• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN CILACAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN CILACAP"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-1

BAB 3

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN CILACAP

3.1 Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Cilacap Berdasarkan

Rencana Penataan Tata Ruang (RTRW)

Berdasarkan pada arahan pola struktur ruang wilayah baik dari RTRW Nasional

maupun RTRW Propinsi, serta memperhatikan potensi dan kendala ruang yang terbentuk,

maka konsep pengembangan wilayah atau penataan ruang wilayah Kabupaten Cilacap

adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan antar wilayah, baik wilayah

perkotaan maupun wilayah perdesaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka secara garis besar konsep pengembangan wilayah

Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:

 Mempertahankan dan memperkuat pertumbuhan wilayah.

 Melindungi dan mengkonservasi sumberdaya alam, dengan konsep

pengembangan wilayah berkelanjutan.

 Menyeimbangkan pertumbuhan intra wilayah dan antar wilayah, baik

keseimbangan ekonomi maupun perkembangan penduduknya.

 Mengurangi konflik pemanfaatan ruang antar aktivitas fungsional.

 Mengidentifikasi kegiatan sosial ekonomi yang bercirikan berkelanjutan.

 Meningkatkan sektor-sektor potensial yang berbasis pada pertanian di kawasan

kurang berkembang.

 Mengupayakan keterkaitan dalam aktivitas antara kawasan yang sudah

berkembang dengan kawasan yang belum berkembang melalui perencanaan

sistem jaringan transportasi di daerah yang belum berkembang.

 Pola investasi diarahkan dalam upaya optimalisasi pertumbuhan dan pemerataan

(2)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-2

Untuk mengimplementasikan konsep tersebut diatas ditempuh beberapa strategi sebagai

berikut :

1. Strategi Penentuan Rencana Pengelolaan Kawasan

a) C.2.1. Kawasan Lindung

Secara umum strategi pengembangan kawasan berfungsi lindung adalah

pemeliharaan, pemulihan dan pengkayaan. Jika digabungkan dengan kebijaksanaan

RTRWN dan RTRW Propinsi yang memberikan cakupan kawasan lindung untuk berfungsi

perlindungan wilayah bawahannya, perlindungan wilayah setempat, perlindungan wilayah

rawan bencana alam, serta kawasan suaka cagar alam dan cagar budaya, harus jelas

dalam alokasi dan fungsinya.

Kawasan lindung yang terbentuk di Kabupaten Cilacap merupakan satu kesatuan

dari kawasan lindung yang telah terbentuk baik yang ada di wilayah regional maupun

wilayah Kabupaten Cilacap itu sendiri. Kawasan lindung yang terbentuk menjadi tidak

kenal batas-batas administrasi dan mengikuti alur kawasan lindung yang telah ditetapkan

sebelumnya. Secara ruang, kawasan lindung meliputi kawasan air, tanah dan udara,

sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling mengisi dalam pelestarian

lingkungan/ alam. Untuk pengembangan kawasna lindung harus memperhatikan

keterkaitan lingkungan air, tanah dan udara.

b) Kawasan Budidaya

Strategi pengembangan kawasan budidaya adalah dengan melakukan

pengembangan wilayah secara regional dan lokal secara seimbang, yaitu dengan

penentuan pusat-pusat pertumbuhan dan memperhatikan potensi-potensi yang ada

sebagai aset dan sumber pengembangan wilayah-wilayah baru terutama untuk pedesaan.

Sehingga diharapkan pengembangan wilayah tidak hanya memperhatikan keterkaitan

antar wilayah kabupaten (regional) dan antar wilayah kota dalam kabupaten (lokal), tetapi

juga harmonisasi perkotaan dan pedesaan.

Konsep tersebut secara umum dapat digambarkan sebagai upaya

menyeimbangkan antara pengembangan wilayah regional dengan wilayah lokal

Kabupaten Cilacap, dan pengembangan wilayah perkotaan dan pedesaan, sebagai upaya

(3)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-3

pengendalian dan pengawasan, yang didukung oleh sistem perencanaan yang terpadu

dan berkelanjutan.

2. Strategi Penentuan Rencana Sistem

a). Strategi Pengembangan Sistem Perkotaan

Strategi pengembangan sistem perkotaan secara umum adalah peningkatan

aktivitas, yang dapat dilihat sebagai peningkatan sarana dan prasarana wilayah yang

tersedia untuk mendukung aktivitas utama ekonomi yang meliputi perdagangan, jasa dan

industri. Sedangkan secara khusus pengembangan sistem perkotaan adalah menciptakan

kota yang dinamis.

1. Hirarki Kota

Hirarki kota di Kabupaten Cilacap sudah mencerminkan kriteria yang ada, sehingga

strategi pengembangan perkotaan diarahkan untuk lebih memantapkan dan

memperjelas hirarki yang sudah ada, dengan menghindari terjadinya ke-privacy-an

terhadap kota-kota yang berperan sebagai pusat pertumbuhan.

2. Sistem Perkotaan

Sesuai dengan tujuan pembangunan daerah yaitu pemerataan, maka dalam strategi

pengemangan sistem perkotaan pada Kabupaten Cilacap diarahkan dengan

membentuk pusat-pusat pertumbuhan dengan skala wilayah (kabupaten),

kecamatan maupun lokal (desa). Masing-masing pusat pertumbuhan tersebut

didukung oleh aksesibilitas yang baik (baik dengan peningkatan jaringan jalan yang

ada ataupun dengan pembangunan jaringan jalan baru yang berfungsi untuk

meningkatkan aksesibilitas antara pusat pertumbuhan/ pelayanan dengan daerah

pelayanannya) sehingga pembangunan dan arus aktivitas dapat terintegrasi dan

terdistribusi dengan baik.

b) Strategi Pengembangan Sistem Perdesaan

Strategi pengembangan sistem perdesaan adalah untuk menyeimbangkan laju

pertumbuhan pembangunan di perkotaan, terutama dalam struktur pengembangan wilayah

(4)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-4

perkembangan wilayah perdesan masih jauh dari sekedar mendekati laju pengembangan

wilayah kabupaten secara umum dan kota secara khusus.

Strategi yang dilakukan untuk pengembangan wilayah perdesaan adalah dengan

menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah perdesaan yang berkelompok.

Pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan berfungsi sebagai panjang tangan dari pelayanan

terhadap kebutuhan kelompok wilayah dari masing-masing pusat pertumbuhan ada.

Berdasarkan strategi pengembangan perdesaan tersebut, diharapkan dapat mengejar

tingkat ketertinggalan pola pembangunan perwilayahan yang ada dan dapat

mengembangkan wilayah perdesaan yang memiliki karakteristik khusus (khas).

