• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Delanggu

Dukuh Sribit Lor merupakan salah satu dukuh di Desa Sribit Kecamatan Delanggu yang usahataninya cukup luas. Pola tanam yang diterapkan petani yaitu padi-pari-pantun. Hal ini dikarenakan ketersediaan air yang cukup menjangkau bersumber dari mata air Cokro. Petani di desa ini, pada umumnya menggunakan pola tanam monokultur.

Sistem budidaya padi di Dukuh Sribit Lor dimulai dengan pengolahan lahan kemudian dilanjutkan dengan penyemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit dan pemanenan. Adapun keragaan usahatani padi sawah di Kecamatan Delanggu mencakup kegiatan sebagai berikut :

1. Pengolahan Lahan

Kegiatan pengolahan lahan dilakukan untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman padi. Pengolahan tanah juga berguna untuk menstabilkan kondisi tanah dari segi kandungan unsur hara, perbaikan sifat fisik tanah dan perbaikan drainase tanah sehingga tanah menjadi gembur dan siap untuk ditanami. Pengolahan lahan untuk sawah yang ada di Dukuh Sribit Lor diawali dengan pembajakan tanah dengan menggunakan alat bajak berupa traktor. Biasanya untuk lahan sawah seluas ± 2200m2 dengan biaya sebesar Rp 150.000,00.

Setelah lahan dibajak, kemudian lahan diberakan selama dua minggu. Bongkahan tanah dihaluskan dan diratakan dengan menggunakan cangkul. Saat pengolahan sawah juga dilakukan pembuatan pematang sawah. Setelah selesai dicangkul, selanjutnya lahan diratakan menggunakan mesin traktor dengan papan perata(ngegaru) bertujuan agar unsur-unsur tanah kembali masuk ke dalam tanah. Setelah rata dan gembur, kemudian lahan diberakan kembali selama dua hari dan setelah itu baru dilakukan penanaman.

(2)

commit to user 2. Penyemaian

Kegiatan penyemaian dilakukan pada lahan yang telah disiapkan untuk tempat penyemaian yang sering disebut persemaian. Tempat penyemaian dibuat di lahan sawah yang akan ditanami, dimana untuk sawah dengan luas ± 2200 m2 dibutuhkan lahan untuk penyemaian seluas kurang lebih 200 m2. Penyemaian diawali dengan proses pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul hingga kondisi tanah menjadi gembur dan rata. Setelah proses pengolahan tanah, kemudian benih ditaburkan secara merata diatas lahan tersebut. Benih yang dibutuhkan rata-rata 15 Kg per 2200 m2. Pada umumnya benih yang digunakan adalah benih yang dibeli di toko saprodi di daerah setempat. Benih yang akan ditanam, sebelumnya dikecambahkan dengan cara direndam selama 24 jam dan diperamkan selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi masa dormansi benih.

3. Penanaman

Kegiatan penanaman padi yang dilakukan di Dukuh Sribit Lor biasa dikenal dengan istilah tandur. Setelah berumur 20 hingga 25 hari, bibit dapat segera ditanam ke lahan dengan jarak 25 X 25 cm. Biasanya jumlah bibit per rumpun sebanyak 3 hingga 5 batang. Penanaman dilakukan secara lurus dan teratur dengan tujuan untuk memudahkan penyiangan rumput. Setelah penanaman selesai, kurang lebih selama 10 hari petakan sawah tidak digenangi air. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada padi untuk memperkuat akarnya dan merangsang tumbuhnya anakan padi. Walaupun petakan sawah tidak boleh digenangi air bukan berarti kondisi tanah dibiarkan kering.

4. Penyulaman dan Penyiangan

Setiap hari setelah penanaman, tanaman padi harus selalu dilihat, apabila kelihatan ada tanaman yang mati harus segera diganti dengan bibit yang baru (disulam). Penyulaman dalam usahatani padi di Kecamatan Delanggu dilakukan dengan melihat terlebih dahulu kondisi tanaman, apakah tumbuh dengan baik atau tidak. Jika tanaman ada yang roboh, mati

(3)

commit to user

atau kerusakan akibat adanya gangguan hama seperti tikus atau keong, maka harus dilakukan penggantian bibit dengan cara menyulam dengan bibityang sama, penyulaman dilakukan 10 hari setelah penanaman. Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan atau mengurangi tanaman lain selain tanaman pokok atau sering disebut dengan tanaman gulma. Penyiangan ini dilakukan untuk mengurangi populasi gulma yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur hara sekaligus dapat memberi dukungan terhadap kondisi pertukaran dan perputaran udara agar lancar (aerasi), selain itu penyiangan juga dapat mencegah serangan hama.

Kegiatan penyiangan ini dilakukan dengan cara manual dengan menggunakan tangan sering disebut matun. Matun dilakukan disekitar rumpun padi, kemudian dibenamkan kelumpur atau dibuang ke pematang sawah. Rata – rata penyiangan dilkukan sebanyak dua kali dalam satu kali musim tanam, penyiangan pertama dilakukan ketika padi berumur tiga minggu dan yang ke dua setelah padi berumur enam minggu.

5. Pemupukan

Kegiatan pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur-unsur hara yangdiperlukan oleh tanaman padi untuk menunjang pertumbuhan, perkembangan danmenghasilkan produksi padi yang lebih baik. Kegiatan ini dilakukan dua sampaitiga kali. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui untuk mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, diantaranya jenis pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk itu sendiri, waktu pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan. Setiap pemupukan selalu bertujuan untuk menambah zat – zat dan unsur – unsur makanan yang di butuhkan tumbuh – tumbuhan didalam tanah.

Tanah yang dibudidayakan cenderung kekurangan unsur hara bagi tanaman. Oleh karena itu diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk organik maupun pupuk anorganik, tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi

(4)

commit to user

tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi. Pada umumnya petani di Kecamatan Delanggu menggunakan pupuk kimia dengan jenis Urea, SP-36, dan Phonska. Pemupukan tanaman padi dilakukan 3 tahap,yaitu pemupukan dasar (sebelum 14 HST), pada fase anakan aktif (23-28 HST) dan pada fase primordia (38-42 HST). pupuk urea diberikan pada ketiga tahap sesuai kebutuhan, sedangkan phonska diberikan seluruhnya pada pemupukan dasar.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Berdasarkan hasil wawancara, selama proses budidaya padi ada beberapa serangan hamayang cukup mengancam produksi, diantaranya yaitu serangan hama tikus. Hal ini disebabkan oleh pola tanam yang tidak serempak sehingga perkembangan hama dan penyakit berada di atas ambang batas ekonomi. Sehingga akan berdampak pada hasil produksi yang dapat menurun drastis.

Pada pengendalian hama yang dilakukan di Kecamatan Delanggu yaitu menggunakan racun yang dicampur dengan bekatul ataupun beras. Pemberian racun ini biasanya dilakukan pada sore hari karena tikus akan menyerang pada malam hari. Apabila tanaman mulai terserang penyakit maka petani segera melakukan penyemprotan. Penyemprotan biasa dilakukan pada pagi dan sore hari. Pembasmian hama dan penyakit biasanya dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali tergantung dari banyaknya serangan hama dan penyakit. Pestisida yang digunakan oleh petani pemilik, penyewa maupun penyakap dalam usahatani padi terdiri dari pestisida padat dan pestisida cair.

7. Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan memotong padi menggunakan sabit. Pemanenan padi harus dilakukan pada waktu yang tepat, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Pemanenan yang terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas gabah menjadi rendah, karena banyak butir gabah yang masih hijau atau butir berkapur. Sedangkan pemanenan yang terlalu lambat dapat menurunkan produksi karena banyak butir gabah yang sudah

(5)

commit to user

dimakan burung atau tikus. Padi siap panen pada umumnya adalah padi ketika butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80 persen dan tangkai sudah menunduk. Sekitar sepuluh hari sebelum pemanenan dilakukan, sawah harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan bertujuan untuk memudahkan petani disaat pemanenan berlangsung.

Ketika padi sudah waktunya panen maka para penebas berdatangan kesawah untuk melihat panen petani dan antara petani dan penebas saling tawar menawar sampai terjadi kesepakatan harga. Petani jarang sekali membawa pulang hasil panennya. Hal ini dikarenakan petani tidak mempunyai lahan atau halaman yang digunakan untuk menjemur gabah tersebut. Selain itu mereka lebih memilih uang hasil tebasan agar lebih praktis tidak harus bersusah payah menjemurnya. Alat yang digunakan untuk merontokan padi biasanya menggunakan mesin tleser, cara seperti ini akan lebih efisien.

B. Sistem Bagi Hasil dan Sistem Upah

1. Sistem Bagi Hasil

Pengertian bagi hasil Pengertian bagi hasil atau yang lebih dikenal dengan istilah maro dan mrapat yang terdapat di Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten adalah penyerahan sementara hak atas tanah kepada orang lain untuk diusahakan dengan perjanjian tertentu yang terikat dengan tradisi yang berlaku. Perjanjian tersebut terutama menyangkut masalah pembagian beban sarana produksi dan tenaga kerja yang selanjutnya mempengaruhi sistem bagi hasil panen antara petani bukan milik (sakap) dan pemilik lahan. Dengan demikian, dalam sistem bagi hasil ini pemilik lahan ikut menanggung resiko bila mengalami kegagalan.

Petani yang berhasil memperoleh kesempatan untuk menggarap lahan milik orang lain adalah terbatas pada kelompok tertentu dan biasanya memiliki hubungan keluarga, kerabat atau kenalan dekat yang telah dipercaya. Pemilik lahan menyakapkan lahannya dikarenakan tidak memungkinkan untuk dikerjakan sendiri karena mempunyai pekerjaan

(6)

commit to user

lain, selain itu juga didasari oleh keinginan untuk membantu memberikan mata pencaharian kepada keluarga, kerabat ataupun kenalandekatnya. Lahan yang disakapkan ini biasanya terus dilakukan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan.

Petani sakap tidak memiliki kekuatan dalam memilih lahan dan besarnya luas lahan yang akan digarapnya. Letak lahan maupun luas lahan yang akan digarap tergantung pada keinginan pemilik lahan. Sebagai tambahan, pada umumnya petani sakap memiliki kondisi finansial yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pemilik lahan.

Sistem bagi hasil maro berbeda dengan mrapat. Dalam sistem

maro ini, biaya-biaya sarana produksi dan berbagai iuran ditanggung oleh penyakap, sedangkan pemilik lahan hanya membantu pupuk 1 sak biasanya seberat 50 kg. Sedangkan sistem mrapat, untuk biaya –biaya sarana produksi dan berbagai iuran dibebankan pada pemilik lahan, petani sakap hanya tenaga kerjanya saja. Ketika panen, dalam sistem maro hasil panen dibagi dua secara proporsional antara pemilik lahan dan penyakap. Sedangkan pada sistem mrapat, penyakap mendapat hasil 25% dari hasil panen.

2. Sistem Upah

a. Sistem Upah Borongan

Jenis pekerjaan yang umumnya diupahkan dengan sistem borongan di Kecamatan Delanggu adalah jenis pekerjaan mengolah lahan dan menanam.Pekerjaan mengolah tanah ini ada dua macam yaitu mengolah tanah dengan cangkul dan menggunakan traktor. Pembayaran tenaga kerja ini dilakukan secara borongan tergantung luas lahan. Pekerjaan menanam yang dimaksud disini adalah memindahkan bibit dari persemaian ke sawah. Pekerjaan ini dilakukan secara berkelompok, yang sebagian besar dilakukan oleh wanita. Pengupahan dilakukan sesuai luas lahan sawah. Pada umumnya dengan luas lahan 2.200m2, upah borongannya sebesar Rp 150.000,00.

(7)

commit to user b. Sistem Upah Harian

Pekerjaan yang membutuhkan buruh dengan sistem upah harian di Dukuh Sribit Lor misalnya pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit biasanya dikerjakan oleh laki-laki, sedangkan menyiangi rumput-rumput liar dikerjakan oleh buruh wanita. Besarnya upah harian relatif sama di setiap lahan sawah dengan besar sekitar Rp 25.000,00.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Identitas Petani Sampel

Identitas petani sampel merupakan gambaran umum mengenai keadaan petani yang berkaitan dengan usahatani padi di Kecamatan Delanggu. Identitas petani sampel meliputi umur petani, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif usahatani padi, luas garapan dan pengalaman usahatani padi. Identitas petani sampel di Dukuh Sribit Lor dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Rata-rata Identitas Petani Responden Berdasarkan Kelembagaan Lahan di Dukuh Sribit Lor

No Uraian Pemilik Penggarap (n = 19) Petani Penyewa (n = 5) Petani Penyakap (n = 16)

1 Luas lahan garapan (Ha) 0,39 0,59 0,54

2 Umur Petani 58 47 53 3 Pendidikan(Th) 11 10 8 4 Jumlah anggota keluarga - Pria(orang) 2 3 2 - Wanita (orang) 2 1 2 5 Jumlah anggota keluarga yang aktif di UT (orang)

1 1 2

6 Pengalaman UT (Th) 23,68 15,4 22,06

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa jumlah petani pemilik penggarap adalah 19 orang, penyewa sebanyak 5 orang dan penyakap

(8)

commit to user

sebanyak 16 orang. Rata-rata luas lahan petani pemilik penggarap 0,39 Ha, petani penyewa 0,59 Ha, dan petani penyakap 0,54 Ha.

Rata-rata umur petani pemilik penggarap adalah 58 tahun, petani penyewa 47 tahun dan petani penyakap 53 tahun. Rata-rata umur petani responden dari ketiga status petani tersebut masih berada dibawah 65 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa petani responden termasuk dalam usia produktif. Hal ini menunjukkan bahwa para petani responden masih mempunyai produktivitas kerja yang tinggi karena tenaga yang dimiliki dan kemampuan untuk bekerja masih cukup besar.

Rata-rata pendidikan yang berhasil ditamatkan oleh petani pemilik penggarap adalah 11 tahun, penyewa 10 tahun dan penyakap 8 tahun.para petani dalam menjalankan usahatani berbekal pengetahuan tentang pertanian yang terbatas dan kebanyakan dari mereka hanya mengandalkan pengalaman berusahatani. Dengan demikian, dalam menjalankan usaahataninya petani tidak harus mempunyai tingkat pendidikan formal yang tinggi karena dalam berusahatani membutuhkan keterampilan serta keahlian khusus yang berasal dari pengalaman dan belum tentu diperoleh dari pendidikan formal.

Rata-rata jumlah anggota keluarga dari ketiga status petani adalah sama yaitu 4 orang. Jumlah anggota keluarga yang tidak begitu besar menandakan bahwa petani responden termasuk dalam keluarga kecil. Rata-rata terdiri dari suami, istri dan dua orang anak.

Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani oleh petani pemilik penggarap adalah satu orang, penyewa satu orang dan penyakap dua orang. Anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan usahatani yaitu suami, sedangkan istri biasanya menjadi ibu rumah tangga. Namun pada petani penyakap yang diperoleh rata-rata dua orang berarti menunjukkan istri juga aktif dalam kegiatan usahatani. Sedangkan anak-anak dari ketiga status petani tersebut tidak aktif dalam kegiatan usahatani. Hal ini dikarenakan anak-anak masih bersekolah dan ada juga yang bekerja di luar bidang pertanian yang berada diluar daerah.

(9)

commit to user

Rata-rata pengalaman usahatani oleh petani pemilik penggarap adalah 23,68 tahun, penyewa 15,4 tahun dan penyakap 22,06 tahun. Dari ketiga status petani menunjukkan bahwa pengalaman dalam berusahatani cukup lama. Sebagian besar petani mengenal cocok tanam padi secara turun temurun dari orang tuanya.

2. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja a. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani padi

Penggunaan sarana produksi usahatani padi sawah petani pemilik penggarap, penyewa dan penyakap di Kecamatan Delanggu meliputi penggunaan benih padi, pupuk dan obat-obat kimia. Penggunaan sarana produksi sangat dipengaruhi oleh besarnya luas lahan garapan serta pengetahuan petani dalam pengelolaan usahataninya. Rata-rata penggunaan sarana produksi usahatani padi dari ketiga macam status petani, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi Berdasarkan Kelembagaan Lahan di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa rata-rata lahan garapan dari ketiga petani berbeda sehingga penggunaan sarana produksi pada usahatani padi di Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten dari ketiga petani juga berbeda. Rata-rata luas garapan petani

No. Uraian Pemilik

Penggarap Penyewa Penyakap Per UT Per Ha Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Luas Lahan garapan (Ha) 0,39 1 0,59 1 0,54 1 2. Benih (Kg) 26,32 67,49 40 67,79 36,88 68,30 3. Urea (Kg) 84,21 215,92 120 203,39 134,38 248,85 4. SP-36 Kg) 59,47 152,48 80 135,59 77,81 131,88 5. Phonska (Kg) 71,84 184,21 120 203,39 109,38 185,39 7. Regent (ml) 128,95 330,64 200 338,98 181,25 335,65 8. Marshall (ml) 120 307,69 192 325,42 127,5 236,11 9. Score (ml) 77,89 199,71 80 135,59 64 120,37

(10)

commit to user

pemilik penggarap yaitu 0,39 Ha, penyewa 0,59 Ha dan penyakap 0,54 Ha. Penggunaan benih untuk petani pemilik penggarap sebanyak 26,32 Kg per UT atau 67,49 Kg per Ha. Petani penyewa menggunakan benih sebanyak 40 Kg per UT atau 67,79 Kg per Ha. Sedangkan untuk petani penyakap 36,88 Kg per UT atau 68,30 Kg per Ha.

Jumlah penggunaan pupuk yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian untuk pupuk urea yaitu 200-250 Kg/Ha, pupuk SP-36 150-200 Kg/Ha, pupuk Phonska 150-150-200 Kg/Ha. Petani pemilik penggarap menggunakan pupuk urea sebanyak 84,21 Kg per UT atau 215,92 per Ha. Petani penyewa menggunakan pupuk urea sebanyak 120 Kg per UT atau 203,39 Kg per Ha. Pupuk phonska yang digunakan petani pemilik penggarap sebanyak 71,84 per UT atau 184,21 per Ha. Sedangkan petani penyewa menggunakan pupuk phonska sebanyak 120 Kg per UT atau 203,39 per Ha. Petani penyakap pupuk phonska yang digunakan sebanyak 109,38 Kg per UT atau 185,39 Kg per Ha. Penggunaan pupuk phonska antara petani pemilik penggarap, petani penyewa dan penyakap terdapat perbedaan yaitu petani penyewa menggunakan pupuk phonska yang lebih banyak. Namun, secara keseluruhan dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan pupuk untuk luas lahan satu hektar sudah memenuhi kriteria meskipun ada juga beberapa petani yang menggunakan pupuk masih kurang dari jumlah yang dianjurkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar petani responden sudah mempunyai kesadaran yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Pemberian pupuk urea yang banyak mengandung unsur nitrogen (N) berguna untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang cabang dan daun. Selain itu juga berguna untuk pembentukan hijau daun untu fotosintesia. Sedangkan pemberikan pupuk SP-36 dan phonska yang banyak mengandung unsur fosfor (P) berguna untu merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu juga berfungsi

(11)

commit to user

sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah.

Rata - rata petani pemilik penggarap, penyewa dan penyakap menggunakan pestisida regent, marshal dan score. Penggunaan masing-masing petani berbeda-beda, karena sesuai dengan kebutuhan. Apabila banyak diserang hama ataupun penyakit maka penggunaan pestisida bisa tinggi. Pada Tabel menunjukkan bahwa penggunaan regent dan marshal tertinggi pada petani penyewa. Sedangkan penggunaan score paling banyak adalah petani pemilik penggarap yaitu sebesar 77,89 ml per UT atau 199,71 ml per Ha.

b. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Padi

Tenaga kerja yang digunakan pada usahatani padi disesuaikan dengan luas lahan garapan dan kegiatan usahatani. Dalam pengelolaan usahatani, para petani baik pemilik penggarap, penyewa maupun penyakap untuk menunjang berlangsungnya proses produksi menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar. Namun biaya yang diperhitungkan hanya tenaga kerja luar. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi oleh petani pemilik penggarap di Dukuh Sribit Lor dapat dilihat Tabel 12.

(12)

commit to user

Tabel 12 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Kegiatan Usahatani Padi oleh Petani Pemilik Penggarap di Dukuh Sribit Lor

No Uraian Kegiatan TKK (HKSP) TKL (HKSP) Jumlah (HKSP) Per UT Per Ha Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1 Pengolahan Tanah 4,2 10,8 13,4 34,4 17,6 45,2 2 Persemaian Benih 1,4 3,6 0,2 0,5 1,6 4,1 3 Penanaman 1,8 4,6 10,6 27,1 12,4 31,7 4 Pemupukan 2,6 6,7 0,6 1,5 3,2 8,2 5 Penyiangan 3,8 9,7 4,4 11,3 8,2 21 6 Pemberantasan Hamadan Penyakit 1,6 4,1 0,4 1,0 2,0 5,1 7 Pemanenan 0 0 0 0 0 0 Jumlah 15,4 39,5 29,6 75,8 45 115,3

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : TKK : Tenaga Kerja Keluarga TKL : Tenaga Kerja Luar HKSP : Hari Kerja Setara Pria

UT : Usahatani

Berdasarkan Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja oleh petani pemilik penggrap pada usahatani padi di Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten yaitu sebesar 45 HKSP per UT atau 115,3 HKSP per Ha. Tenaga kerja ini meliputi tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar. Penggunaan tenaga kerja luar lebih banyak dari pada tenaga kerja keluarga. Tenaga kerja luar yang digunakan per usahatani yaitu 29,6 HKSP atau 75,8 HKSP per Ha. Sedangkan penggunaan tenaga kerja keluarga sebesar 15,4 HKSP per UT atau 39,5 HKSP per Ha. Kegiatan usahatani yang mempengaruhi penggunaan tenaga kerja luar menjadi besar yaitu pengolahan tanah dengan menggunakan traktor atau membajak dan penanaman. Kegiatan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dilakukan oleh tenaga kerja pria, sedangkan kegiatan penanaman dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Kegiatan pengolahan tanah dan

(13)

commit to user

penanaman tersebut untuk upah yang diterima yaitu dengan sistem borongan, namun disini dinyatakan dalam HKSP. Upah tenaga kerja yang dikeluarkan petani untuk satu hari kerja (1HKSP) yaitu sebesar Rp 25.000,00.

Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh tenaga kerja keluarga meliputi mencangkul, persemaian benih, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit. Pada kegiatan penyiangan ini tergantung pada kondisi sawah, apabila gulma yang tumbuh hanya sedikit maka bisa diselesaikan dengan menggunakan tenaga kerja keluarga namun apabila gulma tersebut banyak, maka akan menggunakan tenaga kerja luar.

Petani pemilik penggarap pada kegiatan panen tidak menggunakan tenaga kerja baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja lur. Hal ini dikarenakan pada umumnya petani menjual hasil produksinya kepada penebas langsung sehingga tidak membutuhkan tenaga kerja pada kegiatan panen. Selain itu dengan alasan lain bahwa lebih irit biaya tenaga kerja, karena apabila hasilnya dibawa pulang maka akan membutuhkan banyak biaya. Biaya yang dikeluarkan petani pemilik penggarap apabila hasil produksinya dibawa pulang yaitu biaya memotong padi, biaya perontok padi, biaya pengangkutan. Petani juga harus menjemur gabah tersebut padahal tidak mempunyai halaman luas untuk menjemur, selain itu juga membutuhkan banyak tenaga. Dengan alasan tersebut, rata-rata petani pemilik penggarap lebih memilih menjual langsung ke penebas dari pada dibawa pulang. Jadi petani dalam mencukupi kebutuhan beras maka mereka akan membeli, meskipun harganya kadang relatif tinggi. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi oleh petani penyewa di Dukuh Sribit Lor dapat dilihat Tabel 13.

(14)

commit to user

Tabel 13 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Kegiatan Usahatani Padi oleh Petani Penyewa di Dukuh Sribit Lor

No Uraian Kegiatan TKK (HKSP) TKL (HKSP) Jumlah (HKSP) Per UT Per Ha Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1 Pengolahan Tanah 5,6 9,5 19,9 33,7 25,5 43,2 2 Persemaian Benih 2,2 3,7 0,4 0,7 2,6 4,4 3 Penanaman 4 6,8 14,2 24 18,2 30,8 4 Pemupukan 3,4 5,8 1,6 2,7 5 8,5 5 Penyiangan 1,6 2,7 12,8 21,7 14,4 24,4 6 Pemberantasan Hamadan Penyakit 2,2 3,7 0 0 2,2 3,7 7 Pemanenan 0 0 0 0 0 0 Jumlah 19 32,2 48,9 82,8 67,9 115

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : TKK : Tenaga Kerja Keluarga TKL : Tenaga Kerja Luar HKSP : Hari Kerja Setara Pria

UT : Usahatani

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja oleh petani penyewa pada usahatani padi di Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten yaitu sebesar 67,9 HKSP per UT atau 115 HKSP per Ha. Tenaga kerja ini meliputi tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar. Penggunaan tenaga kerja luar lebih banyak dari pada tenaga kerja keluarga. Tenaga kerja luar yang digunakan per usahatani yaitu 48,9 HKSP atau 82,8 HKSP per Ha. Sedangkan penggunaan tenaga kerja keluarga sebesar 19 HKSP per UT atau 32,2 HKSP per Ha.

Petani penyewa sebenarnya lebih memilih merawat usahataninya sendiri, namun karena adanya keterbatan tenaga kerja keluarga maka mereka juga menggunakan tenaga kerja luar agar hasil produksinya optimal. Petani penyewa lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar pada kegiatan membajak (pengolahan tanah dengan

(15)

commit to user

menggunakan traktor) dan penanaman. Kegiatan membajak dilakukan dengan menggunakan traktor karena lebih menghemat waktu sedangkan untuk kegiatan penanaman, karena hanya berlangsung satu hari sehingga memerlukan tenaga yang relatif banyak supaya dapat selesai tepat waktu. Kegiatan persemaian benih, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit rata-rata dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Hanya sebagian kecil petani yang menggunakan tenaga kerja dari luar Karena lahan yang relatif luas sehingga tidak mampu dikerjakan sendiri.

Kegiatan penyiangan dilakukan oleh tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar. Tenaga kerja luar biasanya pada kegiatan

menyorok/menggaru, kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja pria karena lebih banyak membutuhkan tenaga. Petani penyewa sebenarnya berusaha menekan biaya produksi seminimal mungkin sehingga selalu memaksimalkan tenaga kerja keluarga yang ada. Namun pada kenyataannya, pada kegiatan penyiangan petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar, karena banyak gulma yang harus dibersihkan. Sedangkan petani tidak mampu membersihkan sendiri karena mempunyai pekerjaan lain. Pada kegiatan panen seperti halnya pada petani pemilik penggarap, petani penyewa juga menjual hasil produksinya ke penebas. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi oleh petani penyakap di Dukuh Sribit Lor dapat dilihat Tabel 14.

(16)

commit to user

Tabel 14 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Kegiatan Usahatani Padi oleh Petani Penyakap di Dukuh Sribit Lor

No Uraian Kegiatan TKK (HKSP) TKL (HKSP) Jumlah (HKSP) Per UT Per Ha Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1 Pengolahan Tanah 10 18,5 15,8 29,3 25,8 47,8 2 Persemaian Benih 2 3,4 0 0 2 3,4 3 Penanaman 3 5,6 15,6 28,9 31,9 34,5 4 Pemupukan 4,4 8,2 0 0 4,4 8,2 5 Penyiangan 11,4 21,1 2,4 4,4 13,8 25,5 6 Pemberantasan Hama dan Penyakit 2,8 5,2 0 0 2,8 5,2 7 Pemanenan 0 0 0 0 0 0 Jumlah 33,6 61,4 33,8 62,6 78,7 124,6

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : TKK : Tenaga Kerja Keluarga TKL : Tenaga Kerja Luar HKSP : Hari Kerja Setara Pria

UT : Usahatani

Pada Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja keluarga oleh petani penyakap pada usahatani padi yaitu sebesar 33,6 HKSP per UT atau 61,4 HKSP per UT. Sedangkan penggunaan tenaga kerja luar sebanyak 33,8 HKSP per UT atau 62,6 HKSP per UT. Dalam hal ini menunjukkan perbedaan penggunaan tenaga kerja, Penggunaan tenaga kerja keluarga lebih banyak bila dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja keluarga yang digunakan oleh petani pemilik penggarap maupun penyewa. Petani pemilik penggarap maupun penyewa lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar. Petani penyakap lebih sedikit menggunakan tenaga luar. Total penggunaan tenaga kerja penyakap baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar yaitu sebesar 78,7HKSP per UT atau 124,6 HKSP per Ha. Apabila dibandingkan dengan total penggunaan tenaga kerja oleh petani pemilik penggarap dan penyewa,

(17)

commit to user

maka total penggunaan tenaga kerja paling banyak yaitu pada petani penyakap. Petani penyakap lebih banyak mengoptimalkan tenaga kerja keluarga karena menghemat biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli sarana produksi sudah relatif tinggi, jadi untuk mengelolanya lebih banyak mengggunakan tenaga kerja keluarga biasanya dibantu oleh istrinya. Ketika lahan yang disakap oleh petani tersebut cukup luas maka pada kegiatan tertentu tenaga kerja keluarga petani penyakap tidak mencukupi maka menggunakan tenaga kerja dari luar, namun biayanya ditanggung oleh petani penyakap. Petani penyakap dengan sistem maro penggunakan tenaga kerja pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dan penanaman ditentukan oleh penyakap.

