• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Kabupaten Ketapang memiliki batas-batas administratif daerah, sebagai berikut: • Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Wilayah Kabupaten Ketapang memiliki batas-batas administratif daerah, sebagai berikut: • Utara"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

PROFIL KABUPATEN KETAPANG

2.1 WILAYAH ADMINITRASI

2.1.1 Letak Wilayah

Secara geografis, wilayah Kabupaten Ketapang

berada di bagian paling Selatan Provinsi

Kalimantan Barat dengan letaknya pada rupa bumi di posisi 0º 19’ 26,51’’ sampai dengan 3º 4’16,59’’ Lintang Selatan dan 109º 47’36,55 BT sampai dengan 111º 21’37,36’’ Bujur Timur.

2.1.2 Batas Administrasi Daerah

Wilayah Kabupaten Ketapang memiliki batas-batas administratif daerah, sebagai berikut:

• Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Sintang

• Selatan : Berbatasan dengan Laut Jawa

• Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong

Utara, dan Selat Karimata

• Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Melawi dan Propinsi

Kalimantan Tengah ( Kabupaten Lamandau dan Kabupaten Sukamara

2.1.3 Luas Wilayah

Kabupaten Ketapang merupakan Kabupaten terluas di Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah mencapai 31.588 Km² terdiri dari 30.099 km² daratan dan 1.489 km² laut perairan.

(2)

Kabupaten Ketapang, sedangkan kecamatan terkecil wilayahnya adalah Kecamatan Delta Pawan atau sekitar 0,23 persennya luas wilayah Kabupaten Ketapang.

Walaupun sebagaian kecil wilayah Kabupaten Ketapang merupakan perairan laut akan tetapi Kabupaten Ketapang memiliki sejumlah pulau. Pulau yang ada di Kabupaten Ketapang berjumlah 45 buah pulau dimana 93,33% pulau tidak berpenghuni dan tersebar di perairan Kecamatan Kendawangan, Matan Hilir Selatan dan Matan Hilir Utara.

Tabel 2-1

Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan, Desa, Dusun, RW dan RT Kabupaten Ketapang

Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

(3)

Gambar 2-1

(4)

2.2 POTENSI WILAYAH

Kabupaten Ketapang dikaruniai potensi sumber daya alam yang melimpah baik disektor pertanian, perkebunan, pertambangan, kehutanan, perikanan, industri maupun pariwisata. Potensi sumber daya alam tersebut tersebar hampir merata diseluruh wilayah Kabupaten Ketapang. Sesuai kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Ketapang (RTRW 2015-2035) potensi sumber daya alam tersebut dijadikan basis untuk pertumbuhan dan pengembangan wilayah Kabupaten Ketapang dengan tetap memperhatikan aspek daya dukung maupun daya tampung lingkungan serta prisnsip keberlanjutan.

Berdasarkan arahan kebijakan dan strategi penata ruang tersebut diatas maka Kabupaten Ketapang memiliki potensi wilayah untuk dikembangkan dan memerlukan dukungan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan antara lain : a. Kawasan perkotaan yang akan dikembangkan sebagai kawasan pemukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan ini meliputi Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai PKW, PPK dan PKL.

b. Kawasan perdesaan yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan skala desa, pelayanan sosial desa, dan kegiatan ekonomi pedesaan. Kawasan ini meliputi beberapa desa yang berfungsi sebagai PPL.

c. Kawasan pelabuhan yang berfungsi sebagai pengumpul maupun pengumpan di Kota Ketapang, Kendawangan, Matan Hilir Selatan, Muara Pawan dan Matan Hilir Utara.

d. Kawasan Terminal Angkutan Umum/Penumpang yang berada di Ibukota Ketapang (PKW) dari Tipe B diarahkan untuk ditingkatkan menjadi Tipe A serta di beberapa Ibukota Kecatamatan (PKL) dari Tipe C diarahkan untuk ditingkatkan menjadi Tipe B. Akan dikembangkan pula terminal Tipe C di beberapa Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai PKK termasuk stasiun kereta api di Kecamatan Nanga Tayap.

e. Kawasan Badara Rahadi Oesman di Ibukota Ketapang termasuk rencana lokasi pemindahannya yang berfungsi sebagai pengumpul/pengumpan serta bandara untuk penerbangan perintis yang rencananya akan dikembangkan di 10 Kecamatan (PKL dan PKK)

f. Kawasan depo bahan bakar minyak dan gas yang diarahkan pembangunanya di Ibukota Ketapang.

g. Kawasan pembangunan jaringan pembangkit listrik di Ibukota Ketapang serta arah pengembangannya di seluruh kecamatan.