Gambar 3.1

Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan

c) Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

Strategi pengembangan sistem prasarana wilayah Kabupaten Cilacap diarahkan

untuk memacu pertumbuhan di seluruh wilayah sesuai dengan potensi dan kendalanya,

sehingga tercapai pemerataan pembangunan di wilayah Kabupaten Cilacap. Pemerataan

ini antara lain dapat dicapai dengan meningkatkan sistem jaringan trasportasi yang

menghubungkan antara wilayah yang relatif maju dengan wilayah yang relatif stagnan dan

(5)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-5

berfungsi untuk mempermudah aksesibilitas antar kawasan, dan antara pusat

pertumbuhan dengan daerah pelayanannya, juga meningkatkan jalur-jalur pariwisata.

Sistem jaringan prasarana telekomunikasi dan listrik serta air bersih juga perlu

untuk dilakukan peningkatan, karena masih belum merata. Pada daerah-daerah yang

kurang dapat terlayani, dicarikan alternatif pelayanan masing-masing prasarana tersebut,

sehingga pemerataan pelayanan jaringan prasarana dapat dicapai.

d) Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas yang dimaksud adalah kawasan-kawasan yang harus cepat

mendapatkan perhatian antara lain berupa kawasan-kawasan yang memiliki pertumbuhan

cepat (kawasan cepat berkembang), kawasan yang kurang berkembabng (stagnan),

kawasan yang mempunyai potensi konflik, kawasan yang mempunyai kondisi khusus

seperti kawasan pertahanan/ militer, kawasan rawan bencana dan lain-lain.

 Strategi pengembangan kawasan prioritas antara lain dengan meningkatkan prasarana dan sarana yang mendukung sesuai dengan kebutuhan dari

masing-masing kawasan prioritas, dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan wilayah dengan tetap mengacu pada pembangunan yang

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

3.2. Arahan Rencana Pengembangan Struktur Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Cilacap

Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang pada dasarnya adalah bertujuan

untuk mengetahui sistem kota dalam sistem perwilayahan yang lebih luas yaitu Kabupaten

Cilacap. Struktur ruang wilayah dapat dilihat dari perkembangan suatu daerah, yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal daerah itu sendiri. Faktor

eksternal untuk mengetahui sistem kota-kota sedangkan faktor internal digunakan untuk

mengetahui struktur wilayah di Kabupaten Cilacap, hal ini terutama dalam rangka integrasi

antar wilayah dan integrasi intra wilayah.

Struktur ruang wilayah Kabupaten Cilacap terbentuk berdasarkan pada pola

geografis wilayah yang meliputi topografi, bentuk wilayah, jaringan jalan yang melewati

wilayah dan jaringan sungai yang ada. Secara kriteria tersebut, Kabupaten Cilacap

(6)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-6

atas permukaan air laut (dpl). Kondisi topografi ini mempunyai kecenderungan untuk

semakin ke barat semakin tinggi. Pada wilayah Kabupaten Cilacap bagian timur

mempunyai kelerengan antara 0-2%, pada bagian tengah antar 2-45%, sedangkan pada

bagian barat mencapai daerah tertinggi lebih dari 45%, yaitu terdapat pada sebagian besar

Kecamatan Dayeuhluhur (198 dpl).

Dalam perkembangannya, arahan struktur ruang wilayah di Kabupaten Cilacap

dilakukan dengan beberapa hal seperti berikut ini:

- Struktur ruang wilayah yang telah terbentuk diperkuat lagi dengan sistem jaringan yang lebih memadai sehingga mendukung wilayah pengembangan disekitarnya.

- Struktur ruang wilayah diarahkan pada pembentukan wilayah yang terintegrasi dan terpadu, dalam pengembangan wilayah yang dinamis.

- Struktur ruang wilayah lebih merupakan upaya pemerataan pembangunan secara umum dengan mempermudah aksesibilitas dan meningkatkan peran dan fungsi

kota-kota.

3.2.1. Rencana Sistem Hirarki Pusat Pelayanan

Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan dengan melihat pada potensi dan

kendala serta limitasi dari tiap kecamatan yang terdapat di Kabupaten Cilacap, maka

dirumuskan rencana hirarki kota dan perwilayahan pembangunan adalah seperti berikut

ini. Hirarki kota merupakan strata atau tingkatan kekotaan suatu wilayah dalam sistem

perwilayahan yang lebih luas, yang menyangkut tingkatan fungsi dan perankota dalam

melayani wilayah sekitarnya. Hirarki kota terbentuk karena tingkat kelengkapan dan tingkat

pelayanan fasilitas dalam wilayah tersebut.

Berdasarkan pada kriteria tersebut, Kabupaten Cilacap memiliki hirarki kota yang

mempunyai kesenjangan yang cukup tinggi. Menurut Rencana Tata Ruang dan Struktur

PSD-PU Wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan, kota-kota/ kecamatan-kecamatan yang

ada di Kabupaten Cilacap dikelompokkan dalam hirarki kota yang sangat berbeda jauh

tingkatannya. Kota Cilacap termasuk dalam hirarki I; Kecamatan Sidareja dan Majenang

termasuk dalam hirarki II; Kecamatan Sampang, Kesugihan, Adipala dan Nusawungu

termasuk dalam hirarki III; sedangkan kecamatan lainnya termasuk dalam hirarki IV yaitu

(7)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-7

Namun demikian, secara perwilayahan Kabupaten Cilacap pembagian hirarki dibagi

menjadi 4 hirarki, dengan perincian sebagai berikut:

 Hirarki I : Kota Cilacap.

 Hirarki II : Kecamatan Sidareja, Majenang, Kroya dan Maos.

 Hirarki III : Kecamatan Sampang, Kesugihan, Adipala dan Nusawungu.

 Hirarki IV : Kecamatan Jeruklegi, Dayeuhluhur, Wanareja, Karangpucung,

Kedungreja, Gandrungmangu, Kawunganten, Cimanggu,

Patimuan, Binangun, Bantarsari dan Cipari.

Gambar 3.2 Hirarki Kota

3.2.2.. Rencana Pembagian Sub Wilayah Pembangunan

Selain menentukan hirarki kota (tingkatan kekotaan wilayah), ditentukan juga Sub

Wilayah Pembangunan (SWP), baik pusat SWP maupun wilayah cakupannya. Penentuan

SWP dimaksudkan untuk memacu perkembangan wilayah Kabupaten Cilacap, agar

tercapai pemerataan pembangunan yang berkelanjutan, dan juga dimaksudkan untuk

memudahkan bagi pemerintah (Kabupaten Cilacap) dalam memantau perkembangan

pembangunan serta kebutuhan-kebutuhan pelayanan bagi wilayah cakupan pada tiap

pusat SWP. Penentuan pusat SWP sangat ekuivalen atau terkait dengan hirarki kota,

(8)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-8

maupun kualitatif, yaitu dengan memilih kota dan meningkatkan peran dan fungsi kotanya,

yang berpotensi berkembang cepat, yang didukung oleh sarana dan prasarana wilayah

regional yang berupa sistem jaringan jalan dengan potensi ekonomi yang potensial.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, rencana pembagia SWP di Kabupaten

Cilacap baik pusat maupun wilayah cakupannya adalah sebagai berikut (Lihat Peta 6.12):

 SWP I : Pusat Kota Cilacap, dengan wilayah cakupan pelayanan

meliputi Kota Cilacap itu sendiri yang terdiri dari Kecamatan

Cilacap Selatan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah dan

Kecamatan Jeruklegi.

