei 2015, sebelum bel berbunyi peneliti mengamati ada beberapa siswa yang memakai celana pensil dan akhirnya siswa yang memakai celana pensil ketahuan oleh

salah seorang guru, dan siswa tersebut

ditindaklanjuti dengan mengganti pakaiannya dengan kain sarung. Berdasarkan pernyataan wawancara dari beberapa informan dan observasi pada tanggal 20 Mei 2015 menunjukkan bahwa siswa-siswa di SMA Al-istiqamah ingin terlihat gaul sehingga mereka memakai celana pensil, mereka juga tidak ingin dikatakan jadul dan

ditertawakan oleh teman-temannya sehingga

mereka memakai celana yang sebenarnya tidak sesuai dengan tata tertib yang ada di SMA Al-istiqamah Simpang Ampek.

3) Siswa Tidak Takut Terhadap Sanksi

Siswa tidak takut dengan sanksi walaupun

sanksi tersebut diterapkan oleh sekolah.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat jam istirahat pada tanggal 22 Mei 2015, siswa lebih suka main HP di kelas dari pada kekantin, mereka sibuk dengan HP masing-masing, ada yang main game, membuka FB, dan lain sebagainya. Sanksi yang diberikan apabila ketahuan bawa HP kedalam kelas berupa HP diambil dan dikembalikan ketika ujian semester jika telah sering membawanya maka tidak dikembalikan kecuali telah tamat dari sekolah, jika HPnya berisi foto yang mengandung pornografi maka HP tidak dikembalikan lagi.

(6)

Sesuai wawancara dari beberapa informan dan observasi di atas tanggal 22 Mei 2015, bahwa siswa membawa HP ke sekolah disebabkan karena tidak takut terhadap sanksi dari sekolah. Siswa tidak merasa takut jika HPnya diambil oleh pihak sekolah, jika kedapatan oleh guru mereka membawa HP ke sekolah maka mereka tidak merasa kehilangan karena HPnya tidak berisi tentang hal yang pornografi, sehingga tidak ada efek jera dan rasa takut terhadap sanksi jika mereka kedapatan membawa HP.

4) Ketidakpedulian Siswa Terhadap Aturan

yang ada di Sekolah

Pelanggaran tata tertib sekolah di SMA Al-istiqamah terlihat dari pengamatan atau hasil observasi peneliti pada tanggal 18 Mei 2015 di gerbang sekolah pada jam 07.25-08.00 bahwa peneliti temui siswa ada yang terlambat, ada siswa yang tidak memakai seragam yang tidak sesuai aturan. Perilaku yang melanggar tata tertib sekolah tersebut terjadi karena ketidakpedulian siswa terhadap aturan tata tertib sekolah. Selain berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, hasil wawancara juga mendukung kenapa siswa melanggar tata tertib sekolah, kecenderungan siswa melanggar tata tertib sekolah di sebabkan ketidakpedulian siswa terhadap aturan yang ada di sekolah tersebut.

Berdasarkan ungkapan tersebut jelaslah bahwa siswa tidak peduli dengan tata tertib yang ada di sekolah, hal tersebut terlihat dari beberapa pernyataan informan dan hasil observasi tanggal 18 Mei 2015 menjelaskan bahwa siswa menyadari akan tata tertib tetapi mereka tetap melanggar tata tertib tersebut. Seperti siswa yang memakai celana pensil, baju tidak dimasukkan, memakai sepatu selain warna hitam, baju sekolah yang tidak pakai lambang dan lain sebagainya. Pada dasarnya siswa mengetahui bahwa semua itu tidak diperbolehkan oleh sekolah, akan tetapi mereka mengabaikan tata tertib tersebut.

Berdasarkan teori Kolb (Jufri, 2013: 26), bahwa individu mengalami tahap konseptualisasi atau konsep yang diterapkan pada dirinya, yang mana individu telah terkonsep dalam dirinya memakai celana pensil, tidak memasukkan baju merupakan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah akan tetapi individu tetap melakukan pelanggaran. Ini merupakan proses belajar yang bertujuan membentuk efek gaul dalam dirinya dan tidak ingin peduli terhadap aturan tata tertib sekolah.