(5)

yang menyebar di 86 lokasi. WS, DR dan DI dapat berfungsi sebagai intake air baku untuk pemenuhan air minum bagi masyarakat sekitarnya.

i. Kawasan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang diarahkan pengembangnnya menggunakan sistem sanitary landfill di Kecamatan Muara Pawan, Hulu Sungai, Kendawangan dan Manismata dan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah yang akan di kembangkan dengan menggunakan sistem 4 R yaitu reduce, reuse, recycle, and recovery di seluruh wilayah Kabupaten Ketapang.

j. Kawasan pengolahan limbah cair, limbah padat dan limbah kimia berbahaya (B3) yang akan di kembangkan dengan teknologi terkini dilengkapi dengan zona penyangga sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku.

k. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berupa Hutan Kotan dan Taman Kota di Ibukota Ketapang dan akan di kembangkan pula kawasan RTH di seluruh Ibukota Kecamatan.

l. Kawasan bencana alam longsor dan banjir bandang terutama di wilayah pedalaman/perhuluan serta kawasan rawan banjir dan pasang gelombang terutama di wilayah pesisir.

m. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan, Kawasan Pertanian Holtikultura dan Kawasan Peternakan yang akan dikembangkan diwilayah yang potensial. n. Kawasan Perikanan meliputi kawasan perikanan tangkap dan pengolahan ikan

yang akan di kembangkan di wilayah pesisir serta kawasan budidaya perikanan yang akan di kembangkan di wilayah pesisir dan pedalaman. o. Kawasan Industri Prioritas (KIP) Ketapang yang berlokasi di Kecamatan Matan

hilir Selatan – Kendawangan, kawasan industri strategis propinsi yang berlokasi di Kecamatan Matan Hilir Selatan – Kendawangan, Kawasan Strategis Propinsi berupa pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Matan Hilir Selatan – Kendawangan.

p. Kawasan Pariwisata Budaya dan Kawasan Pariwisata Alam yang akan dikembangkan di seluruh Kecamatan.

q. Kawasan Permukiman Padat Kota di Kelurahan Sampit, Kawasan Permukiman Sekitar Koridor Perdagangan dan Jasa di Utara Kecamatan Delta Pawan (Sukabangun-Payakumang-Sukaharja), Kawasan Permukiman Tradisional/ Bersejarah Sekitar Keraton Matan di Kelurahan Muliakerta, Kawasan Permukiman Sekitar Koridor Perdagangan dan Jasa di Ibukota Ketapang, Kawasan Permukiman Sekitar Koridor Perdagangan dan Jasa di Ibukota Kecamatan Sandai, Kawasan Permukiman Potensial Cepat Tumbuh di Kecamatan Kendawangan, Kawasan Permukiman Pesisir di desa Sukabaru dan Sungai Kinjil Kecamatan Benua Kayong, dan Kawasan Permukiman Sekitar Bantaran Sungai Pawan di Kelurahan Banjar Kecamatan Benua Kayong.

r. Kawasan Potensial Cepat Tumbuh yang akan di kembangkan di Kecamatan Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, Kendawangan, Sandai dan Marau. s. Kawasan Agropolitan yang akan dikembangkan di Kecamatan Muara Pawan

(6)

t. Kawasan Minapolitan yang akan di kembangkan di Kecamatan Kendawangan dan Benua Kayong.

u. Kawasan Agro Industri yang akan di kembangkan di Kecamatan Marau, Singkup, Air Upas, Jelai Hulu, Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan, Sungai Laur, Sandai dan Nanga Tayap.

v. Kawasan Perdagangan dan Jasa Pusat Kota Ketapang di Kelurahan Tengah, Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sampit Kecamatan Delta Pawan Ketapang.

2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1 Penduduk dan Kepala Keluarga Keseluruhan

Penduduk Kabupaten Ketapang sampai dengan Tahun 2015 berdasarkan data kecamatan dalam angka berjumlah 476.092 jiwa yang tersebar di 251 Kelurahan maupun desa dalam 20 wilayah administratif Kecamatan. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 38.207 Kepala Keluarga (KK). Dengan luas wilayah seluas 31.588 Km2, maka rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Ketapang sebesar 18 jiwa/km2. Angka tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Ketapang jauh dari kepadatan penduduk dan memiliki lahan kosong yang luas sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai usaha produktif.

(7)

2.3.2 Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin sampai Tahun 2014 sebanyak 54.027 KK atau 11.36 persen dari jumlah penduduk. Angka kemiskinan tersebut sangat fluktuatif bergantung pada ambang batas pendapatan perkapita penduduk perbulan yang digariskan yakni sebesar Rp. 330.763,-. Penetapan nilai ambang batas garis kemiskinan Kabupaten Ketapang lebih tinggi nilainya dibanding Propinsi yang hanya sebesar Rp. 239.162 perkapita per bulan. Artinya standar biaya hidup minimal dari segi keekonomian masyarakat Kabupaten Ketapang telah melampui rata-rata tingkat propinsi. Fluktuasi angka kemiskinan di Kabupaten Ketapang berkisar di interval 4 % - 5 % selama rentang waktu 4 tahun terakhir. Dapat dipahami bahwa kemiskinan di Kabupaten Ketapang tidaklah bersifat absolut tetapi fluktuatif dengan persentase yang tidak terlalu besar.

Tabel 2-3

Penduduk Miskin di Kabupaten Ketapang

Tahun

Uraian 2011 2012 2013 2014

Jumlah Penduduk (Orang) 438.742 447.235 455.751 476.092

Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bln) 259.100 284.036 310.504 330.763

Jumlah Penduduk Miskin (KK) 54.966 52.026 58.800 54.027

Persentase Penduduk Miskin (%) 12,75 11,91 12,85 11,35

Sumber: Data Strategis Kab. Ketapang dan Badan PMDP dan KB Kabupaten Ketapang, 2015.