Potensi yang dapat dikembangkan pada wilayah ini adalah di

sektor listrik, gas dan air bersih; industri pengolahan;

pertambangan dan galian; pengangkutan dan komunikasi;

jasa-jasa.

 SWP II : Pusat Kota Majenang, dengan wilayah cakupan pelayanan

meliputi Kecamatan Majenang, Wanareja, Dayeuhluhur,

Karangpucung dan Cimanggu.

Potensi yang dapat dikembangkan pada wilayah ini adalah di

sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan

peternakan); perdagangan dan jasa-jasa.

 SWP III : Pusat Kota Sidareja, dengan wilaya cakupan pelayanan

meliputi Kecamatan Sidareja, Cipari, Gandrungmangu,

Kedungreja, Bantarsari, Patimuan dan Kawungaten.

Potensi yang dapat dikembangkan pada wilayah ini adalah di

sektor pertanian; keuangan, persewaan dan komunikasi;

pertambangan dan galian.

 SWP IV : Pusat Kota Kroya, dengan wilayah cakupan pelayanan meliputi

Kecamatan Kroya, Nusawungu dan Binangun.

Potensi yang dapat dikembangkan pada wilayah ini adalah di

sektor jasa-jasa; perdagangan, hotel dan restoran; pertanian

(9)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-9  SWP V : Pusat Kota Maos, dengan wilayah cakupan pelayanan meliputi

Kecamatan Maos, Sampang, Adipala dan Kesugihan.

Potensi yang dapat dikembangkan pada wilayah ini adalah di

sektor perdagangan dan jasa; pengangkutan dan komunikasi;

dan pengembangan lumbung padi Kabupaten Cilacap.

Gambar 3.3

Sub Wilayah Pembangunan

3.3. Fungsi Dan Peran Kabupaten

Kedudukan Kabupaten Cilacap Dalam Perwilayahan Provinsi Jawa Tengah

Kabupaten Cilacap berada di Barat Daya Provinsi Jawa Tengah .Letak

Kabupaten Cilacap berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa barat dan

merupakan pintu gerbang internasional pantai selatan Jawa dengan pelabuhan

lautnya sehingga Kabupaten Cilacap memiliki potensi dan prospek perkembangan

yang besar. Beberapa arti strategis Kabupaten Cilacap ini didukung antara lain

adalah ;

1) Kabupaten Cilacap merupakan Kota Pusat Pelayanan Kegiatan nasional

(PKN) yaitu kota dengan kriteria :

(10)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-10

b) Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/ bank yang melayani nasional/ beberapa propinsi;

c) Pusat pengolahan/ pengumpul barang secara nasional/ beberapa propinsi; d) Simpul transportasi secara nasional/ beberapa propinsi;

e) Pusat jasa pemerintahan untuk nasional/ beberapa propinsi; f) Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk nasional/ beberapa propinsi. 2) Kabupaten Cilacap menjadi bagian dari sistem pengembangan kawasan

strategis terpadu Pacangsanak yang meliputi wilayah-wilayah Ciamis, Banjar

dan Cilacap. Disamping itu itu juga merupakan bagian dari kerjasama

Regional Barlingmascakeb

Sistem kerjasama dalam pembangunan wilayah menjadi suatu konsep dalam

merencanakan sistem keterpaduan serta menciptakan sinergi antar wilayah

kabupaten/kota. Untuk merealisasi konsep tersebut diperlukan adanya koordinasi

dalam merencanakan tata ruang dan pemanfaatan ruang dalam lingkup yang lebih

makro (regional).

3.3. Arahan Pengembangan Penduduk Dan Permukiman

Merupakan kawasan dengan peruntukan perumahan, perkantoran, perdagangan,

segala aktifitas komersial dan jasa. Berdasarkan dominasi karakteristik pemanfaatan

lahannya di Kabupaten Cilacap, dapat dibedakan menjadi permukiman pedesaan (rural

area) dan perkotaan (urban area). Urban area yang dimaksud adalah daerah yang bentuk

penggunaan lahannya betul-betul berorientasi pada non pertanian dapat perumahan,

perdagangan dan jasa di perkotaan.

Lokasi:

Permukiman di Kabupaten Cilacap ini tersebar di desa-desa yang bersifat perkotaan

dimana persentasenya relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan desa-desa yang bersifat

pedesaan. (Lihat Peta 6.10).

Rencana Pengelolaan :

Perencanaan luas tiap kawasan permukiman harus sesuai kebutuhan dan

seoptimal mungkin sehingga tidak ada lahan yang terbuang yang mengakibatkan

pengurangan bagi peruntukan lahan yang lain terutama pertanian.

Penempatan kawasan sebaiknya membentuk kelompok dan tidak berhubungan

langsung dengan jalan utama untuk menghindari terbentuknya lorong pada jalan utama

(11)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-11

angkutan umum terdekat tetap perlu diperhitungkan. Pertimbangan ini juga bertujuan

menambah faktor kenyamanan dan keamanan bagi pelaku aktivitas dan pemakai jalan.

Penetapan lokasi harus mempertimbangkan keberadaan kawasan lindung, untuk

kawasan perlindungan setempat, sekitar mata air harus memperhatikan faktor fisik litologi,

bila kesarangan dan kelulusan air tinggi diusahakan potensi air tanah yang ada tidak

terganggu yang pada akhirnya kondisi sumber air yang seharusnya dilindungi tetap terjaga

walaupun kawasan permukiman dikembangkan di dekatnya.

Sumur resapan sampai saat ini dianggap salah satu solusi pelestarian sumber

daya air tanah yang efektif, sebab mampu menjaga kedalaman muka air tanah dangkal

dan memperkecil fluktuasi di musim penghujan - musim kemarau, mengurangi resiko

intrusi air laut terutama di Kota Cilacap dan Kecamatan Kesugihan, Adipala, Binangun dan

Nusawungu bagian selatan. Selain itu adanya sumur resapan akan mengurangi limpasan

air permukaan (run off) ke areal yang tidak diinginkan seperti pekarangan dan jalan.

Sosialisasi dan perencanaan konstruksi sumur resapan perlu di lakukan pada kawasan

permukiman.

Lahan kawasan terbuka hijau perlu di siapkan dan direalisasikan untuk tujuan

estetika dan kenyamanan selain sebagai paru-paru dan areal resapan.

Studi ikllim mikro multi temporal sangat diperlukan pada oerencanaan kawasan

permukiman yang baik, melalui studi tersebut akan diketahui perilaku cuaca, kelembaban,

angin setiap musim. Terutama untuk perilaku angin pada kawasan permukiman yang

berhadapan dengan kawasan terbuka (biasanya persawahan) kita akan dapat menentukan

posisi tiap bangunan dan desainnya, jenis vegetasi, posisi serta dimensi perisai angin yang

akan di buat. Yang pada akhirnya akan meningkatkan tingkat kenyamanan dan kesehatan

kawasan permukiman dan mengurangi konsumsi energi (penggunaan pengatur udara).