5) Siswa Ingin Merasa Bebas

Siswa belum menganggap bahwa

pentingnya perilaku disiplin yang dituangkan dalam bentuk tata tertib sekolah dan belajar bagi perubahan perilaku dan prestasinya. Siswa merasa ditingkat atas (SMA atau sederajat) bebas dari aturan. Keinginan siswa bebas dari aturan diamati

langsung oleh peneliti, berdasarkan beberapa hasil wawancara dan hasil observasi tanggal 19 Mei 2015 diketahui bahwa adanya keinginan siswa untuk bebas dalam berpakaian. Mereka mengatakan bahwa selama bersekolah mereka tidak pernah merasa bebas dalam berpakaian dan perasaan bosan untuk mematuhi tata tertib di sekolah telah mereka rasakan. Dengan sikap ingin bebas siswa berani untuk melanggar tata tertib sekolah tanpa menghiraukan sanksi yang didapatkannya dan apabila hari hujan maka hujan merupakan alasan bagi siswa untuk melanggar tata tertib sekolah.

Apabila dikaitkan dengan teori

pembelajaran humanistik pelanggaran yang

dilakukan berada pada tahapan pembelajaran pada pengalaman aktif dan reflektif dimana individu mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya. Seorang individu mulai melakukan pengamatan baik itu di tingkah laku dirinya sendiri maupun temannya. Seorang individu apabila memakai sepatu berwarna selain warna hitam sebelumnya ada pengamatan dari diri individu bahwa individu yang memakai sepatu berwarna selain warna hitam maka mendapatkan sanksi.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. pergaulan siswa dengan teman sebaya disekolah maupun di masyarakat dan interaksi didalam keluarga. SMA Al-istiqamah siswa pada

umumnya adalah anak yang membutuhkan

pergaulan dengan teman sebaya. Begitu juga di sekolah untuk mengikuti tata tertib yang ada, siswa juga bisa dipengaruhi oleh teman sebayanya. Jika teman sebayanya yang dekat dengannya sering melanggar otomatis bisa mempengaruhi siswa tersebut untuk mengikutinya karena siswa pada masa remaja membutuhkan kelompok teman sebaya yang seide sehingga siswa tidak ingin berbeda dan dikucilkan oleh teman sebayanya tersebut. adapun faktor penyebab yang berasal dari luar diri individu siswa dapat dirincikan sebagai berikut:

1) Faktor Teman Sebaya

Observasi peneliti lakukan pada tanggal 26 Mei 2015, bahwa ada siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah secara bersama-sama dengan teman sebaya mereka. Mereka bersama-sama merokok ketika belum sampai ke lokasi sekolah, siswa-siswa tersebut mampir di warung dan merokok terlebih dahulu sebelum masuk ke lokasi sekolah. ketika siswa terlambat karena mampir di warung untuk merokok satu batang rokok. Sehingga mereka terlambat datang ke sekolah, begitu juga dengan siswa yang cabut pada jam pelajaran, mereka cabut karena

(7)

ikut-ikutan temannya. Apabila dikaitkan dengan teori yang peneliti gunakan bahwa siswa tidak lagi mengamati apa yang dilihatnya tetapi telah melakukan apa yang dilihatnya atau eksperimentasi aktif.

2) Faktor Guru

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada tanggal 21 Mei 2015 di kelas X IPS 3 bahwa ada siswa SMA Al-istiqamah kelas X IPS 3 yang tidak mengerjakan tugas sosiologi disebabkan oleh adanya perasaan bosan untuk mengikuti pelajaran dan tidak suka dengan metode yang digunakan guru tersebut, ada siswa yang keluar, ada yang berbicara dengan temannya dan lain sebagainya.

Ungkapan dari beberapa informan

menunjukan bahwa siswa melakukan pelanggaran karena mereka bosan. Mereka bosan belajar di kelas, apalagi jika pelajaran yang tidak mereka pahami sehingga mereka lebih memilih tidak memperhatikan pelajaran dan tidur didalam kelas, berbicara dengan teman dan sebagainya.

Hasil wawancara tersebut juga sejalan dengan hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada tanggal 21 Mei 2015 di dalam kelas, peneliti mengamati ada siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar. Diantara mereka ada yang tidur, pindah-pindah tempat duduk saat proses pembelajaran berlangsung, keluar kelas dan lain sebagainya. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa mereka meras bosan untuk mengikuti materi pelajaran di kelas.

Adanya perasaan siswa yang bosan untuk belajar dikelas juga disebabkan karena kurangnya motivasi belajar siswa. Di SMA Al-istiqamah hal tersebut sangat kompleks karena bisa juga berkaitan dengan hal-hal yang berada diluar diri siswa itu sendiri seperti cara mengajar guru yang kurang menyenangkan atau guru yang kurang bisa menjadi alat kontrol yang baik dalam kelas.