Data persebaran penduduk miskin yang ditampilkan dibawah ini mengacu pada jumlah rumah tangga penerima Raskin per kecamatan di Kabupaten Ketapang pada Tahun 2014. Adapun sebaran penduduk miskin dari Tahun 2011-2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2-4

Persebaran Penduduk Miskin di Kabupaten Ketapang

(8)

14. Muara Pawan 14.334 3,01 2.488 17,36

Sumber: Data Strategis Kab. Ketapang dan Badan PMDP dan KB Kabupaten Ketapang, 2015.

2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan

Proyeksi pertumbuhan penduduk Kabupaten Ketapang sampai tahun 2019 kurang lebih berjumlah 523.581 orang penduduk atau terjadi kenaikan sekitar 9.07 % dibanding lima tahun sebelumnya dengan pertambahan kepadatan kurang lebih 2 orang persatuan meter persegi.

Tabel 2-5

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan

No Kecamatan

Luas Wilayah

(km2)

Penduduk Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2019 Jumlah

(9)

2.3.4 Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Kota Ketapang berdasarkan rencana detil tata ruang kota tahun 2014 terdiri dari tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Delta Pawan, Kecamatan Benua Kayong dan sebagian wilayah Kecamatan Muara Pawan (desa Sei. Awan Kanan dan Suka

Penduduk Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2019

Jumlah Kepadatan

(10)

Data pada tabel 2-5 menujukkan bahwa proyeksi penduduk kota bertambah sebanyak 137.740 orang penduduk pada tahun 2019 atau terjadi kenaikan sekitar 6,70 persen dengan kepadatan 286 orang per meter persegi. Konsentrasi penduduk lebih cenderung mengarah ke Kecamatan Delta Pawan yang justru merupakan jantung Ibukota Kabupaten Ketapang. Kondisi ini tentu harus menjadi perhatian masyarakat khususnya pemerintah untuk menyusun strategi dan kebijakan yang bersifat adaptif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai sektor. Sikap adaftif ini dimaksudkan agar pertambahan penduduk tidak berkorelasi positif dengan bertambahnya permasalahan perkotaan sebagaimana dialami kota-kota besar di Indonesia yang tidak mundah diselesaikan dan memerlukan biaya yang sangat besar.

2.4 ISU STRATEGIS EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN

2.4.1 Isu Strategis Ekonomi

2.4.1.1 Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari angka pertumbuhan PDRB atas harga konstan. PDRB sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ketapang sejak Tahun 2011 terus mengalami perubahan yang bertambah dan cukup konsisten dalam rentang waktu lima tahun hingga 2015 baik berdasarkan harga konstan (atas) maupun harga berlaku (bawah). Jika dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan per sektor, maka sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Ketapang adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang mencapai Rp. 4,163,656.60 pada harga konstan dan Rp 4,768,691.90 harga berlaku.

(11)

Tabel 2-7

PDRB Kabupaten Ketapang Tahun 2011-2015 atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku berdasarkan Lapangan Usaha

NO LAPANGAN USAHA PERKEMBANGAN PDRB

2011 2012 2013 2014 *2015

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang

9. Penyediaan akomodasi dan Makan Minum

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

PDRB KABUPATEN 11,384,047.10 11,913,622.50 12,456,221.80 12,820,170.50 13,410,400.04 12,463,374.43 13,933,383.79 14,833,401.19 15,979,889.56 17,328,206.43 Ket : *) Angka sementara

(12)

2.4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ketapang pada Tahun 2015 mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding tahun 2014 yang mencapai dua kali lipat. Selama periode 2011-2015 pertumbuhan ekonomi sebagaimana ditunjukkan tabel II-6, terus mengalami kontraksi yang mengarah pada pelambatan dengan dengan jarak interval yang cukup besar sejak tahun 2011 sebesar 7,54 % hingga ke tahun 2014 yang hanya tumbuh sebesar 2,75 %. Masyarakat Kabupaten Ketapang patut merasa bersyukur karena perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut tidak berlangsung lama, pada tahun 2015 terjadi peningkatan pertumbuhan dengan angka fantastis yakni sebesar 5,53 % sebagai indikasi bergairahnya kembali aktivitas ekonomi masyarakat.

Grafik 2-1

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ketapang

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ketapang pada tahun 2015 ternyata berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat. Pada Tahun yang sama pertumbuhan ekonomi Propinsi sebesar 4,81 persen mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan Tahun 2014 yaitu sebesar 5,02 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ketapang periode Tahun 2011 – 2015 rata-rata tumbuh lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat. Untuk Tahun 2015

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ketapang sebesar 5,53 persen.