Perencanaan dan pembagunan instalasi pengolah limbah air perlu

dipertimbangkan pada suatu kawasan permukiman, akan lebih baik lagi bila mampu

melakukan proses daur ulang sehingga air limbah dapat dipergunakan kembali, walaupun

mengalami degradasi mutu dan kegunaan langkah tersebut merupakan upaya pelestarian

sumber daya air yang sangat berarti.

Studi kelayakan pengembangan Instalasi bio-gas pada suatu kawasan

permukiman juga perlu dilakukan, untuk mengetahui kemungkinan proses prooduksi

(12)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-12

Lokasi penampungan sampah sementara harus memenuhi kebutuhan dan syarat

teknis, pemisahan sampah organic-nonorganik akan sangat baik bila pengelolaan sampah

juga merupakan usaha pengadaan pupuk kompos, unit ini dapat diintegrasikan dengan

instalasi bio-gas.

Kebutuhan Prasarana suatu kawasan permukiman (jalan, listrik, air, telepon,

sistem sanitasi dan drainase dll.) perlu dipersiapkan dengan baik dan seoptimal mungkin

sehingga kawasan tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan mempermudah manusia

yang beraktivitas di dalamnya dan tetap mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan.

Perencanaan fasilitas sektor kegiatan yang akan di sediakan perlu memperhatikan

kebutuhan yang sesuai dengan kondisi atau potensi lokal tiap kota kecamatan, agar

penyediaan fasilitas tidak menjadi optimal.

Penataan ruang tiap sektor kegiatan perlu memperhatikan tata letak dan aspek

geometris sirkulasi sehingga teratur, efisien dan nyaman, pemberian izin mendirikan

bangunan perlu memperhatikan keselarasan fungsi, desain, dan kebutuhan lahan.

Rencana Penyediaan Perumahan Kebutuhan perumahan di Kabupaten Cilacap

akan mengikuti perkembangan jumlah penduduk. Perhitungan proyeksi kebutuhan disusun

dalam tiga kategori tipe rumah, dengan asumsi perbandingan 1:3:6. Selain itu intensifikasi

penggunaan lahan (terutama untuk lahan-lahan pertanian subur) dan pengendalian

kepadatan, pelestarian daerah hijau, dan pengendalian pertumbuhan secara horizontal

merupakan pertimbangan utama, sehingga rumah dua lantai sangat direkomendasikan.

3.4. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

3.4.1.Rencana Sistem Prasarana Transportasi

Sistem jaringan transportasi di Kabupaten Cilacap terdiri dari 4 sistem yaitu jaringan

keretaapi, jalan raya, ASDP dan sistem transportasi udara.

3.4.1.1. Jaringan Keretaapi

Untuk rencana jaringan keretaapi secara garis besar mengikuti rencana jaringan

secara nasional, untuk jaringan keretaapi utama, sedangkan untuk jaringan regional dapat

didasarkan pada kebutuhan dan biaya yang dibutuhkan, jika kebutuhan sangat mendesak

(13)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-13

dapat dilakukan. Pertimbangan lain yang dapat dijadikan alasan pengembangan adalah

adanya kawasan industri yang membutuhkan sarana pergudangan dan transportasi

khusus, dalam hal ini jaringan keretaapi dapat dikembangkan.

Jalur yang melintasi Kabupaten Cilacap adalah jalur utama selatan Jawa menuju

Bandung di Jawa Barat dan Yogyakarta – Surakarta – Surabaya ke arah timur. Sedangkan ke arah utara menuju Purwokerto selanjutnya bergabung dengan jalur utara

Jawa menuju Cirebon dan Jakarta. Sedangkan Stasiun yang ada di Kabupaten Cilacap

antara lain Stasiun Cilacap, Maos, Sidareja dan Kroya (stasiun besar) sedangkan stasiun

kecil tersebar di Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap Utara, Kesugihan, Jeruklegi,

Kedungreja, Majenang, Wanareja dan Dayeuhluhur.

3.4..1.2. Jaringan Jalan Raya

Sistem jaringan jalan yang direncanakan mengikuti pola linier jaringan yang telah ada yang

dapat diuraikan sebagai berikut :

- Secara fisik jaringan jalan yang ada telah tercipta dengan cukup baik untuk mengakomodasikan perkembangan wilayah secara umum, sehingga jika dilihat

secara fungsional telah dapat difungsikan.

- Secara kualitas jaringan jalan yang ada perlu peningkatan kualitas fisik jalan dan kualitas fungsi jalan.

- Dibedakan dalam hal penguasaan dan fungsi jalan tersebut.

Rencana jaringan jalan di Kabupaten Cilacap dapat diuraikaan sebagai berikut :

- Jalan Arteri : Cilacap – Jeruklegi – Karangpucung – Cimanggu – Majenang – Wanareja – Dayeuhluhur – Jawa Barat.

- Jalan Arteri : Cilacap – Jeruklegi – Sampang – Buntu – Banyumas/Gombong.

- Jalan Arteri : Cilacap – Kesugihan – Kroya – Buntu.

- Jalan Kolektor Primer : Cilacap – Jeruklegi – Kawunganten – Bantarsari – Sidareja Cipari – Wanareja – Dayeuhluhur.

- Jalan Kolektor Primer : Cilacap – Kesugihan – Adipala – Binangun – Nusawungu – Kabupaten Kebumen.

- Jalan Kolektor Primer : Wanareja – Dayeuhluhur – Kabupaten Brebes.

(14)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-14 - Jalan Kolektor : Jalan akses yang menghubungkan masing-masing ibukota

kecamatan dengan desa yang paling jauh dapat dijangkau.

- Rencana fisik jaringan jalan adalah melakukan pemeliharaan kualitas jalan-jalan utama dan vital dengan perbaikan dan peningkatan kualitas jalan.

3.4.1.3. Jaringan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) dan

Transportasi Laut.

Daratan Kabupaten Cilacap berhubngan langsung dengan Pulau Nusakambangan

dan Samudera Hindia di bagian selatan, secangkan bagian baratdaya dan barat

berbatasan dengan Segara Anakan dan Bengawan Donan. Kondisi tersebut mnyebabkan

beberapa daerah hanya dapat dijangkau dengan sarana transportasi air. Oleh sebab itu

peran ASDP sangat besar dan dibutuhkan, antara lain untuk menghubungkan antara Kota

Cilacap dengan Pulau Nusakambangan, Kampung Laut, Kutawaru dan menghubung-kan

Cilacap dengan Kecamatan Kalipucang di Kabupaten Ciamis.

Rencana pengembangan sarana ASDP yang perlu diupayakan antara lain :

- Peningkatan kapasitas/jumlah sarana (perahu dan kapal/feri).