Adapun upaya yang dilakukan sekolah terhadap guru yang tidak disenangi oleh siswa adalah dengan melakukan supervisi. Supervisi adalah usaha yang dilakukan kepala sekolah atau

pihak sekolah terhadap guru-guru dalam

meningkatkan kemampuan mereka dalam

mengelola proses belajar mengajar, ini sangat

berpengaruh terhadap peningkatan kualitas

kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

2. Upaya Sekolah dalam Mengatasi Siswa yang Melanggar Tata Tertib Sekolah di SMA Al-istiqamah Simpang Ampek Kec. Pasaman, Kab. Pasaman Barat.

Upaya yang dilakukan sekolah SMA Al-istiqamah Simpang Ampek untuk mengatasi perilaku siswa yang melanggar tata tertib sekolah yaitu upaya preventif dan represif.

a. Upaya Preventif

Upaya preventif merupakan

langkah-langkah yang diambil untuk mencegah siswa berbuat hal-hal yang dikategorikan melanggar tata tertib sekolah. Sedangkan upaya represif adalah langkah yang diambil untuk menahan perilaku melanggar tata tertib sesering mungkin atau untuk menghalangi pelanggaran yang lebih berat lagi serta langkah menindak dan menghukum siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Sesuai pengamatan peneliti lakukan bahwa pihak sekolah telah melakukan tindak lanjut sebelum terjadi pelanggaran terhadap tata tertib sekolah di SMA Al-istiqamah Simpang Ampek Pasaman Barat. Diawal seorang siswa mendaftar sekolah pada umumnya didaftarkan oleh orang tua siswa dan pada saat itu pihak sekolah memberitahukan dan mensosialisasikan kepada orang tua tata tertib yang ada di sekolah itu, sehingga pihak sekolah berharap kerja sama orang tua untuk saling mengginggatkan anak-anaknya. Adapun upaya yang dilakukan pihak sekolah bagi siswa dan orang tua adalah sebagai berikut:

1) Sosialisasi Tata Tertib Sekolah

Sekolah mensosialisasikan tata tertib atau aturan yang harus ditaati oleh siswa SMA Al-istiqamah dengan berbagai macam cara. Salah satu cara tersebut adalah dengan mengenalkan tata tertib yang ada pada saat siswa baru sudah positif diterima di SMA SMA Al-istiqamah. Selanjutnya sosialisasi tata tertib yang ada di SMA Al-istiqamah dilanjutkan pada saat kegiatan MOS (masa orientasi siswa).

Selain itu siswa juga diberikan oleh sekolah panduan tata tertib yang memuat tata tertib yang harus dijalankan serta sanski yang akan diberikan apabila siswa melanggar tata tertib tersebut. Panduan tata tertib tersebut hendaknya dapat dibaca, dipahami serta mematuhi tata tertib yang tertulis dalam panduan tersebut.

Dengan adanya sosialisasi tata tertib sekolah yang telah dilakukan oleh SMA Al-istiqamah tersebut, seharusnya siswa dapat menaati aturan-aturan yang ada. Akan tetapi masih saja terdapat siswa yang melanggar tata tertib tersebut. Oleh karena itu, sosialisasi tidak hanya dilakukan sebatas itu saja, namun pada proses pembelajaran berlangsung kepala sekolah juga memanfaatkan

waktu upacara bendera untuk memberikan

pengarahan tentang pentingnya mentaati tata tertib sekolah agar tercipta suasana pembelajaran dan tujuan sekolah tercapai.

2) Kepala Sekolah Memberi pengarahan pada

saat upacara

Kepala sekolah merupakan seseorang yang memiliki status tertinggi di lingkungan sekolah sehingga sangat diperlukan perannya dalam

(8)

membangun suasana sekolah yang sesuai dengan visi dan misi sekolah yang diharapkan. Kepala

sekolah juga berperan dalam memberikan

pengarahan agar siswa bisa mematuhi aturan dan tata tekolah. pengarahan tersebut seperti yang dilakukan pada saat kegiatan upacara bendera. Pada tanggal 25 Mei 2015, hari senin pagi peneliti juga ikut dalam upacara, peneliti berdiri di belakang siswa dan mengamati siswa dan 15 orang guruyang mengikuti upacara bendera dan peneliti mendengar langsung apa yang disampaikan bapak kepala sekolah sebagai pembina upacara yang mana bapak kepala sekolah memberi pengarahan agar siswa lebih giat dalam belajar serta mematuhi tata tertib dan lebih disiplin lagi terhadap aturan.

b. Upaya Represif

Upaya represif merupakan upaya yang dilakukan setelah dilakukan tindakan pelanggaran. Upaya represif merupakan tindak lanjut dari upaya preventif. Tujuan dilakukan upaya represif adalah untuk mengatasi tindakan pelanggaran yang terjadi seminim mungkin, baik itu untuk mengatasi siswa yang melanggar tata tertib sekolah gunanyauntuk memperbaiki kinerja guru agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan baik pihak sekolah maupun pihak siswa itu sendiri.