(13)

Grafik 2-2

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ketapang dan Propinsi Kalimantan Barat Periode Tahun 2010-2015

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

2.4.1.3 Laju Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah. Laju Inflasi Atas Dasar Harga Produsen Tahun 2015 sebesar 4,94 persen lebih tinggi dibanding Tahun 2014 yaitu sebesar 4,67 persen. Salah satu faktor yang mempengaruhi naiknya inflasi di Kabupaten Ketapang antara lain akibat turunnya harga komoditas pertambangan seperti bauksit dan galena sphalerit, serta menurunnya beberapa harga komoditas perkebunan seperti karet dan sawit yang diduga sebagai efek negativ krisis ekonomi global.

Jika dicermati secara berkala, laju inflasi atas dasar harga produsen Kabupaten Ketapang dilihat antar tahunan dan lebih tinggi dibandingkan laju inflasi Provinsi Kalimantan Barat. Kondisi wilayah dan sulitnya transportasi diduga memberikan dampak terhadap tingginya harga-harga komoditas di Kabupaten Ketapang, termasuk meningkatnya biaya faktor produksi sehingga harga barang pada tingkat produsen mengalami inflasi. Tingkat Inflasi Kabupaten Ketapang dalam lima tahun terakhir sebagaimana grafik di bawah ini.

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Ketapang 7.19 7.54 4.65 4.72 2.76 5.53

KalBar 4.69 5.23 6.02 6.08 5.02 4.81

(14)

Grafik 2-3

Perbandingan Tingkat Inflasi Kabupaten Ketapang dan Propinsi Kalimantan Barat

Tahun 2011-2015

2.4.1.4. Potensi dan Keunggulan Ekonomi

Data perkembangan PDRB Kabupaten Ketapang Tahun 2014 menunjukkan bahwa ada 4 sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan PDRB selama periode 2011-2014 yaitu seltor pertanian. kehutanan dan perikanan diikuti sektor perdagangan dan jasa, sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan. Ke empat sektor ini mengalami perkembangan karena di tunjang faktor sumber daya alam potensial yang melimpah sehingga menjadi basis pertumbuhannya. Oleh karena itu dapat di katakan bahwa ke empat sektor tersebut merupakan sumber potensial pembentuk kekuatan perekonomian bahkan menjadi keunggulan ekonomi daerah.

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

(15)

Tabel 2-8

2 Perkebunan *1.732.235 Ton *3.518.302 Ton 121.303.910 Ton 2.593.278.115 Ton 1.880.273.583 Ton

3 Peternakan 8.008.862 Ton 4.168.837 Ton 4.013.368 Ton 1.326.910 Ton

4 Kehutanan 418.647 m3 99.690,16 M3 61.194,28 M3

5 Perikanan 16.540 Ton 13.874 Ton 22.151 Ton 23.158 Ton 37.833 Ton

Sumber : Diolah dari data RPJMD dan data Strategis Kabupaten Ketapang, 2015 Keterangan : * tidak termasuk komoditas sawit

Sektor Perdagangan dan Jasa

Pada tahun 2015 kondisi sektor perdagangan di kabupaten ketapang lebih banyak melakukan pemasukan barang (impor) ketimbang ekspor. Jumlah jenis barang yang diimpor lebih dari 6 kelompok jenis produk baik komoditi pangan, bahan bangunan, bahan bakar dan gas, dan beberapa jenis barang pertanian, sedangkan yang di ekspor hanya 3 kelompok jenis barang yaitu komoditas perkebunan, kehutanan dan pertambangan.

Tabel 2-9

Perkembangan Pemasukan dan Pengeluaran Barang

Perkembangan

Sumber : Diolah dari Data Strategis Kabupaten Ketapang, 2015

(16)

kuantitas barang yang dimpor lebih banyak namun dari segi nilai barang secara ekonomi memberikan keunggulan finansial.

Sektor Industri

Perkembangan sektor industri di Kabupaten Ketapang sampai tahun 2015 cukup baik terutama sektor industri Rumah Tangga dan Industri Kecil-Menengah. Kedua sub sektor industri ini sangat eksis karena didominasi oleh pelaku usaha lokal dengan investasi dalam negeri sehingga tidak terpengaruh langsung dengan krisis global. Industri rumah tangga yang berkembang lebih banyak pada jenis usaha makanan sedangkan industri kecil-menengah pada jenis usaha meubel dan pakaian. Konsentrasi perkembangan unit usaha masing-masing sub sektor lebih mengarah ke Kecamatan Benua Kayong,Delta Pawan dan Kendawangan.

Tabel 2-10

Perkembangan Sektor Industri Kabupaten Ketapang

NO KELOMPOK INDUSTRI UNIT

USAHA

Sumber : Diolah dari Data Strategis Kabupaten Ketapang, 2015

Untuk sektor industri besar perkembangan unit usaha lebih didominasi industri pengolahan hasil perkebunan berupa CPO yang berlokasi di Sei Laur, Air Upas, Marau. Sedangkan indutri pengolahan bahan tambang terkonsentrasi di Kecamatan MH Selatan dan Kendawangan. Pada umumnya industri pengolahan yang ada di Kabupaten Ketapang hasil produksi masih berupa bahan setengah jadi yang untuk selanjutnya di kirim ke pulau jawa, sumatera atau ke luar negeri (cina).