- Penetapan standar keamanan sarana (perahu atau kapal/feri).

- Peningkatan kapasitas dan sarana dan kapasitas dermaga.

- Struktur organisasi pelaksana dan jadwal operasi.

Keseluruhan upaya diatas memerlukan studi kelayakan khusus menyangkut mobilitas

penumpang/penduduk dan potensi daerah yang dijadikan tujuan.

Transportasi laut berskala besar juga perlu dikembangkan lebih lanjut di

Kabupaten Cilacap mengingat Kabupaten Cilacap memiliki sektor unggulan bidang industri

pengolahan dan memiliki pelabuhan samudera yang strategis. Saat ini pengelolaan

palabuhan dilaksanakan oleh PT. Pelindo III Cabang Tanjung Intang Cilacap (Pelabuhan

Tanjung Intan), kondisi tersebut berakibat kurangnya konstribusi dari sektor transportsi laut

bagi Kabupaten Cilacap, di saat mendatang perlu diupayakan kesepakatan antara

Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan pihak Pelindo menyangkut wewenang pengelolaan

dan pendapatan konstribusinya, Saat ini Pemerintah Kabupaten Cilacap telah menerbitkan

(15)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-15

(darat maupun perairan) dan jalur pelayaran menuju masing-masing pelabuhan

pendaratan.

3.4.1.4. Sistem Angkutan Udara

Keberadaan Bandara Tunggulwulung merupakan asset yang berharga bagi

Kabupaten Cilacap. Peran bandara tersebut besar sekali mengingat ada kawasan industri

yang berkembang pesat di Kabupaten Cilacap, sarana angkutan udara akan sangat

dibutuhkan oleh para pengusaha untuk memenuhi kebutuhan transportasi cepat antara

ibukota (Jakarta) dengan Cilacap dan sekitarnya, peran bandara tersebut akan semakin

meningkat bila pengembangan sektor pariwisata telah dikembangkan di Kabupaten

Cilacap.

Areal bandara dan pendukung di sekitarnya harus ditetapkan secara cermat dan

tegas demi keselamatan penerbangan dan masyarakat di sekitar bandara juga antisipasi

untuk pengembangan bandara itu sendiri. Bandara Tunggulwulung yang berada di

Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, berdaya dukung mampu menampung pesawat

terbang Dash 8 dan sejenisnya. Areal bandara menempati Desa Tritih Lor dan Tritih Kulon,

saat ini secara riil wilayah kedua desa yang masuk dalam kawasan bandara masih dibilang

kecil tetapi bandara mamerlukan kawasan pendukung apalagi untuk antisipasi

pengembangan, dengan demikian wilayah sekitar diluar kawasan inti bandara masih

diperlukan untuk mendukung kegiatan penerbangan menyangkut keselamatan kegiatan

tersebut.

Pengembangan bandara berpengaruh pada rencana pengembangan wilayah

setempat, bahkan mencakup kawasan yang lebih luas. Dengan demikian dalam

penyusunan RTRW Kabupaten Cilacap dibutuhkan ruang untuk menampung rencana

pengembangan Bandara Tunggulwulung ini.

Dalam rencana Penataan Kawasan Lingkungan Bandara Tunggulwulung perlu

diperhatikan beberapa hal, di antaranya;

 Rencana Tata Letak Bandar Udara

 Rencana Tata Guna Tanah

 Rencana Daerah Terminal

(16)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-16

Dari beberapa aspek perencanaan tersebut di atas, hal terpenting berkaitan dengan

RTRW ini adalah pengaturan Rencana Tata Guna Tanah. Rencana Tata Guna Tanah di

lingkungan Bandar Udara mengacu pada perkiraan timbulan kebisingan berdasarkan

standar ICAO (International Civil Aviation Organization) yang dikenal dengan “Contours of Equal ICAO Index”. Pemerintah setempat sangat berkepentingan untuk memperhatikan

hal tersebut secara umum pembagian zona di rencana pengembangan wilayah sekitar

bandara adalah sebagai berikut:

1) Zona A: merupakan daerah dengan tingkat kebisingan yang sangat tinggi,

sehingga disarankan pada zona ini tidak diperkenankan sebagai daerah hunian.

Namun dapat dimanfaatkan sebagai daerah pertanian, penjernihan air,

pengolahan limbah, dan sebagainya.

2) Zona B: merupakan daerah kebisingan tinggi, namun dapat digunakan sebagai

tempat hunian sementara (hotel) bila dilengkapi dengan kelengkapan pembantu

pengurangan pengaruh kebisingan. Diantaranya dengan memasang kelengkapan

penyerap/kedap suara. Selain itu dapat pula dimanfaatkan untuk bangunan yang

bukan merupakan tempat hunian, misalnya gudang, perbengkelan, dan lainnya.

3) Zona C: merupakan wilayah dengan kebisingan sedang, peruntukannya untuk

permukiman tergantung sejauh mana digunakannya alat bantu atau penanaman

tumbuhan guna mereduksi efek bising yang ditimbulkan oleh kegiatan bandara.

Namun tidak layak untuk kegiatan atau fasilitas pendidikan dan rumah sakit.

4) Zona D: Zona ini relatif tidak terpengaruh dengan sangat oleh kebisingan, dengan

kata lain ambang batas kebisingan masih berada dibawah batas maksimal bagi

suatu daerah hunian.

Ketetapan tapal batas zona-zona ini perlu dikaji dengan seksama sejalan dengen

rencana pengembangan Bandara Tunggulwulung dibuat.

Pengembangan bandara Tunggulwulung yang perlu diupayakan untuk pengembanhgan

sektor transportasi udara antara lain :

- Studi kelayakan menyangkut jumlah dan mobilitas penumpang.

(17)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-17 - Studi AMDAL di lingkungan bandara sehubungan dengan daya dukung lingkungan

untuk pengembangan bandara.

- Peningkatan fasilitas kegiatan penerbangan meliputi frekuensi penerbangan, jenis pesawat yang akan di layani, peningaktan fasilitas kemanan dan navigasi sesuai

dengan standard yang ditetapkan.

- Organisasi pelaksana kegiatan penerbangan yang memadai menyangkut kualitas SDM mengingat kegiatan penerbangan merupakan kegiatan yang mebutuhkan

ketelitian tinggi dan kedisiplinan yang tinggi pula.

3.5. Rencana Sistem Jaringan Listrik/ Energi

Kebutuhan energi listrik merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat

dipisahkan dalam keperluan sehari-hari masyarakat. Pelayanan jaringan listrik dilayani

oleh empat unit pelayanan yaitu UP Cilacap, UP Majenang, UP Kroya, dan UP Sidareja.