1) Melaksanakan razia

Razia merupakan salah satu upaya sekolah di SMA al-istiqamah untuk mengatasi adanya pelanggaran tata tertib di sekolah. Razia ini dilakukan pihak sekolah tidak memiliki jadwal terkadang mendadak saja sesuai musyawarah guru-guru. Sesuai dengan hasil pengamatan tanggal 29 Mei 2015 dan hasil wawancara peneliti bahwa razia tidak dilaksanakan secara rutin dan jadwalnya tidak ditentukan dan lebih sering dilakukan secara mendadak sehingga siswa tidak dapat menghindari adanya razia tersebut. Selain itu guru-guru juga tidak ada waktu untuk melakukan razia karena sibuk dengan urusan sendiri dan yang mengerakan untuk dilakukannya adalah tugas kesiswaan akan tetapi wakil kepala sekolah di bidang kesiswaan juga sibuk dengan kegiatannya, oleh sebab itu razia dilakukan setelah ada musyawarah antar guru.

2) Memberikan sanksi

Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat memberikan dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman, hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Sanksi seharusnya diberikan secara adil kepada setiap siswa yang melanggar tata tertib sekolah. selain itu, sanksi juga hendaknya bersifat mendidik.

Sekolah akan memberi sanksi terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Sanksi

yang diberikan oleh para guru terhadap siswa yang melanggar tata tertib di SMA al-istiqamah simpang ampek sebelumnya sudah diketahui oleh orang tua siswa sehingga orang tua tidak merasa keberatan apabila anaknya terbukti melanggar tata tertib, agar ada efek jera untuk tidak melanggar tata tertib tersebut.

Sesuai pengamatan peneliti pada tanggal 18 Mei 2015, bahwa ada 5 orang siswa yang terlambat, peneliti mengamati apa yang dilakukan guru piket terhadap siswa yang terlambat, sebelumnya guru piket bertanya kenapa alasan

siswa tersebut terlambat, lalu guru piket

memerintahkan siswa tersebut untuk mengambil

sampah, menyiram bunga, dan menyapu

perkarangan sekolah.

Selain hasil observasi tanggal 18 Mei 2015 dan hasil wawancara dengan beberapa informan ,bahwa pihak sekolah atau guru yang melaksanakan razia telah memberikan tindak lanjut kepada siswa yang melanggar yaitu dengan memberikan sanksi. Pemberian sanksi tersebut bermacam-macam sesuai dengan kesalahan atau pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa. Ada sanksi yang dilaksanakan langsung ditempat seperti sanksi memotong celana pensil, memotong rambut yang panjang bagi laki-laki, memotong kuku bagi siswa yang panjang kukunya, mengambil sepatu yang tidak berwarna hitam.Kemudian sanksi lainnya adalah memanggil orang tua dan mengeluarkan siswa tersebut dari sekolah jika pelanggaran mereka sudah tergolong berat, skorsing bagi siswa yang melanggar kedua kalinya.

Sistem denda merupakan salah satu tindakan pemberian sanksi yang harus dibayar oleh si pelaku

pelanggaran, besarnya pembayaran denda

dilakukan sesuai kesepakatan masing-masing

sedangkan pembayaran denda bagi yang melanggar tata tertib sekolah ditentukan pihak sekolah. penerapan sistem denda ini dilakukan adalah untuk mengatasi perilaku siswa yang melanggar tata tertib sekolah. aturan yang dikenakan denda bagi siswa yang sering alfa, bolos, tidak menjalankan tugas piketnya serta tidak membersihkan pekarangan sekitar kelas masing-masing. Selanjutnya denda ini di bayar oleh siswa yang melanggar pada saat pengambilan nomor ujian, jika tidak dibayar siswa yang bersangkutan tidak dapat mengikuti ujian. Denda bagi siswa yang alfa adalah 2 ribu satu kali alfa dan bagi yang bolos 5 ribu satu kali bolos dan

bagi yang tidak membersihkan pekarangan

kelasnya masing-masing itu atas kesepakan masing-masing kelas.