2.4.2 Isu Strategis Sosial 2.4.2.1 Ketenaga Kerjaan

(17)

masih didominasi oleh pekerja laki-laki yang mencapai 73,22 persen orang penduduk sedang sisanya diisi oleh pekerja perempuan sebesar 26,78 persen.

Tabel 2-11

Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha

NO JENIS LAPANGAN USAHA UNIT TENAGA KERJA

UPAH MINIMUM PER BULAN

(RP) LELAKI PEREMPUAN L + P

1 Pemerintahan 3.880 3.272 7.152 1.300.000

2 TNI dan Polri 3 993 11 1.007 1.300.000

3 BUMN/BUMD/Jasa Perbankan 9 1.240 619 1.868 1.800.000

4 Pertanian, Kehutanan,

Peternakan dan Perikanan 86 41.907 14.917 56.910 1.980.000 5 Pertambangan dan Galian 7 2.090 168 2.265 1.800.000

6 Industri 18 2.090 736 2.844 1.800.000

7 Listrik, Gas dan Air 9 348 99 456 1.800.000

8 Konstruksi / Bangunan 24 1.723 86 1.833 1.800.000

9 Perdagangan 58 598 209 865 1.800.000

10 Perhubungan / Angkutan 8 606 32 646 1.800.000

11 Jasa Keuangan 22 875 202 1.099 1.800.000

12 Jasa Kemasyarakatan 17 248 91 356 1.800.000

Jumlah 261 56.598 20.442 77.301

Sumber : Diolah dari Data Strategis Kabupaten Ketapang, 2015

(18)

Grafik 2-4

Persentase Tenaga Kerja Perempuan Berdasarkan Unit Usaha

Sumber : Diolah dari Data Strategis Kabupaten Ketapang, 2015

Struktur pengawai berdasarkan pendidikan telah mengalami perubahan yang signifikan sejak tahun dua ribuan yang lebih banyak di dominasi oleh pekerja yang berpendidikan sarjana. Bahkan untuk pegawai dengan jenjang pendidikan Strata 2 peningkatannya cukup banyak dari tahun ke tahun. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya pegawai dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat sangat memadai.

Tabel 2-12

Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Tenaga Kerja Jumlah L +P

(orang)

Sumber : Diolah dari Data Strategis Kabupaten Ketapang, 2015

45.75

BUMN/BUMD dan Jasa Perbankan Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan Pertambangan dan Galian Industri

(19)

Perbandingan jumlah pegawai yang berpendidikan sarjana strata satu, diploma dan tamatan SMA/sederajat tidak terlalu mencolok namun untuk tingkat strata dua lebih banyak jumlah pegawai laki-laki yang mencapai 77,64 persen dibandingkan pegawai perempuan. Untuk sektor non pemerintah data yang tersedia tidak lengkap, namun secara keseluruhan berdasarkan data penyaluran tenaga kerja tahun 2015 persentase pencari kerja yang terdaftar di Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Ketapang di dominasi oleh pencari kerja berjenis kelamin laki-laki, yaitu sekitar 53,35 persen sedangkan sisanya sekitar 46,65 persen jenis kelamin perempuan. Menurut latar belakang pendidikan para pencari kerja, tercatat pencari kerja dengan ijazah Diploma dan Sarjana adalah yang terbanyak yaitu sekitar 53,99 persen. Tingkat Partisipasi Angakatan Kerja (TPAK) Tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan Tahun 2014, yaitu 69,15 persen menjadi 70,95 persen. Peningkatan TPAK ini diikuti dengan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yakni sebesar 4,70 persen di Tahun 2014 menjadi 2,06 persen.

2.4.2.2 Pendidikan

Secara umum kondisi pendidikan di Kabupaten Ketapang dari aspek jumlah sarana sekolah, murid/mahasiswa dan guru atau dosen sudah cukup memadai dan proporsional. Adapaun faktor yang sering menjadi permasalahan adalah pendistribusian guru-guru yang tidak tersebar merata diseluruh wilayah serta tingkat keahlian para guru berdasarkan latar pendidikan yang tidak mencukupi. Jenis profesi/bidang keahlian guru yang tidak mencukupi tersebut antara lain Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam/Sains dan Bahasa/Sastra asing. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah daerah mengambil kebijakan mengangkat tenaga honorer atau kontrak sesuai kebutuhan masing-masing sekolah.

(20)

2.4.2.3 Kesehatan

Pembangunan kesehatan menjadi bagian penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kesehatan merupakan komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam menentukan perbaikan IPM sebagai salah satu indikator untuk mengukur kualitas sumber daya manusia. Selain itu, pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Dengan demikian pembangunan kesehatan harus dilaksanakan secara sinergi dengan pembangunan bidang-bidang lainnya dan didukung oleh partisipasi masyarakat termasuk pihak swasta.

Derajat kesehatan masyaraat dapat dilihat dari angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Angka kematian (Mortalitas) disuatu wilayah dari waktu ke waktu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan kesehatan dan perkembangan derajat kesehatan masyarakat. Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah

dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan

meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Rata- Rata Angka Harapan Hidup di Kabupaten Ketapang dari tahun 2013 ke tahun 2014 tidak mengalami peningkatan, namun pada tahun tahun 2015 terjadi peningkatan 0,01 persen dan tidak terlalu signifikan. Kondisi ini menggambarkan bahwa kinerja pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat masih belum maksimal dan efektif.

Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Indence/API) merupakan indikator

untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Cara memantau

(21)

mandian dan cucian rumah tangga harus dibuatkan wadah berupa sumur resapan agar tidak mencemari maupun menggenang di lingkungan permukiman sehingga memicu tumbuh kembangnya nyamuk sebagai inang pembawa penyakit malaria.

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis yang potensial mewabah sehingga memicu status Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh karena dapat meyebabkan kematian penderita. Angka kesakitan Diare tertinggi pernah di Kabupaten Ketapang pada tahun 2013 mencapai 22,70 persen Per 1000 penduduk. Meskipun mengalami sedikit penurunan pada tahun 2014 yakni 21,40 persen, namun meningkat kembali pada tahun 2015 hingga mencapai angka 22,30 persen. Data statistik tersebut menggambarkan bahwa masyarakat ketapang sangat rentan terpapar kesakitan diare. Salah satu sebab yang mungkin dapat dijelaskan adalah kondisi sanitasi yang buruk dan perilaku BAB yang tidak memnuhi standar kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan akses masyarakat terhadap sarana pengolahan limbah cair rumah tangga yang benar dan sehat maupun lingkungan sekitar disertai dengan peningkatan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Penyakit demam berdarah atau lebih dikenal dengan DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang semua kelompok umur. Penyakit ini merupakan salah satu masalah bidang kesehatan di Kabupaten Ketapang, karena penyebarannya yang cepat, tren kejadian pertahunnya cenderung meningkat, berpotensi pada kematian pasien sebagaiman laporan berbagai puskesmas yang ada di Kabuapten Ketapang. Angka Kesakitan DBD per 1000 penduduk pada tahun 2013 sebesar 45,30 persen melonjak tajam pada tahun 2014 hingga mencapai angka 195,72 persen. Kondisi ini memaksa pemerintah daerah untuk menetapkan kejadian luar biasa kesakitan demam berdarah pada tahun tersebut. Faktor yang menyebabkan paparan kesakitan demam berdarah pada dasarnya hampir sama dengan kesakitan malaria dan diare yaitu kondisi lingkungan permukiman yang buruk serta kesadaran perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih rendah. Penanganan lingkungan permukiman dan prilaku masyarakat dalam kontek peningkatan derajat kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas pemerintah daerah dalam pembangunan. Akan lebih bijak jika melakukan tindakan pencegahan sebelum terjadinya paparan kesakitan pada masyarakat dengan melakukan pembangunan infrastruktur permukiman secara layak dan dapat diakses oleh masyarakat secara berkelanjutan. Infrastruktur permukiman yang penting untuk dibangun sebagai upaya memenuhi espektasi diatas adalah sektor sanitasi yang meliputi sarana pengolahan limbah cair, persampahan dan drainase lingkungan.

(22)

Tabel 2-14 3 Angka Kematian Ibu melahirkan per 100,000 kelahiran hidup 85,000 210,430 110,550 4 Rata-rata Angka Harapan Hidup 70,510 70,510 70,520

Angka Kesakitan Acute Flaccid Paralysis (AFP) anak umur <15 th per

100.000 2,100 2,150 2,010

14 Prevalensi HIV/AIDS 0,004 0,006 0,004

15 Angka Kesakitan Kusta

16 CDR = Penemuan penderita Baru 1,750 1,930 2,000 17 RFT PB/MB = angka kesembuhan penderita kusta PB 0,540 38,500 33,000 18 Prevalensi Rate = Penderita terdaftar per10.000 penduduk 0,300 0,280 0,400 19 Proporsi anak, penderita kusta anak< 15 Tahun 0,002 - - 20 Angka Kesakitan Kecacingan Na Na Na 21 Angka Kesakitan Filariasis 3,300 2,800 2,700 22 Jumlah Balita Gizi Buruk 0,900 0,089 65,000

Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Ketapang Tahun 2015

2.4.2.4 Budaya

Penduduk Kabupaten Ketapang terdiri dari beraneka ragam suku bangsa diantaranya suku Melayu, Dayak, Madura, Bugis, Jawa, Padang, Tionghoa dan lain-lain. Dengan keberagaman suku bangsa yang ada, maka budaya yang ada juga beragam sehingga memperkaya khazanah budaya di Kabupaten Ketapang.

(23)

IKBM (Ikatan Keluarga Besar Madura), Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP), Keluarga Paguyuban Jawa Kabupaten Ketapang, Paguyuban Pasundan (Jawa Barat dan Banten), KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan) dan lain-lain dibawah koordinasi Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Ketapang.