Pelayanan jaringan listrik di Kabupaten Cilacap telah terlayani ke seluruh wilayah

perkotaan maupun perdesaan. Pelanggan listrik di Kabupaten Cilacap berdasarkan

golongan tarif kebanyakan pelanggan dengan golongan tarif R.1-450 VA. Dengan kondisi

seperti ini maka arah pengembangan jaringan listrik adalah:

 Karena jaringan listrik telah terlayani ke seluruh wilayah kabupaten, maka perlu ditingkatkan penambahan jumlah pelanggan dalam rangka pelayanan kepada

masyarakat golongan bawah baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan.

 Penambahan/ pengembangan jaringan listrik diarahkan pada pelayanan kebutuhan energi listrik pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Cilacap.

 Pengembangan jaringan listrik diarahkan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan penambahan daya dan jaringan baru akibat pertambahan penduduk,

terutama pada daerah-daerah yang belum terlayani jaringan listrik.

 Peningkatan dan penyebaran pelayanan lisrik terutama untuk kawasan perdesaan, perkotaan dan kawasan-kawasan dengan kegiatan potensial.

3.6. Rencana Sistem Jaringan Pos dan Telekomunikasi

Sistem pos di Kabupaten Cilacap dapat dianalisis berdasarkan distribusi dan

(18)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-18

pos dan pos paket.Yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah jasa surat pos,

sementara yang jarang digunakan adalah jasa paket pos. Pola penggunaan jasa pos ini

sagat dipengaruhi oleh perkembangan jasa lainnya yang dapat menggantikan jasa

pelayanan pos seperti bank (wesel pos) dan biro/jasa paket swasta.

Untuk jaringan telekomunikasi, jangkauan pelayanan telepon hanya sebatas di

ibukota Kabupaten Cilacap. Untuk wilayah di luar ibukota Kabupaten Cilacap

menggunakan telepon seluler dan telepon satelit (P. Nusakambangan). Pelayanan telepon

dibedakan berdasarkan jenis penggunaan yaitu bisnis, perumahan dan sosial.

Penggunaan yang paling banyak adalah untuk perumahan sementara yang paling sedikit

adalah untuk keperluan sosial. Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan diketahui

bahwa proyeksi kebutuhan sambungan telepon dan penyediaan telepon umum di

Kabupaten Cilacap pada tahun 2004 adalah sebesar 12.532 satuan sambungan dan 1.253

unit telepon umum, pada tahun 2009 kebutuhan sambungan telepon adalah 13.059 satuan

sambungan dan 1.306 unit telepon umum, sedangkan pada tahun 2014 kebutuhan

sambungan telepon di Kabupaten Cilacap adalah sebesar 13.741 satuan sambungan dan

1.374 unit telepon umum.

Dengan demikian, arahan rencana sistem jaringan pos dan telekomunikasi di

Kabupaten Cilacap antara lain:

 Peningkatan wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan dengan peningkatan armada pos dan telekomikasi serta kantor-kantor pelayanannya.

 Penambahan jaringan untuk meningkatkan aksesibilitas untuk membuka daerah terisolir. Penambahan dilakukan secara bertahap sesuai prioritas, terutama pada

daerah-daerah yang belum terlayani jaringan pos dan telekomunikasi dan

aktivitas-aktivitas kawasan yang mempunyai potensi strategis bagi Kabupaten

Cilacap.

 Hambatan-hambatan geografis, dapat dijadikan batas-batas sistem telepon otomatis yang ada, dan bukan alasan utama tentang sulitnya pelayanan pos dan

telekomunikasi.

(19)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-19

(yaitu metode jaringan telekomunikasi baru yang disesuiakan/ lingkage dengan

jaringan rel KA).

3.7. Rencana Sistem Jaringan Air Bersih

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan terhadap air bersih. Pada

saat ini kebutuhan air bersih di Kabupaten Cilacap dipenuhi melalui air bersih dari PDAM

dan sumber-sumber air yang ada secara langsung (sumur). Kebutuhan air bersih tidak

dapat dipisahkan antara kualitas dan kuantitas, hal ini sangat berkaitan erat. Selain untuk

kebutuhan hidup sehari-hari air juga untuk keperluan penunjang kegiatan ekonomis seperti

industri dan pertanian.

3.7.1. Sistem Non Perpipaan

Pelayanan air bersih dengan sistem non perpipaan adalah sistem pemenuhan

kebutuhan air yang diperoleh langsung dari sumbernya, tanpa melalui jaringan penyalur/

pipa. Sumber air bersih non perpipaan berasal dari air tanah yang dimanfaatkan melalui

pembuatan sumur gali maupun sumur pompa. Selain itu juga dapat diperoleh dari air

pemukaan (sungai dan mata air) yang dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dengan

cara mengambil langsung dari sumbernya.

Sumber air bersih dari non perpipaan adalah dari alam, maka ketersediannya

sangat bergantung pada kondisi alam. Oleh karena itu, proyeksi pemenuhannya tidak

dapat diperhitungkan, hanya dengan cara melestarikan sumberdaya alam yang ada.

Pencanangan upaya pelestarian alam dapat dijadikan usaha yang tepat untukmenjaga

kelangsungan sumberdaya air agar dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan

perkembangan konsumsi yang ada.

3.7.2. Sistem Perpipaan

Selain sistem non perpipaan, kebutuhan air bersih di Kabupaten Cilacap dipenuhi

dengan sistem perpipaan. Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan adalah sistem

pemenuhan kebutuhan air bersih yang diperoleh melalui sistem jaringan yang dikelola dan

didistribusikan (dalam hal ini adalah PDAM Kabupaten Cilacap). Dalam mendukung sistem

pelayanan jaringan air bersih di Kabupaten Cilacap terdapat banyak sumber air yang dapat

digunakan sebagai suplai air bersih untuk kabupaten. Sumber-sumber tersebut antara lain:

Saat ini sumber air yang tersedia di Kabupaten Cilacap yang digunakan untuk memenuhi

(20)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-20  Cilacap : air permukaan

 Sidareja : air permukaan

 Maos : air permukaan

 Majenang : air permukaan dan sumur dalam

Disamping aspek sumber daya alam Kabupaten Cilacap juga memiliki potensi

pemasaran yang cukup tinggi. Dilihat dari cakupan pelayanan saat ini yang hanya

mencapai 19.487 sambungan atau sekitar 6,7% penduduk Kabupaten Cilacap, dan

sebagian wilayah Kabupaten Cilacap juga cukup mengalami kesulitan untuk memperoleh

air bersih, maka masih sangat memungkinkan untuk meningkatkan pelayanan air bersih

oleh PDAM.

Dengan kondisi yang demikian, maka arahan rencana pengembangan sistem

jaringan air bersih di Kabupaten Cilacap antara lain:

 Eksplorasi sumebr daya air dengan cara mengalokasikan daerah resapan air dan daerah dengan tangkapan curah hujan tinggi sebagai kawasan lindung serta

pencarian sumber-sumber air baru.

 Pengawasan dan pengendalian tingkat penggunaan air dengan menjaga dan

melestarikan sumber air permukaan seperti waduk, sungai dan sumber daya air

lainnya serta sumber air tanah dengan pola pembangunan berkelanjutan dan

penggunaan air secara efisien.