Pada kegiatan panen merupakan hak dari pemilik lahan untuk hasil produksinya dijual ke penebas atau di panen sendiri. Rata-rata menunjukkan bahwa pemilik lahan menjual hasil produksinya langsung pada penebas. Jadi petani penyakap tidak perlu menggunakan tenaga kerja keluarga untuk kegiatan panen.

3. Biaya Usahatani Padi a. Biaya Produksi

Biaya produksi terdiri dari biaya yang benar-benar dikeluarkan dan biaya yang tidak dikeluarkan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja luar,iuran irigasi, sewa tanah, pajak, penyusutan alat sedangkan biaya yang tidak dikeluarkan yaitu biaya tenaga kerja keluarga.

Besarnya biaya produksi untuk ketiga macam status petani dapat dilihat pada Tabel 15.

(18)

commit to user

Tabel 15 Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Padi Berdasarkan Kelembagaan Lahan di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa besarnya biaya produksi oleh petani pemilik penggarap pada usahatani padi yaitu sebesar Rp 1.960.758,00/Ha/MT. Biaya produksi yang

dikeluarkan oleh petani penyewa yaitu sebesar Rp 1.871.018,00/Ha/MT. Besarnya biaya produksi pada petani

penyakap tersebut dikeluarkan pada petani penyakap dengan sistem

maro sebesar Rp 1.542.014,00/Ha/MT. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani penyakap relatif lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap dan penyakap. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk urea merupakan bantuan dari pemilik lahan. Jadi petani penyakap biasanya tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk urea.

Biaya saprodi meliputi biaya pengadaan benih, pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk Phonska, pestisida regent, marshal dan score. Besarnya biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh petani adalah biaya pupuk. Hal ini disebabkan karena harga pupuk relatif mahal. Harga masing-masing pupuk adalah Urea Rp 1.800,00/Kg, SP-36 Rp 2.300,00/Kg, Phonska Rp 2.300/Kg. Bagi petani yang mempunyai lahan yang luas maka membutuhkan banyak pupuk sehingga biaya pengeluaran pupuk juga semakin besar. Penggunaan pestisida

No Uraian

Kegiatan

Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap

Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Benih 210.526 539.810 320.300 542.373 295.438 547.107 2 Pupuk a. Urea 152.513 391.058 217.500 368.644 0 0 b. SP-36 137.026 351.348 184.700 313.051 179.875 333.102 c. Phonska 166.079 425.843 277.400 470.170 252.531 467.650 3 Pestisida a. Regent 27.447 70.377 37.000 62.712 40.000 74.074 b. Marshal 24.132 61.876 38.500 65.254 25.594 47.396 c. Score 46.974 120.446 28.800 48.814 39.250 72.685 Jumlah 759.121 1.960.758 1.104.200 1.871.018 832.688 1.542.014

(19)

commit to user

dilakukan ketika sudah melebihi ambang batas atau tanaman padi sudah terserang hama dan penyakit yang sudah banyak. Pada musim penghujan tanaman lebih mudah terserang penyakit, namun apabila yang terserang masih sedikit maka belum disemprot. Pengeluaran biaya yang paling kecil yaitu biaya pestisida marshal pada petani pemilik penggarap sebesar Rp 61.876,00/Ha/MT. Sedangkan pada petani penyewa biaya terkecil terletak pada pengeluaran biaya pestisida score yaitu sebesar Rp 120.446,00/Ha/MT.

Petani dalam memenuhi kebutuhan sarana produksi untuk usahataninya sebagian besar diperoleh melalui pembelian di toko saprodi dekat dengan tempat tinggalnya, karena akan menghemat biaya transportasi. Petani dalam membeli sarana produksi biasanya menggunakan sepeda motor, sepeda, mobil maupun jasa angkutan dari toko tempat pembelian. Petani yang menggunakan sepeda tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi. Petani yang membeli saprodi menggunakan sepeda motor maupun mobil maka harus mengeluarkan biaya untuk pembelian bensin. Sedangkan petani yang memilih jasa antar maka setiap satu kali antar dengan berat kira-kira 50 kg maka akan dikenai biaya sebesar Rp 1.000,00. Petani dalam menjalankan usahatani tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah. Maka dari itu biaya yang harus dikeluarkan oleh petani semakin besar.

b. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani padi terdiri dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar, namun biaya yang diperhitungkan hanya biaya tenaga kerja luar sedangkan tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan. Biaya tenaga kerja untuk usahatani padi ini antara lain biaya untuk pengolahan tanah, persemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, sedangkan untuk tenaga kerja untuk panen tidak ada karena hasil produksinya dijual langsung kepada penebas. Rata-rata biaya

(20)

commit to user

penggunaan tenaga kerja luar pada usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Berdasrkan Kelembagaan Lahan pada Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

No Uraian

Kegiatan

Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap

Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Pengolahan Tanah 335.000 858.974 497.500 843.220 395.000 731.481 2 Persemaian 5.000 12.820 10.000 16.949 0 0 3 Penanaman 265.000 679.487 355.000 601.695 390.000 722.222 4 Pemupukan 15.000 38.461 40.000 67.797 0 0 5 Penyiangan 110.000 282.051 320.000 542.373 60.000 111.111 6 Pemberantasan Hama dan Penyakit 10.000 25.641 0 0 0 0 7 Pemanenan 0 0 0 0 0 0 Jumlah 740.000 1.858.973 1.222.500 2.072.034 845.000 1.564.814

Sumber : Analisis Data Primer

Upah hari kerja dihitung dalam satuan Hari Kerja Setara Pria (HKSP), dimana satu HKSP sebesar Rp 25.000,00. Pada Tabel diketahui bahwa biaya tenaga kerja luar yang dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap sebesar Rp 1.858.973,00/Ha/MT. Petani penyewa mengeluarkan biaya tenaga kerja luar sebesar Rp 2.072.034/Ha/MT. Sedangkan petani penyakap paling sedikit mengeluarkan biaya tenaga kerja luar yaitu Rp 1.564.814/Ha/MT. Pada petani pemilik penggarap dan penyewa penggunaan biaya paling besar yaitu pada kegiatan pengolahan tanah dan penanaman, disini termasuk biaya sewa traktor dan upah borongan pada penanaman. Selain biaya tersebut, pada petani penyewa pada kegiatan penyiangan memerlukan biaya yang tinggi. Hal ini dikarenakan ada beberapa lahan petani yang banyak ditumbuhi gulma dan petani mempunyai pekerjaan lain sehingga harus menggunakan tenaga kerja luar. Biaya yang dikeluarkan oleh petani penyakap paling sedikit karena mereka lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga. Kegiatan mencangkul, persemaian benih, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit dikerjakan dengan menggunakan tenaga kerja keluarga. Pada kegiatan panen, dari ketiga

(21)

commit to user

status petani tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja luar. Hal ini dikarenakan hasil panen langsung dijual kepada penebas.

c. Biaya Lain-lain

Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap, penyewa dan penyakap masing-masing berbeda. Petani pemilik penggarap meliputi biaya pajak tanah, biaya irigasi dan biaya penyusutan. Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani penyewa meliputi biaya sewa tanah, biaya irigasi dan biaya penyusutan. Sedangkan biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani penyakap hanya biaya tenaga kerja luar dan biaya penyusutan alat. Penggunaan rata-rata biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Rata-rata Biaya Lain-lain yang dikeluarkan oleh Petani Pemilik Penggarap, Penyewa dan Penyakap pada Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer

Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh ketiga status petani berbeda-beda. Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani pemilik pemilik penggarap yaitu sebesar Rp 253.299,00/Ha/MT. Biaya lain-lain tersebut meliputi biaya pajak tanah, biaya irigasi dan biaya penyusutan. Biaya yang paling kecil dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap adalah biaya pajak, biaya ini untuk masing-masing petani berbeda-beda tergantung pada letak lahan dan tingkat kesuburan tanah. No Uraian Kegiatan Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Biaya Pajak Tanah 26.860 68.871 0 0 0 0 2 Biaya Sewa Tanah 0 0 2.340.000 3.966.101 0 0 3 Biaya Irigasi 31.842 81.641 52.000 88.136 11.250 20.833 4 Biaya Penyusutan 40.087 102.787 37.667 63.842 45.000 83.333 Jumlah 98.789 253.299 2.429.667 4.118.079 56.250 104.166

(22)

commit to user

Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani penyewa yaitu sebesar Rp 4.118.079,00/Ha/MT. Biaya tersebut meliputi biaya sewa tanah, biaya irigasi dan biaya penyusutan. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh petani penyakap yaitu hanya biaya irigasi sebesar Rp 20.833,00 dan biaya penyusutan sebesar Rp 83.333,00/Ha/MT. Biaya pajak tanah pada penyakap dikeluarkan oleh pemilik lahan. Sedangkan biaya sewa lahan juga tidak dikeluarkan oleh penyakap.

d. Biaya Total Usahatani Padi

Biaya Total usahatani padi adalah penjumlahan dari biaya saprodi, biaya tenaga kerja luar dan biaya lain-lain. Rata-rata biaya total pada usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Rata-rata Biaya Total yang dikeluarkan oleh Petani Pemilik Penggarap, Penyewa dan Penyakap pada Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa biaya usahatani total terdiri dari biaya saprodi, biaya tenaga kerja luar dan biaya

lain-lain. Pemilik penggarap mengeluarkan biaya total sebesar Rp 4.074.366,00/MT/Ha. Penyewa mengeluarkan biaya saprodi Rp 8.061.131/MT/Ha. Penyakap dengan sistem maro mengeluarkan biaya Rp 3.210.994/MT/Ha. Pada petani penyakap mengeluarkan biaya tenaga kerja cukup tinggi dan biaya lain-lain yang dikeluarkan juga tinggi. Hal ini terkait dengan biaya sewa tanah. Biaya yang dikeluarkan penyakap adalah yang terkecil karena terkait dengan biaya saprodi yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dikarenakan biaya pembelian pupuk urea dikeluarkan oleh

No Uraian

Kegiatan

Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap

Per UT (Rp) Per Ha(Rp) Per UT(Rp) Per Ha(Rp) Per UT (Rp) Per Ha(Rp) 1 Biaya Saprodi 759.121 1.962.094 1.104.200 1.871.018 823.688 1.542.014 2 Biaya Tenaga Kerja Luar 740.000 1.858.973 1.222.500 2.072.034 843.750 1.564.814 3 Biaya Lain- lain 98.789 253.299 2.429.667 4.118.079 56.250 104.166 Jumlah 1.597.910 4.074.366 4.756.367 8.061.131 1.723.688 3.210.994

(23)

commit to user

pemilik lahan. Petani penyakap lebih sedikit penggunaan tenaga kerja luar, karena dalam mengusahakan usahatani lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga/sendiri. Mereka lebih memaksimalkan tenaga kerja keluarga karena juga menghemat biaya. 4. Penerimaan Usahatani Padi

Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi usahatani padi dengan harga per satuan. Rata-rata penerimaan usahatani padi di Dukuh Sribit Lor dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Rata-rata Penerimaan yang diterima oleh Petani Pemilik Penggarap, Penyewa dan Penyakap pada Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa rata-rata produksi usahatani padi yang diperoleh oleh petani pemilik penggarap sebesar 4.642,38 kg/Ha, petani penyewa sebesar 4.017 kg/Ha, sedangkan petani penyakap perolehan hasil sebesar 3.969,90 kg/Ha. Dengan harga gabah kering panen per kilogramnya Rp 3.600,00. Besarnya penerimaan yang diterima oleh ketiga status petani berbeda-beda. Penerimaaan terbesar dari ketiga status petani yaitu pada pemilik penggarap sebesar Rp 15.478.544,00/Ha/MT. Penerimaan yang diterima oleh petani penyewa pada usahatani padi yaitu sebesar Rp 14.461.017,00/Ha/MT. Sedangkan penerimaan petani penyakap sebesar Rp 7.145.834,00/Ha/MT. Penerimaan tersebut setelah dibagi 50% dengan pemilik lahan. Besarnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh oleh masing-masing petani

No Uraian Kegiatan Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Produksi (Kg) 1.810,53 4.642,38 2.370 4.017 2.143,75 3.969,90 2 Harga (Rp/Kg) 3.600 3.600 3.600 3.600 3.600 3.600 3 Penerimaan Penerimaan 50%nya 6.036.632 15.478.544 8.532.000 14.461.017 7.717.500 3.858.750 14.291.667 7.145.834

(24)

commit to user

dapat digunakan untuk menghitung pendapatan. Dengan cara menghitung selisih penerimaan dengan biaya total.

5. Pendapatan Usahatani Padi

Pendapatan usahatani padi adalah selisih dari penerimaan dengan biaya total. Rata-rata pendapatan usahatani padi menurut Status Kelembagaan Lahan di Dukuh Sribit Lor dapat dilihat pada Tabel 20. Pendapatan usahatani padi adalah selisih dari penerimaan dengan biaya total. Rata-rata pendapatan usahatani padi menurut Status Kelembagaan Lahan di Dukuh Sribit Lor dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Rata-rata Pendapatan yang diterima oleh Petani Pemilik Penggarap, Penyewa dan Penyakap pada Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan pada Tabel 20 dapat diketahui rata-rata pendapatan

usahatani padi oleh petani pemilik penggarap sebesar Rp 11.404.178,00/Ha/MT, penyewa sebesar Rp 6.399.886,00/Ha/MT,

sedangkan petani penyakap memperoleh pendapatan sebesar Rp 3.934.840,00/Ha/MT. Perolehan pendapatan petani penyewa tidak

sebesar pemilik penggarap dikarenakan petani penyewa mengeluarkan biaya sewa lahan. Sedangkan, perolehan pendapatan penyakap yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan pendapatan usahatani petani yang lain karena pada penerimaan hasilnya dibagi dengan pemilk lahan. Meskipun biaya yang dikeluarkan oleh penyakap lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang lain namun pendapatan yang diperoleh juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan petani pemilik penggarap dan penyewa.

No Uraian Kegiatan Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Penerimaan 6.036.632 15.478.544 8.532.000 14.461.017 3.858.750 7.145.834 2 Biaya 1.597.910 4.074.366 4.756.367 8.061.131 1.723.688 3.210.994 3 Pendapatan 4.438.722 11.404.178 3.775.633 6.399.886 2.135.062 3.934.840

(25)

commit to user

D. Pengaruh Kelembagaan Lahan dan Faktor Lainnya Terhadap Produktivitas Lahan Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Faktor-faktor produksi dalam kegiatan usahatani adalah penggunaan input produksi yang terdiri atas luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk SP-36, jumlah pupuk Phonska, jumlah pestisida, jumlah tenaga kerja, dan variabel dummy. Dalam pengelolaannya perlu diketahui bahwa penggunaan faktor-faktor tersebut berpengaruh atau tidak terhadap keberlanjutan usahatani dari petani responden di Dukuh Sribit Lor, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.