Karekteristik Masyarakat sesuai Adat Budaya

Setiap Suku yang ada di Kabupaten Ketapang memiliki karakteristik budaya tersendiri dibanding suku bangsa lainnya. Diantaranya Suku Dayak Pesaguan yang merupakan sub suku Dayak yang mendiami Kabupaten Ketapang. Masyarakat Dayak Pesaguan adalah kelompok masyarakat asli yang mendiami wilayah perhuluan aliran Sungai Pesaguan di Kabupaten Ketapang. Di Ketapang identitas Dayak terlihat pada penyelenggaraan event budaya. Setiap tahun masing-masing etnik menyelenggarakan event budayanya walaupun tidak dikaitkan dengan pariwisata. Dayak Pesaguan misalnya terkenal dengan adat pesta buah. . Masyarakat adat Dayak Pesaguan di Kabupaten Ketapang setidaknya mengenal 7 rangkaian upacara adat buah-galau (. Ketujuh upacara adat buah tersebut lazimnya dilakukan pada setiap musim buah raya. Musim buah raya ditandai dengan berbuahnya beberapa jenis buah seperti Kelampai, Kumpang, Limat (Janta’) dan Kekalik. Rangkaian upacara adat buah dipimpin oleh seorang belian (bolin) buah. Upacara adat buah dimulai dari memangkas dedaunan dan memotong dahan kayu (memorum doun memangkah dohan).Usai upacara adat ini masyarakat tidak boleh memanjat pohon yang sedang berbuah dan mengambilnya pada malam hari. Seorang Belian buah tidak boleh memakan semua jenis buah sampai pada upacara nyabit buah atau ninjangan senggayung kecuali pinang sirih. Ketika bunga mulai kembang dilanjutkan dengan upacara merimbang bunga’ (memelihara kembang). Kemudian pada saat kembang mulai menjadi buah (biasanya berpatokan pada pohon durian) diadakan upacara menimang /memandikan pansai. Upacara ini disertai dengan upacara ritual ma-alap senggayung. Selain adat pesta buah masyarakat Dayak dibawah naungan DAD (Dewan Adat Dayak) Ketapang menyelenggarakan even budaya Gawe adat Dayak yang diselengarakan rutin setiap tahunnya.

(24)

koordinasi MABM (Majelis Adat Budaya Melayu) juga memiliki event resmi yang menjadi salah satu ikon pariwisata di Ketapang yaitu Festifal Budaya Melayu yang dipusatkan di Keraton Matan Tanjung Pura. Selain event budaya masyarakat Dayak dan Melayu Kayong suku-suku lainnya dibawah koordinasi Paguyuban masing juga menyelenggarakan event budaya masing-masing suku tersebut yang semakin memperkaya khazanah budaya suku-suku bangsa yang mendiami Kabupaten Ketapang.

2.4.3 Isu Strategis Lingkungan 2.4.3.1 Tofografi

Permukaan bentang alam Kabupaten Ketapang sebagian besar berupa dataran rendah sampai bergelombang yang meliputi luasan wilayah ... % dengan kelerengan dibawah 14 %. Wilayah dengan kondisi fotografi tersebut pada umumnya berada di wilayah pesisir mulai dari Kecamatan Kendawangan sampai Kecamatan Matan Hilir Utara.

Tabel 2-15

Kelas Lereng Kabupaten Ketapang

No KECAMATAN KELAS LERENG/ELEVATION (Ha)

< 2 % 2 - 14 % 15 - 40 % > 40 % JUMLAH

KABUPATEN KETAPANG 1.711.987 740.251 208.597 647.412 3.158.810

(25)

2.4.3.2 Geologi

Keadaan Geologis di Kabupaten Ketapang merupakan bagian dari keadaan geologi regional sekitarnya. Kondisi formasi geologi di Kabupaten Ketapang secara umum sebagain besar diliputi oleh Quarter.

Tabel 2-16

KABUPATEN KETAPANG 1.567.875 12.025 833.878 - 5.313.440 7.535.123

Sumber : Data Strategis Kabupaten Ketapang, 2015

(26)

Gambar 2-2

Peta Sebaran Jenis Tanah Kabupaten Ketapang

(27)

2.4.3.3 Klimatologi

Kabupaten Ketapang memiliki wilayah dengan tutupan hutan primer dan sekunder yang cukup luas sehingga secara klimatologis termasuk bertipe iklim hutan hujan tropis. Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi Rahadi Oesman

Ketapang, suhu rata – rata 23,70° C – 26,70° C dan suhu pada siang hari

mencapai 30,80° C serta memiliki curah hujan rata – rata 3696,1 mm / tahun

dengan curah hujan rata – rata per tahun sebanyak 214 kali, sedangkan

kecepatan angin adalah 3,1 Knot dan merupakan yang tertinggi di Kalimantan Barat.

Tabel 2-17

Kondisi Klimatologi Kabupaten Ketapang

No Parameter Iklim

Pencatatan Iklim Rata-rata Pertahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Temperatur (0C) 27.2 27.6 27.6 27.6 27.5

2 Kelembaban (%) 82.3 82.7 83.0 82.0 82.1

3 Kecepatan Angin (knot) 3.9 5.0 4.3 4.3 5.6

4 Penyinaran Matahari - 67.5 66.3 70.0 72.5

5 Jumlah Curah Hujan (mm) 245.6 220.4 253.5 170.3 207.9

6 Jumlah Hari Hujan (hari) 11.8 14.8 17.0 13.0 13.9

Sumber : Stasiun Meteorologi Rahadi Oesman Ketapang, 2015

2.4.3.4 Hidrologi

Kabupaten Ketapang memiliki 10 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tersebar secara proporsional di seluruh wilayah. Sebagian DAS tersebut masuk Kawasan Wilayah Sungai (WS) strategis nasional yaitu WS Pawan dan sebagian lainnya termasuk lintas propinsi yaitu WS Jelai-Kendawangan. Terdapat pula Kawasan Daerah Rawa (DR) Nasional yang menyebar di 8 lokasi, DR Propinsi yang menyebar di 4 lokasi, DR Kabupaten yang menyebar di 10 lokasi dan Daerah Irigasi (DI) Kabupaten yang menyebar di 15 lokasi.