 Peningkatan pelayanan distribusi air bersih dengan peningkatan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM.

 Melakukan pendistribusian pelayanan air bersih dengan dua cara yaitu dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan diterapkan pada

daerah-daerah yang mudah terlayani dan sisem non perpipaan pada daerah-daerah-daerah-daerah yang

sulit dilayani (sistem perpipaan) yaitu dengan cara membuat terminal tangki air

bersih.

(21)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-21 - Wilayah dengan kebutuhan air cukup tinggi dan sumber daya air yang

terbatas.

- Wilayah dengan kriteria perkotaan yang cukup kompleks.

- Wilayah dengan kandungan air tidak memenuhi syarat/ standar kesehatan. 3.8. Rencana Sistem Jaringan Persampahan

Sistem jaringan persampahan di Kabupaten Cilacap dilayani oleh Dinas

Kimprasling (Dinas Permukiman dan Prasarana Lingkungan). Namun demikian pelayanan

persampahan sampai saat ini masih belum mencakup seluruh wilayah kabupaten, yaitu

hanya mencapai wilayah ibukota kabupaten (Kota Cilacap) dan sekitarnya. Jangkauan

pelayanan tiap TPA yang ada di Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:

 Wilayah kerja persampahan (TPA) Tritih Lor (di Jeruklegi) meliputi pelayanan persampahan di Kota Cilacap dan Jeruklegi.

 Wilayah kerja persampahan (TPA) Kroya (di Binangun) meliputi pelayanan persampahan di Kecamatan Kroya, Adipala, Maos, Sampang, Kesugihan dan

Binangun.

 Wilayah kerja persampahan (TPA) Majenang (di Majenang) meliputi pelayanan persampahan di Kecamatan Majenang, Wanareja, Cimanggu, dan Dayeuluhur.

 Wilayah kerja persampahan (TPA) Sidareja (di Sidareja) meliputi pelayanan persampahan di Kecamatan Sidareja, Kedungreja, Gandrungmangu, Cipari,

Karangpucung, dan Patimuan.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka rencana sistem jaringan persampahan di

Kabupaten Cilacap sampai dengan tahun 2014 akan diarahkan untuk dapat menjangkau

seluruh wilayah kabupaten, atau paling tidak sampai 70% wilayah di Kabupaten Cilacap.

Selain itu juga diarahkan beberapa alternatif pengelolaan persampahan agar daya

tampung lokasi yang ada dapat cukup menampung sampah dari aktivitas masyarakat

Kabupaten Cilacap sampai dengan tahun 2014. Alternatif yang dapat dilakukan dalam

rangka pengelolaan persampahan di Kabupaten Cilacap adalah dengan menggunakan

sistem Sanitary Landfill atau dapat dengan cara melakukan pemisahan/ pemilahan

(22)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-22

Selain itu, juga terdapat satu teknologi baru yang membuat sampah menjadi berguna,

yaitu dengan memanfaatkan sampah sebagai tenaga listrik. Semua hal ini harus didukung

oleh sarana dan prasarana, sumberdaya manusia dan peranserta masyarakat

penanganan persampahan, sehingga sampah tidak menjadi hal yang merugikan, tetapi

justru menjadi hal/ barang yang bermanfaat terutama untuk kesejahteraan masyarakat.

3.9. Rencana Sistem Jaringan Penanganan Limbah dan Sanitasi

Secara umum penanganan limbah dan sanitasi meliputi limbah dan sanitasi rumah

tangga dan industri. Penanganan limbah dan sanitasi perlu dilaksanakan sejak dini agar

tidak menyebabkan pencemaran lingkungan (air, udara, estetika) yang akan mengganggu

kesehatan manusia. Gangguan kesehatan yang akan mudah muncul antara lain muntaber,

diare, disentri, malaria, dan juga penyakit degenaratif.

Dengan demikian, arahan rencana sistem jaringan penanganan limbah dan sanitasi di

Kabupaten Cilacap adalah:

 Pembedaan jaringan limbah dengan jaringan drainase kota, sehingga tidak saling mempengaruhi bahkan tidak merugikan jaringan drainase kota yang berfungsi

sebagai jaringan penggelontoran kota.

 Khusus untuk limbah industri, diwajibkan bagi semua perusahaan industri baik besar maupun kecil untuk memiliki IPAL baik secara mandiri maupun kelompok,

yang berfungsi untuk menyaring dan mengolah limbah yang dihasilkan sehingga

tidak mencemari lingkungan.

 Bagi limbah rumah tangga, perlu digalakkan upaya-upaya untuk menyaring/ mengolah limbah rumah tangga yang dapat dilakukan secara berkelompok untuk

mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.

 Memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat untuk mempunyai kesadaran akan kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup, serta mengurangi

kebiasaan untuk membuang sampah ke saluran limbah ataupun drainase kota

sehingga tidak menyumbat saluran yang ada.

(23)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-23  Meningkatkan pelayanan sarana sanitasi kepada masyarakat, dengan cara

melakukan penambahan sarana sanitasi kelompok/ komunal.

 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menimbulkan kesadaran akan arti pentingnya memelihara sarana sanitasi dan membudidayakan pemakaian

sanitasi mandiri. Serta mengurangi kebiasaan masyarakat untuk menggunakan

saluran/ jaringan limbah/ drainase kota sebagai sarana sanitasi.

3.10. Rencana Sistem Jaringan Irigasi dan Drainase

Dari data yang diperoleh (Perhitungan PDAM) sumber air baku dari Sungai

Citanduy dan Sungai serayu yang dapat di manfaatkan sebesar 12.000 liter per detik.

Untuk Sungai Serayu saat ini sudah dimanfaatkan sebagai suplai irigasi melalui Bendung

Gerak di Kecamatan Rawalo (Kabupaten Banyumas) yang juga mengairi persawahan di

Kabupaten Cilacap, selain itu juga dari Bendung Menganti di Sungai Citanduy.

Berdasarkan perhitungan sawah irigasi yang ada di Kabupaten Cilacap seluas

35.774,300 Ha. (tahun 2002), harus mendapatkan air dengan debit sebesar 28.261,697

liter/detik. Dengan demikian, bila mengandalkan sumber air dari Sungai Serayu dan

Citanduy masih belum mencukupi, sehingga perencanaan penambahan jaringan irigasi

yang mengambil air dari sumber sungai yang lain atau sumber air yang lain masih

diperlukan. Dengan demikian, arahan rencana jaringan irigasi Kabupaten Cilacap antara

lain:

 Memelihara kinerja sistem irigasi yang ada agar dapat dimanfaatkan secara optimal guna mendukung intensifikasi produksi pertanian.

 Pengaturan pemakaian air sesuai dengan pola tanam dan kerjasama yang baik antara petani dan instansi terkait.

 Memanfaatkan aliran-aliran sungai yang ada sebagai jaringan primer.