Hasil analisis regresi linier berganda dengan metode OLS maka diperoleh koefisien regresi masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Usahatani padi di Dukuh Sribit Lor

Variabel Koefisisen Regresi t-hitung Keterangan Luas Lahan (LnX1) 0,062* 4,746 t-tabel Jumlah Benih (LnX2) 0,556* 3,708

Jumlah Pupuk Urea (LnX3) -0,005ns -0,104 α : 5% = 1,685

Jumlah Pupuk SP-36 (LnX4) 0,071* 3,320

Jumlah Pupuk Phonska (LnX5) 0,006ns 0,475

Jumlah Pestisida (LnX6) -0,007ns -0,561

Jumlah Tenaga Kerja (LnX7) 0,085* 2,112

Dummy (D1) 0,044* 2,460

Dummy (D2) 0,079* 3,110

Konstanta = 4,761

R2 = 0,968 F-hitung = 99,342

Adjusted R2 = 0,958 F-tabel = 2,21 (α=5%) Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : * = Nyata pada taraf kesalahan 5% ns = Tidak signifikan

Data yang telah dianalisis diperoleh persamaan sebagai berikut :

Ln Y = 4,761 + 0,062lnX1 + 0,556lnX2– 0,005lnX3 + 0,071lnX4 – 0,006lnX5–

0,007lnX6 + 0,085lnX7 + 0,044D1 – 0,079D2

Apabila model persamaan tersebut dikembalikan ke model fungsi produksi Cobb-Douglas maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

(26)

commit to user

Ŷ= 116,863 X10,062

X20,556 X3-0,005 X40,071 X5-0,006 X6-0,007 X70,085 e0,044 D1e0,079 D2

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas lahan pada usahatani padi berdasarkan kelembagaan lahan di Dukuh Sribit Lor, Desa Sribit Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain :

1. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinearitas

Ada tidaknya multikolinearitas dalam model digunakan nilai

tolerance dan varians inflation factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

tolerance yang lebih dari 0,1 atau VIF yang lebih besar daripada 10. Nilai tolerance tidak ada yang lebih kecil dari 0,1 dan tidak ada yang lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

b. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan melalui metode grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot). Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram pencar (scatterplot) menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji F

Analisis uji F digunakan untuk menyatakan bahwa variabel independen terhadap variabel dependen (Y). Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5%. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F Tabel maka variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 99,342 dan nilai tersebut lebih besar dari nilai F Tabel yaitu sebesar 2,21. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk SP-36, jumlah pupuk Phonska, jumlah

(27)

commit to user

pestisida, jumlah tenaga kerja dan dummy secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu produktivitas lahan usahatani padi di Dukuh Sribit Lor, Desa Sribit Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi menunjukkan seberapa baik variabel-variabel bebas menjelaskan hasil (multiple correlation coefficient). Kisaran nilai R adalah 0 hingga 1. Berdasarkan nilai analisis diketahui nilai adjusted R2 sebesar 0,958. Nilai adjusted R2 mendekati 1 menunjukkan persamaan regresi tersebut tepat untuk digunakan. Artinya variasi variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel dependen yakni produktivitas padi di Dukuh Sribit sebesar 95,8 % sedangkan sisanya sebesar 4,2% dijelaskan variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

4. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang digunakan secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen yaitu produktivitas lahan usahatani padi.

Luas lahan garapan berpengaruh nyata positif terhadap terhadap produktivitas lahan. Nilai elastisitas luas lahan sebesar 0,062 yang artinya jika terjadi penambahan luas lahan sebesar 1% diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sebesar 0,062%. Akan tetapi peningkatan luas lahan sulit dilakukan, hal ini mengingat bahwa ketersediaan luas lahan yang terbatas dan adanya alih fungsi lahan untuk pemukiman. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan produktivitas lahan dapat dilakukan dengan intensifikasi pertanian melalui panca usahatani meliputi pengolahan tanah, penggunaan benih unggul, pemupukan dengan cara yang tepat dan takaran dosis juga benar, pengairan dan pemberantasan hama dan penyakit. Selain itu untuk menjaga kesuburan tanah agar tetap terjaga maka penggunaan pupuk kimia bisa diganti dengan pupuk organik.

(28)

commit to user

Variabel jumlah benih berpengaruh nyata positif terhadap produktivitas lahan. Nilai elastisitas jumlah benih sebesar 0,556 yang artinya jika terjadi penambahan jumlah benih sebesar 1% diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sebesar 0,556%. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata petani menggunakan benih bersertifikat dengan varietas situbagendit. Benih bersertifikat menjaga kemurnian sifat-sifat unggul benih tersebut, tahan hama penyakit dan produksi padi lebih meningkat.

Variabel jumlah pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan. Hal ini diduga disebabkan karena pupuk tersebut mudah menguap ataupun tercuci, sehingga petani perlu melalukan cara pemupukan secara benar agar bisa diserap oleh tanaman dengan baik. Padahal ketersediaan pupuk urea sangat diperlukan oleh tanaman pertumbuhan tanaman.

Variabel jumlah pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas lahan dan diperoleh nilai elastisitas sebesar 0,071. Apabila terjadi penambahan pupuk SP-36 sebesar 1% diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sebesar 0,071%. Pupuk SP-36 banyak mengandung unsur fosfat (P) yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman semakin kuat. Selain itu juga sebagai daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Maka dari itu penambahan pupuk SP-36 masih bisa dilakukan.

Variabel jumlah pupuk phonska tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan pupuk SP-36 yang sudah banyak mengandung unsur fosfat (P). Penggunaan pupuk di daerah penelitian belum berimbang sehingga penggunaan pupuk belum efisien.

Variabel jumlah pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan. Hal ini dimungkinkan karena tanaman padi tidak selalu bergantung dengan pestisida. Pestisida digunakan oleh petani

(29)

commit to user

apabila serangan hama dan penyakit sudah melebihi ambang batas ekonomi.

Menurut status kelembagaan lahan, ternyata produktivitas lahan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa dan penyakap sedangkan produktivitas lahan penyewa lebih tinggi dari pada penyakap.

E. Pengaruh Kelembagaan Lahan dan Faktor Lainnya Terhadap Pendapatan Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Hasil analisis data yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang diduga mempengaruhi pendapatan petani padi. Variabel yang dianalisis dalam model antara lain luas lahan garapan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk SP-36, harga pupuk phonska, harga pestisida, upah tenaga kerja, dan variabel dummy.