Pada tanggal 30 tersebut, peneliti juga mengamati ada beberapa siswa yang pulang untuk menjemput uang karena kurang untuk membayar administrasi sekolah, ada juga yang menanggis karena tidak ada uang untuk membayar denda dan ada pula yang mintak janji kepada wali kelas untuk membayar uang denda ketika ujian asalkan nomor

(9)

ujiannya diberikan. Pihak sekolah atau wali kelas masing-masing akan memberikan nomor ujian ketika siswa membayar semua administrasi sekolah. Siswa yang paling banyak didenda yaitu siswa yang berinisial T membayar uang denda sebanyak Rp 34.000 dan TM membayar uang denda Rp 24.000.

Berdasarkan hasil observasi tanggal 30 Mei 2015 dan beberapa ungkapan dari informan, diketahui bahwa pihak sekolah di SMA Al-istiqamah sudah menerapkan sistem denda yang disepakati oleh pihak sekolah dan siswa yang melanggar tata tertib tersebut harus membayarnya. Karena itu merupakan syarat untuk mendapatkan nomor ujian, uang denda ini untuk kepentingan sekolah juga seperti untuk membeli perlengkapan sekolah dan membeli hadiah bagi siswa yang berprestasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasi penelitian yang dilakukan

mengenai Faktor Penyebab Siswa Melanggar Tata tertib sekolah dan upaya sekolah mengatasinya di

SMA Al-istiqamah Simpang Ampek Kec.

Pasaman, Kab. Pasaman Barat maka dapat disimpulkan bahwa 1. Faktor-faktor penyebab siswa melanggar tata tertib sekolah karena: a. Faktor Internal (di dalam) yang mana terdiri dari: 1) kurangnya minat siswa, 2)Keinginan siswa untuk mengikuti trend, 3)Tidak takut terhadap sanksi, 4) Ketidakpedulian siswa terhadap aturan yang ada di sekolah, 5) Siswa ingin merasa bebas. b. Faktor Eksternal (di luar) yang terdiri dari:1) Faktor teman sebaya, 2) Faktor guru. 2. Upaya sekolah terdiri dari, a. Upaya preventif meliputi: 1)Sosialisasi tata tertib sekolah, 2)Kepala sekolah memberi pengarahan pada saat upacara, b. Upaya

represif meliputi: 1) Melaksanakan razia,

2)Memberikan sanksi.

Berdasarkan hasil pembahasan dan

kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan

beberapa saran yang dapat diterapkan bagi peningkatan tata tertib di lingkungan sekolah sebagai berikut:

1. Memperbaiki penerapan tata tertib dan mempertegas sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar tata tertib yang ada di sekolah

2. Memperkuat kerjasama antara beberapa

pihak di sekolah untuk penegakan tata tertib sekolah. Kerja sama juga harus diperkuat baik dari pihak kepala sekolah, waka kesiswaan, guru BK, guru kelas, guru mata pelajaran, dan orang tua siswa serta siswa itu sendiri untuk penegakan tata tertib yang ada di sekolah.

3. Kepada pihak kantin sekolah agar tidak

melayani siswa yang berbelanja pada saat jam pelajaran berlangsung. Hal ini

dilakukan untuk menghindari siswa agar tidak keluar saat jam pelajaran (cabut dan merokok).

4. Siswa diharapkan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah, tidak terlambat, tidak memakai celana pensil, tidak keluar pada jam pelajaran, tidak membawa HP dan lain sebagainya. DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Prenada Media Group.

Judjiran, DKK. 2007. Perkembangan peserta didik.

Padang: UNP Press

Jufri, Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Reka Cipta.

Kadir, Abdul, dkk. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan.

Jakarta: PT Grafindo Persada.

Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Pendidikan

Micheal Foucaul. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor:

Referensi

Dokumen terkait

Dalam merawat tanaman juga harus memperhatikan kadar kelembaban tanah, karena kelembaban tanah adalah faktor yang mejadikan tanaman tumbuh dengan baik atau tidak.. Kelembaban

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

yang mengalami keterlambatan dapat di lihat di bawah ini (data terdiri dari 4kali pelaporan ), data yang diambil mulai minggu ke 25 karena pada minggu ke 13 proyek belum

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa dengan penggunaan metode PERT dan CPM dalam melakukan penjadwalan proyek dapat membantu

Dikarenakan nilai signifikansi < 0.05 atau 0.0085 < 0.05 maka H0 tidak menerima dan H1 bisa diterima, artinya terdapat peningkatan kapasitas berpikir kritis