 Melakukan penambahan jaringan irigasi yang mengambil air dari sumber sungai

yang lain .

(24)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-24

Sedangkan tujuan utama perencanaan penataan saluran drainase adalah untuk

menghindari terjadinya banjir atau genangan pada suatu wilayah dalam luasan tertentu,

ketinggian tertentu dan dalam waktu yang tertentu. Diharapkan dengan pengendalian

terhadap ketiga parameter di atas, air yang tidak tertangani masih dapat ditoleransi akan

dampak negatif yang ditimbulkan.

Pengembangan jaringan drainase ditinjau secara makro kewilayahan dan mikro

pada permukiman padat atau perkotaan. Secara kewilayahan, sistem drainase di

Kabupaten Cilacap memanfaatkan sistem DAS Ijo, DAS Serayu, DAS Kali Jeruk, DAS

Cimeneng dan DAS Citanduy, dengan arah pembuangan makro ke selatan dan barat

daya, yaitu ke arah Samudra Indonesia. Guna memelihara sistem drainase wilayah,

upaya-upaya yang dilakukan sebagai arahan rencana sistem jaringan drainase adalah:

 Melakukan upaya pemeliharaan terhadap fungsi sungai-sungai alamiah sebagai

saluran penggelontoran.

 Melakukan penghijauan disekitar DAS dan Sub DAS, sehingga kelestarian sungai dapat terjaga/ terpelihara.

 Melakukan upaya pembangunan jaringan untuk membedakan jaringan drainase dan saluran limbah/ sanitasi, terutama pada daerah-daerah yang rawan

pencemaran lingkungan.

3.11. Rencana Pengembangan Sarana Sosial dan Ekonomi Wilayah

Sarana sosial dan ekonomi wilayah yang direncanakan meliputi sarana

pendidikan, kesehatan, dan sarana ekonomi yaitu pasar. Berdasarkan pada hasil analisis

yang telah dilakukan pada bab analisis, maka rencana yang akan diarahkan dari

masing-masing sarana yang ada adalah seperti berikut ini.

Bidang pendidikan, direncanakan untuk dilakukan penambahan hampir di seluruh

wilayah Kabupaten Cilacap, untuk semua tingkatan pendidikan. Pembangunan yang paling

utama dilakukan pada Kecamatan Patimuan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi yang ada,

yaitu penduduk Kecamatan Patimuan terutama yang terletak pada kawasan perbatasan

dengan Propinsi Jawa Barat melakukan aktivitas pendidikan ke Kabupaten Ciamis

(25)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2013

III-25

kurang di Kecamatan Patimuan, juga karena lokasi sarana pendidikan yang terdekat dan

mempunyai akses yang lebih mudah terdapat pada Kabupaten Ciamis. Arahan

pengembangan lain yang direncanakan adalah membuat suatu kawasan pendidikan yang

akan direncanakan pada SWP I dan V. Hal ini dipengaruhi oleh potensi-potensi yang

dimiliki oleh kedua SWP tersebut, sehingga dapat mendukung peningkatan kualitas

pendidikan masyarakat terutama masyarakat Kabupaten Cilacap. Pada Kota Cilacap

(SWP I) direncanakan untuk dibangun perguruan tinggi/ akademi (Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Jendral Soedirman).

Rencana sarana kesehatan di Kabupaten Cilacap akan dilakukan penambahan

dan peningkatan sarana kesehatan yang ada. Berdasarkan analisis yang dilakukan,

ternyata sarana kesehatan yang melayani kebutuhan masyarakat Kabupaten Cilacap

masih sangat kurang, terutama pada wilayah Kabupaten Cilacap bagian barat dan tengah.

Kondisi yang ada hanya dilayani oleh 1 puskesmas/ puskemas pembantu, dan itu hanya

terletak pada pusat-pusat kecamatan. Sedangkan untuk Kota Cilacap dan wilayah

Kabupaten Cilacap bagian timur sudah dilayani sarana kesehatan yang mencukupi.

Alternatif pemecahan lain yang mungkin untuk dilakukan adalah pengadaan sarana

kesehatan berupa puskesmas keliling. Dengan sarana puskesmas keliling ini,

daerah-daerah belum terlayani sarana kesehatan dapat dijangkau, sehingga kebutuhan

masyarakat Kabupaten Cilacap terhadap pelayanan kesehatan dapat tercukupi/ terlayani.

Sarana perekonomian wilayah di Kabupaten Cilacap dalam jangka waktu 10 tahun

yang akan datang direncanakan untuk dilakukan penambahan dan peningkatan sarana

perekonomian yang ada, baik kuantitas maupun kualitasnya. Pada sebagian kecamatan,

ketersediaan sarana perekonomian (pasar) yang ada sekarang lebih dari cukup, tetapi

pada sebagian kecamatan lainnya masih sangat kurang, apalagi untuk melayani

kebutuhan masyarakat sampai dengan 10 tahun yang akan datang. Arahan

pengembangan sarana perekonomian di Kabupaten Cilacap sebenarnya juga dipengaruhi

oleh budaya masyarakat dalam melaksanakan aktivitas perekonomian. Masyarakat

Kabupaten Cilacap mempunyai kebiasaan untuk menggunakan hari-hari tertentu untuk

beraktivitas (jual-beli), sehingga penambahan sarana perekonomian dilaksanakan pada

daerah-daerah yang benar-benar kekurangan sarana perekonomian. Pengadaan

sarana-sarana tersebut diatas harus didukung pula dengan sarana-sarana dan prasarana-sarana wilayah lainya

Gambar

Gambar 3.1 Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan
Gambar 3.2 Hirarki Kota
Gambar 3.3 Sub Wilayah Pembangunan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis dan pengujian pada perangkat lunak HMI mesin perajang tempe otomatis, maka didapatkan kesimpulan bahwa pada sistem monitoring terdapat sedikit

Gilster menyebutkan bahwa konsep literasi digital berkaitan dengan kemampuan untuk memahami informasi, mengevaluasi dan mengintegrasikan informasi tersebut dalam

Rekan-rekan Debaters Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, terutama rekan satu tim penulis (Conrad, Mbak Catur, Fiky), terimakasih atas

Tujuan: mengetahui (1) pengaruh sifat fisik dan kimia tanah pada produksi bawang daun, (2) pengaruh pemupukan dan ketinggian, dan (3) nilai ekonomi lahan pada ketinggian 800 hingga

kehamilan sudah dilakukan pelayanan kebidanan sesuai kebutuhan pasien dan kewenangan bidan dari tanggal 08 Desember hingga tanggal 15 November 2015 tidak ditemukan

Berdasarkan pengamatan dan analisa yang dilakukan, hasil belajar dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat Hal ini disebabkan karena endometrium dianggap mengalami luka atau kecacatan, apalagi pada ibu riwayat abortus yang

Fakta lapangan yang ditemukan adalah responden yang memiliki motivasi yang cukup disebabkan oleh kenaikan pangkat yang tepat waktu, lingkungan kerja dimana