Hasil analisis regresi linier berganda dengan metode OLS maka diperoleh koefisien regresi masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : * = Nyata pada taraf kesalahan 5%

ns = Tidak signifikan Variabel Koefisisen Regresi t-hitung Keterangan Luas Lahan (LnX1) 0,422* 6,019 t-tabel Harga Benih (LnX2) 0,226ns 0,623

Harga Pupuk Urea (LnX3) -0,602* -3,816 α : 5% = 1,685

Harga Pupuk SP-36 (LnX4) 2,816* 3,458

Harga Pupuk Phonska (LnX5) 6,673ns 0,831

Harga Pestisida (LnX6) -0,065ns -0,653

Upah Tenaga Kerja (LnX7) 1,813* 4,763

Dummy (D1) 0,148ns 1,820

Dummy (D2) -0,006ns -0,064

Konstanta = -76,581

R2 = 0,967 F-hitung = 97,164

(30)

commit to user

Data yang telah dianalisis diperoleh persamaan sebagai berikut :

Ln U = -76,581 + 0,422lnX1 + 0,226lnX2 – 0,602lnX3+ 2,816lnX4 + 6,673

lnX5 – 0,065lnX6 + 1,813lnX7 + 0,148D1 – 0,006D2

Apabila model persamaan tersebut dikembalikan ke model fungsi produksi Cobb-Douglas maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Û = (5,512 x10-34) X10,422 X20,226 X3-0,602 X42,816 X56,673 X6-0,065 X71,813 e0,148D1

e-0,006D2

Untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap pendapatan usahatani padi di Dukuh Sribit Lor Desa Sribit Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain :

1. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinearitas

Ada tidaknya multikolinearitas dalam model digunakan nilai

tolerance dan variansinflation factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

tolerance yang lebih dari 0,1 atau VIF yang lebih besar daripada 10. Nilai tolerance tidak ada yang lebih kecil dari 0,1 dan tidak ada yang lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan melalui metode grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot). Heterokedastisitas dapat terjadi karena varian yang disebabkan oleh variabel pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel independen atau bebas. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram pencar (scatterplot) menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

(31)

commit to user 2. Uji F

Analisis uji F digunakan untuk menyatakan bahwa variabel independen yang terdiri dari luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk SP-36, harga pupuk phonska, harga pestisida,upah tenaga kerja, dan variabel dummy terhadap variabel dependen yaitu pendapatan.

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 97,164 dan nilai tersebut lebih besar dari nilai F tabel yaitu sebesar 2,21. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk SP-36, harga pupuk phonska, harga pestisida,upah tenaga kerja, dan variabel dummy secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan usahatani padi di Dukuh Sribit Lor, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi menunjukkan seberapa baik variabel-variabel bebas menjelaskan hasil (multiple correlation coefficient). Kisaran nilai R adalah 0 hingga 1. Berdasarkan nilai analisis diketahui nilai adjusted R2 sebesar 0,957 yang berarti bahwa variasi variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel dependen yakni pendapatan usahatani padi di Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten sebesar 95,7 % sedangkan sisanya sebesar 4,3% dijelaskan variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. 4. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang mana memiliki pengaruh nyata terhadap variabel dependen yaitu pendapatan. Uji signifikansi merupakan salah satu bagian dalam analisis regresi linear, dalam uji signifikansi ini menggunakan data yang terdapat pada Tabel 22 yang menunjukkan nilai koefisien t untuk masing-masing variabel independen.

(32)

commit to user

Variabel luas lahan garapan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Nilai koefisien regresi sebesar 0,422, artinya jika terjadi peningkatan luas lahan garapan 10% maka diharapkan pendapatan usahatani akan meningkat sebesar 4,22%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor luas lahan garapan memiliki hubungan positif terhadap pendapatan usahatani padi. Hal ini dikarenakan bahwa semakin besar lahan yang diusahakan maka semakin banyak pula jumlah tanaman padi yang ditanam dan kemungkinan produksi padi yang dihasilkan juga akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan usahatani padi.

Variabel harga benih tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Hal ini dikarenakan rata-rata petani menggunakan varietas yang sama sehingga harga benih tidak bervariasi. Benih padi yang digunakan yaitu varietas situbagendhit.

Variabel harga pupuk urea berpengaruh nyata tetapi negatif. Nilai koefisien regresi sebesar -0,602 artinya apabila terjadi peningkatan harga pupuk urea sebesar 1% maka pendapatan petani dapat berkurang sebesar 0,602%. Penggunaan pupuk urea memang penting bagi tanaman, namun apabila harga pupuk urea semakin tinggi maka biaya produksi juga akan naik dan pendapatan petani dapat berkurang.

Variabel harga pupuk SP-36 berpengaruh nyata dan positif terhadap pendapatan usahatani. Nilai koefisien regresi sebesar 2,816 artinya apabila terjadi peningkatan harga pupuk SP-36 sebesar 1% maka diharapkan pendapatan petani dapat meningkat sebesar 2,816 %. Harga pupuk yang tinggi masih bisa meningkatkan pendapatan usahatani. Penggunaan pupuk SP-36 masih bisa ditingkatkan meskipun harganya tinggi. Hal ini di duga bahwa kandungan dari pupuk SP-36 yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Adanya ketersediaan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan akan meningkatkan pendapatan usahatani padi.

Variabel harga pupuk Phonska tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Penggunaan pupuk phonska yang belum

(33)

commit to user

berimbang dengan pupuk lainnya. Sesuai dengan penelitian Suryani (2012) bahwa penggunaan pupuk phonska lebih rendah daripada pupuk urea, penggunaan yang tidak berimbang menyebabkan harga pupuk phonska tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

Variabel harga pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran maka tidak bekerja secara efektif membasmi hama dan penyakit. Hal ini menyebabkan penggunaan pestisida tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Sesuai dengan penelitian Suryani (2012) bahwa variabel harga pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani tanaman pangan pada lahan kering di Kabupaten Wonogiri.

Variabel upah tenaga kerja berpengaruh nyata dan positif terhadap pendapatan usahatani padi. Upah tenaga kerja 1HKSP sebesar Rp 25.000,00 ternyata untuk tenaga yang dikeluarkan kurang optimal dalam mengelolanya. Maka diharapkan dengan adanya kenaikan upah, tenaga kerja bisa mengoptimalkan tenaganya sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

Menurut status kelembagaan lahan, variabel dummy pendapatan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa dan penyakap sedangkan pendapatan penyewa lebih tinggi dari pada penyakap.

Gambar

Tabel 10 Rata-rata Identitas Petani Responden Berdasarkan Kelembagaan    Lahan  di Dukuh Sribit Lor
Tabel  11  Rata-rata  Penggunaan  Sarana  Produksi  Usahatani  Padi  Berdasarkan Kelembagaan Lahan di Dukuh Sribit Lor
Tabel 12 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Kegiatan Usahatani  Padi oleh Petani Pemilik Penggarap di Dukuh Sribit Lor
Tabel 13 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Kegiatan Usahatani  Padi oleh Petani Penyewa di Dukuh Sribit Lor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, apabila nilai probabilitas F hitung < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel harga jual (X1), produksi (X2), lama

pengalaman, perlu susunan cerita dari pengalaman tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan selama peneliti bertugas di kelas V di SD Negeri 001 Pagaran Tapah Darussalam ditemui

Super resolusi citra multiframe dengan metode registrasi average ini digunakan pada 2 frame citra sebagai citra masukan. Hasil penggunaan metode registrasi average dari 2

Berpengaruhnya pengungkapan CSR ini disebabkan pemenuhan kewajiban CSR dilakukan untuk menutupi citra perusahaan melakukan agresivitas pajak agar semata- mata

Dari keenam lokasi, GW-6 sebagai titik paling selatan dalam jalur pengambilan sampel menunjukkan penghambatan aktivitas AChE yang paling tinggi ditunjukkan

Lukisan DDKT adalah karya seni yang di dalamnya tidak saja memuat bukti-bukti visual hasil pencapaian Sudjojono, tetapi juga menun- jukkan pergulatan pemikiran dalam suatu situasi

Kaitannya dengan kepemimpinan Kepala Desa di Minahsa yang dikenal dengan istilah Hukum Tua, menunjukkan bahwa kepala desa di Minahasa selain sebagai pemimpin

nilai intensitas terbaik 0,0003831 didapatkan pada saat penjadwalan terdapat tujuh jadwal yang tidak sesuai dengan keinginan waktu dosen mengajar, tiga jadwal bentrok, satu jadwal