(28)

Tabel 2-18

Sumber : Dirjen SDA Departemen Pekerjaan Umum, 2010.

Luas daerah pengaliran sungai yang terdata mencapai di Ditjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2010 adalah sebesar 33.278 Km2. Luasan

DPS tersebut sangat besar untuk menampung aliran air hujan dan potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui sistim IPA Perpipaan.

Tabel 2-19

Data DR dan DI Di Kabupaten Ketapang

No STATUS

(29)

Gambar 2-3

Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Ketapang

(30)

2.4.3 Potensi Daerah Rawan Bencana

Perkembangan ilmu dan teknologi belum dapat memastikan terjadinya bencana baik waktu maupun tempatnya, termasuk juga jenis bencananya. Untuk mengurangi kerusakan yang paling parah bahkan dapat menelan korban jiwa, maka yang dapat dilakukan adalah antisipasi apabila bencana datang. Pada mitigasi bencana hal yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan oleh masing-masing bencana kemudian analisis resiko baru dapat ditentukan pilihan tindakannya.

(31)

Gambar 2-4

Peta Daerah Rawan Bencana Kabupaten Ketapang

(32)

2.4.5 Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Perkembangan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan di Kabupaten Ketapang sampai tahun 2014 sangat lambat dengan hasil yang masih jauh dari harapan. Berdasarkan data yang diolah dari berbagai sumber tercatat bahwa cakupan layanan air minum baru mencapai 60,24 %, dengan rincian 20,26 % diantaranya diakses masyarakat perkotaan sedangkan 39,62 % adalah masyarakat pedesaan. Air minum yang diakses masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan dari aspek kualitas termasuk ketegori layak dan dari aspek pemenuhannya termasuk berkelanjutan.

Cakupan pelayanan sanitasi, akses masyarakat terhadap fasilitas sanitasi baru mencapai 53,26 %, dimana akses masyarakat perkotaan sebesar 18,88 % dan akses masyarakat pedesaan sebesar 34,38 %. Dari segi kualitas akses masyarakat terhadap fasilitas sanitasi tergolong layak secara berkelanjutan. Untuk cakupan pelayanan persampahan, akses masyarakat terhadap layanan persampahan baru mencapai 16,40 % dengan jumlah penduduk yang terlayani pengangkutan sampah berjumlah 33.600 jiwa. Kualitas layanan persampahan untuk saat ini belum dapat dikatakan layak secara berkelanjutan karena dari segi kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana persampahan belum memadai.

Cakupan pelayanan permukiman, dari data pencapaian SPM Kabupaten Ketapang penanganan kawasan permukiman kumuh baru terealisasi 49,63 Ha atau sebesar 48,74 % dari 97.93 Ha luasan penetapan kawasan kumuh. Kualitas penanganan kawasan kumuh masih tergolong belum layak secara berkelanjutan dan perlu ditingkatkan dengan dukungan infrastruktur dasar lainnya. Untuk cakupan pelayanan drainase khususnya diperkotaan baru tercapai 39,34 % atau sebanyak 80.612 jiwa penduduk yang terlayani jaringan drainase. Sedangkan dari aspek luasan daerah rawan genangan yang tertangani baru terealisasi sebesar 5 % pengurangannya. Jumlah total luasan daerah tergenang di perkotaan dengan kriteria lama genangan air 2 jam dan ketinggian air diatas 30 cm kurang lebih 18.965 Ha. Kualitas penanganan daerah genangan dengan sistem jaringan drainase yang telah terbangun untuk saat ini belum dapat dikatakan layak secara berkelanjutan. Kondisi ini disebabkan dari segi fisik banyak bangunan drainase yang telah rusak, terjadi pendangkalan dan penyempitan saluran, kurangnya pemeliharaan, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat menjaga saluran drainase dan berbagai alasan lainnya.

(33)

Gambar

Tabel 2-1  Luas Wilayah dan  Jumlah Kelurahan, Desa, Dusun, RW dan RT
Gambar 2-1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Ketapang
Tabel 2-2 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan
Tabel 2-3 Penduduk Miskin di Kabupaten Ketapang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas dakwah pada majelis taklim Nurul Muhibbin di desa Mampari dapat berjalan dengan lanjar dengan semestinya, namun hal ini dalam menjalankan aktivitas

Tingkat dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah lokasi kegiatan sektor industri dinilai dari 5 aspek faktor lokasi, yaitu aspek transportasi, pertanahan, tenaga kerja,